Strategi Pengembangan Masyarakat Desa cilembu

Strategi Pengembangan Masyarakat Desa
Pengembangan strategi sangat didasarkan atas asumsi-asumsi perencanaan yang
rasional dan dibutuhkan bagi pemecahan masalah yang ada. Sungguh pun seorang juru
dakwah-lembaga dakwah-bisa sangat fleksibel dalam memilih strategi, tetapi pencapaian
tujuan akan sangat ditentukan oleh efektif dan tepatnya perencanaan yang dibuat.
Dalam bahasa yang sederhana, Surjadi (1989: 85) mendefinisikan metode atau
strategi pengembangan masyarakat sebagai alat-alat petugas (juru dakwah) dalam bekerja
untuk mempengaruhi masyarakat agar menjadi tertarik perhatiannya dan kemudian
mempunyai pengalaman-pengalaman yang berhasil didalam memecahkan masalah mereka
melalui usaha mereka sendiri dengan menggunakan petunjuk dan sumber-sumber teknis yang
ada.
Sudah tentu, agar metode yang dipilih bisa efisien dan efektif, maka, pertama, terlebih
dahulu para pengembang (juru dakwah) harus mengetahui metode apa yang tepat untuk
digunakan. Kedua, mengetahui kapan mempergunakannya, dan ketiga, efektif dalam
mempergunakan masing-masing metode. Berikut akan dikemukakan serba singkat sejumlah
metode atau strategi pengembangan masyarakat, khusunya masyarakat pedesaan yang secara
umum relatif masih berprofesi sebagai petani (Surjadi, 1981: 85-137)
a. Direct Contact
Metode kontak langsung ini dipandang sebagai yang paling banyak
dipergunakan. Metode ini bersifat face to face relation. Metode ini dipandang dapat
merangsang minat masyarakat terhadap masalah-masalah yang dihadapi oleh

masyarakat dan menjadikan mereka berfikir bahwa adalah hal yang amat baik kalau
mereka sendiri yang memikirkan dan memecahkan masalah-masalah yang merekla
hadapi.
Beberapa saran berikut berguna ketika metode kontak langsung ini dipakai
ditengah-tengah masyarakat:
1. Menyenangkan dalam berdiskusi dan dalam bergaul.
2. Pandai menjadi pendengar yang baik.
3. Mempergunakan bahasa sederhana yang bisa dipahami oleh masyarakat.
4. Hilangkan adu argumentasi yang kontra-produktif.

b. Demonstrasi Hasil
Para pengembang atau kader dakwah harus memahami bahwa masyarakat
desa bekerja atas dasar pengalamannya dan pengalamannya itu biasanya terbatas pada
cara-cara mengerjakan dan cara berfikir di desanya. Disinilah kader dakwah bertugas
untuk mengubah cara bekerja dan cara berfikir masyarakat desa. Dalam
mengembangkan kondisi masyarakat pedesaan tentu harus bertindak hati-hati, agar
hasil yang diperoleh justru tidak sebaliknya. Bukannya mereka mengubah cara
bekerja dan berpikir mereka, melainkan bahkan membenci cara-cara baru yang
diperkenalkan oleh juru dakwah.


Menurut Surjadi, dalam mencoba mengubah praktik-praktik yang dilakukan
oleh masyarakat pedesaan, para petugas harus memahami mengapa mereka
mengerjakannya dengan cara-cara yang ditempuhnya. Pertanyaan yang harus dihadapi
oleh juru dakwah di lapangan adalah bagaimana caranya agar masyarakat desa
mencoba cara bekerja dan cara berpikir yang baru. Disinilah letak pentingnya metode
demonstrasi hasil untuk diterapkan kepada kalangan masyarakat pedesaan.

c. Demonstrasi Proses
Yang dimaksud demonstrasi metode atau proses adalah memperlihatkan
kepada yang lain bagaimana memperkembangkan sesuatu yang mereka kerjakan
sekarang atau mengajari mereka bagaimana menggunakan suatu alat baru. Misalnya,
juru dakwah mempertunjukkan bagaimana caranya membuat sabun, masyarakat
kemudian menyaksikan, dan sekembalinya mereka ke rumah mereka dapat membuat
sabun sendiri.

d. Bekerja dengan pemimpin masyarakat
Salah satu target pengembangan masyarakat adalah mengembangkan dan
memajukan program milik masayarakat itu sendiri. Menurt Surjadi, pengalaman
pengembangan masyarakat diseluruh dunia menunjukkan bahwa bekerja sama dengan
para pemimpin masyarakat adalah metode yang tidak bisa dianggap sepele. Baik atau

jelek, konservatif
atau progresif, pemimpin-pemimpin inilah yang banayk
mempengaruhi kehidupan masyarakat. Secara demikian, semua kekuatan masyarakat
baik yang formal maupun non forml, fungsinya justru dipegang oleh para pemimpin.
Maka jelas, pemimpin adalah bagian yang sangat penting dalam setiap proses
pengembangan masyarakat.

e. Aksi Kelompok
Metode ini didasarkan kepada satu tesis sederhana, bahwa banyak masalah
yang muncul di tengah-tengah masyarakat yang hanya bisa dipecahkan lewat usahausaha kelompok. Hal paling berkenaan dengan metode aksi kelompok ini dapat
dikemukakan di bawah ini:
1. Juru dakwah, melalui kontak langsung, menemukan sejumlah orang
yang menyatakan minatnya terhadap suatu masalah.
2. Orang-orang yang berminat tadi kemudian mengundang kelompok
masyarakat lain untuk mendiskusikan sesuatu hal yang dihadapi oleh
masyarakat secara informal.
3. Cepat atau lambat, bila diskusi-diskusi tadi dilakukan dengan by
design dan by target, maka beberapa orang diantara anggota kelompok
diskusi itu akan memprovokasi masyarakat lain untuk ikut
memecahkan masalah-masalah yang dihadapi masyarakat yang

bersangkutan.

f. Alat Peraga
Para pengembang masyarakat atau juru dakwah juga niscaya mengetahui dan
menguasai berbagai alat peraga sebagai alat bantu dakwah. Alat peraga dipandang
sebagai medium yang dapat menarik perhatian masyarakat sekaligus dapat dipakai
untuk menjelaskan sesuatu hal kepada masyarakat secara lebih jelas dan mengena.
Ada beberapa jenis alat peraga yang harus diketahui dan dikuasai oleh para
juru dakwah, diantaranya:
1) Fotografi
2) Poster
3) Papan Tulis
4) Papan buletin
5) Slides

g. Pusat penerangan
Metode ini dilakukan, misalnya, dengan mendirikan pusat-pusat penerangan
seperti dalam bentuk majalah dinding (wall newspaper) di tempat-tempat strategis
untuk memberikan informasi kepada masyarakat tentang segala hal. Manfaatnya dapat
dengan mudah ditebak: masyarakat akan terbiasa meminta berita-berita yang akurat

mengenai segala hal, khusunya yang berkenaan dengan lingkungan tempat mereka
tinggal.

h. Paksaan sosial
Yang disebut paksaan sosial (social presure) disini adalah suatu metode yang
dengan cara-cara tertentu diciptakanlah suatu situasi yang terpaksa orang melakukan
tindakan sesuai dengan yang dikehendaki oleh si juru dakwah (pengembang
masyarakat). Alhasil, metode ini menghendaki obyek (mad’u) mengerjakan sesuatu
tindakan yang telah digariskan oleh komunikator (da’i atau lembaga dakwah), dengan
mempergunakan teknik-teknik tertentu dimulai yang halus tak terasa sampai kepada
yang sangat tegas adn bersifat instruktif. Pada praktiknya, metode paksaan sosial ini
memiliki sejumlah bentuk, misalnya peraturan, perlombaan, penggunaan teknik
propaganda, dan lain sebagainya.