PEMANFAATAN BIOREMEDIASI UNTUK MENGATASI stres

PEMANFAATAN BIOREMEDIASI UNTUK MENGATASI
TUMPAHNYA MINYAK PADA LAUT

Bioteknologi mungkin sudah tak asing lagi ditelinga kita apalagi bioteknologi
dalam bidang pangan seperti tempe yang menjadi makanan pokok kita sehari-hari.
Namun, apakah kalian mengetahui bioteknologi kelautan? Apa saja yang termasuk
dalam bioteknologi kelautan? Untuk lebih mengenal bioteknologi bidang kelautan
kita perlu mengerti definisinya terlebih dahulu. Bioteknologi kelautan adalah teknik
penggunaan biota laut atau bagian dari biota laut (seperti sel atau enzim) untuk
membuat atau memodifikasi produk, memperbaiki kualitas genetik atau fenotip
tumbuhan dan hewan, dan mengembangkan (merekayasa) organisme untuk berbagai
keperluan sesuai dengan kebutuhan.
Secara garis besar industri bioteknologi kelautan meliputi 3 kelompok
industri. Pertama adalah

ekstraksi

(pengambilan)

senyawa


aktif

(bioactive

substances) atau bahan alami (natural products) dari biota laut sebagai bahan dasar
(raw materials) untuk berbagai keperluan didunia industri. Kedua berupa rekayasa
genetik terhadap spesies tumbuhan atau hewan untuk menghasilkan jenis tumbuhan
atau hewan baru yang memiliki karakteristik genotip maupun fenotip yang jauh lebih
unggul ketimbang spesies yang aslinya. Ketiga adalah dengan merekayasa genetik
dari mikroorganisme (bakteri), sehingga mampu melumat (menetralkan) bahan
pencemar yang mencemari suatu lingkungan perairan atau daratan (seperti tumpahan

minyak), sehingga lingkungan tersebut menjadi bersih, tidak lagi tercemar. Teknik
pembersihan

pencermaran

lingkungan

semacam


ini

lazim

dinamakan

sebagai bioremediasi (bioremediation).
Bioremediasi bertujuan untuk memecah atau mendegradasi zat pencemar
menjadi bahan yang kurang beracun atau tidak beracun (karbon dioksida dan air) atau
dengan kata lain mengontrol, mereduksi atau bahkan mereduksi bahan pencemar dari
lingkungan. Bioremediasi merupakan pemanfaatan mikroorganisme (jamur, bakteri)
untuk membersihkan senyawa pencemar (polutan) dari lingkungan. Bioremediasi
juga dapat dikatakan sebagai proses penguraian limbah organik/anorganik polutan
secara biologi dalam kondisi terkendali. Bioremediasi bertujuan untuk memecah atau
mendegradasi zat pencemar menjadi bahan yang kurang beracun atau tidak beracun
(karbon dioksida dan air) atau dengan kata lain mengontrol, mereduksi atau bahkan
mereduksi bahan pencemar dari lingkungan.
Cuma dan Puig (2013) mengatakan bahwa pencemaran lingkungan khususnya
lingkungan perairan dimanapun itu dapat menimbulkan dampak bagi seluruh

kehidupan. Mengonsumsi air yang mengandung nitrat tinggi atau sulfat dapat
menyebabkan berbagai macam penyakit seperti kanker, iritasi kulit, peningkatan
risiko infeksi saluran pernapasan dan perkembangan gondok pada anak-anak. Sebab
dalam air yang mengandung nitrat tidak terdapat bahan organik itulah mengapa akan
mengakibatkan organism dan tumbuhan tidak dapat hidup bertahan lama didaerah
yang tercemar. Terdapatnya polutan diperairan merupakan salah satu penyebab dari
tercemarnya lingkungan perairan, maka dari itu diperlukan penindakan lebih lanjut

agar polutan dapat dikurangi dan salah satunya dengan cara bioremediasi.
Bioremediasi sebagai teknologi yang dapat digunakan untuk membersihkan berbagai
jenis polutan bukan berarti tanpa keterbatasan. Bioremediasi tidak dapat diaplikasikan
untuk semua jenis polutan, misalnya untuk pencemaran dengan konsentrasi polutan
yang sangat tinggi sehingga toksik untuk mikroba atau untuk pencemar jenis logam
berat misal kadmium dan Pb.
Limbah minyak adalah buangan yang berasal dari hasil eksplorasi produksi
minyak, pemeliharaan fasilitas produksi, fasilitas penyimpanan, pemrosesan, dan
tangki penyimpanan minyak pada kapal laut. Limbah minyak bersifat mudah
meledak, mudah terbakar, bersifat reaktif, beracun, menyebabkan infeksi, dan bersifat
korosif. Limbah minyak merupakan bahan berbahaya dan beracun (B3), karena
sifatnya, konsentrasi maupun jumlahnya dapat mencemarkan dan membahayakan

lingkungan hidup, serta kelangsungan hidup manusia dan mahluk hidup lainnya.
Ketika minyak masuk ke lingkungan laut, maka minyak tersebut dengan segera akan
mengalami perubahan secara fisik dan kimia. Diantaran proses tersebut adalah
membentuk

lapisan

(slick

formation),

menyebar

(dissolution),

menguap

(evaporation), polimerasi (polymerization), emulsifikasi (emulsification), emulsi air
dalam minyak ( water in oil emulsions ), emulsi minyak dalam air (oil in water
emulsions), fotooksida, biodegradasi mikorba, sedimentasi, dicerna oleh planton dan

bentukan gumpalan, Hilangnya sebagian material yang mudah menguap tersebut
membuat minyak lebih padat/ berat dan membuatnya tenggelam. Komponen
hidrokarbon yang terlarut dalam air laut, akan membuat lapisan lebih tebal dan

melekat, dan turbulensi air akan menyebabkan emulsi air dalam minyak atau minyak
dalam air. Ketika semua terjadi, reaksi fotokimia dapat mengubah karakter minyak
dan akan terjadi biodegradasi oleh mikroba yang akan mengurangi jumlah minyak.
Biodegradasi minyak bumi di lingkungan laut sebagian besar dilakukan oleh
populasi bakteri yang beragam, termasuk berbagai spesies seperti Pseudomonas.
Populasi biodegradasi hidrokarbon menyebar secara luas di samudera seluruh dunia;
Survei bakteri laut menunjukkan bahwa mikroorganisme yang mampu membuat
kadar hidrokarbon rendah tersebar di lingkungan laut. Umumnya, di lingkungan yang
masih asli, bakteri penghasil hidrokarbon terdiri dari