PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA K (2)
PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA
KEANEKARAGAMAN POPULASI SERANGGA AIR SEBAGAI
BIOINDIKATOR DI SUNGAI SIAK KOTA PEKANBARU
BIDANG KEGIATAN
PKM PENELITIAN
Diusulkan oleh:
Ejiadi (130202005) Angkatan 2013
Yopy Marlyandika (150202050) Angkatan 2015
Dimas Putra Duara (150202040) Angkatan 2015
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH RIAU
PEKANBARU
2016
Halaman Pengesahan
ii
DAFTAR ISI
Halaman Sampul ....................................................................................................... i
Halaman Pengesahan ............................................................................................... ii
Daftar Isi................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..............................................................................................1
1.2 Batasan Masalah............................................................................................1
1.3 Rumusan Masalah .........................................................................................2
1.4 Tujuan Penelitian ..........................................................................................2
1.5 Kegunaan Penelitian......................................................................................2
1.6 Luaran Yang diharapkan ...............................................................................2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sungai ............................................................................................................2
2.2 Sungai Siak ...................................................................................................2
2.3 Serangga Air..................................................................................................3
2.4 Ordo Serangga Air ........................................................................................3
2.5 Bioindikator ..................................................................................................4
BAB III. METODO0LOGI PENELITIAN
3.1 Waktu & Tempat Pelaksana ..........................................................................6
3.2 Alat & Bahan.................................................................................................6
3.3 Metode Penelitian..........................................................................................6
3.4 Prosedur Kerja ...............................................................................................6
3.4.1 Langkah Persiapan ..................................................................................6
3.4.2
Penempatan Plot Penelitian .....................................................................6
3.4.3
Penangkapan Serangga Air .....................................................................6
3.4.4
Analisa Data ............................................................................................7
BAB IV. BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN
4.1 Anggaran Biaya .............................................................................................8
4.2 Jadwal Kegiatan ............................................................................................8
BAB V. DAFTAR PUSTAKA ................................................................................8
BAB VI. LAMPIRAN-LAMPIRAN
iii
6.1. Lampiran 1. Biodata Ketua, Anggota, dan Dosen Pendamping .................11
6.2. Lampiran 2 Justifikasi Anggaran Kegiatan .................................................18
6.3. Lampiran 3. Susunan Organisasi Tim Kegiatan dan Pembagian Tugas ..20
6. 4. Lampiran 4. Surat Pernyataan Ketua Peneliti ............................................21
iv
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Sungai Siak merupakan salah satu sungai utama di Provinsi Riau, sungai ini
membelah Kota Pekanbaru dan menjadi sungai tersibuk di Provinsi Riau.
Berbagai kegiatan berlangsug di sepanjang Sungai Siak seperti pelayaran kapal,
berbagai industri serta pemukiman penduduk. Berbagai kegiatan tersebut
diperkirakan akan berpengaruh dan memberikan dampak buruk terhadap sungai
tersebut. Yuni et al (2013), menyatakan bahwa Sungai Siak merupakan salah satu
sungai terdalam di Indonesia yang kondisi perairannya paling buruk di Riau.
Kondisi ini terutama diakibatkan oleh tingginya aktivitas industri, buangan
domestik, penambangan minyak bumi, penebangan hutan dan intensifnya
penggunaan sungai sebagai transportasi air, sehingga perairan mengalami tekanan
yang mempengaruhi kualitas perairan dan makhluk hidup di dalamnya.
Hal ini diperkuat oleh pendapat Bapedal Propinsi Riau (2005), bahwa
disamping sebagai sumber air minum dan lainnya Sungai Siak juga merupakan
tempat penampungan berbagai kegiatan industri, pertanian, perkebunan dan lain
sebagainya mulai dari hulu sampai ke hilir. Sebagai suatu ekosistem, sungai
merupakan habitat berbagai jenis makhluk hidup.
Menurut Haneda (2013), salah satu kelompok yang penting dari organisme
di ekosistem air yaitu serangga air. Serangga air merupakan kelompok serangga
yang sebagian hidupnya berada di badan air seperti sungai.
Popoola dan Otalaker (2011), menyatakan bahwa serangga air merupakan
indikator yang baik bagi kualitas air. Beberapa dari serangga air sensitif terhadap
polusi sedangkan sebagian dapat hidup dan berkembang biak terhadap polusi.
Keberadaan serangga sangat tergantung pada ketersediaan energi dan sumber
makanan untuk melangsungkan hidupnya, seperti bahan organik (Ruslan, 2009).
Pada ekosistem perairan serangga air berperan dalam siklus nutrien dan
merupakan komponen penting dari jaringan makanan di perairan (Jana et al.,
2009).
Melihat begitu pentingnya keberadaan serangga air untuk menggabarkan
kualitas lingkungan dan juga belum pernah dilakukan penelitian tentang
keanekaragaman serangga air di daerah aliran Sungai Siak Kota Pekanbaru. Maka,
penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Keanekaragaman Populasi
Serangga Air Sebagai Bioindikator di Sungai Siak Kota Pekanbaru”.
1.2
Batasan Masalah
Batasan masalah dalam penelitian ini adalah mengetahui keanekaragaman
populasi serangga air dan potensinya untuk dapat dijadikan sebagai bioindikator
pencemaran di Sungai Siak Kota Pekanbaru.
1.3
Rumusan Masalah
2
Pencemaran air cenderung mempengaruhi keanekaragaman serangga air
secara berbeda, sehingga berbagai penelitian tentang serangga airterus
dikembangkan pada berbagai ekosistem. Dalam hal ini penulis akan melihat
keanekaragaman populasi serangga air dan potensinya untuk dijadikan sebagai
bioindikator di Sungai Siak Kota Pekanbaru.
1.4
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui indeks keanekaragaman dari
serangga air, dan potensinya untuk dijadikan sebagai bioindikator di Sungai Siak
Kota Pekanbaru.
1.5
Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperoleh informasi tetang serangga
air yang didapat dijadikan bioindikator untuk mengetahui keseimbangan
lingkungan hidup. Selain itu meningkatkan pengetahuan tentang keanekaragaman
yang penting dalam membantu sebagai peringatan dini terjadi pencemaran air
pada aliran Sungai Siak di Kota Pekanbaru.
1.6
Luaran Yang Diharapkan
Ditemukan jenis keanekargaman populasi serangga air serta potensinya
sebagai sebagai bioindikator di Sungai Siak Kota pekanbaru.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Sungai
Sungai merupakan ekosistem akuatik yang mengalir dari daratan tinggi ke
daratan rendah. Walaupun sungai menempati daerah yang relatif kecil
dibandingkan dengan habitat laut dan daratan, namun arti yang sangat besar dalam
kehidupan manusia. Habitat air tawar berdasarkan gerakan aliran airnya dapat
digolongkan dalam habitat air mengalir atau disebut juga habitat lotik, misalnya
sungai dan habitat air tergenang atau disebut juga habitat lentik, misalnya danau,
rawa, dan kolam (Yudyanugraha FH, 2012).
2.2
Sungai Siak
Menurut Iskandar (2012), Sungai Siak merupakan sungai terdalam di
Indonesia yang memiliki karakteristik unik. Sungai ini panjangnya mencapai ±
345 km dengan debit aliran berkisar antara 594-7859 m/detik (antara tahun 19811992). Panjang Sungai Siak yang dapat dilayari mencapai 200 Km. Lebar Sungai
Siak bervariasi dari 20-200 m dan kedalaman antara 6-26 m, dengan penampang
dasar berbentuk V. Saat ini debit minimum Sungai Siak sekitar 45 m3/detik dan
debit maksimum rata-rata 1700m/detik, sedangkan debit normal sebesar 200
m3/detik. Rasio debit musim kemarau terhadap debit musim hujan dari waktu ke
waktu menunjukkan peningkatan, karena semakin rusaknya daerah tangkapan air
yang disebabkan oleh tingginya alih guna lahan hutan menjadi lahan perkebunan.
3
Perubahan fungsi hidro-orologis tersebut akhirnya mengakibatkan kurang
idealnya pola ketersediaan air.
2.3
Serangga Air
Serangga Air merupakan jenis serangga yang sebagian atau keseluruhan
fase hidupnya barada di dalam air. Biasanya habitat dari fase nimfanya berbeda
dengan fase imago yaitu nimfanya biasanya hidup di dalam air. Pada naiads
terdapat alat bernapas semacam insang dan habitatnya di air, sedangkan pada fase
imago habitatnya di darat atau di udara dan alat pernapasannya menggunakan
trakea (Ike WP, 2013).
Beberapa ordo yang masuk ke dalam kelompok serangga air antara lain
Ephemeroptera, Odonata, Plecoptera, Trichoptera, Coleoptera, Lepidoptera,
Hemiptera, Diptera, Megaloptera, dan Neuroptera. Mereka hidup sebagai
herbivora, karnivora, dan detrivora. Serangga akuatik dan komponen biota akuatik
lainnya dapat digunakan sebagai indikator untuk melalui tingkat cemaran
(Sudaryanti et al.,2001).
2.4
Ordo Serangga Air
Menurut Yudyanugraha FH (2012), bahwa serangga dari ordo Coleoptera
baik tahap larva maupun dewasa kebanyakan bersifat akuatik dan hidup di bawah
permukaan air. Pada tahap akhir larva, insekta ini umumnya berpindah ke daratan
membentuk pupa, lalu kembali lagi ke air untuk berubah menjadi tahap dewasa
penuh. Coleoptera akuatik memiliki kebiasaan makan yang beragam, kebanyakan
merupakan predator, baik larva ataupun dewasa
Trichoptera merupakan insekta holometabola dengan larva dan pupa berada
di air, sedangkan dewasa berada di darat. Ditemukan sangat beragam di habitat
dingin yang mengalir. Trichoptera berarti “sayap rambut”, yang disamakan
dengan rambut seperti setae yang menutupi sayap pada saat dewasa.
Lepidoptera akuatik merupakan insekta darat utama yang bersifat fitofagus.
Kebanyakan larva spesies ini memakan jaringan tumbuhan tingkat tinggi,
pamakan daun atau membuat lubang dan akar.
Ephemeroptera merupakan insekta hemimetabola, nimfa hidup akuatik,
sedangkan dewasa hidup di kolam atau aliran air dan di udara. Larva umumnya
bersifat herbivora, memakan detritus atau alga. Beberapa spesies bersifat “filter
feeders” (Kolektor) atau karnivora. Ordo ini sangat unik karena memiliki 2 tahap
pembentukan sayap. Sayap awal muncul pada tahap subimago (tahap akhir larva)
dan seringkali tanpa pengamatan seksual.
Odonata merupakan insekta hemimetabola. Larva hisup di air dan
perilakunya sangat berbeda dengan hewan dewasa. Bentuk dewasa terbang dan
terlihat jelas., seringkali dengan warna – warna terang dan lebih aktif
dibandingkan kebanyakan insekta air yang hidup di darat. Kondisi ini sebenernya
4
dipengaruhi banyak hal diantaranya keadaan air, besar kecilnya arus air dan
faktor-faktor ekologi lain.
Pleceoptera merupakan insekta hemimetabola, larva ordo ini dicirikan hidup
pada air dingin yang mengalir. Kebanyakan larvanya bersifat herbivora terutama
memakan detritus dari tanaman, beberapa kelompok ada yang bersifat karnivora
tetapi pada tahap larva awal dari semua spesies pemakan detritus.
2.5 Bioindikator
Salah satu cara yang digunakan untuk memantau perubahan yang terjadi di
dalam suatu ekosistem adalah pemanfaatan bioindikator. Swasta (2003)
menyatakan bahwa bioindikator ekologis adalah mahluk yang diamati
penampakannya untuk dipakai sebagai petunjuk tentang keadaan kondisi
lingkungan dan sumber daya pada habitatnya. Selain itu, menurut Kopciuch
(2004) bioindikator adalah indikator biologis terhadap suatu kualitas lingkungan
yang dapat memberikan suatu gambaran situasi ekologi. Menurut Odum (1993)
adapun pedoman mengenai mahluk yang dapat digunakan sebagai bioindikator
ekologis yaitu:
1. Spesies steno (kisran toleransinya sempit) lebih baik dipakai sebagai
indikator dibandingkan dengan spesies yang euri (kisaran toleransinya
luas).
2. Spesies yang dewasa lebih baik dipakai sebagai indikator dibandingkan
dengan yang masih muda.
3. Sebelum mempercayai penampakan mahluk sebagai indikator ekologis,
maka terlebih dahulu harus ada bukti yang cukup bahwa suatu faktor yang
dipermasalahkan memang benar dapat membatasi.
4. Banyak hubungan diantara jenis, populasi, dan seluruh komunitas
seringkali memberikan indikator yang lebih dapat dipercaya daripada satu
jenis yang tunggal karena integrasi keadaan yang lebih baik dicerminkan
oleh keseluruhan daripada oleh sebagian.
Yohanes AH (2001), menyatakan bahwa bioindikator yang dapat
digunakan untuk memantau keadaan polusi di suatu tempat sebaiknya memenuhi
kriteria sebagai berikut:
1. Organisme yang dijadikan sebagai bioindikator memiliki kisaran toleransi
yang sempit terhadap perubahan lingkungan.
2. Organisme yang dijadikan sebagai bioindikator memiliki kebiasaan hidup
menetap di suatu tempat atau pemencarannya terbatas.
3. Organisme yang dijadikan sebagai bioindikator mudah dilakukan
pengambilan sampel dan merupakan organisme yang umum dijumpai di
lokasi pengamatan.
4. Akumulasi dari polutan tidak mengakibatkan kematian pada organisme
yang dijadikan sebagai bioindikator.
5
Organisme yang dijadikan sebagai bioindikator lebih disukai yang berumur
panjang, sehingga dapat diperoleh individu contoh dari berbagai stadium atau dari
berbagai tingkatan umur. Selanjutnya menurut Shahabuddin (2003), bahwa
beberapa kriteria umum yang dapat digunakan untuk menggunakan suatu jenis
organisme sebagai bioindikator adalah:
1. Secara taksonomi telah stabil dan cukup diketahui.
2. Sejarah alamiahnya diketahui
3. Siap dan mudah disurvei dan dimanipulasi
4. Taksa yang lebih tinggi terdistribusi secara luas pada berbagai tipe
habitat
5.
Taksa yang lebih rendah spesialis dan sensitif terhadap perubahan
habitat.
6. Pola keanekaragaman mengambarkan atau terkait dengan taksa lainnya
yang berkerabat atau tidak.
Yohanes AH (2001), menyatakan bahwa memilahkan spesies indikator
polutan menjadi lima kelompok, yaitu:
1. Sentinel Suatu spesies organisme yang memiliki sensitivitas tinggi
terhadap polutan, yang mana spesies organisme ini umumnya
diintroduksikan ke suatu habitat untuk mengetahui dan memberi
peringatan dini terjadinya polusi.
2. Detektor suatu spesies organisme, penghuni asli di suatu habitat, yang
mampu menunjukkan adanya perubahan yang dapat diukur (misalnya
perilaku, kematian, morfologi) pada lingkungan yang berubah.
3. Eksploitor Suatu spesies organisme yang kehadirannya menunjukkan
adanya suatu goncangan atau polusi di suatu tempat, bahkan jumlah
individunya berlimpah di tempat terjadinya polusi (karena kurangnya
kompetisi dengan spesies lain yang tidak mampu hidup di tempat
terjadinya polusi).
4. Akumulator uatu spesies organisme yang mengambil dan
mengakumulasikan senyawa-senyawa kimia dalam jumlah yang dapat
diukur.
5. Organisme "bioassay" suatu spesies organisme terpilih, yang digunakan
untuk media pendeteksi adanya polutan di laboratorium, baik besarnya
konsentrasi suatu polutan maupun tingkat toksisitas suatu polutan.
6
BAB III
METODOLOGI
3.1. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari sampai April 2017 di Sungai
Siak Kecamatan Rumbai Pesisir Kota Pekanbaru Identifikasi Serangga air di
lakukan di Laboratorium Universitas Muhammadiyah Riau.
3.2. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Insecting net, tali raffia,
botol sampel, pinset,meteran, Mikroskop Disecting, perangkap serangga Rigging
an Emergent Trap, kaca lup, thermoghymeter, gunting, kuas kecil, sarung tangan,
kamera dan alat tulis. Bahan yang digunakan dalam penelitian in adalah kantong
plastik, kertas label, Alkohol 70% dan formalin 4 %.
3.3. Metode Penelitian
Metode yang digunakan untuk pengumpulan data dari penelitian ini yaitu dari
data primer dan sekunder. Data primer berupa pengkoleksian serangga air dengan
metode menggunakan perangkap serangga yaitu Rigging an Emergent Trap. Data
sekunder berupa informasi yang telah tersedia dari data lokasi penelitian seperti
luas lokasi, kondisi iklim, dan topografi.
3.4. Prosedur Kerja
3.4.1. Langkah Persiapan
Langkah persiapan meliputi survei lapangan atau observasi awal untuk
memperoleh gambaran tentang lokasi penelitian. pemilihan lokasi penelitian ini
adalah di Sungai Siak Kecamatan Rumbai Pesisir Kota Pekanbaru.
3.4.2. Penempatan Plot Penelitian
Dalam pengambilan sampling terdapat 3 stasiun yang telah ditentukan yaitu
stasiun 1 terletak di Permukiman penduduk yang berada dikawasan tepi sungai,
stasiun 2 berada tepat di samping industry Karet, dan stasiun 3 berada dikawasan
yang tidak terdapat permukiman penduduk dan kawasan industri.
3.4.3. Penangkapan Serangga Air
Penangkapan serangga air dilakukan dengan menggunakan metode Insect
Trap. Metode ini merupakan metode yang mudah dilakukan dengan bantuan alat
yang disebut Rigging an Emergent Trap . Dengan memasang alat tersebut di
permukaan air dan dibiar hingga batas waktu yang diinginkan. Penangkapan
serangga air dilakukan dengan waktu yang berdeda-beda yaitu pagi dimulai dari
jam 08.00-16.00. Kemudian Serangga yang tertangkap dilapangan, kemudian
dilakukan pengawetan serangga air dengan cara basah, yaitu specimen diawetkan
menggunakan Formalin 4%. Koleksi basah digunakan untuk serangga yang
7
berukuran kecil. Serangga air dimasukkan ke dalam botol koleksi yang telah
diberi Formalin 4% dan diberi label.
3.4.4. Analisi Data
Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif kemudian ditampilkan dalam
bentuk gambar dan tabel.
A. Analisis Data Serangga
1. Indeks Keanekaragaman Serangga
Indeks Keanekaragaman dihitung dengan
(Odum,1996).
rumus
Shannon-Wiener
Dimana: H’= Indeks keanekaragaman
ni = Jumlah individu dalam genus ke-I (per plot).
N = Jumlah total individu (per plot).
Dengan kriteria :
Jika H < 1 = Keanekaragaman rendah
Jika 1 0,75 berarti nilai kesamaan tinggi
BAB IV BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN
4.1. Anggaran Biaya
No.
1.
2.
3.
4.
Jenis pengeluaran
Peralatan penunjang
Bahan Habis Pakai
Transportasi
Lain-lain
Jumlah
Biaya
Rp. 2.450.000
Rp. 853.000
Rp. 2.300.000
Rp. 1.100.000
Rp. 6.703.000
4.2. Jadwal Kegiatan
No.
1.
2.
3.
4.
5.
Jenis Kegiatan
Survei lokasi
Pemasan transek
Penangkapan serangga air
Idenhtifikasi
Analisis data, Pelaporan dan Hasil
februari
Bulan
Maret
April
BAB V DAFTAR PUSTAKA
Borror DJ, Long DM, Triplehorn CA. 2005. An Introduction to the Study Of
Insects. Philadelphi ; Saunders & Collage Publishing.
Haneda F N, Kusmana C, Kusuma D F. 2013. Keanekaragaman Serangga di
Ekosistem Mangrove. Fakultas Kehutanan IPB. Jurnal Silvikultur Tropika
Vol. 04 No. 01 April 2013, Hal. 42 – 46 ISSN: 2086-8227
Ike, WP. 2013. Analisis Larva Akuatik Insekta Sebagai Indikator Kualitas
Perairan Di Hulu Sungai Gajah Wong. Skripsi. Jurusan Biologi. Fakultas
Sains Dan Teknologi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga
Yogyakarta.
9
Iskandar J dan Dahiyat Y. 2012. Keaneka Ragaman Ikan Di Sungai Siak Riau.
Bionatura-Jurnal Ilmu-ilmu Hayati dan Fisik. ISSN 1411-0903. Vol. 14,
No. 1, Maret 2012: 51 – 58.
Jana S, Pahari PR, Dutta TK, Bhattacharya T, 2009. Diversity and community
structure of aquatic insects in a pond in Midnapore town, West Bengal,
India.
Kopciuch, G., B. Berecka, J. Bartoszewicz, B. Buszewski. 2004. Some
Considerations About Bioindicators in Environmental Monitoring Polish
Journal of Environmental Studies (PJES) 13(5): 453-462.
Mahajoeno, E., Efendi, M., dan Ardiansyah. 2001. Keanekaragaman Larva
Insekta pada Sungai-sungai Kecil di Hutan Jobolarangan. Jurusan Biologi
FMIPA UNS. Surakarta. Biodiversitas, 2(2)
Odum, P.E. 1996. Dasar - Dasar Ekologi. Edisi Ketiga. Terjemahan oleh
Koesbiono, D. G. Bengon, M. Eidmen & Sukarjo. PT. Gramedia. Jakarta.
Putri P E, Henny H dan Dahelmi. 2015. Inventarisasi Semut Subfamili Formicinae
di Kawasan Cagar Alam Lembah Anai, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera
Barat. Jurnal Biologi Universitas Andalas. 4(1) Maret 2015: 15-25 (ISSN :
2303-2162)
Rizali A, Buchori D, Triwidodo H. 2002. Keanekaragaman Serangga pada Lahan
Persawahan-Tepian Hutan, Indikator untuk Kesehatan Lingkungan. Jurnal
Hayati Vol. 9, No. 2. hlm. 41-48. ISSN 0854-8587
Ruslan, H. 2009. Komposisi Dan Keanekaragaman Serangga Permukaan Tanah
Pada Habitat Hutan Homogen dan Heterogen Di Pusat Pendidikan
Konservasi Alam (Ppka) Bodogol, Sukabumi, Jawa Barat. Jurnal Biologi.
Fakultas Biologi Universitas Nasional, Jakarta. Issn 1978-9513. Vol. 02
No. 1
Shahabuddin. 2004. Potensi dan Metode Penggunaan Serangga Sebagai
Bioindikator Kesehatan Hutan (Potential and Methods of Using Insects as
Bioindicator of Forest Health). Program Doktoral Entomologi Pertanian:
IPB.
Siwi. 1991. The Insects of Australia A textbook for Students and Research
Workers. Cornell University Press, New York.
Soegianto, A. 2010. Ekologi Perairan Tawar. Airlangga University Press.
Surabaya.
Sudaryanti, S., Soehardjan, M., dan Wardojo, S. 2001. Status Pengetahuan
Tentang Potensi Serangga Akuatik dan Pengembangannya sebagai
Indikator Cemaran Air. Prosiding SimposiumKeanekaragaman Hayati
artropoda pada Sistem Produksi Pertanian. PEI & Yayasan Kehati.
Swasta, I. B.J. 2003. Diktat Ekologi Hewan Jurdik Biologi Un diksha: Singaraja.
Web design and Development by the UNT Library Multimedia Development Lab.
This site is licensed under a Creative Commons AttributionNonCommercial-ShareAlike 2.5 License. Diakses (07 November 2016).
10
Yohanes AH. 2001. Pemanfaatan Serangga Akuatik sebagai Bioindikator
Kontaminasi Insektisida Di Sungai Citarum. Institut Pertanian Bogor
Juni 2001.
Yudyanugraha, FH. 2012. Keanekaragaman Serangga Air Sebagai Penduga
Kualitas Perairan Pada Sungai Maron dan Sungai Sempur, Seloliman,
Trawas, Mojokerto. Skripsi.Fakultas Sains dan Teknologi. Universitas
Airlangga.
Yuni R A, Titrawani, Elvyra. 2013. Jenis – Jenis Parasit Pada Ikan Baung (Mystus
nemurus) dari Perairan Sungai Siak Kecamatan Rumbai Pesisir Pekanbaru.
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Kampus Binawidya.
Pekanbaru.
11
BAB V LAMPIRAN-LAMPIRAN
6.1. Lampiran 1. Biodata Ketua, Anggota, dan Dosen Pendamping
12
13
14
15
16
17
18
6.2 Lampiran 2. Justifikasi Anggaran Kegiatan
1. Peralatan penunjang
Material
Peminjaman
Microskop streo
Gunting
Sepatu Bot
Meteran
Thermoghymeter
Kaca Lup
Alat Bedah
Sarung Tangan
Buku Identifikasi
serangga
Perangkap
serangga
Sub Total
Kuantitas
Justifikasi
pemakaian
3 buah
Justifikasi pemakaian
Harga
Satuan (Rp)
Jumlah ( Rp)
Melihat serangga
Rp 500.000
Rp 500.000
3
3
1
2
3
1
1/pac
1/buku
Pemotongan tali transek
Penunjuk arah pembuatan transek
Untuk mengukur
Pegukuran tanah
Melihat serangga yang kurang jelas
Alat untuk mengambil serangga
Pengaman Tangan
Mengidentifikasi serangga
Rp 15.000/pcs
Rp 150.000/pcs
Rp. 75.000/pcs
Rp. 100.000/pcs
Rp. 20.000/pcs
Rp. 300.000/pcs
Rp. 60.000/box
Rp. 400.000
Rp 45.000
Rp 450.000
Rp 75.000
Rp. 200.000
Rp. 60.000
Rp. 300.000
Rp. 60.000
Rp. 400.000
3
Alat penangkap Serangga Air
Rp. 120.000/pcs Rp. 360.000
Rp. 2.450.000
2. Bahan Habis Pakai
Justifikasi
Pemakaian
Pengawet Sampel
Menandai Sampel
Pembuatan garis
transek
Tempat sampel
Tempat air yang
akan diambil
Pengaman
Tangan
Pengawet sampel
Material
Formalin
Kertas Label
Tali rafia
Botol sampel
Ember 10 liter
Sarung Tangan
Alkohol 70%
Sub Total
Kuantitas
Harga Satuan (Rp) Jumlah (Rp)
1000 ml
1 pac
Rp 30.000/ 1ml
Rp 3.000/pac
Rp. 300.000/liter
Rp. 3.000
10 gulung
Rp. 8.000/glng
Rp. 80.000
50 botol
Rp. 5. 000/botol
Rp. 250.000
3 ember
Rp. 20.000/ember
Rp. 60.000
1/pac
Rp. 60.000/box
Rp. 60.000
1000 ml
Rp. 100.000/liter
Rp. 100.000
Rp. 853.000
3. Perjalanan
Material
Justifikasi Perjalanan
Kuantitas
Perjalanan dari Kec. Bukit 6X
Tranportasi darat
Raya ke Kec. Rumbai
(pulang pergi)
Pesisir
Penginapan
2 bulan
Harga
Satuan
Jumlah
(Rp)
Rp 50.000/1 x Rp. 300.000
berangkat
Rp 500.000/bulan
Rp.
19
Transportasi
Lokal
Tempat
menginap/beristirahat
Tranportasai Penelitian
1.000.000
5x
Rp 200.000
Sub Total
Rp.
1.000.000
Rp.
2.300.000
4. Lain-lain
Material
Publikasi
Dokumentasi
Justifikasi
Kuantitas
Perjalanan
Publikasi
jurnal 1x
nasional
Pencetakan photo 1x
penelitian
Komunikasi
3x
Komunikasi
Sub Total
TOTAL KESELURUHAN
Harga Satuan (Rp)
Jumlah
Rp 500.000
Rp. 500.000
Rp 150.000
Rp. 150.000
Rp 150.000/orang
Rp. 450.000
Rp. 1.100.000
Rp.6.703.000
20
6.3. Lampiran 3. Susunan Organisasi Tim Kegiatan dan Pembagian Tugas
No. Nama/NIM
Program
Studi
Bidang
Ilmu
Alokasi
Waktu
(jam/minggu)
1
Ejiadi/130202005
Sarjana
Biologi
21
Jam/minggu
2
Yopy
Marlyandika/150
202050
Sarjana
Biologi
21
Jam/minggu
3
Dimas
Putra
Sarjana
Duara/150202040
Biologi
21
Jam/minggu
Uraian Tugas
o Survey Lokasi
o Menentukan Plot
Yang
Sesuai
Lokasi
o Pengambilan
Sampel
o Pembuatan
Proposal
o Pembuatan Hasil
o Survey Lokasi
o Menentukan Plot
Yang
Sesuai
Lokasi
o Pengambilan
Sampel
o Identifikasi Data
o Menganalisa Data
o Survey Lokasi
o Menentukan Plot
Yang
Sesuai
Lokasi
o Pengambilan
Sampel
o Pembuat
LampiranLampiran
o Membeli Bahan
Dan Alat Yang
Akan digunakan
21
6.4 Lampiran 4. Surat Pernyataan Ketua Peneliti
KEANEKARAGAMAN POPULASI SERANGGA AIR SEBAGAI
BIOINDIKATOR DI SUNGAI SIAK KOTA PEKANBARU
BIDANG KEGIATAN
PKM PENELITIAN
Diusulkan oleh:
Ejiadi (130202005) Angkatan 2013
Yopy Marlyandika (150202050) Angkatan 2015
Dimas Putra Duara (150202040) Angkatan 2015
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH RIAU
PEKANBARU
2016
Halaman Pengesahan
ii
DAFTAR ISI
Halaman Sampul ....................................................................................................... i
Halaman Pengesahan ............................................................................................... ii
Daftar Isi................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..............................................................................................1
1.2 Batasan Masalah............................................................................................1
1.3 Rumusan Masalah .........................................................................................2
1.4 Tujuan Penelitian ..........................................................................................2
1.5 Kegunaan Penelitian......................................................................................2
1.6 Luaran Yang diharapkan ...............................................................................2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sungai ............................................................................................................2
2.2 Sungai Siak ...................................................................................................2
2.3 Serangga Air..................................................................................................3
2.4 Ordo Serangga Air ........................................................................................3
2.5 Bioindikator ..................................................................................................4
BAB III. METODO0LOGI PENELITIAN
3.1 Waktu & Tempat Pelaksana ..........................................................................6
3.2 Alat & Bahan.................................................................................................6
3.3 Metode Penelitian..........................................................................................6
3.4 Prosedur Kerja ...............................................................................................6
3.4.1 Langkah Persiapan ..................................................................................6
3.4.2
Penempatan Plot Penelitian .....................................................................6
3.4.3
Penangkapan Serangga Air .....................................................................6
3.4.4
Analisa Data ............................................................................................7
BAB IV. BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN
4.1 Anggaran Biaya .............................................................................................8
4.2 Jadwal Kegiatan ............................................................................................8
BAB V. DAFTAR PUSTAKA ................................................................................8
BAB VI. LAMPIRAN-LAMPIRAN
iii
6.1. Lampiran 1. Biodata Ketua, Anggota, dan Dosen Pendamping .................11
6.2. Lampiran 2 Justifikasi Anggaran Kegiatan .................................................18
6.3. Lampiran 3. Susunan Organisasi Tim Kegiatan dan Pembagian Tugas ..20
6. 4. Lampiran 4. Surat Pernyataan Ketua Peneliti ............................................21
iv
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Sungai Siak merupakan salah satu sungai utama di Provinsi Riau, sungai ini
membelah Kota Pekanbaru dan menjadi sungai tersibuk di Provinsi Riau.
Berbagai kegiatan berlangsug di sepanjang Sungai Siak seperti pelayaran kapal,
berbagai industri serta pemukiman penduduk. Berbagai kegiatan tersebut
diperkirakan akan berpengaruh dan memberikan dampak buruk terhadap sungai
tersebut. Yuni et al (2013), menyatakan bahwa Sungai Siak merupakan salah satu
sungai terdalam di Indonesia yang kondisi perairannya paling buruk di Riau.
Kondisi ini terutama diakibatkan oleh tingginya aktivitas industri, buangan
domestik, penambangan minyak bumi, penebangan hutan dan intensifnya
penggunaan sungai sebagai transportasi air, sehingga perairan mengalami tekanan
yang mempengaruhi kualitas perairan dan makhluk hidup di dalamnya.
Hal ini diperkuat oleh pendapat Bapedal Propinsi Riau (2005), bahwa
disamping sebagai sumber air minum dan lainnya Sungai Siak juga merupakan
tempat penampungan berbagai kegiatan industri, pertanian, perkebunan dan lain
sebagainya mulai dari hulu sampai ke hilir. Sebagai suatu ekosistem, sungai
merupakan habitat berbagai jenis makhluk hidup.
Menurut Haneda (2013), salah satu kelompok yang penting dari organisme
di ekosistem air yaitu serangga air. Serangga air merupakan kelompok serangga
yang sebagian hidupnya berada di badan air seperti sungai.
Popoola dan Otalaker (2011), menyatakan bahwa serangga air merupakan
indikator yang baik bagi kualitas air. Beberapa dari serangga air sensitif terhadap
polusi sedangkan sebagian dapat hidup dan berkembang biak terhadap polusi.
Keberadaan serangga sangat tergantung pada ketersediaan energi dan sumber
makanan untuk melangsungkan hidupnya, seperti bahan organik (Ruslan, 2009).
Pada ekosistem perairan serangga air berperan dalam siklus nutrien dan
merupakan komponen penting dari jaringan makanan di perairan (Jana et al.,
2009).
Melihat begitu pentingnya keberadaan serangga air untuk menggabarkan
kualitas lingkungan dan juga belum pernah dilakukan penelitian tentang
keanekaragaman serangga air di daerah aliran Sungai Siak Kota Pekanbaru. Maka,
penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Keanekaragaman Populasi
Serangga Air Sebagai Bioindikator di Sungai Siak Kota Pekanbaru”.
1.2
Batasan Masalah
Batasan masalah dalam penelitian ini adalah mengetahui keanekaragaman
populasi serangga air dan potensinya untuk dapat dijadikan sebagai bioindikator
pencemaran di Sungai Siak Kota Pekanbaru.
1.3
Rumusan Masalah
2
Pencemaran air cenderung mempengaruhi keanekaragaman serangga air
secara berbeda, sehingga berbagai penelitian tentang serangga airterus
dikembangkan pada berbagai ekosistem. Dalam hal ini penulis akan melihat
keanekaragaman populasi serangga air dan potensinya untuk dijadikan sebagai
bioindikator di Sungai Siak Kota Pekanbaru.
1.4
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui indeks keanekaragaman dari
serangga air, dan potensinya untuk dijadikan sebagai bioindikator di Sungai Siak
Kota Pekanbaru.
1.5
Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperoleh informasi tetang serangga
air yang didapat dijadikan bioindikator untuk mengetahui keseimbangan
lingkungan hidup. Selain itu meningkatkan pengetahuan tentang keanekaragaman
yang penting dalam membantu sebagai peringatan dini terjadi pencemaran air
pada aliran Sungai Siak di Kota Pekanbaru.
1.6
Luaran Yang Diharapkan
Ditemukan jenis keanekargaman populasi serangga air serta potensinya
sebagai sebagai bioindikator di Sungai Siak Kota pekanbaru.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Sungai
Sungai merupakan ekosistem akuatik yang mengalir dari daratan tinggi ke
daratan rendah. Walaupun sungai menempati daerah yang relatif kecil
dibandingkan dengan habitat laut dan daratan, namun arti yang sangat besar dalam
kehidupan manusia. Habitat air tawar berdasarkan gerakan aliran airnya dapat
digolongkan dalam habitat air mengalir atau disebut juga habitat lotik, misalnya
sungai dan habitat air tergenang atau disebut juga habitat lentik, misalnya danau,
rawa, dan kolam (Yudyanugraha FH, 2012).
2.2
Sungai Siak
Menurut Iskandar (2012), Sungai Siak merupakan sungai terdalam di
Indonesia yang memiliki karakteristik unik. Sungai ini panjangnya mencapai ±
345 km dengan debit aliran berkisar antara 594-7859 m/detik (antara tahun 19811992). Panjang Sungai Siak yang dapat dilayari mencapai 200 Km. Lebar Sungai
Siak bervariasi dari 20-200 m dan kedalaman antara 6-26 m, dengan penampang
dasar berbentuk V. Saat ini debit minimum Sungai Siak sekitar 45 m3/detik dan
debit maksimum rata-rata 1700m/detik, sedangkan debit normal sebesar 200
m3/detik. Rasio debit musim kemarau terhadap debit musim hujan dari waktu ke
waktu menunjukkan peningkatan, karena semakin rusaknya daerah tangkapan air
yang disebabkan oleh tingginya alih guna lahan hutan menjadi lahan perkebunan.
3
Perubahan fungsi hidro-orologis tersebut akhirnya mengakibatkan kurang
idealnya pola ketersediaan air.
2.3
Serangga Air
Serangga Air merupakan jenis serangga yang sebagian atau keseluruhan
fase hidupnya barada di dalam air. Biasanya habitat dari fase nimfanya berbeda
dengan fase imago yaitu nimfanya biasanya hidup di dalam air. Pada naiads
terdapat alat bernapas semacam insang dan habitatnya di air, sedangkan pada fase
imago habitatnya di darat atau di udara dan alat pernapasannya menggunakan
trakea (Ike WP, 2013).
Beberapa ordo yang masuk ke dalam kelompok serangga air antara lain
Ephemeroptera, Odonata, Plecoptera, Trichoptera, Coleoptera, Lepidoptera,
Hemiptera, Diptera, Megaloptera, dan Neuroptera. Mereka hidup sebagai
herbivora, karnivora, dan detrivora. Serangga akuatik dan komponen biota akuatik
lainnya dapat digunakan sebagai indikator untuk melalui tingkat cemaran
(Sudaryanti et al.,2001).
2.4
Ordo Serangga Air
Menurut Yudyanugraha FH (2012), bahwa serangga dari ordo Coleoptera
baik tahap larva maupun dewasa kebanyakan bersifat akuatik dan hidup di bawah
permukaan air. Pada tahap akhir larva, insekta ini umumnya berpindah ke daratan
membentuk pupa, lalu kembali lagi ke air untuk berubah menjadi tahap dewasa
penuh. Coleoptera akuatik memiliki kebiasaan makan yang beragam, kebanyakan
merupakan predator, baik larva ataupun dewasa
Trichoptera merupakan insekta holometabola dengan larva dan pupa berada
di air, sedangkan dewasa berada di darat. Ditemukan sangat beragam di habitat
dingin yang mengalir. Trichoptera berarti “sayap rambut”, yang disamakan
dengan rambut seperti setae yang menutupi sayap pada saat dewasa.
Lepidoptera akuatik merupakan insekta darat utama yang bersifat fitofagus.
Kebanyakan larva spesies ini memakan jaringan tumbuhan tingkat tinggi,
pamakan daun atau membuat lubang dan akar.
Ephemeroptera merupakan insekta hemimetabola, nimfa hidup akuatik,
sedangkan dewasa hidup di kolam atau aliran air dan di udara. Larva umumnya
bersifat herbivora, memakan detritus atau alga. Beberapa spesies bersifat “filter
feeders” (Kolektor) atau karnivora. Ordo ini sangat unik karena memiliki 2 tahap
pembentukan sayap. Sayap awal muncul pada tahap subimago (tahap akhir larva)
dan seringkali tanpa pengamatan seksual.
Odonata merupakan insekta hemimetabola. Larva hisup di air dan
perilakunya sangat berbeda dengan hewan dewasa. Bentuk dewasa terbang dan
terlihat jelas., seringkali dengan warna – warna terang dan lebih aktif
dibandingkan kebanyakan insekta air yang hidup di darat. Kondisi ini sebenernya
4
dipengaruhi banyak hal diantaranya keadaan air, besar kecilnya arus air dan
faktor-faktor ekologi lain.
Pleceoptera merupakan insekta hemimetabola, larva ordo ini dicirikan hidup
pada air dingin yang mengalir. Kebanyakan larvanya bersifat herbivora terutama
memakan detritus dari tanaman, beberapa kelompok ada yang bersifat karnivora
tetapi pada tahap larva awal dari semua spesies pemakan detritus.
2.5 Bioindikator
Salah satu cara yang digunakan untuk memantau perubahan yang terjadi di
dalam suatu ekosistem adalah pemanfaatan bioindikator. Swasta (2003)
menyatakan bahwa bioindikator ekologis adalah mahluk yang diamati
penampakannya untuk dipakai sebagai petunjuk tentang keadaan kondisi
lingkungan dan sumber daya pada habitatnya. Selain itu, menurut Kopciuch
(2004) bioindikator adalah indikator biologis terhadap suatu kualitas lingkungan
yang dapat memberikan suatu gambaran situasi ekologi. Menurut Odum (1993)
adapun pedoman mengenai mahluk yang dapat digunakan sebagai bioindikator
ekologis yaitu:
1. Spesies steno (kisran toleransinya sempit) lebih baik dipakai sebagai
indikator dibandingkan dengan spesies yang euri (kisaran toleransinya
luas).
2. Spesies yang dewasa lebih baik dipakai sebagai indikator dibandingkan
dengan yang masih muda.
3. Sebelum mempercayai penampakan mahluk sebagai indikator ekologis,
maka terlebih dahulu harus ada bukti yang cukup bahwa suatu faktor yang
dipermasalahkan memang benar dapat membatasi.
4. Banyak hubungan diantara jenis, populasi, dan seluruh komunitas
seringkali memberikan indikator yang lebih dapat dipercaya daripada satu
jenis yang tunggal karena integrasi keadaan yang lebih baik dicerminkan
oleh keseluruhan daripada oleh sebagian.
Yohanes AH (2001), menyatakan bahwa bioindikator yang dapat
digunakan untuk memantau keadaan polusi di suatu tempat sebaiknya memenuhi
kriteria sebagai berikut:
1. Organisme yang dijadikan sebagai bioindikator memiliki kisaran toleransi
yang sempit terhadap perubahan lingkungan.
2. Organisme yang dijadikan sebagai bioindikator memiliki kebiasaan hidup
menetap di suatu tempat atau pemencarannya terbatas.
3. Organisme yang dijadikan sebagai bioindikator mudah dilakukan
pengambilan sampel dan merupakan organisme yang umum dijumpai di
lokasi pengamatan.
4. Akumulasi dari polutan tidak mengakibatkan kematian pada organisme
yang dijadikan sebagai bioindikator.
5
Organisme yang dijadikan sebagai bioindikator lebih disukai yang berumur
panjang, sehingga dapat diperoleh individu contoh dari berbagai stadium atau dari
berbagai tingkatan umur. Selanjutnya menurut Shahabuddin (2003), bahwa
beberapa kriteria umum yang dapat digunakan untuk menggunakan suatu jenis
organisme sebagai bioindikator adalah:
1. Secara taksonomi telah stabil dan cukup diketahui.
2. Sejarah alamiahnya diketahui
3. Siap dan mudah disurvei dan dimanipulasi
4. Taksa yang lebih tinggi terdistribusi secara luas pada berbagai tipe
habitat
5.
Taksa yang lebih rendah spesialis dan sensitif terhadap perubahan
habitat.
6. Pola keanekaragaman mengambarkan atau terkait dengan taksa lainnya
yang berkerabat atau tidak.
Yohanes AH (2001), menyatakan bahwa memilahkan spesies indikator
polutan menjadi lima kelompok, yaitu:
1. Sentinel Suatu spesies organisme yang memiliki sensitivitas tinggi
terhadap polutan, yang mana spesies organisme ini umumnya
diintroduksikan ke suatu habitat untuk mengetahui dan memberi
peringatan dini terjadinya polusi.
2. Detektor suatu spesies organisme, penghuni asli di suatu habitat, yang
mampu menunjukkan adanya perubahan yang dapat diukur (misalnya
perilaku, kematian, morfologi) pada lingkungan yang berubah.
3. Eksploitor Suatu spesies organisme yang kehadirannya menunjukkan
adanya suatu goncangan atau polusi di suatu tempat, bahkan jumlah
individunya berlimpah di tempat terjadinya polusi (karena kurangnya
kompetisi dengan spesies lain yang tidak mampu hidup di tempat
terjadinya polusi).
4. Akumulator uatu spesies organisme yang mengambil dan
mengakumulasikan senyawa-senyawa kimia dalam jumlah yang dapat
diukur.
5. Organisme "bioassay" suatu spesies organisme terpilih, yang digunakan
untuk media pendeteksi adanya polutan di laboratorium, baik besarnya
konsentrasi suatu polutan maupun tingkat toksisitas suatu polutan.
6
BAB III
METODOLOGI
3.1. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari sampai April 2017 di Sungai
Siak Kecamatan Rumbai Pesisir Kota Pekanbaru Identifikasi Serangga air di
lakukan di Laboratorium Universitas Muhammadiyah Riau.
3.2. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Insecting net, tali raffia,
botol sampel, pinset,meteran, Mikroskop Disecting, perangkap serangga Rigging
an Emergent Trap, kaca lup, thermoghymeter, gunting, kuas kecil, sarung tangan,
kamera dan alat tulis. Bahan yang digunakan dalam penelitian in adalah kantong
plastik, kertas label, Alkohol 70% dan formalin 4 %.
3.3. Metode Penelitian
Metode yang digunakan untuk pengumpulan data dari penelitian ini yaitu dari
data primer dan sekunder. Data primer berupa pengkoleksian serangga air dengan
metode menggunakan perangkap serangga yaitu Rigging an Emergent Trap. Data
sekunder berupa informasi yang telah tersedia dari data lokasi penelitian seperti
luas lokasi, kondisi iklim, dan topografi.
3.4. Prosedur Kerja
3.4.1. Langkah Persiapan
Langkah persiapan meliputi survei lapangan atau observasi awal untuk
memperoleh gambaran tentang lokasi penelitian. pemilihan lokasi penelitian ini
adalah di Sungai Siak Kecamatan Rumbai Pesisir Kota Pekanbaru.
3.4.2. Penempatan Plot Penelitian
Dalam pengambilan sampling terdapat 3 stasiun yang telah ditentukan yaitu
stasiun 1 terletak di Permukiman penduduk yang berada dikawasan tepi sungai,
stasiun 2 berada tepat di samping industry Karet, dan stasiun 3 berada dikawasan
yang tidak terdapat permukiman penduduk dan kawasan industri.
3.4.3. Penangkapan Serangga Air
Penangkapan serangga air dilakukan dengan menggunakan metode Insect
Trap. Metode ini merupakan metode yang mudah dilakukan dengan bantuan alat
yang disebut Rigging an Emergent Trap . Dengan memasang alat tersebut di
permukaan air dan dibiar hingga batas waktu yang diinginkan. Penangkapan
serangga air dilakukan dengan waktu yang berdeda-beda yaitu pagi dimulai dari
jam 08.00-16.00. Kemudian Serangga yang tertangkap dilapangan, kemudian
dilakukan pengawetan serangga air dengan cara basah, yaitu specimen diawetkan
menggunakan Formalin 4%. Koleksi basah digunakan untuk serangga yang
7
berukuran kecil. Serangga air dimasukkan ke dalam botol koleksi yang telah
diberi Formalin 4% dan diberi label.
3.4.4. Analisi Data
Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif kemudian ditampilkan dalam
bentuk gambar dan tabel.
A. Analisis Data Serangga
1. Indeks Keanekaragaman Serangga
Indeks Keanekaragaman dihitung dengan
(Odum,1996).
rumus
Shannon-Wiener
Dimana: H’= Indeks keanekaragaman
ni = Jumlah individu dalam genus ke-I (per plot).
N = Jumlah total individu (per plot).
Dengan kriteria :
Jika H < 1 = Keanekaragaman rendah
Jika 1 0,75 berarti nilai kesamaan tinggi
BAB IV BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN
4.1. Anggaran Biaya
No.
1.
2.
3.
4.
Jenis pengeluaran
Peralatan penunjang
Bahan Habis Pakai
Transportasi
Lain-lain
Jumlah
Biaya
Rp. 2.450.000
Rp. 853.000
Rp. 2.300.000
Rp. 1.100.000
Rp. 6.703.000
4.2. Jadwal Kegiatan
No.
1.
2.
3.
4.
5.
Jenis Kegiatan
Survei lokasi
Pemasan transek
Penangkapan serangga air
Idenhtifikasi
Analisis data, Pelaporan dan Hasil
februari
Bulan
Maret
April
BAB V DAFTAR PUSTAKA
Borror DJ, Long DM, Triplehorn CA. 2005. An Introduction to the Study Of
Insects. Philadelphi ; Saunders & Collage Publishing.
Haneda F N, Kusmana C, Kusuma D F. 2013. Keanekaragaman Serangga di
Ekosistem Mangrove. Fakultas Kehutanan IPB. Jurnal Silvikultur Tropika
Vol. 04 No. 01 April 2013, Hal. 42 – 46 ISSN: 2086-8227
Ike, WP. 2013. Analisis Larva Akuatik Insekta Sebagai Indikator Kualitas
Perairan Di Hulu Sungai Gajah Wong. Skripsi. Jurusan Biologi. Fakultas
Sains Dan Teknologi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga
Yogyakarta.
9
Iskandar J dan Dahiyat Y. 2012. Keaneka Ragaman Ikan Di Sungai Siak Riau.
Bionatura-Jurnal Ilmu-ilmu Hayati dan Fisik. ISSN 1411-0903. Vol. 14,
No. 1, Maret 2012: 51 – 58.
Jana S, Pahari PR, Dutta TK, Bhattacharya T, 2009. Diversity and community
structure of aquatic insects in a pond in Midnapore town, West Bengal,
India.
Kopciuch, G., B. Berecka, J. Bartoszewicz, B. Buszewski. 2004. Some
Considerations About Bioindicators in Environmental Monitoring Polish
Journal of Environmental Studies (PJES) 13(5): 453-462.
Mahajoeno, E., Efendi, M., dan Ardiansyah. 2001. Keanekaragaman Larva
Insekta pada Sungai-sungai Kecil di Hutan Jobolarangan. Jurusan Biologi
FMIPA UNS. Surakarta. Biodiversitas, 2(2)
Odum, P.E. 1996. Dasar - Dasar Ekologi. Edisi Ketiga. Terjemahan oleh
Koesbiono, D. G. Bengon, M. Eidmen & Sukarjo. PT. Gramedia. Jakarta.
Putri P E, Henny H dan Dahelmi. 2015. Inventarisasi Semut Subfamili Formicinae
di Kawasan Cagar Alam Lembah Anai, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera
Barat. Jurnal Biologi Universitas Andalas. 4(1) Maret 2015: 15-25 (ISSN :
2303-2162)
Rizali A, Buchori D, Triwidodo H. 2002. Keanekaragaman Serangga pada Lahan
Persawahan-Tepian Hutan, Indikator untuk Kesehatan Lingkungan. Jurnal
Hayati Vol. 9, No. 2. hlm. 41-48. ISSN 0854-8587
Ruslan, H. 2009. Komposisi Dan Keanekaragaman Serangga Permukaan Tanah
Pada Habitat Hutan Homogen dan Heterogen Di Pusat Pendidikan
Konservasi Alam (Ppka) Bodogol, Sukabumi, Jawa Barat. Jurnal Biologi.
Fakultas Biologi Universitas Nasional, Jakarta. Issn 1978-9513. Vol. 02
No. 1
Shahabuddin. 2004. Potensi dan Metode Penggunaan Serangga Sebagai
Bioindikator Kesehatan Hutan (Potential and Methods of Using Insects as
Bioindicator of Forest Health). Program Doktoral Entomologi Pertanian:
IPB.
Siwi. 1991. The Insects of Australia A textbook for Students and Research
Workers. Cornell University Press, New York.
Soegianto, A. 2010. Ekologi Perairan Tawar. Airlangga University Press.
Surabaya.
Sudaryanti, S., Soehardjan, M., dan Wardojo, S. 2001. Status Pengetahuan
Tentang Potensi Serangga Akuatik dan Pengembangannya sebagai
Indikator Cemaran Air. Prosiding SimposiumKeanekaragaman Hayati
artropoda pada Sistem Produksi Pertanian. PEI & Yayasan Kehati.
Swasta, I. B.J. 2003. Diktat Ekologi Hewan Jurdik Biologi Un diksha: Singaraja.
Web design and Development by the UNT Library Multimedia Development Lab.
This site is licensed under a Creative Commons AttributionNonCommercial-ShareAlike 2.5 License. Diakses (07 November 2016).
10
Yohanes AH. 2001. Pemanfaatan Serangga Akuatik sebagai Bioindikator
Kontaminasi Insektisida Di Sungai Citarum. Institut Pertanian Bogor
Juni 2001.
Yudyanugraha, FH. 2012. Keanekaragaman Serangga Air Sebagai Penduga
Kualitas Perairan Pada Sungai Maron dan Sungai Sempur, Seloliman,
Trawas, Mojokerto. Skripsi.Fakultas Sains dan Teknologi. Universitas
Airlangga.
Yuni R A, Titrawani, Elvyra. 2013. Jenis – Jenis Parasit Pada Ikan Baung (Mystus
nemurus) dari Perairan Sungai Siak Kecamatan Rumbai Pesisir Pekanbaru.
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Kampus Binawidya.
Pekanbaru.
11
BAB V LAMPIRAN-LAMPIRAN
6.1. Lampiran 1. Biodata Ketua, Anggota, dan Dosen Pendamping
12
13
14
15
16
17
18
6.2 Lampiran 2. Justifikasi Anggaran Kegiatan
1. Peralatan penunjang
Material
Peminjaman
Microskop streo
Gunting
Sepatu Bot
Meteran
Thermoghymeter
Kaca Lup
Alat Bedah
Sarung Tangan
Buku Identifikasi
serangga
Perangkap
serangga
Sub Total
Kuantitas
Justifikasi
pemakaian
3 buah
Justifikasi pemakaian
Harga
Satuan (Rp)
Jumlah ( Rp)
Melihat serangga
Rp 500.000
Rp 500.000
3
3
1
2
3
1
1/pac
1/buku
Pemotongan tali transek
Penunjuk arah pembuatan transek
Untuk mengukur
Pegukuran tanah
Melihat serangga yang kurang jelas
Alat untuk mengambil serangga
Pengaman Tangan
Mengidentifikasi serangga
Rp 15.000/pcs
Rp 150.000/pcs
Rp. 75.000/pcs
Rp. 100.000/pcs
Rp. 20.000/pcs
Rp. 300.000/pcs
Rp. 60.000/box
Rp. 400.000
Rp 45.000
Rp 450.000
Rp 75.000
Rp. 200.000
Rp. 60.000
Rp. 300.000
Rp. 60.000
Rp. 400.000
3
Alat penangkap Serangga Air
Rp. 120.000/pcs Rp. 360.000
Rp. 2.450.000
2. Bahan Habis Pakai
Justifikasi
Pemakaian
Pengawet Sampel
Menandai Sampel
Pembuatan garis
transek
Tempat sampel
Tempat air yang
akan diambil
Pengaman
Tangan
Pengawet sampel
Material
Formalin
Kertas Label
Tali rafia
Botol sampel
Ember 10 liter
Sarung Tangan
Alkohol 70%
Sub Total
Kuantitas
Harga Satuan (Rp) Jumlah (Rp)
1000 ml
1 pac
Rp 30.000/ 1ml
Rp 3.000/pac
Rp. 300.000/liter
Rp. 3.000
10 gulung
Rp. 8.000/glng
Rp. 80.000
50 botol
Rp. 5. 000/botol
Rp. 250.000
3 ember
Rp. 20.000/ember
Rp. 60.000
1/pac
Rp. 60.000/box
Rp. 60.000
1000 ml
Rp. 100.000/liter
Rp. 100.000
Rp. 853.000
3. Perjalanan
Material
Justifikasi Perjalanan
Kuantitas
Perjalanan dari Kec. Bukit 6X
Tranportasi darat
Raya ke Kec. Rumbai
(pulang pergi)
Pesisir
Penginapan
2 bulan
Harga
Satuan
Jumlah
(Rp)
Rp 50.000/1 x Rp. 300.000
berangkat
Rp 500.000/bulan
Rp.
19
Transportasi
Lokal
Tempat
menginap/beristirahat
Tranportasai Penelitian
1.000.000
5x
Rp 200.000
Sub Total
Rp.
1.000.000
Rp.
2.300.000
4. Lain-lain
Material
Publikasi
Dokumentasi
Justifikasi
Kuantitas
Perjalanan
Publikasi
jurnal 1x
nasional
Pencetakan photo 1x
penelitian
Komunikasi
3x
Komunikasi
Sub Total
TOTAL KESELURUHAN
Harga Satuan (Rp)
Jumlah
Rp 500.000
Rp. 500.000
Rp 150.000
Rp. 150.000
Rp 150.000/orang
Rp. 450.000
Rp. 1.100.000
Rp.6.703.000
20
6.3. Lampiran 3. Susunan Organisasi Tim Kegiatan dan Pembagian Tugas
No. Nama/NIM
Program
Studi
Bidang
Ilmu
Alokasi
Waktu
(jam/minggu)
1
Ejiadi/130202005
Sarjana
Biologi
21
Jam/minggu
2
Yopy
Marlyandika/150
202050
Sarjana
Biologi
21
Jam/minggu
3
Dimas
Putra
Sarjana
Duara/150202040
Biologi
21
Jam/minggu
Uraian Tugas
o Survey Lokasi
o Menentukan Plot
Yang
Sesuai
Lokasi
o Pengambilan
Sampel
o Pembuatan
Proposal
o Pembuatan Hasil
o Survey Lokasi
o Menentukan Plot
Yang
Sesuai
Lokasi
o Pengambilan
Sampel
o Identifikasi Data
o Menganalisa Data
o Survey Lokasi
o Menentukan Plot
Yang
Sesuai
Lokasi
o Pengambilan
Sampel
o Pembuat
LampiranLampiran
o Membeli Bahan
Dan Alat Yang
Akan digunakan
21
6.4 Lampiran 4. Surat Pernyataan Ketua Peneliti