HAP VII Recent site activity teeffendi
Proses Hukum Acara
Pidana
Penuntutan
Penuntutan
Penuntutan adalah tindakan penuntut
umum untuk melimpahkan perkara
pidana ke PN yang berwenang dalam hal
menurut cara yang diatur dalam UU ini
dengan permintaan supaya diperiksa dan
diputus oleh hakim di sidang pengadilan
(Pasal 1 butir 7)
Kewenangan Penuntutan
Penuntutan merupakan Dominus Litis, atau
kewenangan mutlak dari penuntut umum,
yang artinya, bahwa hanya penuntut umum
yang berwenang untuk melakukan penuntutan
dalam perkara pidana.
(Lihat Pasal 1 butir 7 jo Pasal 13 KUHAP)
Ruang Lingkup Penuntutan
1.
2.
3.
Mempelajari dan meneliti berkas perkara
yang diajukan oleh penyidik, apakah telah
cukup bukti bahwa terdakwa telah
melakukan tindak pidana (Pasal 139
KUHAP);
Menyusun surat dakwaan (Pasal 140
KUHAP);
Melimpahkan ke Pengadilan (Pasal 137
KUHAP)
1. Mempelajari berkas
Setelah penuntut umum menerima atau
menerima kembali hasil penyidikan yang
lengkap dari penyidik, ia segera menentukan
apakah berkas perkara itu sudah memenuhi
persyaratan untuk dapat atau tidak
dilimpahkan ke pengadilan.
(Pasal 139 KUHAP)
Penghentian Penuntutan
Seperti halnya penyidikan, dalam proses
penuntutan, suatu perkara dapat dihentikan
penuntutannya dengan tiga alasan:
1. Tidak cukup bukti;
2. Bukan merupakan tindak pidana;
3. Ditutup demi kepentingan hukum
(Pasal 140 ayat (2) huruf a KUHAP)
2. Surat Dakwaan
Surat dakwaan adalah suatu akta yang
memuat rumusan tindak pidana yang
didakwakan kepada terdakwa yang
disimpulkan dan ditarik dari hasil
pemeriksaan penyidikan dan merupakan
dasar bagi hakim dalam pemeriksaan di
persidangan
(Lihat M. Yahya Harahap; 1993:414-415)
Syarat Surat Dakwaan
1. Syarat formil dakwaan (Pasal 143 ayat
(2) huruf a KUHAP), jika syarat formil
tidak terpenuhi, maka dakwaan dapat
dimintakan untuk dibatalkan;
2. Syarat materiil dakwaan (Pasal 143 ayat
(2) huruf b KUHAP), jika syarat materiil
tidak terpenuhi, maka dakwaan batal
demi hukum
Syarat Formil Dakwaan
1. Berisi identitas terdakwa yang
dilengkapi dengan tanggal dibuatnya
surat dakwaan dan dilengkapi dengan
tanda tangan penuntut umum;
2. Identitas terdakwa berisi nama lengkap,
tempat lahir, umur atau tanggal lahir,
jenis kelamin,kebangsaan, tempat
tinggal, agama dan pekerjaan
tersangka;
(Pasal 143 ayat (2) huruf a KUHAP)
Syarat Materiil Dakwaan
1. Berisi uraian secara cermat, jelas dan
lengkap mengenai tindak pidana yang
didakwakan ;
2. Uraian tersebut disertai dengan waktu
dan tempat terjadinya tindak pidana
(locus dan tempus delictie);
(Pasal 143 ayat (2) huruf b KUHAP)
Sempurnanya Dakwaan
1. Syarat formil dakwaan harus lengkap
sesuai dengan Pasal 143 ayat (2) huruf a
KUHAP ;
2. Termasuk di dalam kategori tidak
memenuhi syarat materiil dakwaan
adalah:
a. Dakwaan kabur (Obscuur Libelen),
unsur dakwan tidak diuraikan dengan
benar;
b. Pertentangan dalam unsur dakwaan
Cara Penyusunan Dakwaan
Surat Dakwaan dapat disusun dalam dua
cara:
1. Digabung (Voeging), yaitu penggabungan
berkas perkara dalam satu dakwaan
yang dilakukan dalam satu persidangan;
2. Dipisah (Splitsing), yaitu pemisahan
berkas perkara dalam beberapa surat
dakwaan dan dilaksanakan dalam
persidangan yang berbeda
Penggabungan Dakwaan
Penggabungan perkara dapat dilakukan jika dalam waktu
yang sama atau hampir bersamaan penuntut umum
menerima perkara:
1. Beberapa tindak pidana yang dilakukan oleh orang yang
sama;
2. Beberapa tindak pidana yang bersangkut paut satu
dengan yang lain;
3. Beberapa tindak pidana yang tidak bersangkut paut
tapi berhubungan.
(Pasal 141 KUHAP)
Pemisahan Dakwaan
Beberapa tindak pidana dengan beberapa
terdakwa
Syaratnya:
1. Beberapa terdakwa dan/ atau beberapa tindak
pidana;
2. Kurangnya saksi yang menguatkan PU.
Saksi mahkota (kroongetuige)
Bentuk-bentuk Dakwaan
Surat
Dakwaan
Tunggal
Alternatif
Subsidair
Kumulatif
Kombinasi
Concursus Idealis
Concursus Realis
Perbuatan
Berlanjut
Gabungan TP
Umum dan Khusus
Dakwaan Tunggal
Pembuatan surat dakwaan tunggal adalah
yang pembuatan surat dakwaan yang paling
ringan bila dibandingkan dengan surat
dakwaan lainnya. Surat dakwaan ini dibuat
apabila JPU yakin atas perbuatan seorang
terdakwa atau beberapa terdakwa yang
cukup bisa didakwa satu jenis tindak pidana
saja
Dakwaan Alternatif
Surat dakwaan ini dibuat apabila tindak
pidana yang akan didakwakan kepada
terdakwa hanya satu tindak pidana, tetapi
JPU ragu tentang tindak pidana apa yang
paling tepat untuk didakwakan sehingga
surat dakwaan yang dibuat merupakan
alternatif bagi hakim untuk memilihnya
Dakwaan Subsidair
Pembuatan surat dakwaan subsidair dalam praktiknya
sering rancu dengan pembuatan surat dakwaan alternatif.
Dalam surat dakwaan alternatif, JPU ragu tentang jenis
pidana yang akan didakwakan, akan tetapi dalam surat
dakwaan subsidair JPU tidak ragu tentang jenis tindak
pidananya, tetapi yang dipermasalahkan adalah kualifikasi
dari tindak pidana yang didakwakan apakah tindak pidana
tersebut termasuk kualifikasi berat ataukah ringan. Surat
dakwaan subsidair disusun dari yang paling berat sampai
yang paling ringan.
Dakwaan Kumulatif
Dakwaan kumulatif disusun apabila perbuatan tersebut
berkaitan dengan:
1. Concursus idealis (perbuatan yang diancam oleh lebih
dari satu ancaman pidana, Pasal 63 ayat (1)
KUHPidana);
2. Concursus realis (melakukan beberapa tindak pidana,
Pasal 65 KUHPidana);
3. Perbuatan berlanjut, Pasal 64 ayat (1) KUHPidana;
4. Gabungan antara tindak pidana umum dan tindak
pidana khusus
Dakwaan Kombinasi
Dakwaan kombinasi disusun atas kompleksnya
perkara yang dihadapi oleh penuntut umum.
Dakwaan kombinasi dapat disusun sebagai
berikut:
1. Kumulatif-subsidair;
2. Kumulatif-alternatif;
3. Subsidair-Kumulatif
Format Surat Dakwaan
1.
2.
3.
4.
Kepala surat;
Klausula ”UNTUK KEADILAN”;
Judul dan nomor perkara;
Identitas terdakwa, sesuai dengan pasal 143 KUHAP yaitu nama
lengkap, tempat lahir, umur/ tanggal lahir, jenis kelamin,
kebangsaan/ kewarganegaraan, tempat tinggal, agama,
pekerjaan dan ditambah dengan pendidikan terakhir;
5. Masa penahanan ;
6. Uraian dakwaan yang diajukan, berisi locus dan tempus
delictie, uraian singkat kejadian serta pasal yang didakwakan;
7. Tanggal dan tempat dibuat surat dakwaan serta tandatangan
JPU.
Perubahan Dakwaan
Menurut Pasal 144 KUHAP, surat dakwaan
dapat diubah dengan ketentuan:
1. Sebelum ditetapkan hari sidang;
2. Dilakukan 7 hari sebelum sidang;
3. Dilakukan hanya untuk sekali perubahan;
4. Harus dengan sepengetahuan terdakwa/
Penasihat hukumnya.
Daftar Bacaan
1. Hari Sasangka dkk, Penuntutan dan Teknik
Membuat Surat Dakwaan, 1996
2. M. Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan dan
Penerapan KUHAP: Penyidikan dan Penuntutan,
2008
3. _______,
Pembahasan
Permasalahan
dan
Penerapan KUHAP: Pemeriksaan Sidang Pengadilan,
Banding, Kasasi dan Peninjauan Kembali, 2009
4. KUHAP
5. KUHPidana
Pidana
Penuntutan
Penuntutan
Penuntutan adalah tindakan penuntut
umum untuk melimpahkan perkara
pidana ke PN yang berwenang dalam hal
menurut cara yang diatur dalam UU ini
dengan permintaan supaya diperiksa dan
diputus oleh hakim di sidang pengadilan
(Pasal 1 butir 7)
Kewenangan Penuntutan
Penuntutan merupakan Dominus Litis, atau
kewenangan mutlak dari penuntut umum,
yang artinya, bahwa hanya penuntut umum
yang berwenang untuk melakukan penuntutan
dalam perkara pidana.
(Lihat Pasal 1 butir 7 jo Pasal 13 KUHAP)
Ruang Lingkup Penuntutan
1.
2.
3.
Mempelajari dan meneliti berkas perkara
yang diajukan oleh penyidik, apakah telah
cukup bukti bahwa terdakwa telah
melakukan tindak pidana (Pasal 139
KUHAP);
Menyusun surat dakwaan (Pasal 140
KUHAP);
Melimpahkan ke Pengadilan (Pasal 137
KUHAP)
1. Mempelajari berkas
Setelah penuntut umum menerima atau
menerima kembali hasil penyidikan yang
lengkap dari penyidik, ia segera menentukan
apakah berkas perkara itu sudah memenuhi
persyaratan untuk dapat atau tidak
dilimpahkan ke pengadilan.
(Pasal 139 KUHAP)
Penghentian Penuntutan
Seperti halnya penyidikan, dalam proses
penuntutan, suatu perkara dapat dihentikan
penuntutannya dengan tiga alasan:
1. Tidak cukup bukti;
2. Bukan merupakan tindak pidana;
3. Ditutup demi kepentingan hukum
(Pasal 140 ayat (2) huruf a KUHAP)
2. Surat Dakwaan
Surat dakwaan adalah suatu akta yang
memuat rumusan tindak pidana yang
didakwakan kepada terdakwa yang
disimpulkan dan ditarik dari hasil
pemeriksaan penyidikan dan merupakan
dasar bagi hakim dalam pemeriksaan di
persidangan
(Lihat M. Yahya Harahap; 1993:414-415)
Syarat Surat Dakwaan
1. Syarat formil dakwaan (Pasal 143 ayat
(2) huruf a KUHAP), jika syarat formil
tidak terpenuhi, maka dakwaan dapat
dimintakan untuk dibatalkan;
2. Syarat materiil dakwaan (Pasal 143 ayat
(2) huruf b KUHAP), jika syarat materiil
tidak terpenuhi, maka dakwaan batal
demi hukum
Syarat Formil Dakwaan
1. Berisi identitas terdakwa yang
dilengkapi dengan tanggal dibuatnya
surat dakwaan dan dilengkapi dengan
tanda tangan penuntut umum;
2. Identitas terdakwa berisi nama lengkap,
tempat lahir, umur atau tanggal lahir,
jenis kelamin,kebangsaan, tempat
tinggal, agama dan pekerjaan
tersangka;
(Pasal 143 ayat (2) huruf a KUHAP)
Syarat Materiil Dakwaan
1. Berisi uraian secara cermat, jelas dan
lengkap mengenai tindak pidana yang
didakwakan ;
2. Uraian tersebut disertai dengan waktu
dan tempat terjadinya tindak pidana
(locus dan tempus delictie);
(Pasal 143 ayat (2) huruf b KUHAP)
Sempurnanya Dakwaan
1. Syarat formil dakwaan harus lengkap
sesuai dengan Pasal 143 ayat (2) huruf a
KUHAP ;
2. Termasuk di dalam kategori tidak
memenuhi syarat materiil dakwaan
adalah:
a. Dakwaan kabur (Obscuur Libelen),
unsur dakwan tidak diuraikan dengan
benar;
b. Pertentangan dalam unsur dakwaan
Cara Penyusunan Dakwaan
Surat Dakwaan dapat disusun dalam dua
cara:
1. Digabung (Voeging), yaitu penggabungan
berkas perkara dalam satu dakwaan
yang dilakukan dalam satu persidangan;
2. Dipisah (Splitsing), yaitu pemisahan
berkas perkara dalam beberapa surat
dakwaan dan dilaksanakan dalam
persidangan yang berbeda
Penggabungan Dakwaan
Penggabungan perkara dapat dilakukan jika dalam waktu
yang sama atau hampir bersamaan penuntut umum
menerima perkara:
1. Beberapa tindak pidana yang dilakukan oleh orang yang
sama;
2. Beberapa tindak pidana yang bersangkut paut satu
dengan yang lain;
3. Beberapa tindak pidana yang tidak bersangkut paut
tapi berhubungan.
(Pasal 141 KUHAP)
Pemisahan Dakwaan
Beberapa tindak pidana dengan beberapa
terdakwa
Syaratnya:
1. Beberapa terdakwa dan/ atau beberapa tindak
pidana;
2. Kurangnya saksi yang menguatkan PU.
Saksi mahkota (kroongetuige)
Bentuk-bentuk Dakwaan
Surat
Dakwaan
Tunggal
Alternatif
Subsidair
Kumulatif
Kombinasi
Concursus Idealis
Concursus Realis
Perbuatan
Berlanjut
Gabungan TP
Umum dan Khusus
Dakwaan Tunggal
Pembuatan surat dakwaan tunggal adalah
yang pembuatan surat dakwaan yang paling
ringan bila dibandingkan dengan surat
dakwaan lainnya. Surat dakwaan ini dibuat
apabila JPU yakin atas perbuatan seorang
terdakwa atau beberapa terdakwa yang
cukup bisa didakwa satu jenis tindak pidana
saja
Dakwaan Alternatif
Surat dakwaan ini dibuat apabila tindak
pidana yang akan didakwakan kepada
terdakwa hanya satu tindak pidana, tetapi
JPU ragu tentang tindak pidana apa yang
paling tepat untuk didakwakan sehingga
surat dakwaan yang dibuat merupakan
alternatif bagi hakim untuk memilihnya
Dakwaan Subsidair
Pembuatan surat dakwaan subsidair dalam praktiknya
sering rancu dengan pembuatan surat dakwaan alternatif.
Dalam surat dakwaan alternatif, JPU ragu tentang jenis
pidana yang akan didakwakan, akan tetapi dalam surat
dakwaan subsidair JPU tidak ragu tentang jenis tindak
pidananya, tetapi yang dipermasalahkan adalah kualifikasi
dari tindak pidana yang didakwakan apakah tindak pidana
tersebut termasuk kualifikasi berat ataukah ringan. Surat
dakwaan subsidair disusun dari yang paling berat sampai
yang paling ringan.
Dakwaan Kumulatif
Dakwaan kumulatif disusun apabila perbuatan tersebut
berkaitan dengan:
1. Concursus idealis (perbuatan yang diancam oleh lebih
dari satu ancaman pidana, Pasal 63 ayat (1)
KUHPidana);
2. Concursus realis (melakukan beberapa tindak pidana,
Pasal 65 KUHPidana);
3. Perbuatan berlanjut, Pasal 64 ayat (1) KUHPidana;
4. Gabungan antara tindak pidana umum dan tindak
pidana khusus
Dakwaan Kombinasi
Dakwaan kombinasi disusun atas kompleksnya
perkara yang dihadapi oleh penuntut umum.
Dakwaan kombinasi dapat disusun sebagai
berikut:
1. Kumulatif-subsidair;
2. Kumulatif-alternatif;
3. Subsidair-Kumulatif
Format Surat Dakwaan
1.
2.
3.
4.
Kepala surat;
Klausula ”UNTUK KEADILAN”;
Judul dan nomor perkara;
Identitas terdakwa, sesuai dengan pasal 143 KUHAP yaitu nama
lengkap, tempat lahir, umur/ tanggal lahir, jenis kelamin,
kebangsaan/ kewarganegaraan, tempat tinggal, agama,
pekerjaan dan ditambah dengan pendidikan terakhir;
5. Masa penahanan ;
6. Uraian dakwaan yang diajukan, berisi locus dan tempus
delictie, uraian singkat kejadian serta pasal yang didakwakan;
7. Tanggal dan tempat dibuat surat dakwaan serta tandatangan
JPU.
Perubahan Dakwaan
Menurut Pasal 144 KUHAP, surat dakwaan
dapat diubah dengan ketentuan:
1. Sebelum ditetapkan hari sidang;
2. Dilakukan 7 hari sebelum sidang;
3. Dilakukan hanya untuk sekali perubahan;
4. Harus dengan sepengetahuan terdakwa/
Penasihat hukumnya.
Daftar Bacaan
1. Hari Sasangka dkk, Penuntutan dan Teknik
Membuat Surat Dakwaan, 1996
2. M. Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan dan
Penerapan KUHAP: Penyidikan dan Penuntutan,
2008
3. _______,
Pembahasan
Permasalahan
dan
Penerapan KUHAP: Pemeriksaan Sidang Pengadilan,
Banding, Kasasi dan Peninjauan Kembali, 2009
4. KUHAP
5. KUHPidana