PERIZINAN USAHA STASIUN PENGISIAN BAHAN BAKAR UMUM DI KOTA BANDAR LAMPUNG

  Universitas Lampung PERIZINAN USAHA STASIUN PENGISIAN BAHAN BAKAR UMUM DI KOTA BANDAR LAMPUNG Afrizal Vatikawa Dr. HS.Tisnanta, S.H., M.H., Syamsir Syamsu, S.H., M.H.

  Bagian Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas Lampung Jl. Soemantri Brojonegoro No.1 Bandar Lampung 35145

  Email :

  ABSTRAK

  Kewenangan izin usaha SPBU merupakan kewenangan yang tersebar pada berbagai instansi antara lain, Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan PT. Pertamina. Izin yang diperlukan adalah izin usaha niaga dari Pemerintah Pusat sebagai syarat bagi badan usaha yang hendak melakukan usaha niaga BBM, izin dari PT. Pertamina sebagai pemegang lisensi BBM di Indonesia, dan izin pendirian dari Pemerintah Daerah dan Pengawasan perizinan usaha SPBU dapat dilakuakan oleh Pemerintah Pusat dengan cara meminta laporan kemajuan usaha secara priodik, PT. Pertamina melakukan pengawasan dengan melalui program SPBU bersertifikat PASTI PAS! untuk menjaga kualitas dan kuantitas dari BBM yang dijual serta pelayanan dari SPBU dan melalui program pemasangan RFID pada SPBU dan kendaraan untuk memantau penggunaan BBM, Pemerintah Daerah dalam melakukan pengawasan melalui instrumen yang berupa instrumen preventif dan instrumen represif yang tujuannya untuk melindungi hak masyarakat dan lingkungan sekitar SPBU.

  Kata kunci: Perizinan, SPBU, Kota Bandar Lampung ABSTRACT

  The authorization of Public Gas Station (SPBU) venture license is an authority that dispersed into various instances, such as Central Government, Local Government, and PT. Pertamina. The licenses required are commercial venture license from Central Government as the requirement

  Universitas Lampung

  PT. Pertamina as the holder of fossil fuel license in Indonesia, and license of installation from Local Government and License Monitoring of public gas station venture could be committed by Central Government through demand on the venture progress report periodically, PT. Pertamina execute the monitoring through program on public gas station that certified with PASTI PAS! To maintain the quality and quantity of the fossil fuel in which sold also the service of the public gas station and through RFID installation program on public gas station and vehicle to monitor the using of fossil fuel, Local Government in doing the monitoring through instruments that are preventive instrument and repressive instrument which purposed to protect the right of public and public gas station surrounding environment.

  Keywords: License, Public Gas Station, Bandar Lampung City

  Perizinan tersebut merupakan suatu sistem I.

   PENDAHULUAN yang berkaitan dengan izin usaha SPBU.

  Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum Kewenangan izin usaha SPBU

  (SPBU) merupakan kegiatan usaha hilir merupakan kewenangan yang tersebar pada dalam kegiatan usaha minyak dan gas bumi berbagai instansi antara lain, Pemerintah (migas). Kegiatan usaha hilir merupakan Pusat, Pemerintah Daerah, dan PT. kegiatan usaha yang berintikan atau

  Pertamina, namun pendirian SPBU akan bertumpu pada kegiatan usaha pengolahan, terkait dengan kewenangan PT. Pertamina pengangkutan, penyimpanan, dan/atau sebagai pengelola distribusi dan penjualan

  1

  niaga. Jenis-jenis kegiatan usaha tersebut migas di Indonesia karena Pemerintah dalam penyelenggaraannya masing-masing

  Daerah untuk dapat mengeluarkan izin diperlukan perizinan tersendiri. Izin yang pendirian SPBU memerlukan rekomendasi dimaksud adalah izin usaha pengolahan, izin dari PT. Pertamina. usaha pengangkutan, izin usaha

  Pemerintah menggunakan instrumen

  2 penyimpanan, dan izin usaha niaga.

  yuridis berupa izin untuk mengarahkan 1 aktifitas tertentu (sturen), mencegah bahaya

  Lihat Pasal 1 angka 10 dan Pasal 5 angka 2 UU No. 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi

  Universitas Lampung

  membagi benda-benda yang sedikit, dan diterbitkannya izin dengan apa yang ada di mengarahkan dengan menyeleksi orang- lapangan oleh PT. Pertamina dan

  3

  orang dan aktifitas-aktifitas. Pemerintah Daerah, maka dari itu diperlukan Tujuan-tujuan dari izin diimplikasikan suatu pengawasan terhadap izin yang akan ke dalam persyaratan dan sarana yang dan telah diterbitkan agar tidak terjadi diwajibkan oleh PT. Pertamina dan penyimpangan dalam pelaksanaannya yang Pemerintah Daerah untuk dipenuhi oleh akibatnya dapat merugikan masyarakat badan usaha sebagai syarat untuk diterbitkannya izin usaha SPBU. Persyaratan-persyaratan tersebut merupakan II. pengendali dalam memfungsikan izin

METODE PENELITIAN

  sebagai instrumen untuk pengawasan bagi aktifitas-aktifitas masyarakat.

  Penelitian ini menggunakan metode Dalam penyelenggaraannya, keadaan penelitian hukum normatif untuk meneliti dari objek izin yang telah diterbitkan tidak dan menulis pembahasan skripsi ini sebagai sesuai dengan apa yang sudah dicantumkan metode penelitian hukum. Penggunaan atau dipenuhi di dalam persyaratan metode penelitian normatif dalam upaya mendapatkan izin tersebut. Pelanggaran site penelitian dan penulisan skripsi ini dilatari

  plan oleh SPBU di Jalan Urip Sumoharjo

  kesesuaian teori dengan metode penelitian

4 Bandar Lampung dan pencemaran sumur

  yang dibutuhkan penulis dengan pendekatan warga oleh SPBU di Jalan Walter peraturan perundang-undangan (statue

5 Monginsidi Bandar Lampung merupakan

  6 aproach) .

  salah satu contoh dari penyelenggaran usaha SPBU yang tidak sesuai dengan persyaratan yang telah dipenuhi dalam hal

  III. HASIL PENELITIAN DAN 3 PEMBAHASAN Sri Redjeki Hartono, 2003, Aspek Keperdataan

  Pada Pelayanan Publik , Jakarta: Rineka Cipta, hlm.70. diakses pada 31 Mei 2013

  Universitas Lampung

  3.1. Gambaran Umum SPBU di Kota Bandar Lampung

  Keberadaan SPBU di setiap sudut kota sangatlah penting selain sebagai tempat tujuan dalam membagi-bagikan BBM yang merupakan barang terbatas melalui sistem distribusi BBM juga dikarenakan luas dan meratanya keberadaan penduduk di Kota Bandar Lampung dengan aktifitasnya yang selalu berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain dengan mempergunakan kendaraan bermotor, namun penyebaran SPBU di Kota Bandar Lampung tidaklah merata di setiap wilayah dan terlihat berpusat di satu wilayah yang dianggap strategis bahkan ada SPBU yang letaknya berhadapan dan hanya dibatasi pembatas jalan atau berjarak sekitar 4 (empat) meter dari bahu jalan yaitu SPBU Pertamina nomor 24.351.93 dan SPBU Pertamina nomor 24.351.74 yang keduanya terletak di jalan ZA. Pagar Alam, hal ini disebabkan karena pengusaha SPBU dalam memilih lokasi yang dijadikan untuk usaha SPBU dan Pemerintah Daerah dalam memberikan izin pendirian SPBU lebih memperhatikan dan mengkaji jaringan lalu lintas di wilayah tersebut agar mengetahui apakah wilayah

  SPBU atau tidak daripada melihat dari segi pemerataan distribusi BBM pada setiap wilayah di Kota Bandar Lampung.

  Keberadaan dan penyebaran SPBU di Kota Bandar Lampung merupakan bagian dari fungsi distribusi BBM yang dimaksudkan untuk membagi barang terbatas. BBM sebagai barang terbatas menjadikan Pemerintah Pusat dalam hal ini BPH Migas memberlakukan sistem kuota terhadap distribusi BBM bersubsidi di tiap daerah. Kuota distribusi BBM bersubsidi (premium dan solar) untuk tahun 2013 untuk Kota Bandar Lampung yaitu untuk kuota premium sebanyak 194.790,962 kiloliter (KL) dari jumlah kuota premium Provinsi Lampung sebanyak 809.243,752 KL dan untuk kuota solar sebanyak 147.420,532 KL dari jumlah kuota solar Provinsi Lampung sebanyak 559.018,646 KL.

  7 Pembagian dari 7 Jumlah kebutuhan BBM tertentu jenis premium untuk sektor transportasi serta peralatan pertanian sebesar 878.434,9 KL. Terdiri atas sektor transportasi untuk kendaraan bermotor sebesar 867.943,6 KL, sektor transportasi untuk kendaraan yang melintas Lampung sebesar 9.850,5 KL, dan sektor peralatan pertanian sebesar 640,8 KL.

  Kemudian untuk jenis solar, transportasi, kapal nelayan, dan peralatan pertanian sebesar 616.027,7 KL. Terdiri atas sektor transportasi untuk kendaraan bermotor sebesar 566.644 KL, sektor transportasi untuk kendaraan yang melintas Lampung sebesar 25.082,5 KL, sektor kapal nelayan sebesar 20.096,4 KL, dan sektor pelayanan pertanian 4.204,8 KL. Lihat

  Universitas Lampung kuota tersebut untuk tiap masing-masing SPBU berbeda tergantung pada tipe dan lokasi SPBU.

  SPBU yang merupakan bagian dari fungsi distribusi BBM bersubsidi mempunyai peran yang sangat penting dalam penjualan BBM bersubsdi. SPBU dituntut untuk selalu dapat berlaku profesional dalam menjalankan usahanya agar tidak terjadi kelangkaan BBM bersubsi di wilayahnya, namun pada kenyataannya sering kita jumpai kelangkaan BBM bersubsidi pada SPBU di Kota Bandar Lampung. Penyebabnya bermacam-macam mulai dari kurangnya kuota yang diterima saat ini untuk memenuhi kebutuhan BBM bersubsidi di Kota Bandar Lampung yang cukup tinggi dapat dilihat dari usulan BBM bersubsidi untuk Provinsi Lampung oleh Pemerintah Provinsi Lampung kepada BPH Migas yaitu untuk premium sebanyak 878.434,9 kl dan solar 616.027,7 kl yang ini semua tidak dapat dipenuhi oleh BPH Migas, penyebab kelangkaan BBM pada SPBU di Kota Bandar Lampung juga dikarenakan oleh banyaknya SPBU atau oknum yang melakukan penimbunan BBM subsidi untuk dilarikan ke industri dikarenakan selisih harga solar subsidi dan karena harga solar nonsubsidi Rp10.800/liter dan subsidi Rp5.500/liter.

  8 Penggunaan

  BBM bersubsidi yang tidak tepat sasaran juga menjadikan tingginya konsumsi BBM bersubsidi yang berakibat pada kelangkaan BBM pada SPBU di Kota Bandar Lampung.

  3.2. Izin Usaha SPBU di Kota Bandar Lampung

  3.2.1. Izin dari PT.Pertamina

  Izin dari PT. Pertamina merupakan izin dalam arti lisensi yaitu izin biasa digunakan dalam kegiatan perdagangan, hal ini dikarenakan PT. Pertamina sebagai pemegang hak dalam usaha migas di Indonesia. Untuk mendapatkan izin usaha SPBU dari PT. Pertamina, badan usaha harus sudah mendapatkan izin usaha niaga dari Menteri ESDM melalui Direktur Jenderal yang tugas dan tanggung jawabnya meliputi kegiatan usaha migas. Izin tersebut harus disampaikan juga kepada BPH Migas guna mendapatkan Nomor Registrasi Usaha (NRU). Setelah mendapatkan izin usaha niaga, badan usaha harus bersedia dan dapat memenuhi apa saja yang menjadi syarat- 8

  

  Universitas Lampung

  c. Sistem Keamanan: 1)

  f. Duiker g.Sensor api dan perangkat pemadam kebakaran

  2) Papan penunjuk SPBU sebaiknya berlampu agar keberadaan SPBU mudah dilihat oleh pengendara.

  SPBU memiliki lampu penerangan yang menerangi seluruh area dan jalur pengisian BBM;

  d. Sistem Pencahayaan: 1)

  4) Terdapat rambu-rambu tanda peringatan.

  3) Memiliki dinding pembatas/pagar pengaman;

  2) Memiliki ground point/strip tahan karat;

  Memiliki pipa ventilasi tangki pendam;

  Pertamina.

  syarat yang ditetapkan oleh PT. Pertamina di dalam proses izin usaha SPBU.

  4) Saluran bangunan/drainase sesuai dengan pedoman PT.

  Instalasi sumur pantau yaitu untuk memantau tingkat polusi terhadap air tanah di sekitar bangunan SPBU yang disebabkan oleh kegiatan

  digunakan untuk mengalirkan minyak yang tercecer di area SPBU kedalam tempat penampungan. 3)

  catcher yaitu Saluran yang

  2) Instalasi oil catcher dan well

  Pertamina : b. Sarana lindungan lingkungan:

  Sarana pemadam kebakaran harus sesuai dengan pedoman PT.

  Sarana dan Prasarana Standar yang wajib dimiliki oleh setiap SPBU : a.

  PT. Pertamina menetapkan dalam pembangunan sebuah SPBU, luas minimal lahan tergantung dari letak lahan yang akan dibangun menjadi sebuah SPBU. Apabila lahan yang akan dibangun SPBU terletak dijalan besar/utama, maka luas lahan yang harus dimiliki minimal 2500 m². Sedangkan untuk akses jalan lokal minimal 700 m².

1) Instalasi pengolahan limbah.

  Universitas Lampung

  rekomendasi dalam persetujuan pendirian i. Generator SPBU dari PT. Pertamina kepada Pemerintah Daerah. j. Racun Api Setelah mendapatkan izin dari

  Pemerintah Daerah, calon mitra dapat k. Fasilitas umum : membuat permohonan izin usaha SPBU ke

  PT. Pertamina. Berikut ini persyaratan 1) permohonan izin usaha SPBU yang

  Toilet; 2) ditetapkan PT. Pertamina:

  Mushola;

3) Lahan parkir..

  a.

  Fotokopi Kartu Tanda Penduduk l. Instalasi listrik dan air yang memadai (KTP) pemilik/pimpinan badan usaha; m. Rambu-rambu standar PT. Pertamina b.

  Biodata perusahaan/akta pendirian : perusahaan (untuk badan usaha); c. Lay out bangunan SPBU dan

  1) konfigurasi SPBU yang akan

  Dilarang merokok; 2) dibangun;

  Dilarang menggunakan telepon seluler; d.

  Peta lokasi skala 1:10.000 atau lebih 3) besar, dan peta topografi/rupa bumi

  Jagalah kebersihan; 4) skala 1:25.000 yang

  Tata cara penggunaan alat pemadam kebakaran memperlihatkan titik lokasi rencana pendirian SPBU;

  Dari semua sarana dan prasarana

  e. izin peruntukan Fotokopi standar bangunan SPBU yang telah penggunaan tanah (IPPT) sesuai tercantum di atas, semuanya harus dipenuhi dengan skala kegiatan; calon mitra setelah calon mitra dinyatakan f.

  Fotokopi izin gangguan (HO); boleh melakukan usaha di lokasi yang g.

  Fotokopi Izin Mendirikan Bangunan diajukan berdasarkan surat resmi dari PT. (IMB);

  Universitas Lampung h.

  3.2.2. Izin dari Pemerintah Kota Bandar

  Bukti pengesahan meter pompa SPBU dari instansi yang berwenang; Lampung i. Fotokopi izin timbun tangki dari instansi yang berwenang; Dalam hal izin pendirian SPBU di Kota j.

  Bandar Lampung, badan usaha yang sudah Dokumen pengelolaan lingkungan hidup sesuai dengan skala kegiatan; memiliki lokasi lahan yang nantinya akan k. dibangun SPBU dan sudah memiliki

  Fotokopi surat izin pembangunan SPBU dari Jasamarga (khusus bagi rekomendasi dari PT. Pertamina dapat pendaftar yang memiliki lokasi di membuat surat permohonan kepada Badan jalan tol). Penanaman Modal dan Perizinan (BPMP) l. kota Bandar Lampung. Setelah surat

  Nama Kelurahan di sertifikat tanah harus sesuai dengan lokasi pendirian permohonan diterima, BPMP mengadakan

9 SPBU yang didaftarkan. rapat dengan Badan Koordinasi Penataan

  Ruang Daerah (BKPRD) untuk mengkaji Syarat-syarat tersebut merupakan kelayakan dari lokasi lahan yang akan instrumen yang digunakan oleh PT. didirikan SPBU.

  Pertamina untuk kepastian hukum, Setelah dinyatakan layak dari hasil pengawasan, mengarahkan aktifitas tertentu, rapat BKPRD, badan usaha diminta untuk mencegah bahaya bagi lingkungan, memenuhi syarat-syarat yang berupa izin melindungi objek tertentu, membagi benda- gangguan (HO), tanda daftar perusahaan benda yang sedikit, dan mengarahkan (TDP), surat izin usaha perdagangan (SIUP), dengan menyeleksi orang-orang dan izin Keterangan Rencana Kota (KRK) atau

  10

  aktifitas-aktifitas. Izin Pendahuluan Membangun (IPM), dan

  11

  izin mendirikan bangunan (IMB). Berikut ini merupakan persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi untuk mendapatkan izin-izin tersebut :

   11 diakses pada 14 Juli Hasil wawancara dengan Bapak A. Yusman

  Universitas Lampung 1.

  Perhubungan; 7)

  Hukum Perseroan dari Menteri Hukum dan HAM Republik Indonesia;

  7) Fotokopi pengesahan Badan

  Fotokopi akta pendirian perusahaan dan perubahannya;

  Fotokopi surat izin HO; 6)

  Fotokopi lunas PBB tahun berjalan; 5)

  Pajak (NPWP); 4)

  3) Fotokopi Nomor Pokok Wajib

  KTP direktur/ penanggungjawab/ pemilik yang masih berlaku;

  2) Fotokopi

  Mengisi formulir permohonan TDP;

  2. TDP 1)

  8) Surat persetujuan/kerjasama khusus jenis usaha agen gas elpiji dan penyalur BBM dari PT.Pertamina.

  Rekomendasi dari BPBD terkait penanggulangan bahaya kebakaran;

  6) Advis/rekomendasi dari Dinas

  Izin HO a.

  Persetujuan tetangga/izin lingkungan yang diketahui oleh lurah/ camat;

  AMDAL atau UKL/UPL yang dikeluarkan oleh BPPLH; 5)

  (bila bukan tempat sendiri); 4)

  3) Surat perjanjian kontrak/sewa

  2) Fotokopi penunjukan pimpinan perusahaan (pusat/cabang);

  Fotokopi akta pendirian dan perubahannya yang telah disahkan oleh lembaga yang berwenang;

  Persyaratan khusus 1)

  5) Pemohon yang tidak secara langsung harus melampirkan surat kuasa asli; b.

  4) Advis camat;

  3) Fotokopi tanda lunas PBB tahun berjalan;

  Fotokopi KTP direktur/penanggung jawab/pemilik yang masih berlaku;

  Mengisi permohonan izin HO; 2)

  Persyaratan umum 1)

  8) Fotokopi surat keputusan pengesahan badan hukum dan

  Universitas Lampung

  9) Akta pendirian cabang/perwakilan (bagi kantor cabang/perwakilan), atau surat penunjukan pimpinan cabang/perwakilan;

  10) Neraca perusahaan (bagi perusahaan comandikter).

  Mengisi formulir permohonan surat KRK;

  Persyaratan umum 1)

  4. KRK atau IPM a.

  Fotokopi akta cabang/ surat penunjukkan cabang (jika memiliki cabang).

  2 lembar; 11)

3. SIUP

  6) Fotokopi TDP;

  1) Mengisi formulir permohonan

  Surat kuasa dari pemilik tanah (apabila nama pemilik tanah berbeda dengan nama pemohon serta melampirkan

  Persyaratan khusus 1)

  b.

  5) Gambar bangunan yang tercantum jelas ukuran dan dengan skala 1:100 atau 1:200 berikut gambar situasi dan gambar tata letak.

  4) Fotokopi surat bukti kepemilikan tanah yang dilegalisir pejabat berwenang;

  3) Fotokopi tanda lunas PBB tahun berjalan;

  2) Fotokopi KTP pemohon yang masih berlaku;

  SIUP; 2)

  7) Fotokopi akta pendirian perusahaan dan perubahannya;

  Fotokopi KTP Direktur/ penanggung jawab/ pemilik yang masih berlaku;

  3) Fotokopi NPWP;

  4) Fotokopi lunas PBB tahun berjalan;

  5) Fotokopi surat izin HO;

  9) Neraca perusahaan (bagi perusahaan comandikter);

  Hukum Perseroan dari Menteri Hukum dan HAM Republik Indonesia;

  8) Fotokopi pengesahan Badan

  10) Pas foto direktur/ penanggungjawab/ pemilik ukuran 4x6 sebanyak

  Universitas Lampung

  fotokopi KTP pemberi kuasa/ keterangan terdiri dari denah, pemilik tanah); tampak, potongan dan dengan 2) skala 1:100 atau 1:200, berikut

  AMDAL atau UKL/UPL yang dikeluarkan oleh gambar situasi dan gambar tata BPPLH; letak;

  3) 7)

  Site plan dari Distako; Izin KRK atau IPM; 4)

  8) Peil banjir dari Dinas PU; Pemohon secara tidak langsung

  5) dari Dinas harus melampirkan surat kuasa Andalalin

  Perhubungan; asli; 6)

  Rekomendasi dari BPBD terkait penanggulangan b.

  Persyaratan khusus bahaya kebakaran; 1) Surat kuasa dari pemilik tanah

  7) secara tidak apabila nama pemilik tanah Pemohon langsung harus melampirkan berbeda dengan nama pemohon surat kuasa asli. serta melampirkan fotokopi

  KTP pemberi kuasa/ pemilik 5. tanah;

  IMB a.

  2) Persyaratan umum AMDAL atau UKL/UPL yang

  1) dikeluarkan oleh BPPLH;

  Mengisi formulir permohonan surat IMB; 3) Site plan dari Distako;

  2) permohonan

  IMB 4) Surat

  Peil banjir dari Dinas PU; diketahui oleh camat dan lurah; 5) dari Dinas Andalalin

  3) Perhubungan;

  Fotokopi KTP pemohon yang masih berlaku; 6) Rekomendasi dari BPBD terkait

  4) penanggulangan bahaya

  Fotokopi PBB tahun berjalan; 5) surat bukti kebakaran;

  Fotokopi kepemilikan tanah dilegalisir 7) Surat pernyataan pengelolaan pejabat berwenang; lingkungan (SPPL).

  6) bangunan yang Gambar

  Universitas Lampung 3.3. Pengawasan Perizinan Usaha SPBU di Kota Bandar Lampung

  Dalam usaha SPBU dibutuhkan suatu pengawasan oleh Pemerintah Pusat, PT. Pertamina, dan Pemerintah Daerah. Pengawasan yang dilakukan Pemerintah Pusat hanya dilakukan kepada badan usaha yang memiliki izin usaha niaga BBM dan tidak dilakukan secara langsung melainkan hanya dengan kewajiban bagi badan usaha untuk melaporkan usahanya secara priodik, selain itu Pemerintah Pusat lebih memfokuskan pengawasannya kepada pendistribusian BBM dari PT. Pertamina ke SPBU maupun dari SPBU ke masyarakat yang dapat dibantu oleh Pemerintah Daerah. Pengawasan dalam pendistribusian BBM oleh Pemerintah Pusat dilakukan dengan menerapkan sistem kuota BBM pada setiap daerah berdasarkan strategisnya daerah tersebut dari arus lalu lintas. PT. Pertamina dan Pemerintah Daerah melakukan pengawasan terhadap distribusi BBM, pelayanan dan dampak lingkungan dari SPBU terhadap masyarakat, pengawasan yang dilakukan dapat dilakukan dengan berbagai macam cara seperti diterapkannya persyaratan-persyaratan untuk mendapatkan maupun dengan langsung turun ke lapangan apabila diperlukan (pengawasan represif). Di sini hanya akan dibahas tentang Pengawasan dari PT. Pertamina dan Pemerintah Daerah yang dalam hal ini Pemerintah Kota Bandar Lampung.

  3.3.1. Pengawasan dari PT. Pertamina Izin yang telah diberikan oleh PT.

  Pertamina kepada usaha SPBU harus diiringi dengan pengawasan yang cermat dan konsisten agar tidak terjadi penyimpangan terhadap izin dan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang telah diberikan dan ditetapkan. Pengawasan tersebut dilakukan dengan cara pemantauan SPBU secara berkala oleh PT. Pertamina yang terdapat di Region masing-masing tempat SPBU didirikan. Pengawasan dilakukakan terhadap bangunan atau fasilitas SPBU dan takaran dalam pengisian BBM oleh SPBU kepada pelanggan.

  Pengawasan yang dilakukan oleh PT. Pertamina terhadap SPBU dilakukan juga karena untuk menjaga pelayanan serta kualitas dari SPBU yang dikelolanya. Hal ini dikarenakan perkembangan industri ritel BBM di Indonesia dari era monopoli hingga

  Universitas Lampung untuk terus meningkatkan pelayanannya.

  Menghadapi persaingan bebas, PT. Pertamina menerapkan program Pertamina

  Way untuk meningkatkan pelayanan kepada pelanggan. Melalui program ini PT.

  Pertamina berusaha semaksimal mungkin memahami kebutuhan pelanggan dengan melakukan perbaikan pelayanan terhadap 3 (tiga) keluhan tertinggi konsumen yang meliputi takaran dan mutu, pelayanan serta kebersihan.

  SPBU yang memenuhi standar kualifikasi akan meraih sertifikat PASTI PAS!. Sertifikat tersebut akan diberikan apabila SPBU mampu memenuhi 5 (lima) elemen standar program Pertamina Way yang meliputi staf yang terlatih dan bermotivasi, jaminan kualitas dan kuantitas, peralatan yang terawat baik, format fisik yang konsisten, serta penawaran produk dan pelayanan bernilai tambah. Khusus untuk pelayanan SPBU akan diterapkan 3S, yaitu senyum, sapa, dan salam.

  PT. Pertamina menargetkan pada tahun 2014, SPBU di seluruh Indonesia sudah terpasang alat kendali BBM bersubsidi dengan menggunakan teknologi identifikasi

  

  frekuensi radio (radio frequency

  identification /RFID). RFID adalah teknologi

  identifikasi otomatis yang menggunakan gelombang radio. Melalui pemasangan alat ini, akan diketahui, apakah masyarakat pembeli BBM bersubsidi telah melampaui kuota yang ditetapkan ataukan belum. RFID dipasangkan guna memantau penggunan bensin pada kendaraan. Jika telah melampaui, pembeli yang bersangkutan tidak bisa membeli BBM bersubsidi. Selain pada SPBU, alat tersebut juga dipasang pada kendaraan.

  13 3.3.2.

   Pengawasan Dari Pemerintah Kota Bandar Lampung

  Pengawasan dilakukan untuk melindungi izin yang ditelah diterbitkan agar tidak dilanggar oleh penerima izin. Pengawasan SPBU meliputi perlindungan preventif dan represif. Tujuan pengawasan tersebut adalah semata untuk memberikan perindungan hukum pada masyarakat dan lingkungan yang berpotensi menjadi suspect atas kerugian yang dilakukan dalam berdiri dan beroperasinya SPBU, disamping memberikan manfaat bagi masyarakat yang

12 Selain melalui program PASTI PAS!,

  

  Universitas Lampung

  membutuhkan BBM, SPBU juga berpotensi memberikan dampak negatif terhadap kesehatan masyarakat dan lingkungan sekitarnya oleh karena itu Pemerintah Daerah sebagai pemegang kebijakan dalam hukum harus mengatur hal tersebut dalam regulasi preventif dan represif.

  Aspek tersebut sebagai bukti bahwa berdirinya SPBU harus berfokus pada perlindungan lingkungan dan tidak hanya mementingkan keuntungan pribadi semata dengan mengenyampingkan kelestarian lingkungn hidup dan hak orang lain. Konsep dalam pengaturan hukum dalam usaha SPBU ditinjau dari aspek yaitu yuridis, kelembagaan dan teknis, selain itu juga terdapat pengaturan mengenai izin usaha SPBU sebagai wujud proses pengawasan.

  Pengawasan memegang peran sentral karena melalui pengawasan dapat dilakukan pembinaan agar pengusaha SPBU patuh kepada peraturan dan persyaratan izin yang telah ditetapkan. Dalam usaha SPBU, pengawasan menjadi instrumen preventif dan instrumen represif yang tidak hanya mengatur juga memberikan sanksi yang jika diberikan dapat memberikan dampak mulai dari kecil hingga besar seperti pencabutan izin usaha yang kemudian berimplikasi pada

  Instrumen preventif dimana didalamnya terdapat instrumen pencegahan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup yang dapat pula diaplikasikan pada pembangunan.

  14 Berikut adalah ulasan

  mengenai instrumen preventif tersebut: a.

   Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) SPBU

  Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) atau Strategic Enviromental

  Assesment (SEA) adalah rangkaian analisis

  yang sistematis, menyeluruh dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau kebijakan, rencana dan/atau program.

  15 Pendapat Sadler dan

  Verheem mengatakan bahwa KLHS adalah proses sistematis untuk mengevaluasi konsekuensi lingkungan hidup dari usulan kebijakan, rencana atau program sebagai upaya untuk menjamin bahwa konsekuensi yang dimaksud telah dipertimbangkan dan 14 Lihat Pasal 14 UU No. 32 Tahun 2009 tentang

  Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup 15 Lihat Pasal 1 angka 10 UU No. 32 Tahun

  Universitas Lampung

  dimasukkan sedini mingkin dalam proses pengambilan keputusan dengan pertimbangan sosial dan ekonomi.

  mendefisikan KLHS sejalan dengan pendapat Therievel et al yang menunjukkan peran KLHS yang mereka ungkapkan masih dalam kerangka fikir Amdal yakni menelaah implikasi atau efek semata dari rancangan kebijakan sebuah program terhadap lingkungan hidup.

  dilaksanakan oleh setiap usaha yang berdampak pada lingkungan hidup. Terobosan yang dilakukan oleh peraturan lingkungan hidup memaksa setiap orang atau badan hukum perdata untuk memperlakukan lingkungan hidup sebagai subjek hukum yang patut dilindungi.

  menginventarisasi prakiraan dampak penting dalam usaha SPBU. Prakiraan adalah pandangan awal mengenai tiap tahap pembangunan SPBU. Prakiraan harus secara 16 Sadler, B. dan Verheem, R. 1996 Strategic

  Environmental Assessment: Status, Challenges and Future Directions . Report no. 53. Hague: Ministry of Housing, Physical Planning and Environment. 17 Therivel et al .1992. Strategic Environmental Assessment, Earthscan. London: Earthscan. 18 Bambang Setiabudi, Program Studi Diploman

  III Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas

  cermat melihat potensi dampak dalam usaha SPBU selama tahap pra konstruksi, konstruksi, dan operasi terhadap lingkungan hidup. Telaahan ini dilakukan dengan cara menganalisis perbedaan antara kondisi kualitas lingkungan yang diprakirakan dengan adanya kegiatan pembangunan dan pengoperasian SPBU dan kondisi lingkungan yang diprakirakan tanpa adanya kegiatan tersebut dengan menggunakan metode prakiraan dampak. Prakiraan dampak penting diperlukan untuk melihat dampak langsung atau dampak tidak langsung. Dampak langsung adalah dampak yang ditimbulkan secara langsung oleh adanya pembangunan dan pengoperasian SPBU, sedangkan dampak tidak langsung adalah dampak yang ditimbulkan sebagai akibat perubahan suatu komponen lingkungan dan/atau usaha atau kegiatan primer oleh adanya rencana pembangunan dan pengoperasian dari SPBU. Dalam kaitan ini maka perlu diperhatikan pelbagai dampak pada komponen-komponen lingkungan yang berupa, air, tanah, udara serta kehidupan sosial di sekitar SPBU.

16 Sadler dan Verheem dalam

17 Instrumen KLHS saat ini adalah wajib

18 KLHS juga diharapkan dapat

  Universitas Lampung b. Perizinan Lingkungan Hidup SPBU

  Perizinan lingkungan hidup merupakan alat pemerintah yang bersifat preventif dan digunakan sebagai instrumen administrasi untuk mengendalikan perilaku dalam rangka perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Perizinan lingkungan hidup sangat banyak dan lintas sektoral, untuk itu jenis dan prosedur izin lingkungan hidup perlu disederhanakan. Izin lingkungan hidup diatur dalam Pasal 36-41 UUPPLH 2009 namun belum jelas izin apa sajakah yang termaktub didalamnya dan peraturan pemerintah yang diharapakan dapat menjelaskan ketentuan tersebut hingga sampai saat ini belum kunjung diterbitkan.

  Secara garis besar izin-izin yang ada dalam pembangunan SPBU antara lain adalah izin pemanfaatan ruang, izin gangguan, dan yang terpenting adalah izin mendirikan bangunan. Hal tersebut dimulai dari kajian-kajian ilmiah untuk menentukan lahirnya keputusan-keputusan dibidang izin lingkungan. Untuk menjalankan hal tersebut maka dilakukanlah kajian mengenai AMDAL yang merupakan studi mengenai dampak dan pentingnya suatu rencana kegiatan pembangunan terhadap lingkungan hidup khususnya dalam usaha SPBU.

  AMDAL bukanlah izin namun AMDAL adalah prasyarat utama sebagai landasan melakukan/tidak melakukan pemberian izin lingkungan hidup.

  19 Amdal

  adalah kajian mengenai dampak penting sua.tu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan.

  20 Sehingga AMDAL

  merupakan suatu pertanggungjawaban ilmiah mengenai dampak positif dan negatif dalam suatu rencana kegiatan atau proyek yang dipakai pemerintah atau non- pemerintah dalam memutuskan apakan kegiatan tersebut layak atau tidak layak lingkungan.

  21 Usaha SPBU sangat memerlukan

  AMDAL dikarenakan kegiatannya berkaitan dengan usaha niaga BBM yang pasti memiliki potensi dan risiko pencemaran 19 Andhika Prayoga, Perlindungan Hukum

  Terhadap Lingkungan Hidup Dalam Pemanfaatan Tenaga Nuklir Sebagai Pembangkit Listrik (Skripsi) , Bandar Lampung: Fakultas Hukum Universitas Lampung, hlm.136 20 Lihat Pasal 1 angka 11 UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan

  Lingkungan Hidup 21 Muhammad Akib, 2008, Hukum Lingkungan, Kebijakan dan Pengaturan Hukum Global dan

  Universitas Lampung

  lingkungan serta persoalan kekhawatiran untuk kendaraan bermotor dengan untuk masyarakat terhadap bahaya kebakaran. industri. SPBU lebih suka menjual BBM ke Dalam instrumen represif Pemerintah industri dikarenakan harga yang dijual untuk

  Daerah langsung turun ke lapangan yaitu industri lebih mahal daripada yang dijual pada SPBU di Kota Bandar Lampung untuk untuk kendaraan bermotor karena faktor memantau dampak dari pembangunan subsidi, maka dari itu diperlukan suatu SPBU, pelayanan, dan pendistribusian pengawasan yang baik karena pengawasan BBM. Pengawasan terhadap bangunan dan merupakan salah satu instrumen penting pelayanan SPBU dilakukan dengan cara dalam usaha SPBU. Pengawasan tersebut melakukan inspeksi mendadak (sidak) dan bertujuan agar terjadi perlindungan hukum terhadap pelayanannya kepada masyarakat terhadap masyarakat dari usaha SPBU di dilakukan dengan cara melakukan tera Kota Bandar Lampung. terhadap mesin pengisi BBM, dan pengawasan terhadap distribusi BBM di

  IV. PENUTUP

  SPBU dengan dilakukan dengan

  4.1. Kesimpulan

  bekerjasama dengan Pemerintah Pusat dan Berdasarkan uraian yang telah

  Kepolisian yaitu dengan langsung turun ke dikemukakan pada pembahasan sebelumnya, lapangan untuk mengawal pendistribusian maka kesimpulan yang didapat dari BBM, namun pada kenyataannya masih saja terjadi pelanggaran yang dilakukan SPBU di penelitian ini adalah sebagai berikut : Kota Bandar Lampung baik itu dari

  1. yang diperlukan dalam bangunan SPBU, pelayanannya, dan Izin pendistribusian BBM. Buruknya kaitannya dengan usaha SPBU di

  Kota Bandar Lampung adalah izin pengawasan pendistribusiaan BBM di usaha niaga dari Pemerintah Pusat seluruh Indonesia berdampak pada timbulnya kelangkaan BBM di sejumlah sebagai syarat bagi badan usaha yang hendak melakukan usaha niaga daerah termasuk di Kota Bandar Lampung.

  BBM, izin dari PT. Pertamina Penyalahgunaan BBM bersubsidi sebagai pemegang lisensi BBM di disebabkan tidak tepat sasarannya dalam

  Universitas Lampung

  Pemerintah Daerah. Izin yang dibutuhkan dalam usaha SPBU dapat diperoleh ketiga instansi tersebut yang sifatnya saling berkaitan atau bersifat paralel dalam hal persyaratan yang ditetapkan satu sama lain.

  2. Pengawasan perizinan usaha SPBU dapat dilakuakan oleh Pemerintah Pusat dengan cara meminta laporan kemajuan usaha secara priodik, PT. Pertamina dengan melakukan pengawasan melalui program SPBU bersertifikat PASTI PAS! untuk menjaga kualitas dan kuantitas dari BBM yang dijual serta pelayanan dari SPBU dan melalui program pemasangan RFID pada SPBU dan kendaraan untuk memantau penggunaan BBM, dan Pemerintah Daerah dalam melakukan pengawasan melalui instrumen yang berupa instrumen preventif dan instrumen represif yang tujuannya untuk melindungi hak masyarakat dan lingkungan sekitar SPBU

  Setelah melakukan penelitian, kemudian menganalisanya, maka saran yang dapat disampaikan adalah sebagai berikut : 1.

  Izin usaha SPBU yang melibatkan Pemerintah Pusat, PT. Pertamina, dan Pemerintah Daerah seharusnya tidak bersifat paralel yang membuat izin usaha SPBU menjadi rumit.

  Maka dari itu butuh sinkronisasi dari Pemerintah Pusat, PT. Pertamina, dan Pemerintah Daerah dalam menetapkan persyaratan dari izin yang dibutuhkan masing-masing instansi.

  2. Pengawasan yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat, PT. Pertamina, dan Pemerintah Daerah belumlah efektif maka diperlukan peran serta dan kesadaran masyarakat dalam hal pentingnya pengawasan usaha SPBU untuk membantu pengawasan yang dilakukakan oleh PT. Pertamina dan Pemerintah Daerah yang dapat dilakukan dengan cara melaporkan dugaan pelanggaran yang dilakukan oleh SPBU maupun oknum di luar SPBU. .

4.2. Saran

  Universitas Lampung DAFTAR PUSTAKA Setiabudi, Bambang, Program Studi

  Diploman III Teknik Sipil Fakultas Akib, Muhammad, 2008, Hukum Teknik Universitas Diponegoro yang

  Lingkungan, Kebijakan dan diterbitkan dalam Jurnal Gema Pengaturan Hukum Global dan Teknologi Vol. 16 No.1 Periode

  Bandar Lampung: Penerbit April-Oktober 2012

  Nasional, Universitas Lampung.

  Therivel et al .1992. Strategic Mahmud Marzuki, Peter 2008, Penelitian Environmental Assessment, Hukum, Cet 2. Jakarta: Kencana Earthscan. London: Earthscan.

  Prayoga, Andhika, Perlindungan Hukum

  Terhadap Lingkungan Hidup Dalam Pemanfaatan Tenaga Nuklir Sebagai Peraturan Perundang-undangan Pembangkit Listrik (Skripsi) , Bandar UU No. 22 Tahun 2001 tentang Minyak

  Lampung: Fakultas Hukum dan Gas Bumi Universitas Lampung

  UU No. 32 Tahun 2009 tentang Redjeki Hartono, Sri, 2003, Aspek Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan

  Keperdataan Pada Pelayanan Hidup Publik , Jakarta: Rineka Cipta Website

  Sadler, B. dan Verheem, R. 1996 Strategic

  

Environmental Assessment: Status,

  Report no. 53. Hague: Ministry of diakses Housing, Physical Planning and pada 2 Desember 2013 Environment.

  Universitas Lampung diakses pada 26

  November 2013

  diakses pada

  31 Mei 2013

   di akses pada 26 November

  2013

  diakses

  pada 14 Juli 2013

  

  diakses pada 4 Juli 2013