ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN SENSITI

LAPORAN PRAKTIKUM
ANALISIS STUDI KELAYAKAN BISNIS PADA UKM ROTI “STABIL 95” DI
DESA PABUARAN UNYUR KECAMATAN SERANG KOTA SERANG
Ditujukan Sebagai Prasyarat untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Studi Kelayakan
Bisnis

Disusun Oleh:
Kelompok 9
Fitriana Ayu Puspitasari
Ihsaniyah
Latifatul Asmal
Siti Munawaroh

(4441131681)
(4441131065)
(4441131842)
(4441131610)

JURUSAN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERISTAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

BANTEN
2016

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan praktikum
mata kuliah “Studi Kelayakan Bisnis” .
Dalam menyusun laporan ini, tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang penulis
alami. Namun, berkat dukungan, dorongan, motivasi dan semangat dari orang-orang
terdekat, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan praktikum ini.
Penulis berharap semoga laporan ini dapat membantu menambah informasi,
ilmu, dan juga pengetahuan pembaca mengenai “ANALISIS STUDI KELAYAKAN
BISNIS PADA UKM ROTI STABIL 95”
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan dan jauh dari kata sempurna, baik itu dari segi sistematika penulisan,
bahasa, atau bahkan isi dari makalah itu sendiri. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun dari pembaca sangat penulis harapkan, agar kedepannya penulisan

makalah ini dapat lebih baik lagi.
Akhir kata, penulis ucapkan terima kasih banyak dan semoga laporan praktikum
ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya, dan bagi para pembaca semua pada
umumnya.

Serang, April 2016

Penulis

ii

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................4
1.1. Latar Belakang.......................................................................................................4
1.2. Identifikasi Masalah...............................................................................................5
1.3. Tujuan....................................................................................................................6
BAB II STUDI PUSTAKA.............................................................................................7
2.1. Gambaran Umum Roti...........................................................................................7

2.2. Bahan Pembuatan Roti..........................................................................................8
2.2.1. Proses Pembuatan Roti............................................................................11
2.2.2. Kandungan Gizi Roti...............................................................................13
2.3. Pengertian dan Tujuan Bisnis..............................................................................14
2.4. Studi Kelayakan Bisnis........................................................................................15
2.4.1. Pengertian Studi Kelayakan Bisnis.........................................................15
2.4.2. Tujuan Studi Kelayakan Bisnis...............................................................16
2.4.3. Pihak-pihak yang Memerlukan Studi Kelayakan Bisnis.........................16
2.4.4. Aspek-aspek Studi Kelayakan Bisnis......................................................17
BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM.....................................................................25
3.1. Lokasi dan Waktu Pelaksanaan............................................................................25
3.2. Jenis dan Sumber Data.........................................................................................25
3.3. Metode Pengolahan Data.....................................................................................25
BAB IV PEMBAHASAN.............................................................................................26
4.1. Gambaran Umum UKM......................................................................................26
4.2. Analisis Kelayakan Bisnis...................................................................................27
4.2.1. Aspek Hukum..........................................................................................27
4.2.2. Aspek Pasar dan Pemasaran....................................................................28
4.2.3. Aspek Teknis/ Produksi...........................................................................29
4.2.4. Aspek Manajemen Organisasi.................................................................30

4.2.5. Aspek Ekonomi dan Sosial.....................................................................31
4.2.6. Aspek Dampak Lingkungan....................................................................31
4.2.7. Aspek Finansial.......................................................................................31
4.3. Analisis Sensitivitas.............................................................................................41
BAB V PENUTUP........................................................................................................46
5.1. Kesimpulan..........................................................................................................46
5.2. Saran....................................................................................................................46
LAMPIRAN..................................................................................................................49

iii

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Sektor Pertanian merupakan salah satu sektor yang berperan penting dalam
perekonimian Indonesia. Hal ini dapat terlihat dari presentase sumbangan sektor
pertanian terhadap Produk Domestik Bruto (PDRB) yang terus mengalami
peningkatan hingga tahun 2015. Peningkatan itu terjadi di semua lini usaha, baik
Usaha Besar maupun Usaha Kecil Menengah (UKM). Setidaknya dalam lima tahun

terakhir UKM berperan penting dalam menjaga stabilitas perekonomian nasional.
Perkembangan ini tidak terlepas dari perubahan gaya hidup dan pola konsumsi
pangan masyarakat Indonesia semakin mengalami perubahan. Hal ini dapat dilihat
dari perkembangan produk siap saji sebagai makanan praktis sehari-hari. Selain nasi
sebagai makanan pokok masyarakat Indonesia, ada pula makanan pokok yang
berbahan dasar gandum, umbi-umbian ataupun jagung. Salah satu diantaranya ialah
olahan dari tepung terigu, yaitu roti dan ditinjau dari nilai gizinya sendiri tidak kalah
dengan nasi. Berdasarkan fenomena lingkungan sekitar tersebut, salah satu makanan
favorit pengganti nasi adalah mie dan roti. Namun, mie masih harus dimasak terlebih
dahulu meskipun memerlukan waktu yang relatif lebih singkat untuk dapat disajikan
dibandingkan nasi. Berbeda dengan roti, makanan tersebut sengaja dibuat agar orang
dengan sedikit waktu tidak perlu berlama-lama untuk menunggu sarapan, makan
siang ataupun makan malam. Roti juga berpotensi menjadi makanan keseharian
mahasiswa karena kuliah dan aktivitas mereka padat sehingga tidak memungkinkan
menyantap makanan di warung atau memasak sendiri. Keadaan inilah pada akhirnya
menjadi gaya hidup anak muda jaman sekarang.
Roti dikenal di Indonesia sejak zaman Belanda. Sejak saat itu masyarakat
Indonesia mengenal roti sebagai kudapan. Roti merupakan salah satu menu makanan
yang cukup digemari oleh masyarakat, mulai dari roti tawar, roti manis dengan
4


berbagai varian rasa, dan juga roti kering. Sebagian besar orang memilih roti sebagai
makanan pengganti karena praktis dan bergizi, sehingga dapat menjadi pilihan tepat
untuk sarapan.
Kualitas roti secara umum disebabkan oleh dua faktor, yaitu bahan baku dan
proses pembuatan. Jika bahan baku yang digunakan berkualitas tinggi dan proses
pembuatan sudah dibenarkan maka dapat dikatakan kualitas roti terjamin. Jenis dan
mutu produk bakery sangat bervariasi tergantung jenis bahan-bahan dan formulasi
yang digunakan dalam pembuatannya. Variasi produk ini diperlukan untuk memenuhi
adanya variasi selera dan daya beli konsumen (Desrosier 1987). Menurut pendapat
beberapa orang tua, roti menjadi pilihan sarapan ataupun bekal sehat dan praktis serta
disukai anak-anak (Kiki 2012).
Salah satu industri yang bergerak di bidang usaha produk roti adalah Roti Stabil
95 yang terletak di desa Pabuaran Unyur kecamatan Serang kota Serang provinsi
Banten. Industri roti tersebut yang digolongkan ke dalam jenis UKM ini
memproduksi roti khususnya roti manis. UKM Roti Stabil 95 tersebut sudah berjalan
selama belasan tahun, namun semua itu tak lepas dari persaingan antar perusahaan
roti yang lebih ternama dan tentunya UKM tersebut tak lepas pula dari segala macam
resiko serta tantangan. Oleh karena itu penulis ingin meniliti kelayakan bisnis pada
UKM tersebut.

1.2.

Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah

penulisan laporan ini adalah:
1. Bagaimana kelayakan bisnis dilihat dari aspek finansial dengan menggunakan
kriteria kelayakan meliputi Net Present Value (NVP), Net Benefit Cost Ratio
(Net B/C), Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C), Profitability Index (PI),
PayBack Period, dan Internal Rate of Return (IRR) pada UKM Roti Stabil 95 di
2.

Pabuaran Unyur Kota Serang?
Bagaimana analisis tingkat kepekaan (sensitivitas) kelayakan bisnis pada UKM
Roti Stabil 95 di Pabuaran Unyur Kota Serang?

5

1.3.


Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah disebutkan di atas, maka tujuan dari

penulisan laporan ini adalah:
1. Menganalisis kelayakan bisnis dilihat dari aspek finansial dengan menggunakan
kriteria kelayakan meliputi Net Present Value (NVP), Net Benefit Cost Ratio
(Net B/C), Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C), Profitability Index (PI), Pay
Back Period (PBP), dan Internal Rate of Return (IRR) pada UKM Roti Stabil
2.

95 di Pabuaran Unyur Kota Serang .
Menganalisis tingkat kepekaan (sensitivitas) kelayakan bisnis pada UKM Roti
Merk “Stabil” di Pabuaran Unyur Kota Serang.

6

BAB II
STUDI PUSTAKA

2.1.


Gambaran Umum Roti
Roti adalah makanan berbahan dasar utama tepung terigu dan air, yang

difermentasikan dengan ragi, tetapi ada juga yang tidak menggunakan ragi. Namun
kemajuan teknologi manusia membuat roti diolah dengan berbagai bahan seperti
garam, minyak, mentega, ataupun telur untuk menambahkan kadar protein di
dalamnya sehingga didapat tekstur dan rasa tertentu. Roti termasuk makanan pokok
di banyak negara Barat. Roti adalah bahan dasar pizza dan lapisan luar roti lapis. Roti
biasanya dijual dalam bentuk sudah diiris, dan dalam kondisi "fresh" yang dikemas
rapi dalam plastik. Dalam beberapa budaya, roti dipandang sangat penting sehingga
menjadi bagian ritual keagamaan.
Roti berasal dari negara Mesir Kuno ribuan tahun lampau. Orang mesir kuno
mengolah tepung gandum menjadi roti gepeng yang dipanggang di atas batu yang
dipanaskan. Orang-orang Yunani dan Romawi kemudian membuat roti dengan cara
dan bahan yang kahs menurut daerah setempat. Pada abad pertengahan, di Eropa
mulai dikembangkan cara pembuatan roti yang lebih modern, seperti misalnya roti
menjadi lebih harum dan lembut karena diperkaya dengan susu dan kuning telur. Dan
kini roti dibuat oleh bakery atau pabrik roti dengan peralatan yang modern. Jenis roti
pun ada banyak macamnya, ada yang kecil hingga besar, ada yang empuk, ada yang

keras luarnya tapi empuk didalamnya, ada yang gepeng, ada yang besar
mengembang. Campuran ataupun isinya pun beraneka macam, ada kismis, coklat,
buah kering, keju, vla dan selai buah.
Setiap negara mempunyai jenis roti, dengan bentuk dan rasa yang sesuai dengan
kebudayaannya. Di negara Mexico, roti dibuat dari jagung diantaranya yang populer
yaitu Tortilla (nanti aku bahas juga secara detail mengenai Tortilla, hehehe). Di Arab,
dikenal roti gepeng besar yang berongga di dalamnya, disebut roti pita. Bakpao dan
mantao yang cukup populer di Indonesia, ternyata merupakan rotinya orang China.
7

Roti orang Prancis biasa disebut roti baguette dan permukaan dari roti ini sangat keras
dan bisa untuk mementung orang karena bentuknya memang seperti tongkat pak
satpam. Upsst, tapi jangan ya (kata pak Ustadz, engga baik, hehehe). Di Jerman juga
ada roti khasnya yaitu German bread yang bentuknya juga cukup besar. Dilihat dari
cara pengolahan akhirnya, roti dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu roti yang
dikukus, yang digoreng dan yang dipanggang. Bakpao dan mantao adalah contoh roti
yang dikukus. Donat dan panada adalah contoh roti yang digoreng. Sedangkan aneka
roti tawar, roti manis, pita bread, baguette adalah roti yang dipanggang.
2.2.


Bahan Pembuatan Roti
Dari sejumput tepung terigu tak akan menjadi roti jika tidak diadoni dengan

cairan dan dikembangkan dengan ragi. Satu bahan dengan bahan lainnya memiliki
nilai ketergantungan yang kuat karena hasil kerja sama bahan dapat menjadikan roti
yang Anda buat bukan saja enak, tetapi juga lembut, kokoh, berwarna cantik dan
tentu saja awet. Berikut adalah bahan-bahan yang dipakai dalam proses pembuatan
roti:
1. Tepung Terigu
Tepung terigu dapat dikatakan bahan utama pembuatan roti, bukan tepung
jagung, tepung beras atau tepung lainnya. tepung terigu yang dihasilkan dari biji
gandum ini merupakan tepung yang paling baik dalam pembuatan roti karena
adanya gluten, protein yang tidak larut dalam air dan elastis, yang berperan
menjadi kerangka roti.
Gluten hanya ditemui dalam tepung terigu. Gluten inilah yang dapat
membuat roti berkembang baik. Kerja sama gluten dengan ragi dan pati, akan
membentuk jaringan sel yang cukup elastis untuk membuat roti mengembang dan
kuat menahan gas yang terbentuk oleh ragi, sehingga adonan tidak mengempis
kembali.
Makin tinggi kandungan protein dalam tepung, makin baik hasil
produksinya. Sehingga, syarat utama tepung terigu untuk pembuatan roti adalah
yang kandungan proteinnya tinggi. Anda boleh saja menggunakan tepung terigu
8

protein sedang agar hasilnya lebih lembut, tetapi elastisitasnya berkurang. Untuk
hasil roti yang lembut, berserat halus dan elastis, kombinasikan tepung terigu
protein tinggi dengan protein sedang.
2. Ragi
Ragi merupakan mikro organisme dari jenis Saccharomyces Cerevisieae,
yang dalam pembuatan roti berfungsi memfermentasikan karbohidrat pada tepung
dan menghasilkan CO2 serta alkohol.Adonan akan mengembang ketika gluten
memperangkap

gas

CO2,

sedangkan

alkohol

akan

teruapkan

selama

pemanggangan. Ragi juga membuat adonan menjadi elastis dan lekat sehingga
menaikkan rasa dan aroma roti.
3. Garam
Berfungsi memberi aroma dan rasa, mengatur kadar peragian dan
memutihkan warna roti. Sedikit garam pada roti (sekitar 10-12% dari jumlah
tepung terigu) dapat meningkatkan kekuatan gluten sehingga adonan roti lebih
mudah diuleni dan mencegah ragi berkembang biak terlalu cepat.
4. Gula
Berfungsi sebagai energi bagi ragi untuk memulai aktivitasnya sehingga
proses pengembangan menjadi lebih cepat, memberi rasa manis, membuat roti
lebih empuk dan memberi warna kulit roti dengan proses karamelisasinya.
Walau demikian, roti yang mengandung terlalu banyak gula akan
membutuhkan waktu yang lebih lama untuk mengembang karena gula juga
bertindak sebagai pengawet yang dapat menghambat kerja ragi.
5. Cairan
Cairan dapat berupa air putih, air es dan susu cair, atau kombinasi ketiganya.
Cairan yang dipakai dengan cara dimuaikan dapat membantu melarutkan dan
membagi ragi ke seluruh bagian tepung dan untuk pembentukan gluten.

6. Lemak
Lemak dapat berupa margarin, mentega atau mentega putih. Jika
menggunakan mentega, pilih yang tawar, karena mentega yang tinggi garam
(salted butter) dapat mematikan kerja ragi.

9

Pemberian lemak dalam pembuatan roti berfungsi untuk menghambat
terjadinya pelepasan gas CO2 selama berlangsungnya proses fermentasi sehingga
roti mampu berkembang secara optimal, berserat lunak, tetapi kokoh dan tidak
mudah mengempis. Selain itu juga berguna untuk menambah cita rasa, memberi
warna cerah dan membuat roti lebih tahan lama.
7. Telur
Umumnya yang dipakai hanya kuningnya, karena sifatnya serupa dengan
telur utuh. Saat pengulenan, kuning telur akan beremulsi sehingga mampu
mengentalkan dan mengikat bahan lain menjadi adonan yang kompak dan
seragam. Sedangkan saat pemanggangan, protein kuning telur akan naik ke
permukaan, dan membentuk kulit yang lunak, empuk dan kecoklatan.
8. Susu Bubuk
Susu bubuk dapat berupa susu bubuk full cream atau pun susu skim.
Membuat struktur roti makin kokoh, kuat dan stabil serta menaikkan rasa dan nilai
gizi.
9. Bread Improver
Berfungsi untuk memperlunak dan memperkuat gluten. Bread improver
berbentuk seperti tepung, cara pemakaiannya langsung dicampur dengan bahan
kering. Sedang bread emulsifier, berbentuk pasta, diberikan pada tahap terakhir
setelah adonan tercampur dengan lemak.

2.2.1. Proses Pembuatan Roti
Biasanya secara garis besar, cara membuat roti dibagi menjadi 15 tahapan,
yaitu:
1. Pemilihan Bahan
Gunakan bahan bersertifikat halal dan berkualitas baik. Bahan yang digunakan
sebaiknya dalam kondisi cukup dan disimpan dalam kondisi baik.
2. Penimbangan Bahan
Timbang dengan teliti dan tepat. Hindari menakar bahan menggunakan sendok
atau cangkir. Pastikan kandungan air dalam adonan tidak kurang atau
berlebihan sehingga roti tidak bantat atau lembek.
3. Pengadukan
10

Sebelum air dan mentega dimasukan sebaiknya seluruh bahan kering melalui
proses airasi (diaduk dulu) selama 5 menit supaya air dapat dimasukan secara
optimal. Campur semua bahan secara merata untuk hidrasi sempurna dari pati
dan protein sehingga membentuk gluten, pelunakan gluten dan mampu
menahan gas dengan baik. Lama pengadukan disesuaikan dengan kandungan
protein dalam tepung terigu karena semakin tinggi proteinnya maka proses
pengadukan semakin lama, demikian juga sebaliknya. Proses ini menghabiskan
waktu sekitar 30 hingga 45 menit.
4. Fermentasi Awal
Tahapan penguraian gula menggunakan ragi dibagi menjadi:
Gas CO2 : adonan mengembang
Alkohol : memberikan aroma pada roti
Asam : memberikan rasa dan melunakan gluten
Panas : suhu meningkat selama fermentasi
Waktu yang dihabiskan fermentasi awal sangat bergantung dari jumlah adonan
dan orang yang mengerjakan. Selama pengistirahatan, tutup adonan
menggunakan plastic supaya adonan tidak kering. Proses ini menghabiskan
waktu sekitar 10-20 menit.
5. Penimbangan
Bagi adonan sesuai berat yang diinginkan menggunakan timbangan yang benar.
Jika menggunakan alat pembagi maka setelah ditimbang, bagi adonan menjadi
beberapa bagian.
6. Pembulatan
Usahakan supaya terbentuk lapisan keras di permukaan adonan supaya dapat
menahan gas yang dihasilkan. Haluskan tekstur roti supaya pekerjaan
selanjutnya lebih mudah.
7. Fermentasi Kedua
Pada tahapan ini terjadi pelunakan gluten pada adonan dan berguna untuk
mempercepat fermentasi berikutnya. Tutup adonan dengan plastic supaya tidak
kering. Lama proses ini adalah sekitar 10 hingga 15 menit.
8. Pembuangan Gas pada Adonan
Tekan-tekan adonan supaya gas di dalam adonan dapat dikeluarkan dan serat
roti menjadi halus merata.
9. Pembentukan Adonan

11

Bentuk roti sesuai keinginan. Untuk roti manis dapat diisi dengan aneka isian
namun hindari penggunaan minyak dan air terlalu banyak supaya roti tidak
terbuka. Untuk roti tawar usahakan proses pengulungan dan pembentukan roti
dalam keadaan padat dan rapat serta posisi sambungan berada dibawah adonan.
10. Pencetakan
Untuk roti tawar, masukan adonan ke dalam cetakan dan untuk roti manis
adonan diletakan di atas loyang. Sebelumnya loyang telah diolesi minyak atau
gunakan lapisan kertas minyak supaya tidak lengket. Saat penyimpanan,
usahakan adonan memiliki ruang untuk pemanasan bagian sisi roti dan tidak
menempel antara satu dengan yang lainnya.
11. Fermentasi Akhir
Fermentasi terakhir dalam cara membuat roti ini dilakukan supaya adonan
mengembang hingga mencapai kualitas dan bentuk maksimal. Dilakukan pada
tempat dengan panas sekitar 35 – 40 derajat celcius dan kelembapan ruangan
stabil di 80 – 85%. Untuk lebih memudahkan dapat menggunakan hygrometer
atau thermometer ruang.
12. Pembakaran
Pastikan suhu oven sesuai dengan jenis roti yang dibakar. Lamanya pembakaran
biasanya ditentukan oleh jenis oven, bahan loyang, jenis roti dan pemakaian
gula dalam adonan misalnya untuk roti tawar dipanggang dalam suhu 200
derajat celcius dalam Loyang tertutup selama 30-40 menit atau dengan Loyang
terbuka selama 25-30 menit sedangkan roti manis dipanggang dalam suhu 180
derajat celcius; ukuran 40-60 gram dipanggang maksimum 15 menit sedangkan
ukuran 15-20 gram dipanggang 5-10 menit.
13. Mengeluarkan Roti pada Panggangan
Jangan paksa mengeluarkan roti tawar atau yang didalam cetakan. Tunggu
sekitar 30 detik setelah keluar dari oven. Untuk roti manis keluarkan dari
panggangan secara hati-hati karena roti masih dalam keadaan lembut dan
empuk
14. Pendinginan
Dinginkan roti pada suhu ruang sekitar 45-90 menit dan letakan roti pada rak
pendingin supaya panas roti menyebar ke segala arah. Suhu roti tawar yang
hendak dipotong sebaiknya sekitar 30-32 derajat celcius.
15. Packing
12

Tahapan terakhir cara membuat roti adalah packing atau pembungkusan.
Pembungkusan roti sebaiknya dilakukan di ruangan bersih dengan ventilasi dan
sirkulasi udara cukup. Hindari membungkus roti dalam kondisi panas supaya
tidak cepat berjamur.
2.2.2. Kandungan Gizi Roti
Roti adalah salah satu pilihan makanan sehat.

Roti merupakan makanan

berbahan dasar tepung terigu dan air yang difermentasikan dengan ragi. Seiring
perkembangan industri pangan, roti tidak hanya mengandung karbohidrat saja akan
tetapi juga protein serta lemak. Sebab, dalam pembuatannya dipakai berbagai bahan
seperti mentega dan telur.
Roti yang populer sebagai camilan adalah jenis roti manis dengan berbagai
isian. Atau roti tawar yang ditambahkan dengan berbagai macam selai ataupun
sayuran dan dinikmati dengan secangkir susu, kopi, ataupun teh hangat.
Roti tawar merupakan roti yang terbuat dari adonan tepung terigu berprotein
tinggi, gula pasir, susu, ragi, mentega, air, dan sedikit garam. Rasanya yang gurih
membuat roti ini biasanya disajikan dengan secangkir teh, susu, ataupun dengan selai.
Dalam dua lembar roti tawar putih mengandung kalori sebesar 188 kalori, protein 5,6
gr, lemak sebesar 1 gr dan serat 2,4 gr.
Pada roti tawar yang berbahan dasar tepung gandum memiliki tekstur yang
lebih kasar. Dalam 2 lembar roti gandum mengandung 150 kalori, protein 5,2 gr,
lemak 0,8 gr dan 6,9 gr. Sedangkan pada roti manis yang berisi selai cokelat dalam 1
buah roti manis ukuran sedang yang berisi 2 sdm selai cokelat atau berat
keseluruhannya sekitar 80 gr mengandung 227 kalori, protein 6 gr, lemak sebanyak
3,4 gr, dan 2 gr serat.

2.3.

Pengertian dan Tujuan Bisnis
Suliyanto (2010) mengatakan “bisnis” berasal dari bahasa Inggris “busy” yang

artinya “sibuk”, sedangkan “business” artinya “kesibukan”. Bisnis dalam arti luas
sering didefinisikan sebagai keseluruhan kegiatan yang direncanakan dan dijalankan
13

oleh perorangan atau kelompok secara teratur dengan cara menciptakan, memasarkan
barang maupun jasa, baik dengan tujuan mencari keuntungan maupun tidak bertujuan
mencari keuntungan.
Menurut Suliyanto (2010) mendefinisi pengertian bisnis dengan tujuan bisnis
yang dapat dikelompokan menjadi dua kelompok berikut :
1. Bisnis yang berorientasi keuntungan (profit oriented), bisnis yang berorientasi
keuntungan adalah bisnis yang didirikan semata-mata bertujuan memperoleh
keuntungan untuk meningkatkan kesejahteraan pemilik dan karyawannya serta
untuk mengembangkan usaha lebih lanjut.
2. Bisnis yang tidak berorientasi keuntungan (non-profit oriented), bisnis yang
tidak berorientasi keuntungan adalah bisnis yang didirikan denga tujuan utama
untuk kepentingan sosial.
Berdasarkan jenis kegiatannya secara umum bisnis dapat dibedakan menjadi
empat macam, yaitu :
a. Bisnis ekstraktif adalah bisnis yang bergerak dalam penggalian barang-barang
tambang.
b. Bisnis agraris adalah bisnis yang bergerak dalam bidang pertanian, termasuk
didalamnya perikanan, peternakan, perkebunan, dan kehutanan.
c. Bisnis industry adalah bisnis yang bergerak dalam bidang pengolahan
(manufaktur), yaitu bisnis dengan tujuan untuk mengubah barang yang kurang
berdaya guna menjadi lebih berdaya guna.
d. Bisnis jasa adalah bisnis yang bergerak dalam penyediaan produk yang tidak
berwujud.

2.4.

Studi Kelayakan Bisnis

2.4.1. Pengertian Studi Kelayakan Bisnis
Kasmir dan Jakfar (2010) mendefinisikan studi kelayakan bisnis adalah suatu
kegiatan yang mempelajari secara mendalam tentang suatu usaha atau bisnis yang
akan dijalankan, dalam rangka menentukan layak atau tidak usaha tersebut
dijalankan.

14

Sementara itu, menurut Umar (2007) studi kelayakan bisnis adalah penelitian
terhadap rencana bisnis yang tidak hanya menganalisis layak atau tidaknya bisnis
dibangun, tetapi juga saat dioperasionalkan secara rutin dalam rangka pencapaian
keuntungan yang maksimal untuk waktu yang tidak ditentukan.
Sedangkan Subagyo (2007) menyebutkan studi kelayakan bisnis bila diletakkan
pada objek pendirian sebuah usaha baru disebut studi kelayakan proyek. Jika
objeknya adalah pengembangan usaha, studi kelayakannya disebut studi kelayakan
bisnis.
2.4.2. Tujuan Studi Kelayakan Bisnis
Menurut Subagyo (2007), Secara umum tujuan penyusunan studi kelayakan
adalah mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan berikut:
1.
2.
3.
4.
5.

Produk yang akan ditawarkan marketable atau tidak.
Dari sisi produksi, secara teknis dapat dilakukan dan sustainable atau tidak.
Dari sudut pandang manjemen, bisnis tersebut efektif dan efisien atau tidak.
Ditinjau dari sisi hukum, termasuk usaha yang legal atau ilegal atau tidak.
Dari sisi keuangan, bisnis tersebut profitable atau tidak.
Jika jawabannya adalah marketable, sustainable, efektif dan efisien, legal, dan

profitable, berarti bisnis tersebut layak (layak untuk dibiayai/ diberikan kredit/
didirikan/ dan atau disetujui izinnya).

2.4.3. Pihak-pihak yang Memerlukan Studi Kelayakan Bisnis
Menurut Umar (2005) berpendapat bahwa tujuan yang ingin dicapai dari studi
kelayakan bisnis sekurang-kurangnya mencakup empat pihak yang berkepentingan,
yaitu:
1. Bagi pihak investor : Studi kelayakan bisnis ditujukan untuk melakukan
penilaian dari kelayakan usaha untuk menjadi masukan berguna, karena sudah
mengkaji berbagai aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis dan teknologis,
aspek manajemen operasional dan aspek finansial secara komprehensif dan
detail, sehingga dapat dijadikan dasar bagi investor untuk membuat keputusan
investasi secara lebih obyektif.

15

2.

Bagi analisis : Studi kelayakan adalah suatu alat yang berguna dan dapat
dipakai sebagai penunjang kelancaran tugas-tugasnya dalam melakukan
penilaian suatu rencana usaha, usaha baru, pengembangan usaha, atau menilai

3.

kembali usaha yang sudah ada.
Bagi masyarakat : Hasil studi kelayakan bisnis merupakan suatu peluang
untuk meningkatkan kesejahteraan dan perekonomian rakyat baik yang
terlibat secara langsung maupun muncul karena adanya nilai tambah sebagai

4.

akibat dari adanya usaha tersebut.
Bagi pemerintah : Dari sudut pandang mikro, hasil studi kelayakan bisnis ini
bagi pemerintah, terutama untuk tujuan pengembangan sumber daya, baik
dalam pemanfaatan sumber-sumber alam (SDA) maupun pemanfaatan sumber
daya manusia (SDM) berupa penyerapan tenaga kerja, selain itu, adanya usaha
baru atau berkembangnya usaha lama sebagai hasil dari studi kelayakan bisnis
yang dilakukan oleh individu atau badan usaha tentunya akan menambah
pemasukan pemerintah baik dari pajak pertambahan nilai (PPN) maupun dari
pajak penghasilan (PPH) dan retribusi berupa biaya perijinan, biaya
pendaftaran, administrasi dan lainnya yang layak diterima sesuai dengan
ketentuan berlaku. Secara makro, pemerintah dapat berharap dari keberhasilan
studi kelayakan bisnis ini mempercepat pertumbuhan ekonomi daerah maupun
nasional, sehingga tercapai pertumbuhan penduduk domestik bruto (PDB) dan
kenaikan penerimaan per kapita.

2.4.4. Aspek-aspek Studi Kelayakan Bisnis
Kasmir (2012) menjabarkan untuk menganalisis studi kelayakan suatu usaha
aspek-aspek yang perlu dinilai, yaitu:
1.

Aspek Hukum
Pada umumnya untuk memulai studi kelayakan suatu usaha dimulai dari

aspek

hukum.

Aspek

hukum

digunakan

untuk

meneliti

kelengkapan,

kesempurnaan, dan keaslian dokumen-dokumen yang dimiliki mulai dari badan
usaha, izin-izin sampai dokumen lainnya. Jenis badan hukum yang ada di
Indonesia sangat beragam. Masing-masing badan hukum memiliki kelebihan dan
16

kelemahan tersendiri. Dalam praktiknya jenis badan hukum yang ada di Indonesia
sebagai berikut (Kasmir dan Jakfar, 2010):
a. Perseorangan
b. Firma (Fa)
c. Persekutuan Komanditer (CV)
d. Perseroan Terbatas (PT)
e. Perusahaan Negara
f. Perusahaan Daerah
g. Yayasan
h. Koperasi (Kasmir dan Jakfar, 2010).
2. Aspek Pasar dan dan Pemasaran
Suratman (2002) menegaskan aspek pasar merupakan aspek yang paling
utama dan pertama dilakukan dalam pengkajian usulan proyek investasi, alasannya
adalah tidak akan mungkin suatu proyek didirikan dan dioperasikan jika tidak ada
pasar yang siap menerima produk perusahaan tersebut. Analisis aspek pasar
bertujuan mengetahui berapa besar luas pasar, pertumbuhan permintaan, market
share, kondisi persaingan, dan siklus hidup dari produk yang sama.
Kotler dan Keller (2007) mendefinisikan pemasaran sebagai suatu
rangkaian tujuan dan sasaran, kebijakan, dan aturan yang menjadi arah kepada
usaha-usaha pemasaran perusahaan dalam menghadapi lingkungan dan keadaan
pesaing yang selalu berbeda. Pemasaran merupakan suatu proses sosial manajerial
yang di dalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan
dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan mempertukarkan produk
yang bernilai dengan pihak lain. Konsep ini yang mendasari definisi pemasaran
diantaranya kebutuhan (needs), keinginan (want), dan permintaan (demands).
Menurut Rangkuti (2005), strategi pemasaran adalah tujuan jangka
panjang dari suatu perusahaan, serta rumusan pada pendayagunaan dan semua
alokasi sumber daya yang penting untuk mencapai tujuan tersebut.

3. Aspek Teknis/ Produksi
Kajian aspek teknis atau produksi menitikberatkan pada penilaian atas
kelayakan bisnis dari sisi teknik dan teknologi. Penilaian meliputi lokasi, layout
17

gedung dan ruangan, serta teknologi yang dipakai (Kasmir dan Jakfar 2010).
Selain itu juga kapasitas produksi, pengendalian bahan baku dan barang jadi, dan
pengawasan kualitas produk (Umar 2007).
4. Aspek Manajemen Organisasi
David (2006) menjelaskan fungsi manajemen terdiri dari lima aktivitas
dasar, yaitu perencanaan, pengorganisasian, pemberian motivasi, pengelolaan staf,
dan pengendalian.
a. Perencanaan

adalah

proses

seseorang

menentukan

apakah

akan

menjalankan suatu usaha, menjalankan cara yang paling efektif untuk
mencapai tujuan yang diharapkan, dan menyiapkan cara mengatasi
b.

kesulitan yang tidak 12 diharapkan dengan sumber daya yang cukup.
Pengorganisasian mencakup semua aktivitas manajerial yang menghasilkan
struktur pekerjaan dan hubungan otoritas. Tujuan pengorganisasian adalah
untuk mencapai usaha terkoordinasi dengan mendefinisikan hubungan
pekerjaan dan otoritas. Pengorganisasian menentukan siapa melakukan apa

c.

dan siapa harus melapor kepada siapa.
Pemberian motivasi didefinisikan sebagai proses mempengaruhi orang
untuk mencapai tujuan tertentu. Fungsi motivasi dalam manajemen
mencakup kepemimpinan, dinamika kelompok, komunikasi, dan perubahan

d.

organisasi.
Pengelolaan staf disebut juga manajemen sumber daya manusia meliputi
aktivitas

seperti

pengorientasian,

perekrutan,
pelatihan,

wawancara,
pengembangan,

pengujian,

penyeleksian,

pemberian

perhatian,

pengevaluasian, pengkompensasian, pendisiplinan, promosi, pemindahan,
pendemosian, dan pemecatan karyawan serta pengelolaan hubungan
e.

dengan serikat pekerja.
Pengendalian mengacu pada semua aktivitas manajerial yang diarahkan
untuk memastikan bahwa hasil aktual konsisten dengan hasil yang
direncanakan. Pengendalian terdiri dari empat tahap dasar, yaitu
menetapkan standar kerja, mengukur kinerja individu dan organisasi,
membandingkan kinerja aktual dengan standar kinerja yang direncanakan,

5.

dan melakukan tindakan kreatif.
Aspek Ekonomi dan Sosial
18

Setiap usaha yang dijalankan akan memberikan dampak positif dan
negatif. Jika ditinjau dari aspek ekonomi, dampak positif yang diberikan dengan
adanya usaha tersebut lebih ditekankan kepada masyarakat khususnya dan
pemerintah umumnya. Bagi masyarakat dampak terbesar yang dirasakan adalah
meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar. Sedangkan bagi pemerintah dampak
positif yang diperoleh adalah memberikan pemasukan berupa pendapatan, baik
bagi pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Sebaliknya dampak negatif
yang terjadi yaitu eksplorasi sumber daya alam yang berlebihan dan masuknya
pekerja dari luar daerah sehingga mengurangi peluang bagi masyarakat sekitarnya.
Dampak positif dari aspek sosial bagi masyarakat adalah tersedianya sarana dan
prasarana yang dibutuhkan. Dampak negatif dari aspek sosial terjadinya perubahan
demografi, budaya, gaya hidup, dan kesehatan.
6.
Aspek Dampak Lingkungan
Lingkungan hidup merupakan aspek yang menjadi pertimbangan untuk
menentukan kelayakan suatu usaha. Dampak lingkungan hidup yang terjadi dapat
berupa perubahan fisik, kimia, biologi, atau sosial. Dampak ini dapat langsung
terlihat pada saat kegiatan usaha dilakukan atau baru terlihat beberapa waktu
kemudian dalam jangka waktu yang panjang. Perubahan lingkungan ini jika tidak
diantisipasi dari awal akan merusak tatanan yang sudah ada.
7.
Aspek Keuangan
Aspek finansial merupakan aspek kunci dari suatu studi kelayakan, karena
sekalipun aspek lain tergolong layak, jika studi aspek finansial memberikan hasil
yang tidak layak, maka usulan proyek akan ditolak karena tidak akan memberikan
manfaat ekonomi (Harning dan Basalamah, 2003: 13).
Kriteria-kriteria yang digunakan untuk menentukan kelayakan suatu proyek
atau bisnis, yaitu Net Present Value (NPV),
a. Net Present Value (NPV)
NPV adalah manfaat bersih yang diterima selama umur proyek pada
tingkat diskonto tertentu. NPV bertujuan untuk mengurutkan alternatif
yang dipilih karena adanya kendala biaya modal. Proyek dinyatakan
bermanfaat jika NPV lebih besar dari nol. Jika NPV sama dengan nol,
biaya dapat dikembalikan sama besar dengan proyek. Pada kondisi ini
19

proyek tidak untung dan tidak rugi. Jika NPV lebih kecil dari nol, proyek
tidak dapat menghasilkan senilai biaya yang digunakan. Pada kondisi ini
proyek tidak layak dilakukan (Gray et al. 1992). Secara matematis NPV
dapat dirumuskan sebagai berikut:
n

NPV  NBi (1  i )  n
i 1

atau
n

NPV 

Dimana: atau

i 1

NBi
(1  i ) n

n
NB = Net benefit =n Benefit – Cost

C

NPV  Bi  Ci  N Bi

i 1
1
= Biaya investasi
+ Biaya ioperasi

= Benefit yang telah didiskon
= Cost yang telah didiskon
i

= diskon faktor

n

= tahun (waktu)

Kriteria pengukuran:
NPV > 0 (nol) → usaha/proyek layak (feasible) untuk dilaksanakan
NPV < 0 (nol) → usaha/proyek tidak layak (feasible) untuk dilaksanakan
NPV = 0 (nol) → usaha/proyek berada dalam keadaan BEP dimana
TR=TC dalam bentuk present value.
Untuk menghitung NPV diperlukan data tentang perkiraan biaya investasi,
biaya operasi, dan pemeliharaan serta perkiraan benefit dari proyek yang
direncanakan.
b. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C Ratio)
Net B/C Ratio adalah besarnya manfaat tambahan pada setiap tambahan
biaya sebesar satu satuan. Net B/C Ratio diperoleh dari perbandingan
antara nilai sekarang (present value) dari net benefit yang positif dengan
present value dari net benefit yang negatif. Proyek dikatakan layak jika Net

20

B/C Ratio lebih besar dari satu. Secara matematis Net B/C dapat
dirumuskan sebagai berikut:
n

 N B ()
i

NetB / C 

i 1
n

 N B ( )
i

i 1
Jika: Net B/C > 1 (satu) berarti proyek
(usaha) layak dikerjakan

Net B/C < 1 (satu) berarti proyek tidak layak dikerjakan
Net B/C = 1 (satu) berarti cash in flows = cash out flows (BEP) atau
TR=TC
c. Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C)
Gross B/C adalah perbandingan antara jumlah Present Value Benefit (PV
Benefit) dengan Present Value Biaya ( PV cost). Secara matematis Gross
B/C dapat dirumuskan sebagai berikut:
n

GrossB / C 

 B(1  r )
i 1
n

n

 C (1  r )

n

i

i 1

Jika: Gross B/C > 1 (satu) berarti proyek (usaha) layak dikerjakan
Gross B/C < 1 (satu) berarti proyek tidak layak dikerjakan
Gross B/C = 1 (satu) berarti proyek dalam keadaan BEP.
d. Profitability Index (PI)
Profitability index adalah perbandingan antara Present Value dari Net
Benefit Positif (PV Benefit diluar Investasi) dengan Present Value dari
Investasi ( PV Investasi). Secara matematis Gross B/C dapat dirumuskan
sebagai berikut:

PI =
Dimana:
PI

= nilai PI yang dicari nilai nya

21

PV net benefit ( NPV + )

= nilai PV arus kas masuk atau arus kas

operasional
PV investasi

= nilai PV arus kas keluar atau arus kas awal

Kriteria penilaian adalah :
a. Jika PI > 1 maka usulan investasi bisnis dikatakan menguntungkan
b. Jika PI < 1 maka usulan investasi bisnis tidak menguntungkan
e. Payback Period(PBP)
Payback Period adalah penilaian kelayakan suatu proyek dengan mengukur
jangka waktu pengembalian investasi. Semakin cepat waktu pengembalian
investasi, semakin baik proyek tersebut dibiayai.
Secara matematis Payback Period dapat dirumuskan sebagai berikut:
n

PP T p  1 

I

n

i

i 1



B

icp  1

i 1

Bp

Dimana:
PP

= Payback Period

Tp-1

= Tahun sebelum terdapat PP

Ii

= Jumlah investasi telah didiskon

Bicp-1= Jumlah benefit yang telah didiskon sebelum PP
Bp

= Jumlah benefit pada PP

f. Internal Rate of Return (IRR)
IRR adalah tingkat suku bunga yang menunjukkan rata-rata tingkat
keuntungan internal tahunan perusahaan yang melakukan investasi. IRR
mencerminkan tingkat bunga maksimal yang dapat dibayar oleh proyek
untuk sumber daya yang digunakan. Proyek dikatakan layak jika IRR lebih
besar dari tingkat diskonto. Secara matematis IRR dapat dirumuskan
sebagai berikut:
IRR i1 

Dimana:

NPV1
 i2  i1 
( NPV1  NPV2 )
22

i1 = tingkat discount rate yang menghasilkan NPV1
i2 = tingkat discount rate yang menghasilkan NPV2
Kriteria pengukuran adalah :
1.
2.
3.

Jika IRR > i, maka kegiatan usaha layak untuk dilaksanakan.
Jika IRR < i, maka kegiatan usaha tidak layak untuk dilaksanakan.
Jika IRR = i, maka kegiatan usaha dalam keadaan break event point.

BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1. Lokasi dan Waktu Pelaksanaan
Lokasi Pratikum Studi kelayakan bisnis ini dilakukan pada UKM Roti Merk
“Stabil” yang bertempat di Pabuaran Unyur, Kota Serang. Kegiatan pengumpulan dan
pengolahan data dilakukan dari tanggal 17 April 2016 hingga 30 April 2016.
3.2. Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan pada penyusunan laporan praktikum ini adalah data
primer dan sekunder. Data primer diperoleh langsung di lapangan melalui observasi
dan wawancara. Sedangkan data sekunder diperoleh dari studi literatur yang terkait.
3.3. Metode Pengolahan Data
Data yang diolah pada penyusnan laporan praktikum ini bersifat kualitatif dan
kuantitatif. Data yang bersifat kualitatif yang dianalisis untuk menentukan kelayakan
bisnis pada industri rumah tangga roti ini meliputi aspek hukum, pasar dan

23

pemasaran, teknis/ produksi, serta manajemen organisasi. Sedangkan aspek keuangan
dianalisis secara kuantitatif.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.

Gambaran Umum UKM
Menurut Keppres RI No. 99 tahun 1998, UKM merupakan kegiatan ekonomi

rakyat berskala kecil dimana tipe bidang usahanya bersifat heterogen serta perlu
dilindungi oleh pemerintah untuk mencegah persaingan yang tidak sehat. Kriteria
UKM menurut UU No. 9 tahun 1995, diantaranya memiliki kekayaan bersih paling
banyak 200 juta rupiah belum termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, memiliki
hasil penjualan tahunan paling banyak senilai 1 milyar rupiah, dan dimiliki oleh
warga negara Indonesia. Kemudian UKM merupakan usaha yang berdiri sendiri dan
bukan anak dari suatu perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai
atau bergabung secara langsung atau tidak langsung dengan usaha menengah atau
usaha besar. Salah satu badan usaha perseorangan yang berbadan hukum maupun
yang tidak berbadan hukum adalah koperasi.

24

Kriteria UKM menurut BPS dan Kementerian Negara Koperasi dan UKM
adalah Usaha Kecil adalah usaha perseorangan yang memiliki hasil usaha sampai
dengan 1 milyar rupiah, sementara Usaha Menengah berkisar antara 1 milyar hingga
50 milyar rupiah.
Sementara dari sisi perkembangannya Usaha Kecil Dan Menengah dapat
dikelompokkan dalam beberapa kriteria yaitu:
 Livelihood Activities, merupakan Usaha Kecil Menengah yang digunakan untuk
mencari nafkah, atau lebih dikenal sebagai sektor informal. Contohnya adalah
pedagang kaki lima.
 Micro Enterprise, merupakan Usaha Kecil Menengah yang merupakan pengrajin
produk tertentu namun belum memiliki ciri kewirausahaan.
 Small Dynamic Enterprise, merupakan Usaha Kecil Menengah yang telah
memiliki ciri kewirausahaan dan sudah menerima pekerjaan subkontrak dan
melakukan ekspor
 Fast Moving Enterprise, merupakan Usaha Kecil Menengah yang telah memiliki
ciri kewirausahaan dan siap untuk melakukan transformasi menjadi Usaha Besar.
Usaha pengrajin roti sendiri termasuk kedalam Micro Enterprise, merupakan
Usaha Kecil Menengah yang merupakan pengrajin produk tertentu namun belum
memiliki ciri kewirausahaan.
Berikut hasil observasi di lapangan:
Nama Pemilik Usaha : Hj. Aminah
Alamat

: Pabuaran unyur, kecamatan Serang, Kota Serang

Lama Usaha

: 1995 - 2016

Status Tempat

: Sewa lahan

Jumlah Pekerja

: 5 Orang

Hj.Aminah adalah salah satu pemilik usaha agroindustri tahu yang berlokasi
di Jombang, Kota Tangerang Selatan. Usahanya ini sudah cukup lama ditekuninya
sejak tahun 1995 hingga sekarang. Ia memulai usahanya ini berawal dari orang tua
dan keluarganya yang secara turun temurun dan seluruh saudaranya sebagai
pengusaha roti . UKM roti ini berasal dari kota Cirebon yang merupakan milik orang

25

tua dari pemilik, lalu pemiliki membuka cabang di kota Serang pada tahun 1995
hingga sekarang.
4.2.

Analisis Kelayakan Bisnis

4.2.1. Aspek Hukum
Perusahaan Roti Stabil 95 sudah memiliki Surat Ijin Usaha Perdagangan
(SIUP), Surat Ijin Tempat Usaha (SITU), Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), Izin
Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT) dari Dinas Kesehatan, serta Sertifikat Halal
dari LPPOM MUI.
Hal ini wajar jika UKM Roti Stabil 95 tersebut sudah memiliki surat-surat
resmi dari badan hukum dikarenakan UKM sudah berusia puluhan tahun.Walaupun
hal legalitas tersetbut baru mulai dilaksanakan pada tahun

2010, hal ini tentu

merupakan suatu kemajuan dan dapat menignkatkan nilai jual Roti Stabil 95 karena
kosumen semakin merasa yakin dengan produk yang sudah mendapatkan sertifikat
halal dari LPPOM MUI.Sebagaimana yang diungkapkan oleh Adinegoro dan Rahayu
(1997) bahwa masyarakat saat ini semakin kritis menuntut standarisasi produk yang
semakin tinggi dan kompleks, yang tidak hanya menyangkut aspek hukum,
kesehatan, dan lingkungan, tetapi juga memnuntut aspek sosial, budaya, dan agama.
Masyarakat menginginkan produk yang sehat, aman dan halal (SAH).
Berdasarkan fakta yang ada, secara hukum Roti Stabil 95 sudah layak beredar
di pasaran karena sudah memiliki surat-surat dari badan hukum seperti SIUP, SITU,
NPWP, PIRT dari Dinkes serta sertifikat halal dari LPPOM MUI.
4.2.2. Aspek Pasar dan Pemasaran
Segmentasi Roti Stabil 95 dibagi berdasarkan umur, penghasilan, dan kelas
sosial. Selain itu Roti Stabil 95 membidik masyarakat membidik masyarakat kalangan
menengah ke bawah dan memposisikan dirinya sebagai produk makanan yang murah,
sehat dana man dikonsumsi terutama bagi anak-anak.
Merk produk Roti Stabil 95 sama dengan nma perusahaan yakni Roti Stabil 95
Penggunaan nama “Stabil 95” pada UKM yang dijalankan tersebut bertujuan untuk
mewujudkan harapan bahwa kondisi keuangan maupun usaha yang dijalankan
senantiasa stabil dalam kondisi apapun. Roti Stabil 95 memiliki 7 bentuk kemasan
26

dengan berbagai ukuran dengan memiliki 2 macam varian rasa yaitu rasa coklat dan
keju. Produk ini menggunakan plastik polypropylene (PP). untuk mempermudah
penyimpanan, pendistribusian, dan penjualan Roti “Stabil” ditata dan disusun ke
dalam keranjang.
Dari segi kemasan, Roti Stabil 95 sudah memenuhi persyaratan yang harus
dicantumkan di label. Seperti mencantumkan di label: nama produk, daftar bahan
yang digunakan atau komposisi, label halal beserta nomernya dari MUI, No PIRT
dari Dinkes serta tanggal. Bulan dan tahun kadaluarsa. Aspek lain yaitu bahan
kemasan yang digunakan Roti Stabil 95 adalah plastik PP. keputusan ini sudah tepat
karena PP merupakan bahan yang diperolehkan untuk makanan atau istilah lainnya
food grade.
Sedangkan untuk kebijakan harga, produk Roti Stabil 95 memberikan harga
yang bervariasi karena mengingat produk roti yang diproduksi terdapat berbagai
ukuran. Harga yang dipatok pun bermacam-macam yaitu sebesar Rp 2.000,- per
bungkus, Rp 5.000,- per bungkus, Rp 8.000,- per bungkus, 10.000,- per bungkus, Rp
14.000,- per bungkus hingga Rp 16.000,- per bungkus.
Pada distribusi UKM Roti Stabil 95 menggunakan sistem distribusi langsung
dan distribusi tidak langsung. Pada distribusi langsung, konsumen dapat langsung
membeli produk roti tersebut langsung kepada pemilik. Biasanya yang membeli
langsung dari pemiliki yaitu tetangga sekitar. Sedangkan pada distribusi tidak
langsung, pemilik

menggunakan tenaga penjualan atau agen menitipkannya ke

warung-warung (konsinyasi). Pasar yang dibidik Roti Stabil 95

adalah warung-

warung kecil dan kantin-kantin sekolah ataupun supermarket seperti Krakatau
Junction dengan total kerjasama sebanyak 33 toko atau warung (konsinyasi).
Wilayah yang menjadi titik fokus pemasaran Roti Stabil 95 yaitu Merak, Labuan,
Pandeglang, Tangerang dan Serang.Pada aspek promosi Pemilik tidak melakukan
kegiatan promosi yang berkaitan dengan hasil produksi roti yang dibuat, sehingga
tidak ada biaya tambahan untuk kegiatan promosi tersebut.

27

4.2.3. Aspek Teknis/ Produksi
Lokasi produksi terletak di Desa Pabuaran Unyur, Kecamatan Serang, Kota
Serang. Lokasi ini cukup strategis karena tidak jauh dengan Rau Trade Center yang
merupakan salah satu pasar di Kota Serang, selain itu lokasi produksi juga berdekatan
dengan sekolah SD dan SMP-IT Al Izzah maka bisa didistribusikan langsung ke
kantin sekolah yang tentunya tidak banyak mengelurakan biaya bensin yang berlebih.
Tempat produksi berupa ruangan berukuran 10 m x 6m. Peralatan yang
digunakan yaitu mesin aduk, mesin oven, mesin press, rak, keranjang, baskom, mixer,
alat untuk expayer dan label, Loyang dan pisau.
Saat ini Roti Stabil 95 memproduksi roti sebesar 3 karung dengan 25
kg/karung atau 100 bungkus roti/karung dalam sehari. Sehingga total produksi roti
yang dihasilkan dalam satu hari sebesar 75 kg atau setara dengan 300 bungkus roti.
Jumlah hari kerja untuk memproduksi dalam sebulan sebanyak 24 hari. Jadi dalam
sebulan Roti Stabil 95 dapat memproduksi hingga 9000 bungkus roti.
4.2.4. Aspek Manajemen Organisasi
Sistem manajemen yang ada pada usaha UKM Roti Stabil 95 tersebut adalah
pemilik UKM memperkerjakan tenaga kerja sebanyak 5 orang dengan tenaga kerja
bagian produksi sebanyak 3 orang dan tenaga kerja bagian distribusi sebanyak 2.
Pada tenaga kerja bagian produksi, masing-masing dari mereka memegang peranan
dan skill yang yang berbeda pula, pembagian tersebut terdiri dari 1 orang sebagai
operator mesin pemanggang roti (oven), 1 orang sebagai operator mesin press dan
mesin aduk, serta 1 orang lagi bekerja sebagai pengelola untuk pengisian adonan roti.
Sedangkan pada tenaga kerja bagian distribusi menggunakan mobil yang disewa oleh
pemilik UKM sebagai operasional dalam proses distribusinya dengan uang bensin
dan parkir yang ditanggung oleh pemilik UKM.
Hari kerja untuk tenaga kerja bagian produksi bekerja pada hari Senin-Jumat
serta hari Minggu sehingga memiliki jatah libur sehari di hari Sabtu. Sedangkan
untuk tenaga kerja bagian distribusi bekerja pada hari Senin-Sabtu dan libur di hari
Minggu. Rata-rata pekerja berasal dari luar kota Serang, diantaranya berasal dari

28

Cianjur, Ciomas, dan yang paling jauh dari Lampung. Tingkat pendidikan pekerja
rata-rata lulusan SMP.
Gaji yang diperoleh pekerja bagian produksi sebesar Rp. 70.000,- per hari dan
3 kali jatah makan dalam sehari untuk tenaga kerja yang mengoperasikan mesin
pemanggang dan mesin press dan untuk tenaga kerja bagian produksi yang mengelola
bagian pengisian adonan memperoleh gaji sebesar Rp. 45.000,-per hari dan 3 kali
jatah makan dalam sehari. Sedangkan untuk tenaga kerja bagian distribusi
memperoleh gaji masing-masing sebesar Rp. 140.000,- per hari.

4.2.5. Aspek Ekonomi dan Sosial
Setiap usaha yang dilakukan, baik industri rumah tangga, usaha kecil
menengah, maupun pabrik besar sekalipun, pasti memiliki dampak terhadap sosial
masyarakat, baik positif maupun negatif. Untuk UKM Roti Stabil 95 ini dapat
dikatakan positif bagi sosial masyarakat, hal tersebut disebabkan karena masyarakat
sekitar cukup senang dengan adanya UKM Roti Stabil 95 di wilayah sekitar rumah
mereka, dengan adanya UKM tersebut, maka masyarakat tidak perlu jauh-jauh ke
warung, toko, pasar ataupun supermarket untuk membeli roti, mereka dapat dengan
mudah membeli roti langsung dengan berbagai rasa dan ukuran yang sudah pasti
tersedia di UKM tersebut, dan sudah pasti harga yang dijual lebih murah dari harga di
pasar maupun warung-warung sekitarnya. Usaha UKM ini tidak melibatkan
masyarakat dalam penyerapan tenaga kerja, sesuai yang sudah di jelaskan di atas,
bahwa seluruh pekerja berasal dari luar kota Tangerang Selatan.
4.2.6. Aspek Dampak Lingkungan
Dampak terhadap lingkungan sudah cukup di perhatikan, hal ini dikarenakan
usaha UKM roti ini tidak membuang limbah cair ke