Delapan fase proses pembelajaran menurut

Delapan fase proses pembelajaran menurut Robert M. Gagne (19850 adalah: a)
Motivasi, fase awal memulai pembelajaran dengan adanya dorongan untuk
melakukan suatu tindakan dalam mencapai tujuan tertentu. b) Pemahaman,
individu menerima dan memahami informasi yang diperoleh dari pembelajaran.
5
c) Pemerolehan, individu memberikan makna/mempersepsi segala informasi yang
sampai pada dirinya sehingga terjadi proses penyimpanan dalam memori siswa. d)
Penahanan, menahan informasi/hasil belajar agar dapat digunakan untuk jangka
panjang. e) Ingatan kembali mengeluarkan kembali informasi yang telah disimpan,
bila ada rangsangan. f) Generalisasi, menggunakan hasilpembelajaran untuk
keperluan tertentu. g) Perlakuan, perwujudan perubahan perilaku individu sebagai
hasil pembelajaran. h) Umpan balik, individu memperoleh feedback dari perilaku
yang telah dilakukannya.
Ada sembilan langkah yang harus diperhatikan pendidik di kelas kaitannya dengan
pembelajaran pemrosesan informasi. a) Melakukan tindakan untuk menarik
perhatian siswa. b) Memberikan informasi mengenai tujuan pembelajaran dan topik
yang akan dibahas. c) Merangsang siswa untuk memulai aktivitas pembelajaran. d)
Menyampaikan isi pembelajaran sesuai dengan topik yang telah direncanakan. e)
Memberikan bimbingan bagi aktivitas siswa dalam pembelajaran. f) Memberikan
penguatan pada perilaku pembelajaran. g) Memberikan feedback terhadap perilaku
yang ditunjukkan siswa. h) Melaksanakan penilaian proses dan hasil. i) Memberikan

kesempatan kepada siswa untuk bertanya dan menjawab berdasarkan
pengalamannya.

Komponen-komponen pemrosesan informasi dipilih berdasarkan perbedaan fungsi,
kapasitas bentuk informasi, serta proses terjadinya ”lupa”. Ketiga komponen tersebut adalah
sebagai berikut :
a. Sensory Receptor (SR)
Sensory Receptor adalah sel tempat pertama kali informasi diterima dari luar. Di dalam
SR informasi ditangkap dalam bentuk aslinya, informasi hanya bertahan dalam waktu yang
sangat singkat dan mudah tergangu atau berganti.
b. Working Memory (WM)
Working Memory diasumsikan mampu menangkap informasi yang mendapat perhatian
individu, perhatian dipengaruhi oleh persepsi. Karekateristik Working Memoryadalah
memiliki kapasitas terbatas (informasi hanya mampu bertahan 15 detik jika tidak diadakan
pengulangan) dan informasi dapat disandi dalam bentuk yang berbeda dari stimulus aslinya.
Artinya agar informasi dapat bertahan dalam WM, upayakan jumlah informasi tidak melebihi
kapasitas disamping melakukan pengulangan.

c.


Long Term Memory (LTM)
Long Term Memory diasumsikan: 1) berisi semua pengetahuan yang telah dimiliki oleh
individu, 2) mempunyai kapasitas tidak terbatas, dan 3) bahwa sekali informasi disimpan di
dalam LTM, ia tidak akan pernah terhapus atau hilang. Sedangkan lupa adalah proses gagalnya
memunculkan kembali informasi yang diperlukan. Tennyson mengemukakan proses
penyimpanan informasi merupakan proses mengasimilisasikan pengetahuan baru pada
pengetahuan yang telah dimiliki, yang selanjutnya berfungsi sebagai dadar pengetahuan.
Kelebihan teori pemrosesan informasi
1.
Dengan menerapkan teori pemprosesan informasi akan membantu
meningkatkan keaktifan peserta didik dalam berfkir. Sehingga peserta
didik akan didorong untuk berfkir di dalam kegiatan pembelajaran.
2.
Peserta didik akan berusaha untuk mengaitkan proses pembelajaran
yang menarik dengan materi yang disampaikan.
3.
Guru dan pendidik di tuntut untuk kreatif dalam kegiatan
pembelajaran. Guru dituntut dapat menyampaikan materi pembelajaran
dengan metode belajar yang menyenangkan dan menarik sehingga
peserta didik dapat menerima materi dengan baik, sehingga peserta didik

akan mudah memahami dan mengingat materi yang disampaikan.
Kelemahan teori pemrosesan informasi
1.
Apabila guru tidak dapat menyampaikan materi secara kreatif dan
menarik maka peserta didik tidak dapat menerima materi yang
disampaikan dengan baik sehingga tujuan pembelajaran tidak dapat
tercapai. Selain itu apabila ada peserta didik yang tidak aktif dalam proses
pembelajaran maka guru akan sulit dalam menyampaikan materi.
1. 1.

Sensory Memory

Sensory memory atau sensory register merupakan komponen pertama dalam system memori.
Sensori memory menerima stimuli atau informasi dari lingkungan (seperti sinar, suara, bau, dan lain
sebagainya) secara terus menerus melalui alat penerima (receptor) kita. Receptor disebut juga
dengan alat-alat indera. Informasi yang diterima disimpan dalam sensory memory kurang lebih dua
detik (Baharuddin, 2007:100).
Masih dalam Baharudin (2007:100) disebutkan bahwa keberadaan sensory memory memiliki dua
implikasi dalam proses belajar. Pertama, orang harus memberikan perhatian pada informasi yang
ingin diingatnya. Kedua, waktu mendapatkan atau mengambil informasi harus dalam keadaaan

sadar. Setelah respon diterima oleh sensory memory, otak mulai bekerja untuk memberikan makna
terhadap informasi atau ransangan tersebut. Proses ini disebut Perseption atau memersepsi.
Persepsi (pengenalan pola) terjadi; yaitu proses pemberian makna terhadap sebuah input stimulus
(Schunk, 2012: 231). mengacu pada kelekatan makna pada input-input lingkungan yang diterima
melalu panca indera (Schunk, 2012: 244). Persepsi manusia terhadap informasi yang diterimanya
berdasarkan realita obyek yang mereka tangkap dan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya
(Baharuddin, 2007:101) Misalkan, bila ada tulisan seperti berikut ini,

Jika seseorang kita tanya huruf apakah itu, maka orang akan mengatakan itu huruf z, jika kita tanya
angka berapakah itu, maka orang akan menjawab 2, jika orang yang kita tanya belum pernah
mengenal sama sekali angka atau huruf maka, maka orang tersebut akan kesulitan memberi makna
dan hanya menganggap itu hanyalah simbol/coretan yang tidak berarti.
Persepsi terhadap stimuli tidak seasli atau semurni stimuli sebenarnya, karena bisa dipengaruhi
kondisi mental, pengalaman sebelumnya, motivasi-motivasi, pengetahuan, dan faktor lainnya
(Baharuddin, 2007:101). Perhatian merupakan faktor (attention) penting dalam proses ini, Tidak
semua stimuli dari lingkungan diterima manusia karena perhatian merupakan sebuah sumber yang

terbatas (Schunk, 2012: 241). pada tahapan ini satu input dipilih untuk diberikan perhatian lebih
lanjut berdasarkan tingkat aktivasinya yang tergantung kepada konteks (Schunk, 2012: 240). Jadi di
sinilah peran proses kontrol (eksekutif) mengendalikan informasi mana yang akan dipilih untuk

proses lebih lanjut.
1. 2.

Short-Term Memory (STM)

Short-term memory atau memori jangka pendek adalah sistem memori dengan kapasitas yang
terbatas di mana informasi disimpan selama 30 detik, kecuali informasi tersebut diulang atau kalau
tidak diproses lebih lanjut, karena jika diproses informasi bisa disimpan lebih lama (Santrock,
2009:364).
Short-term memory disebut juga sebagai working memory atau memori kerja. Baddeley (1993,
1998, 2000, 2001) dalam Santrock (2009: 365) menyatakan bahwa working memory seperti meja
kerja pikiran tempat berlangsungnya banyak pemrosesan informasi. Working memory terdiri atas
tiga komponen utama, yaitu putaran fonologis, working memory visual ruang, dan eksekutif sentral.
Input dari memori sensori menuju putaran fonologis, di mana informasi tentang cara bicara disimpan
dan pengulangan terjadi dan menuju working memory visual ruang, di mana informasi visual dan
ruang, termasuk imajinasi disimpan. Eksekutif sentral tidak hanya menggabungkan informasi dari
putaran fonologis dan working memory visual ruang, tetapi juga dari memori jangka panjang
(retrieval).
1. 3.


Long-Term Memory (LTM)

Long-term
memory atau memori jangka panjang adalah jenis memori yang menyimpan banyak
sekali informasi untuk periode waktu yang lama dalam cara yang relative permanen (Santrock,
2009: 366). Kapasitas memori jangka panjang manusia sangatlah mengejutkan dan efisiensi di
mana individu-individu bisa mendapatkan kembali informasi sangatlah mengesankan. Menurut
Baddeley (1998) dalam Schunk (2013:258) representasi pengetahuan dalam LTM tergantung pada
frekuensi dan kontinguitas. Makin sering suatu fakta, peristiwa, atau ide dijumpai, makin kuat
representasinya dalam memori. Selain itu, dua pengalaman yang terjadi berdekatan waktunya akan
cenderung dihubungkan dengan memori sehingga ketika salah satunya diingatkan yang satunya
akan teraktifkan. Maka, informasi dalam LTM direpresentasikan dalam struktur-struktur asosiatif.
Asosiasi-asosiasi ini sifatnya kognitif, tidak seperti asosiasi dalam teori pengkondisian yang sifatnya
behavioral (stimulus dan respon).

Model pemrosesan informasi ini didasari oleh teori belajar kognitif (Piaget) dan
berorientasi pada kemampuan peserta didik memproses informasi yang dapat
memperbaiki kemampuannya. Pemrosesan Informasi merujuk pada cara
mengumpu- lkan/menerima stimuli dari lingkungan, mengorganisasi data,
memecahkan masalah, menemukan konsep, dan menggunakan simbol verbal dan

visual.

Model pembelajaran Pemprosesan Informasi
Model ini berlandaskan teori belajar kognitif, yang dimana berorientasi pada kemampuan
siswa memproses informasi dan sistem-sistem yang dapat memperbaiki kemampuannya.
Menurut Oemar Hamalik (2011: 128-129) Pemrosesan informasi tersebut merujuk bagaimana
cara-cara atau menerima informasi stimuli dari lingkungan, mengorganisasi data, memecahkan
masalah, menemukan konsep-konsep, serta menggunakan simbol-simbol verbal dan non
verbal. Kemudian menurut Syaiful sagala (2012,74) informasi yang diberikan dalam bentuk
energy fisik tertentu (sinar untuk bahan tertulis, bunyi untuk bahan ucapan, tekanan untuk
sentuhan, dll) diterima oleh reseptor yang peka terhadap tanda dalam bentuk-bentuk
tertentu. Pada model ini, mengutamakan bagaimana membantu siswa agar mampu berpikir
produktif, memecahkan masalah dengan kemampuan intelektual yang telah dimiliki oleh peserta
didik.

Berpikir dapat diartikan menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan dan
memutuskan sesuatu, menimbang-nimbang dalam ingatan. Proses berpikir merupakan
proses kompleks dan tidak dapat dilihat secara langsung bagaimana otak bekerja dan
informasi di olah. Informasi yang diterima melalui alat indera akan dipersepsikan oleh
bagian-bagian yang berfungsi secara khusus. Model pembelajaran pemrosesan informasi

adalah model pembelajaran yang menitikberatkan pada aktivitas yang terkait dengan
kegiatan proses atau pengolahan informasi untuk meningkatkan kapabilitas siswa melalui
proses pembelajaran. Model pemrosesan informasi ini didasari oleh teori belajar kognitif
(Piaget) dan berorientasi pada kemampuan peserta didik memproses informasi yang dapat
memperbaiki

kemampuannya.

Pemrosesan

Informasi

merujuk

pada

cara

mengumpulkan/menerima stimuli dari lingkungan, mengorganisasi data, memecahkan
masalah, menemukan konsep, dan menggunakan simbol verbal dan visual


Gagne, Ellen, D. 1985. The Cognitive Psychology of School Learning. Boston: Little, Brown &
Company.
John W. Santrock. 2008. Educational Psychology 3rd ed. Boston : Mc. Graw Hill.
Joyce, Bruce; Weil, Marsha; and Calhoun, Emily. 2009. Models of Teaching. Boston USA:
Pearson Education, Inc. Eight Edition.
Kodontie, J. Robert dan Syarif, Rostam. 2008. Tata Ruang Air. Yoyakarta : CV. Andi Offset.
PLKJ –Jilid 7. 2010. Lingkungan Sekolah. PT. Galaxy Puspa Mega
Reed K.Stephen. 2007. Kognisi : Teori dan Aplikasi Edisi 7. Jakarta: Salemba Humanika.
Syihab, Umar. 2008. Mencerdasi Bencana. Jakarta: Grasindo.