1 STRATEGI KOMUNIKASI BPRPI DALAM MENGEMBALIKAN TANAH JALURAN MASYARAKAT MELAYU DI SUMATERA UTARA

STRATEGI KOMUNIKASI BPRPI DALAM
MENGEMBALIKAN TANAH JALURAN
MASYARAKAT MELAYU DI SUMATERA UTARA
Tantry Widiyanarti, Munawar Holil
Universitas Muhammadiyah Tangerang, Universitas Indonesia
Tantry11@gmail.com, kangmumu2016@gmail.com
ABSTRACT
The purpose of this research is to look at how Badan Perjuangan Rakyat
Penunggu Indonesia (“Indonesian People Struggle Struggle Agency”) (BPRPI)
conducted a communication strategy to restore land of the Malays in North
Sumatera. The method used is descriptive qualitative. Data collection is done by
observation, interview and literature from various sources. That the ways and
strategies of communication undertaken by BPRPI in returning streetland to the
Malay community is to use public spheres to build the Malay ethnicity issue, to
build a collective memory discourse (ulayat rights land and ulayat land) using
mass media as well as hybrid media, to disseminate the BPRPI‟s struglgle to the
public. The communication strategy of the BPRPI, received support from the
Malay society, legally BPRPI won its struggle, but politically until now the goal
to be achieved has not been fully realized right. Until now BPRPI continue to
strugle to get the land of the street.
Keyword: Communication strategy, BPRPI, street land (tanah jaluran), public

sphere, media impact.
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini untuk melihat bagaimana Badan Perjuangan Rakyat
Penunggu Indonesia (BPRPI) melakukan strategi komunikasi untuk
mengembalikan tanah jaluran pada masyarakat Melayu di Sumatera Utara.
Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Pengambilan data dilakukan
dengan pengamatan, wawancara, serta literatur dari berbagai sumber. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa cara dan strategi komunikasi yang dilakukan
BPRPI dalam mengembalikan tanah jaluran kepada masyarakat Melayu adalah
dengan menggunakan public sphere (warung kopi) untuk membangun isu
keetnisan Melayu, membangun wacana memori kolektif (tanah jaluran, hak
ulayat dan tanah ulayat), menggunakan media massa dan juga media hibrid, untuk
mendesiminasikan perjuangan BPRPI kepada khalayak. Strategi komunikasi yang
dilakukan BPRPI tersebut, mendapat dukungan dari masyarakat Melayu. Secara
hukum BPRPI memenangi perjuangannya, tetapi secara politik hingga saat ini

1

2 Jurnal Interaksi | Volume : 2 | Nomor : 1 | Edisi Januari 2018 | hlm 1-22
tujuan yang ingin dicapai belum sepenuhnya terealisasikan. Hingga saat ini

BPRPI terus berjuang untuk mendapatkan tanah jaluran tersebut.
Kata Kunci: Strategi Komunikasi, BPRPI, tanah jaluran, public sphere, media
impact.
PENDAHULUAN

kepemilikan dan penguasaannya atas

Latar Belakang Masalah

tanah, tetapi juga tidak berdaya

Masalah tanah sejak dahulu

menentukan

tata

cara

produksi


hingga sekarang tetap menjadi isu

pertanian yang dijalankan di atas

yang selalu diperbincangkan orang.

tanahnya sendiri. Rakyat diabaikan

Konflik tanah pada umumnya terjadi

keberadaannya; tanahnya „dirampas‟

akibat

demi untuk mewujudkan proyek-

ketidaksepahaman

tentang


kepemilikan tanah, antar beberapa

proyek

orang.

Baru

kepentingan proyek-proyek tersebut,

pembangunan yang dilakukan oleh

dalam banyak kasus, kepentingan

pemerintah

tanah

penduduk lokal yang menetap atau


konflik

menggarap tanah yang bersangkutan

(Mas‟oed: 1997). Biasanya karena

dikorbankan atas nama kepentingan

warga

umum (Kano:1997).

Di

rakyat

masa

yang


Orde

memakai

sering

memicu

merasa

dirugikan

akibat

tersebut.

Demi

untuk


pembangunan tersebut. Tanah warga

Di Indonesia sudah sejak lama

diganti dengan harga yang sangat

eksploitasi tanah yang berkedok atas

rendah sekali dan warga selalu berada

nama

dipihak

Tetapi

terjadi, baik di Pulau Jawa maupun di

adakalanya konflik tanah terjadi akibat


pulau-pulau lain seperti di Kalimantan,

persoalan

tidak

Sulawesi, dan Irian Jaya sejak dekade

terselesaikan dan berlarut-larut dari

1970-an (Mas‟oed:1997). Masyarakat

dahulu hingga sekarang.

setempat

yang

dirugikan.


tanah

yang

Dalam praktik pengadaan tanah

kepentingan

selalu

kepentingan

umum

sering

dikalahkan

negara


dan

oleh

investor

untuk kepentingan investor, peran

sehingga hak atas tanah mereka

pemerintah (penguasa, raja, sultan)

menjadi hilang. Hal ini ditandai

sangat

dengan kehadiran berbagai macam

potensial


dominan.
tidak

Rakyat
hanya

secara
terancam

proyek

seperti

proyek

Tantry W, Munawar H I Strategi Komunikasi BPRPI ........3

pertambangan,

Hak

Pengusahaan

Hutan (HPH), Hutan Tanaman Industri

hak

mereka

atas

tanah

tersebut

„dirampas‟ oleh orang lain.
Secara

(HTI), perkebunan, transmigrasi, dan

historis,

masyarakat

pembangunan infrastruktur. Dalam

Melayu memiliki tanah ulayat yang

pelaksanaan

disebut juga dengan tanah jaluran.

kebijakan

pertanahan

untuk proyek-proyek tersebut, hak-hak

Tanah

atas tanah masyarakat setempat selalu

masyarakat Melayu kepada sultan

dikalahkan.

(penguasa

Perolehan

keuntungan

ulayat

diberikan

tertinggi

saat

oleh

itu

di

tidak menyentuh masyarakat setempat,

Sumatera Timur) untuk dikelola. Saat

karena, antara lain, hukum agraria

itu

yang berlaku tidak menghargai dan

mengelolanya, kemudian tanah ulayat

melindungi hak tanah masyarakat

disewa oleh pemerintah Belanda dan

setempat, tidak ada pengakuan politik

oleh

yang

terhadap

diizinkan untuk mengelolanya selama

keberadaan lembaga adat, juga karena

tanah ulayat tidak digunakan oleh

hegemoni negara yang begitu kuat

masyarakat Melayu. Tanah ulayat

terhadap

kemudian

sungguh-sungguh

warganya

(Parlindungan,

sultan

tidak

sultan

mampu

pemerintah

dijadikan

untuk

Belanda

perkebunan

1975; Abdurahman, 1978; Harsono,

tembakau oleh pemerintahan Belanda.

1991).

Tanah

Berkaitan

dengan

hal

itu,

muncul pertanyaan: Apakah masih ada

ulayat

kemudian

dibuat

berjalur-jalur hingga akhirnya disebut
dengan istilah tanah jaluran.

hak masyarakat setempat terhadap

Setelah tembakau dipanen, tanah

tanahnya? Persoalan ini terjadi di

jaluran diistirahatkan selama tiga bulan

hampir semua wilayah di Indonesia,

untuk bisa ditanami kembali. Masa

tidak

masyarakat

istirahat tersebut dinamakan masa

Melayu yang bermukim mulai daerah

menunggu. Selama masa menunggu,

Langkat,

Serdang

masyarakat Melayu selaku pemilik

sebagaimana disebutkan dalam sejarah

tanah komunal diperbolehkan untuk

kesultanan

Timur

bercocok tanam di tanah jaluran.

memiliki

Masyarakat Melayu yang menunggu

tanah ulayat, yaitu tanah jaluran, dan

ini disebut dengan istilah „rakyat

terkecuali

Deli,

di

pada

dan

Sumatera

(Hamdani:1997). Mereka

4 Jurnal Interaksi | Volume : 2 | Nomor : 1 | Edisi Januari 2018 | hlm 1-22
penunggu’. Demikian seterusnya rotasi

Selaku pemilik tanah jaluran,
rakyat penunggu menuntut agar tanah

pemakaian tanah jaluran itu.
Setelah Indonesia merdeka,tidak

jaluran dikembalikan kepada mereka.

saja para pendatang yang semakin

Tidak saja rakyat penunggu dan PTPN

banyak menggarap tanah jaluran,

yang mengklaim tanah jaluran sebagai

tetapi tanah tersebut kemudian oleh

milik mereka, tetapi para pendatang

pemerintah Indonesia diklaim sebagai

(penggarap liar), pihak swasta, juga

tanah negara dan pengelolaannya

turut mengklaim tanah jaluran sebagai

diserahkan

Perusahaan

mereka. Akibatnya, konflik pun terjadi

Perkebunan Negara (PTPN), yaitu

di antara mereka dan rakyat penunggu

suatu Badan Usaha Milik Negara

selalu berada pada posisi yang kalah,

(BUMN) untuk kemudian dijadikan

sedangkan negara, pihak swasta, dan

perkebunan. Hak komunal rakyat

bahkan para penggarap liar, berada

penunggu

pada

kepada

terhadap

tanah

jaluran

pihak yang menang. Pada

menjadi hilang, begitu juga dengan

akhirnya tanah jaluran menjadi tanah

sistem rotasi terhadap tanah tersebut

yang

menjadi hilang pula.

disengketakan oleh banyak pihak.

diperebutkan

ataupun

yang

Sadar akan betapa rumit dan

berdiri di atas tanah jaluran kemudian

kompleks masalah yang dihadapi oleh

dikelola oleh PTPN II dan diklaim

mereka (rakyat penunggu), maka pada

sebagai

tahun

Perkebunan

milik

tembakau

PTPN

II,

tanpa

1953

masyarakat

Melayu

mengindahkan historis dari tanah

membentuk Badan Perjuangan Rakyat

jaluran

itu

Penunggu Indonesia (BPRPI) untuk

mulailah ada sengketa dan pergolakan

memperjuangkan tanah ulayat mereka.

oleh masyarakat Melayu kepada PTPN

BPRPI yang telah dibangun sejak 60

II. Masyarakat Melayu menganggap

tahun yang lalu oleh rakyat penunggu,

bahwa tanah jaluran adalah milik

berjuang keras untuk merebut tanah

mereka, sedangkan pihak PTPN II

komunal

menganggap sebaliknya. Dari situlah

perjuangannya

awal sengketa tanah jaluran dimulai.

berbagai macam strategi agar tanah

tersebut.

Sejak

saat

mereka.

Dalam

BPRPI

melakukan

jaluran dapat dikembalikan kepada

Tantry W, Munawar H I Strategi Komunikasi BPRPI ........5

warganya (rakyat penunggu), namun

Tujuan Penelitian

hingga kini hasil yang didapat masih

Tujuan

sangat jauh dari yang diharapkan.

penelitian

ini

ingin

menjawab permasalahan di atas:

Tentu saja hal ini sangat menarik

1.

Mengetahui cara yang dilakukan

untuk diteliti. Tidak saja tentang

BPRPI dalam

persoalan sengketa tanahnya, tetapi

tanah jaluran kepada masyarakat

lebih pada strategi yang dilakukan

Melayu.

BPRPI

khususnya

strategi

dalam

bidang

komunikasi

2.

dalam

diterapkan

mengembalikan tanah jaluran kepada
masyarakat

Melayu

sehingga

Mengetahui

mengembalikan

strategi
BPRPI

yang
untuk

mengembalikan tanah jaluran.
3.

penelitian ini dilakukan.

Mengetahui strategi komunikasi
BPRPI dalam

mengembalikan

tanah jaluran kepada masyarakat
Melayu.

Permasalahan
Adapun permasalahan dalam

4.

Mengetahui

media

yang

penelitian ini adalah:

digunakan oleh BPRPI dalam

1. Bagaimana cara yang dilakukan

menjalankan

BPRPI

dalam

mengembalikan

tanah jaluran kepada masyarakat

tujuan

dari

strateginya

agar

perjuangannya

berhasil

Melayu?
2. Apa

strategi

yang

diterapkan

BPRPI untuk mengembalikan tanah
jaluran?

METODE PENELITIAN
Penelitian lapangan dilakukan
selama 2 minggu pada bulan Agustus

3. Bagaimana

komunikasi

2017 dengan mengumpulkan semua

mengembalikan

data yang dibutuhkan, baik data primer

tanah jaluran kepada masyarakat

maupun sekunder. Lokasi penelitian

Melayu?

adalah di daerah Tanjung Morawa,

BPRPI

strategi

dalam

4. Media apa yang digunakan oleh
BPRPI
strateginya

dalam
agar

menjalankan
tujuan

perjuangannya berhasil?

dari

Kabupaten Deli Serdang, Sumatera
Utara. Pemilihan lokasi didasarkan
karena hingga kini masih banyak
kasus sengketa tanah jaluran tidak

6 Jurnal Interaksi | Volume : 2 | Nomor : 1 | Edisi Januari 2018 | hlm 1-22
terselesaikan di sana. Daerah ini

HASIL

merupakan daerah yang paling sering

PEMBAHASAN

PENELITIAN

DAN

dilakukan pertemuan antara pemimpin
BPRPI dengan anggota-anggotanya,
demi

untuk

strategi,

Berbicara tentang konflik atau

membicarakan

sengketa tanah di banyak tempat maka

berbagai macam hal demi terwujudnya

mau tidak mau akan menyinggung

tujuan organisasi BPRPI. Hal ini

persoalan hukum. Ada begitu banyak

dianggap penting karena merupakan

penelitian terdahulu tentang konflik

bagian dari cara mereka menyusun

atau sengketa tanah lebih banyak

strateginya.

menyoroti persoalan hukum semata.

konsolidasi,

menyusun

State of Art dan Penelitian terdahulu

dan

Data diperoleh melalui studi

Dari beberapa sumber yang penulis

kepustakaan (library research) dan

telusuri ada banyak tulisan yang

penelitian lapangan (field research).

membahas tentang sengketa tanah,

Penelitian

baik antara masyarakat, pemerintah,

menggunakan

metode

kualitatif. Metode kualitatif digunakan

swasta

untuk memberikan gambaran yang

berkutat pada persoalan hukum semata

utuh terhadap gejala yang diteliti

(Setiawan, Eko, 2017; Priyatmoko,

menurut masyarakatnya. Pendekatan

2017; Firdalia, 2016; Ardani, 2016;

yang

dengan

Sukarman, 2016; Imron, 2015). Salah

guna

satu dari sekian banyak tulisan tersebut

memahami maksud, tujuan, motivasi,

adalah tulisan dari Marlinda (2016)

sikap, pandangan, dari masyarakat

yang

yang diteliti. Selain itu juga dilakukan

rancangan undang-undang pertanahan.

wawancara kepada informan yang

Dalam

dianggap mengetahui permasalahan

tentang

penelitian. Triangulasi data dilakukan

berdasarkan RUU pertanahan, yang

ketika menulis laporan agar dalam

menjadikan BUMN, BUMD sebagai

mendeskripsikannya

terjadi

subjek pemegang Hak Penguasaan

kesalahan, dan kevaliditasan data

Lahan (HPL). Begitu juga Puri (2017)

dapat dipertanggungjawabkan.

dan

dipakai

menggunakan

adalah
pengamatan

tidak

yang

lagi-lagi

membahas

tulisannya
hak

Herlina

semuanya

materi

ia

membahas

pengelolaan

(2014)

muatan

tanah

menganalisis

Tantry W, Munawar H I Strategi Komunikasi BPRPI ........7

sengketa tanah berbasis keadilan dari

Oswald,

perspektif hukum di Sumbawa Timur.

kehadiran UU No.6/2014 tentang Desa

Hasil

telah membawa sejumlah harapan

penelitiannya

bahwa

faktor

menunjukkan

penyebab

sering

tentang

2014).

Dalam

hal

kemungkinan

ini

adanya

munculnya masalah sengketa tanah

pengelolaan sumber daya alam di desa

antara

sistem

administrasi

dilakukan secara mandiri oleh desa

distribusi

kepemilikan

dengan dukungan Alokasi Dana Desa

tanah yang tidak merata, dan legalitas

(ADD) dari Pemerintah Pusat. Namun,

kepemilikan tanah yang semata-mata

kita tahu bahwa sumber daya alam di

didasarkan

pada

bukti

formal

desa telah lama dikuasai oleh aktor-

(sertifikat),

tanpa

memperhatikan

aktor di luar desa sehingga hal yang

tanah.

demikian mengakibatkan krisis agraria

lain:

pertanahan,

sejarah

asal-usul

hakikatnya,
merupakan
(conflict

kasus
benturan

of

interest)

Pada

pertanahan

di

pedesaan.

Untuk

kepentingan

masalah

ini

di

Widodo

berencana

bidang

menyiasati

pemerintahan

Joko

menjalankan

pertanahan antara siapa dengan siapa

program redistribusi tanah seluas 9

sebagai

antara

juta hektar dan perhutanan sosial

perorangan;

seluas 12,7 juta hektar. Keduanya

perorangan dengan badan hukum;

disebut sebagai program Reforma

badan hukum dengan badan hukum

Agraria agar desa menjadi maju.

dan lain sebagainya.

Kombinasi pembangunan pedesaan

contoh

perorangan

konkret

dengan

Selain itu persoalan tanah tidak

dan reforma agraria tersebut disajikan

hanya dapat ditelaah dari kacamata

dalam konsep Desa Maju Reforma

hukum saja. Program mewujudkan

Agraria

desa agar menjadi desa yang maju juga

masyarakat sipil.

menjadi persoalan tanah juga. Hal ini
bisa

dilihat

bagaimana

tanah

sebagai

usulan

dari

Dampak dari hal ini semua
menjadikan harga tanah semakin lama

digunakan untuk mewujudkan desa

semakin

yang maju berdasarkan hukum agraria

semakin bertambah, sedangkan tanah

(Nurdin Iwan, 2017; Cahyati, 2017;

termasuk barang yang tidak bisa

Sitorus,

bertambah. Tanah menjadi begitu

2016;

Rachman,

2015;

tinggi

dan

peminatnya

8 Jurnal Interaksi | Volume : 2 | Nomor : 1 | Edisi Januari 2018 | hlm 1-22
bernilai

harganya

dan

selalu

Nazir Salim (2017) membahas hal ini

diperebutkan banyak orang. Dellah

dan melihat perusahaan-perusahaan

(2017) dan Sukaryanto (2016) dalam

besar menambang tanah demi untuk

penelitiannya

bahwa

mendapatkan hasil seperti minyak,

tanah banyak diakuisisi oleh banyak

gas, emas dari dalam tanah. Akibatnya

orang termasuk oleh pihak swasta. Di

tanah dan lingkungan menjadi rusak.

mengatakan

atas tanah yang telah diakuisisi oleh

Pada praktiknya pemilik modal

pihak swasta bermunculan perumahan-

sering

perumahan yang dikelola oleh pihak

semaunya saja tanpa mengindahkan

swasta dengan harga yang tinggi.

kerusakan

Akibatnya rakyat selaku pemilik tanah

disebabkan

menjadi termarginalkan. Kemiskinan

Mereka dengan seenaknya membuka

pun merebak di sekitar lingkungan

hutan dengan cara membakar demi

tersebut. Kondisi ini banyak terjadi di

untuk bisa mengelola tanah yang

banyak daerah di Indonesia. Dellah

mereka kehendaki. Kebakaran hutan

(2017) membahas tentang hal ini

pun menjadi tidak terelakkan. Dalam

dalam tulisannya itu.

mengelola sumber daya alam termasuk

Untuk

mencegah

lingkungan

lingkungan
oleh

yang

perilakunya

itu.

ini

dalam hal mengelola tanah etnis

diperlukan cara khusus dan aturan

Dayak memiliki kearifan lokal sendiri

khusus

yang di sebut dengan Bambi Ari‟ yang

dalam

hal

memperlakukan

melakukannya.

Muryono (2016) melakukan kajian ini

dapat

dan menemukan bahwa ada peraturan

menanggulangi

khusus tentang penggunaan tanah dan

Kabupaten Hulu Kalimantan Barat

pengelolaannya

(Rokhiman, 2014).

sehingga

dapat

digunakan
kabut

dalam
asap

di

dikendalikan dan tidak semuanya

Ada banyak kearifan lokal

dikuasai oleh pemilik modal. Pemilik

yang dimiliki etnik setempat dalam

modal melihat bahwa pengelolaan

mengelola tanah ulayatnya. Salah

tanah tidak saja hanya dapat dilakukan

satunya

di atas tanah saja tetapi juga bisa

diperjualbelikannya

dilakukan

tanah

kepada orang lain. Salah satunya

(pertambangan). Rezky Dellah R & M.

adalah di Sumatera Barat Abdul

di

dalam

adalah
tanah

tidak
ulayat

Tantry W, Munawar H I Strategi Komunikasi BPRPI ........9

Mutolib dkk (2015). Jika tanah ulayat

memerlukan strategi. Sampai sejauh

diperjualbelikan maka konflik akan

ini penelitian yang pernah dilakukan

terjadi.

tentang tanah jaluran ataupun tentang
Mutolib dkk (2015) meneliti

BPRPI lebih banyak pada masalah

tentang konflik agraria dan pelepasan

hukum adat, ekonomi, sejarah dan

tanah ulayat pada masyarakat suku

antropologi. Sedangkan pembahasan

Melayu di Sumatera Barat. Hasil

untuk bidang ilmu Komunikasi belum

penelitian menunjukkan bahwa: 1)

ditemukan ada yang membahasnya.

Konflik agraria yang terjadi antara

OK. Syaidin (2015) dalam tulisannya

masyarakat adat dengan pemerintah

yang

dikarenakan adanya legal pluralism

Perusahaan-Perusahaan

dalam pengakuan hutan, dan 2) Proses

Belanda

pelepasan tanah ulayat terjadi melalui

Kesultanan Deli (Studi awal hilangnya

transaksi jual beli yang dikendalikan

Hak-Hak Atas sumber Daya Alam

oleh Datuak sebagai penguasa ulayat.

Masyarakat Adat) (2015) dalam Jurnal

Bukti

adalah

Yustisia vol 4 no 1 Januari-April 2015,

dikeluarkannya “alas hak” sebagai

membahas bagaimana hak masyarakat

bukti bahwa tanah ulayat telah dijual.

adat atas sumber daya alam menjadi

Maraknya kegiatan jual-beli tanah

hilang akibat dari penasionalisasian

ulayat disebabkan harga tanah ulayat

„milik‟

yang rendah dan tingginya minat

Indonesia. OK Syaidin menyoroti

masyarakat berkebun di tanah ulayat

tentang hak rakyat penunggu terhadap

Suku Melayu. Diperlukan strategi

tanah

yang tepat untuk mempertahankan

karenanya.

fungsi

tanpa

bukunya Konflik Tanah Ulayat dan

mengabaikan keberadaan masyarakat

Pluralisme Hukum Hilangnya Ruang

lokal yang menggantungkan hidupnya

Hidup Orang Melayu, menyoroti

dari hutan.

tentang pluralisme

kegiatan

kawasan

jual-beli

hutan

berjudul:

Atas

Belanda

jaluran
Ikhsan

Nasionalisasi
Milik

tanah

oleh

Konsesi

pemerintah

menjadi
(2015),

hukum

hilang
dalam

dalam

tanah

memahami persoalan tanah ulayat. Di

berhadapan

satu sisi, hukum adat dipakai untuk

dengan pemilik modal (PTPN II) juga

melihat tanah ulayat, tetapi di sisi yang

Pada
jaluran,

kasus

BPRPI

sengketa
yang

10 Jurnal Interaksi | Volume : 2 | Nomor : 1 | Edisi Januari 2018 | hlm 1-22
lain dipakai juga hukum positivistik

diperebutkan oleh banyak pihak demi

dalam memutuskan perkara tanah

untuk kepentingan tertentu, hingga

ulayat, termasuk pada kasus tanah

masyarakat adat selalu dirugikan.

jaluran. Sementara Agustono (1997)

Arti tanah bagi masyarakat adat,

ketika meneliti tentang tanah jaluran

tidak saja memiliki arti ekonomi, tetapi

dalam bukunya Badan Perjuangan

juga memiliki berbagai macam makna.

Rakyat Penunggu Indonesia vs PTPN

Tanah banyak menyimpan sejarah

II lebih melihat dari sisi sejarahnya. Ia

tentang

membahas tentang asal mula tanah

religi-ekonomi-politis masyarakatnya.

jaluran dan BPRPI hingga kemudian

Tanah juga dianggap sebagai tali

berkonflik dengan PTPN II secara

ikatan antara generasi lampau dengan

kronologis dijelaskannya secara rinci.

generasi yang akan datang, terutama

Sedangkan

(2002)

dengan tanah adat (Fauzi: 2014).

perspektif

Tanah adat begitu sarat makna bagi

Antropologis tentang tanah jaluran

masyarakatnya. Persoalannya adalah

dalam tesisnya : Sengketa Tanah

tanah adat semakin lama semakin

menyoroti

Jaluran

Widiyanarti
dalam

di

Sumatera

Timur.

Ia

menyusut.

kehidupan

Kehidupan

sosial-budaya-

yang

sarat

menyoroti tentang adanya muatan

makna di atas tanah adat mulai

budaya yang kental dalam konflik atau

tergerus pelan namun pasti tanah adat

sengketa tanah tersebut.

mulai kehilangan maknanya.
Gejala yang demikian dirasakan

Perebutan Tanah Jaluran: BPRPI

juga oleh masyarakat Melayu di

vs PTPN II

Sumatera Utara. Tanah ulayat yang

Tanah merupakan hal yang

mereka sebut dengan tanah jaluran

paling vital di dalam kehidupan

telah kehilangan makna, bahkan telah

manusia . Hal ini didasarkan atas

beralih

pertimbangan karakternya yang unik

kondisi seperti ini masyarakat Melayu

sebagai benda yang tak tergantikan,

berusaha mngembalikan marwah dan

tak dapat dipindahkan, dan tidak dapat

harkat tanah ulayat kembali kepada

diproduksi kembali. Tanah kemudian

mereka dengan mendirikan BPRPI

menjadi

sebagai bentuk kepedulian mereka

begitu

penting

dan

kepemilikannya.

Melihat

Tantry W, Munawar H I Strategi Komunikasi BPRPI ........11

terhadap tanah jaluran yang telah

tetap tidak dapat menerima tanah

„hilang‟ dari masyarakat Melayu

jaluran

diambil

oleh

PTPN.

BPRPI selaku organisasi yang

Sebaliknya PTPN menganggap bahwa

dibentuk oleh masyarakat Melayu

secara hukum positivistik, mereka

diamanahkan

berjuang

yang berkuasa atas kepemilikan tanah

mengembalikan tanah ulayat (tanah

tersebut dan berhak mengelolanya

jaluran). Tanah jaluran terdiri dari 67

menjadi

kampung, dan perladangan dengan

Ketidak adanya

total luas areal tanah jaluran mencapai

menjadikan mereka berkonflik dalam

350.000 Ha di Sumatera Utara. Tanah

memperebutkan

ini diklaim BPRPI sebagai tanah milik

Konflik yang terjadi antara BPRPI

masyarakat Melayu. Wilayah tanah

dengan PTPN terjadi demikian lama,

jaluran meliputi Serdang, Deli, Medan,

dimulai sejak Indonesia merdeka, dan

Binjai, dan Langkat yang diapit oleh

hingga

dua sungai besar yaitu sungai Ular dan

jaluran belum juga tuntas.

untuk

perkebunan-perkebunan.

kini

kesepahaman ini

tanah

jaluran.

permasalahan

tanah

Sungai Wampu. BPRPI hingga kini
masih

tetap

konsisten

memperjuangkan tanah jaluran agar

Strategi Komunikasi BPRPI dalam
Mengembalikan Tanah Jaluran
Persoalan tanah adat (ulayat)

kembali kepada masyarakat Melayu.
Harun Nuh selaku ketua Umum

tidak

BPRPI dalam pidato pada acara 60

antarindividu dengan individu saja,

tahun masa perjuangan tanah adat

tetapi kemudian berkembang menjadi

rakyat

persoalan yang menyangkut hidup

penunggu

“dengan

darah,

saja

merupakan

persoalan

keringat dan keyakinan”, menyatakan

orang

bahwa tanah jaluran adalah milik

Masalah seperti ini pada akhirnya

masyarakat Melayu dari dahulu hingga

menjadi

persoalan

sekarang. Pada acara: “60 tahun masa

konflik.

Sengketa

perjuangan

rakyat

merupakan bagian dari kehidupan

penunggu dengan darah, keringat dan

sosial yang tak terelakkan dalam setiap

keyakinan

masyarakat.

tanah

adat

BPRPI”

(https://bprpi.wordpress.com) BPRPI

banyak

(masyarakat

luas).

sengketa
atau

Sengketa

atau

konflik

atau

pertentangan antarindividu ataupun

12 Jurnal Interaksi | Volume : 2 | Nomor : 1 | Edisi Januari 2018 | hlm 1-22
kelompok dapat terjadi disebabkan
oleh berbagai macam hal, di antaranya

a. Warung

Kopi

sebagai

Public

Sphere

status,

Warung kopi yang dimaksud

kekuasaan, pengaruh, dan sumber

bukanlah seperti warung kopi yang

daya (Syaidin:2015).

ada pada zaman sekarang („now’),

adalah

untuk

memperoleh

Pada dasarnya terjadi sengketa
atau

konflik

karena

adanya

yang isinya ajang eksistensi diri anakanak muda.

Warung kopi yang

perselisihan mengenai nilai-nilai atau

dimaksud adalah warung kopi yang

tuntutan-tuntutan berkenaan dengan

banyak sekali terdapat di pinggir jalan

status,

sumber

kota Medan Sumatera Utara. Warung

kekayaan yang persediaannya tidak

kopi di Medan Sumatera Utara adalah

mencukupi

sebuah warung sederhana yang luas

kekuasaan,

dan

(Coser:2010).

Untuk

memenangkan konflik atau sengketa

yang memuat hingga 20-30 orang

jitu.

Warung kopi berfungsi bukan

Kekalahan pihak lawan dilihat sebagai

hanya sekadar warung yang berjualan

sesuatu

untuk

kopi semata, tetapi di warung kopi

ingin

juga pengunjung dapat melakukan

Secara

diskusi dalam berbagai macam topik,

untuk

terutama politik. Selain berfungsi

diperlukan

strategi

tujuan

memenangkan

utama

tujuan

dicapai

(Suparlan:

implisit

dinyatakan

memenangkan

yang

yang

2009).
bahwa

konflik

diperlukan

melayani

pelanggan

yang

datang

upaya-upaya ataupun strategi yang

untuk minum kopi dan makanan kecil

harus digunakan oleh pihak yang

lainnya, pemilik warung kopi juga

bertikai untuk dapat memenangkan

menyediakan berbagai surat kabar

konflik tersebut.

(koran) dari berbagai macam terbitan

Didalam perjuangannya untuk

kepada pengunjung sehingga bisa

mengembalikan tanah jaluran BPRPI

dengan bebas membaca berita ataupun

melakukan strateginya salah satunya

informasi terkini lainnya.

adalah

bidang

menggunakan:

komunikasi

yaitu

Warung kopi yang demikian
dipakai BPRPI untuk mendiskusikan
persoalan tanah jaluran kepada sesama
pengunjung di sana.

BPRPI kerap

Tantry W, Munawar H I Strategi Komunikasi BPRPI ........13

persoalan-

public sphere terjadi dialektika antara

persoalan tanah jaluran, hak rakyat

source dan receiver, terkadang ide-ide

penunggu terhadap tanah jaluran dan

ataupun

juga sekaligus ingin melihat respon

disampaikan terhadap persoalan yang

dari masyarakat terhadap persoalan

terjadi dapat diterima tanpa receiver

tanah jaluran. Penggunaan warung

merasa ada paksaan ataupun tekanan.

membicarakan

gagasan

yang

ingin

kopi oleh BPRPI sebagai media dalam

Berkenaan dengan hal tersebut

mengomunikasikan gagasan dan ide-

Habermas (2002) mengatakan tentang

ide mereka tentang tanah jaluran

public sphere dikonsepsikan sebagai

merupakan bagian dari salah satu

realitas kehidupan sosial pada saat itu

strategi mereka. Tujuannya adalah

terdapat suatu pertukaran informasi

agar isu tanah jaluran dipahami

dari

masyarakat dan mendapat simpati

pokok persoalan yang tengah menjadi

masyarakat luas. Tentu saja dukungan

perhatian umum. Warung kopi sebagai

dari

sebuah realita di masyarakat dianggap

masyarakat

luas

sangat

dibutuhkan oleh BPRPI.
Strategi yang dilakukan oleh
BPRPI

ketika

mengomunikasikan

berbagai

pandangan

tentang

sebagai public sphere digunakan oleh
khalayak untuk bertukar informasi dan
berdiskusi

dari

berbagai

macam

persoalan tanah jaluran di warung kopi

pandangan terhadap pokok persoalan,

adalah merupakan dialektika antara

termasuk

BPRPI sebagai source ataupun sumber

jaluran.

informasi dengan receiver (khalayak)

membicarakan isu tanah jaluran di

ataupun sebaliknya. Strategi yang

warung kopi yang merupakan public

dimainkan oleh source (BPRPI) begitu

sphere, semakin lama isu ini akan

halus sehingga ketika strategi tersebut

semakin

diterima oleh receiver (pengunjung),

dukungan dari masyarakat Melayu.

receiver tidak merasakannya. Warung

Salah satu yang dilakukan BPRPI

kopi sebagai public sphere digunakan

dalam

BPRPI untuk menuangkan ide kepada

komunikasinya adalah menggunakan

khalayak, sehingga khalayak dapat

public

menerima ide ide tersebut. Di dalam

komunikasinya.

dalam

persoalan

Diharapkan

dikenal

dan

melakukan

sphere

sebagai

tanah
dengan

mendapat

strategi

strategi

14 Jurnal Interaksi | Volume : 2 | Nomor : 1 | Edisi Januari 2018 | hlm 1-22
b. Memainkan Isu Keetnisan Melayu

c. Memainkan Wacana Identitas Etnis
untuk Membentuk Opini Publik

sebagai Identitas Kelompok

Wacana,

Isu ke-Melayuan juga dimainkan
oleh BPRPI terhadap kasus tanah
BPRPI

jaluran.

mengembangkan

menurut

Emile

Benveniste dalam Alam (2010) adalah
modus

komunikasi

verbal

wacana bahwa tanah jaluran adalah

(kebahasaan) di mana posisi si penutur

milik

masyarakat
adalah

jaluran

Melayu,

tanah

tampak dengan jelas sehingga menurut

tanah

ulayat

Foucault (2005) sejumlah wacana

masyarakat Melayu dan tanah jaluran

dapat

harus diperjuangakan oleh masyarakat

akumulasi

Melayu agar dapat kembali kepada

didukung oleh tradisi, kekuasaan,

mereka.

lembaga, dan berbagai macam modus

Melalui

isu-isu

tersebut,

terhimpun
konsep

menjadi

suatu

ideologi

yang

masyarakat Melayu menjadi tersentuh

penyebaran

hatinya, simpati terhadap perjuangan

pengertian wacana demikian, terlihat

BPRPI dan kemudian mendukung

bahwa setiap wacana tentang „sesuatu

perjuangan

hal‟ tidak terlepas dari „kepentingan‟

mereka.

Strategi

pengetahuan.

komunikasi dengan memainkan isu

dan

keetnisan ini merupakan cara lain yang

yang dibangun melalui public sphere

dilakukan

kemudian diangkat ke masyarakat

oleh

BPRPI

untuk

„kekuasaan‟.

Dengan

Wacana-wacana

hingga gaungnya lebih luas. Tujuan

mengembalikan tanah jaluran.
BPRPI menganggap bahwa etnis

atau sasaran yang ingin dicapai adalah

Melayu adalah identitas kelompok

kemenangan

mereka

kelompok

dihadapi. Tentu saja hal ini bukanlah

masyarakat Medan pula. Kota Medan

pekerjaan yang mudah. Ada strategi

penduduk

etnik

khusus yang harus dimainkan agar

Melayu dengan demikian BPRPI

wacana dapat diterima dan didukung

menganggap selayaknya masyarakat

oleh masyarakat. Salah satu yang

Medan

mendukung

dipilih oleh BPRPI adalah wacana

mereka

karena

dan

identitas

aslinya

adalah

perjuangan

yang

mereka

perjuangkan adalah untuk kepentingan
masyarakat kota Medan juga.

tentang

dari

identitas

masyarakat Melayu.

persoalan

keetnisan

yang

pada

Tantry W, Munawar H I Strategi Komunikasi BPRPI ........15

Membentuk wacana identitas

langit runtuh, walaupun meninggal

keetnisan oleh BPRPI dipakai dalam

dalam keadaan sulit tapi riwayat tanah

strategi

Wacana

jaluran dan rakyat penunggu tidak

dengan nuansa keetnisan yang kental

pernah padam, untuk bertemu dengan

mendulang banyak simpati masyarakat

yang menjadi harapannya. Secara

Melayu terhadap perjuangan BPRPI.

keseluruhan jika dipadatkan maknanya

Emosi dan sentimen keetnisan selalu

adalah

ditanamkan dan dilakukan berulang-

seseorang berada yang diutamakan

ulang oleh BPRPI terhadap khalayak.

adalah adat sehingga hidup seseorang

Berjuang bersama dengan BPRPI

dimanapun

dengan menggunakan identitas etnis,

dimuliakan

untuk mengembalikan tanah jaluran

memuliakan adat maka tentu saja

selalu dikumandangkan BPRPI dalam

hidupnya akan mulia dimanapun ia

orasi-orasi

berada.

komunikasinya.

dan

pidato-pidato

demikian,

dimanapun

tempatnya
pula.

Jika

Kemudian

akan
seseorang

pepatah

ini

politiknya yang dilakukan di banyak

dilanjutkan dengan biarpun langit

tempat. Pepatah nenek moyang etnis

runtuh dan meninggal dalam keadaan

Melayu selalu menjadi jargon pada

yang sangat sulit, tetaplah berjuang

setiap orasi politik BPRPI pada

untuk tanah jaluran dan cerita tentang

pendukungnya seperti: “Di mana Adat

tanah jaluran dan rakyat penunggu

Ditinggikan,

tidak akan pernah hilang, hingga

Dimuliakan”,

Di

Sana

“Biarpun

Bumi
Runtuh

Langit, Matipun Menjemput sengit

tercapai tujuannya kelak.
Orasi-orasi

politik

yang

Tapi Riwayat Tanah Jaluran dan

demikian yang selalu disuarakan di

Rakyat Penunggu Takkan Surut Harap

masyarakat

Untuk Bertemu Dengan Apa Yang

semangat masyarakat Melayu untuk

Menjadi

berjuang

Harapannya”.

Arti

dari

pepatah tersebut kira-kira adalah,

agar

bersama

menumbuhkan

BPRPI

dalam

mengembalikan tanah jaluran mereka.

atau

Nadia Lovell (2012) dalam

manapun

bukunya Locality of Belonging, juga

seseorang berada akan dimuliakan

berbicara tentang identitas keetnisan.

juga hidupnya. Kemudian, biarpun

Ia mengatakan bahwa ketika identitas

dimanapun
diutamakan

adat
maka

dimuliakan
di

16 Jurnal Interaksi | Volume : 2 | Nomor : 1 | Edisi Januari 2018 | hlm 1-22
keetnisan

dibangun

untuk

Wacana

tujuan

dalam

komunikasi

tertentu dan masyarakat menerimanya

berarti bahasa yang berfungsi untuk

sebagai

maka

mempengaruhi dan mengkondisikan

melakukan

pikiran, tingkah laku para penutur.

milik

masyarakat

mereka
mau

pembelaan ataupun perjuangan demi

Dengan

hal tersebut. Isu-isu tentang identitas

pepatah

keetnisan seperti ini dimainkan oleh

komunikasinya, BPRPI melakukan

BPRPI (source) dalam public sphere

strateginya untuk mempengaruhi dan

(warung kopi) agar mendapat simpati

mengkondisikan pikiran masyarakat

dan

kemenangan.

agar mengikuti alur berfikir mereka.

Wacana identitas etnis (Melayu) yang

Sehingga simpati dan keberpihakan

dibangun

doiperoleh BPRPI.

memperoleh

BPRPI

memunculkan

menggunakan

pepatah-

Melayu

dalam

sentimen keetnisan pada khalayak

Salah satu fungsi komunikasi

yang berakibat pada semakin tingginya

adalah sebagai direktif, yaitu ujaran

simpati dan dukungan masyarakat

untuk

Melayu pada BPRPI.

dengan saran, nasihat, permohonan,

Wacana yang demikian sesuai

mengendalikan

orang

lain

persuasi, dan diskusi (Al Wasilah:,

Habermas,

1987). Wacana dianggap efektif dalam

bahwa wacana yang dibangun dan

melakukan fungsi komunikasi, yaitu

dikembangkan dalam ruang publik

membentuk

merupakan media yang tepat untuk

mendapatkan

mengomunikasikan berbagai informasi

merupakan salah satu strategi yang

dan

efektif

dengan

pendapat

juga

dari

pandangan-pandangan,

opini

pula

public

untuk

kemenangan

dan

untuk

termasuk dalam hal membentuk opini

Dominique dalam

publik

menyatakan bahwa semua wacana

ataupun

diinginkan.

Melalui

wacana

yang

warung kopi

dapat

Alam

itu.

didefinisikan

(2010)

sebagai

sebagai public shere jelas terlihat

serangkaian strategi komunikasi yang

bagaimana BPRPI mengembangkan

hasilnya adalah sebuah konstruksi

sentimen keetnisan menjadi sebuah

yang dicirikan oleh pelaku, objek,

wacana.

perangkat dalam berbagai peristiwa
komunikatif. Wacana lebih dilihat

Tantry W, Munawar H I Strategi Komunikasi BPRPI ........17

maka

gaungnya

sangat

dalam bentuk interaksionis antara yang

jaluran,

berkomunikasi. Interaksionis dalam

terbatas sekali. Tetapi jika kasus ini

berkomunikasi antara BPRPI dengan

diberitakan oleh media massa atau

khalayak merupakan sebuah dialektika

media hibrid maka akan lebih banyak

yang dibangun oleh BPRPI dengan

yang mendengar, mengetahui dan hal

membangun wacana tanah jaluran

ini

dengan

menguntungkan BPRPI sendiri.

isu

mendapat
dukungan

keetnisan

opini

sehingga

publik

terhadap

tidak

mungkin

akan

Media massa dan media hibrid

berupa

perjuangan

bukan

salah

satu

tempat

masyarakat

mereka. Strategi komunikasi yang

membicarakan

kasus-kasus

yang

demikian yang dimainkan oleh BPRPI.

terjadi di berbagai daerah, termasuk
daerah sendiri. Fungsi media massa

d. Media Massa dan Media Hibrid
beserta

Dampaknya

terhadap

bagi

Habermas

diubah,

dari

memfasilitasi wacana dan perdebatan
rasional, dalam ranah publik, menjadi

perjuangan BPRPI
Semakin sering isu sentimen

membentuk, mengkonstruksi, wacana

ke-Melayuan dimainkan di ruang

publik untuk kepentingan tertentu.

publik maka semakin besar pula

BPRPI melihat peluang ini dan

kemungkinan dukungan diperoleh oleh

menempatkan media massa dan media

BPRPI.

perkembangannya

hibrid untuk ikut mempublikasikan

kemudian, wacana yang dibangun

wacana tanah jaluran ke publik

bukan lagi sekadar ada di di warung

sebagai

kopi

ini

komunikasinya. Ada banyak kegiatan

kemudian dikelola agar dapat dimuat

dan sepak terjang mereka yang diliput

di media massa atau di media hibrid

oleh media massa atau media hibrit

(media yang berbasis internet dan

dalam memperjuangkan tanah jaluran

jangkauannya lebih luas dibandingkan

agar kembali ke masyarakat Melayu.

dengan

Dalam

semata,

tetapi

wacana

bagian

dalam

strategi

massa).

BPRPI

Di tahun-tahun terakhir ini saja ada

jika

mereka

beberapa media massa dan media

untuk

hibrid yang ikut mempublikasikannya

mendesiminasikan persoalan tanah

seperti: http://waspada. Online.com

menyadari
bergerak

media
bahwa

sendiri

18 Jurnal Interaksi | Volume : 2 | Nomor : 1 | Edisi Januari 2018 | hlm 1-22
pada

tanggal

5

May

2017

yang

disengketakan

adalah

milik

memberitakan bahwa “BPRPI Akan

BPRPI (http://tegasberita.com). Secara

Kuasai Lahan Tanjung

hukum

Putus Deli

perjuangan

mereka

Serdang”;

„berhasil‟

http://tegasberita.com/author/redaksi

jaluran kepada rakyat penunggu tetapi

memberitakan tentang: “Mafia Tanah

secara kenyataannya banyak tanah

Marak, Tanah Milik BPRPI di desa

jaluran di beberapa wilayah yang

Sampali

tersebar masih belum bisa dimiliki

Sampai

Ribut”;

http://news.analisadaily.com pada hari

mengembalikan

telah
tanah

rakyat penunggu.

Jumat tgl. 22 Januari 2016 tentang

Dengan

demikian

walaupun

pengklaiman BPRPI bahwa lahan

strategi komunikasi sudah dilakukan

yang selama ini dikuasai PTPN II

dengan upaya yang maksimal namun

Kebun Sampali seluas 1800 hektar

hasil

adalah milik mereka. Begitu juga di

memuaskan bagi BPRPI. Namun

http://bprpi.wordpress.com

yang

perjuangan BPRPI hingga kini masih

dipost pada tanggal 12 Oktober 2013

terus dilakukan dan tidak berhenti.

oleh BPRPI, saat itu Harun Nuh

BPRPI masih berharap suatu saat

sebagai

BPRPI

tanah jaluran bisa mereka kembalikan

Wilayahmu

seutuhnya kepada masyarakat Melayu.

ketua

mengatakan:

umum

“Petakan

yang

diharapkan

belum

Sebelum Dipetakan Orang Lain”, dan
masih banyak berita-berita lain tentang

SIMPULAN
Berdasarkan uraian pada bagian

BPRPI.
Dari

sekian

banyak

berita

“Pembahasan”

dapat

disimpulkan

tentang BPRPI yang dilansir oleh

bahwa dalam upaya mengembalikan

media massa maupun media hibrid

tanah

tentu saja berdampak pada BPRPI.

Melayu,

Salah satu hal keberhasilan tersebut

menggunakan 3 strategi utama, yaitu:

adalah

(1) Membangun kedekatan hubungan

sebagai

diakuinya
milik

tanah
rakyat

jaluran
penunggu

berdasarkan SK Mahkamah Agung RI
Nomor 2362, 23 Januari 2006, lahan

jaluran

BPRPI

pada

BPRPI

dengan

masyarakat
setidaknya

masyarakat

Melayu melalui dialog interaktif,

Tantry W, Munawar H I Strategi Komunikasi BPRPI ........19

dengan

menggunakan

warung

kopi sebagai Public Sphere.
(2) Memainkan
Melayu

Isu

Keetnisan

sebagai

Identitas

Kelompok
(3) Memainkan

Wacana

Identitas

Etnis untuk Membentuk Opini
Publik
(4) Menggunakan

media

impact,

seperti media massa dan media
hibrid untuk mendesiminasikan
perjuangan

BPRPI

kepada

khalayak.

Al-Wasilah, A. Chaedar. 1987.
Pengetahuan Kebahasaan 1.
Jakarta: Universitas Terbuka.
Ardani, Ni Ketut. 2016. Kepastian
Hukum Hak Komunal Ditinjau
dari Pasal 16 ayat 1 UndangUndang Nomor 5 Tahun 1960.
Jurnal: Bhumi Vol. 2 No. 1 Mei.
Cahyati, Devy Dian. 2017. Di Pesisir
Selatan Kebumen Cilacap.
Jurnal: Bhumi Vol 3 No.1 Mei.
Coser, Lewis. 2010. “Conflict: Social
Aspects” dalam David L. Sills
(ed.) International Encyclopedia
of the Social Science. New
York: The Macmillan Company
& The Free Pres.

Hal-hal di atas yang merupakan
strategi komunikasi yang dilakukan
BPRPI dalam mengembalikan tanah
jaluran ke pada Masyarakat Melayu di
Sumatera Utara.

DAFTAR PUSTAKA
Abdurahman, 1978. Aneka Masalah
Hukum
Agraria
dalam
Pembangunan di Indonesia.
Agustono, Budi dkk. 1997. Badan
Perjuangan Rakyat Penunggu
Indonesia vs PTPN II. Bandung:
Akatiga.
Alam, Bachtiar. 2010. “Globalisasi
dan
Perubahan
Budaya:
Perspektif Teori Kebudayaan”
dalam
Jurnal
Antropologi
Nomor 54, Tahun XII. Jakarta:
Jurusan Antropologi FISIP UI.

Dellah, Rezky dan Salim, Nazir.
2017. Akuisisi Tanah-Tanah
Rakyat: Problem HGU PT BMS
di Rejang Lebong dan Jalan
Penyelesaiannya.
Jurnal
:
Bhumi vol. 3 No. 1 Mei.
Fauzie, Noer. 2014. “Argumentasi
Konferensi:
Tanah
dan
Pembangunan” dalam Tanah
dan Pembangunan. Jakarta:
Sinar Harapan.
Firdalia. 2016. Penanganan Sengketa
Tanah antara PT HIM (Huma
Indah Mekar) dan Masyarakat
Tulang Bawang Barat. Jurnal
Ilmiah Administrasi Publik dan
Pembangunan, Vol. 7 No. 1,
Januari-Juni 2016
Foucault, M. 2005. Power/Knowledge.
New York: Pantheon.
Habermas, Jürgens. 2002. On the
Pragmatics of Communication.

20 Jurnal Interaksi | Volume : 2 | Nomor : 1 | Edisi Januari 2018 | hlm 1-22
Cambridge: Polity.
Harsono, Boedi. 1994. Hukum Agraria
Indonesia:
Sejarah
Pembentukan Undang-Undang
Pokok
Agraria,
Isi
dan
Pelaksanaannya.
Jakarta:
Djambatan.
Ikhsan, Edy. 2015. Konflik Tanah
Ulayat dan Pluralisme Hukum:
Hilangnya Ruang Hidup Orang
Melayu Deli. Jakarta: Pustaka
Yayasan Obor Indonesia.
Imron, Ali. 2015. Penyelesaian
Konflik
Agraria
Berbasis
Metode Antinomi Nilai Dalam
Penegakan hukum. Jurnal :
Yudisial Vol. 8 No. 2 Agustus
Kano, Hirayoshi. 1997. “Pemilikan
Tanah
dan
Diferensiasi
Masyarakat Desa” dalam SMP
Tjondronegoro dan G. Wiradi.
Dua Abad Penguasaan Tanah:
Pola
Penguasaan
Tanah
Pertanian di Jawa dari Masa ke
Masa. Jakarta: Gramedia.
Mas‟oed, Mohtar. 1997. “Tantangan
Terhadap Integrasi Bangsa
(Studi Kasus Konflik Sosial dan
Kerusuhan Masal)”. Laporan
Penelitian, yang dilakukan oleh
P3PK UGM Bekerja sama
dengan Depag RI.
Mungkasa, Oswar. 2014. Reformasi
Agraria Sejarah, Konsep dan
Implementasinya.
Buletin
Agraria Indonesia edisi I Tahun
2014.Terbitan Direktorat Tata
Ruang
dan
Pertanahan
Bappenas.

Muryono, Slamet. 2016. Kajian Upaya
Pengendalian
Penggunaan
Tanah
di
Kabupaten
Temanggung Provinsi Jawa
Tengah. Jurnal : Bhumi Vol. 2
No. 1 Mei.
Mutolib, Abdul dkk. 2015. Konflik
Agraria dan Pelepasan Tanah
Ulayat (Studi Kasus Pada
Masyarakat Suku Melayu di
Kesatuan Pemangkuan hutan
Dharmasraya,
Sumatera
Barat.Jurnal : Penelitian Sosial
dan Ekonomi Kehutanan Vol.
12 No.13 Desember.
Nadia Lovell (ed.). 2012. Locality of
Belonging, London and New
York: Routledge.
Nurdin, Iwan. 2017. Mewujudkan
Desa Maju Reforma Agraria.
Jurnal Bhumi. Vol 3 No 1 Mei
2017.
Nurlinda. Ida. 2016. Telaah atas
Materi Muatan Rancangan
Undang-Undang Pertanahan.
Jurnal Bina Mulia Hukum.
Volume 1, Nomor 1. September.
Parlindungan, A.P. 1975. “Pandangan
Kritis Berbagai Aspek dalam
Pelaksanaan UUPA di Daerah
Jambi”. Disertasi. Yogyakarta:
Fakultas Hukum Universitas
Gajah Mada.
Priyatmoko, Heri. 2017. Konflik
Tanah Bengkok di Pedesaan
Jawa Kontemporer. Jurnal:
Bhumi Vol. 3 No. 1 Mei 2017.
Puri, Whidiana. 2017. Pluralisme
Hukum
sebagai
Strategi
Pembangunan Hukum Progresif

Tantry W, Munawar H I Strategi Komunikasi BPRPI ........21

di Bidang Agraria di Indonesia.
Jurnal : Bhumi Vol. 3 No. 1
Mei 2017
Ratna, Herlina Sambawa Ningrum.
2014. Analisis Hukum Sistem
Sengketa Atas Tanah Berbasis
Keadilan. Jurnal Pembaharuan
Hukum. Vol 1 No 2 – Agustus
2014.
Rachman,
Noer
Fauzi.
2015.
Memahami Reorganisasi Ruang
Melalui
Perspektif
Politik
Agraria. Jurnal: Bhumi Vol. 1,
No. 1, Mei 2015
Rokhiman, Muryanti. 2014. Bambi
Ari‟ Sebagai Wujud Kearifan
Lokal Masyarakat Dayak dalam
Penanganan Bencana Kabut
Asap di Kabupaten Kapuas
Hulu, Kalimantan Barat. Jurnal
Pembaharuan Hukum. Volume
No.2 Mei-Agustus .
Saifuddin, Achmad Fedyani. 2016.
Konflik
dan
Integrasi:
Perbedaan
Faham
dalam
Agama Islam. Jakarta: C.V.
Rajawali.
Sembiring, Julius. 2016.
Hak
Menguasai Negara atas sumber
Daya Agraria. Bhumi Vol. 2
No. 2 November.
Setiawan, Eko dkk. 2017. Konflik Tata
Ruang Kehutanan dengan tata
Ruang Wilayah (Studi Kasus
Penggunaan Kawasan Hutan
Tidak
Prosedural
untuk
Perkebunan Sawit Provinsi
kalimantan Tengah). Jurnal
Bhumi Vol. 3 No. 1 Mei.
Sitorus,

Oloan.

2016.

Penetaan

Hubungan
Hukum
Dalam
Penguasaan Pemilikan dan
Pemanfaatan Sumber Daya
Agraria (Studi Awal terhadap
Konsep Hak Atas Tanah dan Ijin
Usaha Pertambangan) Jurnal :
Bhumi Vol. 2 No. 1 Mei 2016.
Syawaludin,
Mohammad.
2014.
Perlawanan Petani Rengas
terhadap PTPN VII di Ogan Ilir
Sumatera-Selatan.
Sosiologi
Reflektif, Volume 9, N0. 1,
Oktober 2014.
Syaidin, OK. 2015. “Nasionalisasi
Perusahaan-Perusahaan Milik
Belanda Atas Tanah Konsesi
Kesultanan Deli (Studi awal
hilangnya Hak-Hak Atas sumber
Daya Alam Masyarakat Adat)”.
Jurnal Yustisia, Vol. 4, No. 1,
Januari-April 2015.
Sukarman. Hendra. 2016. Kerangka
Hukum Negara dalam Mengatur
Agraria
dan
Kehutanan
Indonesia. Jurnal Ilmu Hukum
Justisi Universitas Galuh Ciamis
Vol 1. No 2.
Sukaryanto. 2016. Konflik Tanah
Surat Ijo di Surabaya (Sebuah
Perspektif
Teoretik-Resolutif)
Jurnal: Bhumi Vol. 2 No. 2
November .
Suparlan, Parsudi. 2009. “Konflik
Sosial
dan
Alternatif
Pemecahannya”
dalam
Antropologi Indonesia Tahun
XXIII, Nomor 59, Mei-Agustus
2009.
Jakarta:
Jurusan
Antropologi FISIP UI.
Widiyanarti, Tantry. 2002. “Sengketa
Tanah Jaluran di Sumatera

22 Jurnal Interaksi | Volume : 2 | Nomor : 1 | Edisi Januari 2018 | hlm 1-22
Timur: Kajian tentang Strategi
BPRPI dalam Mengembalikan
Tanah Ulayat Warga Melayu di
Sumatera Timur”. Tesis. Jakarta:
Program Pascasarjana FISIP
Universitas Indonesia.
Sumber Internet
http://waspada. Online.com, diakses 6
Januari 2018.
http://news.analisadaily.com, diakses 6
Januari 2018.
http://bprpi.wordpress.com, diakses 6
Januari 2018.
(http://tegasberita.com),
Januari 2018.

diakses

6