PENINGKATAN KETERAMPILAN SISWA MENGUBAH TEKS WAWANCARA MENJADI KARANGAN NARASI MELALUI MEDIA AUDIO VISUAL KELAS VII SMP NEGERI 4 KERINCI JURNAL

  

PENINGKATAN KETERAMPILAN SISWA MENGUBAH TEKS

WAWANCARA MENJADI KARANGAN NARASI MELALUI MEDIA

AUDIO VISUAL KELAS VII SMP NEGERI 4 KERINCI

JURNAL

AL PADLI

NPM. 1210018512004

PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS BUNG HATTA

PADANG

2015

  

PENINGKATAN KETERAMPILAN SISWA MENGUBAH TEKS WAWANCARA

MENJADI KARANGAN NARASI MELALUI MEDIA AUDIO VISUAL KELAS VII SMP

1 NEGERI 4 KERINCI 2 2 1 Al Padli , Yetty Morelent , Yusrita Yanti

Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Program Pascasarjana

2

2

Universitas Bung Hatta, Universitas Bung Hatta.

Email: al.padli@ymail.com

  

Abstrak

Rendahnya hasil belajar Bahasa Indonesia siswa kelas VII SMP Negeri 4 Kerinci, khususnya dalam

mengubah teks wawancara menjadi karangan narasi merupakan suatu hal yang perlu dicarikan

solusinya. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan proses dan peningkatan hasil

belajar siswa kelas VIIc dalam mengubah teks wawancara menjadi karangan narasi dengan

menggunakan media audio visual. Aspek yang dinilai dalam penelitian ini adalah aktivitas siswa

dalam belajar dan hasil belajar siswa melalui tes. Sejumlah teori yang digunakan adalah konsep

teoretis tentang menulis (Purwo, 1990), karangan narasi (Keraf, 2005), teks wawancara

(Herdiansyah, 2013), media pembelajaran (Djamarah dan Zain. 2006), dan penggunaan media

audio visual (Arsyad, 2007). Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom

Action Research ) yang terdiri dari dua siklus. Subjek penelitian ini, siswa kelas VIIc SMP Negeri 4

Kerinci. Berdasarkan analisis data disimpulkan bahwa terjadi peningkatan yang signifikan terhadap

keterampilan menulis siswa kelas VIIc dalam mengubah teks wawancara menjadi karangan narasi

melalui penggunaan media audio-visual, dengan rentan peningkatannya dari prasiklus ke siklus 1

sebesar 48%, pada siklus 1 ke siklus 2 meningkat sebesar 33%. Sebagai kesimpulan dapat dikatakan

bahwa (1) penggunaan media audio visual dapat memotivasi siswa dalam belajar, (2) penggunaan

media audio Visual mempermudah siswa dalam mengingat pelajaran, dan (3) penggunaan media

dalam pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam mengubah teks wawancara ke

dalam karangan narasi. Oleh karena itu disarankan agar guru dapat menggunakan media

pembelajaran audio-visual untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam pembelajaran bahasa

Indonesia.

  Kata kunci:menulis, karangan narasi, teks wawancara, media audio-visual

Abstract

  

The low learning outcomes of students in learning Bahasa Indonesia at class VIIc SMP Negeri 4

Kerinci, especially in changing the text of the interview into a narrative essay is a matter that needs

to be solved. Therefore, this study aims to e xplain the process and enhancement of students’

learning outcomes in converting the texts of interview into a narrative essay using audio-visual

media. The aspects assessed in this study were students activities of learning and learning outcomes

through some tests. A number of theories used in this study are the concepts of writing (Purwo,

1990), narrative essay ( Keraf, 2005), the theory of the interview (Herdiansyah, 2013),

instructional and learning media (Djamarah and Zain., 2006), and the use of audio-visual media

(Arsyad, 2007). The type of this study is Classroom Action Research, which consists of two cycles.

The subjects were VIIc grade students of SMP Negeri 4 Kerinci. Based on the data analysis, the

results show, the enhancement of students' writing skills is significant with vulnerable improvement

from pre-cycle to cycle 1 by 48%, and from cycle 1 to cycle 2 increased by 33 %. In conclusion, the

  

use of audio-visual media can motivate students in learning process, the use of audio-visual media

facilitates students in remembering the lessons, and the use of media such as TV can improve

student s’ skill in writing a narrative essay. As suggestion, teachers can use audio-visual media to improve students ’ skills in learning Bahasa Indonesia.

  Keywords: writing, narrative essay, interview texts, audio-visual media.

1. Pendahuluan

  Menulis merupakan suatu keterampilan dalam berbahasa. Berdasarkan urutan pemerolehan keterampilan berbahasa, menulis merupakan keterampilan berbahasa yang terahir dipelajari setelah menyimak, berbicara dan membaca. Seorang yang hendak melakukan kegiatan menulis setidaknya harus menguasai salah satu dari tiga keterampilan berbahasa lainnya terlebih dahulu (menyimak, berbicara dan menulis).

  Jika dikaitkan dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), standar kompetensi bahan kajian bahasa Indonesia diarahkan kepada penguasaan empat keterampilan berbahasa, yaitu: menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat keterampilan ini menjadi faktor pendukung dalam menyampaikan pikiran, gagasan, dan pendapat, baik secara lisan maupun secara tertulis, sesuai dengan konteks komunikasi yang harus dikuasai oleh pemakai bahasa.

  Dari empat keterampilan tersebut, keterampilan menulis merupakan kemampuan yang paling sulit untuk dikuasai siswa dibandingkan dengan keterampilan berbahasa yang lain. Selain itu, pembelajaran keterampilan menulis tampaknya belum menggembirakan. Salah satu realita konkret yang mendukung pernyataan tersebut adalah kondisi pembelajaran keterampilan menulis di kelas VII SMP Negeri 4

  Kerinci.

  Berdasarkan pengalaman guru dan hasil observasi terhadap keadaan pembelajaran menulis di sekolah tersebut serta wawancara awal yang dilakukan dengan sejumlah guru bahasa Indonesia, diperoleh informasi bahwa motivasi dan kemampuan menulis, termasuk menulis karangan narasi siswa masih sangat rendah yang ditandai dengan siswa sering merasa jenuh jika disuruh mengarang, tidak ada siswa yang mempunyai kemampuan yang menonjol dalam pembelajaran mengarang, dan hasil karangan narasi siswa sangat memperihatinkan. Hal ini dibuktikan dengan hasil tes mengarang siswa berikut ini.

  Dari jumlah siswa 21 orang, hanya sekitar 40% siswa mencapai target KKM yaitu 70, karangan narasi siswa masih singkat (rata-rata ½ halaman),

  Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa menulis

  21

  cocok digunakan untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. Hal ini sesuai dengan pernyataan Arsyad (2011:10) yang dikutipnya berdasarkan pendapat Dale menyatakan bahwa perkiraan pemerolehan hasil belajar melalui indera pandang berkisar 75%, melalui indera dengar sekitar 13%, dan melalui indera lainnya sekitar 12%.

  visual merupakan salah satu media yang

  Banyak jenis media yang dapat digunakan oleh guru dalam mengajar. Media tersebut bisa berupa media audio, media visual, dan media audio-visual. Penulis beranggapan bahwa media audio-

  Fenomena lain yang tampak berdasarkan observasi awal di sekolah yang diteliti adalah sistem pembelajaran menulis yang diterapkan oleh guru cenderung monoton (didominasi oleh penggunaan metode ceramah), pembelajaran dengan sistem klasikal yang mengarah pada komunikasi satu arah (guru dan siswa), dan lebih berorientasi penghapalan materi pembelajaran. Keberhasilan pencapaian kompetensi suatu mata pelajaran bergantung kepada beberapa aspek. Salah satu aspek yang sangat mempengaruhi keberhasilan pencapaian kompetensi yaitu cara guru dalam melaksanakan pembelajaran. Kecenderungan yang terjadi pada proses pembelajaran saat ini pada guru, yaitu guru lebih banyak bercerita atau berceramah. Siswa tidak banyak aktif terlibat dalam proses pembelajaran, guru tidak/jarang menggunakan media pembelajaran sehingga proses pembelajaran menjadi pasif dan kurang bermanfaat.

  Dari data tersebut dapat terlihat bahwa siswa yang tuntas dalam ulangan harian tidak mencapai 50%. Nilai rata- rata siswa juga tidak mencapai KKM yang ditetapkan. Banyaknya siswa yang tidak tuntas dalam ujian menunjukkan bahwa tujuan pembelajaran belum tercapai. Ketidaktercapaian itu disebabkan oleh rendahnya motivasi belajar siswa kelas VII SMP Negeri 4 Kerinci.

  15%

  20 47,6 42,1 37,8 40,4

  21

  21

  ide/gagasan siswa kurang berkembang, kosa kata yang digunakan sederhana dan terbatas, penggunaan kalimat dan organisasi tulisan narasi siswa juga masih kurang terarah dan diketahui bahwa nilai ulangan harian siswa masih jauh di bawah kriteria ketuntasan yang telah ditetapkan. Berikut hasil ulangan harian siswa kelas VII SMP Negeri 4 Kerinci.

  VIId

  VIIc

  VIIb

  VIIa

  Persentase ketuntasan

  Nilai rata-rata kelas

  Kelas Jumlah siswa/ kelas

Tabel 1.1 Persentase Ketuntasan Nilai Ulangan Harian Bahasa Indonesia Siswa Kelas VII SMP Negeri 4 Kerinci

  • Sumber: Guru Bahasa Indonesia SMP Negeri 4 Kerinci
merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Dengan penguasaan keterampilan menulis, diharapkan siswa dapat mengungkapkan gagasan, pikiran, dan perasaan yang dimilikinya setelah menjalani proses pembelajaran dalam berbagai jenis tulisan, baik fiksi maupun nonfiksi. Asumsinya, pengungkapan tersebut merupakan peresapan, pemahaman, dan tanggapan siswa terhadap berbagai hal yang diperoleh dalam proses pembelajaran. Dengan demikian, segala informasi, ilmu pengetahuan, dan berbagai kecakapan yang diperoleh siswa dalam pembelajaran tidak akan sekedar menjadi hafalan yang menjalani tes.

  Berdasarkan keterangan di atas, maka penulis tertarik untuk mengetahui bagaimana keaktifan dan hasil belajar siswa jika dalam belajar guru menggunakan media audio-visual. Dalam penelitian ini, penulis memilih kelas VIIc karena menurut Bapak Hidayat minat belajar siswa kelas tersebut lebih rendah daripada kelas lainnya. Untuk itu, penulis memberi judul penelitian ini “Peningkatan Keterampilan Menulis Siswa Kelas VIIc dalam Mengubah Teks Wawancara Menjadi Karangan Narasi Melalui Media Audio Visual SMP Negeri

  4 Kerinci”. Penulis berharap dengan menggunakan media audio-visual khususnya pada SK dan KD menulis, siswa dapat lebih aktif dalam proses belajar dan hasil belajar bahasa Indonesia siswa dapat meningkat.

  2. KAJIAN TEORETIS

  Keterampilan menulis sangat penting, pengembangan pembelajaran menulis perlu ditingkatkan. Peningkatan pembelajaran menulis dapat dilakukan melalui berbagai kegiatan. Purwo (1990: 166-171) mengatakan bahwa kegiatan pengembangan pembelajaran menulis dapat dilakukan dengan kegiatan mengembangkan logika, melatih daya imajinasi, merangkai kata menjadi kalimat, dan merangkai kalimat menjadi paragraf. Hal ini dilakukan untuk mengaktifkan daya kreatif siswa dalam mengasah kecerdasan mareka.

  Untuk memperoleh keterampilan menulis yang dilakukan dalam bentuk latihan-latihan, sebelumnya seorang dalam menulis. Kemampuan menulis sangat membantu dalam mengkomunikasikan ide dan gagasan dalam tulisan. Hal yang sama juga dikemukakan oleh Rusyana (1994:191) bahwa kemampuan menulis mencakup berbagai kemampuan seperti: kemampuan menguasai gagasan yang akan dikemukakan, kemampuan menggunakan unsur-unsur bahasa, kemampuan menggunakan bentuk karangan, kemampuan menggunakan gaya, dan kemampuan menggunakan ejaan dan tanda baca. Adapun kemampuan yang yang harus dimiliki oleh seorang penulis, menurut Syafi’ie (1998:45-47), adalah (1) kemampuan menemukan masalah yang akan ditulis; (2) kepekaan terhadap kondisi bacaan; (3) menyusun perencanaan penulisan; (4) kemampuan menggunakan bahasa Indonesia; (5) kemampuan memulai menulis; (6) kemampuan memeriksa naskah sendiri. Selanjutnya Akhadiah, (1997:1) menyatakan keterampilan menulis merupakan pengetahuan yang kompleks yang menuntut sejumlah pengetahuan dan keterampilan. Dapat dikatakan bahwa kualitas tulisan seseorang ditentukan oleh seberapa banyak informasi berkualitas yang diperolehnya.

  Berdasarkan beberapa pendapat di atas, terlihat bahwa menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Dengan penguasaan keterampilan menulis, diharapkan siswa dapat mengungkapkan gagasan, pikiran, dan perasaan yang dimilikinya setelah menjalani proses pembelajaran dalam berbagai jenis tulisan, baik fiksi maupun tersebut merupakan peresapan, pemahaman, dan tanggapan siswa terhadap berbagai hal yang diperoleh dalam proses pembelajaran. Dengan demikian, segala informasi, ilmu pengetahuan, dan berbagai kecakapan yang diperoleh siswa dalam pembelajaran tidak akan sekedar menjadi hafalan yang mudah dilupakan sesaat setelah siswa menjalani tes. Tujuan pembelajaran menulis belum dicapai secara maksimal oleh siswa. Menurut Trimantara (2005:1), penyebab terhadap tidak tercapainya tujuan pembelajaran menulis meliputi: (1) rendahnya tingkat penguasaan kosa kata sebagai akibat rendahnya minat baca; (2) kurangnya penguasaan keterampilan mikrobahasa, seperti penggunaan tanda baca, kaidah-kaidah penulisan, diksi, penyusunan kalimat dengan struktur yang benar, sampai penyusunan paragraf; (3) kesulitan menemukan metode pembelajaran menulis yang sesuai dengan kondisi dan kemampuan siswa; serta (4) ketiadaan atau keterbatasan media pembelajaran menulis yang efektif.

  Menulis narasi merupakan salah satu pembelajaran kemampuan menulis yang diajarkan kepada siswa SMP (Sekolah Menengah Pertama). Hal ini terlihat pada SK 12 dan KD 12.1 “Mengungkapkan berbagai informasi dalam bentuk narasi dan pesan singkat dan mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan cara memperhatikan cara penulisan kalimat langsung dan tak langsung”.

  Narasi merupakan salah satu jenis karangan yang bersifat menceritakan sebuah peristiwa. Keraf (2005:136) mengemukakan bahwa narasi adalah tindak tanduk yang dijalin dan dirangkai dalam kesatuan waktu, atau narasi adalah bentuk wacana yang berusaha menggambarkan dengan sejelas-jelasnya kepada pembaca suatu peristiwa yang terjadi.

  Menurut Keraf (2005:136- 139),Narasi dibedakan menjadi dua, narasi ekspositoris dan narasi sugestif. narasi ekspositoris adalah narasi yang bertujuan untuk menggugah pikiran pembaca untuk mengetahui apa yang dikisahkan. Sasaran utamanya adalah

  rasio , yaitu berupa perluasan

  pengetahuan pembaca sesudah membaca kisah tersebut. Narasi sugestif adalah narasi yang merupakan sesuatu rangkaian peristiwa yang disajikan sekian macam sehingga merangsang daya khayal pembaca. Pembaca mengambil makna tersirat yang diungkapkan oleh penulis. Makna itu dapat diperoleh dan dipahami setelah membaca narasi tersebut.

  Stuktur narasi dapat dilihat dari komponen-komponen yang membentuknya, seperti penokohan, latar, sudut pandang, perbuatan (konflik), serta dapat pula dianalisis berdasarkan alurnya (Keraf 2005:145). Dalam penelitian hasil tes menulis karangan narasi siswa dinilai dari dua indikator, yaitu berdasarkan bentuk dan karakteristik narasi. Indikator karakteristik dibuat berdasarkan pendapat Keraf (2005:138-139) mengenai unsur pokok yang ada di dalam karangan narasi.

  Dari segi bentuknya, indikator penilaian keterampilan menulis karangan narasi terbagi lagi menjadi dua bagian, yaitu dari segi bahasa dilihat dari ejaan dan tanda baca, sedangkan dari segi isi dilihat dari kekoherensian atau kepaduan ide dalam karangan. narasi ekspositoris mempunyai empat karakteristik yaitu: (1) memperluas pengetahuan, (2) menyampaikan informasi mengenai suatu kejadian, (3) didasarkan pada penalaran untuk mencapai kesepakatan rasional dan, (4) bahasanya lebih condong ke bahasa informatif dengan titik berat pada penggunaan kata-kata denotatif.

  Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Moleong (dikutip oleh Herdiansyah, 2013:29). (Herdiansyah, 2013:30) yang dikutip berdasarkan pendapat Stewart dan Cash mengemukakan bahwa wawancara merupakan suatu interaksi yang didalamnya terdapat pertukaran/sharing aturan, tanggung jawab, perasaan, kepercayaan, motif dan informasi.

  Sejalan dengan pendapat di atas Herdiansyah (2013:31) mengemukakan bahwa wawancara adalah sebuah kegiatan interaksi komunikasi yang dilakukan oleh setidaknya dua orang, atas dasar ketersediaan dan dalam seting alamiah, dimana arah pembicaraan mengacu kepada tujuan yang telah ditetapkan dengan mengendepankan trust sebagai landasan utama dalam proses memahami.

  Media pembelajaran adalah alat yang digunakan guru dalam proses pembelajaran untuk memudahkan siswa dalam memahami materi pelajaran. Setiap pelajaran memiliki tingkat kesukaran yang bervariasi. Ada mata pelajaran yang tidak memerlukan media dan ada mata mempermudah pemahaman siswa. Mata pelajaran yang tingkat kesukarannya tinggi akan menyebabkan kejenuhan bagi siswa. Untuk itu, guru harus bijaksana dalam melakukan proses pembelajaran. Djamarah dan Zain (2006:120) menjelaskan bahwa media adalah alat bantu apa saja yang dapat dijadikan sebagai alat penyalur pesan guna mencapai tujuan pengajaran.

  Menurut Sadiman, dkk (2007:6) yang dikutipnya berdasarkan pendapat Briggs bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar. Pendapat yang senada dikemukakankan oleh Sadiman, dkk (2007:7) yang dikutipnya berdasarkan Asosiasi Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa media merupakan bentuk-bentuk komunikasi baik tercetak maupun audiovisual serta peralatannya, dengan demikian media dapat dimanipulasi, dilihat, didengar, atau dibaca. Media audio-visual merupakan media yang dapat dijadikan sebagai media komunikasi. Pada prinsipnya, media audio-visual melibatkan indera pendengaran dan indera penglihatan dari khalayak sasaran. Dengan menggunakan media audio-visual ini, siswa dapat memperoleh pengalaman yang lebih banyak, mengesankan, lebih jelas, dan lebih kongkret. Dengan media audio-

  visual bersuara siswa, dapat memperoleh informasi dari suara yang didengarkan.

  Untuk bagian yang lebih sulit, siswa dapat memahaminya dari gambar yang dilihat.

3. METODOLOGI PENELITIAN

  Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas merupakan terjemahan dari Classroom Action Researc adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat (Wardhani, 2007:1.4). Menurut Arikunto, dkk, dkk

  (2010: 3), ”penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi di dalam sebuah kelas secara bersamaan”. Penelitian tindakan kelas merupakan penelitian yang dilakukan berulang-ulang atau siklus. Tujuan penelitian tindakan kelas adalah untuk memperbaiki kelemahan-kelema handalam pembelajaran dan menemukan jalan keluarnya.

  Proses belajar diharapkan adanya hasil yang akan diperoleh oleh peserta didik. Hasil yang diharapkan dalam proses pembelajaran meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Selain tiga ranah tersebut, proses belajar juga menuntut adanya keterampilan yang dimiliki oleh siswa. Keterampilan tersebut berupa kesiapan mental siswa dan kepribadian siswa yang meliputi keterampilan berbicara dalam proses belajar. Keterampilan yang ingin diperoleh adalah keterampilan siswa untuk mngubah teks wawancara dalam bentuk dialog menjadi karangan narasi yaitu narasi ekspositoris.

  Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan model yang dikembangkan oleh Arikunto, dkk (2006:16), yaitu penelitian terdiri atas dua siklus. Setiap siklus terdiri atas empat tahap yakni; (1) pengamatan; dan (4) refleksi. Pada penelitian ini, penelitian dilakukan dalam dua siklus.

  Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini akan dibagi dua yakni instrumen utama dan instrumen penunjang. Instrumen utama penelitian ini adalah peneliti sendiri, yang juga berperan sebagai pelaksana pembelajaran di kelas. Selain itu, peneliti juga dibantu oleh guru bahasa Indonesia sebagai kolaborator dan juga sebagai perencana.

  Penggunaan instrumen penunjang berguna untuk mengetahui keadaan yang sudah terkondisi di sekolah baik oleh guru maupun oleh siswa. Peneliti menggunakan instrumen penunjang yang disesuaikan dengan tahap-tahap penelitian.

  Secara umum, data perencanaan, data pelaksanaan, dan data hasil berbentuk data verbal tulis. Peneliti akan menggunakan teknik observasi langsung melalui pengamatan sumber data dan teknik dokumentasi untuk memperoleh data. Kegiatan dalam pengumpulan data adalah sebagai berikut. Pertama, peneliti secara intensif mengikuti kegiatan belajar mengajar pada saat observasi awal sebelum pelaksanaan tindakan dilakukan dan ketika pelaksanaan tindakan dilakukan. Kedua, pada proses kegiatan belajar mengajar berlangsung, peneliti melakukan pengamatan langsung terhadap kondisi kelas. Sementara itu, lembaran observasi diperoleh melalui pengamatan langsung terhadap kegiatan guru (peneliti) dan kegiatan siswa oleh observer (kolaborator). Ketiga, hasil tes yang dilakukan untuk mengukur sejauh mana kemampuan mengubah teks wawancara menjadi karangan narasi sesuai aspek dan kriteria penilaian yang telah ditetapkan sebelumnya. Keempat, melakukan wawancara langsung dengan siswa pada setiap akhir siklus lalu dicatat kemudian dianalisis untuk mengetahui persepsi siswa mengenai pendayagunaan media audio visual dalam pembelajaran menulis. Kelima, mendokumentasikan kegiatan dan data di lapangan selama penelitian berlangsung.

  Teknik analisis data terbagi dua, yaitu (1) data hasil belajar siswa berupa nilai menulis karangan narasi berdasarkan teks wawancara, dan (2) data aktivitas siswa selama proses belajar mengajar.

  Pengumpulan data dilakukan melalui penelitian tindakan kelas dengan melakukan pengamatan secara langsung. Penelitian ini dilakukan dalam 2 siklus yang berlangsung selama tiga minggu. Penelitian ini dilakukan dua kali dalam satu minggu, dimulai pada tanggal 15 Oktober sampai tanggal 30 Oktober 2014.

  4. Pembahasan

  Hasil penelitian tindakan kelas ini diperoleh melalui tes dan non-tes berupa observasi. Hasil tes bertujuan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam mengubah teks wawancara menjadi karangan narasi melalui media audio visual. Sedangkan hasil observasi bertujuan untuk melihat keseriusan dan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran yang disajikan melalui media audio-visual.

  Pada kegiatan prasiklus ini guru menjelaskan pengertian karangan narasi, menjelaskan mengenai wawancara, dan mengubah teks wawancara menjadi karangan narasi. Selanjutnya guru melakukan kegiatan tanya jawab untuk mengetahui pemahaman siswa mengenai karangan narasi. Pada saat guru menjelaskan materi, siswa terlihat malas dan tidak bersemangat mengikuti pelajaran. Sebagian siswa sibuk dengan aktivitas lain (menggambar, mencoret meja, dan berbicara dengan teman), ada juga siswa yang sepertinya serius mendengarkan namun saat ditanya mereka tidak mampu menjawab pertanyaan guru, dan sebagian siswa keluar masuk kelas.

  Selanjutnya guru memberikan sebuah teks wawancara kepada siswa. Guru menjelaskan isi teks wawancara tersebut dan mencontohkan cara mengubah teks wawancara menjadi karangan narasi. Sebelum membuat karangan narasi, guru meminta siswa untuk menentukan pokok-pokok informasi yang diperoleh dari teks wawancara tersebut. Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan siswa akan lebih mudah dalam menulis karangan narasi. Banyak kendala yang terlihat saat proses pembelajaran. Kendala ini terlihat karena kurangnya motivasi siswa untuk belajar. Saat guru memberi tugas, siswa terlihat bingung dan malas mengerjakannya. berikut hasil karangan narasi siswa pada prasiklus.

  Setelah dikumpulkan dan dilakukan penilaian terhadap latihan tersebut, nilai tes mereka sangat jauh dari yang diharapkan atau KKM yang telah ditetapkan oleh sekolah yaitu 70.

  Hasil tes pada prasiklus terlihat bahwa kemampuan kelas VIIc SMP Negeri 4 Kerinci dalam menulis karangan narasi berdasarkan teks wawancara masih jauh dari KKM yang telah ditetapkan. Pernyataan ini dapat terlihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4.1 Hasil Tes Mengubah Wawancara Menjadi Karangan Narasi pada Prasiklus

  Diketahui bahwa nilai rata-rata yang diperoleh siswa hanya 42,5 dan berada dalam kualifikasi buruk. Siswa yang mendapat nilai di atas KKM pada pratindakan ini hanya sebanyak 2 orang memperoleh nilai 75 dengan pesentase 9,5%.

  Setelah mengamati permasalahan yang terjadi pada prasiklus, maka penulis menjadikan data tersebut sebagai bahan refleksi dalam merencanakan tindakan pembelajaran selanjutnya, yaitu pembelajaran pada siklus I. Dalam pelaksanaan pembelajaran dengan kompetensi dasar mengubah teks wawancara menjadi karangan narasi, peneliti memilih video acara Kick Andy yang berjudul animator Indonesia.

  Pertemuan pertama pada siklus I dilaksanakan pada hari Rabu, 22 Oktober 2014, dengan rangkaian kegiatan sebagai berikut. Pada tahap awal guru menanyakan, apakah siswa VIIc pernah melakukan kegiatan mengubah Dari 21 siswa yang mengikuti tes, teswawancara menjadi karangan narasi. 12 siswa sudah mengarah pada menulis Dari pertanyaan tersebut terjadilah tanya karangan narasi, Namun 9 siswa masih jawab antara siswa mengenai wawancara belum paham dengan menulis karangan dan melakukan latihan mengubah teks narasi. Berikut hasil karangan narasi wawancara menjadi narasi bedasarkan siswa pada siklus I. video pada acara 360 yang berjudul kulkas tanpa listrik dan freon. Setelah latihan dirasa cukup guru menutup pembelajaran dengan menyampaikan materi yang akan di bahas pada pertemuan selanjutnya dan mengucapkan hamdalah.

  Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Kamis, 23 Oktober 2014. Pada pertemuan ini penulis selaku guru menanyakan materi yang telah dibahas pada pertemuan sebelumnya untuk

  Berdasarkan lembar hasil tes materi yang telah dipelajari. Selanjutnya maka diproleh skor dan nilai seperti yang guru menjelaskan teknik mengubah teks digambarkan pada tabel berikut ini. wawancara menjadi karangan narasi dan memeberikan tes kepada siswa.

Tabel 4.2 Hasil Tes Mengubah Teks

  Pada siklus I pertemuan kedua

  Wawancara Menjadi Narasi pada

  diawali dengan menggali pemahaman

  Siklus I

  siswa, tanya jawab, mengulas materi yang belum dipahami siswa, melakukan tes dilakukan dengan menggunakan video pada acara Kick Andy yang berjudul Animator Indonesia. Berikut video yang telah diubah menjadi bentuk gambar.

  Dari hasil tes mengubah teks peneliti masih belum merasa puas karena wawancara menjadi narasi, dapat dilihat nilai rata-rata siswa masih berada pada nilai rata-rata kelas VII.c SMP Negeri 4 kualifikasi cukup. Oleh sebab itu peneliti Kerinci dalam satu kali tes adalah 71,5 melanjutkan penelitian pada siklus II dengan persentase ketuntasan siswa 57% pertemuan dua. dan berada dalam kualifikasi cukup dari Pada tahap ini tes dilakukan nilai maksimal 100. Dari 21 siswa yang berdasarkan video pada acara hitam putih mengikuti tes terdapat 12 siswa yang yang berjudul anak SMP yang memperoleh nilai di atas KKM. menghidupi neneknya yang berusia 92

  Dari rincian data terlihat jelas tahun. Berikut cuplikan video wawancara bahwa tidak ada siswa yang mencapai yang telah di ubah ke bentuk gambar. nilai dengan kualifikasi sempurna. Siswa yang memenuhi KKM pada siklus I ini sudah mengalami peningkatan sebesar 48% dari jumlah siswa yang tuntas pada pratindakan. Meskipun hasil tes siswa mengalami peningkatan, namun peneliti merasa penelitian harus dilanjutkan.

  Pelaksanaan pada siklus II masih sama dengan pelaksanaan pada siklus I. Pertemuan pertama Guru atau peneneliti tidak menuliskan teks wawancara, oleh sebab itu peneliti memberikan latihan

  Dari 20 siswa yang mengikuti tes, berdasarkan tayangan video acara Kick 18 siswa sudah mengarah pada menulis

  Andi yang berjudul perjalanan hidup karangan narasi. Namun 2 siswa masih dahlan. Dalam proses pembelajaran belum paham dan dibawah target KKM kegiatan siswa tidak hanya melihat apa karangan narasi. Berikut hasil menulis yang ditayangkan, tetapi aspek karangan narasi berdasarkan video mendengar juga ditonjolkan dalam wawancara. kegiatan ini. Siswa diminta untuk mendengarkan dialog yang dilakukan oleh pewawancara dan narasumber kemudian menuliskan kembali dalam bentuk karangan narasi berdasarkan apa yang didengar oleh siswa.

  Selanjutnya, pada siklus

  II pertemuan kedua, proses pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi karangan narasi juga dilakukan dengan menggunakan media audio-visual. Meskipun telah terjadi peningkatan nilai siswa dari prasiklus ke siklus I, namun Setelah dikumpulkan lembar terbukti meningkat dengan peningkatan karangan siswa dilakukan penyekoran yang signifikan. Untuk lebih jelasnya untuk memperoleh nilai. Skor dan nilai- dapat dilihat pada tabel di bawah ini. nilai siswa secara keseluruhan

Tabel 4.4 Hasil Peningkatan Nilai Siswa

  digambarkan ke dalam bentuk tabel berikut ini.

Tabel 4.3 Hasil Tes Mengubah Teks wawancara Menjadi Narasi pada Sikus

  II Berdasarkan hasil tes mengubah

  Berdasarkan tabel 4.5. data pada tes wawancara menjadi narasi, dapat prasiklus menunjukkan bahwa sebagian dilihat nilai rata-rata kelas VIIc SMP besar kemampuan siswa dalam mengubah

  Negeri 4 Kerinci dalam satu kali tes teks wawancara menjadi karangan narasi adalah 79,7 dengan persentase ketuntasan pada aspek menulis masih sangat rendah. siswa 90% dan berada dalam kualifikasi

  Pernyataan tersebut dikuatkan dengan baik sekali dari nilai maksimal 100. Dari hasil tes prasiklus yang nilai rata-ratanya 20 siswa yang mengikuti tes terdapat 18 jauh di bawah KKM dan berada dalam siswa yang memperoleh nilai di atas kualifikasi kurang sekali. KKM atau tuntas. Dengan demikian

  Melihat keadaan tersebut, peneliti persentase ketuntasan meningkat hingga mencoba mengatasi dengan media audio-

  33% dari persentase ketuntasan pada visual. Dengan media audio-visual siklus I. suasana belajar pada siklus I, dan II

  Berdasarkan data yang didapat dan diberi dinilai pada setiap siklus terlihat lebih bersemangat dan hasil belajar siswa pun semakin meningkat.

  Oleh sebab itu, berdasarkan analisis data menunjukkan bahwa dalam setiap tindakan pembelajaran terjadi peningkatan nilai belajar siswa. Pada pratindakan nilai rata-rata siswa 42,3 dengan persentase ketuntasan 9,5%, pada siklus I nilai rata-rata siswa 71,5% dengan persentase ketuntasan 57%, meningkat dari nilai persentase pada prasikus dengn rentan 48%, dan pada siklus II nilai rata-rata siswa meningkat menjadi 79,7 dengan persentase ketuntasan 90%, dengan rentan peningkatan 33% dari siklus 1.

  Berdasarkan data penelitian dapat disimpulkan bahwa penggunaan media audio-visual dapat meningkatkan kemampuan pemahaman siswa dalam pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi karangan narasi. Siswa berhasil mencapai nilai di atas KKM yang ditentukan yaitu 70.

  Proses pembelajaran prasiklus diawali guru menjelaskan pengertian karangan narasi, menjelaskan mengenai wawancara, dan mengubah teks wawancara menjadi karangan narasi. Selanjutnya guru melakukan kegiatan tanya jawab untuk mengetahui pemahaman siswa mengenai karangan narasi.

  Setelah penjelasan materi dirasa cukup, selanjutnya guru memberikan tes kepada siswa tanpa menggunakan media audio-visual, berdasarkan teks wawancara yang telah dibagikan sebelumnya. Dari 21 orang siswa hanya 2 orang siswa yang mencapai target KKM dengan nilai rata-rata 42,3 dengan persentase 9,5%.

  Pada siklus I diawali dengan menanyakan pengetahuan siswa mengenai wawancara dan narasi, menjelaskan materi, tanya jawab dan melakukan latihan menggunakan video wawancara yang berjudul kulkas tanpa listrik dan Freon.

  Pertemuan kedua pada siklus I, Materi yang dibahas merupakan materi lanjutan dari materi pertemuan pertama dan pemberian tes. Pada pertemuan kedua ini, guru membahas kesulitan-kesulitan siswa dalam mengubah teks wawancara menjadi karangan narasi dan memberikan tes berdasarkan video wawancara yang berjudul animator Indonesia. pada siklus I dengan persentase 57% meningkat dari nilai rata-rata pada prasiklus dengan rentan 48%, dan telah mencapai KKM. Dalam proses pembelajaran 4 siswa aktif bertanya, 11 siswa aktif dalam menjawab pertanyaan guru, dan 3 siswa siswa aktif menanggapi.

5. SIMPULAN

  Proses pelaksanaan pembelajaran siklus II pada dasarnya tidak jauh berbeda dengan proses pembelajaran siklus I, hanya saja yang berbeda adalah pada saat latihan menggunakan video wawancara yang berjudul perjalanan hidup Dahlan Iskan dan tes menggunakan video wawancara yang berjudul seorang anak SMP yang menghidupi neneknya yang berumur 92 tahun.

  Setelah hasil tes siswa diberi skor dan dinilai diperoleh nilai rata-rata siswa 79,7 dengan persentase 90%, meningkat dari persentase pada siklus 1 dengan rentan 33% dan berhasil mencapai target di atas KKM 70. Dalam proses pembelajaran 9 siswa aktif bertanya, 16 siswa aktif dalam menjawab pertanyaan Purwo, Bambang Kaswanti. 1990. guru, 7 siswa aktif menanggapi.

  Pragmatik dalam Pengajaran Oleh sebab itu penerapan media Bahasa. Yogyakarta: Karnisius.

  audio-visual dalam proses pembelajaran Rusyana, Yus. 1994. Bahasa dan Sastra secara siginifikan dapat meningkatkan dalam Gumitan Pendidikan. aktivitas dan hasil belajar siswa. Bandung: Diponegoro. Peningkatan tersebut disebabkan oleh: (1) penggunaan media audio visual dalam Sadiman, Arief S. dkk. 2007. Media proses pembelajaran merupakan hal yang Pendidikan. Jakarta: Grafindo menarik bagi siswa sehingga dapat Persada. memotivasi siswa dalam pembelajaran

  Syafi’ie, Imam. 1998. Retorika Dalam bahasa Indonesia; (2) penggunaan media Jakarta: Dirjen Dikti

  Menulis.

  audio visual mempermudah siswa dalam P2LPTK. mengingat pelajarannya; (3) penggunaan

  Trimantara, Petrus. 2005. ”Metode media audio visual dapat meningkatkan Sugesti-Imajinasi dalam hasil belajar siswa. Pembelajaran Menulis dengan

  Media Lagu

  ”. Jurnal Pendidikan Penabur, No.05/ Th.IV: 2-5.

  DAFTAR PUSTAKA Pokok Penelitian Tidakan Kelas.

  Akhadiyah, Sabarti, dkk. 1997. Menulis.

  Jakarta: Universitas Terbuka. Jakarta: Depdikbud.

  Arikunto, dkk, Suharsimi. dkk. 2010.

  Penelitian Tindakan Kelas.

  Jakarta: Bumi Aksara. Arsyad, Azhar. 2007. Media

  Pembelajaran. Jakarta: Grafindo Persada.

  Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

  Herdiansyah, Haris. 2013. Wawancara,

  Observasi, dan Focus Groups: Sebagai Instrumen Penggalian Data Kualitatif. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

  Indriana, Dina. 2011. Ragam Alat Bantu

  Media Pengajaran. Jogjakarta: Diva Press.

  Keraf, Goryz. 2005. Argumentasi dan Narasi. Jakarta: PT. Gramedia.