INTERAKSI ANTARA HUKUM DAN GEJALA SOSIAL (1)

INTERAKSI ANTARA HUKUM DAN GEJALA SOSIAL DALAM MASYARAKAT
( Pengaruh Gejala Sosial Terhadap Perkembangan Hukum )

Rifki Lukman Hakim
Riefkyloeqman@gmail.com

Abstrak
Masyarakat merupakan objek hukum yang nyata dalam negara hukum. Segala
perilaku dan tindakan yang diperbuat bisa jadi adalah akibat dari penerapan hukum dalam
masyarakat. Interaksi hukum dan masyarakat merupakan sebuah hasil dari suatu undang –
undang yang disahkan. Dalam masyarakat tidak akan lepas dari gejala sosial yang akan
menimpa mereka. Perubahan – perubahan sosial yang ada merupakan gejala yang hadir
dari proses berjalanya hukum. Interaksi hukum dan masyarakat merupakan upaya timbal
balik antara hukum dan masyarakat baik perorangan maupun kelompok. Dalam sosiologi
hukum dapat disebutkan bahwa segala tingkah laku yang timbul akibat adanya hukum yang
diberlakukan merupakan hasil dari atau akibat penerapan hukum dalam masyarakat. Gejala
sosial bisa timbul akibat penyimpangan nilai norma yang berlaku dalam masyarakat. Tidak
terlepas dari hal yang lain gejala sosial biasanya dipengaruhi dari berbagai hal misalnya :
lingkungan keluarga, lingkungan sekitar, ekonomi, pendidikan, agama, politik dan
kebiasaan. Masyarakat sepatutnya paham betul akan gejala sosial yang mereka terima
akibat penerapan hukum.masyarakat dan hukum adalah satu kesatuan yang tidak dapat

dipisahkan, interaksi antara keduanya adalah hal yang wajib karena dengan demikian
makan hukum dan masyarakat akan selaras. Bisa dikatakan bahwa hukum dalam masyarakat
membawa dampak yang positif karena dasar dari tujuan hukum adalah terciptanya
kedamaian dan keamanan sosial.

Kata Kunci : hukum, masyarakat, interaksi sosial, sosiologi hukum, hukum dan
masyarakat.

A. Latar belakang
Interaksi sosial merupakan hubungan timbal balik antara individu dengan individu,
kelompok dengan kelompok dan kelompok dengan individu. Proses diatas didasari akan
kebutuhan yang sama dan kebutuhan tersebut hanya dpat diperoleh dari adanya interakasi
sosial. Dalam makalah ini akan dibahan antara interaksi sosial dan hukum, yang akan
menghasilkan gejala sosial yang dihasilkan dari hukum yang diberlakukan dalam
masyarakat.

Gejala sosial dalam masyarakat sering kali kita temui seiring dengan perkembangan
zaman perubahan – perubahan dalam masyarakat semakin meningkat. Gejala sosial dalam
masyarakat yang sering kita lihat adalah masalah ekonomi, politik dan hukum. Gejala
sosial merupakan hasil yang nyata dari interaksi sosial yang berlangsung, baik anatara

hukum dan masyarakat maupun yang lainya.
Dalam sosiologi akan menelaah gejala – gejala yang wajar dalam masyarakat seperti
norma – norma, kelompok sosial, lapisan masyarakat, lembaga sosial, proses sosial,
perubahan sosial dan kebudayaan. Tidak semua gejala sosial tersebut tidak berlangsung
secara normal seperti yang masyarakat inginkan. Hal ini disebabkan karena kekecewaan
dan penderitaan. Gejala yang tidak normal tersebut dapat dikatan masalah sosial, masalah
sosial tersebut erat hubunganya dengan nilai sosial yang mencakup pula nilai moral,
karena untuk dapat mengklasifikasikanya suatu persoalan sebagai masalah sosial harus
digunakan penilaian untuk pengukuranya. Perubahan aturan hukum akan mengakibatkan
perubahan sosial dalam masyarakat. Perubahan sosial akibat perubahan hukum tidak selalu
berlangsung dalam keadaan yang bersama – sama, artinya pada keadaan tertentu
perkembangan hukum mungkin tertingal oleh perubahan sosial dalam masyarakat. 1 Inilah
hubungan antara hukum dan gejala sosial yang merupaka satu kesatuan yang sulit untuk
dipisahkan.
B. Metode Penulisan
1. Penulisan
Penulisan bertujuan untuk memahami lebih jauh tentang interakasi hukum dan
gejala sosial dalam masyarakat. Tentang hubungan hukum dan masyarakat yang
saling bersinergi untuk terciptanya hukum yang


baik untuk semua. Masyarakat

merupakan objek hukum yang nyata yang setiap saat selalu menerima aturan hukum.
Dalam penulisan makalah ini penulis ingin memaparkan tentang hukum dan hasil dari
penerapan hukum tersebut apakah sesuai atau bahkan menyalahi aturan yang berlaku
dalam masyarakat
2. Sumber data
Penulisan makalah ini disusun dengan mempelajari sumber – sumber tertulis
dari buku, jurnal, media cetak maupun media non cetak ( internet).Sebagai buku
primer penulisan ini mengunakan buku karya soerjono soekanto : SOSIOLOGI suatu

1

Zulfatun Ni’mah, Sosiologi Hukum Sebuah Pengantar. Yogyakarta. Teras. 2012. Hlm 98

pengantar.2 Dan sebagai penguat penulis mengunakan berbagai buku bantu untuk
menguatkan penulisan, dan juga berbagia jurnal yang bertemakan sosiologi dan
penulis juga mengunakan sumber dari internet untuk membandingkan masalah yang
sedang dikerjakan.
3. Analisis data

Analisis merupakan aktifitas pengorganisasian data yang sudah terkumpul,
kegiatan analisis data dapat berupa mengatur, mengurutkan, dan mengelompokan.
Teknik analisis yang digunakan penulis yaitu dengan mengkaji secara diskriptif yaitu
pengolahan data dengan menguraikan secara teratur dari masalah yang sedang
dibahas. Pengelolahan ini mengarahkan dengan penjabaran secara gamblang tentang
interaksi hukum dan gejala sosial.
C. Pembahasan
Interaksi dan Interaksi Sosial
Pengertian Interaksi
Dalam kehidupan bersama, antar individu satu dengan individu lainnya terjadi
hubungan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya. Melalui hubungan itu individu
ingin menyampaikan maksud, tujuan, dan keinginannya masing-masing. Untuk mencapai
keinginan tersebut biasanya diwujudkan dengan tindakan melalui hubungan timbal balik,
hubungan inilah yang disebut dengan interaksi. Menurut Gillin & Gillin (1954:489)
interaksi sosial merupakan hubungan sosial yang dinamis, menyangkut hubungan antara
individu, antara kelompok maupun antara individu dengan kelompok.
Interaksi

terjadi


apabila

seorang

individu

melakukan

tindakan,

sehingga

menimbulkan reaksi dari individu-individu yang lain, karena itu interaksi terjadi dalam
suatu kehidupan sosial. Interaksi pada dasarnya merupakan siklus perkembangan dari
struktur sosial yang merupakan aspek dinamis dalam kehidupan sosial. Perkembangan
inilah yang merupakan dinamika yang tumbuh dari pola-pola perilaku individu yang
berbeda menurut situasi dan kepentingannya masing-masing, yang diwujudkannya dalam
proses hubungan sosial. Hubungan-hubungan sosial itu pada awalnya merupakan proses
penyesuaian nilai-nilai sosial dalam kehidupan sosial.
Kemudian meningkat menjadi semacam pergaulan yang tidak hanya sekedar

pertemuan secara fisik, melainkan merupakan pergaulan yang ditandai adanya saling
mengerti tentang maksud dan tujuan masing-masing pihak yang terjadi dalam hubungan
2

Buku SOSIOLOGI suatu pengantar karya soerjono soekanto, edisi keempat tahun 1990, penerbit PT Raja
Grafindo Persada tahun 1999. Merupakan salah satu karya dari prof. Dr. Soerjono Soekanto S.H, M.A

sosial tersebut. Sudah menjadi hukum alam dalam kehidupan individu bahwa keberadaan
dirinya adalah sebagai makhluk individu sekaligus sosial. Kebutuhan dasar individu untuk
melangsungkan kehidupannya membutuhkan makanan, minuman untuk menjaga
kesetabilan suhu tubuhnya dan keseimbangan organ tubuh yang lain, (kebutuhan biologi),
individu membutuhkan juga perasaan tenang dari ketakutan, keterpencilan, kegelisahan,
dan berbagai kebutuhan kejiwaan lainnya. Kebutuhan individu yang mendasar juga di
perlukan ialah kebutuhan untuk berhubungan dengan individu lain, kebutuhan untuk
melanjutkan keturunan, kebutuhan untuk membuat pertahanan diri agar terhindar dari
musuh, kebutuhan untuk belajar kebudayaan dari lingkungan agar dapat diterima atau
diakui eksistensinya oleh warga masyarakat setempat.
Di dalam kehidupan bermasyarakat, setiap individu terikat dalam struktur-struktur
sosial yang ada dalam masyarakatnya. Masing-masing struktur sosial mengatur kedudukan
masing-masing individu dalam kaitannya dengan kedudukan-kedudukan dari individu

yang lain yang secara keseluruhannya memperhatikan corak corak tertentu yang berada
dari struktur sosial yang lain. Adanya kedudukan-kedudukan yang diatur oleh struktur
sosial tersebut menuntut dan menghasilkan adanya peranan-peranan yang sesuai dengan
kedudukan-kedudukan yang dimiliki masing-masing individu.
Kebutuhan individu akan individu lain mendorong dirinya untuk belajar pola-pola,
rencana-rencana, dan strategi untuk bergaul dengan individu yang lain. Individu pun mulai
belajar memainkan peranan sesuai dengan status yang diakui oleh lingkungan sosialnya.
Status dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu status yang diperoleh dengan sendirinya
(ascribed status) dan status yang diperoleh dengan kerja keras atau diusahakan (achieved
status). Ascribed status atau status otomatis adalah status yang diterima individu secara

otomatis sejak individu itu dilahirkan, hal ini biasanya terjadi karena kedudukan orang
tuanya sebagai orang yang terpandang atau bangsawan. Achieved status atau status
disengaja merupakan status yang dicapai individu melalui usaha-usaha yang disengaja, hal
ini tampak dalam usaha pencapaian cita-cita atau profesi sebagai guru, dokter dan banyak
lainnya. Interaksi sosial mempunyai korelasi atau hubungan dengan status yaitu bahwa
status memberi bentuk atau pola interaksi. Status dikonsepsikan sebagai posisi individu
atau kelompok individu sehubungan dengan kelompok atau individu lainnya, status
merekomendasikan perbedaan martabat, yang merupakan pengakuan interpersonal yang
selalu meliputi paling sedikit satu individu, yaitu siapa yang menuntut dan individu

lainnya yaitu siapa yang menghormati tuntutan itu.
Faktor-faktor yang Berpengaruh dalam Interaksi Sosial

Dalam interaksi sosial terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi interaksi tersebut,
yaitu faktor yang menentukan berhasil atau tidaknya interaksi tersebut Faktor-faktor yang
mempengaruhi interaksi sosial sebagai berikut:
a. Situasi sosial
b. Kekuasaan norma kelompok
c. Tujuan pribadi masing-masing individu
d. Interaksi sesuai dengan kedudukan dan kondisi setiap individu
e. Penafsiran situasi
Dari faktor-faktor di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Situasi sosial, memberi bentuk tingkah laku terhadap individu yang berada dalam
situasi tersebut. Misalnya, apabila berinteraksi dengan individu lainnya yang
sedang dalam keadaan berduka, pola interaksi yang dilakukan apabila dalam
keadaan yang riang atau gembira, dalam hal ini tampak pada tingkah laku individu
yang harus dapat menyesuaikan diri terhadap situasi yang dihadapi.
b. Kekuasaan norma-norma kelompok, sangat berpengaruh terhadap terjadinya
interaksi sosial antar individu. Misalnya, individu yang menaati norma-norma yang
ada dalam setiap berinteraksi individu tersebut tak akan pernah berbuat suatu

kekacauan, berbeda dengan individu yang tidak menaati norma-norma yang
berlaku, individu itu pasti akan menimbulkan kekacauan dalam kehidupan
sosialnya, dan kekuasaan norma itu berlaku untuk semua individu dalam
kehidupan sosialnya.
c. Ada tujuan kepribadian yang dimiliki masing-masing individu sehingga
berpengaruh terhadap pelakunya. Misalnya, dalam setiap interaksi individu pasti
memiliki tujuan. Hal ini dapat dilihat ketika seorang warga komplek perumahan
kencana berinteraksi dengan seorang pedagang, ia memiliki tujuan untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya.
d. Setiap individu berinteraksi sesuai dengan kedudukan dan kondisinya yang bersifat
sementara. Pada dasarnya status atau kedudukan yang dimiliki oleh setiap individu
adalah bersifat sementara, misalnya seorang warga yang biasa berinteraksi dengan
ketua RT, maka dalam hubungan itu terlihat adanya jarak antara seorang yang
tidak memiliki kedudukan yang menghormati orang yang memiliki kedudukan
dalam kelompok sosialnya.
e. Ada penafsiran situasi, dimana setiap situasi mengandung arti bagi setiap individu
sehingga mempengaruhi individu untuk melihat dan menafsirkan situasi tersebut.

Misalnya, apabila ada teman yang terlihat murung atau suntuk, individu lain harus
bisa membaca situasi yang sedang dihadapainya, dan tidak seharusnya individu

lain tersebut terlihat bahagia dan cerita dihadapannya. Bagaimanapun individu
harus bisa menyesuaikan diri dengan keadaan dengan keadaan yang sedang
dihadapi dan berusaha untuk membantu menfsirkan situasi yang tak diharapkan
menjadi situasi yang diharapkan.
Syarat terjadinya interaksi
Suatu interaksi sosial tidak akan terjadi akan mungkin terjadi apabila tidak memenuhi
dua syarat, yaitu : 3
1. Adanya kontak sosial ( social contacct)
2. Adanya komunikasi
Orang yang mengadakan hubungan dengan pihak lainya dengan cara berbicara, hal itu
berarti bahwa masing – masing bersiap untuk mengadakan interaksi sosial, dimana
satu pihak memberikan instruksi – instruksi tersebut. Kontak sosial dapat berlangsung
dalam tiga bentuk, yaitu :
a. Antara orang dengan orang, misalnya apabila anak kecil mempelajari
kebiasaan dalam keluarga. Proses demikian terjadi memalui sosialisasi
(socialization). Yaitu suatu proses dimana anggota masyarakat yang baru
mempelajari norma – norma dan nilai masyarakat dimana dia menjadi anggota
b. Antara orang dengan kelompok, misalnya apabila seseorang merasakan bahwa
tindakanya berlawanan dengan norma – norma masyarakat atau apabila suatu
partai politik memaksa anggotanya untuk menyesuaikan diri dengan ideologi

dan progamnya.
c. Antara kelompok manusia dengan kelompok manusia lainya, misalnya dua
partai politik mengadakan kerja sama untuk mengalahkan partai politik lainya.
Komunikasi adalah bahwa seseorang memberikan informasi kepada orang
lain, kemudian orang yang bersangkutan kemudian memberikan reaksi terhadap
informasi yang disampaikan orang lain tersebut. Dalam komunikasiakan terjadi
penafsiran yang terjadi misalnya orang berkomunikasi dengan senyum hal ini dapat
diartikan sebagai keramahan.4 Bentuk – bentuk interaksi sosial dapat berupa kerja
sama, persaingan, bahkan dapat berupa pertikaian dan akomodasi. Suatu pertikaian
mungkin mendapatkan suatu penyelesaian mungkin penyelesaian tersebut hanya akan
3
4

Soerjono Soekanto. Sosiologi : suatu pengantar . PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. 1999. Hlm 71
Soerjono Soekanto. Sosiologi : suatu pengantar. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. 1999. Hlm 74

dapat diterima dalam jangka waktu yang singkat. Keempat bentuk interaksi diatas
tidak berlangsung secara berkelanjutan.
Hukum dan Gejala sosial
Pengertian hukum
hukum adalah aturan yang tebentuk melalui kebiasaan dan perasaan kerakyatan,
yaitu melalui pengoperasian kekuasaan secara diam-diam. Hukum berakar pada sejarah
manusia, dimana akarnya dihidupkan oleh kesadaran, keyakinan dan kebiasaan warga
masyarakat. Masyarakat tradisionala mengenal hukum adalah norma atau moral sebagai
wadah untuk menciptakan ketertiban dan mengarahakan tingkah laku individu bahkan
kelompok masyarakat. Namun dalam masyarakat modern yang sudah maju hukum adat
sudah tidak relevan lagi. Hal ini dikarenakan pudarnya nilai moral dalam masyarakat,
untuk mengatur segalanya maka diperlukan aturan lain yang tidak didasarkan hanya pada
kepentingan perorangan saja, tetapi juga mengekang kebebasan baik individu ataupun
kelompok dalam bentuk paksaan, sanksi atau ancaman. Aturan itulah yang disebut sebagai
Hukum.5
Gejala sosial
Gejala sosial merupakan masalah sosial yang mempengaruhi dan disebabkan oleh
tingkah laku manusia itu sendiri. Masalah sosial menyangkut nilai – nilai sosial dan moral.
Masalah tersebut merupakan persoalan, karena menyangkut tata kelakuan immoral,
berlawanan dengan hukum dan bersifat marusak.6 Oleh sebab itu masalah sosial tidak akan
mungkin ditelaah tanpa mempertimbangkan ukuran – ukuran masyarakat mengenai apa
yang diangap baik dan apa yang diangap buruk. Masalah sosial adalah suatu
ketidaksesuaian antara unsur – unsur kebudayaan atau masyarakat yang membahayakan
kehidupan kelompok sosial.
Gejala sosial atau masalah sosial timbul dari kekurangan – kekurangan dalam diri
manusia atau kelompok sosial yang bersumber pada faktor ekonomi, biologis,
biopsikologis, dan kebudayaan. Setiap masyarakat memiliki norma atau aturan yang
bersangkut paut dengan kesejahteraan penyimpangan atas hal diatas merupakan keadaan
tidak normal yang dinamakan masalah sosial. Masalah sosial dapat dikatergorikan
kedalam empat macam diantaranya dari faktor ekonomi antara lain penganguran,
kemiskinan dll. Dari faktor biologis adalah penyakit, dari faktor psikologis timbul

5
6

Satjipto Raharjo. Ilmu Hukum. Bandung. PT Citra Aditya Bakti. 1991. Hlm 27-28
Soerjono Soekanto. Sosiologi : suatu pengantar. Jakarta. PT. Raja Grafindo Persada, 1999. Hlm 397

persoalan seperti penyakit syaraf, bunuh diri, dll. Dari faktor kebudayaan misalnya
kenakalan remaja dll.
Beberapa masalah sosial penting, ada beberapa masalah sosial yang dinilai penting
dan acapkali menjadi perhatian penting dalam masyarakat diantaranya :
1. Kemiskinan
Kemiskinan merupakan kondisi dimana seseorang tidak sangup lagi memelihara
dirinya sendiri. Masalah kemiskina ini merupakan masalah klasik yang dialami negara
berkembang seoerti indonesia. Faktor utama terjadinya kemiskinan adalah pendidikan
yang sulit dijangkau kaum menegah kebawah, kurangnya lapangan pekerjaan
sehinggan mengakibatkan efek berantai seperti pengangguran dan kejahatan.
Kemiskinan kadang membuat seseorang gelap mata dan melakukan tidak kriminal
untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Pandangan antara si kaya dan si miskin
membuat jarak antara keduanya seakan harta adalah segalanya. Bicara soal harta
maka kita akan mengenal bahwa motif ekonomi menjadi alasan seseorang membuat
kelas – kelas sosial. Harta menjadi tolak ukur seseorang akibatnya persoalan
kemiskinan akan terus berlanjut dan tidak akan pernah terselesaikan.
2. Kejahatan
Kejahatan merupakan salah satu efek domino yang timbul akibat kemiskinan. Selain
kemiskinan kurangnya pendidikan dan kurangnya lapangan pekerjaan menjadikan
alasan orang – orang melakukan tindak kriminal. Lunturnya kesadaran akan nilai
moral jugan menjadi sebab kurang patuhnya orang akan hukum. Kejahatan meliputi
perampokan. Penculikan, pembunuhan, pemerkosaan dan lainya.
Faktor yang mempengaruhi perubahan sosial atau gejala sosial
Gejala sosial terjadi disebabkan oleh beberapa faktor, meliputi faktor internal dan
faktor eksternal yang termasuk dalam faktor internal antara lain : 7
1. Penemuan – penemuan baru
Penemuan baru khususnya dalam bidang teknologi merupakan faktor
terjadinya perubahan sosial dan memicu perubahan hukum yang cukup signifikan.
Seperti munculnya UU tentang ITE. Ketikan internet sudah sangat akrab dengan
masyarakat akan terjadi kejahatan internet kemudian disebut cybercrime.
2. Perubahan jumlah penduduk

7

Zulfatun Ni’mah, Sosiologi Hukum Sebuah Pengantar. Yogyakarta. Teras. 2012. Hlm 85

Semakin tingginya pertumbuhan penduduk juga mempengaruhi peruhana
sosial yang berlangsung dimasyarakat.
3. Pertentangan ( konflik) dalam masyarakat
Konflik dalam masyarakat sangan besar pengaruhnya dalam perubahan
sosial. Konflik juga akan menyebabkan terpisahnya kelompok masyarkat seperti
kita ketahui peristiwa di poso dan sebagainya. Banyak masyarakat yang akan
menjadi korban dalam peristiwa ini.
Perubahan sosial juga dapat terjadi karena faktor di luar masyarakat itu, dan inilah
yang disebut dengan faktor eksternal, diantaranya yaitu :
1. Bencana Alam
Tsunami yang melanda Nangroe Aceh Darussalam pada akhir tahun 2004
merupakan contoh bencana alam menjadi penyebab terjadinya perubahan sosial.
Rusaknya infrastruktur fisik dan kematian ratusan ribu manusia di aceh mau tidak
mau menjadikan banyak aspek sosial yang berubah, mulai dari tatanan sosial,
kebiasaan kolektif, dan kelembagaan sosial.
2. Peperangan
Peperangan yang dilakukan antar negara dapat menjadi pemicu perubahan sosial.
3. Pengaruh kebudayaan masyarakat lain
Hubungan yang dilakukan antara dua masyarakat cenderung menimbulkan timbal
balik, artinya satu sam lainya saling menerima dan memberi pengaruh. Pengaruh
itu dalam tahap selanjutnya dapat mengakibatkan terjadinya perubahan sosial.
Pemecahan masalah sosial ( Gejala sosial)
Berbagai usaha telah dilakukan manusia untuk mengatasi masalah sosial, berbagai
analisis dan metode telah diterapkan. Akan tetapi tanpa hasil yang memuaskan. Hal ini
disebabkan ilmu sosial pada umumnya belum sanggup untuk menetapkan secara mutlak
dan pasti. Lagi pula pengaruh pemecahan masalah sosial tidak dirasakan dengan segera,
tetapi dalam jangka waktu yang lama. Di dalam mengatasi masalah sosial tidaklah perlu
semata – mata melihat aspek sosiologis semata, tetapi juga aspek – aspek lainya. Sehingga
diperlukan kerja sama antara ilmu pengetahuan kemasyarakatan pada khususnya untuk
memecahkan masalah sosial
Interaksi Hukum dan Gejala Sosial
Interaksi merupakan hubungan timbal balik antar individu dengan individu, kelompok
dengan kelompok, atau kelompok dengan individu. Namun dalam artian yang satu ini
adalah interaksi antara hukum dan gejala sosial yaitu hubungan hukum dengan gejala

sosial yang sedang berlangsung atau masalah hukum yang timbul akibat diberlakukanya
sebuah aturan hukum.
Perubahan aturan hukum akan mengakibatkan perubahan sosial dalam masyarakat.
Perubahan sosial akibat perubahan hukum tidak selalu berlangsung dalam keadaan yang
bersama – sama, artinya pada keadaan tertentu perkembangan hukum mungkin tertingal
oleh perubahan sosial dalam masyarakat.8
Tertingalnya kaidah hukum akan mengakibatkan suatu ketimpangan, yaitu suatu
keadaan dimana kaidah – kaidah lama telah memudar, sedangkan kaidah baru pengantinya
belum dibuat. Keadaan tersebut selanjutnya dapat menyebabkan terjadinya anomie, yaitu
suatu keadaan yang kacau, oleh karena tidak adanya pegangan bagi warga masyarakat
untuk mengukur kegiatannya.9
Faktor tertingalnya kaidah hukum sudah menimbulkan berbagai persoalan pelik
dalam sosial kemasyarakatan, perubahan dalam masyarakat biasanya didahului dengan
perlunya aturan baru dalam hukum atau aturan yang sudah berlaku tidak relevan lagi.
Akan tetapi perubahan hukum yang bersangkutan tidak sesuai dengan kehendak atau
keinginan masyarakat atau kelompok masyarakat yang mempelopori perubahan hukum
tersebut.
Hubungan gejala sosial dan hukum merupakan salah satu kajian penting dari disiplin
sosiologi hukum. Hubungan atau interaksi tersebut merupakan hubungan interaksi atau
timbal balik, dalam arti terdapat pengaruh perubahan sosial terhadap perubahan hukum
dan disisi lain juga akan mempengaruhi perubahan sosial.10 Dengan demikian perubahan
hukum dan gejala sosial ibara sisi mata uang yang sulit untuk dipisahkan, keduanya
berinteraksi satu sama lainya serta menimbulkan dampak tertentu. Untuk menganalisa
dampak yang ditimbulkan setidaknya ada dua paradigma yaitu :
1. Hukum sebagai pelayan kebutuhan masyarakat, agar hukum tidak tertinggal oleh laju
perubahan masyarakat11
Ciri – ciri dari paradigma ini adalah :
a. Perubahan hukum atau perubahan sosial cenderung diikuti oleh sistem lain
karena dalam kondisi saling ketergantungan
b. Hukum selalu menyesuaikan diri pada perubahan sosial
Zulfatun Ni’mah, Sosiologi Hukum Sebuah Pengantar. Yogyakarta. Teras. 2012. Hlm 98
Soerjono Soekanto. Pokok – pokok Sosiologi Hukum. Jakarta. PT Rajagrafindo persada. 2007. Hlm 116
10
Munir Fuadi. Sosiologi Hukum Kontemporer,interaksi hukum, kekuasaan dan masyarakat. Bandung, Citra
Aditya.2007. hlm 61
11
Saifulloh, Refleksi Sosiologi Hukum. Bandung, Refika Aditama, 2007. Hlm 33

8

9

c. Hukum berfungsi sebagai alat mengapdi pada perubahan sosial
Paradigma ini disebut juga paradigma hukum penyesuaian kebutuhan. Makna yang
terkandung dalam hal ini adalah bahwa hukum akan bergerak cepat untuk
menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi.
2. Hukum dapat menciptakan perubahan dalam masyarakat atau setidaknya dapat
memacu perubahan – perubahan. Ciri – ciri dari paradigma ini adalah :
a. Hukum merupakan alat merekayasa masyarakat
b. Hukum merupakan alat merubah masyarakat secara langsung
c. Hukum berorientasi masa depan
Inti dari paradigma ini adalah hukum diciptakan untuk mengantisipasi atau
menghadapi persoalan hukum yang dimungkinkan akan muncul. Persoalan hukum
diprediksi akan datang dihadapi dengan merencanakan atau mempersiapkan secara
matang.
D. Kesimpulan
Interaksi adalah hubungan timbal balik antar individu satu dengan individu lainnya
dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya. Sedangkan interaksi sosial merupakan
hubungan sosial yang dinamis, menyangkut hubungan antara individu, antara
kelompok maupun antara individu dengan kelompok. Hukum adalah aturan yang
tebentuk melalui kebiasaan dan perasaan kerakyatan, yaitu melalui pengoperasian
kekuasaan secara diam-diam. Sedangkn gejala sosial merupakan masalah sosial yang
mempengaruhi dan disebabkan oleh tingkah laku manusia itu sendiri.
Gejala sosial atau masalah sosial timbul dari kekurangan – kekurangan dalam
diri manusia atau kelompok sosial yang bersumber pada faktor ekonomi, biologis,
biopsikologis, dan kebudayaan. Setiap masyarakat memiliki norma atau aturan yang
bersangkut paut dengan kesejahteraan penyimpangan atas hal diatas merupakan
keadaan tidak normal yang dinamakan masalah sosial. Di dalam mengatasi masalah
sosial tidaklah perlu semata – mata melihat aspek sosiologis semata, tetapi juga aspek
– aspek lainya. Sehingga diperlukan kerja sama antara ilmu pengetahuan
kemasyarakatan pada khususnya untuk memecahkan masalah sosial.
Hubungan gejala sosial dan hukum merupakan salah satu kajian penting dari
disiplin sosiologi hukum. Hubungan atau interaksi tersebut merupakan hubungan
interaksi atau timbal balik, dalam arti terdapat pengaruh perubahan sosial terhadap
perubahan hukum dan disisi lain juga akan mempengaruhi perubahan sosial

Daftar Pustaka
Ali, Zainudin. Sosiologi Hukum. Jakarta : Sinar Grafika. 2008
Faizal, Liky, Sosiologi Hukum dalam Paradigma Sosial. Jurnal TAPIs Vol. 5 No. 10 JuliDesember 2009

Fuadi, Munir Sosiologi Hukum Kontemporer,interaksi hukum, kekuasaan dan masyarakat.
Bandung, Citra Aditya.2007.
Mertokusumo, Sudikno. Mengenal Hukum. Yogyakarta : Liberty. 2003
Ni’mah,Zulfatun Sosiologi Hukum Sebuah Pengantar. Yogyakarta. Teras. 2012.
Raharjo, Satjipto. Pemanfaatan Ilmu – ilmu Sosial bagi Pengembangan Ilmu Hukum.
Bandung: penerbit Alumni, 1997
Raharjo,Satjipto. Ilmu Hukum. Bandung : PT Citra Aditya Bakti. 1991.
Saifulloh, Refleksi Sosiologi Hukum. Bandung : Refika Aditama, 2007.
Soekanto,Soerjono

Pokok – pokok Sosiologi Hukum. Jakarta: PT Rajagrafindo persada.

2007.
Soekanto,Soerjono. Sosiologi : suatu pengantar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1999.
Sutandyo, Hukum dalam Masyarakat. Malang: Bayumedia Publishing.2008