Representasi Kearifan Lokal dalam film D

REPRESENTASI KEARIFAN LOKAL
DALAM FILM DI TIMUR MATAHARI
Oleh
Indiwan seto wahyu Wibowo
Dosen Ilmu Komunikasi
Universitas Multimedia Nusantara
Jalan Boulevard Gading Serpong Tangerang Banten
082112297660 E-mail: indiwan@umn.ac.id

ABSTRAK
The film is like a mirror of reality, good reality and culture or sociopolitic life around it. When
play a role as a mirror film tried to lift the struggle for life and hope. Mazmur, Thomas, Agnes,
Yokim, and Suryani is still waiting for the light that will illuminate them from the darkness of
stupidity. Mazmur is always waiting for the arrival of a substitute teacher at an old airfield every
day, the only link their village in the central highlands of Papua to the outside life. For six
months there was no teacher. Because the teacher has never been come finally the five children,
looking for lessons on nature and environment. Through the priest Samuel, doctor Fatimah ,
uncle Jolex and uncle Ucok, they get a lot of knowledge. An event changed all that.
Keywords : komunikasi visual,

semiotika, representasi, film sebagai


tanda, makna

kearifan local

1.Latar Belakang
Film merupakan cermin dari realitas, baik realitas budaya atau kehidupan sosiopolitik
di sekitarnya. Saat berperan sebagai cermin, Film mencoba mengangkat

persoalan serta

pergulatan hidup anak-anak sekolah dalam adegan-adegan yang indah lewat warna serta
teknik pengambilan gambar yang menawan.
Tetapi di sisi lain film juga bisa menjadi senjata atau alat untuk menyebarkan gagasan,
ide atau bahkan propaganda nilai-nilai budaya lain kepada masyarakat, komunitas atau
kelompok yang berbeda atau tidak memiliki kesamaan budaya. Contoh yang paling terasakan
adalah film propaganda America “ The Rambo” yang sangat sarat nilai-nilai kepahlawanan

1|P age


pro Amerika dan menggambarkan realitas Amerika yang perkasa di Vietnam, meski fakta
menunjukkan Amerika kalah saat perang Vietnam.
Di Indonesia, sebenarnya banyak contoh film-film bagus yang sarat menawarkan
nilai-nilai atau gagasan . Sebagai contoh film Di Timur Matahari yang dijadikan topic bagi
peneliti untuk melihat representasi kearifan local dalam film tersebut.
Secara umum kearifan lokal (local genius) bisa diartikan sebagai kebenaran yang telah
mentradisi atau ajeg dalam suatu daerah. Kearifan lokal sebagaimana dijelaskan I Ketut
Gobyah dalam “Berpijak pada Kearifan Lokal”

(http://www. balipos.co.id), merupakan

perpaduan antara nilai-nilai suci firman Tuhan dan berbagai nilai yang ada. Kearifan lokal
terbentuk sebagai keunggulan budaya masyarakat setempat maupun kondisi geografis dalam arti
luas. Kearifan lokal merupakan produk budaya masa lalu yang patut secara terus-menerus
dijadikan pegangan hidup. Meskipun bernilai lokal tetapi nilai yang terkandung di dalamnya
dianggap sangat universal.

1.2 Rumusan Masalah
Sebagai sebuah film yang mengangkat soal pendidikan, peneliti tertarik ingin melihat
bagaimana representasi kearifan local yang coba dimunculkan lewat film tersebut? Bagaimana

film tersebut mengemas tanda-tanda baik verbal maupun visual terkait kearifan local ?
Pertanyaaan ini amat penting di era kini mengingat film sudah menjadi media popular yang
bisa menarik perhatian banyak penonton. Film bisa menjadi sarana ampuh untuk memasukan,
memasarkan dan memasyarakatkan nilai-nilai, ideology dan gagasan baru. Dalam hal ini, ada
sejumlah kearifan local masyarakat Papua yang coba disampaikan dalam bahasa visual.

2. KERANGKA PEMIKIRAN

2.1 Makna dan Tanda dalam Komunikasi
Dalam bukunya Human Communication : Konteks-konteks Komunikasi (Mulyana,
2001:16) Dedy Mulyana menjelaskan bahwa komunikasi adalah “pembentukan makna di antara
dua orang atau lebih.” Jadi amat pentinglah makna dalam sebuah komunikasi. Meski dianggap

2|P age

penting persoalan apa itu makna dan tanda justru ‘dimaknai’ berbeda-beda oleh sejumlah
pakar.
Misalnya, ahli Semiotika Umberto Eco (dalam Budiman, 1999:7), menjelaskan “makna
dari sebuah tanda adalah satuan kultural yang diperagakan oleh wahana-wahana tanda yang
lainnya serta dengan begitu, secara semantik mempertunjukkan pula ketidaktergantungannya

pada wahana tanda yang sesungguhnya.”
Soal makna tersebut, ada dua sudut pandang yang berbeda melihatnya. Sudut pandang
pertama yakni pandangan klasik menganggap bahwa komunikasi adalah suatu proses yakni
komunikasi adalah sebuah proses penyampaian pernyataan antara manusia. Yang dinyatakannya
atau pesannya bisa berupa pemikiran atau perasaan seseorang kepada komunikan menggunakan
bahasa. Dengan begitu dalam prosesnya membutuhkan adanya peran komunikator, pesan,
komunikan, media, dan efek yang bisa terjadi.
Sudut pandang kedua, adalah komunikasi dilihat dari proses pertukaran makna antara
komunikan dan komunikatornya sehingga tidak bersifat linear. Dan kita banyak menggunakan
bahasa sebagai alat komunikasi.
Alex Sobur dalam buku Semiotika Komunikasi (Sobur, 2009:164), menguraikan hal
tersebut secara jelas. “Manusia sudah memiliki keudayaan yang tinggi dalam berkomunikasi,
mulai dari

simbol yag sederhana seperti bunyi dan isyarat, sampai kepada simbol yang

dimodifikasi dalam bentuk signal-signal melalui gelombang udara dan cahaya, seperti radio,
televisi, telegram, telex, dan satelit.” Ungkap Sobur.
Lain lagi dengan pendapat Roland Barthes, pakar semiotika yang melihat ada dua unsur
dari tanda. Khususnya menurut dia tanda-tanda yang bersifat


linguistic atau berhubungan

dengan kebahasaan . Dalam buku Petualangan Semiologi (Barthes, 2007:42-45), dia
menguraikan bahwa pada dasarnya setiap tanda linguistik terdiri atas dua unsur, yakni: “Yang
diartikan (Perancis : signnifie, Inggris : signifie = unsur makna)” dan “Yang mengartikan
(Perancis : significant, Inggris : signifier = unsur bunyi).
“Yang diartikan (signifie, signfied), sebenarnya adalah “suatu hal” yang dimaksud oleh si
pengguna signe itu ketika menggunakan signe itu, sedangkan yang mengartikan (significant atau
signifier ) itu adalah tidak lain dari signe-signe itu, yang terbentuk dari fonem-fonem bahasa yang

bersangkutan.”
3|P age

Barthes saat membahas lingkup makna yang lebih besar adalah dengan membedakan dua
hal yakni adanya makna denotative dengan makna konotatif. Menurut dia, makna denotative
adalah makna kata atau sekelompok kata yang didasarkan atas penunjukkan yang lugas pada
sesuatu di luar bahasa atau yang didasarkan atas konvensi tertentu dan bersifat objektif.”
Menurut dia, makna denotative pada dasarnya meliputi hal-hal yang ditunjuk atau
dideskripsikan oleh kata-kata, sedangkan makna konotasi adalah aspek makna sebuah atau

sekelompok kata yang didasarkan atas perasaan atau pikiran yang timbul atau ditimbulkan pada
pembicara (penulis) dan pendengar (pembaca). Bisa dibilang makna denotative dikatakan
objektif karena makna ini berlaku umum, sebaliknya makna konotasi bersifat subjektif dalam
pengertian bahwa ada pergeseran makna dari makna umum ( denotative) karena sudah ada
penambahan rasa dan nilai tertentu.

2.2 Hakikat Makna

Ada beberapa pandangan yang menjelaskan ihwal teori atau konsep makna seperti proses
pemaknaan yang disampaikan Wendell Johnson sebagaimana dikutip Alex Sobur (Sobur,
2009:256) yang menawarkan sejumlah implikasi bagi komunikasi antarmanusia :

1.Makna ada dalam diri manusia, yaitu makna tidak terletak pada kata -kata melainkan
pada manusia. Kita menggunakan kata-kata untuk mendekati makna yang ingin kita
komunikasikan.
2.Makna berubah, yaitu kata-kata relatif statis. Tetapi makna dari kata -kata ini terus
berubah, dan ini khususnya terjadi pada dimensi emosional dari makna.
3.Makna membutuhkan acuan, yaitu walaupun tidak semua komunikasi mengacu pada
dunia nyata, komunikasi hanya masuk akal bilamana ia mempunyai ikatan dengan dunia
atau lingkungan eksternal.

4.Penyingkatan yang berlebihan akan mengubah makna, yaitu berkaitan erat dengan
gagasan bahwa makna membutuhkan acuan adalah masalah komunikasi yang timbul
akibat dari penyingkatan berlebihan tanpa mengaitkannya dengan acuan yang konkret
dan dapat diamati. Penyingkatan perlu dikaitkan dengan objek, kejadian, dan perilaku
dalam dunia nyata.
5.Makna tidak terbatas jumlahnya, yaitu pada suatu saat tertentu, jumlah kata dalam
suatu bahasa terbatas, tetapi maknanya tidak terbatas. Karena itu, keba nyakan kata
mempunyai banyak makna.

4|P age

6.Makna dikomunikasikan hanya sebagian, yaitu makna yang kita peroleh dari suatu
kejadian (event) bersifat multiaspek dan sangat kompleks, tetapi hanya sebagian saja
dari makna-makna ini yang bener-bener dapat dijelaskan.

2.3 Representasi
Penelitian soal film Di Timur Matahari memakai istilah Representasi untuk menjelaskan
perihal kearifan lokal. Istilah representasi secara lebih luas mengacu pada penggambaran
kelompok-kelompok dan institusi sosial. Representasi pada prinsipnya berhubungan dengan
stereotip, tetapi tidak sekedar menyangkut tentang stereotip. Lebih penting lagi, penggambaran

itu tidak hanya berkenaan dengan tampilan fisik (apperance) dan deskripsi, melainkan juga
terkait dengan makna (atau nilai) di balik tampilan fisik.
Menurut Burton dalam Membincang Televisi Sebuah Pengantar kepada Studi Televisi
(Burton, 2007:41) “Representasi berarti penghadiran kembali sesuatu bukan dalam gagasan asli
atau objek fisikal asli, melainkan sebuah versi baru yang dibangun darinya.”
Sementara menurut Noviani dalam Jalan Tengah Memahami Iklan Antara Realitas, Representasi
dan Simulasi (Noviani, 2002:61), ”untuk menggambarkan ekspresi hubungan antara teks media

(termasuk iklan dengan realitas, konsep representasi sering digunakan. Secara semantik,
representasi bisa diartikan to depict, to be a picture of atau to act or speak for (in the place of, in
the name of) somebody. Berdasarkan kedua makna tersebut, to represent bisa didefinisikan

sebagai to stand for . Ia menjadi sebuah tanda (a sign) untuk sesuatu atau seseorang, sebuah tanda
yang tidak sama dengan realitas yang direpresentasikan tapi dihubungkan dengan dan
mendasarkan diri pada realitas tersebut. Jadi, representasi mendasarkan diri pada realitas yang
menjadi referensinya.”
Dalam penelitian ini konsep representasi menjadi penting mengingat film merupakan
sebuah cara untuk menghadirkan kembali realitas yang ada ditengah masyarakat, dan tetap saja
representasi dalam hal ini film Di Timur Matahari.


2.4 Semiotika Charles Sander Peirce
Selain representasi, penelitian ini juga menggunakan konsep semiotika yang dikenalkan
oleh Charles Sander Peirce. Konsep penting dari semiotika Peirce adalah konsep tanda.
Semiotika menurut dia adalah ilmu yang mempelajari tentang makna dari tanda-tanda. Menurut
5|P age

Pierce, tanda (representament) ialah sesuatu yang dapat mewakili sesuatu yang lain dalam batasbatas tertentu (Eco, 1979:15).
Tanda akan selalu mengacu ke sesuatu yang lain, oleh Pierce disebut objek ( denotatum).
Mengacu berarti mewakili atau menggantikan. Tanda baru dapat berfungsi bila diinterpretasikan
dalam benak penerima tanda melalui interpretant. Jadi interpretant ialah pemahaman makna yang
muncul dalam diri penerima tanda. Artinya, tanda baru dapat berfungsi sebagai tanda bila dapat
ditangkap dan pemahaman terjadi berkat ground, yaitu pengetahuan tentang sistem tanda dalam
suatu masyarakat. Hubungan ketiga unsur yang dikemukakan Pierce terkenal dengan nama
segitiga semiotik.(Eco,1979:15).
Rangkaian pemahaman akan berkembang terus seiring dengan rangkaian semiosis yang
tidak kunjung berakhir. Selanjutnya terjadi tingkatan rangkaian semiosis. I nterpretan pada
rangkaian semiosis lapisan pertama, akan menjadi dasar untuk mengacu pada objek baru dan dari
sini terjadi rangkaian semiosis lapisan kedua. Jadi, apa yang berstatus sebagai tanda pada lapisan
pertama berfungsi sebagai penanda pada lapisan kedua, dan demikian seterusnya.
Peirce mengatakan bahwa: “ A sign, or representamen, is something which stands to

somebody for something in some respect or capacity. It addresses somebody, that is, creates in
the mind of that person an equivalent sign, or perhaps a more developed sign. That sign which to
creates I call the interpretant of the first sign. The sign stands for something, its object. It stands

for that object, not in all respects, but in reference to a sort of idea.” (Suatu tanda, atau
representamen, adalah sesuatu yang bagi seseorang mewakili sesuatu [yang lain] dalam kaitan
atau kapasitas tertentu. Tanda mengarah kepada seseorang, yakni menciptakan dalam pikiran
orang itu suatu tanda lain yang setara, atau bisa juga suatu tanda yang lebih terkembang. Tanda
yang tercipta itu saya sebut interpretan dari tanda yang pertama. Suatu tanda [yang pertama]
mewakili sesuatu, yaitu objek-nya. Tanda [yang pertama] mewakili objeknya tidak dalam
sembarang kaitan, tetapi dalam kaitan dengan suatu gagasan tertentu.) (Noth,1995:42)
Ada tiga komponen penting

dalam definisi tanda Charles Sander

Peirce, yaitu

representamen, interpretan, dan objek. Karena itu, definisi tanda Peirce sering disebut disebut
triadik—bersisi tiga. Perhatikan gambar segitiga tanda Peirce ini. (Nöth, 1995:42).Tiga
6|P age


komponen atau unsur tanda Peirce ini adalah (1) Representamen Sesuatu dapat disebut
representamen jika memenuhi dua syarat, yaitu: pertama bisa dipersepsi, baik dengan
pancaindera maupun dengan pikiran/ perasaan; dan kedua bisa berfungsi sebagai tanda. Jadi,
representamen bisa apa saja, asalkan berfungsi sebagai tanda; artinya, mewakili sesuatu yang
lain. Komponen lainnya adalah Objek. Objek menurut Peirce adalah komponen yang diwakili
tanda; objek bisa dikatakan ialah “sesuatu yang lain”. Komponen ini bisa berupa materi yang
tertangkap pancaindera, bisa juga

bersifat mental atau imajiner. Komponen ketiga adalah

Interpretan. Peirce menjelaskan bahwa Interpretan adalah arti. Beberapa istilah lain yang
acapkali digunakan Peirce untuk menyebut interpretan ialah “significance”, “signification”, dan
“interpretation”. interpretan juga merupakan tanda.

3. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Paradigma Penelitian
Penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif ini

berangkat dari paradigma

konstruktivisme. Bogdan dan Biklen oleh Moleong di Metodologi Penelitia Kualitatif (Moleong,
2000:8), mengartikan paradigma sebagai “kumpulan longgar mengenai asumsi yang secara logis
dianut bersama, konsep atau proposisi yang mengarahkan cara berpikir dan penelitian. Orientasi
atau perspektis teoritis adalah cara memandang dunia, asumsi yag dianut orang tentang sesuatu
yang penting dan apa yang membuatnya bekerja.”
Menurut Salim dalam Teori & Paradigma (2006:63), “paradigma dapat didefinisikan
bermacam-macam, tergantung pada sudut pandang yang digunakan.” Sebagian orang menyebut
paradigmna sebagai citra fundemental dari pokok permasalahan di dalam suatu ilmu paradigma
menggariskan hal yang seharusya dipelajari, pertanyaan-pertanyaan yang seharusnya
dikemukakan dan kaidah-kaidah yang seharusnya diikuti dalm menafsirkan jawaban yang
diperoleh. Disebut pula bahwa paradigma laksana jendela untuk mengamati dunia luar, tempat
rang bertolak menjelajahi dunia. Karenanya, ada pula yang menyebut paaradigma sebagai
perspektif.
Salim dalam Teori & Paradigma (2006:68), juga menyebutkan bahwa “sejak abad
pencerahan hingga era globalisasi, terdapat empat paradigma ilu pengetahuan yang
7|P age

dikembangkan oleh para ilmuwan.” Empat paradigma ilmu tersebut adalah Positivisme, Postpositivisme (yang kemudian dikenal sebagai Classical Paradigm atau Conventionalism
Paradigm), Critical Theory (Realisme) dan Construcyivisme.

Perbedaan dari keempat paradigma tersebut dapat dilihat dari cara pandang masingmasing terhadap realitas yang digunakan dan cara yang ditempuh untuk melakukan
pengembangan penemuan ilmu pengetahuan.

3.2.Unit Analisis
Dalam penelitian ini, yang menjadi unit analisis adalah adegan-adegan, juga dialogdialog dalam film Ditimur Matahari yangterkait dengan kearifan local. Yang dicari adalah
makna dari tanda-tanda yang bersifat verbal dan nonverbal.

3.3 Teknik Analisis Data
Penelitian ini adalah penelitian teks menggunakan teknik analisis semiotika Charles
Sander Peirce dengan mengurai tanda-tanda yang bersifat ikon, indeks dan symbol lewat sgitiga
makna Charles Sander Peirce.

8|P age

4. ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Film Di Timur Matahari amat banyak menampilkan tanda-tanda yang bisa dimaknai macammacam. Dalam makalah ini dianalisis sejumlah tanda baik visual maupun verbal yang terkait
dengan representasi Kearifan Lokal dalam film di Timur matahari.

4.1 Deskripsi Objek Penelitian
Film berjudul 'Di Timur Matahari' adalah sebuah film keluarga, karya Ari Sihasale lewar
rumah produksi Alenia Pictures dengan produser eksekutif Nia Sihasale Zulkarnaen. Setelah
menyutradarai film King (2009) yang mengambil lokasi di Jawa Timur, kemudian film Tanah
Air Beta (2010) di Kupang NTT, lalu Serdadu Kumbang (2011) di Pulau Sumbawa Alenia
Pictures kembali mengangkat film tentang anak-anak dan keluarga. Film “Di Timur Matahari
(2012) ini bercerita soal perdamaian dan hausnya
anak-anak akan pendidikan, dengan latar belakang
keindahan alam di Tiom, kabupaten Lanny Jaya,
Papua.
Kedekatan emosional Ari dengan Papua inilah
yang agaknya mendorong suami Nia Zulkarnaen
ini membuat film pendidikan dengan latar belakang
konflik perang suku dan uniknya budaya Papua.
"Saya lahir di Papua, dan melihat realita yang kini
terjadi di Papua, saya pun terdorong untuk
mengajak masyarakat agar mengenal Papua lebih
dekat melalui film ini," ujar Ari Sihasale

saat

jumpa pers lauching film 'Di Timur Matahari', di
Jakarta beberapa waktu lalu.
”Film ini agak berbeda dengan (produksi)
Alenia

9|P age

sebelumnya

karena

kami

ingin

menampilkan sesuatu yang lain. Persiapan film ini merupakan yang terberat karena Lanny Jaya
adalah kabupaten baru. Jadi, bisa dibayangkan kondisinya seperti apa, pasti akan sulit bagi
semuanya,” ujar Nia sebelum memulai pembuatan film..
Nia mengatakan, Di Timur Matahari berawal dari keprihatinan Ale dan Nia akan
kerapnya mereka menyaksikan berita kerusuhan di sejumlah tempat di Indonesia, termasuk
Papua. (Kompas.com edisi 28 februari 2012). ”Apakah gambaran Indonesia seperti ini yang akan
kita berikan kepada anak-anak kita? Melalui film ini kami ingin memberikan kedamaian,” ujar
Nia. Di Timur Matahari adalah film keenam yang diproduksi Alenia Pictures. Sebelumnya,
mereka telah menggarap Denias, Tanah Air Beta, King, Liburan Seru, dan Serdadu Kumbang.
Film ini menguak peran anak-anak yang identik dengan kepolosan, keluguan dan
keceriaan di tengah konflik orang dewasa yang tak berujungpangkal dan sudah membudaya
yakni perang suku. Keluguan anak-anak Papua yang haus pendidikan direpresentasikan melalui
lima karakter anak Papua. Lima sekawan itu adalah Mazmur, Thomas, Suryani, Agnes, dan
Yoakim. Mereka anak-anak yang haus akan pendidikan dan berusaha untuk menggapai cita-cita,
namun harus terbentur dalam kondisi dan situasi yang sangat sulit.
4.2 Sinopsis Film:
Film ini bisa dikatakan menceritakan upaya anak-anak Papua untuk mendamaikan
orang dewasa. Anak-anak polos seperti Mazmur ( yang diperankan oleh Simson Sikoway),
Thomas ( oleh Abetnego Yigibalom), Yokim (Razz Manoby), Agnes (Maria Resubun), dan
Suryani (Friska Waromi) adalah anak-anak di wilayah Lanny Jaya, Papua.
Diceritakan di awal film hampir setiap hari mereka menunggu kehadiran dan kedatangan
guru. Karena lama menunggu kedatangan guru pengganti yang tak kunjung tiba, waktu yang
ada mereka

habiskan dengan menyanyi, sebagaimana disampaikan oleh Mazmur dengan

polosnya, atau dihabiskan dengan bermain bola, hingga mencari pekerjaan. Suasana ceria dan
menyentuh itu, tak bertahan lama. Cerita kemudian bergulir dengan munculnya konflik.
Kepolosan dan keceriaan anak-anak SD itu terusik oleh konflik antarsuku yang kemudian
terjadi.

Diceritakan, Blasius, ayah Mazmur, memukul seseorang sampai berdarah ketika

mendapat uang palsu

dari warga kampung sebelah mereka tinggal. Kejadian itu ternyata

berbuntut panjang, dengan dendam yang membara. Di tengah perjalanan pulang, mendadak
Blasius dihadang dua orang dengan busur di tangan mereka. Akhirnya Blasius terbunuh di
10 | P a g e

depan mata anaknya ,sendiri Mazmur. Konflik antar kelompok suku kemudian memanas karena
Alex, adik Blasius, tidak terima begitu saja dan ingin membalas dendam dengan mengobarkan
bendera perang antar kelompok. Upaya balas dendam ini coba dicegah oleh Michael (Michael
Jakarimilena/ Mike Idol) salah satu adik Blasius, namun sejak kecil tinggal bersama ‘mama
Jawa’ di Jakarta untuk sekolah

atas nama cinta kasih. Michael datang ke Papua setelah

mendengar kematian kakaknya. Menurut Michael, “ tidak setiap perang harus dilawan dengan
perang juga,”. Tetapi Alex bersikeras karena menurut dia: “Menyelamatkan harga diri, bagi
Alex, lebih penting daripada menyelamatkan nyawanya sendiri. “Mata dibalas mata, gigi dibalas
gigi,” kata Alex tegas.
Upaya mempertahankan perdamaian seperti Michael, didukung oleh Pendeta Samuel (di
perankan oleh Lukman Sardi), Bu Dokter ( diperankan oleh Ririn Ekawati), dan Ucok (Ringgo
Agus Rahman) Mereka turut mendukung perdamaian yang sangat bertolak belakang dengan
kemauan dan ambisi Alex..
Namun genderang perang sudah terlanjur dinyatakan, tidak bisa dicabut lagi. Korban
jiwa akibat perang suku akhirnya mulai berjatuhan satu demi satu. Setelah kematian Blasius
ayah Mazmur, Joseph ayah Agnes juga tewas dalam perang suku yangtak mengenal ampun.
Alex ayah Thomas, juga meninggal jadi korban kebencian dan perang antar suku yang
dikobarkannya sendiri. Karena tak tahan melihat ganasnya perang suku, perang antar orang
dewasa, anak-anak kemudian meneriakkan keinginan polos mereka soal perdamaian di antara
dua suku yang tengah bertikai. Film ditutup dengan perdamaian. Lewat nyanyian tulus anakanak itulah akhirnya mampu meluluhkan hati mereka yang bertikai dan mengalahkan ganasnya
senjata orang-orang dewasa. Film berakhir manis, orang-orang dewasa yang bertikai akhirnya
mau membuang senjata mereka dan bergandengan tangan dengan damai karena

melihat

ketulusan dan cinta perdamaian yang dibawa Agnes, Thomas ,Mazmur dan kawan-kawan
melalui nyanyian perdamaian.

11 | P a g e

4.3 Analisis Data Ikon Film Di Timur Matahari

No Representanment

OBJEK

Interpretant

1

Suasana alam Papua
yang amat indah, ada
jembatan bamboo dan
sejumlah anak berbaju
putih merah menuju
sekolah

Menunjukkan
kegigihan anakanak Papua untuk
menempuh
pendidikan
meskipun harus
melalui tantangan
alam yang keras

2

Raut wajah Mazmur
yang polos tengah
menjelaskan kepada
teman-teman bahwa
guru pengganti tidak
dating

Dengan keluguan
anak yang sangat
ingin mendapat
pendidikan tetapi
tidak kunjung tiba
guru yang dinanti

3

Anak-anak berlarilarian di bukit sambil
melihat ke awan siapa
tahu guru pengganti
yang ditunggu datang

4

Anak-anak mengisi
waktu luang mereka
bergaul dengan
masyarakat di sekitar
sekolah, membantu
memelihara dan
memberi makan
ternak

Mereka mengisi
waktu dengan
bermain,
bernyanyi dan
bermain bola
sambil terus
berharap guru
akan dating
mengajar mereka
Tak kenal putus
asa, mereka tetap
berharap bisa
belajar dari
siapapun lewat
semua kegiatan
mereka

12 | P a g e

5

Senyum ceria menanti
kedatangan guru
pengganti yang tak
kunjung tiba

Tetap ceria
meskipun apa
yang diharapkan
tidak tersampaikan

5

Kesedihan
membayang di wajahwajah warga saat
ditinggalkan oleh
Blasius karena
dibunuh oleh warga
kampong sebelah

Kesedihan atas
kematian orang
yang dicintai

5

"Mikael, ini bukan
masalah dendam, tapi
ini masalah adat yang
sudah ribuan tahun
sebelum kamu ada!
Gigi ganti gigi, pipi
ganti pipi," ujar Alex.
Ujar alex saat ingin
membalas dendam
kematian kakaknya
Blasius

Masalah adat
papua yang lebih
mempertahankan
harga diri lewat
perang ketimbang
menghargai
nyawa dan
perdamaian

5

Anak-anak menatap ke
depan di tengah sisasisa pertempuran dan
pertikaian antar suku
yang menyisakan
kobaran api di manamana

Nyanyian anakanak papua yang
meminta konflik
orang tua mereka
berakhir dengan
kedamaian

13 | P a g e

4.4 TANDA-TANDA INDEKSIAL DARI ADEGAN CERITA

No

Representanment

Objek

Interpretant

1

Mazmur berlari kencang, kaki kecilnya yang
telanjang menghantam kerasnya tanah.
Tubuhnya yang berbalut seragam sekolah
usang, menerjang dinginnya udara,
melintasi alam Papua.
Dia pun tiba di tempat tujuannya, sebuah
bangunan kayu sederhana, yang dicat
putih. Letaknya di antara perbukitan Tiom,
Lanny Jaya, Papua. Mazmur memasuki
bangunan itu
Puluhan anak-anak sekolah dasar duduk
manis dan tenang di dalam bangunan itu,
sambil menatap Mazmur yang memasuki
bangunan sambil terengah-engah. Raut
wajah anak-anak itu tampak penuh harap.
"Teman-teman ... Guru pengganti, belum
juga datang," ujar Mazmur kepada puluhan
anak itu. Suasana hening, tampak raut
wajah-wajah kecewa karena enam bulan
sudah tidak ada guru yang datang untuk
mengajar mereka.
Lalu Mazmur kembali berkata, "ya sudah
lah, kita belajar menyanyi saja.." ujarnya.
Kalimat yang sama terlontar dari bibir
Mazmur setiap satu minggu sekali, usai
menunggu pesawat perintis di sebuah
lapangan berumput yang menjadi landasan
pesawat
Setiap kali pula Mazmur kembali ke kelas
dengan kabar yang sama, hening mewarnai
ruangan kelas itu. Namun itu tak bertahan
lama, karena para murid itu lalu tertawa
bersama dan mulai menyanyi dengan ceria.
"Kalian dua hari lalu libur, kemarin libur,
sekarang libur, kapan sekolahnya," tanya
seorang pekerja tambang bernama Jolex
"Guru sedang cuti Oom Jolex, katanya cuti
selama enam bulan," ujar Mazmur lugu

Anak kecil bernama
Mazmur berlari-lari
menuju sekolah di
perbukitan Tiom Lanny
Jaya Papua

Semangat anak kecil
yang hendak menimba
ilmu di sekolah, tak
peduli dengan kerasnya
alam menghantam di
depan

Anak-anak berharap
mendapat kabar
gembira dari Mazmur
soal kedatangan guru
pengganti
Anak-anak menanti
guru pengganti yang tak
kunjung datang,
kemudian mereka
putuskan untuk belajar
bernyanyi saja
Anak-anak memilih
menyanyi ketika guru
pengganti tak datang

Kepedulian dan
pengharapan yang
besar akan pendidikan

Anak-anak yang ceria
meskipun guru yang
dinanti tak datangdatang

Kegembiraan bersama
dalam kelas yang selalu
terulang

Komentar soal sekolah
yang terpaksa libur
karena guru tak ada
Guru cuti selama enam
bulan

Terlalu sering libur

2

3

4

5

6
7

8

Di ceritakan Michael dan istri belanja di Harga-harga barang di
satu warung, total belanjaan jutaan Papua yang sangat
rupiah. Si istri meminta bon dan mahal

14 | P a g e

Kekecewaan karena tak
datangnya guru
pengganti yang akan
mengajar anak-anak

Alternative kegiatan
anak-anak yang bisa
dilakukan adalah
menyanyi

Terlalu lama cuti
sehingga sekolah tidak
jalan
Sulitnya transportasi
membuat harga barangbarang di sana menjadi

9

membaca harga yang tertulis. Minyak
goreng dua liter Rp. 350.000, beras dua
karung beras Rp. 1 jt.
hrga-harga barang
Si istri pun berkomentar “Bagaimana
tidak minta merdeka kalau harga-harga begitu mahal
seperti ini!”

10

"Mikael, ini bukan masalah dendam, tapi
ini masalah adat yang sudah ribuan tahun
sebelum kamu ada! Gigi ganti gigi, pipi
ganti pipi," ujar Alex kepada kakaknya itu
saat mereka berdiskusi usai memakamkan
Blasius.

Upaya balas dendam
apabila ada anggota
adat yang terluka

9

Menurut Michael, “ tidak setiap perang
harus dilawan dengan perang juga,”.:

10

“Menyelamatkan harga diri, bagi Alex,
lebih penting daripada menyelamatkan
nyawanya sendiri. “Mata dibalas mata,
gigi dibalas gigi,” kata Alex tegas.
orang-orang dewasa yang bertikai
akhirnya mau membuang senjata
mereka dan bergandengan tangan
dengan damai karena melihat ketulusan
dan cinta perdamaian yang dibawa
Agnes, Thomas ,Mazmur dan kawankawan melalui nyanyian perdamaian.

Michael ingin agar
kematian Blasius tidak
dibalas dengan dendam
Balas dendam
merupakan upaya
menyelamatkan harga
diri Alex
Pertikaian berakhir
setelah mendengar
nyanyian anak-anak
soal perdamaian

11

amat mahal

Mahalnya barang bisa
saja membuat warga
Papua ingin merdeka
Harga diri terkadang
lebih penting ketimbang
nyawa, apalagi bila adat
mendukung hal
tersebut secara terus
menerus
Ada kedamaian meski
korban sudah
berjatuhan
Orang akan melakukan
hal yangsama sesuai
perlakuan orang lain
kepada dirinya
Kekuatan cinta dan
kepolosan anak-anak
mengubah ketegangan
dan kekerasan hingga
tercipta perdamaian

4.5. PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN
Sangat disadari bahwa menelaah makna dari tanda-tanda yang muncul dalam sebuah
film tidak mudah. Begitu juga saat melihat film “ Di Timur Matahari”, representasi kekerasan
perang suku di sejumlah adegan

dalam film ini

mengungkapkan bahwa secara budaya,

kekerasan di tanah papua memang sudah menjadi sebuah kebiasaan. Sebagaimana diungkapkan
oleh Alex, “ini bukan masalah dendam, tapi ini masalah adat yang sudah ribuan tahun sebelum kamu
ada! Gigi ganti gigi, pipi ganti pipi," Jadi ada budaya yang memang mengijinkan adanya balas dendam
demi mempertahankan harga diri. Sebagai a a

u ul dala

dialog erikut ya: “Menyelamatkan

harga diri, bagi Alex, lebih penting daripada menyelamatkan nyawanya sendiri. “Mata dibalas
mata, gigi dibalas gigi,” kata Alex tegas. Adakah kearifan local mencuat dalam film ini?
Sebenarnya banyak dan dimunculkan lewat penggambaran sosok anak-anak polos yang begitu
bersemangat menempuh pendidikan. Anak-anak itu tetap menunggu datanganya
15 | P a g e

sang guru

pengganti, dan mereka terus saja mengisi kegiatan dengan menyanyi atau bermain bola.Atau
muncul dalam adegan ketika mereka –anak-anak itu minta kepada siapa saja yang mereka temui,
ibu dokter, bapak pendeta, para pekerja untuk mengajari mereka agar bisa pintar. Persoalan
ekonomi juga muncul dalam film itu, saat menggambarkan kesulitan Michael dan istrinya
mencari barang kebutuhan sehari-hari. Istri Michael (diperankan oleh Laura Basuki) terkejut
karena harga barang-barang sepele begitu mahalnya.
Di ceritakan Michael dan istri belanja di satu warung, total belanjaan jutaan rupiah. Si
istri meminta bon dan membaca harga yang tertulis. Minyak goreng dua liter Rp. 350.000, beras
dua karung beras Rp. 1 juta. Si istri pun berkomentar “Bagaimana tidak minta merdeka kalau
harga-harga seperti ini!” Ini merupakan kritikan tajam dan halus

mengenai penanganan

pemerintah terhadap Papua di bidang ekonomi dan pemerataan pembangunan. Bila dibiarkan
wajar saja apabila rakyat Papua menginginkan kemerdekaan mereka keluar dari Indonesia.
Film ini juga bicara soal denda adat, ini adalah salah satu persoalan yang ingin diluruskan.
Sebagian masyarakat asli masih mengguanakan denda adat sebagai penyelesaian sebuah
masalah. Denda adat ini di sisi yang lain terkadang lebih “berat” daripada hukum yang berlaku.
Sebagai contoh, dalam film tersebut ada seorang pekerja yang menabrak seorang warga local,
kemudian dia harus membayar denda adat sebesar Rp.50 juta.
Setelah kematian Blasius dalam sebuah musyawarah adat , ditetapkan adanya denda
adat sebesar RP 3 milyar. Michael adik Blasius sempat memprotes, karena dia tahu warga
semua miskin pasti tidak akan sanggup membayar denda sebanyak itu. Ketika Michael
mengatakan, bagaimana kalau mereka tak sanggup bayar? Dengan entengnya di jawab oleh yang
hadir: “ Mereka bisa tawar toh? Michael berteriak ”Ini namanya dagang!” Dalam film ini terselip
kritik yang melihat denda adat di Papua kerap menjadi komoditi perdagangan tanpa melihat
kondisi dan situasi masyarakat yang ada.
Perang antar suku tak dapat dihindari karena tak tercapai kesepakatan nilai denda adat di
tengah mereka. Bu dokter ( diperankan oleh Ririn Ekawati )sudah memperingatkan untuk tidak
memintanya mengobati warga yang terluka karena perang. Tapi apa yang bisa dilakukan bu
dokter ketika anak-anak menjerit dan meminta bu dokter mengobati ayah-ayah mereka yang
tertancap panah? Nilai-nilai kemanusian terusik melihat fakta bahwa perang antarsuku itu sangat
membuat luka yangdalam bahkan bisa mematikan.

16 | P a g e

Nilai lain yang hendak dibongkar dan diluruskan adalah soal perang suku. Bagi warga
Papua khususnya dalam film Di Timur Matahari, aksi pembunuhan adalah pelanggaran adat
berat. Kematian Blasius memicu adanya perang antar suku hanya demi mempertahankan harga
diri sebagai masyarakat Papua. Diceritakan saat pendeta ( diperankan Lukman sardi) terlibat
dialog dengan warga yang siap berperang dan dia bertanya, “Tidak bisakah diselesaikan dengan
bermusyawarah?” Salah satu warga

menjawab. “ ini demi harga diri”. Film ini kemudian

memasukkan nilai-nilai arif lewat kata-kata sang pendeta :“(Tuhan) Allah mana yang mengijin
kan perang demi mempertahankan sebuah harga diri?”
Klimaks film yang berdarah-darah dan penuh api amarah ditutup dengan solusi yang
manis. Lewat adegan Mazmur diikuti empat kawan-kawannya masuk di tengah perang antar
suku. Blasius ayah mazmur sudah meninggal, demikian juga dengan ayah kawan-kawannya.
Mazmur kemudian bernyanyi diikuti kawan-kawannya juga para orang tua dan pak pendeta.
Lagu dalam bahasa Papua begitu menghipnotis. Terdengar beberapa kata Tuhan Yesus dalam
nyanyian tersebut. Perang pun akhirnya berhenti, semua diam menunduk. Meski tak
menyelamatkan semuanya, mengingat sudah banyak korban jiwa yang jatuh dan banyak rumah
terbakar, tapi semangat perdamaian sudah tercipta di tengah mereka.

17 | P a g e

DAFTAR PUSTAKA
Budiman, Kris , 1999, Semiotika Visual
Bathes, Roland, 2007, Petualangan Semiologi
Eco, Umberto, 1997, A Theory Of Semiotics
Graeme,Burton, 2007 .Membincang Televisi.Bandung : Jalasutra
Moleong, Alex J, 2000, Metode Penelitian Kualitatif
Mulyana, Dedy , 2001, Konteks-Konteks Komunikasi
Noth, Winfried,1995, Handbook Of Semiotics
Noviani, 2002, Jalan Tengah Memahami Iklan ANtara Realitas,Representasi dan Simulasi
Salim,Agus, 2006, Teori dan paradigm, TiaraWacana
Sobur, Alex 2009, Semiotika Komunikasi
Kompas.com edisi 28 februari 2012
www.21cineplex.com/di-timur-matahari-movie
http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/entertainmen/2012/07/03/6469/Di-TimurMatahari-Mengajarkan-Perdamaian
http://www.antaranews.com/berita/315918/jiwa-papua-di-timur-matahari
http://www.tribunnews.com/2012/06/11/di-timur-matahari-potret-buram-dan-harapan-tanah-papua

I Ketut Gobyah dalam “Berpijak pada Kearifan Lokal” (http://www. balipos.co.id),

18 | P a g e