PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS NASKAH DRAMA SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GERLACH DAN ELY SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI KELAS XI SMA NEGERI 1 TANJUNG RAYA KABUPATEN AGAM ARTIKEL

  

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS NASKAH DRAMA SISWA

MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GERLACH DAN ELY

SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

DI KELAS XI SMA NEGERI 1 TANJUNG RAYA KABUPATEN AGAM

ARTIKEL

ARNELIA. R

  1310018512003

  

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS BUNG HATTA

2016

  

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS NASKAH DRAMA SISWA

MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GERLACH DAN ELY

SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

DI KELAS XI SMA NEGERI 1 TANJUNG RAYA KABUPATEN AGAM

Arnelia R, Yetty Morelent, Marsis

  

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Program Pascasarjana Universitas Bung Hatta

Arnelia.rahimi@yahoo.com ABSTRACT

  

Arnelia R. 2015. "Improving Students’ Ability in Writing Drama Script through

Gerlach and Ely’s Learning Model Application and Its Implication to the Learning of

Indonesian Language for the Eleventh Year Students of SMA Negeri 1Tanjung

Raya Agam Regency." Thesis. Bung Hatta University Postgraduate Program.

  One of the problems faced by Eleventh Year Students of IPA 2 SMA Negeri I Tanjung Raya in learning Indonesian Language is the lack of ability to write drama script. The students’ low ability was obtained from the initial tests (prasiklus) which was conducted by a teacher to 24 students. The results of the initial test was only 3 students who have reached completeness and 21 students have not reached completeness with an average value of 65.96. One cause that make the students’ low ability in writng drama script was the fact that students have not gained a lot of knowledge on writing drama script. In fact, to improve the students’ ability in writing drama script, classroom action research had to be done by applying the Gerlach and Ely’s Learning Model because the learning Strategy which was used in this model based on the students’ knowledge. This research was aimed to describe the increasing in the learning process and improving students’ learning outcomes in writing drama script. Implementation of this study began in July to November 2015. During the study researcher collaborated with two Indonesian language teachers in order to get the qualitative and quantitative data. Based on the research results, the increasing of students’ ability in writing drama script at the first cycle with the average value of 65.96 into 77.25 with good criteria, the second cycle of 77.25 into 84.54 with good criteria, and the third cycle of 84.54 to 91,17 with very good criteria. Based on the data above the researcher concluded that the application of Gerlach and Ely’s Learning Models could improve the students’ ability in writing drama script for Eleventh Year Students of IPA 2 SMA Negeri I Tanjung Raya Agam Regency. Thus Gerlach and Ely’s Learning Model should be one of the models was applied to other basic competencies and other subjects so that learning is more systematic and purposeful.

  Keywords: improvement, the ability to write, drama script, Gerlach and Ely’s Learning Model

  PENDAHULUAN Drama merupakan karya yang ditulis dalam bentuk tersendiri dengan menggunakan dialog antartokoh sebagai sarana primer. Dalam penulisan naskah drama ada hal yang menjadi pedoman yakni keterbacaan dan kesesuaian.

  Keterbacaan artinya naskah mudah dicerna pembaca sehingga tema yang diinginkan penulis mudah didapat. Kesesuaian artinya naskah tersebut sejalan dengan perkembangan psikologis pembaca. Selain itu drama disebut juga

  sebagai karya dua dimensi karena naskah drama ditulis tidak saja untuk dinikmati melalui kegiatan membaca, melainkan juga untuk dipertunjukkan (dipentaskan) di atas panggung atau melalui media film/televisi (Thahar, 2008:2). Dalam karya dua dimensi penulis naskah drama mempertimbangkan pembaca dan penonton. Untuk pembaca penulis naskah menggunakan bahasa yang komunikatif dan estetis, sedang untuk penonton penulis memperkirakan penonton yang memiliki apresiasi baik terhadap drama tersebut.

  Menulis naskah drama dalam pembelajaran bahasa Indonesia diajarkan baik tingkat SMP maupun SMA. Khusus pada tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) kelas XI, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) terdapat drama dengan Kompetensi Dasar (KD) mendeskripsikan perilaku manusia melalui dialog naskah drama. Standar Kompetensi ini mengharapkan siswa mampu menulis naskah drama. Akan tetapi, guru mengalami permasalahan yakni rendahnya kemampuan siswa kelas XI IPA 2 SMA Negeri 1 Tanjung Raya dalam menulis naskah drama. Permasalahan ini diamati setelah prasiklus yang dilakukan guru dengan hasil dari 24 orang siswa yang terdiri atas 6 orang laki-laki dan 18 orang perempuan yang mengikuti tes prasiklus ditemukan 3 siswa telah mencapai ketuntasan dan 21 siswa belum mencapai ketuntasan. Ketuntasan belajar secara klasikal dengan daya serap 75% dari 8 kriteria yang dinilai baru 4 kriteria yang telah mencapai ketuntasan. Penyebab rendahnya kemampuan menulis naskah drama siswa karena belum semua siswa memiliki pengetahuan yang mendalam tentang penulisan naskah drama dan beberapa siswa telah mengetahui tentang penulisan naskah drama belum mampu menerapkan pengetahuan tersebut pada keterampilan menulis naskah. Penyebab lain yakni guru tidak menggunakan strategi yang cocok. Selain itu, pembelajaran tidak menggunakan media sehingga siswa tidak memiliki contoh ketika menulis naskah

  Untuk mengatasi permasalah tersebut penulis berinisiatif untuk melakukan penelitian tindakan kelas tentang penulisan naskah drama dengan membuat model desain pembelajaran yang tepat dan menerapkannya dalam pembelajaran menulis naskah drama. Model pembelajaran yang diterapkan adalah model pembelajaran Gerlach dan Ely karena model ini menunjang tugas utama guru yakni sebagai perencana, pelaksana, dan penilai pembelajaran. Ketiga tugas guru tersebut akan diuraikan dalam 10 komponen model pembelajaran Gerlach dan Ely. Komponen model Gerlach dan Ely ini dapat sebagai peta atau petunjuk bagi guru untuk melaksanakan pembelajaran sehingga pembelajaran lebih terfokus pada tujuan pembelajaran yang diinginkan. Selain itu, model ini sistematis dan efektif digunakan dalam pembelajaran Penilaian pada model pembelajaran ini mengacu pada ranah kognitif, psikomotor, dan afektif. Dengan demikian, model pembelajaran ini membantu siswa meningkatkan kemampuannya dalam menulis naskah drama.

  Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa. Kegiatan menulis merupakan kegiatan intelektual karena kegiatan menulis ditandai dengan kemampuan mengungkapkan pikiran atau Kemampuan menulis merupakan kemampuan yang kompleks yang menuntut sejumlah pengetahuan dan keterampilan. Selain itu, ke terampilan

  menulis memiliki berbagai manfaat baik bagi diri penulis maupun untuk pembaca. Kemampuan menulis akan menghasilkan suatu karya baik fiksi maupun nonfiksi. Salah satu contoh karya fiksi adalah drama. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:364) drama adalah komposisi syair atau prosa yang diharapkan dapat menggambarkan kehidupan dan watak melalui tingkah laku atau dialog yang dipentaskan. Menurut Hasanuddin (2009:8) drama sebagai suatu gendre sastra yang ditulis dalam bentuk dialog dengan tujuan untuk dipentaskan sebagai suatu seni pertunjukan. Penulisan naskah drama tidak sama dengan karya sastra lain karena penulisan naskah drama memiliki kekhususan. Kekhususan tersebut disebabkan tujuan drama ditulis yang tidak hanya berhenti pada tahap pembeberan peristiwa untuk dinikmati secara artistik imajinatif oleh pembaca, namun diteruskan untuk kemungkinan dipertontonkan. Kekhususan inilah yang menyebabkan drama sebagai gendre sastra lebih terfokus dan berorientasi pada seni pertunjukan (Hasanuddin, 2009:2). Drama memiliki unsur-unsur atau dengan membentuk kesatuan dalam naskah drama. Menurut Hasanuddin (2009:81), unsur-unsur drama teridiri atas unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Lebih lanjut, Waluyo (2003: 8) menjelaskan bahwa unsur-unsur pembentuk struktur naskah drama yang terdiri atas: (1) plot atau kerangka cerita, (2) penokohan dan perwatakan, (3) dialog, (4) setting, (5) tema/nada dasar cerita, (6) amanat/ pesan penagarang, dan (7) petunjuk teknis. Kegiatan menulis drama tentu melalui beberapa tahap-tahap. Menurut Lutters (2010: 31), tahap-tahap penulisan naskah drama disarikan sebagai berikut: (1) tahap persiapan cerita, (2) tahap observasi adalah pengamatan terhadap sebuah kasus untuk kebutuhan penulisan naskah, (3) tahap melakukan riset yaitu melakukan penelitian untuk mencari kebenaran data tentang sesuatu, (4) tahap pembuatan sinopsis yaitu tahap membuat ikhtisar yang memuat semua data dan informasi yang akan ditulis dalam naskah, (5) tahap membuat kerangka tokoh atau skema, (6) tahap menentukan profil tokoh, (7) menentukan treatment/scene plot, dan (8) tahap menulis naskah/skenario dengan memperhatikan format penulisan naskah dengan tepat. Keberhasilan pengarang dalam menulis naskah drama menurut Hasanuddin (2009:89) dipengaruhi sensitivitas, imajinasi, intelektualitas, serta pandangan hidupnya. Keempat faktor ini saling mendukung dan tak dipisahkan satu sama lain. Dalam pembelajaran menulis naskah drama, guru membantu siswa sehingga siswa memiliki kemampuan yang baik dalam menulis naskah drama. Salah satu usaha guru adalah menerapkan model pembelajaran yang sesuai. Pada dasarnya model pembelajaran merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Trianto (2007:17) mengutip Arends mengatakan bahwa model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas. Menurut Eggen (2012:7), ciri-ciri model pembelajaran itu adalah: (1) model pembelajaran dirancang untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan memperoleh pengetahuan mendalam tentang bentuk spesifik materi, (2) model pembejaran mencakup serangkaian langkah-langkah (fase-fase) yang bertujuan membantu siswa mencapai tujuan yang spesifik, dan (3) model pembelajaran didukung teori dan penelitian tentang pembelajaran dan

  Model pembelajaran berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran dan para guru dalam melaksanakan pembelajaran, seperti yang dikemukakan oleh Trianto (2014:53) mengutip Joyce dan Weil bahwa model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang dipergunakan dalam merancang pembelajaran di kelas atau pembelajaran tutorial serta untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran. Selain itu, model pembelajaran dapat membantu peserta didik mencapai tujuan pembelajaran dan mendapatkan informasi, ide, keterampilan, cara berpikir, dan mengekspresikan ide. Berbagai jenis model pembelajaran yang ditawarkan pada pendidik, tetapi model pembelajaran yang cocok di semua kalangan termasuk pendidikan tinggi adalah model pembelajaran Gerlach dan Ely. Model pembelajaran Gerlach dan Ely diciptakan oleh Vernon S. Gerlach dan Donald P. Ely pada tahun 1971. Model pembelajaran Gerlach dan Ely merupakan suatu metode perencanaan pengajaran yang sistematis. Sama halnya yang diungkapkan Grabowski (2003) bahwa

  The Gerlach & Ely model does indeed adopt a systematic approach to teaching and learning, and has most of the necessary elements contributing to instruction included yang artinya model

  pendekatan yang sistematis untuk mengajar dan belajar, serta memiliki sebagian besar elemen yang diperlukan berkontribusi terhadap yang mencakup pengajaran.

  Rusman (2010:162) model Gerlach dan Ely adalah model pembelajaran yang sistematis karena model ini menggambarkan tiga pokok tugas guru yaitu, merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi. Ketiga tugas ini terurai dalam 10 komponen pembelajaran yang terdiri dari merumuskan tujuan pembelajaran, menetukan isi atau topik pembelajaran, mengadakan tes awal, menentukan strategi, mengelompokan siswa, menentukan waktu, menentukan ruang, memilih media, melakukan evaluasi, dan menganalisi umpan balik.

  Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (Classroom Action

  Research ). Penelitian tindakan kelas

  bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran serta membantu memberdayakan guru dalam memecahkan masalah pembelajaran di sekolah. Penelitian ini secara kualitatif bertujuan untuk mendeskripsikan proses peningkatan kemampuan menulis naskah drama siswa kelas XI IPA dengan model pembelajaran Gerlach dan Ely. Secara kuantitaif penelitian ini bertujuan untuk naskah drama siswa kelas XI IPA 2 SMA Negeri I Tanjung Raya Kabupaten Agam dengan model pembelajaran Gerlach dan Ely.

  Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif. Metode deskriptif dalam penelitian bertujuan untuk mendesripsikan peningkatan kemampuan menulis naskah drama siswa kelas XI IPA SMA Negeri I Tanjung Raya Kab. Agam dengan model pembelajaran Gerlach dan Ely. Metode ini dimaksudkan untuk mengumpulkan data dan informasi tentang permasalahan yang diteliti, sehingga data dideskripsikan secara rinci, sistematis, dan jujur. Oleh sebab itu, penerapan model Gerlach dan Ely dilakukan dalam upaya untuk meningkatkan kemampuan menulis naskah drama siswa kelas XI IPA 2 SMA Negeri I Tanjung Raya Kabupaten Agam. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan tiga siklus. Siklus adalah putaran secara berulang dari kegiatan penelitian tindakan kelas yang terdiri atas perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Data dalam penelitian ini berupa data verbal dan data non verbal. Data verbal ialah seluruh data yang terkait dengan proses pembelajaran maupun hasil pembelajaran menulis naskah drama melalui model pembelajaran Gerlach dan Ely pada setiap pengamatan (observasi), catatan lapangan, hasil angket, dan hasil tes unjuk kerja siswa. Data nonverbal adalah data berupa foto-foto. Data penelitian terdiri atas data kualitatif dan data kuantitif. Data kualitatif mencakup aktivitas guru, aktivitas siswa, catatan lapangan, dan angket respon siswa. Data kuantitif berupa nilai dari tes unjuk kerja menulis naskah drama.

  Instrumen penelitian ini adalah peneliti sendiri. Sugiyono (2008:307) mengatakan bahwa penelitian kualitatif instrumen utamanya adalah peneliti sendiri dengan melengkapi data serta membandingkan data yang ada dengan data yang ditemukan. Kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif ini sekaligus merupakan perencana, pelaksana, pengumpul data, penganalisis, penafsir data dan pada akhirnya menjadi pelapor hasil penelitiannya. Peneliti sebagai instrumen utama dilengkapi dengan instrumen tambahan berupa lembar observasi aktivitas guru dan siswa, catatan lapangan, angket, dan tes kemampuan menulis naskah drama.

  Siklus 1 dilaksanakan dalam dua kali pertemuan. Pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 29 Oktober 2015 dan pertemuan kedua pada tanggal 2 dari 2 x 45 menit. Pertemuan I siklus I aktivitas guru dinilai dalam lembar obsevasi tindakan guru adalah persiapan, kegiatan belajar mengajar, dan aspek pendukung.

  Berdasarkan catatan observer dalam lembaran obsevasi, aktivitas guru yang terdiri dari persiapan dengan skor 19, kegiatan belajar mengajar dengan skor 72, dan aspek pendukung dengan skor 11 dengan jumlah 102 dan skor idel 150 sehingga didapat nilai 68 dengan kriteria cukup. Pada pertemuan II siklus I, aktivitas guru meningkat dibandingkan pertemuan pertama dengan persentase 71,72 dengan kriteria baik. Dengan uraian persiapan dengan skor 20, kegiatan belajar mengajar dengan skor 72 dan aspek pendukung dengan skor 12 yang berjumlah 104 dan skor ideal 145. Dari hasil pengamatan yang dilakukan observer terhadap tindakan guru dua kali pertemuan menujukkan peningkatan sebanyak 3,72%.

  Sementara aktivitas siswa dalam berpartisipasi pada kegiatan penutup pertemuan I siklus I masih kurang. Satu orang siswa yang ditunjuk tidak mau menyampaikan refleksi tehadap pembelajaran. Skor masing-masing aspek yang didapat adalah keaktifan 74, perhatian 83, keseriusan 82, dan partisipasi 77, dengan jumlah skor perolehan 316 dan skor ideal 480 maka

  65,83 dengan kriteria cukup. Pada pertemuan II siklus I, terjadi peningkatan dan beberapa orang siswa mau menyampaikan kesulitan belajar dan refleksi pembelajaran. Skor masing- masing aspek yang didapat adalah keaktifan 83, perhatian 76, keseriusan 99, dan partisipasi 84, dengan jumlah 342 dan skor ideal 480 maka rata-rata 71,25 dengan kriteria baik. Untuk jelasnya hasil pengamatan dari observer tentang aktivitas siswa pada siklus I dapat dilihat pada grafik berikut.

  Grafik 1. Aktivitas Siswa dalam Siklus

  I Respon siswa terhadap penerapan

  model pembelajaran Gerlach dan Ely ini dengan jumlah skor siswa menjawab sangat setuju 179,2 dengan rata-rata 22,40, setuju 308,4 dengan rata-rata 38,55, netral 58,3 dengan rata-rata 7,28, tidak setuju 191,7 dengan rata-rata 23,96, dan tidak sangat setuju 54,3 dengan rata- rata 6,79. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada grafik beikut ini.

  Grafik 2. Angket Respon Siswa Siklus I

  Sementara hasil tes unjuk kerja menulis naskah drama siklus I diketahui bahwa 17 orang siswa telah mencapai ketuntasan dan 7 orang siswa belum mencapai ketuntasan. Jumlah rata-rata siswa 1854 dan jumlah siswa 24 maka rata-rata menulis drama kelas XI IPA2 adalah 77,25 dengan kriteria baik. Secara klasikal 75% kriteria penilaian telah mencapai ketuntasan dan 25% perlu perbaikan. Jika dibandingkan dengan hasil tes pada prasiklus, terlihat ada sedikit peningkatan jumlah siswa yang mampu menulis naskah drama. Hal ini diasumsikan bahwa model pembelajaran Gerlach dan Ely bisa membantu siswa dalam menulis naskah drama. Berdasarkan diskusi dengan observer maka perlu perbaikan untuk meningkatkan kemampuan menulis naskah drama ke siklus II. Adapun perbaikan yang perlu diperhatikan adalah:

  (1) guru mengefektifkan penggunaan waktu pembelajaran sehingga kegiatan pembelajaran sesuai dengan rencana, (2) guru memotivasi siswa yang tidak aktif dengan memanggil nama siswa dan diberi kesempatan bertanya atau menjawab pertanyaan, (3) perhatian guru harus menyeluruh sehingga kegiatan semua siswa terpantau dan memberikan teguran bagi siswa yang melanggar, (4) guru menukar kembali anggota kelompok berdasarkan kemampuan berbicara siswa, (5) guru memberikan bacaan atau naskah drama dengan tema yang sesuai dan menarik, dan (6) guru hendaknya membimbing siswa dalam menulis drama sehingga siswa mampu menggunakan bahasa yang estetis dan komunikatif serta kesalahan penggunaan EYD dapat dikurangi. Siklus II dilaksanakan pada tanggal 5 November 2015 dan pertemuan kedua pada tanggal 9 November 2015. Aktivitas guru yang terdiri dari persiapan dengan skor 19, kegiatan belajar mengajar dengan skor 69, dan aspek pendukung dengan skor 12 dengan jumlah 100 dan skor ideal 130 sehingga didapat nilai 76,92 dengan kriteria baik. Pada pertemuan II siklus II, aktivitas guru meningkat dibandingkan pertemuan pertama dengan nilai 85,38 dan kriteria baik. Dengan uraian persiapan dengan skor 24, kegiatan belajar mengajar dengan skor 15 yang berjumlah 111 dan skor ideal 130. Dari hasil pengamatan yang dilakukan observer terhadap tindakan guru dua kali pertemuan menujukkan peningkatan sebanyak 8,46%. Aktivitas siswa pertemuan I siklus II skor masing-masing aspek yang didapat adalah keaktifan 101, perhatian 95, keseriusan 96, dan partisipasi 98, dengan jumlah skor perolehan 390 dan skor ideal 480 maka rata-rata aktivitas siwa

  Respon siswa terhadap penerapan pertemua I adalah 81,25 dengan kriteria model pembelajaran Gerlach dan Ely baik. Pada pertemuan II siklus II, terjadi dengan skor siswa menjawab sangat peningkatan dengan skor masing-masing setuju 300,1 dengan rata-rata 37,51, aspek yang didapat adalah keaktifan 104, setuju 351,1 dengan rata-rata 43,89, netral perhatian 100, keseriusan 104, dan 20,8 dengan rata-rata 2,60, tidak setuju partisipasi 103, dengan jumlah 411 dan 62,3 dengan rata-rata 7,79, dan tidak

  8

  skor ideal 480 maka rata-rata 85,56 sangat setuju 12,5 dengan rata-rata 1,56. dengan kriteria baik. Untuk jelasnya hasil

  Untuk lebih jelas dapat dilihat pada pengamatan dari observer tentang aktivitas grafik berikut ini. siswa pada siklus II dapat dilihat pada

  Grafik 4 Angket Respon Siswa grafik berikut. pada Siklus II Grafik 3 Aktivitas Siswa dalam Proses Pembelajaran pada Siklus II

  Hasil tes unjuk kerja menulis naskah drama siklus II diketahui bahwa 24 orang siswa yang mengikuti tes unjuk kerja telah mencapai ketuntasan Jumlah nilai rata-rata siswa 2029 dan jumlah siswa 24 maka nilai rata-rata menulis drama kelas

  XI IPA2 adalah 84,54 dengan kriteria baik. Secara klasikal secara klasikal semua indikator telah mencapai ketuntasan. Jika dibandingkan dengan hasil tes pada siklus I , terlihat ada peningkatan jumlah siswa yang mampu menulis naskah drama. Hal ini diasumsikan bahwa model pembelajaran Gerlach dan Ely mempermudah dan membantu siswa dalam menulis naskah drama. Akan tetapi, peningkatan tersebut masih belum memuaskan karena semua data yang dikumpulkan mengiformasikan bahwa kategori nilai berada pada kategori baik. Oleh karena itu, peneliti perlu melanjutkan penelitian pada siklus III dengan beberapa revisi. Adapun perbaikan yang perlu diperhatikan adalah: (1) guru menyusun langkah-langkah pembelajaran yang rinci, (2) guru memotivasi siswa dengan optimal sehingga kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan model pembelajaran Gelach dan Ely dapat dilaksanakan dan aktivitas siswa meningkat ke arah yang lebih baik, (3) guru hendaknya memberikan perhatian menyeluruh ketika siswa menulis naskah drama sehingga penggunaan bahasa yang komunikatif dan estetis serta penggunaan EYD yang benar dapat diterapkan dalam naskah siswa. Siklus III dilaksanakan pada tanggal

  12 November 2015 dan pertemuan kedua pada tanggal

  16 November 2015. Aktivitas guru yang terdiri dari persiapan dengan skor 25, kegiatan belajar mengajar dengan skor 73, dan aspek pendukung dengan skor 15 dengan jumlah 121 dan skor ideal 130 sehingga didapat nilai 93,08 dengan kriteria sangat baik. Pada pertemuan II siklus III, aktivitas guru meningkat dibandingkan pertemuan pertama dengan nilai 96,15 dan kriteria sangat baik. Dengan uraian persiapan dengan skor 25, kegiatan belajar mengajar dengan skor 85 dan aspek pendukung dengan skor 15 yang berjumlah 125 dan skor ideal 130. Dari hasil pengamatan yang dilakukan kolaborator terhadap tindakan guru dua kali pertemuan menujukkan peningkatan sebanyak 3,07%.

  Aktivitas siswa dengan skor masing- masing aspek yang dinilai pada pertemuan I siklus III adalah keaktifan 101, perhatian 103, keseriusan 108, dan partisipasi 10 dengan jumlah skor perolehan 416 dan skor ideal 480 maka rata-rata aktivitas siwa pertemua I adalah 86,67 dengan kategori sangat baik. Pada pertemuan

  II siklus

  III, terjadi peningkatan dengan skor masing-masing aspek yang didapat adalah keaktifan 104,

  9 partisipasi 108, dengan jumlah 430 dan skor ideal 480 maka rata-rata 89,58 dengan kategori sangat baik. Untuk jelasnya hasil pengamatan dari observer tentang aktivitas siswa pada siklus III dapat dilihat pada grafik berikut.

  Grafik 5 Aktivitas Siswa dalam Proses Pembelajaran pada Siklus III

  Hasil tes unjuk kerja menulis naskah drama siklus III diketahui bahwa 24 orang siswa yang mengikuti tes unjuk kerja telah mencapai ketuntasan. Jumlah nilai rata-rata siswa 2188 dan jumlah siswa 24 maka nilai rata-rata menulis drama kelas

  XI IPA2 adalah 91,17 dengan kriteria sangat baik. Secara klasikal secara klasikal semua indikator telah mencapai

  Respon siswa terhadap model ketuntasan Jika dibandingkan dengan pembelajaran Gerlach dan Ely dengan hasil tes pada siklus II , terlihat ada jumlah skor siswa menjawab sangat peningkatan jumlah siswa yang mampu setuju 300,1 dengan rata-rata 37,51, menulis naskah drama. Hal ini setuju 351,1 dengan rata-rata 43,89, netral diasumsikan bahwa siswa telah terbiasa 20,8 dengan rata-rata 2,60, tidak setuju dengan model pembelajaran Gerlach dan 62,3 dengan rata-rata 7,79, dan tidak

  Ely dan model ini dapat membantu siswa sangat setuju 12,5 dengan rata-rata 1,56. dalam menulis naskah drama. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada

  Berdasarkan data yang dikumpulkan grafik berikut ini. terlihat peningkatkan kemampuan

  Grafik 6 Angket Respon Siswa

  menulis naskah drama. Peningkatan ini

  pada Siklus III

  secara umum sangat signifikan dan secara

  10

  individual keberhasilan belajar telah mencapai ketuntasan 100%, dengan nilai rata-rata 91,17 dan kriteria sangat baik. Dengan demikian pelaksanaan tindakan Aktivitas guru dari siklus ke siklus juga mengalamai peningkatan, pada siklus I aktivitas guru 69,86 , pada siklus

  II naik menjadi 81,15 dan pada siklus III naik menjadi 94,62. Ini berarti terjadi peningkatan aktivitas guru dalam melaksanakan pembelajaran yang sesuai

  Sementara itu peningkatan hasil dengan model pembelajaran Gerlach dan belajar prasiklus rata-rata 66, siklus I rata-

  Ely. Sebagaiman yang tergambar pada rata 73,9, siklus II rata-rata 88,5, dan grafik berikut. siklus III rata-rata 91,17. Peningkatan

  Grafik 7 Peningkatan Aktivitas Guru pada Siklus I, Siklus II, dan Siklus III

  secara klasikal pada umumnya terjadi pada semua indikator. Secara umum peningkatan ini memberikan gambaran bahwa kemampuan menulis naskah drama siswa dari tahap prasiklus, siklus I, siklus

  II dan siklus III. Dengan demikian penerapan model Gerlach dan Ely berpengaruh terhadap kemampuan menulis naskah drama siswa. Peningkatan juga terjadi pada aktivitas

  Kemampuan menulis naskah drama siswa siswa mulai dari siklus I rata-rata 73,4, meningkat dengan mencapai nilai yang rata-rata siklus II adalah 83,5 dan rata- sangat memuaskan. rata siklus

  III 88,13. Data ini

  SIMPULAN

  menunjukkan terjadi peningkatan Berdasarkan temuan penelitian dapat aktivitas siswa tentang keaktifan, disimpulkan bahwa pembelajaran dengan perhatian, keseriusan, dan partisipasi. menerapkan model pembelajaran Gerlach

  Sebagaimana yang tergambar pada grafik dan Ely dapat meningkatkan kualitas berikut. proses pembelajaran menulis naskah drama siswa kelas XI IPA 2 SMA Negeri

  I Tanjung Raya. Peningkatan terlihat

  Grafik 8. Perbandingan Aktivitas Siswa dalam Proses Pembelajaran

  pada perhatian siswa dalam belajar dan

  pada

  mengerjakan tugas, keaktifan siswa

   Siklus I, Siklus II, dan Siklus III

  menanggapi pertanyaan baik dari guru maupun dari teman, keaktifan siswa dalam diskusi, partisipasi atau kerja sama dalam kelompok, dan perhatian dan keseriusan siswa dalam kegiatan pembelajaran selalu meningkat dari siklus I, II, dan III. Pada siklus I rata-rata aktivitas siswa 73,4 dengan ketegori baik, siklus II naik menjadi 83,5 dengan kategori baik, dan siklus III juga naik menjadi 88,13 dengan kategori sangat baik.

  Selain meningkatan kualitas proses pembelajaran penerapan model pembelajaran Gerlach dan Ely dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran menulis naskah drama dengan indikator kelengkapan bagian drama, kreativitas menyusun dialog, kreativitas menggambarkan tokoh dan perwatakan, kreativitas menyusun alur cerita, kreativitas menggambarkan latar, kreativitas menggambarkan teks samping, kreativitas memilih tema, dan ketepatan menggunakan EYD. Peningkatan ini terlihat dari siklus ke siklus. Pada prasiklus rata-rata nilai siswa 65,96 dengan kriteria cukup, siklus I rata-rata nilai siswa 77,25 dengan kriteria baik, siklus II nilai rata-rata siswa meningkat menjadi 84,54 dengan kriteria baik, dan siklus III nilai rata-rata 91,17 dengan kriteria sangat baik.

  Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Bahasa Indonesia. Jakarta: Diktorat Pendidikan Menengah Umun.

   Media: A Systematic Approach The Gerlach & Ely Model. (Online).

  Grabowski, Sarah. 2003. Teaching &

   Model Pembelajaran . Jakarta: Indeks.

  Eggen, Paul. 2012. Strategi dan

  Teknik Menulis Karya Ilmiah . Jakarta: Rineka Cipta.

  Dwiloka, Bambang dan Rati Riana. 2005.

  Citra Budaya Indonesia. Ayan, Jordan E. 2002. Bengkel Kreativitas . Bandung: Kaifa. Danim, Sudarwan. 2002. Menjadi Peneliti Kualitatif. Bandung: Pustaka Setia. Daryanto. 2013. Inovasi Pembelajaran Efektif . Yrama Widya: Bandung. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:Balai Pustaka. Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Pedoman Khusus

  DAFTAR PUSTAKA

   dan Menyunting . Padang: Yayasan

  Atmazaki. 2006. Kiat-Kiat Mengarang

  AR, Syamsuddin dan Vismaia S. Damaianti. 2006. Metode Penelitian Pendidikan Bahasa. Bandung : Rosda.

  Penelitian Tindakan Kelas . Jakarta: Bumi Aksara.

  Arikunto, Suharsimi, dkk. 2006.

  Ali, Mohammad dan Muhammad Asrori. 2014. Metodologi Riset Pendidikan . Jakarta: Bumi Aksara.

  Lodich.com/edit/edit 6180/ gerlach_ely pdf. Diakses 27 Maret 2015 Hamalik, Oemar. 2012. Pendekatan Baru Strategi Belajar Mengajar. Sinar Baru: Bandung. Harymawan. 1986. Dramaturgi. Bandung: Rosda. Hasanuddin. 2009. Drama Karya Dua Dimensi . Bandung: Angkasa. Iskandarwassid dan Dadang Sunendar. 2011. Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung: Remaja Rosdakarya. Iwuchukwu, Onyeka. 2008. Elements

  of Drama . (Buku Elektronik) National

  Sutirman. 2013. Media & Model-Mode

  Yogyakarta: Hanindita. Yurnelis. 2012. “Peningkatan Kemampuan Menulis Naskah

  Waluyo, Herman J. 2003. Drama: Teori dan Pengajarannya.

  Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif . Jakarta: Bumi Aksara.

  ______. 2009. Model Pembelajaran:

  Assessment Pembelajaran . Jakarta: Bumi Aksara.

  Trianto. 2014. Model Pembelajaran Terpadu . Jakarta: Bumi Aksara. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Uno, Hamzah B, dan Satria Koni. 2013.

  Japan: International Christian University. Online) es_54_ono pdf diakses 30 April 2015.

  Construction of an Instructional Design Model for Medical English Education in Japan.

  Tomonori, Ono. 2015. The

  Kreatif: Paduan bagi Pemula . Padang UNP Press.

  Thahar, Haris Efendi. 2008. Menulis

  Menulis Sebagai Ketrampilan Berbahasa . Bandung: Angkasa.

  Graha Ilmu. Tarigan, Henry Guntur. 2008.

  l Pembelajaran Inovatif . Yogyakarta:

  Persada. Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

  Open University of Nigeria. Abuja Office. Lutters, Elizabeth. 2010. Kunci Sukses Menulis Skenario . Jakarta: Grasindo. Mahayana, Maman S. 2008. Bahasa

  Evaluasi Pendidikan . Jakarta: Grafindo

  Bandung: Pustaka Setia. Sudijono, Anas. 2013. Pengantar

  Prenada Media Group. Subana, M. dan Sunarti. 2011. Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia .

   Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana

  Sanjaya, Wina. 2008. Strategi

   Pembelajaran . Bumi Aksara: Jakarta.

  Nurgiantoro, Burhan. 2011. Penilaian Otentik dalam Pembelajaran Bahasa . Yogyakarta: UGM. Nursisto. 2000. Penuntun Mengarang. Jakarta: Adicita. Restutisari, Widhi. 2013. “Model Pembelajaran Gerlach dan Ely pada Penulisan Hiragana dalam Bentuk Kosakata yang Menggunakan Multimedia Siswa Kelas XI SMA Negeri 22 Bandung”. (Online) www repository.upi.edu. pdf, diakses 1 Mei 2015. Rusman. 2010. Model-Model Pembelajaran . Jakarta: Rajawali. Sani, Ridwan Abdullah. 2014. Inovasi

   Language Teaching. (Buku Elektronik) Singapore: Mc Graw Hill.

  Nunan, David. 2003. Practical English

   PTK Itu Mudah . Jakarta: Bumi Aksara.

  Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Meilani . 2014. “Penerapan Model Desain Pembelajaran Gerlach dan Ely untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Tematik Siswa Kelas IV B SD Negeri 02 Kota Gajah.” (Online) e-jurnal www. Unila, ac id pdf, diakses tanggal 30 April 2015. Muslich, Masnur. 2014. Melaksanakan

   Khusus Pengembangan Instrumen dan Penilaian Ranah Afektif .

  Mardapi, Djemari. 2004. Pedoman

   Indonesia Kreatif . Jakarta: Perpustakaan Nasional.

  12 Drama melalui Pendekatan Pembelajaran Kontekstual Siswa Kelas

  VIII SMP RSBI Negeri 12 Padang” Tesis Program Pascasarjana Universitas Negeri Padang.

  13