PROPOSAL KREATIVITAS MAHASISWA ISOLASI D

PROPOSAL KREATIVITAS MAHASISWA

ISOLASI DAN KARAKTERISASI BAKTERI
PENGHASIL ANTIBIOTIK DARI SAMPEL TANAH
TPA SUWUNG DENPASAR

Oleh :
PUTU RINA WIDHIASIH (NIM P07134014002)
DESAK GEDE DIAN PURNAMA DEWI (NIM P07134014027)
I GUSTI AGUNG AYU SATWIKHA D (P07134014005)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
2016

HALAMAN PENGESAHAN

Judul

: Isolasi dan Karakterisasi Bakteri Penghasil Antibiotik dari

Sampel Tanah TPA Suwung Denpasar

Peneliti Utama
Nama Lengkap
NIM
Jabatan Fungsional
Program Studi
Poltekkes
No. HP
Anggota Peneliti (1)
Nama Lengkap
NIM
Jabatan Fungsional
Program Studi
Poltekkes
Anggota Peneliti (2)
Nama Lengkap
NIM
Jabatan Fungsional
Program Studi

Poltekkes
Institusi Mitra
Nama Institusi Mitra
Alamat
Penanggung Jawab
Tahun Pelaksanaan
Sumber Dana Penelitian

: Putu Rina Widhiasih
: P07134014002
:: Analis Kesehatan
: Poltekkes Denpasar
: 085792189322
: Desak Gede Dian Purnama Dewi
: P07134014027
:
: Analis Kesehatan
: Poltekkes Denpasar
: I Gusti Agung Ayu Satwikha D
: P07134014005

:: Analis Kesehatan
: Poltekkes Denpasar

2016
Rp. 4.970.000,Denpasar, 2 Pebruari 2016

Mengetahui,
Kepala Unit Penelitian Poltekkes,

Ketua,

I Gusti Putu Sudita Puryana, S.TP., M.P.
NIP. 197411101999031002

Putu Rina Widhiasih
NIM. P07134014002

Direktur,
Anak Agung Ngurah Kusumajaya, S.P., M.PH.
NIP. 196911121992031003


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Antibiotik adalah salah satu metabolit sekunder yang dihasilkan oleh
mikroorganisme, baik jamur atau bakteri yang dapat digunakan untuk berbagai
keperluan di bidang kesehatan. Sebagian besar antibiotik yang digunakan saat ini
diproduksi dari bakteri karena mudah untuk diisolasi, dikultur, serta dapat
disimpan dalam jangka waktu yang lama tanpa kehilangan viabilitas. Misalnya
spesies Bacillus, merupakan bakteri yang diisolasi dominan dari tanah dan dapat
menghasilkan bacitracin untuk menghambat pertumbuhan organisme lain.
Antibiotik adalah salah satu pilar penting dari obat-obatan modern, tetapi
antibiotik generasi awal telah kehilangan keefektifan dan selalu diganti dengan
yang baru untuk penanganan berbagai spesies bakteri patogen. Mikroorganisme
yang mampu memproduksi metabolit sekunder ini umumnya memiliki struktur
kimia dan aktivitas biologis yang beragam serta diproduksi hanya oleh beberapa
spesies dari genus Bacillus. Beberapa contoh penting dari antibiotik yang
digunakan dalam perawatan medis antara lain bacitracin, Gramycidin S,
polimiksin, dan tyrotricidin diproduksi oleh Bacillus spp yang berbeda
(Abdulkadir and Waliyu, 2012).

Luasnya penggunaan antibiotik saat ini telah mengakibatkan adanya resistensi
bakteri terhadap antibiotik yang meningkat dari hari ke hari. Oleh karena itu, perlu
dikembangkan antibiotik baru atau sumber antibiotik baru yang lebih efektif untuk
pencegahan atau penanganan infeksi. Berbagai riset telah dilakukan selama
beberapa dekade terakhir dan telah berhasil memproduksi antibiotik baru dari
mikroorganisme yang berbeda. Antibiotik tersebut dapat diproduksi dari berbagai
sumber, baik dari bahan alam ataupun sintetik.
Salah satu sumber utama bakteri penghasil antibiotik adalah tanah. Bakteri
tanah dan jamur secara signifikan telah berperan penting dalam penemuan
antibiotik. Jenis mikroba dalam tanah tergantung pada kondisi lingkungan seperti
ketersediaan hara, tekstur tanah, kelembaban di dalam tanah dan jenis tutupan
vegetasi, dan jumlah bervariasi sesuai dengan jenis kondisi lingkungan (Mashoria

et al, 2014). Bakteri tanah berpotensi dimanfaatkan untuk berbagai keperluan
misalnya untuk produksi antibiotik.
Berbagai penelitian telah atau sedang dilakukan untuk menemukan bakteri
yang menghasilkan antimikroba baru yang diisolasi dari tanah. Antimikroba yang
dihasilkan tersebut diharapkan dapat dikembangkan untuk mengobati infeksi oleh
berbagai bakteri patogen. Dalam penelitian ini akan dilakukan isolasi dan
karakterisasi bakteri penghasil antibiotik yang diisolasi dari sampel tanah di

tempat pembuangan akhir (TPA) Suwung. Kemampuan penghambatan dari dari
zat antimikroba yang dihasilkan akan diuji pada berbagai mikroba patogen seperti
Staphylococcus aureus, Escherichia coli, dan Salmonella thypi. Penelitian ini
diharapkan dapat menemukan dan mengembangkan bakteri penghasil antibiotik
yang diisolasi khusus dari TPA Suwung.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dalam penelitian ini dirumuskan
permasalahan sebagai berikut:
a.

Bagaimanakah karakteristik bakteri penghasil antibiotik yang diisolasi dari
sampel tanah TPA Suwung

b.

Bagaimanakah daya hambat zat antimikroba yang dihasilkan oleh bakteri
yang diisolasi dari sampel tanah TPA Suwung.

C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

a.

Mengisolasi dan mengkarakterisasi bakteri penghasil antibiotik yang diisolasi
dari sampel tanah tanah TPA Suwung

b.

Mengetahui daya hambat zat antimikroba yang dihasilkan oleh bakteri yang
diisolasi dari sampel tanah TPA Suwung.

D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat mengetahui jenis dan potensi dari bakteri
yang diisolasi dari sampel tanah TPA Suwung dalam kemampuannya
menghasilkan antibiotik yang menghambat pertumbuhan bakteri patogen lainya.

Selain itu, penelitian dapat digunakan untuk mengembangkan potensi SDA dari
aspek mikrobiologi di TPA Suwung.
E. Urgensi
1. Jangka pendek
Penelitian ini akan mendapatkan gambaran tentang potensi bakteri yang

diisolasi dari sampel tanah TPA Suwung dalam menghasilkan antibiotik
terhadap bakteri-bakteri patogen
2. Jangka panjang
Penelitian ini membantu pengembangan penemuan antibiotik baru
terhadap bakteri-bakteri patogen
F. Luaran Penelitian
Luaran dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
(1) Data informasi mengenai jenis dan

potensi dari bakteri penghasil

antibiotik yang diisolasi dari sampel tanah TPA Suwung
(2) Pengayaan bahan ajar dalam mata kuliah Bakteriologi di Jurusan Analis
Kesehatan
(3) Publikasi ilmiah pada jurnal ataupun prosiding seminar ilmiah.
G. Batasan Penelitian
Penelitian ini hanya dibatasi pada isolasi, uji penghambatan, dan karakterisasi
bakteri penghasil antibiotik yang diisolasi dari sampel tanah TPA Suwung.

BAB II

TELAAH PUSTAKA
2.1 ANTIBIOTIK
Antibiotik ditemukan pada tahun 1928 di London oleh Alexander Fleming dan
menjadi salah satu penemuan paling penting di bidang kesehatan. Antibiotik yang
pertamakali ditemukan tersebut kemudian diberi nama Penisilin, dihasilkan oleh
fungi yang menghambat pertumbuhan bakteri S. aureus.

Penemuan dan

pengembangan lebih lanjut dari penisilin digunakan sebagai obat untuk banyak
penyakit

yang

disebabkan

oleh

bakteri.


Keberhasilan

penemuan

dan

pengembangan penisilin, menyebabkan pencarian ekstensif terus dilakukan untuk
mikroorganisme lainnya yang mampu menghasilkan zat antmikroba dengan efek
kerja yang sama (Nordenfjall, 2014).
Selama 20 tahun berikutnya ditemukan kelompok antibiotik antara lain
makrolida dan tetrasiklin (Berdy, 2005). Sekitar 70 sampai 80% dari semua
antibiotik yang ditemukan sejauh ini berasal dari actinomycetes dan terutama dari
berbagai spesies Streptomyces. Actinomycetes adalah kelompok bakteri gram
positif yang paling sering diisolasi dari tanah tetapi juga dari lingkungan lainnya
seperti di sedimen laut. Kelompok mikroorganisme ini umumnya membawa
sejumlah besar gen yang mengkode enzim-enzin yang terlibat dalam produksi
metabolit sekunder yang menjadi dasar penemuan antibiotik baru (Baltz, 2008;
Tiwari & Gupta, 2013). Berbagai sampel lingkungan telah dipelajari secara
ekstensif selama 50 tahun terakhir, sebagian besar yang dihasilkan adalah
penemuan senyawa yang sudah dikenal (Baltz, 2008).

2.2 RESISTENSI ANTIBIOTIK
Antibiotik yang efektif sangat penting dalam rangka mempertahankan standar
tinggi kesehatan dan untuk kontrol medis infeksi bakteri. Keberhasilan antibiotik
telah menyebabkan konsumsi dan distribusi besar-besaran, tidak hanya di
kesehatan bagi manusia dan hewan, tetapi juga digunakan melimpah di bidang
pertanian

dan

peternakan.

Konsumsi

antibiotik

yang

berlebihan

telah

menyebabkan tekanan selektif yang sangat besar pada bakteri, karena dipaksa

untuk beradaptasi dengan antibiotik sehingga menyebabkan muncul resistensi.
Adaptasi tersebut belangsung sangat cepat dan resistensi biasanya terjadi 1-2
tahun setelah antibiotik baru diperkenalkan (Sköld, 2006). Permasalahan
selanjutnya yang muncul adalah terjadinya multi-resisten bakteri, yang tahan
terhadap banyak antibiotik yang berbeda. Sebuah studi oleh Costa et al. 2006
menunjukkan bahwa dari 480 strain bakteri yang berbeda ditemukan di tanah, dua
tahan terhadap 15 dari 21 obat diuji.
2.3 PENEMUAN ANTIBIOTIK BARU
Meluasnya resistensi bakteri terhadap antibiotik menyebabkan kebutuhan
terhadap antibiotik baru meningkat. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah
dengan mengisolasi bakteri dan jamur melalui metode yang lebih efisien. Salah
satu teknik yang telah dicoba adalah dengan meningkatkan mekanisme
perlindungan diri dari bakteri penghasil antibiotik sehingga mencegah kematian
akibat zat anti yang dihasilkan. Pendekatan kedua adalah menemukan tempattempat baru untuk sampling dan fokus pada isolasi jenis mikroba yang berpotensi
menghasilkan antibiotik jenis baru. (Tiwari & Gupta, 2013).
2.4 MIKROBA TANAH PENGHASIL ANTIBIOTIK
Sampel tanah yang mengandung mikroba penghasil antibiotik umumnya
digunakan untuk memproduksi antibiotik yang sesuai. Antibiotik tersebut dapat
bersifat sebagai bakterisida atau bakteriostatik di alam. Mikroorganisme yang
memiliki kapasitas lebih dalam memproduksi antibiotik umumnya dapat bertahan
hidup lebih lama dibandingkan yang memproduksi antibiotik dalam jumlah yang
lebih sedikit. Antibiotik yang dihasilkan oleh mikroorganisme tanah saat ini telah
sangat berguna untuk menyembuhkan penyakit manusia yang disebabkan oleh
bakteri, jamur dan protozoa (Kaur et al, 2014).
Berkat usaha yang terus menerus dilakukan, antibiotik yang ditemukan pada
saat ini sekitar 5.500. Total produksi antibiotik di dunia lebih dari satu juta ton per
tahun.

(Walsh,

2003).

Berbagai

penelitian

telah

menunjukkan

bahwa

mikroorganisme yang diisolasi dari tanah dapat menghasilkan zat antimikroba.
Penelitian oleh Kaur et al, 2014 telah berhasil mengisolasi bakteri tanah yang

mampu menghasilkan zat antimikroba dan telah diuji terhadap bakteri Escherichia
coli,

Pseudomonas

aeruginosa,

Staphylococcus

aureus,

Mycobacterium

smegmatis, Proteus vulgaris dan Bacillus subtilis.
Spesies Bacillus telah diketahui mampu menghasilkan berbagai macam
antibiotik

dengan dengan aktivitas antimikroba yang luas. Spesies Bacillus

merupakan bakteri berbentuk batang, gram positif, aeroebik, katalase positif,
membentuk endospora dan bersifat motil dengan flagel peritrik. Bacillus
licheniformis mampu menghasilkan Bacitrasin yang terdiri dari lima macam
polipeptida. Bacitrasin terdiri atas tiga molekul yang terpisah, yaitu Bacitrasin A,
B, dan C. Antibiotik ini efektif membunuh berbagai bakteri gram positif, seperti
Staphylococcus, Streptococcus, coccus anaerob, Corynebacter, dam Clostridia,
tetapi tidak efektif untuk bakteri gram negatif (Abdulkadir and Waliyu, 2012).
Genus bakteri lain yang juga mampu menghasilkan antibiotik adalah
Streptomyces. Genus ini terdiri atas 150 spesies yang bersifat aerob obligat,
memiliki dinding sel tipe 1, dan non-motil. Spesies Streptomyces ditentukan
berdasarkan karakteristik morfologi dan fisiologi yang khas dan terlibat dalam
produksi antibiotik. Streptomyces sangat penting secara medis, sebagian besar
berhabitat di dalam tanah, dan menyusun 1 s/d 20 % dari total populasi yang
berhasil dikultur. S. griseus dapat memproduksi streptomisin yang telah
berkontribusi penting dalam ilmu pengetahuan dan kesehatan masyarakat.
Antibiotik ini menjadi obat yang pertama kali efektif terhadap penyakit TB.
Penelitian yang massif selanjutnya terus dilakukan untuk menemukan spesies
Streptomyces yang baru dan mampu menghasilkan zat antimikroba yang penting
untuk dunia medis (Abdukadir and Waliyu, 2012).
Lactobacillus juga diketahui dapat menghasilkan antibiotik dengan aktifitas
antimikroba yang luas. Bakteri ini berbentuk batang, kadang berbentuk
coccobasil. bersifat anaerob, tidak menghasilkan spora, katalase negative,
beberapa bersifat fakultatif anaerob atau mikroaerofilik yang memproduksi asam
laktat. Nisin merupakan antibiotik yang dihasilkan oleh Lactobacillus dan efektif
terhadap berbagai bakteri gram positif seperti Corynebacter, Clostridia, dan
Coccus anaerob (Abdulkadir and Waliyu, 2012)

2.5 Staphylococcus aureus
Genus Staphylococcus mempunyai paling sedikit 40 spesies. Tiga spesies
yang paling sering dijumpai yang mempunyai kepentingan klinis adalah
Staphylococcus
saprophyticus.

aureus,

Staphylococcus

Staphylococcus

aureus

epidermis
bersifat

dan

koagulase

Staphylococcus
positif,

yang

membedakannya dari spesies lain. Staphylococcus aureus merupakan patogen
utama untuk manusia. Hampir setiap orang akan mengalami beberapa jenis infeksi
Staphylococcus aureus sepanjang hidup, dengan kisaran keparahan dari keracunan
makanan atau infeksi kulit minor hingga infeksi berat yang mengancam jiwa
(Jawetz, dkk., 2013)
Staphylococcus aureus adalah bakteri kokus, gram positif, tampak seperti
anggur cluster bila dilihat melalui mikroskop dan memiliki besar, bulat, kuning
keemasan koloni, sering kali dengan hemolisis ketika tumbuh pada lempeng agar
darah. Penampilan emas adalah etimologi akar dari nama bakteri : aureus berarti
“emas” dalam bahasa latin. Beberapa diantaranya tergolong flora normal pada
kulit dan selaput mukosa manusia, menyebabkan penanahan, abses, dan berbagai
infeksi dan bahkan bahan septikimia fatal. Staphylococcus aureus mengandung
polisakarida dan protein yang berfungsi sebagai antigen dan merupakan substansi
penting di dalam struktur dinding sel, tidak membentuk spora, dan tidak
membentuk flagel (Jawetz,dkk., 2013).
Staphylococcus aureus mudah tumbuh pada perbenihan bakteri dalam
keadaan aerob atau mikroaerob. Tumbuh paling cepat pada suhu 37 °C, tetapi
membentuk pigmen paling baik pada suhu kamar (20-25 °C). Koloni pada
perbenihan padat berbentuk bulat, halus, menonjol dan berkilau, membentuk
koloni berwarna putih sampai kuning emas tua. Berbagai tingkatan hemolisis
dihasilkan oleh Staphylococcus aureus (Jawetz, dkk., 2013).
Pada media NA (Nutrient Agar) setelah diinkubasi selama 24 jam koloninya
berpigmen kuning emas berukuran 20 μm (sebesar kepala jarum), bulat, cembung,
licin, berkilau, keruh, tepinya rata. Pada media BAP (Blood Agar Plate) daerah di
sekitar koloni terlihat zona beta hemolisis (zona jernih) yang lebar. Pada media
MSA (Manitol Salt Agar) koloni berwarna kuning karena terjadi fermentasi

manitol menjadi asam, dengan indikator phenol red warna media semula berwarna
merah berubah menjadi kuning (Jawetz, dkk., 2013).
Staphylococcus mengandung protein dan polisakarida antigenik dan juga zat
lain yang penting di dalam struktur dinding sel. Peptidoglikan, suatu polimer
polisakarida

yang

mengandung

subunit

yang

terhubung,

menyediakan

eksoskeleton dinding sel yang rigid. Peptidoglikan dihancurkan oleh asam kuat
atau pemaparan pada lisozim. Ini penting dalam patogenesis infeksi,
Peptidoglikan memunculkan pengeluaran interleukin-1 (pirogen endogen) dan
antibodi opsonik oleh monosit, dan dapat merupakan kemostraktan untuk leukosit
PMN, mempunyai aktivitas serupa endotoksin dan mengaktivasi komplemen.
Struktur antigen yang diproduksi oleh Staphylococcus aureus diantaranya (Jawetz,
dkk., 2013):
a.Asam teikoat merupakan polimer gliserol berikatan dengan peptidoglikan dan
dapat bersifat antigenik.
b.Protein A merupakan komponen dinding sel kebanyakan strain Staphylococcus
aureus dan merupakan reagen penting dalam imunologi dan teknologi diagnostik
laboratorium.
Staphylococcus aureus dapat menimbulkan penyakit melalui dua hal,
kemampuan bermultiplikasi dan menyebar luas dalam jaringan, dan melalui
produksi banyak zat ekstraseluler. Beberapa zat ini adalah enzim, yang lainnya
dianggap sebagai toksin, meskipun berfungsi sebagai enzim. Banyak toksin ini
dibawah kendali genetik plasmid, beberapa mungkin di bawah kontrol kromosom
dan ekstrakromosom, dan yang lainnya mekanisme kontrol genetik tidak
terdefinisi dengan jelas. (Jawetz, dkk., 2013).
Staphylococcus aureus menyebabkan berbagai jenis infeksi pada manusia,
antara lain infeksi pada kulit, seperti bisul dan furunkulosis; infeksi yang lebih
serius, seperti pneumonia, mastitis, flebitis, meningitis dan infeksi pada saluran
urine. Selain itu Staphylococcus aureus juga menyebabkan infeksi kronis, seperti
osteomyelitis dan endokarditis. Staphylococcus aureus merupakan salah satu
penyebab utama infeksi nosokomial akibat luka tindakan operasi dan pemakaian
alat-alat perlengkapan perawatan di rumah sakit. Staphylococcus aureus juga
dapat menyebabkan keracunan makanan akibat enterotoksin yang dihasilkannya

dan menyebabkan sindrom renjat toksik akibat pelepasan superantigen ke dalam
aliran darah (Radji, 2011).
Berbagai infeksi yang disebabkan oleh Staphylococcus aureus dimediasi
oleh faktor virulen dan respon imun sel inang. Secara umum bakteri menempel ke
jaringan sel inang kemudian berkoloni dan menginfeksi. Selanjutnya bertahan,
tumbuh, dan mengembangkan infeksi berdasarkan kemampuan bakteri untuk
melawan pertahanan tubuh sel inang. Respon sel inang dimediasi oleh leukosit
yang diperoleh dari ekspresi molekul adhesi pada sel endotel. Komponen dinding
sel dari Staphylococcus aureus yaitu peptidoglikan dan asam teikoat, memacu
pelepasan sitokin. Leukosit dan faktor sel inang lainnya dapat dirusak secara lokal
oleh toksin yang dihasilkan oleh bakteri tersebut. Selain itu adanya protein yang
terdapat pada bakteri mengakibatkan respon anti inflamasi. Protein ini juga
menghambat sekresi leukosit sel inang dengan cara berinteraksi langsung dengan
protein sel inang, dan fibrinogen. Apabila tubuh tidak cukup berhasil mengatasi
infeksi tersebut maka akan terjadi inflamasi lokal (Todar, 2005).
Pengobatan infeksi Staphylococcus aureus biasanya menggunakan antibiotik
turunan penisilin seperti metisilin, dan oksasilin. Namun sebagian besar strain
Staphylococcus aureus ditemukan telah resisten terhadap antibiotik penisilin
sehingga antibiotik turunan penisilin sudah jarang digunakan. Pemilihan antibiotik
lain yang sekarang digunakan untuk mengobati Staphylococcus aureus yang telah
resisten terhadap turunan penisilin yaitu vankomisin dan teikoplanin. Kedua
antibiotik ini digunakan sebagai pilihan utama dalam mengobati infeksi yang
disebabkan oleh MRSA. Selain kedua antibiotik tersebut, juga digunakan
klindamisin, sulfametoksazole-trimetoprim, gentamisin sebagai pilihan lain untuk
mengobati infeksi Staphylococcus aureus yang telah resisten (Lowy, 2003)
2.6 Escherichia coli
Escherichia coli adalah anggota flora normal usus normal. Bakteri enterik
lain (spesies proteus, Enterobacter, Klebsiella, Providencia, Morganella,
Providencia, Citrobacter, dan serratia) juga ditemukan sebagai flora normal usus
normal tetapi lebih jarang dibandingkan dengan Escherichia coli. Bakteri enterik
terkadang ditemukan jumlah kecil sebagian dari flora normal saluran pernafasan

bagian atas dan saluran genital. Bakteri enterik umumnya tidak menyebabkan
penyakit dan dalam usus berperanterhadap fungsi dan nutrisi normal. Ketika
terjadi infeksi yang penting secara klinik biasanya disebabkan oleh Escherichia
coli, tetapi bakteri enterik lain adalah penyebab infeksi yang didapat dirumah sakit
dan kadang-kadang menyebabkan infeksi yang didapat dari komunitas. Bakteri
menjadi bersifat pathogen apabila bakteri ini berada di luar usus, yaitu lokasi
normal tempatnya berada atau di lokasi lain dimana flora normal jarang terdapat.
Tempat yang paling sering terkena infeksi yang penting secara klinik adalah
saluran kemih, saluran empedu, dan tempat-tempat lain di rongga perut (Jawetz,
dkk., 2005).
Escherichia coli termasuk dalam famili Enterobacteriaceae. Bakteri ini
merupakan

bakteri

gram-negatif

berbentuk

batang

pendek

(kokobasil),

mempunyai flagel, berukuran 0,4-0,7 µm x 1,4 µm, dan mempunyai simpai.
Escherichia coli tumbuh dengan baikdi hamper semua media perbenihan, dapat
meragi laktosa, dan bersifat mikroaerofilik (Radji,2011).
Escherichia colibersifat anaerob fakultatif dan kemoorganotropik. Dalam
proses metabolisme Escherichia coli merupakan salah satu bakteri yang
mempunyai tipe metabolisme fermentasi dan respirasi. Selain itu bakteri ini
merupakan penghuni normal usus yang sering menyebabkan infeksi. Pertumbuhan
yang baik untuk Escherichia coli pada suhu optimal 37˚C. Escherichia coli
tumbuh baik pada media yang mengandung 1% pepton sebagai sumber karbon
dan nitrogen. Bakteri golongan ini juga memfermentasikan laktosa dan
memproduksi indol serta dapat bertahan pada suhu 6˚C selama 15 menit atau pada
suhu 55˚C selama 60 menit (Jawetz, dkk., 2005).
Escherichia coli yang menyebabkan diare sangat banyak ditemukan di
seluruh dunia. Escherichia coli ini diklasifikasikan berdasarkan karakteristik sifat
virulensinya, dan masing-masing kelompok menyebabkan penyakit melalui
mekanisme yang berbeda. Sifat pelekatan sel epitel usus halus atau usus besar
dikodekan oleh gen di plasmid. Dengan cara yang sama, toksin sering diperantarai
oleh plasmid atau faga (Jawetz, dkk., 2013).

2.6. Salmonella thypi
Salmonella sering bersifat patogen bagi manusia atau hewan jika didapat
melalui jalur oral. Salmonella ditularkan dari hewan dan produk hewani ke
manusia, yang menyebabkan enteritis, infeksi sistemik, dan demam enterik.
Salmonella memiliki panjang yang bervariasi. Sebagian besar isolat bersifat motil
dengan flagela peritriks. Berukuran 1-3,5 µm x 0,5-0,8 µm. Besar koloni media
perbenihan rata-rata 2-4 mm. Salmonella mudah tumbuh pada medium sederhana,
tetapi hampir tidak pernah memfermentasikan laktosa atau sukrosa. Bakteri ini
membentuk asam dan terkadang membentuk gas dari glukosa dan manosa.
Mereka umumnya menghasilkan H2S. Organisme ini dapat bertahan hidup pada
air yang beku untuk periode yang lama. Salmonella resisten terhadap zat kimia
tertentu (misalnya, brilliant green, natrium tetrathionat, natrium deoksikolat) yang
menghambat bakteri enterik lain. Dengan demikian, penambahan zat tersebut ke
dalam medium bermanfaat untuk mengisolasi Salmonella dari feses (Jawetz, dkk,
2013).
Terdapat lebih dari 2.500 serotipe Salmonella, meliputi lebih dari 1.400
serotipe grup I hibridisasi DNA yang dapat menginfeksi manusia. Empat serotipe
Salmonella yang dapat menyebabkan demam enterik dapat diidentifikasi di
laboratorium klinis melalui pemeriksaan serologis dan biokimia. Serotipe tersebut
harus secara rutin diidentifikasi karena kepentingan klinisnya. Keempat serotype
tersebut adalah : Salmonella Paratyphi A (serogroup A), Salmonella Paratyphi B
(serogroup B), Salmonella Choleraesuis (serogrup C1), dan Salmonella Typhi
(serogrup D). Salmonella serotype Enteritidis dan Typhimurium adalah dua
serotype yang paling sering dilaporkan di Amerika Serikat. Lebih dari 1.400
Salmonella lain yang diisolasi di laboratorium klinis dikelompokkan kedalam
serogrup berdasarkan antigen O yang dimilikinya menjadi serogrup A, B, C 1, C2,
D, dan E. Beberapa Salmonella tidak dapat dikelompokkan menggunakan set
antiserum tadi. Isolat kemudian dikirim ke laboratorium rujukan untuk identifikasi
serologis definitif. Identifikasi ini memungkinkan petugas kesehatan masyarakat
untuk memantau dan menilai epidemiologi infeksi Salmonella di tingkat negara
bagian dan nasional (Jawetz, dkk, 2013).

Patogenesis dan gambaran klinis
Salmonella Typhi, Salmonella Choleraeusis, dan mungkin Salmonella
Paratyphi A dan Salmonella Paratyphi B terutama menginfeksi manusia dan
infeksi oleh organisme tersebut menunjukkan sumber infeksi dari manusia.
Namun, sebagian besar Salmonella terutama bersifat patogen bagi hewan yang
menjadi reservoar infeksi pada manusia : unggas, babi, hewan pengerat, ternak,
hewan peliharaan (dari kura – kura hingga burung beo).
Organisme hampir selalu masuk melalui jalur oral, biasanya melalui
makanan atau minuman yang terkontaminasi. Dosis infektif rata-rata untuk
menghasilkan infeksi klinis atau subklinis pada manusia adalah 10 5 - 108
Salmonella (tetapi mungkin hanya 103 Salmonella Typhi). Faktor pada pejamu
yang berperan dalam perlawanan infeksi Salmonella antara lain : asam lambung,
flora mikroba usus normal, dan imunitas lokal pada usus (Jawetz, dkk, 2013).
Salmonella menyebabkan tiga jenis utama penyakit pada manusia,
diantaranya adalah (Jawetz, dkk, 2013):
a.

“Demam enterik” (demam tifoid)
Sindrom ini hanya ditimbulkan oleh beberapa jenis Salmonella, yang

terpenting adalah Salmonella Typhi (demam tifoid). Salmonella yang tertelan
akan mencapai usus halus, dari usus halus Salmonella mamasuki saluran limfatik
dan kemudian masuk ke aliran darah. Salmonella dibawa ke berbagai organ oleh
darah, salah satunya usus. Organisme tersebut memperbanyak diri di jaringan
limfoid usus dan diekskresikan dalam feses.
Setelah periode inkubasi selama 10 – 14 hari, timbul demam, malaise,
sakit kepala, konstipasi, bradikardia, dan mialgia. Demam tinggi, serta limpa dan
hepar membesar. Meskipun jarang, rose spot dapat timbul sebentar, biasanya pada
kulit perut dan dada. Pada pemeriksaan hitung leukosit dapat ditemukan normal
atau rendah. Pada masa sebelum ditemukannya antibiotik, komplikasi utama
demam enterik adalah perdarahan dan perforasi usus, dan angka kematiannya
mencapai 10 – 15%. Terapi dengan antibiotika telah menurunkan angka kematian
hingga kurang dari 1%.

Lesi utama adalah hiperplasia dan nekrosis jaringan limfoid (misalnya,
plak Peyeri), hepatitis, nekrosis fokal pada hepar, dan peradangan kandung
empedu, periosteum, paru, serta organ lain.
b.

Bakterimia dengan lesi lokal
Kondisi ini umumnya disebabkan oleh S. choleraesuis, tetapi dapat juga

disebabkan oleh setiap serotipe Salmonella. Setelah infeksi oral, terjadi invasi dini
ke aliran darah (dapat disertai lesi fokal di paru, tulang, dan meningens), tetapi
sering tanpa manifestasi di saluran cerna. Pada pemeriksaan kultur darah
diperoleh hasil positif.
c.

Enterokolitis
Enterokolitis merupakan manifestasi infeksi Salmonella yang paling

umum. Di Amerika Serikat, Salmonella Typhimurium dan Salmonella Enteritidis
merupakan penyebab utama, tetapi enterokolitis dapat disebabkan oleh setiap
jenis, lebih dari 1.400, serotipe grup I Salmonella. Delapan hingga 48 jam setelah
tertelannya Salmonella, timbul mual, nyeri kepala, muntah, dan diare hebat,
dengan sejumlah kecil leukosit dalam feses. Biasanya terdapat demam ringan,
tetapi umumnya reda dalam 2 – 3 hari.
Terdapat peradangan pada usus halus dan usus besar. Bakterimia jarang
terjadi (2 – 4%) kecuali pada pasien luluh imun. Hasil kultur darah biasanya
negatif, tetapi kultur feses memberikan hasil positif untuk Salmonella dan dapat
tetap positif selama beberapa minggu setelah pasien sembuh secara klinis (Jawetz,
dkk, 2013).
Meskipun demam enterik dan bakterimia dengan lesi fokal memerlukan
terapi antimikroba, sebagian besar kasus enterokolitis tidak membutuhkannya.
Terapi antimikroba untuk enteritis Salmonella pada neonates penting diberikan.
Pada enterokolitis, terapi antimikroba dapat memperpanjang gejala klinis dan
ekskresi Salmonella. Penggalian cairan dan elektrolit penting dilakukan pada diare
hebat (Jawetz, dkk, 2013).
Terapi antimikroba untuk infeksi Salmonella invasif adalah dengan
ampisilin, trimetoprim-sulfametoksazol, atau sefalosporin generasi ketiga.
Resistensi terhadap berbagai obat yang ditransmisikan secara genetik melalui
plasmid di antara bakteri enterik merupakan masalah pada infeksi Salmonella. Uji

sensitivitas antibiotika merupakan pemeriksaan tambahan yang penting untuk
memilih antibiotika yang sesuai (Jawetz, dkk, 2013).
Pada sebagian besar karier, organisme menetap dalam kandung empedu
(terutama jika terdapat batu empedu) dan dalam saluran empedu. Beberapa karier
kronis berhasil disembuhkan dengan ampisilin saja, tetapi pada kebanyakan kasus,
kolesistektomi harus dikombinasikan dengan terapi medikamentosa (Jawetz, dkk,
2013).

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang akan digunakan adalah bersifat deskriptif yaitu dengan
mengisolasi dan mengkarakterisasi bakteri penghasil antibiotik yang diisolasi dari
sampel tanah TPA Suwung.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Bakteriologi Jurusan Analis
Kesehatan Poltekkes Denpasar yang dilakukan pada bulan Maret-Desember 2016.
Pengambilan sampel tanah dilakukan di TPA Suwung.
C. Metode Pengumpulan Data
Data primer berupa gambaran deskriptif tentang jenis dan karakteristik bakteri
penghasil antibiotik yang diisolasi dari sampel tanah TPA Suwung. Data
diperoleh dengan menumbuhkan bakteri yang diisolasi dari sampel tanah TPA
Suwung kemudian diuji daya hambat zat antimikroba yang dihasilkan terhadap
pertumbuhan bakteri S. aureus, E.coli, dan S. thypi.
D. Tahapan Penelitian
D.1 Tahap persiapan
Tahap ini dilakukan dengan kegiatan mempersiapkan alat, bahan, dan
pembuatan media untuk pengambilan sampel, isolasi bakteri uji, dan isolasi
bakteri penghasil antibiotik.
D.2 Isolasi bakteri uji
Bakteri uji yaitu S. aureus diisolasi dari sampel klinis swab tenggorokan
sedangkan E.coli dan S. thypi diisolasi dari sampel feses. S. aureus dikultur pada
media selektif Blood Agar Plat (BAP) sedangkan E.coli dan S. thypi dikultur

menggunakan media MCA dan SSA. Identifikasi dilanjutkan dengan uji biokimia
untuk memperoleh isolat bakteri yang dicari.
D.3 Koleksi dan preparasi sampel tanah
Sampel tanah dikoleksi dari 5 lokasi yang berbeda di kawasan TPA Suwung.
Sampel tanah dikoleksi dengan spatula dan dimasukkan ke dalam polybag yang
steril. Sampel tanah sebanyak 1 g kemudian dilarutkan ke dalam 9 ml akuases
steril untuk membuat suspensi tanah .
D.4 Isolasi dan karakterisasi bakteri penghasil antibiotik
Dari suspensi tanah (10-1) dibuat pengenceran berseri dalam garam fisiologis
steril sampai pengenceran 10-5. Sampel sebanyak 0,1 ml dari masing-masing
pengenceran ditanam dengan metode sebar pada media nutrient agar. Selanjutnya
pada permukaan media masing-masing ditambahkan 0.1 ml suspensi bakteri uji,
disebar merata, diinkubasi pada suhu 37 0C, selama 24 jam. Setelah itu diamati
koloni yang membentuk zona penghambatan. Koloni tersebut kemudian
diidentifikasi dengan pewarnaan gram dan uji biokimia untuk menentukan jenis
bakteri penghasil antibiotik tersebut.
D.5 Analisis data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif
kualitatif dengan mengidentifikasi koloni bakteri yang terisolasi, zona hambat
yang dihasilkan terhadap bakteri uji, dan karakteristik struktur dan biokimia.

BAB IV
BIAYA DAN JADWAL PENELITIAN

A. Biaya Penelitian
Biaya yang diperlukan dalam penelitian ini disajikan pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Anggaran Biaya Penelitian

No.
1.
2.

Jenis Pengeluaran
Biaya (Rp)
Honor tim peneliti (maks 20%)
Rp. 420.000
Biaya Alat, Bahan, dan media untuk isolasi, uji daya

3.
4.

hambat, dan karakterisasi (40 – 60%)
Rp. 3.350.000
Perjalanan (maks 15%)
Rp. 600.000
Lain-lain : administrasi, publikasi, seminar, laporan, Rp. 600.000
dan lainnya (10-15%)

B. Jadwal Kegiatan
Tabel 4.2 Jadwal Kegiatan
No.

Kegiatan

Jan

1.

Protocol & Ethical

2.
3.

Clearence
SK Penetapan
Pelaksanaan

4.
5.

Penelitian
Laporan Akhir
Seminar

6.

penelitian
Penyelesaian
administrasi
keuangan

hasil

Feb

Semester I
Mar Apr Mei

Juni

Juli

Ags

Semester II
Sep Okt Nop

Des

DAFTAR PUSTAKA
Abdulkadir, M and Waliyu, S. 2012. Screening and Isolation of the Soil Bacteria
for Ability to Produce Antibiotics. European Journal of Applied Sciences Vol
4 (5): 211-215
Baltz, R. H. (2008). Renaissance in antibacterial discovery from actinomycetes.
Current Opinion in Pharmacology, 8, 557–563.
Bérdy, J. (2005). Bioactive Microbial Metabolites. Journal of Antibiotics, 58(1),
1–26.
Costa, V. M. ., McGrann, K. M., Hughes, D. W. & Wright, G. D. (2006).
Sampling the Antibiotic Resistome. Science, 311(5759), 374–377.
Jawetz, dkk., 2005, Mikrobiologi Kedokteran (Medical Microbiology), Edisi 1,
Alih Bahasa: dr. H. Eddy Mudihardi, dkk, Jakarta: Salemba Medika.
Juwita, S., dkk, 2012, Pola Sensitivitas In Vitro Salmonella typhi Terhadap
Antibiotik Kloramfenikol, Amoksisilin, dan Kotrimoksazol, Banjarmasin :
Universitas Lampung Mangkurat
Kaur et al, 2014. solation and Characterization of Antibiotic Producing
Microorganisms from Soil Samples of Certain Area of Punjab Region of
India. -International Journal of Pharmaceutical and Clinical Research 2014;
6(4): 312-315
Mashoria, A Lovewanshi, HS and Rajawat, BS. 2014. Isolation of antimicrobial
producing bacteria from soil samples collected from Bhopal Region of
Madhya Pradesh, India. Int.J.Curr.Microbiol.App.Sci Vol 3(12): 563-569
Nordenfjall, E. 2014. Isolation of antibiotic producing microorganisms by
screening

for

Biotechnology

antibiotic
-

resistance.

Bachelor's

Biology

Programme

with

specialisation

in

Examensarbete/Sveriges

lantbruksuniversitet, Institutionen för mikrobiologi
Radji, M., 2011, Buku Ajar Mikrobiologi : Panduan Mahasiswa Farmasidan
Kedokteran, Jakarta: EGC.
Raynaldi, 2013, Bakteri Escherichia coli, (online) available :http://raynaldiskanel.blogspot.com/2013/06/bakteri-ecoli-escherichia-coli.html, (29 Januari
2014).

Sköld, O. (2006). Antibiotika och antibiotika resistens. 1. ed Studentlitteratur.
ISBN 978-91-44-03621-2.
Tiwari, K. & Gupta, R. K. (2013). Diversity and isolation of rare actinomycetes:
an overview. Critical Reviews in Microbiology, 39(3), 256–294.
Todar, K., 2005, Staphylococcus, University of Wsconsin-Madison Department of
Bacteriology,
(online),available:http://www.textbookofbacteriology.net/ken_todar.html (diakses
pada 15 januari 2015).
Walsh, C. 2003. Antibiotics: actions, origins,resistance.
for

Microbiology (ASM)

American Society

LAMPIRAN
Lampiran 1. Justifikasi Anggaran Penelitian

1. Honor
Honor

Honor/Jam

Waktu

Minggu

Honor (Rp)

(Rp)
(Jam/Minggu)
Peneliti
5.000,3
28
420.000,SUB TOTAL (Rp.)
420.000,2. BIAYA PENGUJIAN
Material
Justifikasi
Kuantitas
Harga satuan Biaya (Rp)
Isolasi

pemakaian
Memperoleh

set

alat,

bakteri uji

isolat bakteri bahan,

dan

Isolasi

uji
dan Menentukan

1

media
1 set

alat, 1.300.000

bahan,

dan

karakterisasi

aktivitas

bakteri

penghambatan media
Karekterisasi 1 set

penghasil

bahan,

antibiotika

(Rp)
750.000

alat, 1.300.000

Perjalanan

pemakaian
Pengambilan

dari

Sampel

1.300.000

1.300.000

dan

media
SUB TOTAL (Rp.)
3. PERJALANAN
Material
Justifikasi

750.000

3.350.000

Kuantitas

Harga satuan Biaya (Rp)

3 or x 2 kali

(Rp)
100.000,-

600.000,-

Sidakarya ke
Suwung
SUB TOTAL (Rp.)

600.000,-

4. LAIN-LAIN
Kegiatan
Justifikasi

Satuan

Harga

Publikasi

1 keg

Satuan (Rp)
175.000,-

175.000,-

Penerbitan

Biaya (Rp)

artikel di
jurnal
Seminar

Meditory
Diseminasi

1 keg

325.000,-

325.000,-

Laporan

hasil kegiatan
Pembuatan

5 eks

20.000,-

100.000,-

dan
penggandaan
laporan
kegiatan
SUB TOTAL (Rp.)
TOTAL ANGGARAN YANG DIPERLUKAN (Rp.)

600.000,4.970.000,-

Lampiran 2. Dukungan Sarana Prasarana Poltekkes Denpasar
Sarana prasarana yang ditunjang oleh Poltekkes Denpasar adalah laboratorium
untuk pemeriksaan dengan alat-alat gelas dan inkubator di dalamnya.

Lampiran 3. Susunan Organisasi Tim Peneliti dan Pembagian Tugas
No Nama Lengkap dan Instansi
gelar/NIM

asal

Bidang

Alokasi

Ilmu

Waktu

Pembagian Tugas

(jam/mi
1.

PUTU RINA

Poltekkes Analis

WIDHIASIH/

Denpasar

P07134014002

2

nggu)
3

Keseha
tan

DESAK GEDE

Poltekkes Analis

DIAN PURNAMA

Denpasar

DEWI/

3

Keseha
tan

P07134014027
3

I GUSTI AGUNG

Poltekkes Analis

AYU SATWIKHA

Denpasar

D / P07134014005

Keseha
tan

3

 Mengarahkan
pengambilan sampel
 Mengkoodinasikan
kegiatan pemeriksaan
sampel
 Mengkoordinasikan
kegiatan penelitian dan
menyusun jadwal
 Analisis data
Menyusun laporan
 Mempersiapkan alat
bahan, dan media
 Pengambilan sampel
 Melakukan pengujian
sampel
 Analisis data
 Mempersiapkan alat
bahan, dan media
 Pengambilan sampel
 Menyusun
laporan
pertanggujawaban
 Analisis data

Lampiran 4. Biodata Ketua dan Anggota
I. Biodata Ketua Tim Pengusul
A. Identitas Diri Ketua Peneliti
1.

Nama Lengkap (dengan

PUTU RINA WIDHIASIH

gelar)
2. Jabatan Fungsional
3. Jabatan Struktural
4. NIM
5. NIDN
6. Tempat dan Tanggal Lahir
7. Alamat Rumah
8. Nomor Telepon/Fax/HP
9. Alamat Kantor
10. Nomor Telepon/Faks
11. Alamat e-mail
13. Mata Kuliah yang Diampu

P07134014002
Singaraja, 16 September 1996
Perum Kampial Indah B88, Badung
085792189322
rinawidhiasih@gmail.com
-

B. Riwayat Pendidikan

SD
Nama Sekolah

SDN 1 Benoa

SMP

SMA

Perguruan

SMPN 3 Kuta

SMAN 1

Tinggi
Poltekkes

Kuta

Denpasar

Selatan
IPA

Analis

2011-2014

Kesehatan
2014-

Selatan
Bidang Ilmu
Tahun Masuk-

-

-

2002-2008

2008-2011

Lulus

selesai

C. Pengalaman Penelitian dalam 5 Tahun Terakhir
No.

Tahun

Judul Penelitian

Pendanaan
Sumber
Jml (Juta Rp)

D. Pengalaman Penulisan Artikel Ilmiah dalam Jurnal dalam 5 Tahun
Terakhir

No.

Judul Artikel Ilmiah

Volume/Nomor/Tahun

Nama Jurnal

E. Pemakalah Seminar Ilmiah (Oral Presentation) dalam 5 Tahun Terakhir
No.

Nama Pertemuan Ilmiah/Seminar

Judul Artikel

Waktu dan

Ilmiah

Tempat

1

F. Karya Buku dalam 5 Tahun Terakhir
No.

Judul

Tahun

Jumlah

Penerbit

halaman
1
G. Perolehan HKI dalam 5-10 tahun terakhir
No.

Judul/Tema HKI

Tahun

Jenis

Nomor
P/ID

1
II. Biodata Anggota I
A. Identitas Diri Anggota I
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Nama Lengkap (dengan
gelar)
Jabatan Fungsional
Jabatan Struktural
NIM
NIDN
Tempat dan Tanggal Lahir
Alamat Rumah

8.
9.
10.
11.

Nomor Telepon/Fax/HP
Alamat Kantor
Nomor Telepon/Faks
Alamat e-mail

DESAK GEDE DIAN PURNAMA DEWI
P07134014027
Kemoning, 5 Maret 1996
Perum Canggu Permai Blok C No 2,
Denpasar
dianp353@gmail.com

13. Mata Kuliah yang Diampu

-

B. Riwayat Pendidikan

SD
Nama Sekolah

SDN 6 Kuta

SMP

SMA

Perguruan
Tinggi

SMPN 2 Kuta

SMK
Kesehatan
Bali
Medika
Denpasar

Poltekkes
Denpasar

Analis
Kesehatan

Analis
Kesehatan

2011-2014

2014selesai

Bidang Ilmu
Tahun MasukLulus

2002-2008

2008-2011

C. Pengalaman Penelitian dalam 5 Tahun Terakhir
No.

Tahun

Judul Penelitian

Pendanaan
Sumber

Jml (Juta Rp)

1

D. Pengalaman Penulisan Artikel Ilmiah dalam Jurnal dalam 5 Tahun
Terakhir
No.

Judul Artikel Ilmiah

Volume/Nomor/Tahun

Nama Jurnal

1.
E. Pemakalah Seminar Ilmiah (Oral Presentation) dalam 5 Tahun Terakhir
No.

Nama Pertemuan
Ilmiah/Seminar

Judul Artikel Ilmiah

Waktu dan
Tempat

F. Karya Buku dalam 5 Tahun Terakhir
No.

Judul

Tahun

Jumlah
halaman

Penerbit

Jenis

Nomor
P/ID

1

G. Perolehan HKI dalam 5-10 tahun terakhir
No.

Judul/Tema HKI

Tahun

1

III. Biodata Anggota II
A. Identitas Diri Anggota II
1

Nama Lengkap (dengan I GUSTI AGUNG AYU SATWIKHA D
gelar)
2 Jenis Kelamin
Perempuan
3 Jabatan Fungsional
4 NIM
P07134014005
5 NIDN
6 Tempat dan Tanggal Denpasar, 22 Oktober 1995
Lahir
7 E-mail
wikhadewi2210@gmail.com
8 Nomor Telepon/HP
085237206333
9 Alamat Kantor
10 Nomor Telepon/Faks
11 Mata
Kuliah
yang Diampu
B.
Riwayat Pendidikan
SD
Nama Sekolah
Bidang Ilmu

SDN
Amlapura
-

Tahun Masuk - 2002-2008

SMP
1 SMPN 2 Amlapura

SMA

-

SMAN
Amlapura
IPA

2008-2011

2011-2014

Perguruan
Tinggi
2 Poltekkes
Denpasar
Analis
Kesehatan
2014-selesai

Lulus

C.

Pengalaman Penelitian dalam 5 Tahun Terakhir

(Bukan Skripsi, Tesis, maupun Disertasi)

No

Tahun

Judul Penelitian

Pendanaan
Sumber*
Jumlah
(Rupiah)

D. Pengalaman Penulisan Artikel Ilmiah dalam Jurnal dalam 5 Tahun
Terakhir
No.

Judul Artikel Ilmiah

Volume/Nomor/Tahun

Nama Jurnal

1.

E. Pemakalah Seminar Ilmiah (Oral Presentation) dalam 5 Tahun Terakhir
No.

Nama Pertemuan Ilmiah/Seminar

Judul Artikel
Ilmiah

Waktu dan
Tempat

1
F. Karya Buku dalam 5 Tahun Terakhir
No.

Judul

Tahun

Jumlah
halaman

Penerbit

Jenis

Nomor
P/ID

1

G. Perolehan HKI dalam 5-10 tahun terakhir
No.
1

Judul/Tema HKI

Tahun

2

Lampiran 5. Surat Pernyataan Ketua Peneliti
SURAT PERNYATAAN KETUA PENELITI
Yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama
NIM
Jurusan

: Putu Rina Widhiasih
: P07134014002
: Analis Kesehatan Poltekkes Denpasar

Dengan ini menyatakan bahwa proposal penelitian saya dengan judul : Isolasi dan
Karakterisasi Bakteri Penghasil Antibiotik dari Sampel Tanah TPA Suwung
Sidakarya Denpasar, yang diusulkan dalam skema penelitian pemula untuk tahun
anggaran 2016 bersifat original dan belum pernah dibiayai oleh lembaga / sumber
dana lain.
Bilamana di kemudian hari ditemukan ketidaksesuaian dengan pernyataan ini,
maka saya bersedia dituntut dan diproses dengan ketentuan yang berlaku dan
mengembalikan seluruh biaya penelitian yang sudah diterima ke kas negara.
Demikian pernyataan ini dibuat dengan sesungguhnya dan dengan sebenarbenarnya.
Denpasar, 2 Februari 2016
Mengetahui,
Kepala Unit Penelitian Poltekkes,

Peneliti,

I Gusti Putu Sudita Puryana, STP., M.P.

Putu Rina Widhiasih.

NIP. 197411101999031002

NIM. P07134014002
Direktur,

Anak Agung Ngurah Kusumajaya, SP., M.PH.
NIP. 19691112 199203 1003