KOMPETENSI KEPRIBADIAN guru pai dalam me
KOMPETENSI KEPRIBADIAN
Dibuat Dalam Rangka Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah “Profesi
Kependidikan”
Disusun Oleh
KELOMPOK 2 :
Selvira Juliani
06121003001
Dhyta Lianatami
06121003004
Putri Utari Widyawati
06121003006
Regina
06121003011
Ika Indriana A. M
06121003026
Riska Damayanti
06121003034
Dosen Pengampu :
Dra. Evy Ratna Kartika Waty, M.Pd.
PENDIDIKAN EKONOMI
JURUSAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2014
A. PENDAHULUAN
Dalam setiap studi tentang ilmu pendidikan, persoalan yang berkenaan dengan guru
dan jabatan guru senantiasa disinggung, Bahkan menjadi salah satu pokok bahasan yang
mendapat tempat tersendiri di tengah-tengah ilmu kependidikan yaitu begitu luas dan
kompleks. Dewasa ini perhatian itu bertambah besar sehubungan dengan kemajuan
pendidikan dan kebutuhan guru yang semakin meningkat, baik dalam mutu maupun
jumlahnya. Secara jelas dapat kita lihat, bahwa program pendidikan guru mendapat prioritas
pertama dalam program pembangunan pendidikan di indonesia.
Oleh karena itu, seorang guru dituntut mempunyai dedikasi yang tinggi untuk
menggeluti dunia keguruan. Seorang guru juga dituntut memahami hakikat profesi keguruan
yang tidak lepas dari persoalan individu dan sosial guru. Pelaksanaan tugas sebagai guru
harus didukung oleh suatu perasaan bangga akan tugas yang dipercayakan kepadanya untuk
mempersiapkan generasi masa depan. Untuk itu seorang guru memerlukan suatu kompetensi
dalam melaksanakan tugasnya. Masalah kompetensi guru sendiri merupakan salah satu syarat
yang harus dimiliki oleh setiap guru dalam jenjang pendidikan apa pun.
Kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru antara lain, kompetensi sosial,
kompetensi professional, dan kompetensi kepribadian. Secara teoritis ketiga jenis kompetensi
tersebut dapat dipisah-pisahkan satu sama lain, akan tetapi secara praktis sesungguhnya
ketiga jenis kompetensi tersebut tidak mungkin dapat dipisah-pisahkan. Ketiga kompetensi
tersebut saling menjalin secara terpadu dalam diri seorang guru.
Guru yang terampil mengajar tentu harus memiliki pribadi yang baik dan mampu
melakukan social adjustment dalam masyarakat. Oleh karena itu seorang guru harus memiliki
ketiga kompetensi di dalam dirinya, khususnya kompetensi kepribadian.
B. PEMBAHASAN
1. Pengertian Kompetensi
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, kompetensi berarti (kewenangan) kekuasaan
untuk menentukan atau memutuskan suatu hal. Pengertian dasar kompetensi yakni
kemampuan atau kecakapan. kompetensi merupakan kemampuan dan kewenangan guru
dalam melaksanakan profesi keguruannya.
2. Pengertian Kompetensi Kepribadian
Kompetensi kepribadian adalah kompetensi yang berkaitan dengan prilaku pribadi
guru itu sendiri yang kelak harus memiliki nilai-nilai luhur sehingga terpancar dalam perilaku
sehari-hari. Kompetensi kepribadian merupakan sejumlah kompetensi yang berhubungan
dengan kemampuan pribadi dengan segala karakteristik yang mendukung pelaksanaan tugas
guru. Pribadi guru memiliki andil yang sangat besar terhadap keberhasilan pendidikan,
khususnya dalam kegiatan pembelajaran. Pribadi guru juga sangat berperan dalam
membentuk pribadi peserta didik, termasuk mencontoh pribadi gurunya dalam membentuk
pribadinya. Sangat di butuhkan oleh peserta didik dalam proses pembentukan pribadinya.
Kompetensi kepribadian memiliki peran dan fungsi yang sangat penting dalam
membentuk kepribadian anak, guna menyiapkan dan mengembangkan sumber daya manusia
serta mensejahterakan masyarakat, kemajuan Negara, dan bangsa pada umumnya. Setiap
guru di tuntut untuk memiliki kompetensi kepribadian yang memadai, bahkan kompetensi ini
akan melandasi atau mejadi landasan bagi kompetensi-kompetensi lainnya. Dan yang paling
penting adalah bagaimana dia menjadikan pembelajaran sebagai ajang pembentukan
kompetensi dan perbaikan kualias pribadi peserta didik.
3. Hal-hal yang Terdapat dalam Kompetensi Kepribadian
3. 1 Mengembangkan kepribadian
3. 1. 1 Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
Mengkaji ajaran agama yang dianut
Mengamalkan ajaran-ajaran agama yang dianut
Mennghayati peristiwa yang mencerminkan sikap saling menghargai antar umat
beragam
3. 1. 2 Berperan dalam masyarakat sebagai warga Negara yang berjiwa pancasila.
Mengkaji berbagai ciri manusia pancasila
Mengkaji sifat-sifat kepatriotan bangsa Indonesia
Menghayati perjuangan para pejuang dalam merebut, mempertahankan dan
mengisi kemerdekaan
Membiasakan diri menerapkan nilai-nilai pancasila dalam kehidupan
Mengkaji hubungan manusia dengan lingkungan alamiah dan buatan
Membiasakan diri menghargai dan memelihara mutu lingkungan hidup
3. 1. 3 Mengembangkan sifat-sifat terpuji yang dipersyaratkan bagi jabatan guru.
Mengkaji sifat-sifat terpuji yang harus dimiliki oleh guru
Membiasakan diri menerapkan sifat-sifat sabar, demokratis, menghargai
pendapat orang lain, sopan santun, dan tanggap terhadap pembaharuan.
3. 2 Berinteraksi dan berkomunikasi
3. 2. 1 Berinteraksi dengan sejawat untuk meningkatkan kemampuan profesional.
Mengkaji ajaran struktur organisasi Depdikbud
Mengkaji hubungan kerja professional
Berlatih menerima dan memberikan balikan
Membiasakan diri mengikuti perkembangan profesi
3. 2. 2 Berinteraksi dengan masyarakat untuk penunaian misi pendidikan
Mengkaii berbagai lembaga kemasyarakatan yang berkaitan dengan pendidikan
Berlatih menyelenggarakan kegiatan kemasyarakatan yang menunjang usaha
pendidikan
3. 3 Melaksanakan bimbingan dan penyuluhan
3. 3. 1 Membimbing siswa yang mengalami kesulitan belajar
Mengkaji konsep-konsep dasar bimbingan
Berlatih mengenal kesulitan belajar murid
Berlatih memberikan bimbingan kepada murid yang mengalami kesulitan belajar.
3. 3. 2 Membimbing murid yang berkelaian dan berbakat khusus
Mengkaji ciri-ciri anak berbakat dan berkelaian khusus
Berlatih mengenal anak berkelainan khusus
Berlatih menyelenggarakan kegiatan untuk anak berkelainan dan berbakat khusus
3.4 Melaksanakan administrasi sekolah
3.4.1 Mengenal pengadministrasian kegiatan sekolah
Mengkaji berbagai jenis dan sarana administrasi sekolah
Mengkaji pedoman administrasi pendidikan
3.4.2 Melaksanakan kegiatan adminstrasi sekolah
Berlatih membuat dan mengisi berbagai format administrasi sekolah
Berlatih menyelenggarakan administrasi sekolah
3.5 Melaksanakan Penelitian Sederhana Untuk Keperluan Pengeajaran
3.5.1 Mengkaji konsep dasar penelitian ilmiah
Mengkaji konsep dasar penelitian ilmiah yang sederhana
Memahami laporan penelitian sederhana untuk kepentingan pengajaran
3.5.2 Melaksanakan penelitian sederhana
Menyelenggarakan penelitian sederhana untuk keperluan pengajaran
Membiasakan diri melakukan penelitian utnuk keperluan mengajar
CONTOH KASUS
IMPLEMENTASI KOMPETENSI KEPRIBADIAN GURU DALAM MENYIKAPI ANAK
DISABLE
Jika kita melihat pada statistik nasional untuk SLB (Depdiknas, 2006/7) maka kita
saat ini mempunyai kurang lebih 4.929 SLB swasta dan negri pada jenjang TKLB sampai
SMALB dengan jumlah kelas (fisik) 28.914 ruangan.Jumlah sekolah negri ada 1.390 sekolah.
Jumlah siswa yang terdaftar di SLB untuk semua jenjang pada tahun 2006/7 adalah 72.425
orang, diperkirakan 27% ada di sekolah negeri dan 73% di sekolah swasta. Berapa persen
dari anak penyandang disabilitas yang miskin di sekolah, tidak terdapat angka yang indikatif.
Selain itu, data yang ada mengenai anak-anak dengan disabilitas yang mengikuti program
pendidikan inklusi pada tahun ajaran 2007/8 adalah 13.590 siswa SD (L: 7.906 siswa dan P :
5.684 siswa) dan 1.308 siswa SMP (L: 758 siswa dan P: 551 siswa) atau hanya 10% dari yang
terdaftar di SD (Djatmiko, 2009). Adapun hasil survey dengan ICF di 14 propinsi yang
dilakukan Kemensos menunjukkan bahwa hampir 60% dari penyandang disabilitas tidak
sekolah. Bagi yang bersekolah 75% berpendidikan setingkat SD.
Statistik di atas menceriterakan beberapa hal. Jumlah anak dengan disabilitas yang
berada pada usia sekolah menurut data BPS-PPLS 2008 (penduduk miskin sampai sangat
miskin) adalah 174,519 jiwa. Perkiraan jumlah penyandang disabilitas berdasarkan data
Pusdatin 2006 adalah 295.763. Sedangkan jika jumlah penduduk dengan disabilitas adalah
20% dari jumlah penduduk dengan disabilitas data Susenas 2006, maka jumlahnya tidak
kurang dari 600 ribu jiwa. Dengan demikian, hanya 24% dari data Pusdatin 2006 atau hanya
12% dari jumlah anak dengan disabilitas data Susenas 2006 yang bersekolah. Inipun sebagian
besar diselenggarakan oleh masyarakat sendiri. Negara hanya mengampu sepertiga dari
beban yang ada. Banyak orangtua yang mencoba mendaftarkan anaknya yang dengan
disabilitas ke sekolah formal, tetapi akhirnya pada jenjang yang lebih tinggi mereka
dikeluarkan. Ada apa yang salah?
Untuk memperluas kesempatan dan partisipasi anak dengan disabilitas dalam belajar,
Indonesia menerbitkan dan memberlakukan Surat Edaran No. 380/G.06/MN/2003 yang
mengatur tentang pendidikan inklusi, dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar
dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional tanggal 20 Januari 2003.
Penyelenggaraan pendidikan inklusi merupakan keran partisipasi penyandang
disabilitas dalam bidang pendidikan. Untuk mempercepat pelaksanaan peraturan dan
kebijakan, di beberapa propinsi sudah mengeluarkan peraturan daerah, contohnya DKI
Jakarta. Di DKI sudah diberlakukan Surat Keputusan Gubernur Propinsi DKI jakarta nomor
116 tahun 2007 tentang pelaksanaan pendidikan inklusi di lingkungan propinsi DKI jakarta
dengan meminta secara jelas di setiap kecamatan harus diselenggarakan minimal 1 sekolah
penyelenggara pendidikan inklusi di tingkat SD, SMP dan SMU/SMK.
Realita pelaksanaannya, partisipasi penyandang disabilitas dalam bidang pendidikan
baru sampai tataran hukum. Siswa dengan disabilitas masih mengalami berbagai hambatan
dalam sekolah inklusi. Faktor pertama dan utama adalah dedikasi dan kesiapan guru. Karena
kebanyakan guru belum memahami karakteristik dan gaya belajar setiap siswa termasuk
siswa dengan disabilitas sehingga guru tidak luwes dalam mengakomodasi kebutuhan belajar
siswa dengan disabilitas. Tak jarang sikap dan perlakuan guru saat pembelajaran berlangsung
menuju kearah ekstrim terlalu melindungi dan/atau terlalu mengabaikan siswa dengan
disabilitas (menjadi siswa pupuk bawang). Akhirnya, partisipasi di sekolah inklusi berati
memperoleh “cap/label” karena keterbatasannya. Lingkungan menstigma mereka karena
perbedaan karakteristik yang belum dipahami sebagai keunikan individu dan keragaman
dalam masyarakat.
Berdasarkan contoh kasus di atas berarti guru belum memenuhi kualifikasi
kompetensi kepribadian, padahal guru haruslah memiliki kompetensi kepribadian tersebut
dalam rangka memenuhi kualifikasi keprofesional-nya. Dalam kasus di atas kami
menyimpulkan guru dalam menangani siswa yang disable tersebut belum memenuhi
keterampilan kepribadian terutama pada point;
1. Melaksanakan bimbingan dan penyuluhan
1.2 Membimbing siswa yang mengalami kesulitan belajar
Mengkaji konsep-konsep dasar bimbingan
Berlatih mengenal kesulitan belajar murid
Berlatih memberikan bimbingan kepada murid yang mengalami kesulitan belajar.
1. 3 Membimbing murid yang berkelaian dan berbakat khusus
Mengkaji ciri-ciri anak berbakat dan berkelaian khusus
Berlatih mengenal anak berkelainan khusus
Berlatih menyelenggarakan kegiatan untuk anak berkelainan dan berbakat khusus
C. PENUTUP
1. Kesimpulan
Kompetensi kepribadian guru adalah kompetensi yang berkaitan dengan perilaku
pribadi yang khas dari guru itu sendiri berkaitan erat dengan falsafah hidup yang
mengharapkan guru menjadi model manusia yang memiliki nilai-nilai luhur sebagai panutan
bagi peserta didiknya. kompetensi kepribadian yang harus dimiliki oleh seorang guru adalah
sikap yang mencerminkan pribadi yang berakhlak mulia, berwibawa, bijaksana, dewasa,
mantap dan stabil dalam menjalani tugasnya, memiliki pengetahuan berkaitan dengan
bidangnya sebagai seorang pendidik dan pembina, juga harus mempunyai etos kerja yang
tinggi dalam menjalankan tugasnya.
2. Saran
Kompetensi kepribadian guru semuanya bermuara ke dalam intern pribadi seorang
guru, baik kompetensi pedagogik, profesional, dan sosial. Tampilan kepribadian guru akan
lebih banyak mempengaruhi minat peserta didik dalam mengikuti dan mengaplikasikan apa
yang telah diajarkan oleh guru. Pribadi guru yang santun, jujur, ikhlas, dan dapat diteladani
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keberhasilan dalam pembelajaran.
Oleh karena itu, kita sebagai seorang guru dan calon guru harus memiliki aspek-aspek
kepribadian guru guna menghasilkan anak didik yang cerdas, pintar, terampil, dan memiliki
kepribadian yang sesuai dengan norma dan nilai-nilai yang luhur.
DAFTAR PUSTAKA
Hamalik, Oemar. 2004. Berdasarkan Pendekatan Kompetensi. Jakarta: Bumi Aksara
Norlander, Kay,A., Timothy, Charles. 2009.
Guru Profesional. Terj, Suci Romadhona,
Jakarta: PT Indeks
Usman, Uzer. 2010. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Dibuat Dalam Rangka Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah “Profesi
Kependidikan”
Disusun Oleh
KELOMPOK 2 :
Selvira Juliani
06121003001
Dhyta Lianatami
06121003004
Putri Utari Widyawati
06121003006
Regina
06121003011
Ika Indriana A. M
06121003026
Riska Damayanti
06121003034
Dosen Pengampu :
Dra. Evy Ratna Kartika Waty, M.Pd.
PENDIDIKAN EKONOMI
JURUSAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2014
A. PENDAHULUAN
Dalam setiap studi tentang ilmu pendidikan, persoalan yang berkenaan dengan guru
dan jabatan guru senantiasa disinggung, Bahkan menjadi salah satu pokok bahasan yang
mendapat tempat tersendiri di tengah-tengah ilmu kependidikan yaitu begitu luas dan
kompleks. Dewasa ini perhatian itu bertambah besar sehubungan dengan kemajuan
pendidikan dan kebutuhan guru yang semakin meningkat, baik dalam mutu maupun
jumlahnya. Secara jelas dapat kita lihat, bahwa program pendidikan guru mendapat prioritas
pertama dalam program pembangunan pendidikan di indonesia.
Oleh karena itu, seorang guru dituntut mempunyai dedikasi yang tinggi untuk
menggeluti dunia keguruan. Seorang guru juga dituntut memahami hakikat profesi keguruan
yang tidak lepas dari persoalan individu dan sosial guru. Pelaksanaan tugas sebagai guru
harus didukung oleh suatu perasaan bangga akan tugas yang dipercayakan kepadanya untuk
mempersiapkan generasi masa depan. Untuk itu seorang guru memerlukan suatu kompetensi
dalam melaksanakan tugasnya. Masalah kompetensi guru sendiri merupakan salah satu syarat
yang harus dimiliki oleh setiap guru dalam jenjang pendidikan apa pun.
Kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru antara lain, kompetensi sosial,
kompetensi professional, dan kompetensi kepribadian. Secara teoritis ketiga jenis kompetensi
tersebut dapat dipisah-pisahkan satu sama lain, akan tetapi secara praktis sesungguhnya
ketiga jenis kompetensi tersebut tidak mungkin dapat dipisah-pisahkan. Ketiga kompetensi
tersebut saling menjalin secara terpadu dalam diri seorang guru.
Guru yang terampil mengajar tentu harus memiliki pribadi yang baik dan mampu
melakukan social adjustment dalam masyarakat. Oleh karena itu seorang guru harus memiliki
ketiga kompetensi di dalam dirinya, khususnya kompetensi kepribadian.
B. PEMBAHASAN
1. Pengertian Kompetensi
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, kompetensi berarti (kewenangan) kekuasaan
untuk menentukan atau memutuskan suatu hal. Pengertian dasar kompetensi yakni
kemampuan atau kecakapan. kompetensi merupakan kemampuan dan kewenangan guru
dalam melaksanakan profesi keguruannya.
2. Pengertian Kompetensi Kepribadian
Kompetensi kepribadian adalah kompetensi yang berkaitan dengan prilaku pribadi
guru itu sendiri yang kelak harus memiliki nilai-nilai luhur sehingga terpancar dalam perilaku
sehari-hari. Kompetensi kepribadian merupakan sejumlah kompetensi yang berhubungan
dengan kemampuan pribadi dengan segala karakteristik yang mendukung pelaksanaan tugas
guru. Pribadi guru memiliki andil yang sangat besar terhadap keberhasilan pendidikan,
khususnya dalam kegiatan pembelajaran. Pribadi guru juga sangat berperan dalam
membentuk pribadi peserta didik, termasuk mencontoh pribadi gurunya dalam membentuk
pribadinya. Sangat di butuhkan oleh peserta didik dalam proses pembentukan pribadinya.
Kompetensi kepribadian memiliki peran dan fungsi yang sangat penting dalam
membentuk kepribadian anak, guna menyiapkan dan mengembangkan sumber daya manusia
serta mensejahterakan masyarakat, kemajuan Negara, dan bangsa pada umumnya. Setiap
guru di tuntut untuk memiliki kompetensi kepribadian yang memadai, bahkan kompetensi ini
akan melandasi atau mejadi landasan bagi kompetensi-kompetensi lainnya. Dan yang paling
penting adalah bagaimana dia menjadikan pembelajaran sebagai ajang pembentukan
kompetensi dan perbaikan kualias pribadi peserta didik.
3. Hal-hal yang Terdapat dalam Kompetensi Kepribadian
3. 1 Mengembangkan kepribadian
3. 1. 1 Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
Mengkaji ajaran agama yang dianut
Mengamalkan ajaran-ajaran agama yang dianut
Mennghayati peristiwa yang mencerminkan sikap saling menghargai antar umat
beragam
3. 1. 2 Berperan dalam masyarakat sebagai warga Negara yang berjiwa pancasila.
Mengkaji berbagai ciri manusia pancasila
Mengkaji sifat-sifat kepatriotan bangsa Indonesia
Menghayati perjuangan para pejuang dalam merebut, mempertahankan dan
mengisi kemerdekaan
Membiasakan diri menerapkan nilai-nilai pancasila dalam kehidupan
Mengkaji hubungan manusia dengan lingkungan alamiah dan buatan
Membiasakan diri menghargai dan memelihara mutu lingkungan hidup
3. 1. 3 Mengembangkan sifat-sifat terpuji yang dipersyaratkan bagi jabatan guru.
Mengkaji sifat-sifat terpuji yang harus dimiliki oleh guru
Membiasakan diri menerapkan sifat-sifat sabar, demokratis, menghargai
pendapat orang lain, sopan santun, dan tanggap terhadap pembaharuan.
3. 2 Berinteraksi dan berkomunikasi
3. 2. 1 Berinteraksi dengan sejawat untuk meningkatkan kemampuan profesional.
Mengkaji ajaran struktur organisasi Depdikbud
Mengkaji hubungan kerja professional
Berlatih menerima dan memberikan balikan
Membiasakan diri mengikuti perkembangan profesi
3. 2. 2 Berinteraksi dengan masyarakat untuk penunaian misi pendidikan
Mengkaii berbagai lembaga kemasyarakatan yang berkaitan dengan pendidikan
Berlatih menyelenggarakan kegiatan kemasyarakatan yang menunjang usaha
pendidikan
3. 3 Melaksanakan bimbingan dan penyuluhan
3. 3. 1 Membimbing siswa yang mengalami kesulitan belajar
Mengkaji konsep-konsep dasar bimbingan
Berlatih mengenal kesulitan belajar murid
Berlatih memberikan bimbingan kepada murid yang mengalami kesulitan belajar.
3. 3. 2 Membimbing murid yang berkelaian dan berbakat khusus
Mengkaji ciri-ciri anak berbakat dan berkelaian khusus
Berlatih mengenal anak berkelainan khusus
Berlatih menyelenggarakan kegiatan untuk anak berkelainan dan berbakat khusus
3.4 Melaksanakan administrasi sekolah
3.4.1 Mengenal pengadministrasian kegiatan sekolah
Mengkaji berbagai jenis dan sarana administrasi sekolah
Mengkaji pedoman administrasi pendidikan
3.4.2 Melaksanakan kegiatan adminstrasi sekolah
Berlatih membuat dan mengisi berbagai format administrasi sekolah
Berlatih menyelenggarakan administrasi sekolah
3.5 Melaksanakan Penelitian Sederhana Untuk Keperluan Pengeajaran
3.5.1 Mengkaji konsep dasar penelitian ilmiah
Mengkaji konsep dasar penelitian ilmiah yang sederhana
Memahami laporan penelitian sederhana untuk kepentingan pengajaran
3.5.2 Melaksanakan penelitian sederhana
Menyelenggarakan penelitian sederhana untuk keperluan pengajaran
Membiasakan diri melakukan penelitian utnuk keperluan mengajar
CONTOH KASUS
IMPLEMENTASI KOMPETENSI KEPRIBADIAN GURU DALAM MENYIKAPI ANAK
DISABLE
Jika kita melihat pada statistik nasional untuk SLB (Depdiknas, 2006/7) maka kita
saat ini mempunyai kurang lebih 4.929 SLB swasta dan negri pada jenjang TKLB sampai
SMALB dengan jumlah kelas (fisik) 28.914 ruangan.Jumlah sekolah negri ada 1.390 sekolah.
Jumlah siswa yang terdaftar di SLB untuk semua jenjang pada tahun 2006/7 adalah 72.425
orang, diperkirakan 27% ada di sekolah negeri dan 73% di sekolah swasta. Berapa persen
dari anak penyandang disabilitas yang miskin di sekolah, tidak terdapat angka yang indikatif.
Selain itu, data yang ada mengenai anak-anak dengan disabilitas yang mengikuti program
pendidikan inklusi pada tahun ajaran 2007/8 adalah 13.590 siswa SD (L: 7.906 siswa dan P :
5.684 siswa) dan 1.308 siswa SMP (L: 758 siswa dan P: 551 siswa) atau hanya 10% dari yang
terdaftar di SD (Djatmiko, 2009). Adapun hasil survey dengan ICF di 14 propinsi yang
dilakukan Kemensos menunjukkan bahwa hampir 60% dari penyandang disabilitas tidak
sekolah. Bagi yang bersekolah 75% berpendidikan setingkat SD.
Statistik di atas menceriterakan beberapa hal. Jumlah anak dengan disabilitas yang
berada pada usia sekolah menurut data BPS-PPLS 2008 (penduduk miskin sampai sangat
miskin) adalah 174,519 jiwa. Perkiraan jumlah penyandang disabilitas berdasarkan data
Pusdatin 2006 adalah 295.763. Sedangkan jika jumlah penduduk dengan disabilitas adalah
20% dari jumlah penduduk dengan disabilitas data Susenas 2006, maka jumlahnya tidak
kurang dari 600 ribu jiwa. Dengan demikian, hanya 24% dari data Pusdatin 2006 atau hanya
12% dari jumlah anak dengan disabilitas data Susenas 2006 yang bersekolah. Inipun sebagian
besar diselenggarakan oleh masyarakat sendiri. Negara hanya mengampu sepertiga dari
beban yang ada. Banyak orangtua yang mencoba mendaftarkan anaknya yang dengan
disabilitas ke sekolah formal, tetapi akhirnya pada jenjang yang lebih tinggi mereka
dikeluarkan. Ada apa yang salah?
Untuk memperluas kesempatan dan partisipasi anak dengan disabilitas dalam belajar,
Indonesia menerbitkan dan memberlakukan Surat Edaran No. 380/G.06/MN/2003 yang
mengatur tentang pendidikan inklusi, dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar
dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional tanggal 20 Januari 2003.
Penyelenggaraan pendidikan inklusi merupakan keran partisipasi penyandang
disabilitas dalam bidang pendidikan. Untuk mempercepat pelaksanaan peraturan dan
kebijakan, di beberapa propinsi sudah mengeluarkan peraturan daerah, contohnya DKI
Jakarta. Di DKI sudah diberlakukan Surat Keputusan Gubernur Propinsi DKI jakarta nomor
116 tahun 2007 tentang pelaksanaan pendidikan inklusi di lingkungan propinsi DKI jakarta
dengan meminta secara jelas di setiap kecamatan harus diselenggarakan minimal 1 sekolah
penyelenggara pendidikan inklusi di tingkat SD, SMP dan SMU/SMK.
Realita pelaksanaannya, partisipasi penyandang disabilitas dalam bidang pendidikan
baru sampai tataran hukum. Siswa dengan disabilitas masih mengalami berbagai hambatan
dalam sekolah inklusi. Faktor pertama dan utama adalah dedikasi dan kesiapan guru. Karena
kebanyakan guru belum memahami karakteristik dan gaya belajar setiap siswa termasuk
siswa dengan disabilitas sehingga guru tidak luwes dalam mengakomodasi kebutuhan belajar
siswa dengan disabilitas. Tak jarang sikap dan perlakuan guru saat pembelajaran berlangsung
menuju kearah ekstrim terlalu melindungi dan/atau terlalu mengabaikan siswa dengan
disabilitas (menjadi siswa pupuk bawang). Akhirnya, partisipasi di sekolah inklusi berati
memperoleh “cap/label” karena keterbatasannya. Lingkungan menstigma mereka karena
perbedaan karakteristik yang belum dipahami sebagai keunikan individu dan keragaman
dalam masyarakat.
Berdasarkan contoh kasus di atas berarti guru belum memenuhi kualifikasi
kompetensi kepribadian, padahal guru haruslah memiliki kompetensi kepribadian tersebut
dalam rangka memenuhi kualifikasi keprofesional-nya. Dalam kasus di atas kami
menyimpulkan guru dalam menangani siswa yang disable tersebut belum memenuhi
keterampilan kepribadian terutama pada point;
1. Melaksanakan bimbingan dan penyuluhan
1.2 Membimbing siswa yang mengalami kesulitan belajar
Mengkaji konsep-konsep dasar bimbingan
Berlatih mengenal kesulitan belajar murid
Berlatih memberikan bimbingan kepada murid yang mengalami kesulitan belajar.
1. 3 Membimbing murid yang berkelaian dan berbakat khusus
Mengkaji ciri-ciri anak berbakat dan berkelaian khusus
Berlatih mengenal anak berkelainan khusus
Berlatih menyelenggarakan kegiatan untuk anak berkelainan dan berbakat khusus
C. PENUTUP
1. Kesimpulan
Kompetensi kepribadian guru adalah kompetensi yang berkaitan dengan perilaku
pribadi yang khas dari guru itu sendiri berkaitan erat dengan falsafah hidup yang
mengharapkan guru menjadi model manusia yang memiliki nilai-nilai luhur sebagai panutan
bagi peserta didiknya. kompetensi kepribadian yang harus dimiliki oleh seorang guru adalah
sikap yang mencerminkan pribadi yang berakhlak mulia, berwibawa, bijaksana, dewasa,
mantap dan stabil dalam menjalani tugasnya, memiliki pengetahuan berkaitan dengan
bidangnya sebagai seorang pendidik dan pembina, juga harus mempunyai etos kerja yang
tinggi dalam menjalankan tugasnya.
2. Saran
Kompetensi kepribadian guru semuanya bermuara ke dalam intern pribadi seorang
guru, baik kompetensi pedagogik, profesional, dan sosial. Tampilan kepribadian guru akan
lebih banyak mempengaruhi minat peserta didik dalam mengikuti dan mengaplikasikan apa
yang telah diajarkan oleh guru. Pribadi guru yang santun, jujur, ikhlas, dan dapat diteladani
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keberhasilan dalam pembelajaran.
Oleh karena itu, kita sebagai seorang guru dan calon guru harus memiliki aspek-aspek
kepribadian guru guna menghasilkan anak didik yang cerdas, pintar, terampil, dan memiliki
kepribadian yang sesuai dengan norma dan nilai-nilai yang luhur.
DAFTAR PUSTAKA
Hamalik, Oemar. 2004. Berdasarkan Pendekatan Kompetensi. Jakarta: Bumi Aksara
Norlander, Kay,A., Timothy, Charles. 2009.
Guru Profesional. Terj, Suci Romadhona,
Jakarta: PT Indeks
Usman, Uzer. 2010. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya