SARJANA ANALISIS RASIO CAMEL TERHADAP PREDIKSI KONDISI BERMASALAH PADA BANK GO PUBLIC DAN BELUM GO PUBLIC
SIDANG PASCA
SARJANA
ANALISIS RASIO CAMEL
TERHADAP PREDIKSI KONDISI
BERMASALAH PADA BANK GO
PUBLIC DAN BELUM GO PUBLIC
http://www.gunadarma.ac.id/
Oleh :
SANIGAR, SKom.
BAB I
PENDAHULUAN
Latar
Belakang
Dalam seminar restrukturisasi perbankan di Jakarta pada tahun 1998
disimpulkan beberapa penyebab menurunnya kinerja bank, antara
lain :
• Semakin meningkatnya kredit bermasalah perbankan
• Dampak likuidasi bank-bank 1 Nopember 1997 yang mengakibatkan
turunnya
kepercayaan masyarakat terhadap perbankan dan pemerintah
sehingga memicu
penarikan dana besar-besaran
• Semakin turunnnya permodalan bank-bank
• Banyak bank-bank yang tidak mampu kewajibannya karena
menurunnya nilai tukar
rupiah
•
Rumusan
Masalah
Bertolak dari latar belakang tersebut diatas, tesis ini berkeinginan
menyajikan informasi tentang :
Bagaimana rasio keuangan CAMEL (CAR, NPL, PPAP terhadap
aktiva produktif,
pemenuhan PPAP, ROA, BOPO, LDR, GWM Rupiah) memiliki
perbedaan yang
signifikan antara bank-bank umum swasta nasional devisa go
public dan tidak
go public pada periode 2004 -2006
Bagaimana rasio keuangan CAMEL (CAR, NPL, PPAP terhadap
aktiva produktif,
pemenuhan PPAP, ROA, BOPO, LDR, GWM Rupiah) digunakan
untuk
memprediksi kondisi bermasalah bank-bank umum swasta
nasional devisa go
public dan tidak go public pada periode 2004 -2006
Batasan
Masalah
Dalam melakukan pembahasan dalam penelitian ini dilakukan batasanbatasan berikut :
Data yang digunakan berdasarkan perbandingan laporan
keuangan selama tiga
periode yaitu tahun 2004 – 2006
Bank yang diteliti adalah Bank Umum Swasta Nasional Devisa
Pembahasan berhubungan dengan penilaian kinerja keuangan
Tujuan
bank pada aspek
finansialnya (keuangannya)
Penelitian
Menjelasakan perbedaan rasio keuangan CAMEL (CAR, NPL, PPAP,
tehadap Aktiva
Produktif, pemenuhan PPAP, ROA, BOPO, LDR) memiliki
perbedaan yang signifikan
antara bank-bank umum swasta nasional go public dan belum go
public
Menentukan pengaruh dari masing-masing variabel bebas (Rasio
Kegunaan
Penelitian
Pengambil kebijakan dalam rangka pengembangan perbankan
sehingga dapat
memberikan kontribusi bagi perkembangan dunia perbankan
dalam upaya
menghadapi pasar yang kompetitif dalam percaturan
perbankan nasional
Deposan, investor, kreditor dan masyarakat luas dapat menjadi
acuan pelengkap dalam mengevaluasi bank-bank umum yang
beroperasi guna
melindungi kepentingannya
Dunia akademis dalam rangka memperluas wacana dan
pengembangan ilmu
pengetahuan yang berkaitan dengan
perkembangan dunia perbankan nasional
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian bank terdapat pada pasal 1
Pengertian
Bank
Undang-Undang No 10 Tahun
1998
tentang Perbankan tentang perubahan Undang-Undang no. 7 tahun 1992 adalah
sebagai berikut:
Perbankan adalah segala sesuatu yg menyangkut tentang bank, mencakup
kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan
kegiatan usahanya
Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk
kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup
rakyat banyak.
Fungsi dan
Tujuan Bank
Fungsi utama perbankan Indonesia adalah sebagai penghimpun dan penyalur
dana masyarakat. Fungsi penghimpun dana dari masyarakat dapat berupa giro,
deposito, tabungan, sertifikat depositi, dan simpanan lainnya. Sedangkan
fungsinya sebagai penyalur dana kepada masyarakat dapat berupa kredit atau
pinjaman yang diberikan.
Tujuan bank adalah untuk menunjang pelaksanaan pembagunan nasional
dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas
nasional ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat.
Pengertian dan Ruang Lingkup Bank Umum
Pengertian bank umum terdapat pada pasal 1 Undang-Undang No 10 Tahun 1998 tentang
Perbankan tentang perubahan Undang-Undang no. 7 tahun 1992 adalah bank yang
melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah
yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
“ Bank Umum Pemerintah ( BUMN )
“Bank Umum Swasta Nasional ( BUSN ) adalah bank yang berbadan hukum Indonesia yang
sebagian atau seluruh modalnya dimiliki oleh warga Negara Indonesia dan atau badan
hukum Indonesia.
Dilihat dari lingkup usahanya BUSN ada dua, bank devisa dan bank non devisa.
“Bank devisa ( foreign exchange bank ) adalah bank yang dalam kegiatan
usahanya dapat melakukan transaksi dalam valuta asing, setelah memperoleh persetujuan
dari Bank Indonesia, antara lain menerima simpanan dan memberikan kredit dalam valuta
asing termasuk jasa – jasa keuangan yang terkait dengan valuta asing, misalnya letter of
credit, travelers check.
“Bank Nondevisa ( nonforeign exchange bank ) adalah bank yang dalam
kegiatan usahanya tidak dapat melakukan transaksi dalam valuta asing, baik dalam
penghimpunan dan penyaluran dananya serta dalam pemberian jasa – jasa keuangan”.
Jenis dan Kegiatan Usaha Bank
Menurut Widjanarko (2003) Klafikasi Bank berdasarkan hal-hal sebagai
berikut
•Jenis Bank Menurut Fungsinya
Bank Sentral
Bank Umum
Bank Perkreditan Rakyat
Bank Umum Mengkhususkan diri untuk melakasanakan kegiatan tertentu
•Jenis Bank Menurut Kepemilikannya
Bank Umum Milik Negara
Bank Umum Swasta
Bank Campuran
Bank Milik Pemerintah Daerah
Konsep
CAMEL
Dalam Pasal 29 (2) Perbankan Nomor 10 tahun 1998 disebutkan bahwa
bank wajib memelihara tingkat kesehatan bank sesuai dengan
kecukupan modal, kualitas asset, kualitas manajemen, likuiditas,
rentabilitas, solvabilitas dan aspek lain yang berhubungan dengan usaha
bank dan wajib melakukan kegiatan usaha bank sesuai dengan prinsip
kehati-hatian
Laporan
Keuangan
Laporan Keuangan sangat perlu untuk mengetahui kondisi keuangan
perusahaan. Pada mulanya laporan keuangan bagi suatu perusahaan
hanyalah sebagai alat penguji dari pekerjaan pembukuan, tetapi
selanjutnya laporan keuangan tidak hanya sebagai alat penguji saja tetapi
juga sebagai dasar untuk dapat menentukan atau menilai posisi keuangan
perusahaan tersebut, dimana dengan hasil analisa tersebut pihak-pihak
yang berkepentingan mengambil keputusan.
Penelitian
Sebelumnya
Mas’ud Machfud (1994) Penelitian ini bertujuan untuk menguji manfaat rasio
keuangan dalam memprediksi perubahan laba perusahaan di masa mendatang.
Hasil uji statistik menunjukkan bahwa rasio keuangan yang digunakan dalam
model bermanfaat untuk memprediksi laba satu tahun ke depan, namun tidak
bermanfaat untuk memprediksi laba lebih dari satu tahun. Selain itu studi ini juga
menunjukkan bahwa perusahaan besar mempunyai komponen rasio yang
berbeda dengan perusahaan kecil apabila rasio tersebut akan digunakan untuk
memprediksi laba masa mendatang.
Payamta dan Machfoedz (1999) Untuk mengevaluasi kinerja perusahaan
perbankan digunakan rasio CAMEL. Hasil Pengujian hipotesis baik yang
menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan kinerja bank yang signifikan untuk
tahun sebelum dan sesudah IPO.
Ni Ketut Lely Aryani Merkusiwati (2007) mengevaluasi pengaruh CAMEL
terhadap kinerja perusahaan perbankan pada tahun 1997 – 2001. Dari hasil
penelitian diperoleh bahwa Capital, Asset Quality, management, Earning dan
Liquidity (CAMEL) pada tahun 1997 – 2001 berpengaruh signifikan terhadap
Return On Assets (ROA) terhadap tahun 1997 – 2001
BAB III
METODE PENELITIAN
Data
Penelitian
Data kuantitatif, yaitu data yang diukur dalam suatu skala numerik
(angka),
Data sekunder yaitu
data yang telah dikumpulkan oleh
pengumpul data dan dipublikasikan kepada masyarakat
pengguna data
Data tersebut berupa laporan tahunan dari bank-bank umum
swasta nasional devisa
Pengumpulan
Data
tahunan dari bank-bank
Data sekunder berupa laporan keuangan
umum swasta nasional devisa terhadap bank go public dan belum
bank belum go public pada periode 2004 – 2006 yang terdaftar di
direktori Bank Indonesia.
Variabel
Operasional
•Variabel dependen (terikat) yang digunakan dalam penelitian ini
adalah, 0 untuk bank belum go public dan 1 untuk bank go public.
•Variabel independen (bebas) yang digunakan dalam penelitian ini
adalah rasio keuangan CAMEL yaitu:
CAR (Capital Adequancy Ratio)
NPL (Non Performing Loan)
Rasio PPAPAP (Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif terhadap Aktiva Produktif)
Rasio Pemenuhan PPAP (PPPAP)
ROA (Return on Assets)
BOPO (Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional).
GWM (Giro Wajib Minimum)
LDR (Loan to Deposit Ratio)
CAR (Capital Adequancy Ratio) CAR adalah rasio yang
memperlihatkan seberapa besar jumlah seluruh aktiva bank yang
mengandung resiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada
bank lain) ikut dibiayai dari modal sendiri disamping memperoleh danadana dari sumber-sumber diluar bank. Rasio ini dapat dirumuskan
sebagai berikut
Modal
Bank
NPL (Non Performing Loan). Rasio ini menunjukkan
bahwa kemampuan manjemen bank dalam mengelola
kredit bermasalah yang diberikan oleh bank. Sehingga
semakin tinggi rasio ini maka akan semakin buruk kualitas
kredit bank y menyebabkan jumlah kredit bermasalah
semakin besar maka kemungkinan suatu bank dalam
kondisi bermasalah semakin besar. Kredit dalam hal ini
adalah kredit yang diberikan kepada pihak ketiga tidak
termasuk kredit kepada bank lain. Kredit bermasalah
adalah kredit dengan kualitas kurang lancer, diragukan dan
macet. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut (SE
Bank Indonesia No. 3/30 DPNP tanggal 14 Desember
2001):
CAR =
100 %
Total
ATMR
Kredit
Bermasalah
NPL =
100 %
Total Kredit
Rasio PPAP AP (Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif terhadap
Aktiva Produktif). Rasio PPAP menunjukkan kemampuan manajemen
bank dalam menjaga kualitas aktiva produktuf sehingga jumlah PPAP dapat
dikelola dengan baik. Semakin besar PPAP maka semakin buruk aktiva
produktif bank yang bersangkutan sehingga kemungkinan suatu bank dalam
kondisi bermasalahsemakin besar. Cakupan komponen aktiva produktif dan
PPAP yang telah dibentuk sesuai dengan ketentuan Kualitas aktiva
Produktif yang berlaku. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut (SE Bank
Indonesia No. 3/30 DPNP tanggal 14 Desember 2001):
PPAP yang telah dibentuk
PPAP terhadap Aktiva Produktif
x 100 %
=
Total Aktiva Produktif
Rasio Pemenuhan PPAP (P PPAP). Rasio ini menujukkan kemampuan
manajemen bank dalam menentukan besarnya PPAP yang telah dibentuk
terhadap PPAP yang wajib dibentuk. Semakin besar rasio ini maka
kemungkinan bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil karena semakin
besar PPAP yang telah dibentuk dari PPAP yang wajib dibentuk. Perhitungan
PPAP yang wajib dibentuk sesuai dengan ketentuan Kualitas aktiva Produktif
yang berlaku. Rasio ini dirumuskan sebagai beriku (SE Bank Indonesia No.
3/30 DPNP tanggal 14 Desember 2001):
PPAP yang telah dibentuk
Pemenuhan PPAP =
x 100 %
PPAP wajib dibentuk
ROA (Return on Assets). Rasio ini digunakan untuk mengukur
kemampuan majemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba
sebelum pajak) yang dihasilkan dari rata-rata total asset bank yang
bersangkutan. Semakin besar ROA, semakin besar pula tingkat
keuntungan yang dicapai bank sehingga kemungkinan suatu bank dalam
kondisi bermasalah semakin kecil. Laba sebelum pajak adalah laba bersih
dari kegiatan operasional sebelum pajak. Sedangkan rata-rata total asset
adalah rata-rat volume usaha atau aktiva. Rasio ini dirumuskan sebagai
berikut (SE Bank Indonesia No. 3/30 DPNP tanggal 14 Desember 2001):
Laba Sebelum Pajak
ROA =
x 100 %
Rata-rata Total Aset
BOPO (Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional). Rasio
yang sering disebut rasio efisiensi ini digunakan untuk memgukur
kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan biaya operasional
terhadap pendapatan operasional. Semakin kecil rasio ini berarti semakin
efisien biaya operasional. Semakin kecil rasio ini berarti semakin efisien
biaya operasional yang dikeluarkan bank yang bersangkutan sehingga
kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil. Biaya
operasional dihitung berdasarkan penjumlahan dari total beban bunga dan
total beban operasional lainnya. Pendapatan operasional adalah
penjumlahan dari total pendapatan bunga dan total pendapatan operasional
lainnya. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut (SE Bank Indonesia No. 3/30
DPNP tanggal 14 Desember 2001):
Baiaya Operasional
BOPO =
x 100 %
Pendapatan
Operasional
GWM (Giro Wajib Minimum) adalah simpanan minimum yang harus
dipelihara oleh Bank dalam bentuk saldo rekening giro pada Bank
Indonesia yang besarnya ditetapkan oleh Bank Indonesia sebesar
persentase tertentu dari dana pihak ketiga. Rekening giro adalah
rekening pihak eksternal tertentu di Bank Indonesia yang merupakan
saran bagi penatausahaan transaksi dari simpanan yang
penarikannya dapat dilakukan setiap saat. Rekening giro dalam
Rupiah, yang untuk selanjutnya disebut Rekening Giro Rupiah, adalah
rekening giro dalam mata uang rupiah yang penarikannya dengan
menggunakan cek Bank Indonesia, bilyet giro Bank Indonesia, atau
sarana lainnya sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bank
Indonesia yang berlaku tentang hubungan rekening antara Bank
Indoesia dengan pihak eksteren. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut
(Peraturan Bank Indonesia No. 6/15/PBI/2004):
Jumlah Harian Saldo Rekening Giro Bank yang
Tercatat
di Bank Indonesia setiap hari dalam satu Masa
Laporan
GWM =
x 100 %
Rata-rata harian Jumlah Dana Pihak Ketiga dalam
satu
LDR (Loan to Deposit Ratio). Rasio digunakan untuk menilai
likuiditas suatu bank yang dengan cara membagi jumlah kredit yang
diberikan oleh bank terhadap dana pihak ketiga. Semakin tinggi rasio
ini,
semakin
rendahnya
kemampuan
likuditas
bank
yang
bersangkutan sehingga kemungkinana suatu bank dalam kondisi
bermasalah akan semakin besar. Kredit yang diberikan tidak
termasuk kredit kepada bank lain sedangkan untuk dana pihak
ketiga adalah giro, tabungan, simpanan berjangka, sertifikat
deposito. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut (SE Bank Indonesia
No. 3/30 DPNP tanggal 14 Desember 2001):
Total Kredit
LDR =
x 100 %
Total Dana Pihak Ketiga
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Uji
Hipotesis I
Tabel
Kolmogorov-Smirnov Bank Go Public dan Belum Go Public
Rasio
CAR
Status Bank
Go Public
Belum Go Public
NPL
Go Public
Belum Go Public
Go Public
Belum Go Public
Go Public
Belum Go Public
Go Public
Belum Go Public
Go Public
Belum Go Public
Go Public
Belum Go Public
0.976
0.021
0.191
0.664
0.399
0.332
0.643
0.263
0.667
0.037
0.611
0.717
Go Public
Belum Go Public
0.222 Normal
0.466 Normal
PPAPAP
PPPAP
ROA
BOPO
LDR
GWM Rupiah
Signifikansi
Keterangan
0.919 Normal
0.041 Tidak Normal
Normal
Tidak Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Tidak Normal
Normal
Normal
Sumber Data: Output SPSS, diolah
Tabel
Uji Beda Independent Sample T-Test
Rasio
Table
Uji Beda Mann Whitney U
Rasio
Signifikansi
Hipotesis Null
CAR
0.477
Diterima
NPL
0.376
Diterima
BOPO
0.903
Diterima
Signifikansi
Hipotesis Null
PPAPAP
0.763
Diterima
PPPAP
0.173
Diterima
ROA
0.145
Diterima
LDR
0.595
Diterima
GWM Rupiah
0.069
Diterima
Hasil Uji
Hipotesis II
Tabel
Menilai Model Fit
Dari tabel menunjukkan nilai -2LogL Block
2LL Blok Number
2LL Blok Number 0
46.662
2LL Blok Number 1
35.268
Number = 0 adalah 46.662 kemudian terjadi
Cox & Snell R Square
Cox & Snell R Square
0.285
penurunan nilai 2LogL Block Number = 1
Nagelkerke R Square
Nagelkerke R Square
0.381
menjadi 35.268, maka dapat ditarik
Homer and Lameshow
Chi-Square
5.876
Sig
0.661
Test
kesimpulan bahwa model tersebut
menunjukan model regresi yang baik.
Jika dilihat dari nilai Cox & Snell R Square sebesar 0.285 dan Nagelkerke R
Square sebesar 0.381 dapat menggambarkan bahwa variabel terikat yang
dapat dijelaskan oleh variabelitas variabel bebas sebesar 38.1 persen,
sedangkan 61.9 persen dipengaruhi oleh variabel lain. Homer and
Lemeshow’s Goodness of fit Test menguji bahwa data empiris cocok atau
sesuai dengan model, sehingga model dapat dikatakan fit. Dasar
pengambilan keputusan tersebut jika nilai probabilitas Hosmer & Lemeshow
Test lebih besar dari tingkat signifikansi 0.05 persen. Nilai Statistik Hosmer &
Lemeshow sebesar 5.876 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.661, yang
berarti jauh diatas 0.05 sehingga model regresi ini layak digunakan
Tabel
Koefisien Regresi Logistik
Hasil Uji
Hipotesis II
B
Signifikansi
Hipotesis Null
Berdasarkan tabel dapat diketahui bahwa
CAR
0.014
0.770
Diterima
rasio BOPO Mempunyai pengaruh negatif
NPL
1.002
0.068
Diterima
artinya semakin rendah rasio ini maka
PPAPAP
-0.893
0.388
Diterima
semakin besar kemungkinan suatu bank
PPPAP
0.017
0.402
Diterima
dalam kondisi bermasalah. Pengaruh rasio
ROA
-3.567
0.059
Diterima
BOPO terhadap kondisi bermasalah adalah
BOPO
-0.499
0.038
Ditolak
LDR
-0.029
0.592
Diterima
GWM Rupiah
0.142
0.729
Diterima
Variabel
signifikansinya di bawah 0.05 yaitu sebesar
0.038. Rasio CAR, NPL, PPAPAP, PPPAP,
ROA, LDR dan GWM Rupiah tidak memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap kondisi
bermasalah suatu bank
Tabel
Prediksi Kondisi Bermasalah
Classification Tablea
Predicted
Step 1
Observed
BANK
Overall Percentage
Belum Go Public
Go Public
BANK
Belum Go
Public
Go Public
11
4
4
15
Percentage
Correct
73.3
78.9
76.5
a. The cut value is .500
Pada model yang sempurna, maka semua kasus akan berada pada diagonal
dengan tingkat ketepatan peramalan 100 %. Hasil menunjukkan pada kolom
prediksi bank yang go public ada 19 bank-bank go public, sedangkan pada
baris, hasil observasi sesungguhnya yang yang go public hanya 15 bank dan
4 sisanya belum go public. Jadi ketepatan model ini untuk bank go public
adalah 15/19 atau 78.9%. Prediksi bank yang belum go public ada 15 bank
belum go public sedangkan pada baris, hasil obeservasi sesungguhnya yang
11 bank belum go public dan 4 sisanya go public. Jadi ketepatan model ini
untuk bank belum go public adalah 11/15 atau 73%. Untuk tingkat akurasi
keseluruhan sebesar 76.5%.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPUL
Penggunaan analisis regresi logistik ini untuk memprediksi konsisten
AN bermasalah
kategori bank go public dan tidak go public adalah correct yang ditunjukan
dengan 0.05 persen.
Rasio CAR mempunyai pengaruh yang tidak signifikan terhadap kondisi
bermasalah dan pengaruhnya posistif artinya semakin tinggi rasio CAR,
kemungkinan bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil.
Rasio NPL mempunyai pengaruh yang tidak signifikan terhadap kondisi
bermasalah dan pengaruhnya posistif artinya semakin tinggi rasio NPL,
kemungkinan bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil.
Rasio PPPAP mempunyai pengaruh yang tidak signifikan terhadap kondisi
bermasalah dan pengaruhnya posistif artinya semakin tinggi rasio PPPAP,
kemungkinan bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil.
Rasio GWM Rupiah mempunyai pengaruh yang tidak signifikan terhadap
kondisi bermasalah dan pengaruhnya posistif artinya semakin tinggi rasio GWM
Rupiah, kemungkinan bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil.
Rasio PPAPAP mempunyai pengaruh yang tidak signifikan terhadap kondisi
bermasalah dan pengaruhnya negatif artinya semakin rendah rasio PPAPAP,
kemungkinan bank dalam kondisi bermasalah semakin besar.
Rasio ROA mempunyai pengaruh yang tidak signifikan terhadap kondisi
bermasalah dan pengaruhnya negatif artinya semakin rendah rasio ROA,
kemungkinan bank dalam kondisi bermasalah semakin besar.
Rasio LDR mempunyai pengaruh yang tidak signifikan terhadap kondisi
bermasalah dan pengaruhnya negatif artinya semakin rendah rasio LDR,
kemungkinan bank dalam kondisi bermasalah semakin besar.
Rasio BOPO mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kondisi
bermasalah dan pengaruhnya negatif artinya semakin rendah rasio BOPO,
kemungkinan bank dalam kondisi bermasalah semakin besar.
SARAN
Penelitian ini dapat digunakan untuk kontribusi penelitian dimasa
yang akan datang khususnya yang menyangkut industri
perbankan dan dapat juga membedakan antara bank
konvensional dan bank syariah kemungkinan status bank dapat
berpengaruh pada hasil penelitian.
SEKIAN
TERIMA KASIH
SANIGAR,
SKom.
SARJANA
ANALISIS RASIO CAMEL
TERHADAP PREDIKSI KONDISI
BERMASALAH PADA BANK GO
PUBLIC DAN BELUM GO PUBLIC
http://www.gunadarma.ac.id/
Oleh :
SANIGAR, SKom.
BAB I
PENDAHULUAN
Latar
Belakang
Dalam seminar restrukturisasi perbankan di Jakarta pada tahun 1998
disimpulkan beberapa penyebab menurunnya kinerja bank, antara
lain :
• Semakin meningkatnya kredit bermasalah perbankan
• Dampak likuidasi bank-bank 1 Nopember 1997 yang mengakibatkan
turunnya
kepercayaan masyarakat terhadap perbankan dan pemerintah
sehingga memicu
penarikan dana besar-besaran
• Semakin turunnnya permodalan bank-bank
• Banyak bank-bank yang tidak mampu kewajibannya karena
menurunnya nilai tukar
rupiah
•
Rumusan
Masalah
Bertolak dari latar belakang tersebut diatas, tesis ini berkeinginan
menyajikan informasi tentang :
Bagaimana rasio keuangan CAMEL (CAR, NPL, PPAP terhadap
aktiva produktif,
pemenuhan PPAP, ROA, BOPO, LDR, GWM Rupiah) memiliki
perbedaan yang
signifikan antara bank-bank umum swasta nasional devisa go
public dan tidak
go public pada periode 2004 -2006
Bagaimana rasio keuangan CAMEL (CAR, NPL, PPAP terhadap
aktiva produktif,
pemenuhan PPAP, ROA, BOPO, LDR, GWM Rupiah) digunakan
untuk
memprediksi kondisi bermasalah bank-bank umum swasta
nasional devisa go
public dan tidak go public pada periode 2004 -2006
Batasan
Masalah
Dalam melakukan pembahasan dalam penelitian ini dilakukan batasanbatasan berikut :
Data yang digunakan berdasarkan perbandingan laporan
keuangan selama tiga
periode yaitu tahun 2004 – 2006
Bank yang diteliti adalah Bank Umum Swasta Nasional Devisa
Pembahasan berhubungan dengan penilaian kinerja keuangan
Tujuan
bank pada aspek
finansialnya (keuangannya)
Penelitian
Menjelasakan perbedaan rasio keuangan CAMEL (CAR, NPL, PPAP,
tehadap Aktiva
Produktif, pemenuhan PPAP, ROA, BOPO, LDR) memiliki
perbedaan yang signifikan
antara bank-bank umum swasta nasional go public dan belum go
public
Menentukan pengaruh dari masing-masing variabel bebas (Rasio
Kegunaan
Penelitian
Pengambil kebijakan dalam rangka pengembangan perbankan
sehingga dapat
memberikan kontribusi bagi perkembangan dunia perbankan
dalam upaya
menghadapi pasar yang kompetitif dalam percaturan
perbankan nasional
Deposan, investor, kreditor dan masyarakat luas dapat menjadi
acuan pelengkap dalam mengevaluasi bank-bank umum yang
beroperasi guna
melindungi kepentingannya
Dunia akademis dalam rangka memperluas wacana dan
pengembangan ilmu
pengetahuan yang berkaitan dengan
perkembangan dunia perbankan nasional
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian bank terdapat pada pasal 1
Pengertian
Bank
Undang-Undang No 10 Tahun
1998
tentang Perbankan tentang perubahan Undang-Undang no. 7 tahun 1992 adalah
sebagai berikut:
Perbankan adalah segala sesuatu yg menyangkut tentang bank, mencakup
kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan
kegiatan usahanya
Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk
kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup
rakyat banyak.
Fungsi dan
Tujuan Bank
Fungsi utama perbankan Indonesia adalah sebagai penghimpun dan penyalur
dana masyarakat. Fungsi penghimpun dana dari masyarakat dapat berupa giro,
deposito, tabungan, sertifikat depositi, dan simpanan lainnya. Sedangkan
fungsinya sebagai penyalur dana kepada masyarakat dapat berupa kredit atau
pinjaman yang diberikan.
Tujuan bank adalah untuk menunjang pelaksanaan pembagunan nasional
dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas
nasional ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat.
Pengertian dan Ruang Lingkup Bank Umum
Pengertian bank umum terdapat pada pasal 1 Undang-Undang No 10 Tahun 1998 tentang
Perbankan tentang perubahan Undang-Undang no. 7 tahun 1992 adalah bank yang
melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah
yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
“ Bank Umum Pemerintah ( BUMN )
“Bank Umum Swasta Nasional ( BUSN ) adalah bank yang berbadan hukum Indonesia yang
sebagian atau seluruh modalnya dimiliki oleh warga Negara Indonesia dan atau badan
hukum Indonesia.
Dilihat dari lingkup usahanya BUSN ada dua, bank devisa dan bank non devisa.
“Bank devisa ( foreign exchange bank ) adalah bank yang dalam kegiatan
usahanya dapat melakukan transaksi dalam valuta asing, setelah memperoleh persetujuan
dari Bank Indonesia, antara lain menerima simpanan dan memberikan kredit dalam valuta
asing termasuk jasa – jasa keuangan yang terkait dengan valuta asing, misalnya letter of
credit, travelers check.
“Bank Nondevisa ( nonforeign exchange bank ) adalah bank yang dalam
kegiatan usahanya tidak dapat melakukan transaksi dalam valuta asing, baik dalam
penghimpunan dan penyaluran dananya serta dalam pemberian jasa – jasa keuangan”.
Jenis dan Kegiatan Usaha Bank
Menurut Widjanarko (2003) Klafikasi Bank berdasarkan hal-hal sebagai
berikut
•Jenis Bank Menurut Fungsinya
Bank Sentral
Bank Umum
Bank Perkreditan Rakyat
Bank Umum Mengkhususkan diri untuk melakasanakan kegiatan tertentu
•Jenis Bank Menurut Kepemilikannya
Bank Umum Milik Negara
Bank Umum Swasta
Bank Campuran
Bank Milik Pemerintah Daerah
Konsep
CAMEL
Dalam Pasal 29 (2) Perbankan Nomor 10 tahun 1998 disebutkan bahwa
bank wajib memelihara tingkat kesehatan bank sesuai dengan
kecukupan modal, kualitas asset, kualitas manajemen, likuiditas,
rentabilitas, solvabilitas dan aspek lain yang berhubungan dengan usaha
bank dan wajib melakukan kegiatan usaha bank sesuai dengan prinsip
kehati-hatian
Laporan
Keuangan
Laporan Keuangan sangat perlu untuk mengetahui kondisi keuangan
perusahaan. Pada mulanya laporan keuangan bagi suatu perusahaan
hanyalah sebagai alat penguji dari pekerjaan pembukuan, tetapi
selanjutnya laporan keuangan tidak hanya sebagai alat penguji saja tetapi
juga sebagai dasar untuk dapat menentukan atau menilai posisi keuangan
perusahaan tersebut, dimana dengan hasil analisa tersebut pihak-pihak
yang berkepentingan mengambil keputusan.
Penelitian
Sebelumnya
Mas’ud Machfud (1994) Penelitian ini bertujuan untuk menguji manfaat rasio
keuangan dalam memprediksi perubahan laba perusahaan di masa mendatang.
Hasil uji statistik menunjukkan bahwa rasio keuangan yang digunakan dalam
model bermanfaat untuk memprediksi laba satu tahun ke depan, namun tidak
bermanfaat untuk memprediksi laba lebih dari satu tahun. Selain itu studi ini juga
menunjukkan bahwa perusahaan besar mempunyai komponen rasio yang
berbeda dengan perusahaan kecil apabila rasio tersebut akan digunakan untuk
memprediksi laba masa mendatang.
Payamta dan Machfoedz (1999) Untuk mengevaluasi kinerja perusahaan
perbankan digunakan rasio CAMEL. Hasil Pengujian hipotesis baik yang
menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan kinerja bank yang signifikan untuk
tahun sebelum dan sesudah IPO.
Ni Ketut Lely Aryani Merkusiwati (2007) mengevaluasi pengaruh CAMEL
terhadap kinerja perusahaan perbankan pada tahun 1997 – 2001. Dari hasil
penelitian diperoleh bahwa Capital, Asset Quality, management, Earning dan
Liquidity (CAMEL) pada tahun 1997 – 2001 berpengaruh signifikan terhadap
Return On Assets (ROA) terhadap tahun 1997 – 2001
BAB III
METODE PENELITIAN
Data
Penelitian
Data kuantitatif, yaitu data yang diukur dalam suatu skala numerik
(angka),
Data sekunder yaitu
data yang telah dikumpulkan oleh
pengumpul data dan dipublikasikan kepada masyarakat
pengguna data
Data tersebut berupa laporan tahunan dari bank-bank umum
swasta nasional devisa
Pengumpulan
Data
tahunan dari bank-bank
Data sekunder berupa laporan keuangan
umum swasta nasional devisa terhadap bank go public dan belum
bank belum go public pada periode 2004 – 2006 yang terdaftar di
direktori Bank Indonesia.
Variabel
Operasional
•Variabel dependen (terikat) yang digunakan dalam penelitian ini
adalah, 0 untuk bank belum go public dan 1 untuk bank go public.
•Variabel independen (bebas) yang digunakan dalam penelitian ini
adalah rasio keuangan CAMEL yaitu:
CAR (Capital Adequancy Ratio)
NPL (Non Performing Loan)
Rasio PPAPAP (Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif terhadap Aktiva Produktif)
Rasio Pemenuhan PPAP (PPPAP)
ROA (Return on Assets)
BOPO (Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional).
GWM (Giro Wajib Minimum)
LDR (Loan to Deposit Ratio)
CAR (Capital Adequancy Ratio) CAR adalah rasio yang
memperlihatkan seberapa besar jumlah seluruh aktiva bank yang
mengandung resiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada
bank lain) ikut dibiayai dari modal sendiri disamping memperoleh danadana dari sumber-sumber diluar bank. Rasio ini dapat dirumuskan
sebagai berikut
Modal
Bank
NPL (Non Performing Loan). Rasio ini menunjukkan
bahwa kemampuan manjemen bank dalam mengelola
kredit bermasalah yang diberikan oleh bank. Sehingga
semakin tinggi rasio ini maka akan semakin buruk kualitas
kredit bank y menyebabkan jumlah kredit bermasalah
semakin besar maka kemungkinan suatu bank dalam
kondisi bermasalah semakin besar. Kredit dalam hal ini
adalah kredit yang diberikan kepada pihak ketiga tidak
termasuk kredit kepada bank lain. Kredit bermasalah
adalah kredit dengan kualitas kurang lancer, diragukan dan
macet. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut (SE
Bank Indonesia No. 3/30 DPNP tanggal 14 Desember
2001):
CAR =
100 %
Total
ATMR
Kredit
Bermasalah
NPL =
100 %
Total Kredit
Rasio PPAP AP (Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif terhadap
Aktiva Produktif). Rasio PPAP menunjukkan kemampuan manajemen
bank dalam menjaga kualitas aktiva produktuf sehingga jumlah PPAP dapat
dikelola dengan baik. Semakin besar PPAP maka semakin buruk aktiva
produktif bank yang bersangkutan sehingga kemungkinan suatu bank dalam
kondisi bermasalahsemakin besar. Cakupan komponen aktiva produktif dan
PPAP yang telah dibentuk sesuai dengan ketentuan Kualitas aktiva
Produktif yang berlaku. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut (SE Bank
Indonesia No. 3/30 DPNP tanggal 14 Desember 2001):
PPAP yang telah dibentuk
PPAP terhadap Aktiva Produktif
x 100 %
=
Total Aktiva Produktif
Rasio Pemenuhan PPAP (P PPAP). Rasio ini menujukkan kemampuan
manajemen bank dalam menentukan besarnya PPAP yang telah dibentuk
terhadap PPAP yang wajib dibentuk. Semakin besar rasio ini maka
kemungkinan bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil karena semakin
besar PPAP yang telah dibentuk dari PPAP yang wajib dibentuk. Perhitungan
PPAP yang wajib dibentuk sesuai dengan ketentuan Kualitas aktiva Produktif
yang berlaku. Rasio ini dirumuskan sebagai beriku (SE Bank Indonesia No.
3/30 DPNP tanggal 14 Desember 2001):
PPAP yang telah dibentuk
Pemenuhan PPAP =
x 100 %
PPAP wajib dibentuk
ROA (Return on Assets). Rasio ini digunakan untuk mengukur
kemampuan majemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba
sebelum pajak) yang dihasilkan dari rata-rata total asset bank yang
bersangkutan. Semakin besar ROA, semakin besar pula tingkat
keuntungan yang dicapai bank sehingga kemungkinan suatu bank dalam
kondisi bermasalah semakin kecil. Laba sebelum pajak adalah laba bersih
dari kegiatan operasional sebelum pajak. Sedangkan rata-rata total asset
adalah rata-rat volume usaha atau aktiva. Rasio ini dirumuskan sebagai
berikut (SE Bank Indonesia No. 3/30 DPNP tanggal 14 Desember 2001):
Laba Sebelum Pajak
ROA =
x 100 %
Rata-rata Total Aset
BOPO (Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional). Rasio
yang sering disebut rasio efisiensi ini digunakan untuk memgukur
kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan biaya operasional
terhadap pendapatan operasional. Semakin kecil rasio ini berarti semakin
efisien biaya operasional. Semakin kecil rasio ini berarti semakin efisien
biaya operasional yang dikeluarkan bank yang bersangkutan sehingga
kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil. Biaya
operasional dihitung berdasarkan penjumlahan dari total beban bunga dan
total beban operasional lainnya. Pendapatan operasional adalah
penjumlahan dari total pendapatan bunga dan total pendapatan operasional
lainnya. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut (SE Bank Indonesia No. 3/30
DPNP tanggal 14 Desember 2001):
Baiaya Operasional
BOPO =
x 100 %
Pendapatan
Operasional
GWM (Giro Wajib Minimum) adalah simpanan minimum yang harus
dipelihara oleh Bank dalam bentuk saldo rekening giro pada Bank
Indonesia yang besarnya ditetapkan oleh Bank Indonesia sebesar
persentase tertentu dari dana pihak ketiga. Rekening giro adalah
rekening pihak eksternal tertentu di Bank Indonesia yang merupakan
saran bagi penatausahaan transaksi dari simpanan yang
penarikannya dapat dilakukan setiap saat. Rekening giro dalam
Rupiah, yang untuk selanjutnya disebut Rekening Giro Rupiah, adalah
rekening giro dalam mata uang rupiah yang penarikannya dengan
menggunakan cek Bank Indonesia, bilyet giro Bank Indonesia, atau
sarana lainnya sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bank
Indonesia yang berlaku tentang hubungan rekening antara Bank
Indoesia dengan pihak eksteren. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut
(Peraturan Bank Indonesia No. 6/15/PBI/2004):
Jumlah Harian Saldo Rekening Giro Bank yang
Tercatat
di Bank Indonesia setiap hari dalam satu Masa
Laporan
GWM =
x 100 %
Rata-rata harian Jumlah Dana Pihak Ketiga dalam
satu
LDR (Loan to Deposit Ratio). Rasio digunakan untuk menilai
likuiditas suatu bank yang dengan cara membagi jumlah kredit yang
diberikan oleh bank terhadap dana pihak ketiga. Semakin tinggi rasio
ini,
semakin
rendahnya
kemampuan
likuditas
bank
yang
bersangkutan sehingga kemungkinana suatu bank dalam kondisi
bermasalah akan semakin besar. Kredit yang diberikan tidak
termasuk kredit kepada bank lain sedangkan untuk dana pihak
ketiga adalah giro, tabungan, simpanan berjangka, sertifikat
deposito. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut (SE Bank Indonesia
No. 3/30 DPNP tanggal 14 Desember 2001):
Total Kredit
LDR =
x 100 %
Total Dana Pihak Ketiga
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Uji
Hipotesis I
Tabel
Kolmogorov-Smirnov Bank Go Public dan Belum Go Public
Rasio
CAR
Status Bank
Go Public
Belum Go Public
NPL
Go Public
Belum Go Public
Go Public
Belum Go Public
Go Public
Belum Go Public
Go Public
Belum Go Public
Go Public
Belum Go Public
Go Public
Belum Go Public
0.976
0.021
0.191
0.664
0.399
0.332
0.643
0.263
0.667
0.037
0.611
0.717
Go Public
Belum Go Public
0.222 Normal
0.466 Normal
PPAPAP
PPPAP
ROA
BOPO
LDR
GWM Rupiah
Signifikansi
Keterangan
0.919 Normal
0.041 Tidak Normal
Normal
Tidak Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Tidak Normal
Normal
Normal
Sumber Data: Output SPSS, diolah
Tabel
Uji Beda Independent Sample T-Test
Rasio
Table
Uji Beda Mann Whitney U
Rasio
Signifikansi
Hipotesis Null
CAR
0.477
Diterima
NPL
0.376
Diterima
BOPO
0.903
Diterima
Signifikansi
Hipotesis Null
PPAPAP
0.763
Diterima
PPPAP
0.173
Diterima
ROA
0.145
Diterima
LDR
0.595
Diterima
GWM Rupiah
0.069
Diterima
Hasil Uji
Hipotesis II
Tabel
Menilai Model Fit
Dari tabel menunjukkan nilai -2LogL Block
2LL Blok Number
2LL Blok Number 0
46.662
2LL Blok Number 1
35.268
Number = 0 adalah 46.662 kemudian terjadi
Cox & Snell R Square
Cox & Snell R Square
0.285
penurunan nilai 2LogL Block Number = 1
Nagelkerke R Square
Nagelkerke R Square
0.381
menjadi 35.268, maka dapat ditarik
Homer and Lameshow
Chi-Square
5.876
Sig
0.661
Test
kesimpulan bahwa model tersebut
menunjukan model regresi yang baik.
Jika dilihat dari nilai Cox & Snell R Square sebesar 0.285 dan Nagelkerke R
Square sebesar 0.381 dapat menggambarkan bahwa variabel terikat yang
dapat dijelaskan oleh variabelitas variabel bebas sebesar 38.1 persen,
sedangkan 61.9 persen dipengaruhi oleh variabel lain. Homer and
Lemeshow’s Goodness of fit Test menguji bahwa data empiris cocok atau
sesuai dengan model, sehingga model dapat dikatakan fit. Dasar
pengambilan keputusan tersebut jika nilai probabilitas Hosmer & Lemeshow
Test lebih besar dari tingkat signifikansi 0.05 persen. Nilai Statistik Hosmer &
Lemeshow sebesar 5.876 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.661, yang
berarti jauh diatas 0.05 sehingga model regresi ini layak digunakan
Tabel
Koefisien Regresi Logistik
Hasil Uji
Hipotesis II
B
Signifikansi
Hipotesis Null
Berdasarkan tabel dapat diketahui bahwa
CAR
0.014
0.770
Diterima
rasio BOPO Mempunyai pengaruh negatif
NPL
1.002
0.068
Diterima
artinya semakin rendah rasio ini maka
PPAPAP
-0.893
0.388
Diterima
semakin besar kemungkinan suatu bank
PPPAP
0.017
0.402
Diterima
dalam kondisi bermasalah. Pengaruh rasio
ROA
-3.567
0.059
Diterima
BOPO terhadap kondisi bermasalah adalah
BOPO
-0.499
0.038
Ditolak
LDR
-0.029
0.592
Diterima
GWM Rupiah
0.142
0.729
Diterima
Variabel
signifikansinya di bawah 0.05 yaitu sebesar
0.038. Rasio CAR, NPL, PPAPAP, PPPAP,
ROA, LDR dan GWM Rupiah tidak memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap kondisi
bermasalah suatu bank
Tabel
Prediksi Kondisi Bermasalah
Classification Tablea
Predicted
Step 1
Observed
BANK
Overall Percentage
Belum Go Public
Go Public
BANK
Belum Go
Public
Go Public
11
4
4
15
Percentage
Correct
73.3
78.9
76.5
a. The cut value is .500
Pada model yang sempurna, maka semua kasus akan berada pada diagonal
dengan tingkat ketepatan peramalan 100 %. Hasil menunjukkan pada kolom
prediksi bank yang go public ada 19 bank-bank go public, sedangkan pada
baris, hasil observasi sesungguhnya yang yang go public hanya 15 bank dan
4 sisanya belum go public. Jadi ketepatan model ini untuk bank go public
adalah 15/19 atau 78.9%. Prediksi bank yang belum go public ada 15 bank
belum go public sedangkan pada baris, hasil obeservasi sesungguhnya yang
11 bank belum go public dan 4 sisanya go public. Jadi ketepatan model ini
untuk bank belum go public adalah 11/15 atau 73%. Untuk tingkat akurasi
keseluruhan sebesar 76.5%.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPUL
Penggunaan analisis regresi logistik ini untuk memprediksi konsisten
AN bermasalah
kategori bank go public dan tidak go public adalah correct yang ditunjukan
dengan 0.05 persen.
Rasio CAR mempunyai pengaruh yang tidak signifikan terhadap kondisi
bermasalah dan pengaruhnya posistif artinya semakin tinggi rasio CAR,
kemungkinan bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil.
Rasio NPL mempunyai pengaruh yang tidak signifikan terhadap kondisi
bermasalah dan pengaruhnya posistif artinya semakin tinggi rasio NPL,
kemungkinan bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil.
Rasio PPPAP mempunyai pengaruh yang tidak signifikan terhadap kondisi
bermasalah dan pengaruhnya posistif artinya semakin tinggi rasio PPPAP,
kemungkinan bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil.
Rasio GWM Rupiah mempunyai pengaruh yang tidak signifikan terhadap
kondisi bermasalah dan pengaruhnya posistif artinya semakin tinggi rasio GWM
Rupiah, kemungkinan bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil.
Rasio PPAPAP mempunyai pengaruh yang tidak signifikan terhadap kondisi
bermasalah dan pengaruhnya negatif artinya semakin rendah rasio PPAPAP,
kemungkinan bank dalam kondisi bermasalah semakin besar.
Rasio ROA mempunyai pengaruh yang tidak signifikan terhadap kondisi
bermasalah dan pengaruhnya negatif artinya semakin rendah rasio ROA,
kemungkinan bank dalam kondisi bermasalah semakin besar.
Rasio LDR mempunyai pengaruh yang tidak signifikan terhadap kondisi
bermasalah dan pengaruhnya negatif artinya semakin rendah rasio LDR,
kemungkinan bank dalam kondisi bermasalah semakin besar.
Rasio BOPO mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kondisi
bermasalah dan pengaruhnya negatif artinya semakin rendah rasio BOPO,
kemungkinan bank dalam kondisi bermasalah semakin besar.
SARAN
Penelitian ini dapat digunakan untuk kontribusi penelitian dimasa
yang akan datang khususnya yang menyangkut industri
perbankan dan dapat juga membedakan antara bank
konvensional dan bank syariah kemungkinan status bank dapat
berpengaruh pada hasil penelitian.
SEKIAN
TERIMA KASIH
SANIGAR,
SKom.