Pengembangan Pedoman Sistem Manajemen Mu

Pengembangan Pedoman Sistem Manajemen Mutu Berbasis ISO
9001:2008 untuk Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
Merita Bernik, Mery Citra Sondari
Universitas Padjadjaran
Abstract
Sistem Penjaminan mutu, sangat diperlukan bagi pengembangan dan
kesinambungan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Untuk dapat menerapkan
sistem penjaminan mutu, MUKM dapat mengacu pada sistem manajemen mutu ISO
9001:2008, yang telah secara rinci memuat berbagai klausul yang perlu dipenuhi untuk
dapat menjamin mutu dari sebuah proses bisnis. Namun sayangnya, Pedoman Sistem
Manajemen Mutu ISO 9001:2008 masih dituliskan dalam bentuk yang mungkin tidak
akan mudah dipahami pelaku usaha UMKM.
Penelitian ini bertujuan untuk merumuskan pedoman sederhana dari klausul ISO
9001:2008,
yang
kemudian
dapat
diterapkan
di
UMKM.
Unit analisis dari penelitian ini adalah UMKM yang berada di kota Bandung. Penelitian

ini dirancang sebagai cross-sectional study, dengan menggunakan pendekatan kualitatif
studi kasus. Fase eksplorasi untuk mengetahui tingkat pemahaman UMKM terhadap
klausul ISO dilakukan menggunakan wawancara. Stud kasus digunakan untuk
menerapkan rumusan pedoman klausul ISO 9001:2008 pada salah satu UMKM di kota
Bandung.
Hasil penelitian mengungkap bahwa UMKM telah memiliki kesadaran akan
mutu, namun sebagian besar belum pernah mendengar tentang Sistem Manajemen Mutu
berbasis ISO 9001:2008. Dari hasil studi kasus terungkap bahwa UMKM yang
dijadikan studi kasus pada dasarnya telah menerapkan sistem manajemen mutu dan
dapat menerapkan klausul ISO 9001:2008 dengan diberikan pendampingan serta
pelatihan, terutama dalah mendokumentasikan berbagai prosedur yang dilakukan.
Pendahuluan
Menyadari akan posisi penting dan strategisnya usaha mikro, kecil dan
menengah (UMKM), pemerintahan telah menetapkan Pembangunan UMKM termasuk
koperasi sebagai program prioritas dan telah diformalkan dalam bentuk Peraturan
Presiden Republik Indonesia No. 7 tahun 2005 tentang “Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional Tahun 2004- 2009”. Sektor ini (usaha mikro, kecil dan menengah)
layak mendapatkan perhatian khusus, karena selain jumlahnya yang sangat banyak,
yaitu mencapai 48,9 juta unit atau 99,98 persen dari seluruh pelaku bisnis yang ada
(BPS, 2006), sektor ini juga secara nyata telah terbukti memberikan kontribusi yang

besar terhadap produk domestik bruto (PDB), yaitu sebesar 53,28 persen. Bahkan tidak
kalah pentingnya dalam penyerapan tenaga kerja, yakni sebanyak 85,4 juta jiwa atau
96,18 persen dari total angkatan kerja yang ada.
1

Berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu (misal. Soloraya, 2009) terungkap
bahwa sebagaimana sektor usaha yang lain, usaha kecil juga menghadapi tantangan
besar di era globalisasi ini yaitu tantangan untuk selalu dapat memenangkan persaingan.
Oleh karena itu, kebijakan dan strategi pengembangan usaha kecil ke depan adalah
bagaimana meningkatkan daya saing. Banyak pengusaha kecil yang belum menyadari
bahwa untuk dapat memenangkan persaingan, mereka perlu menerapkan penjaminan
mutu dan menggunakan standar sistem manajemen mutu yang baik.
Berdasarkan penelitian terdahulu mengenai UMKM, masih jarang penelitian
yang khusus membahas mengenai sistem manajemen mutu sebagai dasar dalam
pengelolaan internal perusahaan, khususnya di Indonesia. Kalau pun

di temui

publikasi-publikasi yang membahas mengenai usaha UMKM, topik pembahasannya
terutama berkaitan dengan pasar ataupun permodalan. Dari sisi praktis, sistem

manajemen mutu masih dianggap sebagai fungsi tersier dari UMKM karena dianggap
sebagai fungsi yang rumit dan mahal. Hal tersebut dikarenakan karena hingga saat ini
belum terdapat pedoman sistem manajemen mutu yang khusus diperuntukkan bagi
UMKM.
Oleh karena itu penelitian ini memiliki tujuan untuk merumuskan pedoman
sistem manajemen mutu berbasis ISO 9001:2008 yang mudah diterapkan di UMKM
dan mencoba menerapkannnya di salah satu UMKM di kota Bandung.
2. Kajian Pustaka
Pengertian UMKM
Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah (UMKM) merupakan kelompok usaha yang
memiliki jumlah paling besar. Selain itu Kelompok ini terbukti tahan terhadap berbagai
macam goncangan krisi ekonomi. Maka sudah menjadi keharusan penguatan kelompok
usaha mikro, kecil dan menengah yang melibatkan banyak kelompok. Usaha kecil
menurut Griffin (2006) adalah usaha yang dimiliki dan dikelola secara mandiri yang
tidak mendominasi pasar.
Saat ini, kriteria usaha yang termasuk dalam Usaha Mikro Kecil dan Menengah
telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil
dan Menengah (UMKM). Pengertian-pengertian Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah
(UMKM) tersebut adalah antara lain sebagai berikut:
2


1.

Usaha Mikro
Kriteria kelompok Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan
dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria

memiliki kekayaan

bersih paling banyak Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk
tanah dan bangunan tempat usaha; atau memiliki hasil penjualan tahunan paling
2.

banyak Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).
Usaha Kecil
Kriteria Usaha Kecil Adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak
perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi
bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar
yang memenuhi kriteria memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 50.000.000,00

(lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima
ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau memiliki
hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai

3.

dengan paling banyak Rp 2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah).
Usaha Menengah
Kriteria Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri,
yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan
anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi
bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha kecil atau usaha besar
dengan kriteria memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 500.000.000,00 (lima ratus
juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh milyar
rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau memiliki hasil
penjualan tahunan lebih dari Rp 2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta
rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 50.000.000.000,00 (lima puluh milyar
rupiah).

2.2 Konsep Penjaminan Mutu (Quality Assurance)

Penjaminan mutu adalah seluruh rencana dan lndakan sistematis yang penting
untuk menyediakan kepercayaan yang digunakan untuk memuaskan kebutuhan
tertentu dari kualitas (Elliot, 1993). Kebutuhan tersebut merupakan refleksi dari
kebutuhan pelanggan. Penjaminan kualitas biasanya membutuhkan evaluasi secara
3

terus-menerus dan biasanya digunakan sebagai alat bagi manajemen. Menurut Gryna
(1988), penjaminan mutu merupakan kegiatan untuk memberikan bukti-bukti untuk
membangun kepercayaan bahwa kualitas dapat berfungsi secara efektif (Pike dan
Barnes, 1996).
Sementara itu Cartin (1999:312) memberikan definisi penjaminan mutu
sebagai berikut : Quality Assurance is all planned and systematic activities
implemented within the the quality system that can be demonstrated to provide
confidence that a product or service will fulfill requirements for quality.
Tahapan dalam Sistem Penjaminan Mutu
Sistem Penjaminan Mutu (SPM) dapat dikatakan berhasil dilaksanakan apabila
telah melalui satu putaran dari mulai input kemudian proses hingga menghasilkan
output. Untuk dapat berhasil melewati putaran tersebut maka terdapat tahap-tahap SPM
yang harus dilakui yaitu: (1) Pemahaman persyaratan pelanggan; (2) Penentuan proses
penting; (3) Penentuan sistem mutu; (4) Dokumentasi sistem mutu; (5) Pelaksanaan

dalam praktek; (6) Pengendalian proses; (7) Pelatihan; (8) Pelaksanaan evaluasi; (9)
Perbaikan dan pencegahan.
Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008
ISO 9001:2008 adalah sistem manajemen mutu bertaraf internasional yang dapat
diterapkan dalam segala bidang, dimana dalam versi 2008 ini, klausul dalam ISO 9001
tersebut lebih flesibel dan mudah untuk diterapkan. Garis besar Klausul ISO 9001: 2008
adalah: (1) Lingkup; (2) Acuan yang mengatur; (3) Istilah dan definisi; (4) Sistem
Manajemen Mutu; (5) Tanggung Jawab Manajemen; (6) Pengelolaan Sumber Daya; (7)
Realisasi Produk; (8) Pengukuran, Analisis dan Perbaikan.
Klausul ISO 9001:2008 yang berisikan persyaratan adalah klausul 4 hingga
klausul 8, sedangkan klausul 1 hingga 3 menjelaskan mengenai ruang lingkup ataupun
istilah dan definisi. Dalam penerapan ISO 9001:2008 terdapat persyaratan untuk
mendokumentasikan. Dokumentasi ini bukan berarti harus membuat seluruh proses
yang berlangsung dalam bentuk prosedur. Sebagian besar beranggapan bahwa ISO
9001:2008 identik dengan prosedur atau menulis apa yang kita kerjakan, kerjakan apa
yang

kita

tulis. Anggapan


tersebut

adalah

anggapan

yang

salah,

karena
4

pendokumenasian tersebut lebih berarti pada kemamputelusuran dari setiap proses yang
berlangsung dan kesesuaian dengan apa yang akan atau yang sudah dilaksanakan dalam
bentuk bukti yang nyata.
3. Metode Penelitian
Penelitian ini dirancang sebagai cross-sectional study, yaitu penelitian yang
dilaksanakan dalam satu waktu. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan

kualitatif dengan strategi studi kasus.
Penelitian ini dilaksanakan selama 8 bulan, dari bulan April hingga bulan
November 2012. Unit analisis dari penelitian ini adalah UMKM yang berada di kota
Bandung. UMKM ini tidak terbatas untuk yang bergerak di bidang manufaktur saja
tetapi juga di bidang jasa. Dari sekian banyak UMKM yang berpartisipasi dalam tahap
eksplorasi, dipilih satu UMKM yang dianggap memiliki aspek yang cukup lengkap
untuk dijadikan sebagai studi kasus dari penelitian ini. Oleh karena itu kami memilih
UMKM yang memproduksi tas kulit dengan nama House of Leather yang berlokasi di
Jl. Cikutra
4. Hasil dan Pembahasan
4.1 Pengenalan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 pada UMKM
Pembahasan mengenai sejauh mana pelaku UMKM mengenal Sistem
Manajemen Mutu ISO 9001:2008 penting bagi pembahasan selanjutnya, sebagai dasar
pijakan pembuatan instrumen penelitian untuk menjawan permasalahan penelitian
berikutnya. Eksplorasi mengenai sejauhmana pelaku UMKM mengenal Sistem
Manajemen Mutu ISO 9001:2008 dilakukan melalui wawancara semi terstruktur.
UMKM yang dipilih sebagai pilot studi ini adalah UMKM di sekitar kampus
Universitas Padjadjaran di Jl. Dipatiukur dan sekitarnya. Terdapat 17 pelaku UMKM
yang diwawancarai, yang terdiri dari berbagai jenis UMKM, baik yang menghasilkan
barang maupun jasa.

Berdasarkan hasil wawancara, pada dasarnya semua pelaku UMKM telah
memahami apa yang dimaksud dengan kualitas dan bagaimana cara menjaga kualitas
dalam konteks usahanya masing-masing, meskipun ada dua pelaku UMKM, yang
nampaknya hanya menjalankan apa yang telah digariskan dalam aturan/ resep yang
berlaku, tanpa mengetahui dengan pasti tujuan dia melakukan hal tersebut dan ada satu
pelaku UMKM yang tidak bisa membedakan, antara kualitas bahan baku dan kualitas
5

jasa yang harusnya ia berikan kepada pelanggan. Ketika ditanyakan mengenai Sistem
Manajemen Mutu ISO 9001:2008, semua menjawab tidak mengetahui, meski satu orang
pelaku mengaku pernah mendengar istilah tersebut. Dan ketika ditanya mengenai upaya
mereka dalam menarik pelanggan dan mengembangkan bisnis mereka, sebagian besar
telah mengkaitkannya dengan manajemen mutu, hanya dua orang pelaku yang tidak
mengkaitkannya dengan manajemen mutu dan hanya mengkaitkannya dengan strategi
harga.
Dari hasil eksplorasi awal ini dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya pelaku
UMKM memiliki kesadaran dalam menerapkan pengendalian mutu, meskipun
kesadaran tersebut belum diwujudkan ke dalam aturan atau prosedur tertulis.
Sebaliknya, usaha yang mungkin bersifat franchise, telah memiliki aturan
pengendalian mutu dalam apa yang mereka sebut dengan “resep”, namun mereka

sendiri kurang paham apa tujuan dari hal-hal yang tertulis di “resep” tersebut.
Dikarenakan sebagian besar sama sekali belum pernah mendengar istilah Sistem
Manajemen Muti ISO 9901:2008, maka hal ini menjadi temuan berharga bagi kami
untuk menyusun instrumen penelitian selanjutnya, yang akan meneliti mengenai
pemahaman mengenai dokumen dalam Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008.
4.2 Studi Kasus
4.2.1 Profil dan permasalahan
Perusahaan yang dijadikan studi kasus adalah House of Leather yang berlokasi
di daerah Cikutra Bandung. Dengan jumlah pegawai sekitar 23 orang, Ade Kusmana,
pemilik House of Leather menjalankan usaha memproduksi jaket kulit sejak tahun 2000.
Melihat ceruk pasar pembuatan jaket yang kurang potensial, Ade mulai melirik usaha
pembuatan tas dengan tetap berbahan dasar kulit. Melihat kesuksesan tas kulit
buatannya, Ade beralih keproduksi tas dan tak lagi memproduksi jaket kulit.
Home Industry ini berdiri atas mitrabinaan Pertamina dengan peminjaman modal
awal. Selain mendapatkan modal, Pertamina juga kerap mengajak perusahaan Ade ikut
serta dalam berbagai pameran. Keikutsertaan Ade dalam berbagai pameran tersebut
menjadi langkah awal House of Leather dikenal oleh masyarakat luas.
Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan tas ini antara lain kulit sapi,
buaya, dan ular. Mayoritas bahan kulit binatang tersebut di datangkan dari sebuah
6

pabrik di Tangerang. Dalam kurun waktu satu minggu produk dapat habis terjual.Tas-tas
yang dijual juga mendapatkan garansi. Apabila terjadi kerusakan, pembeli dapat
memperbaikinya di sini. Perusahaan ini memiliki lima tempat produksi yang berbeda,
masing-masing terletak berdekatan.
Proses pembuatan tas dimulai dari pembuatan pola. Setelah pola jadi, kemudian
dipotong dan diestafetkan ketempat lain yang tidak jauh dari tempat pembuatan pola
untuk di lem dan dijahit. Setelah itu diestafetkan kembali ketempat lain untuk di cat dan
finishing. Setelah keseluruhan proses selesai, tas siap dipasarkan di sebuah ruangan
kecil di Jalan Cikutra no.18/148 B.
Meskipun tergolong home industry, toko tersebut selalu dibanjiri pengunjung.
Sekitar 25 – 50 pengunjung datangke House of Leather setiap harinya. Mereka berasal
dari berbagai daerah di Indonesia, bahkan toko tersebut pernah kedatangan pembeli dari
Jerman. Tas-tas yang dijual dibandrol dengan hargaRp 500.000,00 – Rp. 800.000,00.
Beberapa permasalahan yang ada berkenanaan dengan persyaratan yang
berhubungan dengan kalusul ISO 9001:2008 adalah:
Tidak adanya visi, misi yang disosialisasikan dengan jelas kepada para pegawai. Pa Ade
sebagai pemilik perusahaan hanya memiliki tujuan yang sangat sederhana yaitu seiap
tas hasil produksinya laku terjual sehinggga memperoleh keuntungan yang diharapkan.
Sedangkan target produksinya adalah 96 tas setiap minggunya atau sekitar 384 tas per
bulannya.
Memiliki struktur organisasi yang sangat sederhana, dan tidak memiliki pembagian
kerja yang jelas, seperti yang dijelaskan pada profil di atas, bentuk kerjanya adalah
saling bantu satu dengan yang lainnya.
Pendokumentasian dari setiap proses yang dilakukan itu juga belum ada. Merek bekerja
hanya berdasarkan kebiasaan dan instruksi secara lisan.
Dalam melakukan produksi tasnya, house of leather membagi produksi tasnya ke dalam
4 kelompok. Setiap kelompoknya terdiri dari 4-5 orang pegawai, mereka harus
memproduksi 2 model tas, dengan setiap model terdiri dari 12 tas. Anggota kelompok
tersebut memiliki pembagian kerja yang cukup jelas, ada bagian yang membuat pola,
7

memotong, menggunting, mengecat pinggiran tas, mengelem dan menjahit. Pembagian
kerja dan job descriptionnya sudah pasti tidak secara tertulis.
Quality control diserahkan kepad masing-masing pernanggung jawab kelompok. Pa ade
juga turut melakukan Quality control untuk produksi tasnya dengan cara berkeliling
kesetiap kelompok.
Pengendalian produk yang cacat ataupun pencegahan terjadinya kecacatan produk tidak
jelas tergambar dari proses produksinya, Pa Ade dan Pa Deden hanya cukup
mempercayakan kepada setiap kelompok pegawainya tidak akan menghasilkan produk
yang cacat, kalaupun ada kecacatan hanya sedikit dan masih bisa dijual.
4.2.2 Penerapan SMM ISO 9001:2008 pada House of Leather
Berdasarkan ketidak sesuaian dengan apa yang dipesyaratkan dalam Klausul
ISO 9001:2008, maka dilakukan beberapa penyesuaian dengan apa yang tercantum
dalam Klausul ISO 9001:2008 dalam penerapan yang sangat sederhana seperti pada
pedoman penerapan SMM ISO 9001:2008 pada UKM.
Sistem Manajemen Mutu
Memiliki peta proses bisnis yang jelas sehingga dapat tergambar antara input, proses
hingga outptnya.
Adapun peta bisnis prosesnya adalah sebagai berikut:

8

Gambar 1. Peta Proses Bisnis House of Leather

Berdasarkan peta proses bisnis di atas terdapat beberapa prosedur yang diperlukan
yaitu:
Order handling untuk mengidentifikasi persyaratan dan harapan pelanggan. Tertuang
dalam prosedur Desain Model, dimana dalam prosedur tersebut dinyatakan bahwa
model tas yang akan dibuat ditentukan oleh keinginan konsumen.
Proses pembelian bahan baku dan penerimaan material. Tertuang dalam prosedur
pemilihan supplier bahan baku, yang berisikan mengenai standar bahan baku yang
diperlukan dan penyeleksian supplier untuk memenuhi bahan baku yang diinginkan.
Proses produksi dan pengendalian kualitas produksi mulai dari input, in proses hingga
outputnya. Tertuang dalam prosedur Pengontrolan Proses Produksi Tas, dimana dalam
prosedur ini dijelaskan mualai dari proses pembuatan tas serta pengontrolan kualitas
pada setiap tahapannya hingga tas tersebut masuk ke bagian pengemasan untuk
disimpan di toko.
Proses penanganan keluhan pelanggan, untuk mengatahui sejauh mana konsumen
merasa puas akan kualitas tas yang dihasilkan. Tertuang dalam prosedur Penanganan
Keluhan Konsumen, dimana dalam prosedur terdapat point-point pertanyaan kepada
9

konsumen untuk dapat mengukur kepuasan konsumen dan menangani keluhan
pelanggan
Proses pergudangan, untuk mengatahui sistem penyimpanan barang . Tertuang dalam
prosedur pergudangan, yang berisikan mengenai cara penyimpanan barang jadi maupun
bahan baku di gudang.
Proses evaluasi proses produksi untuk mengetahui bagaimana proses produksi tersebut
apakah telah berjalan sebagaimana seharusnya. Tertuang dalam prosedur evaluasi proses
produksi, yang berisikan mengenai data apa saja yang diperlukan, bagaimana
melakukan pengontrolan dari proses produksi yang sedang berjalan.
5. Kesimpulan dan penelitian lebih lanjut
Sistem Manajemen Mutu berbasis ISO 9001:2008 sudah banyak diterapkan
dalam bisnis, akan tetapi untuk UKM masih jarang sekali yang sadar akan
penerapannya. Hal ini disebabkan karena UKM ini belum mengenal dan mngetahui
lebih jauh mengenai SMM berbasis ISO 9001: 2008. Apalagi dengan melihat ataupun
mendengar persyaratan ISO 9001:2008 yang sepertinya banyak dan sulit. Maka
berdasarkan penelitian ini diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
Hampir semua UMKM dari hasil wawancara tidak mengetahui sistem manajemen mutu
ISO 9001:2008, walaupun UMKM ini telah mengetahui mengenai kualitas produk,
tetapi UMKM tersebut selalu mengkaitkan harga untuk mempertahankan konsumennya,
bukan dengan cara pengontrolan kualitas produknya yang akan menyebabkan konsumen
menjadi lebih terpenuhi harapan dan keinginannya.
Untuk memperjelas penerapan ISO 9001:2008 pada UMKM, maka pedoman yang
sederhana tersebut diterapkan pada House of Leather yang merupkan UMKM penghasil
tas kulit. Prosedur yang dibuat berdasarkan pada peta proses bisnis yang dimiliki oleh
House of leather dan prosedur tersebut tidak lepas dari persyaratan yang ada pada
Klausul ISO 9001:2008
Berdasarkan studi kasus di atas, penelitian lebih lanjut dapat dilakukan untuk
melakukan generalisasi penerapan klausul ISO 9001:2008 pada UMKM dan
menghasilkan pedoman komprehensif yang dapat diterapkan di UMKM, dengan
10

melibatkan lebih banyak perusahaan yang dijadikan studi kasus. Diharapkan, dengan
melibatkan lebih banyak perusahaan, akan teridentifikasi faktor-faktor yang esensial
bagi penerapan klausul ISO 9001:2008 di UMKM dan dilakukan uji secara kuantitatif
untuk keperluan generalisasi.
DAFTAR PUSTAKA
ISO 9001:2008, "Quality Management System-Requirement"
Moh. Nazir 1999. "Metode Penelitian". Jakarta : Ghalia Indonesia.
Justin G. Longeneckker, 2000."Small Business Management". South-Western College
Publishing,.
Rahmana, Arief. 2008."Keragaman Definisi UKM di Indonesia".
Rosid, Abdul. 2010." Manajemen Usaha Kecil Menegah dan Koperasi".UMB
Saroso , Dana Santoso. 2010. "Peningkatan Daya Saing pada Industri Kecil dan Menengah"
Sudjana. 1999. "Metoda Statistika".Tarsito Bandung
Tricker, Ray. 2010. ISO 9001:2008 for Small Business, 4th Edition

Lampiran

Contoh 1. Prosedur Pengontrolan Proses Produksi Tas

PROSEDUR
Tgl. Berlaku : …………………
Lambang Perusahaan

:

Tgl. Revisi :………………..
: 19-07-2006

Revisi : ……………….

: 1/2

Kode Dok. : ……….

PENGONTROLAN PROSES PRODUKSI TAS
TUJUAN

Tas yang dihasilkan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan

RUANG LINGKUP

Mulai dari pembuatan pola hingga Tas selesai diproduksi

DEFINISI

MP adalah Manajer produksi yang malakukan Quality Control proses
produksi

DISTRIBUSI

Bagian Produksi, Manajer Produksi, Bagian Pengemasan
11

REFERENSI

Klausul 8.3,8.4 , 8.5 ISO 9001:2008

PROSEDUR

Bagian produksi menerima kulit yang telah sesuai dengan standar kulit
untuk pembuatan tas (Prosedur Pemilihan supplier Bahan Baku)
Bagian produksi membuat pola tas yang akan diproduksi
MP melakukan pemeriksaan terhadap pola yang dibuat apakah telah sesuai
dengan ukuran dan bentuk yang diharapkan
Apabila sesuai maka proses dilanjutkan pada pengguntingan pola tas
tersebut, apabila tidak sesuai maka akan dilakukan penggambaran ulang
pola
MP melakukan pemeriksaan pada hasil pengguntingan pola tersebut
apakah sudah sesuai dengan pola yang dibuat, dilihat dari kerapihan
pengguntingan
Apabila rapih maka akan dilanjutkan pada proses penjahitan, pengelemen
dan pengecatan pinggiran tas, apabila tidak sesuai maka diperbaiki atau
dirapikan hasil pengguntingan tersebut
MP memeriksa hasil jahitan dan pengeleman tas yang dibuat, berdasarkan
kerapihan jahitan dan kebersihan pengeleman tas, jangan sampai ada sisasisa lem disekitar tas
Tas yang lolos dari pemeriksaan ini akan diberikan kepada bagian
pengemasan, sedangkan tas yang tidak lolos akan diperbaiki naik
jahitannya ataupun dibersihkan sisa-sisa lemnya

LAMPIRAN

Flow Chart Pengontrolan Proses Produksi Tas
Prosedur Standar Pembelian Kulit

Dibuat Oleh,

Manajer Produksi

Diperiksa Oleh,

Disahkan Oleh,

Manajer Produksi

Direktur Utama

12

Contoh 2. Flow Chart Pengontrolan Proses Produksi Tas

13

14