Persepsi Lingkungan Binaan Terhadap Pasa

PSIKOLOGI LINGKUNGAN
BINAAN
Persepsi

NAMA :
Widyotomo Jati
052.12.115

DOSEN :
Ir. TUTI PURWANI M.Si
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
JURUSAN ARSITEKTUR
UNIVERSITAS TRISAKTI
2015

i

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI...................................................................................................ii
BAB I: PENDAHULUAN..................................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah..............................................................................1
1.3 Tujuan.................................................................................................1
BAB II: PEMBAHASAN...................................................................................2
2.1 Persepsi..............................................................................................2
2.1.1 Pengertian Persepsi......................................................................2
2.1.2

Faktor yang Mempengaruhi.......................................................3

2.1.3

Skema Persepsi..........................................................................4

2.2 Fasilitas Perbelanjaan.........................................................................5
2.2.1 Definisi..........................................................................................5
2.2.2 Bentuk Fasilitas Perbelanjaan.......................................................6
2.4 Pemecahan Masalah dan Solusi..........................................................8
Pemerintah............................................................................................8
Masyarakat............................................................................................9
BAB III: PENUTUP.........................................................................................9

Kesimpulan...............................................................................................9
Kritik dan Saran......................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................11

i

BAB I: PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia merupakan mahluk sosial. Mereka membutuhkan satu sama lain
tanpa terkecuali. Walau ada beberapa dari manusia yang merasa dapat
hidup lebih mandiri dibanding yang lain, namun semua akan kembali
kepada sifat mereka yang akan saling membutuhkan.
Semua orang atau sebuah kelompok yang ingin bekerja sama harus
mempunyai tujuan dan arah yang jelas. Namun walau saling memerlukan
satu sama lain, tak jarang akan berselisih pendapat dan mempunyai cara
pandang yang berbeda. Hal ini lah yang dinamakan persepsi, karena cara
pandang setiap individu terhadap sebuah permasalahan akan berbeda.
Oleh karena itu perlu adanya sebuah penengah dalam menyelesaikan
konflik persepsi tersebut.
Dalam makalah ini akan membahas kasus di tempat manusia biasa

melakukan transaksi jual beli, atau bisa disebut sebagai fasilitas
perbelanjaan atau lebih tepatnya di sebuah pasar tradisional. Di tempat
tersebut orang-orang akan mengalami percakapan dan transaksi jual beli,
tawar menawar harga, dan sebagainya. Hal seperti itulah yang nantinya
akan menjadi pemicu dari sebuah perbedaan pendapat.

1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang terdapat dalam makalah ini yaitu:
1. Apa persepsi masing-masing orang terhadap suatu aktivitas?
2. Siapa saja yang akan memiliki persepsi terhadap suatu kasus dalam
aktivitas?
3. Kenapa mereka memiliki cara pandang yang berbeda dalam suatu
aktivitas tersebut?
4. Kapan mereka memiliki persepsi yang berbeda?
5. Dimana suatu perbedaan persepsi akan terjadi?
6. Bagaimana cara mereka mengatasi kasus dalam aktivitas mereka
masing-masing?

1


1.3 Tujuan
Dilihat dari rumusan masalah di atas, adapun tujuan dari makalah ini
adalah:
1. Dapat mengetahui persepsi masing-masing individu kasus dalam
aktivitas apa yang terjadi.
2. Mengetahui siapa yang akan mengalami perbedaan persepsi.
3. Mengetahui alasan yang membuat perbedaan pendapat.
4. Mengetahui waktu terjadinya beda persepsi.
5. Dapat mengetahui dimana akan terjadi perbedaan pendapat pada
masing-masing individu.
6. Dapat mengetahui cara mereka mengatasi perbedaan pendapat.

BAB II: PEMBAHASAN
2.1 Persepsi
2.1.1 Pengertian Persepsi
Persepsi (dari bahasa Latin perceptio, percipio) adalah tindakan
menyusun, mengenali, dan menafsirkan informasi sensoris guna
memeberikan gambaran dan pemahaman tentang lingkungan. Persepsi
meliputi semua sinyal dalam sistem saraf, yang merupakan hasil dari
stimulasi fisik atau kimia dari organ pengindra. Seperti misalnya

penglihatan yang merupakan cahaya yang mengenai retina pada mata,
pencium yang memakai media molekul bau (aroma), dan pendengaran
yang melibatkan gelombang suara. Persepsi bukanlah penerimaan isyarat
secara pasif, tetapi dibentuk oleh pembelajaran, ingatan, harapan, dan
perhatian. Persepsi bergantung pada fungsi kompleks sistem saraf, tetapi
tampak tidak ada karena terjadi di luar kesadaran. (sumber:
id.wikipedia.org)
Persepsi dibagi menjadi dua pendekatan:
1. Pendekatan Konvensional/konstruktivisme:
Secara umum, pandangan konvensional ini menganggap persepsi sebagai
kumpulan penginderaan/ sensation. Jadi, kalau kita melihat sebuah benda
terbuat dari kayu, berkaki empat maka kumpulan penginderaan itu akan
diorganisasikan secara tertentu, dikaitkan dengan pengalaman dan
ingatan masa lalu, dan diberi makna tertentu sehingga kita bisa
mengenal, misalnya sebagai kursi. Cara pandang ini dinamakan juga
pendekatan konstruktivisme. Karena adanya fungsi aktif dari kesadaran
manusia, pandangan konvensional ini kadang-kadang digolongkan juga
kepada pandangan fungsionalisme.

2


Berawal dari stimulus atau rangsangan dari luar dan diterima oleh alat
pengindera yang merambat menuju sel-sel syaraf reseptor lalu diteruskan
ke pusat koordinasi syaraf di otak hingga kemudian manusia dapat
mengenali objek. Pendekatan konvensional yaitu pengenalan objek
tergantung pada pengalaman sebelumnya (memori)
2. Pendekatan Ekologik:
Pendekatan ini dikemukakan oleh Gibson (Fisher et al, 1984:24). Menurut
Gibson individu tidaklah menciptakan makna-makna dari apa yang
diinderakannya karena sesungguhnya makna itu telah terkandung dalam
stimulus itu sendiri dan tersedia untuk organism yang siap menyerapnya.
Ia berpendapat bahwa persepsi terjadi secara langsung dan spontan. Jadi,
bersifat holistic. Spontanitas itu terjadi karena organisme selalu menjajaki
(eksplorasi) lingkungannya dan dalam penjajakan itu ia melibatkan setiap
objek yang ada dilingkungannya dan setiap objek menonjolkan sifatsifatnya yang khas untuk organisme yang bersangkutan. Misalnya sebuah
pohon, tampil dengan sifat-sifat yang berdaun rindang dan berbatang
besar maka sifat-sifat ini menampilkan makna buat manusia sebagai
tempat berteduh. Sifat-sifat yang menampilkan makna ini disebutkan oleh
Gibson affordances
(afford =

memberikan,
menghasilkan,
dan
bermanfaat).
Persepsi bersifat holistik, yaitu spontan dan langsung. Manusia tidak
menciptakan makna karena makna sudah terkandung dalam stimulus dan
tersedia bagi organisme yang siap menyerapnya
2.1.2 Faktor yang Mempengaruhi
Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi pada dasarnya dibagi menjadi
2 yaitu Faktor Internal dan Faktor Eksternal.


Faktor Internal yang mempengaruhi persepsi, yaitu faktor-faktor yang
terdapat dalam diri individu, yang mencakup beberapa hal antara lain :
1. Fisiologis. Informasi masuk melalui alat indera, selanjutnya informasi
yang diperoleh ini akan mempengaruhi dan melengkapi usaha untuk
memberikan arti terhadap lingkungan sekitarnya. Kapasitas indera
untuk mempersepsi pada tiap orang berbeda-beda sehingga
interpretasi terhadap lingkungan juga dapat berbeda.
2. Perhatian. Individu memerlukan sejumlah energi yang dikeluarkan

untuk memperhatikan atau memfokuskan pada bentuk fisik dan
fasilitas mental yang ada pada suatu obyek. Energi tiap orang
berbeda-beda sehingga perhatian seseorang terhadap obyek juga
berbeda dan hal ini akan mempengaruhi persepsi terhadap suatu
obyek.

3



3. Minat. Persepsi terhadap suatu obyek bervariasi tergantung pada
seberapa banyak energi atau perceptual vigilance yang digerakkan
untuk
mempersepsi.
Perceptual
vigilance
merupakan
kecenderungan seseorang untuk memperhatikan tipe tertentu dari
stimulus atau dapat dikatakan sebagai minat.
4. Kebutuhan yang searah. Faktor ini dapat dilihat dari bagaimana

kuatnya seseorang individu mencari obyek-obyek atau pesan yang
dapat memberikan jawaban sesuai dengan dirinya.
5. Pengalaman dan ingatan. Pengalaman dapat dikatakan tergantung
pada ingatan dalam arti sejauh mana seseorang dapat mengingat
kejadian-kejadian lampau untuk mengetahui suatu rangsang dalam
pengertian luas.
6. Suasana hati. Keadaan emosi mempengaruhi perilaku seseorang,
mood ini menunjukkan bagaimana perasaan seseorang pada waktu
yang dapat mempengaruhi bagaimana seseorang dalam menerima,
bereaksi dan mengingat.
Faktor
Eksternal
yang
mempengaruhi
persepsi,
merupakan
karakteristik dari linkungan dan obyek-obyek yang terlibat didalamnya.
Elemen-elemen tersebut dapat mengubah sudut pandang seseorang
terhadap dunia sekitarnya dan mempengaruhi bagaimana seseoarang
merasakannya atau menerimanya. Sementara itu faktor-faktor

eksternal yang mempengaruhi persepsi adalah :
 Ukuran dan penempatan dari obyek atau stimulus. Faktor ini
menyatakan bahwa semakin besrnya hubungan suatu obyek, maka
semakin mudah untuk dipahami. Bentuk ini akan mempengaruhi
persepsi individu dan dengan melihat bentuk ukuran suatu obyek
individu akan mudah untuk perhatian pada gilirannya membentuk
persepsi.
 Warna dari obyek-obyek. Obyek-obyek yang mempunyai cahaya
lebih banyak, akan lebih mudah dipahami (to be perceived)
dibandingkan dengan yang sedikit.
 Keunikan dan kekontrasan stimulus. Stimulus luar yang
penampilannya dengan latarbelakang dan sekelilingnya yang sama
sekali di luar sangkaan individu yang lain akan banyak menarik
perhatian.
 Intensitas dan kekuatan dari stimulus. Stimulus dari luar akan
memberi makna lebih bila lebih sering diperhatikan dibandingkan
dengan yang hanya sekali dilihat. Kekuatan dari stimulus
merupakan daya dari suatu obyek yang bisa mempengaruhi
persepsi.
 Motion atau gerakan. Individu akan banyak memberikan perhatian

terhadap obyek yang memberikan gerakan dalam jangkauan
pandangan dibandingkan obyek yang diam.
4

2.1.3 Skema Persepsi
Setelah manusia menginderakan objek dilingkungannya, ia memproses
hasil penginderaan itu dan timbullah makna tentang objek itu pada diri
manusia bersangkutan yang dinamakan persepsi.
(Paul A. Bell dk 1978:89) membuat skema persepsi sebagai berikut :

Dalam skema diatas terlihat bahwa tahap paling awal dari hubungan
manusia dengan lingkungannya adalah kontak fisik antara individu
dengan
objek-objek
lingkungannya.
Obejek
tampil
dengan
kemanfaatannya masing-masing, sedangkan individu datang dengan sifatsifat individualnya, pengalaman masa lalunya, bakat, minat, sikap, dan
berbagai ciri kepribadiannya masing-masing pula.

Hasil interaksi individu dengan objek menghasilkan persepsi individu
tentang objek itu. Jika persepsi itu berada dalam batas-batas optimal
maka individu itu dikatakan dalam keadaan homeostatis, yaitu keadaan
yang serba seimbang. Sebaliknya, jika objek dipersepsikan sebagai di luar
batas-batas optimal maka individu itu akan mengalami stress dalam
dirinya. Tekanan-tekanan energy dalam dirinya meningkat sehingga orang
itu harus melakukan coping untuk menyesuaikan dirinya atau
menyesuaikan lingkungan pada kondisi dirinya.
Sebagai hasil coping behavior ada dua kemungkinan yang bisa terjadi.
Pertama, tingkah laku coping itu tidak membawa hasil yang diharapkan,
hal ini bisa menyebabkan stress berlanjut. Kedua, tingkah laku coping
yang berhasil . Dalam hal ini terjadi penyesuaian antara diri individu
dengan lingkungannya (adaptasi) atau penyesuaian keadaan lingkungan
pada diri individu (adjustment).

5

2.2 Fasilitas Perbelanjaan
2.2.1 Definisi
Fasilitias perbelanaan dapat didefinisikan sebagai tempat terjadinya
transaksi jual beli antara penjual dan pembeli. Fasilitas perbelanjaan juga
dapat disebut tempat dimana terjadi proses pendistribusian barang dari
produsen --> distributor --> pedagang pengecer dan yang terakhir kepada
konsumen

Fasilitas perbelanjaan juga dapat didefinisikan sebagai sekelompok
penjual eceran dan usahawan komersial lainnya yang merencanakan,
mengembangkan, mendirikan, memiliki dan mengelola sebuah properti
tunggal. (sumber: id.wikipedia.org)
Fungsi fasilitas perbelanjaan antara lain:




Sebagai tempat transaksi jual beli barang dan jasa serta
penyebarannya, dan sebagai tempat rekreasi.
Sebagai titik fokus kehidupan sosial masyarakat sekitar
Sebagai tempatt potensial untuk dikunjungi wisatawan domestik
dan mancanegara.

2.2.2 Bentuk Fasilitas Perbelanjaan
Pasar Tradisional
Pasar tradisional adalah tempat pembeli dan penjual melakukan transaksi
secara langsung dan disertai dengan proses tawar menawar. Barang yang
diperjualbelikan merupakan barang kebutuhan sehari-hari masyarakat,
seperti makanan, kue, buah-buahan, pakaian, barang elektronik, dan jasa.
Pasar tradisional juga merupakan perdagangan konvensional kebutuhan
pokok. Seperti beras sayur-mayur, buah-buahan, daging, ikan, dan lainlain.

6

Pasar tradisional semacam itu disebut juga pasar induk. Di pasar inilah
para pedagang membeli barang dagangan untuk dijual kembali.
Bangunan di pasar tradisional berbentuk toko dan los. Toko biasanya
digunakan untuk berjualan aneka kue, pakaian, dan barang pecah belah.
Adapun losnya digunakan untuk berjualan sayuran, buah-buahan, ikan,
dan daging.

Ruangan untuk berjualan di pasar tradisional tidak luas, penerangan
secukupnya, dan tanpa pendingin udara. Kebersihan juga sering kurang
terjaga. Sampah banyak berserakan sehingga menimbulkan bau.
Akibatnya jika hujan, pasar tradisional terlihat becek dan kotor.
Namun, saat ini pengelolaan pasar tradisional mulai ditingkatkan.
Genangan air, lingkungan kumuh, dan suasana berdesak-desakan jarang
terlihat di pasar tradisional. Kini pasar tradisional semakin bersih dan
nyaman untuk dikunjungi.
Kegiatan jual beli di pasar tradisional terjadi karena ada dua pihak yang
mau menjual dan membeli. Kedua pihak ini melakukan tawar menawar
harga. Penjual berusaha menawarkan barang dengan harga setinggitingginya. Sebaliknya, pembeli berupaya mendapatkan harga serendahrendahnya. Kegiatan jual beli pun terjadi setelah ada kesepakatan harga
di antara keduanya.

Pasar Modern
Pasar Modern adalah pasar tradisional yang berkonsep modern dimana
barang-barang diperjualbelikan di suatu tempat yang bersih dan nyaman.
Di dalam pasar bersih ini menyediakan berbagai jenis dagangan yang
telah dikelompokkan seperti ikan, daging, buah-buahan, dan sayursayuran sehingaa konsumen bisa mendapatkan kenyamanan dalam
berbelanja. Konsep utama dari pasar modern adalah menyediakan segala
bahan kebutuhan pokok konsumen dengan tempat yang bersih, tidak
becek, dan tidak bau.

7

Konsep pasar modern terdiri dari dari 3 jenis tempat usaha yang
terintegrasi, yakni ruko, kios dan lapak. Letak lapak berada di tengahtengah bangunan dan hanya untuk disewakan. Lapak dibagi menjadi dua
jenis, lapak kering dan lapak basah. Lapak kering digunakan sebagai
tempat berjualan sayur, bumbu dapur dan kebutuhan lain. Lapak basah
khusus menjual berbagai jenis ikan dan daging. Di sekeliling lapak
terdapat kios dengan berbagai ukuran. Untuk kios dikhususkan menjual
kebutuhan penunjang lainnya seperti sembako, peralatan rumah tangga,
kosmetik dan obat. Lapak dan kios ini dibungkus ruko dua lantai di bagian
luarnya, dengan gaya arsitektur modern yang menarik.

Suasana belanja di pasar modern BSD

Keunggulan dari pasar modern ini adalah memiliki sirkulasi pengunjung
yang teratur,ventilasi dan sanitasi yang baik, kapasitas parkir yang
memadai dan keamanan yang terjamin. Pasar modern ini juga
menyediakan fasilitas penunjang aktivitas pasar seperti mushola, ATM
center,
toilet,
tempat
cuci
dan
pemotongan
Pasar Swalayan
Swalayan juga termasuk sebagai pasar modern. Minimarket, supermarket,
dan hypermarket termasuk jenis swalayan. Perbedaan antara minimarket,
supermarket, dan hypermarket terletak pada luasnya.
Minimarket memiliki ukuran yang lebih kecil dibandingkan dengan
supermarket. Barang-barang yang dijual pun tidak selengkap di
supermarket.
Ukuran hypermarket lebih besar dari supermarket. Hypermarket dibangun
di lahan yang luas dan dilengkapi dengan sarana yang lebih lengkap,
seperti arena bermain anak dan bioskop.
Kegiatan jual beli di swalayan berbeda dengan kegiatan jual beli di pasar
tradisonal. Di swalayan tidak ada tawar menawar antara penjual dan
8

pembeli. Harga sudah ditetapkan sesuai dengan label pada barang.
Pembeli tinggal mengambil barang yang akan dibeli, kemudian membayar
di kasir. Pembayaran di swalayan pun dapat dilakukan dengan uang tunai
atau dengan kartu debit.

2.2 Hasil Survey
Pada pembahasan ini, akan dibahas dua bahasan yaitu pasar tradisional
dan pasar modern. Pembahasan ini dipilih berdasarkan tinjauan teori
tentang fasilitas perbelanjaan, dan pertanyaan yang diajukan kepada
pengguna pasar yang dikaitkan dengan skema presepsi dari Paul A. BELL
(1978). Pertanyaan yang diajukan kepada pengguna pasar, mengacu
kepada 5W + 1H (what,where,whom,when, why dan how.
Pasar Tradisional (Pasar Minggu, Jakarta Selatan)

Wawancara:
1. Ibu Yurah (konsumen) – 30 tahun
Q: Barang-barang apa yang sering dibeli?
A: Barang-barang pokok seperti sayur, daging dan buah.

Q: Kenapa belanja di sini?
A: Dekat dengan rumah, dan aksesnya mudah karena banyak angkot yang
lewat.

Q: Apa pekerjaan ibu? Dan biasanya berapa lama ibu dalam berbelanja di
sini?
A: Ibu rumah tangga. Saya biasanya hanya belanja secukupnya sesuai
dengan kebutuhan saya karena lingkungan yang becek dan bau tidak
nyaman jika terlalu lama di sini.
9

Q: Bagaimana kondisi Pasar Minggu?
A: kumuh, kotor, dan becek, namun terasa suasana pasar karena saling
terjadi interaksi antar penjual dan pembeli.

Q: Kapan ibu biasa ke pasar?
A: Saat ada keperluan memasak di rumah sehingga mengharuskan
membeli kebutuhan dari pasar, namun akhir-akhir ini saya lebih memilih
belanja di pasar swalayan karena pelayanan yang lebih baik dan kondisi
lingkungan yang jauh di atas pasar tradisional.

2. Pak Budi (pedagang sayur) – 42 tahun
A: Apa tawar menawar di pasar menjadi hal yang biasa terjadi?
Q: Iya, karena semua pembeli menginginkan harga termurah sedangkan
harga yang dijual tidak bisa menghasilkan untung yang tinggi juga.

A: Kenapa bapak berjualan di sini?
Q: Pertama untuk menafkahi keluarga. Selain itu banyak pula pembeli
yang berdatangan kesini karena harga dagangan yang dapat ditawar.
Namun pembeli menurun karena kondisi pasar yang makin tidak terawat

A: Bagaimana kondisi pasar minggu sehari-hari?
Q: Sejak pemerintahan Ahok, PKL ditertibkan dan angkot-angkot juga
tertata dengan baik. Namun situasi kumuh di pasar masih tidak terlalu
berkurang

A: Siapa saja konsumen yang sering membeli di lapak bapak?
Q: Ada banyak orang yang membeli di sini, namun kebanyakan adalah ibu
rumah tangga dan penjual makanan di warung-warung makan.

10

Pasar Modern (Pasar Santa, Jakarta Selatan)

Wawancara
1. Indra (konsumen) – 23 tahun
Q: Kenapa berbelanja di Pasar Santa?
A: Di Pasar Santa suasananya nyaman, walau penuh dengan pengunjung
setiap harinya, itu dikarenakan kondisi pasar yang tidak kumuh.

Q: Apa anda suka tawar menawar di pasar santa?
A: Ya karena harga barang-barang di sini relatif cukup tinggi, mungkin
karena biaya sewa di tempat ini juga tinggi.

Q: Kapan biasanya anda ke sini?
A: Hanya kadang-kadang saja, karena tempat ini relatif ramai ketika
malam dan tidak banyak ada kebutuhan pokok yang bisa dibeli di sini,
paling hanya makan-makan saja.

Q: Bagaimana situasi pasar santa?
A: Situasinya nyaman, ramai, tidak kumuh, dan terlihat mengikuti
perkembangan zaman sehingga banyak remaja bahkan hingga orang tua
yang datang ke pasar.

Q: Berapa lama waktu yang dihabiskan untuk berbelanja?
A: bisa sampai berjam-jam karena banyak barang-barang menarik dan
makanan yang enak dan tidak mudah ditemui di tempat lain
11

2. Kevin (pedagang kios) – 28 tahun
Q: bagaimana situasi di pasar santa belakangan ini?
A: setiap hari ramai pengunjung, dan ketika bulan puasa datang
pengunjung makin ramai untuk berbuka di sini. Tempatnya juga nyaman,
pelayanannya juga bagus.

Q: Berapa harga sewa di pasar santa?
A: karena belakangan ini banyak pengunjung khususnya di kalangan
muda, harga sewa menjadi naik menjadi 9 juta rupiah per tahun, itu
khusus di lantai dua, untuk di lantai satu bisa lebih murah.

Q: apa yang para pedagang jajakan kepada penjual?
A: di sini banyak varian pedagang, dari makanan dan minuman hingga ke
barang koleksi. Ada toko mainan juga, toko pencuci sepatu, hingga
penjual piringan hitam.

Q: kenapa anda berjualan di sini?
A: karena banyak pengunjung yang datang setiap harinya, walau baru
mulai ramai ketika malam hari.

Q: kapan jam buka dan tutup pasar santa?
A: tergantung kios mana yang berjualan, biasanya buka dari jam 3 sore
sampai jam 10 malam. Namun pasar yang ada di lantai dasar buka dari
pagi sampai maghrib.

Q: siapa saja pedagang yang berjualan di pasar santa?
A: di lantai dasar adalah pedagang yang lebih ke arah pasar tradisional,
biasanya banyak pedagang sayur, tekstil, dan lain-lain. Untuk di lantai
dua, pasarnya lebih ke arah modern karena banyak pedagang yang
mengikuti perkembangan zaman.
12

BAB III: PENUTUP
Kesimpulan
Jika dikaitkan dengan Skema Persepsi Paul A. Bell (1978) banyak
pedagang dan pembeli yang lebih memilih di tempat yang lebih nyaman
dan bersih, yaitu di pasar modern, karena berhasil beradaptasi dengan
lingkungan, dan di pasar tradisional harus mengalami stress karena
lingkungan yang kotor. Ada yang dapat beradaptasi namun ada pula yang
mengalami stress berlanjut sehingga tidak kembali ke pasar tradisional
dan lebih memilih belanja di pasar swalayan. Pasar modern memiliki
pengunjung yang lebih banyak ketimbang pasar tradisional, varian
pengunjungnya pun juga beragam.
Pasar tradisional akan mendapat reaksi yang bagus apabila masalah
kondisi lingkungan yang kumuh dapat dipecahkan.

13

Dokumen yang terkait

Analisis Konsep Peningkatan Standar Mutu Technovation Terhadap Kemampuan Bersaing UD. Kayfa Interior Funiture Jember.

2 215 9

Efek Pemberian Ekstrak Daun Pepaya Muda (Carica papaya) Terhadap Jumlah Sel Makrofag Pada Gingiva Tikus Wistar Yang Diinduksi Porphyromonas gingivalis

10 64 5

Pengaruh Atribut Produk dan Kepercayaan Konsumen Terhadap Niat Beli Konsumen Asuransi Syariah PT.Asuransi Takaful Umum Di Kota Cilegon

6 98 0

Pengaruh Proce To Book Value,Likuiditas Saham dan Inflasi Terhadap Return Saham syariah Pada Jakarta Islamic Index Periode 2010-2014

7 68 100

Analisis Pengaruh Lnflasi, Nilai Tukar Rupiah, Suku Bunga Sbi, Dan Harga Emas Terhadap Ting Kat Pengembalian (Return) Saham Sektor Industri Barang Konsumsi Pada Bei

14 85 113

Strategi Public Relations Pegadaian Syariah Cabang Ciputat Raya Dalam Membangun Kepuasan Layanan Terhadap Konsumen

7 149 96

Analisis Pengaruh Faktor Yang Melekat Pada Tax Payer (Wajib Pajak) Terhadap Keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi Dan Bangunan

10 58 124

Pengaruh Dukungan Venezuela Kepada Fuerzas Armadas Revolucionaries De Colombia (FARC) Terhadap Hubungan Bilateral Venezuela-Kolombia

5 236 136

Pengaruh Kerjasama Pertanahan dan keamanan Amerika Serikat-Indonesia Melalui Indonesia-U.S. Security Dialogue (IUSSD) Terhadap Peningkatan Kapabilitas Tentara Nasional Indonesia (TNI)

2 68 157

Pengaruh Rasio Kecukupan Modal dan Dana Pihak Ketiga Terhadap Penyaluran Kredit (Studi Kasus pada BUSN Non Devisa Konvensional yang Terdaftar di OJK 2011-2014)

9 104 46