ASUHAN DAN KEPERAWATAN LANSIA DENGAN
ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA DENGAN
PENYAKIT JANTUNG KORONER
Kelas 3B
Di Susun Oleh : Kelompok 4
1. DHIKA HARIYA .A.
(201501054)
2. RIZKY ARDIANSYAH
(201501074)
3. MEINIA NUR ISLAMI
(201501089)
PROGAM STUDI S1 KEPERAWATAN
STIKES BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO
TAHUN AJARAN 2015/2016
Jalan Jabon Km.6 Mojokerto Telp/Fax. (0321)3902032
www.stikes.ppni.ac.id
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat limpahan rahmat – Nya,
sehingga kami telah menyelesaikan makalah kami berjudul “Sistem Perkemihan
Laporan Pendahuluan & Asuhan Keperawatan Lansia dengan Penyakit Jantung
Koroner” untuk memenuhi tugas dari Dosen Komunitas 2.
Adapun penyelesaian makalah ini tak luput dari bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak untuk itu kami mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen
pembimbing dan teman-teman yang ikut serta dalam membantu menyelesaikan
makalah ini.
Akhirnya kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna. Sehingga
saran dan kritik yang membangun sangat kami harapkan.
Mojokerto, 25 September 2017
Penyusun
i
DAFTAR ISI
Halaman Sampul...............................................................................................i
Kata Pengantar..................................................................................................ii
Daftar Isi...........................................................................................................iii
BAB I : PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG...............................................................................1
1.2 RUMUSAN MASALAH..........................................................................2
1.3 TUJUAN....................................................................................................2
1.4 MANFAAT...............................................................................................3
BAB II : PEMBAHASAN
2.1 DEFINISI...................................................................................................4
2.2 ETIOLOGI.................................................................................................6
2.3 PATOFISIOLOGI.....................................................................................7
2.4 MANIFESTASI KLINIS...........................................................................8
2.5 KOMPLIKASI...........................................................................................9
2.6 PEMERIKSAAN PENUNJANG..............................................................10
2.7 PENATALAKSANAAN...........................................................................10
BAB III : ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA
3.1 TRIGGER CASE.......................................................................................18
3.2 ASUHAN KEPERAWATAN...................................................................20
BAB IV : PENUTUP
4.1 KESIMPULAN.........................................................................................24
4.2 SARAN......................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................25
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Penuaan adalah sebuah proses yang pasti dialami semua orang,hal ini
berarti perubahan pada fisiologi dan anatomi jantung juga akan terjadi pada
semua orang. Dengan bertambahnya usia, wajar saja bila kondisi dan fungsi
tubuh pun makin menurun.
Usia lanjut adalah usia yang sangat rentan terhadap berbagai penyakit.
Pada umumnya yang mendasari penyakit disaat lanjut usia adalah akibat
dari sisa penyakit yang pernah diderita di usia muda, penyakit karena akibat
kebiasaan dimasa lalu (seperti: merokok, minum alkohol dan sebagainya)
dan juga penyakit tertentu yang mudah sekali menyerang saat usia lanjut.
Tak heran bila pada usia lanjut,semakin banyak keluhan yang dilontarkan
karena tubuh tak lagi mau bekerja sama dengan baik seperti kala muda dulu.
Penyakit jantung koroner pada lansia mempunyai penyebab yang
multifaktorial yang saling tumpang tindih. Untuk itu kita harus terlebih
dahulu memahami mengenai konsep faktor risiko dan penyakit degeneratif.
Faktor risiko adalah suatu kebiasaan,kelainan dan faktor lain yang bila
ditemukan/dimiliki seseorang akan menyebabkan orang tersebut secara
bermakna lebih berpeluang menderita penyakit degeneratif tertentu.
Penyakit degeneratif adalah suatu penyakit yang mempunyai penyebab
dan selalu berhubungan dengan satu faktor risiko atau lebih,di mana faktorfaktor risiko tersebut bekerja sama menimbulkan penyakit degeneratif itu.
Penyakit degeneratif itu sendiri dapat menjadi faktor resiko untuk penyakit
degeneratif lain. Misalnya: penyakit jantung dan hipertensi merupakan
faktor resiko stroke.
Inilah yang menyebabkan pembahasan mengenai penyakit jantung
koroner pada lansia dapat berkembang sangat luas,yaitu karena adanya
1
keterkaitan yang sangat erat antara penyakit yang satu dengan penyakit yang
lain.
Berdasarkan data yang didapat dari penelitian di USA pada tahun
2001,penyakit jantung yang sering ditemukan adalah Penyakit Jantung
Koroner 13%,Infark Miokard Akut 8%, Kelainan Katup 4%,Gagal Jantung
2%,Penyakit Jantung Hipertensif dan Hipertensi 1%.
1.2
RUMUSAN MASALAH
Apa yang dimaksud dengan Penyakit Jantung Koroner?
Apa saja etiologi dari Penyakit Jantung Koroner?
Bagaimana patofisiologi dari Penyakit Jantung Koroner?
Apa saja manifestasi klinis dari Penyakit Jantung Koroner?
Apa saja komplikasi yang dapat terjadi dari Penyakit Jantung Koroner?
Apa saja penatalaksanaan dari Penyakit Jantung Koroner?
Bagaimana asuhan keperawatan lansia dengan diagnosa Penyakit Jantung
Koroner?
1.3 TUJUAN
1.3.1 Umum
Memahami tentang Penyakit Jantung Koroner dan Asuhan
Keperawatannya pada lansia.
1.3.2 Khusus
Mengetahui apa yang dimaksud dengan Penyakit Jantung Koroner
Mengetahui apa saja etiologi dari Penyakit Jantung Koroner
Mengetahui bagaimana patofisiologi dari Penyakit Jantung Koroner
Mengetahui apa saja manifestasi klinis dari Penyakit Jantung
Koroner
Mengetahui apa saja komplikasi yang dapat terjadi Penyakit Jantung
Koroner
2
Mengetahui apa saja yang dilakukan penatalaksanaan dari Penyakit
Jantung Koroner
Mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pada lansia dengan
diagnosa Penyakit Jantung Koroner
1.4 MANFAAT
1.4.1 Teoritis
Memberikan pengetahuan tentang Penyakit Jantung Koroner kepada
masyarakat.
Memberikan masukan kepada pengelola pendidikan keperawatan
untuk lebih mengenalkan askep lansia Penyakit Jantung Koroner
kepada peserta didiknya.
Sebagai wacana untuk penelitian selanjutnya dibidang keperawatan
khususnya yang berkaitan dengan masalah kardiovaskular
1.4.2 Praktis
Sebagai wacana untuk masukan/ pertimbangan dalam membuat
standar prosedur dalam melaksanakan perawatan pengidap Penyakit
Jantung Koroner guna untuk meningkatkan mutu pelayanan
keperawatan.
Menumbuhkan motivasi bagi tenaga pelaksana untuk menambah
pengetahuan, keahlian dan peran dalam
seperti Penyakit Jantung Koroner.
3
masalah kardovaskular
BAB 2
KONSEP DASAR
LAPORAN PENDAHULUAN
2.1
DEFINISI
Penyakit jantung koroner/ penyakit arteri koroner (penyakit jantung
artherostrofik) merupakan suatu manifestasi khusus dan arterosclerosis pada
arteri koroner. Plaque terbentuk pada percabangan arteri yang ke arah
aterion kiri, arteri koronaria kanan dan agak jarang pada arteri sirromflex.
Aliran darah ke distal dapat mengalami obstruksi secara permanen maupun
sementara yang di sebabkan oleh akumulasi plaque atau penggumpalan.
Sirkulasi kolateral berkembang di sekitar obstruksi arteromasus yang
menghambat pertukaran gas dan nutrisi ke miokardium.
Kegagalan sirkulasi kolateral untuk menyediakan supply oksigen yang
adekuat ke sel yang berakibat terjadinya penyakit arteri koronaria, gangguan
aliran darah karena obstruksi tidak permanen (angina pektoris dan angina
preinfark) dan obstruksi permanen (miocard infarct) Pusat Pendidikan
Tenaga Kesehatan Dep.kes, 1993.
Penyakit Arteri Koroner (Coronary Artery Disease) ditandai dengan
adanya endapan lemak yang berkumpul didalam sel yang melapisi dinding
suatu arteri koroner dan menyumbat aliran darah. Endapan lemak (ateroma
atau plak) terbentuk secra bertahap dan tersebar dipercabangan besar dari
kedua arteri utama, yang mengelilingi jantung dan menyediakan darah bagi
jantung.
Proses
pembentukan
ateroma
ini
disebut
aterosklerosis.
(Medicastore.com,2008)
2.2
ETIOLOGI
Penyakit Jantung Koroner pada mulanya disebabkan oleh penumpukan
lemak pada dinding dalam pembuluh darah jantung (pembuluh
4
koroner),dan hal ini lama kelamaan diikuti oleh berbagai proses seperti
penimbunan jaringan ikat, perkapuran, pembekuan darah,dan lain-lain
yang kesemuanya akan mempersempit atau menyumbat pembuluh darah
tersebut.Hal ini akan mengakibatkan otot jantung di daerah tersebut
mengalami kekurangan aliran darah dan dapat menimbulkan berbagai
akibat yang cukup serius,dari Angina Pectoris (nyeri dada) sampai
Infark Jantung, yang dalam masyarakat di kenal dengan serangan
jantung yang dapat menyebabkan kematian mendadak.
Ø Beberapa faktor resiko terpenting Penyakit Jantung Koroner :
1.
Kadar Kolesterol Total dan LDL tinggi
2.
Kadar Kolesterol HDL rendah
3.
Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi)
4.
Merokok
5.
Diabetes Mellitus
6.
Kegemukan
7.
Riwayat keturunan penyakit jantung dalam keluarga
8.
Kurang olah raga
9.
Stress
Pria dan wanita dapat terkena penyakit jantung koroner. Penyakit
jantung
koroner
dapat
diturunkan
secara
turun
temurun
(keturunan).Anda bisa terkena penyakit jantung koroner jika anda
mepunyai berat badan yang berlebihan (overweight) atau seseorang
dengan tekanan darah tinggi dan diabetes. Kolesterol tinggi bisa juga
menjadi penyakit jantung koroner. Penyakit jantung koroner bersumber
dari aneka pilihan gaya hidup yang tidak sehat seperti merokok,
kebiasaan makan dengan tinggi lemak dan kurangnya olah raga.
Ø Faktor resiko yang berkaitan dengan penyakit jantung koroner dapat
di golongkan secara logis sebagai berikut:
1.
Sifat pribadi Aterogenik.
5
Sifat aterogenik mencakup lipid darah, tekanan darah dan diabetes
melitus. Faktor ini bersama-sama berperan besar dalam menentuak
kecepatan artero- genensis (Kaplan & Stamler, 1991).
2.
Kebiasaan hidup atau faktor lingkungan yang tak di tentukan
semaunya.
Gaya hidup yang mempredisposisi individu ke penyakit jantung koroner
adalah diet yang terlalu kaya dengan kalori, lemak jenuh, kolesterol,
garam serta oleh kelambanan fisik, penambahan berat badan yang tak
terkendalikan, merokok sigaret dan penyalah gunaan alkohol (Kaplan &
Stamler, 1991).
3.
Faktor resiko kecil dan lainnya. Karena faktor resiko yang di
tetapkan akhir-akhir ini tidak tampak menjelaskan keseluruhan
perbedaan dalam kematian karena penyakit jantung koroner, maka ada
kecurigaan ada faktor resiko utama yang tak diketahui bernar-benar ada.
Berbagai faktor resiko yang ada antara lain kontrasepsi oral, kerentanan
hospes, umur dan jenis kelamin (Kaplan & Stamler, 1991).
6
2.3
PATOFISIOLOGI
8
2.4 MANIFESTASI KLINIS
1.
Dada terasa tak enak(digambarkan sebagai mati rasa, berat, atau
terbakar; dapat menjalar ke pundak kiri, lengan, leher, punggung, atau
rahang)
2.
Nyeri bag. dada
3.
Sesak napas
4.
Berdebar-debar
5.
Denyut jantung lebih cepat
6.
Pusing
7.
Mual
8.
Kelemahan yang luar biasa
9.
Resiko dan insidensi
10. Penyakit arteri koronaria merupakan masalah kesehatan yang paling
lazim dan merupakan penyebab utama kematian di USA.Walaupun data
epidemiologi menunjukan perubahan resiko dan angka kematian
penyakit ini tetap merupakan tantangan bagi tenaga kesehatan untuk
mengadakan upaya pencegahan dan penanganan. Penyakit jantung
iskemik banyak di alami oleh individu berusia yang berusia 40-70 tahun
dengan angka kematian 20 %. (Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan
Dep.kes, 1993).
11. Faktor resiko yang berkaitan dengan penyakit jantung koroner dapat di
golongkan secara logis sebagai berikut:
1.
Sifat pribadi Aterogenik.
Sifat aterogenik mencakup lipid darah, tekanan darah dan diabetes
melitus. Faktor ini bersama-sama berperan besar dalam menentuak
kecepatan artero- genensis (Kaplan & Stamler, 1991).
2.
Kebiasaan hidup atau faktor lingkungan yang tak di tentukan
semaunya.
Gaya hidup yang mempredisposisi individu ke penyakit jantung
koroner adalah diet yang terlalu kaya dengan kalori, lemak jenuh,
kolesterol, garam serta oleh kelambanan fisik, penambahan berat badan
9
yang tak terkendalikan, merokok sigaret dan penyalah gunaan alkohol
(Kaplan & Stamler, 1991).
3.
Faktor resiko kecil dan lainnya.
Karena faktor resiko yang di tetapkan akhir-akhir ini tidak tampak
menjelaskan keseluruhan perbedaan dalam kematian karena penyakit
jantung koroner, maka ada kecurigaan ada faktor resiko utama yang tak
diketahui bernar-benar ada.
Berbagai faktor resiko yang ada antara lain kontrasepsi oral, kerentanan
hospes, umur dan jenis kelamin (Kaplan & Stamler, 1991).
Pencegahan
Resiko terjadinya penyakit arteri koroner bisa dikurangi dengan
melakukan beberapa tindakan berikut:
Ø Berhenti merokok
Ø Menurunkan tekanan darah
Ø Mengurangi berat badan
Ø Melakukan olah raga.
2.5
KOMPLIKASI
a.
Serangan jantung yang mengancam jiwa menyebabkan infark myocardium(kematian otot jantung) karena persediaan darah
tidak cukup.
2.6
b.
Angina pectoris yang tidak stabil,syok dan aritmia
c.
Gagal jantung kongestif
d.
Tekanan Darah Tinggi (hipertensi)
e.
Diabetes.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tergantung kebutuhannya beragam jenis pemeriksaan dapat dilakukan
untuk menegakkan diagnosis PJK dan menentukan derajatnya. Dari yang
sederhana sampai yang invasive sifatnya.
Ø Elektrokardiogram (EKG)
Pemeriksaan aktifitas listrik jantung atau gambaran elektrokardiogram
(EKG) adalah pemeriksaan penunjang untuk memberi petunjuk adanya
10
PJK. Dengan pemeriksaan ini kita dapat mengetahui apakah sudah ada
tanda-tandanya. Dapat berupa serangan jantung terdahulu, penyempitan
atau serangan jantung yang baru terjadi, yang masing-masing
memberikan gambaran yang berbeda.
Ø Foto Rontgen Dada
Dari foto rontgen, dokter dapat menilai ukuran jantung, ada-tidaknya
pembesaran. Di samping itu dapat juga dilihat gambaran paru. Kelainan
pada koroner tidak dapat dilihat dalam foto rontgen ini. Dari ukuran
jantung dapat dinilai apakah seorang penderita sudah berada pada PJK
lanjut. Mungkin saja PJK lama yang sudah berlanjut pada payah jantung.
Gambarannya biasanya jantung terlihat membesar.
Ø Pemeriksaan Laboratorium
Dilakukan untuk mengetahui kadar trigliserida sebagai faktor resiko.
Dari pemeriksaan darah juga diketahui ada-tidaknya serangan jantung
akut dengan melihat kenaikan enzim jantung.
Ø Bila dari semua pemeriksaan diatas diagnosa PJK belum berhasil
ditegakkan,
biasanya
dokter
jantung/
kardiologis
akan
merekomendasikan untuk dilakukan treadmill.
Alat ini digunakan untuk pemeriksaan diagnostic PJK. Berupa ban
berjalan serupa dengan alat olah raga umumnya, namun dihubungkan
dengan monitor dan alat rekam EKG. Prinsipnya adalah merekam
aktifitas fisik jantung saat latihan. Dapat terjadi berupa gambaran EKG
saat aktifitas, yang memberi petunjuk adanya PJK. Hal ini disebabkan
karena jantung mempunyai tenaga serap, sehingga pada keadaan
sehingga pada keadaan tertentu dalam keadaan istirahat gambaran EKG
tampak normal.
Dari hasil treadmill ini telah dapat diduga apakah seseorang menderita
PJK. Memang tidak 100% karena pemeriksaan dengan treadmill ini
sensitifitasnya hanya sekitar 84% pada pria sedangka untuk wanita hanya
72%. Berarti masih mungkin ramalan ini meleset sekitar 16%, artinya
dari 100 orang pria penderita PJK yang terbukti benar hanya 84 orang.
11
Biasanya perlu pemeriksaan lanjut dengan melakukan kateterisasi
jantung.
Ø Kateterisasi Jantung
Pemeriksaan ini dilakukan dengan memasukkan kateter semacam
selang seukuran ujung lidi. Selang ini dimasukkan langsung ke pembuluh
nadi (arteri). Bisa melalui pangkal paha, lipatan lengan atau melalui
pembuluh darah di lengan bawah. Kateter didorong dengan tuntunan alat
rontgen langsung ke muara pembuluh koroner. Setelah tepat di
lubangnya, kemudian disuntikkan cairan kontras sehingga mengisi
pembuluh koroner yang dimaksud. Setelah itu dapat dilihat adanya
penyempitan
atau
malahan
mungkin
tidak
ada
penyumbatan.
Penyempitan atau penyumbatan ini dapat saja mengenai beberapa tempat
pada satu pembuluh koroner. Bisa juga sekaligus mengenai beberapa
pembuluh koroner. Atas dasar hasil kateterisasi jantung ini akan dapat
ditentukan penanganan lebih lanjut. Apakah apsien cukup hanya dengan
obat saja, disamping mencegah atau mengendalikan bourgeois resiko.
Atau mungkin memerlukan intervensi yang dikenal dengan balon.
Banyak juga yang menyebut dengan istilah ditiup atau balonisasi. Saat ini
disamping dibalon dapat pula dipasang stent, semacam penyangga seperti
cincin atau gorng-gorong yang berguna untuk mencegah kembalinya
penyempitan. Bila tidak mungkin dengan obat-obatan, dibalon dengan
atau tanpa stent, upaya lain adalah dengan melakukan bedah pintas
koroner. (Carko, 2009)
2.7
PENATALAKSANAAN
Pengobatan penyakit jantung koroner meliputi perubahan gaya
hidup, obat-obatan dan prosedur khusus.
a.
Perubahan gaya hidup :
Ø Diet sehat, mencegah atu menurunkan tekanan darah tinggi,
kolesterol tinggi dan memp[ertahankan berat badan sehat.
Ø Berhenti merokok
12
Ø Olah raga
Ø Kurangi berat badan bila overweigh atau obesitas
Ø Kurangi stress
b.
Obat :
Beberapa
obat
mengurangi
beban
kerja
jantung
dan
menyembuhkan keluhan penyakit jantung koroner. Obat lain
mengurangi resiko serangan jantung atau kematian mendadak.
Ø Obat penurun kolesterol
Ø Anti koagulan
Ø Aspirin membantu mencegah terbentuk clot di dalam arteri
Ø Penyekat ACE
Ø Penyekat BETA
Ø Penyekat kalsium
Ø Nitrogliserin
Ø Nitrat
Ø Obat Trombolitik
c.
Prosedur khusus :
Ø Angioplasti : prosedur ini membuka arteri koroner yang tertutup
atau menyempit. Prosedur ini meningktkan aliran darah ke otot
jantung , menyembuhkan sakit dada, dan mencegah serangan jantung.
Ø Coronary arteri By pass surgery / operasi bypass : prosedur ini
menggunakan arteri atau vena dari bagian tubuh lain untuk
melewati/bypass arteri koroner yang menyempit. Prosedur ini
menyembuhkan sakit dada dan mencegah serangan jantung
Ø Latihan / exercise
d. Pencegahan :
Pencegahan dimulai dengan mengenal faktor-faktor resiko. Dengan
mengontrol faktor-faktor resiko yang ada dengan modifikasi gaya
hidup dan obat-obatan kita mungkin mencegah atau menunda
perkembangan penyakit jantung koroner.
13
14
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA
1.1 PENGKAJIAN
1.1.1 Identitas
Menanyakan nama, jenis kelamin ,alamat, nomor telepon yang bisa
dihubungi
1.1.2 Riwayat Keperawatan
1.1.2.1 Riwayat Keperawatan Sekarang
Klien mengeluh kencing berwarna seperti cucian daging,
bengkak sekitar perut. Tidak nafsu makan, mual , muntah dan
diare. Badan panas hanya sutu hari pertama sakit.
1.1.2.2 Riwayat Keperawatan Dahulu
Apakah klien pernah mengeluh kelainan pada ginjal
sebelumnya, atau gejala-gejala tumor wilms
1.1.2.3 Riwayat Kesehatan Keluarga
Apakah ada riwayat keluarga klien pernah mengidap
kanker atau tumor sebelumnya
1.1.3 Pemeriksaan Fisik
Pada penderita tumor wilm pengkajian dilakukan dengan melihat
adanya : massa tumor pada abdomen, kaji manifestasi tumor wilm,
kaji hasil pemeriksaan laboratorium.
a. Pola nutrisi dan metabolik
Suhu badan normal hanya panas hari pertama sakit. Dapat
terjadi kelebihan beban sirkulasi karena adanya retensi natrium dan
air, edema pada sekitar mata dan seluruh tubuh. Klien mudah
15
mengalami infeksi karena adanya depresi sistem imun. Adanya
mual , muntah dan anoreksia menyebabkan intake nutrisi yang
tidak adekuat. BB meningkat karena adanya edema. Perlukaan pada
kulit dapat terjadi karena uremia.
b. Pola eliminasi :
Eliminasi fekal tidak ada gangguan, sedangkan eliminasi urin :
gangguan pada glumerulus menyebakan sisa-sisa metabolisme
tidak dapat diekskresi dan terjadi penyerapan kembali air dan
natrium pada tubulus yang tidak mengalami gangguan yang
menyebabkan oliguria sampai anuria ,proteinuri, hematuria.
c. Pola Aktifitas dan latihan :
Pada klien dengan kelemahan, malaise, kelemahan otot dan
kehilangan tonus karena adanya hiperkalemia. Dalam proses
perawatan klien perlu istirahat selama 2 minggu dan mobilisasi
duduk dimulai bila tekanan darah sudah normal selama 1 minggu.
d. Pola tidur dan istirahat :
Klien tidak dapat tidur terlentang karena sesak dan gatal karena
adanya uremia. keletihan, kelemahan malaise, kelemahan otot dan
kehilangan tonus.
e. Persepsi diri :
Klien cemas dan takut karena urinenya berwarna merah, edema,
dan perawatan yang lama. Anak berharap dapat sembuh kembali
seperti semula
f. Hubungan peran :
Lingkungan perawatann yang baru dan kondisi penyakit yang
kritis menyebabkan anak banyak diam.
16
1.2 ANALISA DATA
Data – data
Masalah Keperawatan
Data subjektif :
Anak mengatakan nyeri di daerah
perutnya
Data objektif :
Anak
tampak
memegang
daerah perutnya
Tekanan
darah
Nyeri akut
140/110
mmHg
Takikardi dan takipnea
Data subjektif :
Anak mengatakan tidak mau makan
Data objektif :
Terjadi penurunan berat badan
Kekurangan Nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
Makanan tidak di habiskan
Data subjektif :
Anak mengatakan lemas dan lelah
Data objektif :
Terbaring lemas di tempat
tidur
Anak
kurang
Intoleransi aktivitas
bersemangat
dalam beraktivitas
Malaise
1.3 DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan efek fisiologis dari neoplasia
17
2. Kekurangan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
peningkatan kebutuhan metabolime, kehilangan protein dan penurunan
intake
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan
18
1.4 INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnos
a
Tujuan
Hasil
Nyeri
Tujuan :
berhubu
Pasien
ngan
mengalami nyeri atau
dengan
nyeri menurun sampai
3. Berikan analgesik sesuai ketentuan
3. Mengurangi rasa sakit
efek
tingkat
4. Berikan
4. Untuk
fisiologi
diterima anak. Dalam
s
waktu : .....x 24 jam
dari
neoplasi
a
&
Kriteria
tidak
yang
dapat
Intervensi
1. Kaji tingkat nyeri
1. Menentukan tindakan selanjutnya
2. Lakukan tehnik pengurangan nyeri
2. Sebagai analgesik tambahan
non farmakologis
obat
berkurang
5. Hindari aspirin atau senyawanya
dapat
diadaptasikan, skala nyeri
berkurang
- Dapat
mencegah
kambuhnya
5. Karena
aspirin
meningkatkan
kecenderungan pendarahan
nyeri
/
jadwal
nyeri
subyektif
melaporkan
dengan
preventif
Kriteria Hasil:
- Secara
Rasional
mengidentifikasi
21
aktifitas
yang
meningkatkan
atau
menurunkan nyeri
- Klien tidak gelisah
Kekuran
Tujuan :
gan
Dalam waktu …x 24
Nutrisi
jam, kebutuhan nutrisi
kurang
tubuh dapat terpenuhi
dari
Kriteria Hasil:
kebutuh
Mendemontrasikan
an tubuh
berat badan stabil atau
berhubu
penambahan
ngan
badan progresif kearah
dengan
tujuan
peningk
normalisasi
atan
laboratorium dan bebas
kebutuh
dari tanda malnutrisi
berat
dengan
1. Catat intake dan output makanan
secara akurat
2. Kaji adanya tanda-tanda perubahan
nutrisi : Anoreksi, Letargi,
hipoproteinemia.
3. Beri diet yang bergizi
4. Beri makanan dalam porsi kecil tapi
sering
5. Beri suplemen vitamin dan besi sesuai
instruksi
nilai
an
22
1. Monitoring asupan nutrisi bagi
tubuh
2. Gangguan nutrisi dapat terjadi
secara berlahan
3. Diare sebagai reaksi oedema
intestine dapat memperburuk status
nutrisi
4. Mencegah status nutrisi menjadi
lebih buruk
5. Membantu dalam proses
metabolisme
metaboli
me,
kehilang
an
protein
dan
penurun
an
intake.
Intoleran
si
aktivitas
berhubu
ngan
dengan
`kelelah
an
Tujuan :
1. Mengurangi pengeluaran energi.
1. Pertahankan tirah baring bila terjadi
Setelah
dilakukan
perawatan selama …x
24 jam, pasien dapat
istirahat
dengan
adekuat
edema berat
2. Seimbangkan istrahat dan aktivitas
bila ambulasi
3. Intrusikan pada anak untuk istrahat
bila anak merasa lelah
Kriteria Hasil:
- Mampu
melakukan
23
2. Mengurangi
kelelahan
pasien
3. Untuk menghemat energy
pada
aktifitas sehari-hari.
- Mampu
memenuhi
kebutuhannya sendiri.
24
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
4.2
Penyakit jantung pada lansia mempunyai penyebab yang multifaktorial yang
saling tumpang tindih.
Penyakit degeneratif adalah suatu penyakit yang mempunyai penyebab dan
selalu berhubungan dengan satu faktor resiko atau lebih, di mana faktorfaktor resiko tersebut bekerja sama menimbulkan penyakit degeneratif itu.
PJK merupakan penyakit yang paling sering ditemukan pada lansia.
Penyakit jantung koroner (PJK) bertanggung jawab untuk morbiditas dan
mortalitas yang signifikan pada pasien usia lanjut (yaitu, 65 tahun dan lebih
tua).
Gagal jantung adalah sindrom klinis (sekumpulan tanda dan gejala),ditandai
oleh sesak napas dan fatik (saat istirahat atau saat aktifitas) yang disebabkan
oleh kelainan struktur atau fungsi jantung.
Merokok tembakau memiliki efek merusak pada sistem kardiovaskular,
mewujudkan
peningkatan kejadian infark miokard (MI),stroke dan
kematian
SARAN
Mengingat betapa pentingnya kesehatan bagi lansia,maka disarankan
agar para tenaga kesehatan memberikan asuhan keperawatan yang tepat dan
sesuaikepada lansia agar angka harapan hidup lansiameningkat.
24
DAFTAR PUSTAKA
Iskandar Zulkarnaen.2012.MAKALAH PENYAKIT JANTUNG PADA
LANSIA.
http://kuliahiskandar.blogspot.com/2012/05/makalah-penyakitjantung-pada-lansia_26.html. (Diakses: 11 agustus 2014)
Doengoes, Marylin E., 1989, Nursing Care Plans, USA Philadelphia: F.A Davis
Company.
Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan, 1993, Proses Keperawatan Pada Pasien
Dengan Gangguan Sistem Krdiovaskuler, Jakarta: departemen Kesehatan.
Kaplan, Norman M., 1991, Pencegahan Penyakit Jantung Koroner, Jakarta: Balai
penerbit buku kedokteran EGC.
25
PENYAKIT JANTUNG KORONER
Kelas 3B
Di Susun Oleh : Kelompok 4
1. DHIKA HARIYA .A.
(201501054)
2. RIZKY ARDIANSYAH
(201501074)
3. MEINIA NUR ISLAMI
(201501089)
PROGAM STUDI S1 KEPERAWATAN
STIKES BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO
TAHUN AJARAN 2015/2016
Jalan Jabon Km.6 Mojokerto Telp/Fax. (0321)3902032
www.stikes.ppni.ac.id
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat limpahan rahmat – Nya,
sehingga kami telah menyelesaikan makalah kami berjudul “Sistem Perkemihan
Laporan Pendahuluan & Asuhan Keperawatan Lansia dengan Penyakit Jantung
Koroner” untuk memenuhi tugas dari Dosen Komunitas 2.
Adapun penyelesaian makalah ini tak luput dari bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak untuk itu kami mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen
pembimbing dan teman-teman yang ikut serta dalam membantu menyelesaikan
makalah ini.
Akhirnya kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna. Sehingga
saran dan kritik yang membangun sangat kami harapkan.
Mojokerto, 25 September 2017
Penyusun
i
DAFTAR ISI
Halaman Sampul...............................................................................................i
Kata Pengantar..................................................................................................ii
Daftar Isi...........................................................................................................iii
BAB I : PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG...............................................................................1
1.2 RUMUSAN MASALAH..........................................................................2
1.3 TUJUAN....................................................................................................2
1.4 MANFAAT...............................................................................................3
BAB II : PEMBAHASAN
2.1 DEFINISI...................................................................................................4
2.2 ETIOLOGI.................................................................................................6
2.3 PATOFISIOLOGI.....................................................................................7
2.4 MANIFESTASI KLINIS...........................................................................8
2.5 KOMPLIKASI...........................................................................................9
2.6 PEMERIKSAAN PENUNJANG..............................................................10
2.7 PENATALAKSANAAN...........................................................................10
BAB III : ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA
3.1 TRIGGER CASE.......................................................................................18
3.2 ASUHAN KEPERAWATAN...................................................................20
BAB IV : PENUTUP
4.1 KESIMPULAN.........................................................................................24
4.2 SARAN......................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................25
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Penuaan adalah sebuah proses yang pasti dialami semua orang,hal ini
berarti perubahan pada fisiologi dan anatomi jantung juga akan terjadi pada
semua orang. Dengan bertambahnya usia, wajar saja bila kondisi dan fungsi
tubuh pun makin menurun.
Usia lanjut adalah usia yang sangat rentan terhadap berbagai penyakit.
Pada umumnya yang mendasari penyakit disaat lanjut usia adalah akibat
dari sisa penyakit yang pernah diderita di usia muda, penyakit karena akibat
kebiasaan dimasa lalu (seperti: merokok, minum alkohol dan sebagainya)
dan juga penyakit tertentu yang mudah sekali menyerang saat usia lanjut.
Tak heran bila pada usia lanjut,semakin banyak keluhan yang dilontarkan
karena tubuh tak lagi mau bekerja sama dengan baik seperti kala muda dulu.
Penyakit jantung koroner pada lansia mempunyai penyebab yang
multifaktorial yang saling tumpang tindih. Untuk itu kita harus terlebih
dahulu memahami mengenai konsep faktor risiko dan penyakit degeneratif.
Faktor risiko adalah suatu kebiasaan,kelainan dan faktor lain yang bila
ditemukan/dimiliki seseorang akan menyebabkan orang tersebut secara
bermakna lebih berpeluang menderita penyakit degeneratif tertentu.
Penyakit degeneratif adalah suatu penyakit yang mempunyai penyebab
dan selalu berhubungan dengan satu faktor risiko atau lebih,di mana faktorfaktor risiko tersebut bekerja sama menimbulkan penyakit degeneratif itu.
Penyakit degeneratif itu sendiri dapat menjadi faktor resiko untuk penyakit
degeneratif lain. Misalnya: penyakit jantung dan hipertensi merupakan
faktor resiko stroke.
Inilah yang menyebabkan pembahasan mengenai penyakit jantung
koroner pada lansia dapat berkembang sangat luas,yaitu karena adanya
1
keterkaitan yang sangat erat antara penyakit yang satu dengan penyakit yang
lain.
Berdasarkan data yang didapat dari penelitian di USA pada tahun
2001,penyakit jantung yang sering ditemukan adalah Penyakit Jantung
Koroner 13%,Infark Miokard Akut 8%, Kelainan Katup 4%,Gagal Jantung
2%,Penyakit Jantung Hipertensif dan Hipertensi 1%.
1.2
RUMUSAN MASALAH
Apa yang dimaksud dengan Penyakit Jantung Koroner?
Apa saja etiologi dari Penyakit Jantung Koroner?
Bagaimana patofisiologi dari Penyakit Jantung Koroner?
Apa saja manifestasi klinis dari Penyakit Jantung Koroner?
Apa saja komplikasi yang dapat terjadi dari Penyakit Jantung Koroner?
Apa saja penatalaksanaan dari Penyakit Jantung Koroner?
Bagaimana asuhan keperawatan lansia dengan diagnosa Penyakit Jantung
Koroner?
1.3 TUJUAN
1.3.1 Umum
Memahami tentang Penyakit Jantung Koroner dan Asuhan
Keperawatannya pada lansia.
1.3.2 Khusus
Mengetahui apa yang dimaksud dengan Penyakit Jantung Koroner
Mengetahui apa saja etiologi dari Penyakit Jantung Koroner
Mengetahui bagaimana patofisiologi dari Penyakit Jantung Koroner
Mengetahui apa saja manifestasi klinis dari Penyakit Jantung
Koroner
Mengetahui apa saja komplikasi yang dapat terjadi Penyakit Jantung
Koroner
2
Mengetahui apa saja yang dilakukan penatalaksanaan dari Penyakit
Jantung Koroner
Mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pada lansia dengan
diagnosa Penyakit Jantung Koroner
1.4 MANFAAT
1.4.1 Teoritis
Memberikan pengetahuan tentang Penyakit Jantung Koroner kepada
masyarakat.
Memberikan masukan kepada pengelola pendidikan keperawatan
untuk lebih mengenalkan askep lansia Penyakit Jantung Koroner
kepada peserta didiknya.
Sebagai wacana untuk penelitian selanjutnya dibidang keperawatan
khususnya yang berkaitan dengan masalah kardiovaskular
1.4.2 Praktis
Sebagai wacana untuk masukan/ pertimbangan dalam membuat
standar prosedur dalam melaksanakan perawatan pengidap Penyakit
Jantung Koroner guna untuk meningkatkan mutu pelayanan
keperawatan.
Menumbuhkan motivasi bagi tenaga pelaksana untuk menambah
pengetahuan, keahlian dan peran dalam
seperti Penyakit Jantung Koroner.
3
masalah kardovaskular
BAB 2
KONSEP DASAR
LAPORAN PENDAHULUAN
2.1
DEFINISI
Penyakit jantung koroner/ penyakit arteri koroner (penyakit jantung
artherostrofik) merupakan suatu manifestasi khusus dan arterosclerosis pada
arteri koroner. Plaque terbentuk pada percabangan arteri yang ke arah
aterion kiri, arteri koronaria kanan dan agak jarang pada arteri sirromflex.
Aliran darah ke distal dapat mengalami obstruksi secara permanen maupun
sementara yang di sebabkan oleh akumulasi plaque atau penggumpalan.
Sirkulasi kolateral berkembang di sekitar obstruksi arteromasus yang
menghambat pertukaran gas dan nutrisi ke miokardium.
Kegagalan sirkulasi kolateral untuk menyediakan supply oksigen yang
adekuat ke sel yang berakibat terjadinya penyakit arteri koronaria, gangguan
aliran darah karena obstruksi tidak permanen (angina pektoris dan angina
preinfark) dan obstruksi permanen (miocard infarct) Pusat Pendidikan
Tenaga Kesehatan Dep.kes, 1993.
Penyakit Arteri Koroner (Coronary Artery Disease) ditandai dengan
adanya endapan lemak yang berkumpul didalam sel yang melapisi dinding
suatu arteri koroner dan menyumbat aliran darah. Endapan lemak (ateroma
atau plak) terbentuk secra bertahap dan tersebar dipercabangan besar dari
kedua arteri utama, yang mengelilingi jantung dan menyediakan darah bagi
jantung.
Proses
pembentukan
ateroma
ini
disebut
aterosklerosis.
(Medicastore.com,2008)
2.2
ETIOLOGI
Penyakit Jantung Koroner pada mulanya disebabkan oleh penumpukan
lemak pada dinding dalam pembuluh darah jantung (pembuluh
4
koroner),dan hal ini lama kelamaan diikuti oleh berbagai proses seperti
penimbunan jaringan ikat, perkapuran, pembekuan darah,dan lain-lain
yang kesemuanya akan mempersempit atau menyumbat pembuluh darah
tersebut.Hal ini akan mengakibatkan otot jantung di daerah tersebut
mengalami kekurangan aliran darah dan dapat menimbulkan berbagai
akibat yang cukup serius,dari Angina Pectoris (nyeri dada) sampai
Infark Jantung, yang dalam masyarakat di kenal dengan serangan
jantung yang dapat menyebabkan kematian mendadak.
Ø Beberapa faktor resiko terpenting Penyakit Jantung Koroner :
1.
Kadar Kolesterol Total dan LDL tinggi
2.
Kadar Kolesterol HDL rendah
3.
Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi)
4.
Merokok
5.
Diabetes Mellitus
6.
Kegemukan
7.
Riwayat keturunan penyakit jantung dalam keluarga
8.
Kurang olah raga
9.
Stress
Pria dan wanita dapat terkena penyakit jantung koroner. Penyakit
jantung
koroner
dapat
diturunkan
secara
turun
temurun
(keturunan).Anda bisa terkena penyakit jantung koroner jika anda
mepunyai berat badan yang berlebihan (overweight) atau seseorang
dengan tekanan darah tinggi dan diabetes. Kolesterol tinggi bisa juga
menjadi penyakit jantung koroner. Penyakit jantung koroner bersumber
dari aneka pilihan gaya hidup yang tidak sehat seperti merokok,
kebiasaan makan dengan tinggi lemak dan kurangnya olah raga.
Ø Faktor resiko yang berkaitan dengan penyakit jantung koroner dapat
di golongkan secara logis sebagai berikut:
1.
Sifat pribadi Aterogenik.
5
Sifat aterogenik mencakup lipid darah, tekanan darah dan diabetes
melitus. Faktor ini bersama-sama berperan besar dalam menentuak
kecepatan artero- genensis (Kaplan & Stamler, 1991).
2.
Kebiasaan hidup atau faktor lingkungan yang tak di tentukan
semaunya.
Gaya hidup yang mempredisposisi individu ke penyakit jantung koroner
adalah diet yang terlalu kaya dengan kalori, lemak jenuh, kolesterol,
garam serta oleh kelambanan fisik, penambahan berat badan yang tak
terkendalikan, merokok sigaret dan penyalah gunaan alkohol (Kaplan &
Stamler, 1991).
3.
Faktor resiko kecil dan lainnya. Karena faktor resiko yang di
tetapkan akhir-akhir ini tidak tampak menjelaskan keseluruhan
perbedaan dalam kematian karena penyakit jantung koroner, maka ada
kecurigaan ada faktor resiko utama yang tak diketahui bernar-benar ada.
Berbagai faktor resiko yang ada antara lain kontrasepsi oral, kerentanan
hospes, umur dan jenis kelamin (Kaplan & Stamler, 1991).
6
2.3
PATOFISIOLOGI
8
2.4 MANIFESTASI KLINIS
1.
Dada terasa tak enak(digambarkan sebagai mati rasa, berat, atau
terbakar; dapat menjalar ke pundak kiri, lengan, leher, punggung, atau
rahang)
2.
Nyeri bag. dada
3.
Sesak napas
4.
Berdebar-debar
5.
Denyut jantung lebih cepat
6.
Pusing
7.
Mual
8.
Kelemahan yang luar biasa
9.
Resiko dan insidensi
10. Penyakit arteri koronaria merupakan masalah kesehatan yang paling
lazim dan merupakan penyebab utama kematian di USA.Walaupun data
epidemiologi menunjukan perubahan resiko dan angka kematian
penyakit ini tetap merupakan tantangan bagi tenaga kesehatan untuk
mengadakan upaya pencegahan dan penanganan. Penyakit jantung
iskemik banyak di alami oleh individu berusia yang berusia 40-70 tahun
dengan angka kematian 20 %. (Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan
Dep.kes, 1993).
11. Faktor resiko yang berkaitan dengan penyakit jantung koroner dapat di
golongkan secara logis sebagai berikut:
1.
Sifat pribadi Aterogenik.
Sifat aterogenik mencakup lipid darah, tekanan darah dan diabetes
melitus. Faktor ini bersama-sama berperan besar dalam menentuak
kecepatan artero- genensis (Kaplan & Stamler, 1991).
2.
Kebiasaan hidup atau faktor lingkungan yang tak di tentukan
semaunya.
Gaya hidup yang mempredisposisi individu ke penyakit jantung
koroner adalah diet yang terlalu kaya dengan kalori, lemak jenuh,
kolesterol, garam serta oleh kelambanan fisik, penambahan berat badan
9
yang tak terkendalikan, merokok sigaret dan penyalah gunaan alkohol
(Kaplan & Stamler, 1991).
3.
Faktor resiko kecil dan lainnya.
Karena faktor resiko yang di tetapkan akhir-akhir ini tidak tampak
menjelaskan keseluruhan perbedaan dalam kematian karena penyakit
jantung koroner, maka ada kecurigaan ada faktor resiko utama yang tak
diketahui bernar-benar ada.
Berbagai faktor resiko yang ada antara lain kontrasepsi oral, kerentanan
hospes, umur dan jenis kelamin (Kaplan & Stamler, 1991).
Pencegahan
Resiko terjadinya penyakit arteri koroner bisa dikurangi dengan
melakukan beberapa tindakan berikut:
Ø Berhenti merokok
Ø Menurunkan tekanan darah
Ø Mengurangi berat badan
Ø Melakukan olah raga.
2.5
KOMPLIKASI
a.
Serangan jantung yang mengancam jiwa menyebabkan infark myocardium(kematian otot jantung) karena persediaan darah
tidak cukup.
2.6
b.
Angina pectoris yang tidak stabil,syok dan aritmia
c.
Gagal jantung kongestif
d.
Tekanan Darah Tinggi (hipertensi)
e.
Diabetes.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tergantung kebutuhannya beragam jenis pemeriksaan dapat dilakukan
untuk menegakkan diagnosis PJK dan menentukan derajatnya. Dari yang
sederhana sampai yang invasive sifatnya.
Ø Elektrokardiogram (EKG)
Pemeriksaan aktifitas listrik jantung atau gambaran elektrokardiogram
(EKG) adalah pemeriksaan penunjang untuk memberi petunjuk adanya
10
PJK. Dengan pemeriksaan ini kita dapat mengetahui apakah sudah ada
tanda-tandanya. Dapat berupa serangan jantung terdahulu, penyempitan
atau serangan jantung yang baru terjadi, yang masing-masing
memberikan gambaran yang berbeda.
Ø Foto Rontgen Dada
Dari foto rontgen, dokter dapat menilai ukuran jantung, ada-tidaknya
pembesaran. Di samping itu dapat juga dilihat gambaran paru. Kelainan
pada koroner tidak dapat dilihat dalam foto rontgen ini. Dari ukuran
jantung dapat dinilai apakah seorang penderita sudah berada pada PJK
lanjut. Mungkin saja PJK lama yang sudah berlanjut pada payah jantung.
Gambarannya biasanya jantung terlihat membesar.
Ø Pemeriksaan Laboratorium
Dilakukan untuk mengetahui kadar trigliserida sebagai faktor resiko.
Dari pemeriksaan darah juga diketahui ada-tidaknya serangan jantung
akut dengan melihat kenaikan enzim jantung.
Ø Bila dari semua pemeriksaan diatas diagnosa PJK belum berhasil
ditegakkan,
biasanya
dokter
jantung/
kardiologis
akan
merekomendasikan untuk dilakukan treadmill.
Alat ini digunakan untuk pemeriksaan diagnostic PJK. Berupa ban
berjalan serupa dengan alat olah raga umumnya, namun dihubungkan
dengan monitor dan alat rekam EKG. Prinsipnya adalah merekam
aktifitas fisik jantung saat latihan. Dapat terjadi berupa gambaran EKG
saat aktifitas, yang memberi petunjuk adanya PJK. Hal ini disebabkan
karena jantung mempunyai tenaga serap, sehingga pada keadaan
sehingga pada keadaan tertentu dalam keadaan istirahat gambaran EKG
tampak normal.
Dari hasil treadmill ini telah dapat diduga apakah seseorang menderita
PJK. Memang tidak 100% karena pemeriksaan dengan treadmill ini
sensitifitasnya hanya sekitar 84% pada pria sedangka untuk wanita hanya
72%. Berarti masih mungkin ramalan ini meleset sekitar 16%, artinya
dari 100 orang pria penderita PJK yang terbukti benar hanya 84 orang.
11
Biasanya perlu pemeriksaan lanjut dengan melakukan kateterisasi
jantung.
Ø Kateterisasi Jantung
Pemeriksaan ini dilakukan dengan memasukkan kateter semacam
selang seukuran ujung lidi. Selang ini dimasukkan langsung ke pembuluh
nadi (arteri). Bisa melalui pangkal paha, lipatan lengan atau melalui
pembuluh darah di lengan bawah. Kateter didorong dengan tuntunan alat
rontgen langsung ke muara pembuluh koroner. Setelah tepat di
lubangnya, kemudian disuntikkan cairan kontras sehingga mengisi
pembuluh koroner yang dimaksud. Setelah itu dapat dilihat adanya
penyempitan
atau
malahan
mungkin
tidak
ada
penyumbatan.
Penyempitan atau penyumbatan ini dapat saja mengenai beberapa tempat
pada satu pembuluh koroner. Bisa juga sekaligus mengenai beberapa
pembuluh koroner. Atas dasar hasil kateterisasi jantung ini akan dapat
ditentukan penanganan lebih lanjut. Apakah apsien cukup hanya dengan
obat saja, disamping mencegah atau mengendalikan bourgeois resiko.
Atau mungkin memerlukan intervensi yang dikenal dengan balon.
Banyak juga yang menyebut dengan istilah ditiup atau balonisasi. Saat ini
disamping dibalon dapat pula dipasang stent, semacam penyangga seperti
cincin atau gorng-gorong yang berguna untuk mencegah kembalinya
penyempitan. Bila tidak mungkin dengan obat-obatan, dibalon dengan
atau tanpa stent, upaya lain adalah dengan melakukan bedah pintas
koroner. (Carko, 2009)
2.7
PENATALAKSANAAN
Pengobatan penyakit jantung koroner meliputi perubahan gaya
hidup, obat-obatan dan prosedur khusus.
a.
Perubahan gaya hidup :
Ø Diet sehat, mencegah atu menurunkan tekanan darah tinggi,
kolesterol tinggi dan memp[ertahankan berat badan sehat.
Ø Berhenti merokok
12
Ø Olah raga
Ø Kurangi berat badan bila overweigh atau obesitas
Ø Kurangi stress
b.
Obat :
Beberapa
obat
mengurangi
beban
kerja
jantung
dan
menyembuhkan keluhan penyakit jantung koroner. Obat lain
mengurangi resiko serangan jantung atau kematian mendadak.
Ø Obat penurun kolesterol
Ø Anti koagulan
Ø Aspirin membantu mencegah terbentuk clot di dalam arteri
Ø Penyekat ACE
Ø Penyekat BETA
Ø Penyekat kalsium
Ø Nitrogliserin
Ø Nitrat
Ø Obat Trombolitik
c.
Prosedur khusus :
Ø Angioplasti : prosedur ini membuka arteri koroner yang tertutup
atau menyempit. Prosedur ini meningktkan aliran darah ke otot
jantung , menyembuhkan sakit dada, dan mencegah serangan jantung.
Ø Coronary arteri By pass surgery / operasi bypass : prosedur ini
menggunakan arteri atau vena dari bagian tubuh lain untuk
melewati/bypass arteri koroner yang menyempit. Prosedur ini
menyembuhkan sakit dada dan mencegah serangan jantung
Ø Latihan / exercise
d. Pencegahan :
Pencegahan dimulai dengan mengenal faktor-faktor resiko. Dengan
mengontrol faktor-faktor resiko yang ada dengan modifikasi gaya
hidup dan obat-obatan kita mungkin mencegah atau menunda
perkembangan penyakit jantung koroner.
13
14
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA
1.1 PENGKAJIAN
1.1.1 Identitas
Menanyakan nama, jenis kelamin ,alamat, nomor telepon yang bisa
dihubungi
1.1.2 Riwayat Keperawatan
1.1.2.1 Riwayat Keperawatan Sekarang
Klien mengeluh kencing berwarna seperti cucian daging,
bengkak sekitar perut. Tidak nafsu makan, mual , muntah dan
diare. Badan panas hanya sutu hari pertama sakit.
1.1.2.2 Riwayat Keperawatan Dahulu
Apakah klien pernah mengeluh kelainan pada ginjal
sebelumnya, atau gejala-gejala tumor wilms
1.1.2.3 Riwayat Kesehatan Keluarga
Apakah ada riwayat keluarga klien pernah mengidap
kanker atau tumor sebelumnya
1.1.3 Pemeriksaan Fisik
Pada penderita tumor wilm pengkajian dilakukan dengan melihat
adanya : massa tumor pada abdomen, kaji manifestasi tumor wilm,
kaji hasil pemeriksaan laboratorium.
a. Pola nutrisi dan metabolik
Suhu badan normal hanya panas hari pertama sakit. Dapat
terjadi kelebihan beban sirkulasi karena adanya retensi natrium dan
air, edema pada sekitar mata dan seluruh tubuh. Klien mudah
15
mengalami infeksi karena adanya depresi sistem imun. Adanya
mual , muntah dan anoreksia menyebabkan intake nutrisi yang
tidak adekuat. BB meningkat karena adanya edema. Perlukaan pada
kulit dapat terjadi karena uremia.
b. Pola eliminasi :
Eliminasi fekal tidak ada gangguan, sedangkan eliminasi urin :
gangguan pada glumerulus menyebakan sisa-sisa metabolisme
tidak dapat diekskresi dan terjadi penyerapan kembali air dan
natrium pada tubulus yang tidak mengalami gangguan yang
menyebabkan oliguria sampai anuria ,proteinuri, hematuria.
c. Pola Aktifitas dan latihan :
Pada klien dengan kelemahan, malaise, kelemahan otot dan
kehilangan tonus karena adanya hiperkalemia. Dalam proses
perawatan klien perlu istirahat selama 2 minggu dan mobilisasi
duduk dimulai bila tekanan darah sudah normal selama 1 minggu.
d. Pola tidur dan istirahat :
Klien tidak dapat tidur terlentang karena sesak dan gatal karena
adanya uremia. keletihan, kelemahan malaise, kelemahan otot dan
kehilangan tonus.
e. Persepsi diri :
Klien cemas dan takut karena urinenya berwarna merah, edema,
dan perawatan yang lama. Anak berharap dapat sembuh kembali
seperti semula
f. Hubungan peran :
Lingkungan perawatann yang baru dan kondisi penyakit yang
kritis menyebabkan anak banyak diam.
16
1.2 ANALISA DATA
Data – data
Masalah Keperawatan
Data subjektif :
Anak mengatakan nyeri di daerah
perutnya
Data objektif :
Anak
tampak
memegang
daerah perutnya
Tekanan
darah
Nyeri akut
140/110
mmHg
Takikardi dan takipnea
Data subjektif :
Anak mengatakan tidak mau makan
Data objektif :
Terjadi penurunan berat badan
Kekurangan Nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
Makanan tidak di habiskan
Data subjektif :
Anak mengatakan lemas dan lelah
Data objektif :
Terbaring lemas di tempat
tidur
Anak
kurang
Intoleransi aktivitas
bersemangat
dalam beraktivitas
Malaise
1.3 DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan efek fisiologis dari neoplasia
17
2. Kekurangan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
peningkatan kebutuhan metabolime, kehilangan protein dan penurunan
intake
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan
18
1.4 INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnos
a
Tujuan
Hasil
Nyeri
Tujuan :
berhubu
Pasien
ngan
mengalami nyeri atau
dengan
nyeri menurun sampai
3. Berikan analgesik sesuai ketentuan
3. Mengurangi rasa sakit
efek
tingkat
4. Berikan
4. Untuk
fisiologi
diterima anak. Dalam
s
waktu : .....x 24 jam
dari
neoplasi
a
&
Kriteria
tidak
yang
dapat
Intervensi
1. Kaji tingkat nyeri
1. Menentukan tindakan selanjutnya
2. Lakukan tehnik pengurangan nyeri
2. Sebagai analgesik tambahan
non farmakologis
obat
berkurang
5. Hindari aspirin atau senyawanya
dapat
diadaptasikan, skala nyeri
berkurang
- Dapat
mencegah
kambuhnya
5. Karena
aspirin
meningkatkan
kecenderungan pendarahan
nyeri
/
jadwal
nyeri
subyektif
melaporkan
dengan
preventif
Kriteria Hasil:
- Secara
Rasional
mengidentifikasi
21
aktifitas
yang
meningkatkan
atau
menurunkan nyeri
- Klien tidak gelisah
Kekuran
Tujuan :
gan
Dalam waktu …x 24
Nutrisi
jam, kebutuhan nutrisi
kurang
tubuh dapat terpenuhi
dari
Kriteria Hasil:
kebutuh
Mendemontrasikan
an tubuh
berat badan stabil atau
berhubu
penambahan
ngan
badan progresif kearah
dengan
tujuan
peningk
normalisasi
atan
laboratorium dan bebas
kebutuh
dari tanda malnutrisi
berat
dengan
1. Catat intake dan output makanan
secara akurat
2. Kaji adanya tanda-tanda perubahan
nutrisi : Anoreksi, Letargi,
hipoproteinemia.
3. Beri diet yang bergizi
4. Beri makanan dalam porsi kecil tapi
sering
5. Beri suplemen vitamin dan besi sesuai
instruksi
nilai
an
22
1. Monitoring asupan nutrisi bagi
tubuh
2. Gangguan nutrisi dapat terjadi
secara berlahan
3. Diare sebagai reaksi oedema
intestine dapat memperburuk status
nutrisi
4. Mencegah status nutrisi menjadi
lebih buruk
5. Membantu dalam proses
metabolisme
metaboli
me,
kehilang
an
protein
dan
penurun
an
intake.
Intoleran
si
aktivitas
berhubu
ngan
dengan
`kelelah
an
Tujuan :
1. Mengurangi pengeluaran energi.
1. Pertahankan tirah baring bila terjadi
Setelah
dilakukan
perawatan selama …x
24 jam, pasien dapat
istirahat
dengan
adekuat
edema berat
2. Seimbangkan istrahat dan aktivitas
bila ambulasi
3. Intrusikan pada anak untuk istrahat
bila anak merasa lelah
Kriteria Hasil:
- Mampu
melakukan
23
2. Mengurangi
kelelahan
pasien
3. Untuk menghemat energy
pada
aktifitas sehari-hari.
- Mampu
memenuhi
kebutuhannya sendiri.
24
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
4.2
Penyakit jantung pada lansia mempunyai penyebab yang multifaktorial yang
saling tumpang tindih.
Penyakit degeneratif adalah suatu penyakit yang mempunyai penyebab dan
selalu berhubungan dengan satu faktor resiko atau lebih, di mana faktorfaktor resiko tersebut bekerja sama menimbulkan penyakit degeneratif itu.
PJK merupakan penyakit yang paling sering ditemukan pada lansia.
Penyakit jantung koroner (PJK) bertanggung jawab untuk morbiditas dan
mortalitas yang signifikan pada pasien usia lanjut (yaitu, 65 tahun dan lebih
tua).
Gagal jantung adalah sindrom klinis (sekumpulan tanda dan gejala),ditandai
oleh sesak napas dan fatik (saat istirahat atau saat aktifitas) yang disebabkan
oleh kelainan struktur atau fungsi jantung.
Merokok tembakau memiliki efek merusak pada sistem kardiovaskular,
mewujudkan
peningkatan kejadian infark miokard (MI),stroke dan
kematian
SARAN
Mengingat betapa pentingnya kesehatan bagi lansia,maka disarankan
agar para tenaga kesehatan memberikan asuhan keperawatan yang tepat dan
sesuaikepada lansia agar angka harapan hidup lansiameningkat.
24
DAFTAR PUSTAKA
Iskandar Zulkarnaen.2012.MAKALAH PENYAKIT JANTUNG PADA
LANSIA.
http://kuliahiskandar.blogspot.com/2012/05/makalah-penyakitjantung-pada-lansia_26.html. (Diakses: 11 agustus 2014)
Doengoes, Marylin E., 1989, Nursing Care Plans, USA Philadelphia: F.A Davis
Company.
Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan, 1993, Proses Keperawatan Pada Pasien
Dengan Gangguan Sistem Krdiovaskuler, Jakarta: departemen Kesehatan.
Kaplan, Norman M., 1991, Pencegahan Penyakit Jantung Koroner, Jakarta: Balai
penerbit buku kedokteran EGC.
25