Keterampilan Komunikatif dalam pembelajara pdf

Pengembangan Kemampuan Berkomunikasi Mahasiswa Melalui
Proses Pembelajaran

Pengantar
Dalam bahasa sehari-hari, komunikasi sering diartikan hubungan atau kontak
dengan orang lain. Berkomunikasi artinya berhubungan atau melakukan kontak dengan
orang lain. Secara psikologis, komunikasi diartikan sebagai proses penyampaian pesan
atau rangsangan (biasanya secara verbal) oleh seorang individu (communicator) kepada
orang lain dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka (pendengarnya)
(Hovlan, Janis, dan Kelly dalam Jalaludin Rakhmat, 1999:3). Dalam proses komunikasi
ada penyampai pesan (cominicator) dan ada penerima pesan (communicatee).
Komunikasi juga diartikan sebagai kemampuan untuk mendengarkan, memberi perhatian,
mempersepsi, dan merespon secara verbal dan nonverbal kepada orang yang kita bantu
dengan cara sedemikian rupa yang dilakukan kepadanya sehingga orang mau
mendengarkan, memperhatikan, dan mempersepsi dengan tepat (Okun, 1987: 23).
Tujuan komunikasi adalah agar terjadi perubahan tingkahlaku pada diri orang yang diajak
komunikasi.
Di mana dan kapan orang melakukan komunikasi? Orang melakukan komunikasi
hampir di semua tempat dan hampir setiap waktu. Di rumah ketika kita berbincangbincang dengan orang tua, kakak, adik, atau anggota keluarga yang lain; di kampus,
ketika kita mengikuti kuliah di kelas, ketemu teman, menghadap dosen; di masyarakat,
ketika kita ketemu tetangga, ketemu sanak saudara; ketika kita di mesjid atau di gereja

kita mendengarkan kotbah, seorang remaja ketika ketemu kekasihnya juga melakukan
komunikasi; dan lain sebagainya. Begitu luas dan akrabnya diri kita dengan komunikasi
sehingga sering membuat kita merasa tidak perlu lagi belajar cara-cara berkomunikasi.
Dengan komunikasi, kita menjadi kenal dengan orang lain, bisa menumbuhkan
persahabatan dan kebersamaan, bisa menumbuhkan dan memelihara kasih sayang di
antara sesama, menyebarluaskan pengetahuan, dan melestarikan peradaban. Tetapi di sisi
lain, dengan komunikasi juga bisa menghidupkan permusuhan, menyebarkan perpecahan,
menanamkan kebencian, menghalangi kemajuan, dan menghambat pemikiran.

1

Mengapa kita perlu mempelajari cara berkomunikasi? Kita perlu mempelajari
cara berkomunikasi agar kualitas hidup kita lebih meningkat. Agar cara komunikasi kita
bisa lebih efektif dan efisien. Komunikasi yang efektif adalah komunikasi yang dengan
modal tenaga yang sesedikit mungkin, tujuan sudah bisa tercapai. Tujuan komunikasi
yang harus dicapai adalah tersampaikannya pesan (message) Sebaliknya komunikasi
yang tidak efektif adalah komunikasi yang tidak bisa mencapai tujuan (pesan tidak bisa
tersampaikan) atau kalaupun bisa tersampaikan, energi, waktu, dan biaya yang digunakan
lebih banyak. Dalam bentuk sehari-hari, orang dikatakan baik komunikasinya, jika ketika
berbicara, isi pembicaraannya mudah ditangkap dan mudah dipahami.

Bentuk Komunikasi
Orang berkomunikasi pada umumnya menggunakan bahasa. Bahasa di sini bisa dibagi
menjadi: (1) bahasa lisan (bahasa verbal), (2) bahasa tulisan, dan (3) bahasa isyarat atau
bahasa tubuh (body language).
1. Komunikasi dengan Bahasa Lisan
Bahasa lisan adalah bahasa yang diucapkan dengan suara. Komunikasi dengan bahasa
lisan maksudnya adalah cara menyampaikan pesan yang dilakukan dengan suara.
Ujudnya adalah percakapan atau pembicaraan, atau penjelasan. Percakapan dilakukan
oleh seorang dengan seorang, antara seorang dengan beberapa orang. Penjelasan
dilakukan oleh seseorang kepada seseorang (1 orang), oleh seseorang kepada beberapa
orang (kelompok kecil), atau oleh seseorang kepada banyak orang (kelompok besar).
Sering kita menemukan orang yang pembicaraannya sulit didengarkan dan dipahami.
Sebaliknya, ada orang yang kalau berbicara, pembicaraannya enak didengarkan dan
isinyapun mudah ditangkap. Jika diteliti, tentu ada sebab-sebanya.

Berikut ciri

komunikasi dengan bahasa lisan yang tidak efektif dan yang efektif.
Komunikasi yang tidak Efektif
 Nada suara datar atau monoton


Komunikasi yang Efektif
 Nada suara naik turun sesuai kebutuhan

 Suara tidak terdengar jelas

 Suara cukup keras dan jelas

 Suara terlalu lambat atau terlalu cepat

 Tidak terlalu lambat dan tidak terlalu
cepat

 Susunan kalimatnya tidak baik dan benar

 Susunan kalimatnya baik dan benar

 Banyak memakai istilah/kata-kata asing
2


 Pilihan katanya monoton/tidak bervariasi



Tidak

 Kalimatnya terlalu panjang atau terlalu 

Pengucapan/lafal kata jelas



pendek
keterangan

tambahan

menggunakan

istilah/kata-kata asing


 Pengucapan/lafal kata tidak jelas

 Banyak

banyak

Pilihan katanya bervariasi

pada 

kalimat yang diucapkan

Kalimat tidak terlalu panjang dan
tidak terlalu pendek dan ada variasi

 Tidak didukung dengan bahasa tubuh




Tidak banyak keterangan tambahan

 Alur berpikir tidak runtut



Ditunjang dengan bahasa tubuh
seperlu-nya



Ide yang dikomunikasikan tersusun
da-lam alur berpikir yang runtut dan logis

2. Komunikasi dengan Bahasa Tulisan
Komunikasi dengan bahasa tulisan yaitu cara penyampaian pesan yang dilakukan dengan
menuliskan gagasan/pesannya melalui tulisan. Komunikasi dengan bahasa tulisan
ujudnya bisa dalam bentuk surat, tulisan, karya tulis atau karya ilmiah, dan karya sastra.
Komunikasi dengan bahasa tulisan dikatakan efektif jika pesan yang disampaikan melalui
tulisan dapat dengan mudah ditangkap atau dipahami oleh orang yang diajak komunikasi

(communicatee). Bentuk komunikasi dengan bahasa tulisan sedikit lebih sulit ketimbang
komunikasi dengan bahasa lisan. Oleh karena itu, tidak jarang
berkomunikasi dengan bahasa lisan, akan tetapi

orang bisa baik

jelek dalam berkomunikasi dengan

bahasa tulisan. Namun dalam hal penggunaan bahasa kurang-lebih sama tuntutannnya
dengan bahasa yang digunakan dalam komunikasi lisan. Hal-hal yang perlu diperhatikan
dalam komunikasi dengan bahasa tulisan.
a. Memahami kaidah bahasa yang digunakan: (Pemilihan dan penggunaan kata,
pola kalimat, termasuk jenis ragam bahasa).
b. Perlu paham dengan aturan-aturan tata cara penulisan: (cara mencari bahan,
cara penulisan atau penyajian bahan, penggunaan tanda baca, cara mengutip, cara
menulis catatan kaki, cara menyusun daftar pustaka . Secara umum Gorys Keraf
(1989: 228--260) membagi tiga bagian yaitu: Bagian pelengkap pendahuluan,
bagian isi karangan, dan bagian pelengkap penutup)
3


c. Memahami urut-urutan penyajian bahan yang sistematis dan logis: (Uruturutan penyajian, misalnya harus ada bagian pendahuluan yang berisi latar
belakang masalah, permasalahan, tujuan, dan manfaat; bagian isi yaitu uraian
permasalahan yang akan dibahas/dikomunikasikan; dan penutup sebagai upaya
mengakhiri komunikasi)
d. Memahami keadaan dan karakteristik pembaca: (Sasaran komunikasinya siapa
atau siapa yang akan membaca tulisan yang dimaksud? Anak, orang dewasa,
kalangan mahasiswa, atau masyarakat umum? Ini terkait dengan pemilihan dan
penggunaan jenis kata, pola kalimat, gaya dan tingkat kesulitan bahasa)
e. Membutuhkan ketekunan, ketelitian, dan kerja keras. (Untuk menghasilkan
karangan yang baik yang bisa menyampaikan informasi dengan jelas, penyusunannya dibutuhkan kerja keras dan ketelitian yang tinggi).
3. Komunikasi dengan Bahasa Tubuh
Bahasa tubuh istilah asingnya gesture; yaitu gerak-gerik tubuh yang memberikan
arti tertentu. Orang bisa mengkomunikasikan pikiran atau perasaannya kepada orang lain
melalui gerak-gerik badannya. Gerak-gerik tubuh bisa berupa gelengan kepala, kerutan
dahi, lambaian tangan, anggukan kepala, belalakan mata, lirikan mata, acungan jempol,
dan lain-lain. Biasanya bahasa tubuh mengikuti—atau sering digunakan untuk
menguatkan—bahasa lisan. Antara orang satu dengan yang lain berbeda-beda dalam
penggunaan bahasa tubuh. Ada yang sering (banyak) ada yang tidak (sedikit). Begitu juga
suatu masyarakat. Ada masyarakat yang orang-orangnya suka menggunakan bahasa
tubuh dan ada masyarakat yang anggotanya tidak suka menggunakan.

Faktor-faktor yang Menunjang Efektifnya Berkomunikasi
Ada beberapa factor yang dapat mempengaruhi efetif-tidaknya suatu komunikasi.
Beberapa di antaranya adalah:
1. Mental; yaitu suasana pikiran dan perasaan yang dirasakan ketika seseorang
melakukan komunikasi. Pikiran dan perasaan berpengaruh pada sikap dan
perilaku orang yang sedang berkomunikasi. Perasaan takut, malu, malas, cemas,
ragu-ragu, kurang percaya diri bisa berpengaruh jelek terhadap proses
komunikasi. Orang yang mengalami gangguan itu sewaktu berkomunikasi akan

4

memperlihatkan gejala seperti gemetar, gugup, berkeringat, salah tingkah, salah
ucap, atau banyak gerak, atau banyak tingkah.
2. Sarana-prasarana yang digunakan: Sarana-prasarana yang digunakan dalam
komunikasi akan mempengaruhi efektif-tidaknya komunikasi itu. Ketika
berkomunikasi, kemungkinan kita membutuhkan sarana-prasarana atau alat.
Sebagai contoh: Dosen yang sedang melatih mahasiswa membutuhkan alat
overhead projector (OHP), papan tulis, LCD, Laptop, dll. Semakin lengkap dan
canggih alat yang digunakan, semakin efektif


komunikasi yang dilakukan

(dengan catatan dosen itu terampil dalam penggunaan alat-alat tersebut). Jika
tidak terampil, hal yang sebaliknya yang terjadi. Sekarang ini banyak alat
komunikasi yang canggih

yang bisa digunakan oleh mahasiswa; seperti

komputer, internet, handphone, dll. Alat-alat itu perlu dipelajari penggunaannya
dan dimanfaatkan. Agar kita tidak gagap teknologi.
3. Penguasaan Pengetahuan dan Keterampilan
Penguasaan pengetahuan dan keterampilan mutlak diperlukan apabila komunikasi
kita ingin baik. Termasuk keterampilan berkomunikasi itu sendiri. Seorang yang
berbicara dengan seseorang, perlu paham dulu apa yang mau dikatakan.
Seseorang yang mau berbicara di depan kelompoknya, perlu menguasai materi
yang akan disampaikan, termasuk menguasai cara-cara penyampaiannya.
Seseorang yang akan memimpin diskusi, perlu menguasai teknik-teknik
berdiskusi dan cara mengatur diskusi. Jika pengetahuan dan keterampilan tidak
dikuasai, proses komunikasi tidak akan berjalan lancar.
Sikap yang Efektif dalam Berkomunikasi

Hambatan yang sangat besar pada proses komunikasi—biasanya di kalangan
mahasiswa—pada aspek mental, yang meliputi pikiran, sikap, pandangan, dan
tingkahlaku. Okun (1987) menerangkan bahwa agar komunikasi bisa berjalan baik—
terutama dalam komunikasi interpersonal—perlu dikembangkan sikap percaya (trust),
empati (empathy), tulus (genuineness), peduli dan perhatian (concern and caring),
hormat (respect), toleran dan penerimaan (tolerant and acceptance), kejujuran (honesty),

5

komitmen terhadap hubungan (commitment to the relationship) dan bisa melayani
orang lain (dependability).
Sikap percaya maksudnya adalah bahwa ketika kita berkomunikasi perlu
mengembangkan sikap percaya kepada pihak komunikati atau orang yang diajak
komunikasi. Sikap empati (empathy) yaitu kemampaun untuk bisa memahami perasaan
orang yang diajak komunikasi. Pengertian “memahami” di sini adalah seolah-olah kita
ikut merasakan perasaan komunikati. Tulus (genueneness) adalah perasaan ikhlas untuk
bertemu atau berbicara dengan komunikati. Peduli dan perhatian menunjukkan adanya
keinginan dan perhatian yang cukup besar kepada orang yang kita ajak komunikasi.
Toleran dan penerimaan maksudnya adalah kesediaan kita untuk memberi kesempatan
yang sebebas-bebasnya kepada komunikati untuk bertindak dan berbuat sesuai keadaan,
kemampuan mereka dan,

dengan tetap menerima kehadirannya. Kejujuran yaitu

kemampuan untuk menunjukkan keadaan apa adanya yang ada pada diri kita. Komitmen
terhadap tujuan artinya kita memiliki ketaatan terhadap tujuan yang ingin dicapai dalam
proses komunikasi. Sedangkan kemampuan untuk bisa melayani maksudnya adalah
bahwa kita ketika berkomunikasi tetap bersikap akan memberi atau membantu orang
yang diajak komunikasi bukan untuk meminta bantuan.

Daftar Pustaka

Gorys Keraf. (1989). Komposisi. Ende, Flores: Penerbit Nusa Indah.
Jalaludin Rakhmat. (1999). Psikologi Komunikasi. Bandung: Penerbit PT Remaja
Rosdakarya.
Okun, B.F. (1987). Effective Helping: Interviewing and Counseling Techniques.
Monterey, California: Brooks/Cole Publishing Company.

6