Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten (2)

PR D B PR D B

Badan Pusat Statistik

Produk Domestik Regional Bruto

Kabupaten Pacitan Tahun 2009-2013

PR D B

Nomor Publikasi

Nomor Katalog

Ukuran Buku : 21 cm x 28 cm

Jumlah Halaman : 61 Halaman

Naskah/Gambar Kulit : Seksi Neraca Wilayah Dan Analisis Statistik

Diterbitkan : Badan Pusat Statistik Kabupaten Pacitan

Boleh dikutip dengan menyebutkan sumbernya

BUPATI PACITAN KATA SAMBUTAN

Saya menyambut gembira atas terbitnya publikasi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Pacitan Tahun 2009-2013 ini, yang disusun oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Pacitan.

Publikasi PDRB ini memiliki peran penting sebagai cermin kinerja pembangunan ekonomi di Kabupaten Pacitan. Buku ini diharapkan dapat digunakan sebagai rujukan bagi Pemerintah Daerah, masyarakat dan kalangan swasta dalam rangka menyusun program pembangunan dan implementasinya sesuai dengan kewenangan masing-masing.

Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Pacitan pada kurun waktu tahun 2009-2013 terus menunjukkan kondisi yang baik, bahkan hingga tahun 2013 masih menembus angka 6 persen. Hasil tersebut merupakan salah satu gambaran bahwa perekonomian di Kabupaten Pacitan semakin dinamis.

Akhirnya saya ucapkan terima kasih kepada Badan Pusat Statistik Kabupaten Pacitan yang telah menyusun publikasi ini sehingga hasil penghitungan PDRB dapat disajikan menjadi sebuah buku “Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Pacitan Tahun 2009-2013 ”.

Semoga buku ini bermanfaat.

Pacitan, Juli 2014

BUPATI PACITAN INDARTATO

KATA PENGANTAR

Data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Pacitan sebagaimana dalam buku ini dihitung dan disajikan setiap tahun dimana untuk penghitungan dan penyajian tahun 2014 ini disusun oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Pacitan.

Perlu dikemukakan bahwa angka-angka PDRB yang disajikan dalam publikasi ini merupakan kelanjutan sekaligus revisi angka-angka perhitungan tahun sebelumnya yaitu angka sementara menjadi angka diperbaiki, sedangkan hasil perhitungan terakhir adalah angka sementara. Dengan demikian setiap tahun dilakukan penyempurnaan dan pemutakhiran data, melalui pendekatan penghitungan yang lebih cermat.

Namun tetap disadari bahwa dalam proses penghitungan PDRB ini masih juga dijumpai beberapa kelemahan, antara lain keterbatasan data, seperti data yang kurang lengkap, baik data sekunder maupun data primer berupa data struktur input yang belum sepenuhnya dihasilkan oleh BPS Kabupaten Pacitan. Oleh karena itu dalam rangka penyempurnaan penerbitan buku PDRB di masa mendatang, untuk lebih meningkatkan kualitas publikasi, diharapkan adanya saran serta masukan dari berbagai pihak. Khususnya bagi para penyedia data baik pemerintah maupun swasta untuk secara bersinergi dan berkesinambungan meningkatkan kualitas dan kelengkapan data.

Selanjutnya ucapan terima kasih disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu hingga terbitnya buku PDRB ini. Harapan kami semoga buku ini bermanfaat.

Pacitan, Juli 2014

BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN PACITAN

K e p a l a,

Ir. KUSRIYAWANTO

NIP.19650304 199401 1 001

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pasal 2 ayat (2) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional menegaskan bahwa perencanaan pembangunan nasional disusun secara sistematis, terarah, terpadu dan tanggap terhadap perubahan. Pemerintah daerah dalam membuat rencana pembangunan di daerah berpedoman pada pasal 150 ayat (1) Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, yang menyebutkan bahwa dalam rangka penyelenggaraan pemerintah daerah disusun perencanaan pembangunan daerah sebagai satu kesatuan dalam sistem perencanaan pembangunan nasional. Untuk melaksanakan amanat tersebut diperlukan modal dasar yang kuat agar pembangunan ekonomi kedepan dapat berjalan lebih terarah dan tepat menuju sasaran.

Pembangunan ekonomi adalah serangkaian usaha dan kebijaksanaan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat melalui perluasan lapangan kerja, pemerataan distribusi pendapatan masyarakat, meningkatkan hubungan ekonomi regional dan mengusahakan pergeseran kegiatan ekonomi dari sektor primer ke sektor sekunder dan tersier. Arah utama dari pembangunan ekonomi adalah mengusahakan pendapatan masyarakat meningkat secara mantap dengan tingkat pemerataan yang sebaik mungkin.

Pemerintah daerah sangat memperhatikan pengembangan sistem data untuk memonitor perkembangan kemajuan di segala bidang, khususnya bidang ekonomi tingkat wilayah kabupaten/kota. Hal ini sebagaimana tertuang dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 9 Tahun 1982 tentang Pedoman Penyusunan Perencanaan dan Pengendalian Pembangunan di Daerah (P5D). Perencanaan pembangunan daerah didasarkan pada data dan informasi yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan serta dikelola dalam suatu sistem informasi daerah yang terintegrasi secara nasional. Dengan demikian data statistik ekonomi makro seperti yang tertuang dalam penghitungan pendapatan regional Kabupaten Pacitan akan tersedia setiap tahun untuk

Perencanaan pembangunan suatu daerah memerlukan berbagai macam data statistik khususnya data ekonomi sebagai dasar penentuan strategi dan kebijakan agar sasaran pembangunan dapat dicapai dengan tepat. Strategi dan kebijakan pembangunan ekonomi pada masa lalu perlu dipantau dan dikaji hasil-hasilnya. Berbagai data statistik yang merupakan ukuran kuantitas mutlak diperlukan guna menggambarkan keadaan pada masa yang lalu dan masa kini, serta sasaran yang akan dicapai pada masa yang akan datang.

Meningkatnya pembangunan pada lingkup nasional maupun daerah mendorong Kabupaten/Kota melakukan penghitungan pendapatan regional secara akurat dan mutakhir. Terlebih lagi nilai Produk Domestik Regional Bruto

(PDRB) juga digunakan sebagai komponen penentu kebijakan perimbangan keuangan daerah. Ketersediaan data PDRB menjadi sangat penting guna memberikan arah kebijakan pembangunan di Kabupaten Pacitan.

1.2 TUJUAN

Bertolak dari pemikiran betapa pentingnya ketersediaan data statistik PDRB sebagai tolok ukur pembangunan ekonomi suatu daerah, maka diperlukan informasi yang lebih akurat dan lebih terinci mengenai besarnya nilai PDRB baik atas dasar harga berlaku maupun konstan, kontribusi masing- masing sektor pembentuk PDRB, perkembangan nilai PDRB antar tahun, serta laju pertumbuhan ekonomi. Untuk memperoleh informasi tersebut secara lebih mendalam, maka dilakukan penyusunan buku PDRB Kabupaten Pacitan.

Penyusunan buku PDRB Kabupaten Pacitan bertujuan untuk memberikan informasi mengenai ruang lingkup, konsep dan definisi, metodologi secara lengkap serta kegunaan data PDRB. Selain menyajikan uraian yang mendukung pemahaman secara mendalam tentang konsep dasar mengenai PDRB, buku ini juga memberikan uraian dan penjelasan mengenai tinjauan ekonomi makro yang terjadi selama kurun waktu tiga sampai dengan lima tahun terakhir. Buku PDRB Kabupaten Pacitan 2009-2013 ini merupakan lanjutan tahun sebelumnya dengan tambahan data satu tahun terakhir, yang merupakan penyempurnaan dari tahun sebelumnya berdasarkan masukan dari berbagai pihak, diskusi ataupun seminar untuk mendukung peningkatan

pembangunan ekonomi di Kabupaten Pacitan. http:\\pacitankab.bps.go.id

1.3 SISTEMATIKA PENULISAN

Buku PDRB Kabupaten Pacitan ini disusun menjadi 5 bab yang menguraikan perihal yang sangat mendasar mengenai PDRB. Pada Bab I diuraikan mengenai latar belakang dan tujuan, dan sistematika penulisan. Konsep dan definisi diuraikan pada Bab II. Pada Bab III memuat penjelasan tentang metodologi, dan Bab IV menguraikan tentang lingkup dan metode penghitungan menurut lapangan usaha. Hasil penghitungan dan uraian ringkas analisisnya diuraikan pada Bab V Tinjauan Ekonomi yang menjelaskan tentang perkembangan PDRB dan pendapatan per kapita, kontribusi PDRB sektoral (struktur ekonomi), pertumbuhan ekonomi serta inflasi.

Bagian berikutnya menyajikan tabel-tabel pokok dan tabel-tabel turunan hasil penghitungan PDRB Kabupaten Pacitan Tahun 2009-2013, baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. Data-data tersebut merupakan sumber data yang dianalisis pada bab sebelumnya.

BAB II KONSEP DAN DEFINISI

Konsep dan definisi menjadi amat penting untuk memahami lebih lanjut mengenai data yang tersedia. Arti, wujud fisik, karakteristik, batasan dan sifat kegiatan tentang eksistensi, perubahan dan perpindahan suatu barang dan jasa harus tercermin jelas dalam konsep dan definisi. Definisi yang berbeda akan menghasilkan data yang berbeda pula.

2.1. KONSEP DOMESTIK DAN REGIONAL

Transaksi ekonomi yang akan dihitung adalah transaksi yang terjadi dalam wilayah domestik suatu daerah dan transaksi oleh masyarakat (resident) dari daerah tersebut.

a. Produk Domestik dan Produk Regional

Semua barang dan jasa sebagai hasil dari kegiatan ekonomi yang beroperasi di wilayah domestik, tanpa memperhatikan apakah faktor produksinya berasal dari atau dimiliki oleh penduduk daerah tersebut, merupakan produk domestik daerah yang bersangkutan.

Kenyataan menunjukkan bahwa sebagian dari faktor produksi yang digunakan dalam kegiatan produksi di suatu daerah berasal dari daerah lain, demikian pula sebaliknya faktor produksi yang dimiliki oleh penduduk daerah tersebut ikut serta dalam proses produksi di daerah lain. Hal ini menyebabkan nilai produk domestik yang timbul di suatu daerah tidak sama dengan pendapatan yang diterima penduduk daerah tersebut.

Dengan adanya arus pendapatan yang mengalir antar daerah ini pada umumnya berupa upah/gaji, bunga, deviden dan keuntungan maka timbul perbedaan antara produk domestik dan produk regional.

Produk regional adalah produk domestik ditambah dengan pendapatan yang diterima dari luar daerah dikurang dengan pendapatan yang dibayarkan ke luar daerah tersebut. Jadi produk regional merupakan produk yang ditimbulkan oleh faktor produksi yang dimiliki oleh penduduk suatu daerah.

http:\\pacitankab.bps.go.id http:\\pacitankab.bps.go.id

Penduduk suatu daerah adalah individu-individu atau anggota rumah tangga yang bertempat tinggal tetap atau tidak tetap di wilayah domestik daerah tersebut sesuai dengan konsep penduduk yakni mereka yang bertempat tinggal 6 bulan atau lebih di suatu tempat tinggal atau selama kurang dari 6 bulan tetapi berencana tinggal menetap di suatu daerah.

2.2. AGREGAT PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

a. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Pasar

Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga pasar adalah jumlah nilai tambah bruto (Gross value added) yang timbul dari seluruh sektor perekonomian di suatu wilayah. Yang dimaksud dengan nilai tambah adalah nilai produksi (output) dikurangi biaya antara. Nilai tambah bruto disini mencakup komponen-komponen pendapatan faktor produksi (upah dan gaji, bunga, sewa tanah dan keuntungan), penyusutan dan pajak tidak langsung netto.

Jadi dengan menghitung nilai tambah bruto dari masing-masing sektor dan menjumlahkan nilai tambah bruto dari seluruh sektor tadi, akan diperoleh Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga pasar.

b. Produk Domestik Regional Netto (PDRN) Atas Dasar Harga Pasar

Perbedaan antara konsep netto di sini dan konsep bruto di atas, ialah pada konsep bruto di atas penyusutan masih termasuk di dalamnya, sedangkan pada konsep netto ini komponen penyusutan telah dikeluarkan. Jadi Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga pasar dikurangi penyusutan akan diperoleh Produk Domestik Regional Netto atas dasar harga pasar. Penyusutan yang dimaksud di sini ialah nilai susutnya atau ausnya barang-barang modal yang terjadi selama barang-barang modal tersebut ikut serta dalam proses produksi jika nilai susutnya barang-barang modal dari seluruh sektor ekonomi dijumlahkan, maka hasilnya merupakan penyusutan yang dimaksud di atas.

c. Produk Domestik Regional Netto (PDRN) Atas Dasar Biaya Faktor

Perbedaan antara konsep biaya faktor disini dan konsep harga pasar di atas, ialah karena adanya pajak tidak langsung yang dipungut pemerintah dan subsidi yang diberikan oleh pemerintah kepada unit-unit produksi. Pajak tidak langsung ini meliputi pajak penjualan, bea ekspor dan impor, bea cukai dan lain-lain pajak, kecuali pajak pendapatan dan pajak perseorangan. Pajak tidak langsung dari unit-unit produksi dibebankan pada biaya produksi atau pada pembeli hingga langsung berakibat menaikkan harga barang. Berlawanan dengan pajak tidak langsung yang berakibat menaikkan harga tadi, ialah subsidi yang diberikan pemerintah kepada unit-unit produksi yang bisa mengakibatkan penurunan harga. Jadi pajak tidak langsung dan subsidi mempunyai pengaruh terhadap harga barang-barang, hanya yang satu berpengaruh menaikkan sedang yang lain menurunkan harga, hingga kalau pajak tidak langsung dikurangi subsidi akan diperoleh pajak tidak langsung netto. Kalau Produk Domestik Regional Netto atas dasar harga pasar dikurangi dengan pajak tidak langsung netto, maka hasilnya adalah Produk Domestik Regional Netto atas dasar biaya faktor.

d. Pendapatan Regional

Dari konsep-konsep yang diterangkan di atas dapat diketahui bahwa Produk Domestik Regional Netto atas dasar biaya faktor itu sebenarnya merupakan jumlah balas jasa faktor-faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi di suatu daerah. Produk Domestik Regional atas dasar biaya faktor, merupakan jumlah dari pendapatan yang berupa upah dan gaji, bunga, sewa tanah dan keuntungan yang timbul atau merupakan pendapatan yang berasal dari pendapatan tersebut. Akan tetapi pendapatan yang dihasilkan tadi, tidak seluruhnya menjadi pendapatan penduduk daerah itu, sebab ada sebagian pendapatan yang diterima oleh penduduk lain, misalnya suatu perusahaan yang modalnya dimiliki oleh orang luar daerah tetapi perusahaan tadi beroperasi di daerah tersebut, maka dengan sendirinya keuntungan perusahaan itu akan menjadi orang luar daerah yaitu milik orang yang mempunyai modal tadi. Sebaliknya jika ada penduduk daerah ini yang Dari konsep-konsep yang diterangkan di atas dapat diketahui bahwa Produk Domestik Regional Netto atas dasar biaya faktor itu sebenarnya merupakan jumlah balas jasa faktor-faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi di suatu daerah. Produk Domestik Regional atas dasar biaya faktor, merupakan jumlah dari pendapatan yang berupa upah dan gaji, bunga, sewa tanah dan keuntungan yang timbul atau merupakan pendapatan yang berasal dari pendapatan tersebut. Akan tetapi pendapatan yang dihasilkan tadi, tidak seluruhnya menjadi pendapatan penduduk daerah itu, sebab ada sebagian pendapatan yang diterima oleh penduduk lain, misalnya suatu perusahaan yang modalnya dimiliki oleh orang luar daerah tetapi perusahaan tadi beroperasi di daerah tersebut, maka dengan sendirinya keuntungan perusahaan itu akan menjadi orang luar daerah yaitu milik orang yang mempunyai modal tadi. Sebaliknya jika ada penduduk daerah ini yang

e. Pendapatan Regional Per kapita

Bila Pendapatan Regional ini dibagi oleh jumlah penduduk (pertengahan tahun) yang tinggal di daerah itu, maka akan dihasilkan suatu pendapatan per kapita.

f. Ringkasan Agregat PDRB

Dari apa yang diuraikan di atas, maka konsep-konsep yang dipakai dalam Pendapatan Regional dapat diurutkan sebagai berikut : (1) “Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga berlaku (harga

pasar) ” dikurangi “penyusutan”, akan sama dengan Produk Domestik Regional Netto (PDRN) atas dasar harga berlaku.

(2) “PDRN atas dasar harga berlaku” dikurangi “pajak tidak langsung netto”, akan sama dengan PDRN atas dasar biaya faktor. (3) “PDRN atas dasar biaya faktor” ditambah “pendapatan netto dari/ke daerah lain ”, akan sama dengan Produk Regional Netto. (4) Produk Regional Netto inilah yang merupakan “Pendapatan Regional” (5) “Pendapatan per Kapita” diperoleh dengan cara membagi “Pendapatan

Regional ” dengan “jumlah penduduk pertengahan tahun”.

2.3. OUTPUT

Yang dimaksud output adalah nilai barang atau jasa yang dihasilkan dalam suatu periode tertentu, biasanya satu tahun. Jenis output ada 3 (tiga) macam yaitu :

(i) Output utama (output utama produksi); (ii) Output sampingan, bukan tujuan utama produksi, dan; (iii) Output ikutan, output yang terjadi bersama-sama/tak dapat

dihindarkan dengan output utamanya. Pada dasarnya nilai Output = O diperoleh dari perkalian antara Kuantum Produksi (Quantum = Q) dan Harganya (Price = P). Dengan demikian besaran output dapat diperoleh melalui rumus :

O=QxP

2.4. BIAYA ANTARA

Biaya antara adalah barang-barang tidak tahan lama dan jasa yang digunakan/habis dalam proses produksi. Barang-barang yang tahan lama, pada umumnya usia ekonomisnya lebih dari 1 (satu) tahun, dan tidak habis dalam proses produksi tidak termasuk sebagai biaya antara dan disebut barang modal.

2.5. NILAI TAMBAH

3.5.1 Nilai Tambah Bruto

Merupakan selisih antara Output dan Biaya Antara, dengan kata lain merupakan produk dari proses produksi, atau bila dirumuskan :

NTB = Output - Biaya Antara

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan penjumlahan dari seluruh besaran nilai tambah bruto dari seluruh unit produksi yang berada pada daerah (region) tertentu, dalam rentang waktu tertentu, biasanya 1 (satu) tahun. Dengan demikian dapat dipahami bahwa total output dalam suatu wilayah merupakan penjumlahan dari seluruh NTB dari seluruh proses produksi.

3.5.2 Nilai Tambah Netto

Apabila penyusutan dikeluarkan dari nilai tambah bruto akan diperoleh nilai tambah netto.

2.6. PENYUSUTAN

Barang-barang modal yang dipakai dalam proses produksi selalu mengalami kerusakan dan pada suatu waktu tidak berfungsi lagi sehinga akhirnya akan menjadi barang bekas yang kalau dijual tidak akan memberikan nilai yang berarti. Para pemegang modal (pengusaha) selayaknya menyediakan/menyisihkan sebagian dari pendapatannya untuk mengganti barang modalnya yang setiap saat mengalami penurunan nilai sekian persen dari nilai ekonomis barang tersebut. Penyediaan biaya ini dalam penghitungan pendapatan regional disebut penyusutan barang modal.

2.7. PAJAK TAK LANGSUNG NETTO

Pajak tak langsung netto adalah merupakan selisih antara pajak tak langsung dengan subsidi.

a. Pajak Tak Langsung Pajak tak langsung yang dibayar oleh perusahaan terdiri dari iuran wajib ke pemerintah yang diperlakukan sebagai biaya untuk kegiatan produksi. Pajak tak langsung ini termasuk segala jenis pajak yang dikenakan atas kegiatan produksi, penjualan, pembelian atau penggunaan barang dan jasa oleh perusahaan/usaha.

b. Subsidi Subsidi adalah dana bantuan yang diberikan kepada perusahaan dari pemerintah. Bantuan kepada perusahaan oleh pemerintah yang dimasukkan sebagai subsidi didasarkan atas penilaian komoditi yang diproduksi, diekspor atau dikonsumsi, buruh atau tanah yang diikutsertakan dalam proses produksi atau cara bagaimana produksi diadakan.

BAB III METODOLOGI

3.1. Metode Penghitungan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku

Pendapatan Regional Kabupaten/Kota atas dasar harga berlaku dapat dihitung melalui dua metode yaitu metode langsung dan metode tidak langsung. Yang dimaksud dengan metode langsung adalah metode penghitungan dengan menggunakan data yang bersumber dari daerah. Metode langsung akan dapat memperlihatkan karakteristik sosial ekonomi setiap daerah. Di samping itu manfaat pemakaian data daerah dapat digunakan untuk menyempurnakan data statistik daerah yang lemah. Hasil penghitungannya memperlihatkan seluruh produk barang dan jasa yang dihasilkan daerah ini.

Metode langsung dapat dilakukan dengan menggunakan tiga macam pendekatan yaitu :

a. Pendekatan produksi

b. Pendekatan pendapatan

c. Pendekatan pengeluaran Metode tidak langsung adalah metode penghitungan dengan cara alokasi

yaitu mengalokir pendapatan regional propinsi menjadi pendapatan regional Kabupaten/Kota dengan memakai berbagai macam indikator produksi atau indikator lainnya yang cocok sebagai alokator.

3.1.1. Metode Langsung

a. Pendekatan Produksi

Pendekatan dari segi produksi adalah menghitung nilai tambah dari barang dan jasa yang diproduksi oleh seluruh kegiatan ekonomi dengan cara mengurangkan biaya antara dari masing-masing nilai produksi bruto tiap-tiap sektor atau subsektor. Pendekatan ini disebut juga pendekatan nilai tambah.

Nilai tambah merupakan nilai yang ditambahkan pada barang dan jasa yang dipakai oleh unit produksi dalam proses produksi sebagai input antara, Nilai tambah merupakan nilai yang ditambahkan pada barang dan jasa yang dipakai oleh unit produksi dalam proses produksi sebagai input antara,

b. Pendekatan Pendapatan

Dalam pendekatan pendapatan, nilai tambah dari setiap kegiatan ekonomi dihitung dengan cara menjumlahkan semua balas jasa faktor produksi yaitu upah dan gaji, surplus usaha, penyusutan dan pajak tak langsung netto. Untuk sektor pemerintahan dan usaha-usaha yang sifatnya tidak mencari untung, surplus usaha tidak diperhitungkan. Yang termasuk dalam surplus usaha di sini adalah bunga, sewa tanah dan keuntungan.

c. Pendekatan pengeluaran

Pendekatan dari segi pengeluaran bertitik tolak pada penggunaan akhir dari barang dan jasa wilayah Kabupaten/Kota. Jadi produk domestik regional dihitung dengan cara menghitung berbagai komponen pengeluran akhir yang membentuk produk domestik regional tersebut. Secara umum pendekatan pengeluaran dapat dilakukan dengan berbagai cara sebagai berikut : (a) Melalui pendekatan penawaran yang terdiri dari metode arus barang, metode penjualan eceran dan metode penilaian eceran. (b) Melalui pendekatan permintaan yang terdiri dari pendekatan survei pendapatan dan pengeluaran rumah tangga, metode data anggaran belanja, metode balance sheet dan metode statistik perdagangan luar negeri.

Pada prinsipnya kedua cara ini dimaksudkan untuk memperkirakan komponen-komponen akhir seperti : konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, pembentukan modal bruto dan perdagangan antar wilayah (termasuk ekspor dan impor).

3.1.2. Metode Tidak Langsung (Metode Alokasi)

Yang dimaksud dengan metode alokasi pendapatan regional Kabupaten/Kota adalah menghitung pendapatan regional kabupaten/kota dengan cara mengalokir pendapatan regional untuk tiap-tiap kabupaten/kota dengan menggunakan alokator tertentu.

Alokator yang dapat dipergunakan dapat didasarkan atas :

a) Nilai produksi bruto dan netto

b) Jumlah produksi fisik c)

Tenaga kerja

d) Penduduk

e) Alokator lainnya yang dianggap cocok untuk daerah tersebut Dengan menggunakan salah satu atau kombinasi dari alokator tersebut

dapat diperhitungkan prosentase masing-masing Kabupaten/Kota terhadap nilai tambah setiap sektor atau subsektor.

Urutan sederhana dari cara alokasi untuk Kabupaten/Kota dapat diuraikan berikut :

1. Melalui inventarisasi data sekunder, kumpulkan sebanyak mungkin data/informasi untuk kabupaten/kota. Data yang dikumpulkan meliputi: data produksi, indikator produksi, tarif, harga dan lainnya, masing-masing per Kabupaten/Kota.

2. Sebaiknya penghitungan dengan cara alokasi, dilihat dari segi pengumpulan data dan proses penghitungan, dilakukan bersamaan dengan penghitungan propinsi.

3. Hitunglah nilai produksi untuk sektor/kegiatan yang memang dimungkinkan dihitung. Penghitungannya adalah : -

Kuantum produksi x Harga (masing-masing kabupaten) -

Jumlah indikator produksi x Tarif (masing-masing kabupaten)

4. Hitunglah nilai tambah untuk masing-masing sektor/kegiatan untuk kabupaten/kota sebagai berikut : (a) Untuk sektor yang tersedia nilai produksinya :

NTB i 

 NTB

dimana : NTB i = Nilai tambah untuk kabupaten i.

= Nilai produksi untuk Kabupaten i O i = Jumlah nilai produksi untuk kabupaten

NTB = Nilai Tambah Bruto suatu sektor di

(b) Untuk sektor yang tidak tersedia nilai produksinya :

NTB i 

 NTB

dimana : X i = Jumlah

indikator

produksi untuk

kabupaten i

X i = Jumlah

indikator

produksi untuk

kabupaten

Pilihlah secara tepat indikator produksi yang dipakai sebagai alokator, dengan pertimbangan indikator tersebut dapat menggambarkan sebaik mungkin produksi yang sebenarnya.

3.2. Metode Penghitungan PDRB Atas Dasar Harga Konstan

Perkembangan produk domestik regional bruto atas dasar harga berlaku dari tahun ke tahun menggambarkan perkembangan yang disebabkan oleh adanya perubahan dalam volume produksi barang dan jasa yang dihasilkan dan perubahan dalam tingkat harganya. Oleh karenanya untuk dapat mengukur perubahan volume produksi atau perkembangan produktifitas secara nyata, faktor pengaruh atas perubahan harga perlu dihilangkan dengan cara menghitung PDRB atas dasar harga konstan.

Penghitungan atas dasar harga konstan ini berguna antara lain dalam perencanaan ekonomi, proyeksi dan untuk menilai pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan maupun sektoral. Produk domestik menurut lapangan usaha atas dasar harga konstan apabila dikaitkan dengan data mengenai tenaga kerja dan barang modal yang dipakai dalam proses produksi dapat memberikan gambaran tentang tingkat produktivitas dan kapasitas produksi dari masing-masing lapangan usaha tersebut.

Secara konsep nilai atas dasar harga konstan dapat juga mencerminkan kuantum produksi pada tahun yang berjalan yang dinilai atas dasar harga pada tahun dasar. Dari segi metode statistik, suatu nilai atas dasar harga konstan dapat diperoleh dengan cara :

(a) Revaluasi atas kuantum pada tahun berjalan dengan harga tahun dasar.

Cara ini adalah mengalikan kuantum pada tahun yang berjalan dengan harga tahun dasar. Hasilnya adalah nilai atas dasar harga konstan.

(b) Ekstrapolasi atas nilai tahun dasar dengan suatu indeks kuantum.

Cara ini adalah mengalikan nilai tahun dasar dengan suatu indeks kuantum dibagi 100.

(c) Deflasi atas suatu nilai pada tahun berjalan dengan suatu indeks harga.

Cara ini adalah membagi nilai tahun berjalan dengan suatu nilai indeks harga dibagi 100. Dari sudut teori, indeks kuantum dalam hal ekstrapolasi haruslah yang disusun menurut rumus Laspeyres sedangkan indeks harga untuk hal deflasi haruslah disusun menurut rumus Paasche.

Namun dalam prakteknya dijumpai beberapa masalah. Tersedianya data indeks harga yang disusun menurut rumus Paasche merupakan suatu masalah. Hal ini disebabkan karena indeks ini membutuhkan timbangan kuantum dari tahun yang berjalan yang berarti bahwa setiap tahun suatu timbangan harus ditentukan. Oleh karena itu maka biasanya pilihan penyusunan indeks lebih sering memakai rumus Laspeyres. Karena dalam praktek sering kali hanya indeks Laspeyres yang tersedia, indeks ini dipakai untuk menghitung nilai atas dasar harga konstan. Dalam hal deflasi nilai atas dasar harga berlaku, pemakaian indeks harga dengan rumus Laspeyres menimbulkan suatu kesalahan dalam hasil estimasinya. Kesalahan ini akan makin besar apabila perbedaan antara timbangan pada tahun dasar dengan timbangan pada tahun yang berjalan makin besar.

Perkiraan produk/pendapatan domestik atas dasar harga konstan dapat dilakukan pada PDRB menurut lapangan usaha dengan cara menghitung nilai tambah atas dasar harga konstan untuk berbagai lapangan usaha atau terhadap PDRB menurut pengeluaran yaitu dengan menghitung komponen- komponen pengeluaran atas dasar harga konstan.

3.2.1. Pendekatan untuk menghitung nilai tambah sektoral atas dasar harga konstan.

Nilai tambah bruto sektoral atas dasar harga konstan dapat dihitung dengan cara menggunakan dua teknik yaitu i) teknik indikator ganda dan ii) teknik indikator tunggal.

a. Teknik Indikator Ganda

Teknik ini biasanya disebut juga sebagai teknik deflasi ganda. Pada cara ini, perkiraan atas dasar harga konstan untuk masing-masing nilai produksi dan biaya antara dibuat secara terpisah. Penghitungan atas dasar harga konstan bagi masing-masing nilai produksi ataupun biaya antara dapat dilakukan dengan cara revaluasi atau cara ekstrapolasi atau dengan cara deflasi. Setelah perkiraan atas dasar harga konstan diperoleh, maka nilai output atas dasar harga konstan dikurangi dengan nilai biaya antara atas dasar harga konstan akan menghasilkan nilai tambah atas dasar harga konstan (Catatan : pengertian deflasi ganda yang murni adalah untuk mendapatkan nilai tambah atas dasar harga konstan masing-masing output dan biaya antara atas dasar harga konstan dihitung dengan cara deflasi). Atau dengan rumus :

NTB k  NP k  NBA k

dimana : NTB k = nilai tambah bruto atas dasar harga konstan NP k

= nilai produksi atas dasar harga konstan NBA k = nilai biaya antara atas dasar harga konstan

b. Teknik Indikator Tunggal

Pada teknik indikator tunggal, perkiraan nilai tambah atas dasar harga konstan diperoleh secara langsung dengan cara menggunakan metode deflasi harga terhadap nilai tambah atas dasar harga berlaku atau dengan metode ekstrapolasi kuantum terhadap nilai tambah pada tahun dasar,

Jelasnya dengan metode deflasi, nilai tambah bruto atas dasar harga konstan diperoleh dengan cara membagi nilai tambah bruto tahun yang berjalan dengan indeks harga pada masing-masing tahun dibagi 100.

NTB T

, NTB b

IH T 100 IH T 100

IH T = indeks harga tahun T

Indeks harga yang dipakai dapat berupa indeks harga yang berkaitan dengan produksi atau biaya antara. Dengan metode ektrapolasi, nilai tambah bruto atas dasar harga konstan diperoleh dengan cara mengalikan nilai tambah bruto pada tahun dasar dengan indeks kuantum masing-masing tahun dibagi 100.

NTB o = nilai tambah bruto tahun dasar IK T

= indeks kuantum tahun T

Indikator kuantum atau volume yang dipakai dapat berupa indikator produksi, biaya antara atau indikator lain yang erat kaitannya dengan produktivitas seperti tenaga kerja, kapasitas produksi (mesin, kendaraan) dan sebagainya.

Pemilihan antara cara Teknik Deflasi Ganda dan Teknik Indikaktor Tunggal tergantung antara lain pada perkembngan harga output dan harga input yang terjadi pada suatu sektor. Apabila perkembangan kedua jenis harga tersebut berbeda satu dengan yang lainnya, maka Teknik Deflasi Ganda yang dipilih. Demikian pula halnya apabila rasio input-outpunya selalu berubah-ubah setiap tahun. Jika hal-hal tersebut di atas tidak terjadi maka Teknik Indikator Tunggal dapat dipakai.

Kemungkinan lain dalam menghitung NTB atas dasar harga konstan dapat pula dilakukan dengan mengestimasi nilai produksi dengan cara revaluasi, ekstrapolasi kuantum atau deflasi harga, kemudian untuk memperoleh estimasi biaya antara digunakan rasio input-output yang diperoleh dari suatu survey tahun dasar. Cara ini hanya dibenarkan, apabila hubungan antara input dan output dalam bentuk fisik tidak berubah sepanjang waktu.

BAB IV LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN MENURUT LAPANGAN USAHA

Uraian sektoral yang disajikan dalam bab ini mencakup ruang lingkup dan definisi dari masing-masing sektor dan sub sektor, cara-cara penghitungan Nilai Tambah Bruto (NTB) baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan 2000.

1. Pertanian

Ruang lingkup sektor pertanian adalah segala pengusahaan yang didapat dari alam dan merupakan barang-barang biologis atau hidup dimana hasilnya akan digunakan untuk memenuhi hidup sendiri atau dijual kepada pihak lain, tidak termasuk kegiatan yang tujuannya untuk hobi saja. Kegiatan pertanian pada umumnya berupa cocok tanam, pemeliharaan ternak, penangkapan ikan, penebangan kayu dan pengambilan hasil hutan serta perburuan binatang liar. Sektor pertanian meliputi 5 sub sektor yaitu: sub sektor tanaman bahan makanan, tanaman perkebunan, peternakan, kehutanan dan perikanan.

1.1. Tanaman Bahan Makanan

Sub sektor ini mencakup komoditi bahan makanan seperti padi, jagung, ketela pohon, ketela rambat, umbi-umbian, kacang tanah, kacang kedele, kacang-kacangan lainnya, sayur-sayuran, buah-buahan, padi-padian serta bahan makanan lainnya.

1.2. Tanaman Perkebunan

Sub sektor ini mencakup semua jenis kegiatan tanaman perkebunan yang diusahakan baik oleh rakyat maupun oleh perusahaan perkebunan. Komoditi yang dicakup meliputi antara lain cengkeh, jahe, jambu mete, jarak, kakao, karet, kapas, kapuk, kayu manis, kelapa, kelapa sawit, kemiri, kina, kopi, lada, pala, panili, serat karung, tebu, tembakau, teh serta tanaman perkebunan lainnya.

1.3. Peternakan dan Hasilnya

Sub sektor ini mencakup semua kegiatan pembibitan dan budidaya segala jenis ternak dan unggas dengan tujuan untuk dikembangbiakkan, dibesarkan, dipotong dan diambil hasilnya, baik yang dilakukan rakyat maupun oleh perusahaan peternakan. Jenis ternak yang dicakup adalah: sapi, kerbau, kambing, babi, kuda, ayam, itik, telur ayam, telur itik, susu sapi serta hewan peliharaan lainnya.

1.4. Kehutanan

Sub sektor ini mencakup kegiatan penebangan segala jenis kayu serta pengambilan daun-daunan, getah-getahan dan akar-akaran, termasuk juga kegiatan perburuan. Komoditi yang dicakup meliputi: kayu gelondongan, kayu bakar, rotan, arang, bambu, terpentin, gondorukem, menjangan, babi hutan, serta hasil hutan lainnya.

1.5. Perikanan

Sub sektor ini mencakup semua kegiatan penangkapan, pembenihan dan budidaya segala jenis ikan dan biota air lainnya, baik yang berada di air tawar maupun di air asin. Komoditi hasil perikanan antara lain seperti ikan tuna dan jenis ikan laut lainnya; ikan mas dan jenis ikan darat lainnya; ikan bandeng dan jenis ikan air payau lainnya; udang dan binatang berkulit keras lainnya; cumi-cumi dan binatang lunak lainnya; rumput laut serta tumbuhan laut lainnya.

Jasa Pertanian

Jasa Pertanian merupakan jasa-jasa khusus yang diberikan untuk menunjang kegiatan ekonomi pertanian berdasarkan suatu pungutan atau kontrak tertentu. Termasuk dalam jasa pertanian adalah penyewaan alat pertanian dengan operatornya dengan syarat pegelolaan dan resiko usaha tersebut dilakukan secara terpisah. Dalam penghitungan nilai tambah sektor pertanian, secara konsep nilai tambah jasa pertanian ini terdistribusi pada masing-masing sub sektor (misalnya jasa dokter hewan pada sub sektor peternakan, jasa memetik kopi pada sub sektor perkebunan). Akan tetapi karena sampai saat ini belum didapat informasi yang lengkap tentang jasa Jasa Pertanian merupakan jasa-jasa khusus yang diberikan untuk menunjang kegiatan ekonomi pertanian berdasarkan suatu pungutan atau kontrak tertentu. Termasuk dalam jasa pertanian adalah penyewaan alat pertanian dengan operatornya dengan syarat pegelolaan dan resiko usaha tersebut dilakukan secara terpisah. Dalam penghitungan nilai tambah sektor pertanian, secara konsep nilai tambah jasa pertanian ini terdistribusi pada masing-masing sub sektor (misalnya jasa dokter hewan pada sub sektor peternakan, jasa memetik kopi pada sub sektor perkebunan). Akan tetapi karena sampai saat ini belum didapat informasi yang lengkap tentang jasa

Metode Penghitungan Output dan Nilai Tambah

Pendekatan yang digunakan dalam memperkirakan nilai tambah sektor pertanian adalah melalui pendekatan dari sudut produksi. Pendekatan ini didasarkan pada pertimbangan tersedianya data produksi dan harga untuk masing-masing komoditi pertanian.

Secara umum, nilai output setiap komoditi diperoleh dari hasil perkalian antara produksi yang dihasilkan dengan harga produsen komoditi bersangkutan. Menurut sifatnya, output dibedakan atas dua jenis yaitu output utama dan output ikutan. Disamping itu diperkirakan melalui besaran persentase pelengkap (mark-up) yang diperoleh dari berbagai survei khusus. Total output suatu sub sektor merupakan penjumlahan dari nilai output utama dan ikutan dari seluruh komoditi ditambah dengan nilai pelengkapnya.

Nilai Tambah Bruto (NTB) suatu sub sektor diperoleh dari penjumlahan NTB tiap-tiap komoditi. NTB ini didapat dari pengurangan nilai output atas harga produsen terhadap seluruh biaya antara, yang dalam prakteknya biasa dihitung melalui perkalian antara rasio NTB terhadap output komoditi tertentu.

Untuk keperluan penyajian data NTB atas dasar harga konstan 2000 (2000=100), digunakan metode revaluasi, yaitu metode dimana seluruh produksi dan biaya-biaya antara dinilai berdasarkan harga tahun dasar 2000. Khusus untuk sub sektor peternakan, penghitungan produksinya tidak dapat dilakukan secara langsung, tetapi diperoleh melalui suatu rumus persamaan yang menggunakan tiga peubah, yakni: banyaknya ternak yang dipotong ditambah selisih populasi ternak dan selisih antara ekspor dan impor ternak.

2. Pertambangan dan Penggalian

Seluruh jenis komoditi yang dicakup dalam sektor pertambangan dan penggalian dikelompokkan dalam tiga sub sektor, yaitu: pertambangan minyak dan gas bumi (migas), pertambangan tanpa migas dan penggalian.

2.1. Pertambangan Minyak dan Gas Bumi

2.2. Pertambangan Bukan Minyak dan Gas Bumi

2.3. Penggalian

Sub sektor ini mencakup penggalian dan pengambilan segala jenis barang galian seperti batu-batuan, pasir dan tanah yang pada umumnya berada pada permukaan bumi. Hasil dari kegiatan ini adalah batu gunung, batu kali, batu kapur, koral, kerikil, batu karang, batu marmer, pasir untuk bahan bangunan, pasir silika, pasir kwarsa, kaolin, tanah liat, dan komoditi penggalian selain tersebut diatas. Termasuk dalam sub sektor penggalian adalah komoditi garam kasar.

3. Industri Pengolahan

Industri pengolahan dibedakan atas dua kelompok besar yaitu pertama industri pengolahan minyak dan gas bumi (migas), kedua yaitu industri pengolahan tanpa migas.

3.1. Industri Pengolahan Migas Pengilangan Minyak Bumi

3.2. Industri Pengolahan Tanpa Migas

Sejak tahun 1993 Industri Pengolahan Tanpa Migas disajikan menurut dua digit kode Klasifikasi Lapangan Usaha Indonesia (KLUI) yaitu industri makanan, minuman & tembakau (31); Industri tekstil, pakaian jadi & kulit (32); Industri kayu, bambu dan rotan (33); Industri kertas dan barang dari kertas (34); Industri kimia dan barang-barang dari kimia dan karet (35); Industri barang galian bukan logam (36); Industri logam dasar (37); Industri barang dari logam, mesin dan peralatannya (38); dan Industri pengolahan lainnya (39).

Metode Penghitungan Output dan Nilai Tambah

- Industri Besar dan Sedang Metode penghitungannya menggunakan pendekatan produksi, yaitu

output dihitung lebih dahulu, kemudian setelah dikurangi dengan biaya antara diperoleh NTB. Pada prinsipnya metode estimasi yang digunakan, baik pada seri lama maupun pada seri baru tidak berbeda yaitu menggunakan cara inflasi untuk menghitung atas dasar harga berlaku dan cara ekstrapolasi untuk menghitung atas dasar harga konstannya.

Baik output maupun nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku diperoleh dari survei tahunan Industri Besar Sedang (IBS).

- Industri Kecil dan Kerajinan Rumahtangga Pada prinsipnya cakupan dan definisi kegiatan Industri Kecil dan

Kerajinan Rumahtangga (IKKR) sama dengan cakupan dan definisi kegiatan Industri Besar Sedang tanpa Migas. Perbedaannya terletak pada jumlah tenaga kerja yang terlibat dalam kegiatan industri tersebut. Suatu perusahaan dikatakan sebagai Industri Kecil jika tenaga kerjanya berjumlah antara 5 sampai 19 orang. Sedangkan Industri Kerajinan Rumahtangga jika tenaga kerjanya kurang dari 5 orang.

4. Listrik dan Air Bersih

4.1. Listrik

Kegiatan ini mencakup pembangkitan dan penyaluran tenaga listrik, baik yang diselenggarakan oleh Perusahaan Umum Listrik Negara (PLN) maupun oleh perusahaan Non-PLN seperti pembangkitan listrik oleh Perusahaan Pemerintah Daerah dan listrik yang diusahakan oleh swasta (perorangan maupun perusahaan), dengan tujuan untuk dijual. Listrik yang dibangkitkan atau yang diproduksi meliputi listrik yang dijual, dipakai sendiri, hilang dalam transmisi, dan listrik yang dicuri. Metode penghitungan pada sektor ini yaitu dengan menggunakan pendekatan produksi.

4.2. Gas Kota

4.3. Air Bersih

Kegiatan sub sektor air bersih/air bersih mencakup proses pembersihan, pemurnian dan proses kimiawi lainnya untuk menghasilkan air bersih, serta pendistribusian dan penyalurannya secara langsung melalui pipa dan alat lain ke rumahtangga, instansi pemerintah maupun swasta. Metode penghitungan yang digunakan yaitu dengan pendekatan produksi.

5. Bangunan/Konstruksi

Kegiatan sektor bangunan terdiri dari bermacam-macam kegiatan meliputi pembuatan, pembangunan, pemasangan dan perbaikan (berat Kegiatan sektor bangunan terdiri dari bermacam-macam kegiatan meliputi pembuatan, pembangunan, pemasangan dan perbaikan (berat

Metode yang digunakan untuk mendapatkan NTB sektor bangunan adalah melalui pendekatan produksi. Output didefinisikan sebagai jumlah nilai seluruh bangunan/konstruksi yang dikerjakan didaerah tersebut, tanpa memperhatikan lokasi perusahaan itu berada. Output dari kegiatan konstruksi pada suatu tahun atas dasar harga berlaku adalah nilai semua pekerjaan yang telah dilaksanakan di suatu daerah selama tahun tersebut tanpa memperhatikan bangunan tersebut sudah selesai atau belum. Nilai output dan nilai tambah bruto atas dasar harga konstan bisa diperkirakan dengan metode ekstrapolasi dengan indeks banyaknya perusahaan/tenaga kerja sebagai ekstrapolator atau dengan metode deflasi dengan Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB) sebagai deflator.

6. Perdagangan, Hotel dan Restoran

6.1. Perdagangan

Kegiatan yang dicakup dalam sub sektor perdagangan meliputi kegiatan membeli dan menjual barang, baik barang baru maupun bekas, untuk tujuan penyaluran/pendistribusian tanpa mengubah sifat barang tersebut. Sub sektor perdagangan dalam perhitungannya dikelompokkan ke dalam dua jenis kegiatan yaitu perdagangan besar dan perdagangan eceran. Perdagangan besar meliputi kegiatan pengumpulan dan penjualan kembali barang baru atau bekas oleh pedagang dari produsen atau importir ke pedagang besar lainnya, pedagang eceran, perusahaan dan lembaga yang tidak mencari untung. Sedangkan perdagangan eceran mencakup kegiatan pedagang yang umumnya melayani konsumen perorangan atau rumahtangga tanpa merubah sifat, baik barang baru atau barang bekas.

Metode yang digunakan yaitu metode arus barang. Output atau margin perdagangan merupakan selisih antara nilai jual dan nilai beli barang yang diperdagangkan setelah dikurangi dengan biaya angkut barang dagangan yang dikeluarkan oleh pedagang. Dengan cara metode arus barang, output Metode yang digunakan yaitu metode arus barang. Output atau margin perdagangan merupakan selisih antara nilai jual dan nilai beli barang yang diperdagangkan setelah dikurangi dengan biaya angkut barang dagangan yang dikeluarkan oleh pedagang. Dengan cara metode arus barang, output

timbul akibat memperdagangkan barang-barang dari sektor pertanian, pertambangan dan penggalian, industri serta barang-barang yang berasal dari impor. NTB diperoleh berdasarkan perkalian antara total output dengan rasio NTB. Kemudian untuk memperoleh total NTB sub sektor perdagangan adalah dengan menjumlahkan NTB tersebut dengan pajak penjualan dan bea masuk barang impor.

margin perdagangan

yang

6.2. Hotel

Sub sektor ini mencakup kegiatan penyediaan akomodasi yang menggunakan sebagian atau seluruh bangunan sebagai tempat penginapan. Yang dimaksud akomodasi disini adalah hotel berbintang maupun tidak berbintang, serta tempat tinggal lainnya yang digunakan untuk menginap seperti losmen, motel dan sejenisnya. Termasuk pula kegiatan penyediaan makanan dan minuman serta penyediaan fasilitas lainnya bagi para tamu yang menginap dimana kegiatan-kegiatan tersebut berada dalam satu manajemen dengan penginapan. Alasan penggabungan ini karena datanya sulit dipisahkan. NTB sub sektor hotel diperoleh dengan menggunakan pendekatan produksi. Indikator produksi yang digunakan adalah jumlah malam kamar dan indikator harganya rata-rata tarif per malam kamar. Output atas dasar harga berlaku diperoleh berdasarkan perkalian indikator produksi dengan indikator harganya. Sedangkan NTB diperoleh berdasarkan perkalian output dengan rasio NTB nya. Output dan NTB atas dasar harga konstan dihitung dengan menggunakan metode ekstrapolasi.

6.3. Restoran

Kegiatan sub sektor restoran mencakup usaha penyediaan makanan dan minuman jadi yang pada umumnya di konsumsi di tempat penjualan. Kegiatan yang termasuk dalam sub sektor ini seperti rumah makan, warung nasi, warung kopi, katering dan kantin. Pendekatan yang digunakan untuk menghitung NTB sub sektor restoran yaitu pendekatan pengeluaran konsumsi makanan dan minuman jadi di luar rumah.

7. Pengangkutan dan Komunikasi

7.1. Pengangkutan

Kegiatan yang dicakup dalam sub sektor ini terdiri atas Angkutan Jalan Raya; Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan; Angkutan Laut; Angkutan Udara; dan Jasa Penunjang Angkutan. Kegiatan pengangkutan meliputi kegiatan pemindahan penumpang dan barang dari satu tempat ke tempat lainya dengan menggunakan alat angkut atau kendaraan, baik bermotor maupun tidak bermotor. Sedangkan jasa penunjang angkutan mencakup kegiatan yang sifatnya menunjang kegiatan pengangkutan seperti terminal, pelabuhan dan pergudangan.

7.1.1. Angkutan Jalan Raya

Meliputi kegiatan pengangkutan barang dan penumpang menggunakan alat angkut kendaraan jalan raya, baik bermotor maupun tidak bermotor. Termasuk pula kegiatan sewa kendaraan baik dengan atau tanpa pengemudi. Metode estimasi yang digunakan adalah pendekatan produksi. Output atas dasar harga berlaku merupakan perkalian antara indikator produksi dengan indikator harga untuk masing- masing jenis angkutan. Sedangkan output atas dasar harga konstan diperoleh dengan menggunakan metode ekstrapolasi. NTB dihitung berdasarkan perkalian antara rasio NTB dengan outputnya.

7.1.2. Angkutan Laut

7.1.3. Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan

7.1.4. Angkutan Udara

7.1.5. Jasa Penunjang Angkutan

Mencakup kegiatan yang bersifat menunjang dan memperlancar kegiatan pengangkutan, yaitu meliputi jasa-jasa pelabuhan udara, laut, sungai, darat (terminal dan parkir), bongkar muat laut dan darat, keagenan penumpang, ekspedisi laut, jalan tol dan jasa penunjang lainnya (pengerukan dan pengujian kelayakan angkutan laut).

Metode estimasi yang digunakan adalah pendekatan produksi. Output dan NTB atas dasar harga berlaku dari kegiatan-kegiatan yang sifatnya monopoli diperoleh dari pengolahan laporan keuangan BUMN Metode estimasi yang digunakan adalah pendekatan produksi. Output dan NTB atas dasar harga berlaku dari kegiatan-kegiatan yang sifatnya monopoli diperoleh dari pengolahan laporan keuangan BUMN

7.2. Komunikasi

Dokumen yang terkait

Studi Kualitas Air Sungai Konto Kabupaten Malang Berdasarkan Keanekaragaman Makroinvertebrata Sebagai Sumber Belajar Biologi

23 176 28

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65

Analisis Pertumbuhan Antar Sektor di Wilayah Kabupaten Magetan dan Sekitarnya Tahun 1996-2005

3 59 17

Analisis terhadap hapusnya hak usaha akibat terlantarnya lahan untuk ditetapkan menjadi obyek landreform (studi kasus di desa Mojomulyo kecamatan Puger Kabupaten Jember

1 88 63

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB ORANG TUA MENIKAHKAN ANAK PEREMPUANYA PADA USIA DINI ( Studi Deskriptif di Desa Tempurejo, Kecamatan Tempurejo, Kabupaten Jember)

12 105 72

Hubungan Antara Kompetensi Pendidik Dengan Kecerdasan Jamak Anak Usia Dini di PAUD As Shobier Kecamatan Jenggawah Kabupaten Jember

4 116 4

Hubungan antara Kondisi Psikologis dengan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Kelas IX Kelompok Belajar Paket B Rukun Sentosa Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran 2012-2013

12 269 5

Identifikasi Jenis Kayu Yang Dimanfaatkan Untuk Pembuatan Perahu Tradisional Nelayan Muncar Kabupaten Banyuwangi dan Pemanfaatanya Sebagai Buku Nonteks.

26 327 121