Kata Kunci : Perizinan, Badan Penanaman Modal dan Perizininan ABSTRACT - PERIZINAN USAHA JASA BOGA OLEH BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIZINAN KOTA BANDAR LAMPUNG

  Universitas Lampung PERIZINAN USAHA JASA BOGA OLEH BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIZINAN KOTA BANDAR LAMPUNG Akhmad Rifai, Upik Hamidah, Nurmayani

  Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas Lampung Jl. Prof. Dr. Soemantri Brojonegoro, No. 1, Bandar Lampung, 35154

  Email : akmadrfai@ymail.co.id

  ABSTRAK

  Usaha jasa makanan dan minuman atau jasaboga adalah usaha yang memberikan prospek yang cerah jika dilakukan dengan benar. Harapan keuntunganpun ada di saat kita memulai usaha ini, banyak sekali bermunculan usaha jasaboga yang ada di Kota Bandar Lampung, baik dari skala rumahan, hingga restoran. Pada Pasal 3 Peraturan Walikota Bandar Lampung No.58 Tahun 2011 tentang tugas fungsi dan tata kerja badan penanaman modal dan perizinan kota Bandar Lampung menjelaskan bahwa Badan Penanaman Modal dan perizinan kota Bandar Lampung mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian urusan pemerintah daerah dalam penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah dibidang penanaman modal dan pelayanan perizinan berdasarkan asas ekonomi dan tugas pembantuan Permasalahan yang ada dalam penulisan ini adalah bagaimana perizinan usaha jasa boga oleh Badan Penanaman Modal dan Perizinan Kota Bandar Lampung dan Faktor penghambat perizinan usaha jasa boga.

  Kata Kunci : Perizinan, Badan Penanaman Modal dan Perizininan ABSTRACT

  Food and drink service business or a business that provides Jasaboga is a bright prospect if done correctly . Hope keuntunganpun there when we started this business , a lot of popping Jasaboga existing businesses in the city of Bandar Lampung , both of scale home, to the restaurant . In Article 3 of Regulation Mayor of Dublin 58 Year 2011 concerning the functions and working procedures of investment and licensing bodies Bandar Lampung explained that the Board of Investment and licensing Dublin city has the main task to implement part of the affairs of local governments in the formulation and implementation of

  Universitas Lampung

  regional policy the field of investment and licensing services based on the principles of economics and co-administration of existing problems in this paper is how the catering business licensing by the Board of Investment and Licensing Bandar Lampung and Limiting Factors catering business licensing .

  Keywords : Licensing , Investment Board and Perizininan I. PENDAHULUAN

  Kualitas pelayanan publik di bidang perizinan usaha memainkan peranan penting dalam menarik investor untuk menanamkan modalnya di suatu daerah. Kualitas pelayanan perizinan sendiri juga dapat diidentifikasi dari peraturan pemerintah daerah dalam mendukung sekaligus memberikan legitimasi lembaga perizinan di daerah untuk memberikan pelayanan secara lebih efisien dan efektif. Walaupun tidak menjadi faktor terpenting, peraturan lokal yang pro terhadap perbaikan pelayanan perizinan usaha menjadi salah satu kunci bagi kelangsungan iklim usaha. Sayangnya, reformasi perizinan di beberapa daerah tidak berjalan maksimal. Pembaruan regulasi melalui “Sistem Pelayanan Terpadu Satu Pintu” atau biasa disebut dengan “One Stop Service” juga belum mampu menjadi solusi utama dalam memperbaiki pelayanan perizinan di Indonesia secara umum. Melihat perkembangan iklim investasi Indonesia di tingkat dunia, sebenarnya dalam lima tahun terakhir peringkat Indonesia mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari peringkat Doing Business

  Indonesia yang terus mengalami

  perbaikan. Namun, faktanya peringkat yang terus membaik ini tidak diimbangi realisasi investasi Penanaman Modal Asing (PMA) dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) yang terus menguat dari tahun ke tahun. Walaupun tidak menjadi faktor terpenting, peraturan lokal yang pro terhadap perbaikan pelayanan perizinan usaha menjadi salah satu kunci bagi kelangsungan iklim usaha.

  Di tingkat daerah, upaya untuk mewujudkan perizinan satu atap masih banyak mengalami kendala. Selain membutuhkan dana yang tidak sedikit, untuk pembiayaan fisik dan nonfisik,

  political will dari kepala daerah juga

  menjadi kunci utama keberhasilan daerah dalam menyelenggarakan pelayanan

  Universitas Lampung

  perizinan usaha. Salah satunya adalah perizinan usaha tata boga. Hal ini sangat menarik karena menurut penulis pada kenyataannya masyarakat umum sangat sedikit sekali pengetahuan terkait dengan perizinan usaha tata boga yang didukung dengan minimnya sosialisasi dari pemerintah, sehingga tidak sedikit usaha tata boga yang tidak berizin. Ini tentu sangat mengkhawatirkan mengingat usaha tata boga berhubungan dengan makanan yang langsung dikonsumsi oleh konsumen.

  Makanan merupakan salah satu kebutuhan utama manusia, oleh karena itu penyelenggaraan merupakan suatu keharusan,baik di lingkungan keluarga maupun di luar lingkungan keluarga. Penyelenggaraan makanan di luar lingkungan keluarga diperlukan oleh sekelompok konsumen karena berbagai hal tidak dapat makan bersama dengan keluarganya di rumah. Penyelenggaraan makanan bagi sekelompok konsumen yang bukan merupakan satu keluarga, tetapi merupakan satu kesatuan dikenal dengan istilah penyelenggaraan makanan kelompok. Pada tataran ideal, hubungan hukum antara pelaku usaha jasa boga dengan konsumennya adalah hubungan hukum yang seimbang, dengan pengertian bahwa masing-masing pihak memiliki hak dan kewajiban yang perlu dilaksanakan dengan baik sehingga dapat meningkatkan harkat dan martabat konsumen dan menumbuhkembangkan sikap pelaku usaha jasa boga yang bertanggung jawab. Fenomena yang terjadi dewasa ini, banyak terjadi pelaku usaha jasa boga yang lalai, dan kelalaian ini menyebabkan sakit, cedera atau meninggalnya konsumen pemakai produk makanan yang dihasilkannya. Permasalahan keracunan makanan hasil olahan usaha jasa boga diperparah oleh kurangnya kesadaran hukum dari produsen maupun konsumen tentang pentingnya keamanan dan kesehatan pangan. Penyelenggaraan makanan kelompok memiliki dua sifat penyelenggaraan, yaitu penyelenggaraan makanan yang bersifat komersial dan nonkomersial. Penyelenggaraan makanan yang bersifat komersial bertujuan untuk memperoleh keuntungan, contohnya yaitu usaha jasa boga kantin, kafetaria, restoran dan warung makan. Penyelenggaraan makanan yang bersifat nonkomersial tidak bertujuan untuk mencari keuntungan, contohnya yaitu penyelenggaraan makanan untuk orang sakit di rumah sakit, penghuni asrama,panti asuhan, barak militer, pengungsi dan narapidana.

  Universitas Lampung

  Penyelenggaraan makanan institusi, makanan komersial dan jasa boga merupakan suatu rangkaian kerja yang melibatkan tenaga manusia, peralatan, material, dana, serta berbagai masukan lainnya. Penyelenggara perlu menerapkan prinsip-prinsip manajemen dalam penyelenggaraannya. Hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1096/MENKES/PER/VI/2011 tentang Higiene Sanitasi Jasaboga, pada Pasal 3 diatur mengenai perizinan usaha tata boga menyebutkan setiap jasaboga harus memiliki izin usaha sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Setiap jasaboga harus memiliki izin usaha dari Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. Untuk memiliki izin usaha tersebut, Jasaboga harus memiliki sertifikat hygiene sanitasi yang dikeluarkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.Pengusaha dan/atau penanggung jawab jasaboga wajib menyelenggarakan jasaboga yang memenuhi syarat hygiene sanitasi. Penanggung jawab jasaboga yang menerima laporan atau mengetahui adanya kejadian keracunan atau kematian yang diduga berasal dari makanan yang diproduksinya wajib melaporkan kepada

  Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat guna dilakukan langkah-langkah penanggulangan. Untuk pembinaan teknis penyelenggaraan jasaboga dan pengawasan pelaksanaan Keputusan ini dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Dalam rangka pembinaan, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dapat mengikutsertakan Asosiasi Jasaboga, organisasi profesi dan instansi terkait lainnya. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dapat mengambil tindakan administratif berupa teguran lisan, terguran tertulis, sampai dengan pencabutan sertifikat hygiene sanitasi jasaboga terhadap jasaboga yang melakukan pelanggaran atas Keputusan ini. Dengan ditetapkannya Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 712/Menkes/Per/X/1986 tentang Persyaratan Kesehatan Jasaboga, Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 635/Menkes/SK/VII/1988 tentang Penunjukkan Laboratorium dan Tata Cara Pemeriksaan Contoh Makanan dan Spesimen Jasaboga, Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 410/Menkes/SK/VII/1991 tentang Penunjukkan Pejabat Yang Diberi Wewenang Memberikan Izin Penyehatan Makanan Jasaboga, dan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor

  Universitas Lampung

  362/Menkes/Per/IV/1998 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 712/Menkes/Per/X/1986 tentang Persyaratan Jasaboga beserta peraturan pelaksanaannya dinyatakan tidak berlaku lagi.

  II. METODE PENELITIAN

  Metode pendekatan masalah yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah pendekatan normatif dan yuridis empiris. Pendekatan secara yuridis normatif yaitu suatu pendekatan yang dilakukan melalui penelaahan-penelaahan terhadap teori-teori, konsep-konsep, pandangan-pandangan serta peraturan- peraturan yang berkaitan dengan masalah yang akan dibahas. Secara operasional dilakukan dengan penelitian kepustakaan dan sampel penulisan ini adalah kepala Badan Penanaman Modal dan Perizinan dan pemilik usaha jasa boda CV Sinar Arpa

  III. PEMBAHASAN

  Izin adalah perangkat hukum administrasi yang digunakan pemerintah untuk mengendalikan warganya agar berjalan dengan teratur. Menurut Sjachran Basah, izin adalah perbuatan hukum administrasi negara bersegi satu yang menghasilkan peraturan dalam hal konkret berdasarkan persyaratan dan prosedur sebagaimana ditetapkan oleh ketentuan perundang- undangan yang berlaku.

  1 Menurut Ateng

  Syarifudin, izin bertujuan dan berarti menghilangkan halangan dimana hal yang dilarang menjadi boleh. Penolakan atas permohonan izin memerlukan perumusan limitatif.

  2 B.

  Pengaturan Perizinan Jasa Boga di Indonesia

  Kejadian keracunan makanan di sekitar kita, masih sering kita lihat dan dengar baik langsung maupun melalui media. Dapatlah mengambil beberapa contoh keracunan makanan yang menimpa banyak murid di beberapa sekolah karena mengkonsumsi makanan program pemberian makanan tambahan di sekolah mereka. Sering terdengar kejadian keracunan makanan pada saat dilakukan pesta hajatan. Kejadian keracunan makanan, memang sering disebabkan karena mengkonsumsi makanan yang dipersiapkan secara massal. Salah satu tersangka utama yang diduga sebagai 1 Sjachran Basah, op.cit. 1995, hlm 4. 2 Juniarso Ridwan dan Achmad Sodik, op.cit., 2009, hlm 13

A. Pengertian Perizinan

  Universitas Lampung

  sumbeini (karena terkait dengan penyedian makanan secara massal), adalah usaha jasa boga atau katering. Berdasarkan hal ini maka kegiatan penyehatan usaha jasa boga, sebagai salah satu usaha mencegah dan meminimalisasi keracunan makanan ini sangat penting dilakukan. Sesuai Surat Keputusan Menteri Kesehatan No : 71 5/Menkes/SK/V/2003 tentang persyaratan Higene dan Sanitasi jasa Boga, yang dimaksud jasa boga adalah sebuah perusahaan atau perorangan yang melakukan kegiatan pengelolaan makanan yang disajikan di luar tempat usaha atas dasar pesanan.

  Beberapa persyaratan hygiene dan Sanitasi Jasa Boga, sesuai Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 715/Menkes/SK/V/2003 tentang persyaratan Higiene dan Sanitasi Jasa Boga, meliputi antara lain : Persyaratan tenaga atau karyawan pengolah makanan, antara lain:

  1. Memiliki sertifikat higiene sanitasi makanan;

  2. Berbadan sehat yang dibuktikan dengan surat keterangan dokter;

  3. Tidak mengidap penyakit menular atau pembawa kuman (carrier);

  .

  D. Perizinan Usaha Jasa Boga Pada Badan Penanaman Modal dan Perizinan Kota Bandar Lampung

  Dalam melaksanakan tugasnya, BPMP berpedoman pada Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor: 26 Tahun 2008 tentang Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Badan Penanaman Modal dan Perizinan Kota Bandar Lampung serta Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor: 37 Tahun 2008 yang telah diganti dengan Perda Kota Bandar Lampung No.82 Tahun 2008 tentang Pelimpahan Sebagian Kewenangan di Bidang Perizinan kepada Kepala Badan Penanaman Modal dan Perizinan Kota Bandar Lampung.

  Dibentuknya Badan Penanaman Modal dan Perizinan (BPMP) Kota Bandar Lampung ini, diharapkan iklim investasi di Kota Bandar Lampung akan membaik, yang mana hal itu secara otomatis akan berimbas kepada meningkatnya Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan meningkatnya kesejahteraan masyarakat Kota Bandar Lampung pada umumnya. Sebagai suatu unit kerja yang baru dibentuk banyak tugas dan tantangan yang harus diselesaikan oleh Badan Penanaman Modal dan Perizinan, sebagai panduan pencapaian tujuan ditetapkan Visi yang merupakan pandangan jauh ke depan,

4. Setiap karyawan harus memiliki buku pemeriksaan kesehatan.

  Universitas Lampung

  sebagai cita-cita yang ingin dicapai oleh suatu organisasi.

  Menurut Nizom Anshori Visi Badan Penanaman Modal dan Perizinan Kota Bandar Lampung disusun dengan memperhatikan kondisi dan potensi unit kerja Badan Penanaman Modal dan Perizinan Kota Bandar Lampung, aspirasi dan konsensus jajaran pimpinan dan staf Badan Penanaman Modal dan Perizinan Kota Bandar Lampung, serta kemungkinan yang akan terjadi dimasa depan; yaitu: “Terwujudnya Pelayanan Perizinan yang Cepat, Mudah, Transparan dan Akuntabel Untuk Mendorong Investasi di Bandar Lampung” Wujud dari visi tersebut adalah meningkatnya iklim investasi yang kondusif dan meningkatnya PAD dari sektor perizinan, dengan indikator pertumbuhan investasi daerah (PMA dan PMDN) sebesar 9% serta kemudahan dan bebas biaya perizinan bagi usaha kecil.

  Untuk mencapai visi dirumuskan misi dengan maksud unsur-unsur yang berkepentingan dapat mengenal Badan Penanaman Modal dan Perizinan Kota Bandar Lampung dengan mengetahui peran dan program-program prioritasnya termasuk sasaran yang akan dicapai pada masa datang.

  3 3 Berdasarkan hasi wawancara dengan narasumber

  Namun banyak yang tidak mengetahui, baik dari pengusaha maupun konsumen yang tidak tahu bahwa dalam memulai usaha jasaboga haruslah memiliki izin yang dikeluarkan oleh pemerintah, dalam hal ini Dinas Kesehatan. Berbagai persyaratan pun harus dipenuhi saat seseorang membuka usaha jasaboga, tergantung dari kriteria atau golongan usaha tersebut. Hygiene Sanitasi Makanan adalah pengendalian terhadap faktor makanan, orang, tempat dan perlengkapannya yang dapat atau mungkin dapat menimbulkan penyakit atau gangguan kesehatan lainnya. Ukuran keamanan makanan akan berbeda satu orang dengan orang lain, atau satu negara dengan negara lain, sesuai dengan budaya dan kondisi masing-masing. Untuk itu perlu ada peraturan yang menetapkan norma dan standar yang harus dipatuhi bersama. Di tingkat internasional dikenal dengan standar codex, yang mengatur standar makanan dalam perdagangan internasional yang disponsori oleh WHO dan FAO.Hal ini sesuai dengan Kepmenkes Nomor 715/MENKES/SK/V/2003 yang mengatur tentang Persyaratan Hygiene Sanitasi Jasaboga.

  Kota Bandar Lampung Tanggal 13 januari 2014 Pukul 10.00 WIB

  Universitas Lampung

  Perlu diketahui, jasaboga itu sendiri adalah perusahaan atau perorangan yang melakukan kegiatan pengelolaan makanan yang disajikan di luar tempat usaha atas dasar pesanan. Sedangkan pengolahan dari jasaboga itu sendiri adalah kegiatan yang meliputi penerimaan bahan mentah atau makanan terolah, pembuatan, pengubahan bentuk, pengemasan dan pewadahan. Usaha Jasaboga dibagi menjadi tiga golongan, yakni golongan A,B, dan C yang golongan tersebut berdasarkan luas jangkauan pelayanan dan kemungkinan besarnya risiko yang dilayani. Jasaboga golongan A yakni yang melayani kebutuhan masyarakat umum, yang terdiri dari A1, A2, dan A3. Sedangkan golongan B yakni jasaboga yang melayani kebutuhan khusus seperti asrama penampungan jemaah haji, perusahaan, pengeboran lepas pantai, angkutan umum dalam negeri, dan sebagainya. Untuk golongan C yakni jasaboga yang melayani kebutuhan untuk alat angkutan umum internasional dan pesawat udara.

  E.

  Faktor Penghambat Pengurusan Perizinan Usaha Jasa Boga oleh Badan Penanaman Modal dan Perizinan

  Berdasarkan hasil wawancara dengan narasumber Ida Ropaida yang dilakukan bahwa pengurusan izin oleh BPMP Kota Bandar Lampung masih mengalami hambatan terkait dengan perizinan bidang jasa boga, antara lain

  4

  :

  1. Tatacara dan sistem yang berbelit-belit Proses atau prosedur perizinan berbelit- belit dan berlapis, sehingga terkesan tidak efektif dan efisien. Walaupun beberapa instansi sudah memperkenalkan sistem pelayan perizinan yang mutakhir oleh unit pelayanan satu atap. Hal ini menurut penulis tidak hanya kesalahan dari Pemerintah Kota semata dalam hal sosialisasi tentang syarat dan tatacara perizinan sendiri, akan tetapi juga kurang kepedulian dari masyarakat itu sendiri dalam hal perizinan. Sehingga ketika masyarakat dating ke kantor BPMP tidak membawa persyaratan. Kemudian mereka menanyakan mengenai persyaratannya dan setelah itu mereka datang kembali setelah membawa persyaratan. Hal ini bias terjadi berkali-kali, dikarenakan yang bersangkutan tidak secara lengkap menanyakan kepada petugas mengenai tatacara dan persyaratan perizinan.

  Pengulangan inilah yang menurut penulis sehingga menimbulkan persepsi bahwa tatacara dan sistem perizinan yang berbelit-belit. 4 Berdasarkan hasi wawancara dengan narasumber

  di CV Sinar Arpah Bandar Lampung Tanggal 13 januari 2014 Pukul 13.00 WIB

  Universitas Lampung

  Sudah saatnya pelayanan publik berorientasi pada pemenuhan kebutuhan masyarakat dan terintegrasinya data kependudukan untuk mempermudah pengurusan dokumen dan layanan publik lainnya. Apabila pelayanan yang dilakukan menggunakan perspektif masyarakat sebagai pelanggan, maka keikutsertaan masyarakat sebagai pihak pengontrol tata kelola pemerintahan merupakan legitmasi dari masyarakat.Pelayanan yang berkualitas tidak hanya untuk lembaga penyelenggara jasa komersial (swasta), tetapi sudah harus merembes ke lembaga- lembaga pemerintahan yang selama ini resisten terhadap tuntutan akan kualitas pelayanan public.

  2. Sumber daya manusia yang kurang memadai Kurangnya jumlah pegawai mengakibatkan penyelesaian pengurusan administrasi menjadi lambat, karena satu orang pegawai menangani atau mengurus lebih dari satu bagian. Di samping kuantitas pegawai yang kurang, kualitas dari pegawai yang ada pun masih rendah. Menghadapi masalah ini, diperlukan adanya penambahan jumlah pegawai serta peningkatan kualitas pegawai seperti keilmuan atau wawasan serta kreativitas pegawai melalui peningkatan pendidikan atau pelatihan baik formal maupun nonformal yang mengacu pada peraturan perundang-undangan yang telah ditetapkan serta memperhatikan ketepatan sasaran. Di samping kuantitas dan kualitas pegawai kantor kecamatan, tingkat disiplin pegawai yang masih kurang merupakan salah satu penyebab dari lambatnya proses pengurusan administrasi.

  3. Sarana dan Prasarana Adanya ketimpangan digital yang mengakibatkan belum meratanya ketersediaan infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi, mengingat secara geografis wilayah Indonesia tersebar di berbagai kepulauan.

  Ketersediaan infrastruktur untuk pengadaan teknologi informasi dan komunikasi masih terpusat di kota-kota besar. Tenaga ahli di daerah terpencil pun masih sangat jarang, jika tidak mau dikatakan tidak ada. Sistem layanan publik di Indonesia tidak memiliki standar yang baku. Hal ini menghambat pengintegrasian data kependudukan dan dokumen warga negara lainnya secara nasional.

  VI. SIMPULAN

  Berdasarkan hasil penelitian yang telah peneliti paparkan pada pembahasan, dapat disimpulkan bahwa :

  Universitas Lampung 1.

  Perizinan usaha jasa boga pada BPMP dilakukan dengan mengajukan usul dengan melampirkan akta notaris, membawa surat keterangan usaha, fotokopi KTP dan Pas Foto, kemudian ke BPMP dan dengan membawa berkas keterangan usaha, fotokopi dan pas foto yang telah diberikan surat pengantar, kemudian menuju loket pendaftaran registrasi dan membayar uang registrasi yang tertera, setelah itu menunggu keluarnya SIUP dan SITU selama 3 hari. untuk keluarnya izin Surat Izin Usaha Perdagangan dan Surat Izin Tempat Usaha dari Badan Penanaman Modal dan Perizinan 2. Penghambat Perizinan

DAFTAR PUSTAKA

  1.Tatacara dan sistem yang berbelit-belit Proses atau prosedur perizinan berbelit- belit dan berlapis, sehingga terkesan tidak efektif dan efisien. Walaupun beberapa instansi sudah memperkenalkan sistem pelayan perizinan yang mutakhir oleh unit pelayanan satu atap.

  2. Sumber daya manusia yang kurang memadai Kurangnya jumlah pegawai mengakibatkan penyelesaian pengurusan administrasi menjadi lambat, karena satu orang pegawai menangani atau mengurus lebih dari satu bagian.

  3.Sarana dan Prasarana Adanya ketimpangan digital yang mengakibatkan belum meratanya ketersediaan infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi, mengingat secara geografis wilayah Indonesia tersebar di berbagai kepulauan.

  Budiardjo,Miriam, Dasar-Dasar Ilmu

  Politik , Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1998.

  F.A.M. Stroink dalam Abdul Rasyid Thalib, Wewenang Mahkamah

  Konstitusi dan Aplikasinya dalam Sistem Ketatanegaraan Republik Indonesia , Bandung: Citra Aditya Bakti, 2006.

  Ibrahim,Johny,Teori dan Metodologi

  Penelitian Hukum Normatif , Malang :Banyumedia, 2005.

  Indroharto, Asas-Asas Umum

  Pemerintahan yang Baik , dalam

  Paulus Efendie Lotulung, Himpunan Makalah Asas-Asas Umum Pemerintahan yang Baik,

  Universitas Lampung

  dan Moral dalam Pembangunan Masyarakat Indonesia,

  Syafrudin,Ateng,Menuju Penyelenggaraan

  Pengawasan Peradilan Administrasi terhadap Tindakan Pemerintah, Bandung: Alumni, 2004.

  Stout HD, de Betekenissen van de wet, dalam Irfan Fachruddin,

  Penelitian Hukum dan Jurimetri , Jakarta :Alumni, 1988.

  Soemitro, Ronny Hanitijo, Metode

  FH UNAIR, 1995. Soekanto,Soerdjono, Pengantar Penelitian Hukum , Jakarta : UI Press 1981.

  Salah Satu Sanksi Hukum Administrasi Negara , Surabaya :

  Sjachran Basah, Pencabutan Izin Sebagai

  Yogyakarta: Kanisius, 1990.

  Bandung : Nuansa, 2009. Setiardja,A. Gunawan,Dialektika Hukum

  J.G. Brouwer dan Schilder, A Survey of

  Hukum Administrasi Negara dan Kebijakan Pelayanan Publik ,

  Ridwan, Juniarso dan Achmad Sodik,

  Tanggung Jawab Presiden Republik Indonesia, Suatu Penelitian Segi-Segi Teoritik dan Yuridis Pertanggungjawaban Kekuasaan , Surabaya: Universitas Airlangga, 1990.

  Mulyosudarmo,Suwoto,Kekuasaan dan

  Marzuki, Peter Mahmud,Penelitian Hukum . Jakarta: Kencana. 2010.

  M. Hadjon,Philipus,Tentang Wewenang, Makalah, Universitas Airlangga, Surabaya, tanpa tahun.

  Yogyakarta:Universitas Islam Indonesia, 1998.

  dan Kekuasaan , Makalah,

  Kantaprawira,Rusadi,Hukum

  Dutch Administrative Law , Nijmegen: Ars Aeguilibri, 1998.

  Pemerintahan Negara yang Bersih dan Bertanggung Jawab , Jurnal

  Universitas Lampung

  Pro Justisia Edisi IV, Bandung, Universitas Parahyangan, 2000.

  Wasistiono,Sadu,Esensi UU NO.22 Tahun

  1999 tentang Pemerintahan Daerah (Bunga Rampai) ,

  Jatinangor : Alqaprint, 2001.

  Widjaya,HAW. Otonomi Daerah dan , Jakarta : Raja

  Daerah Otonom Grafindo Persada, 2004.