Nilai Ritual dalam Ibadah Haji

Nilai Ritual dalam Ibadah Haji
Posted by Teguh Kurnia Selasa, 11 Desember 2012 0 komentar

Nilai ritual dalam ibadah haji merupakan salah satu hal yang harus kita ketahui karena Ibadah
haji merupakan ibadah yang penuh dengan hikmah dan nilai-nilai ritual dalam pelaksanaannya.
Namun, masih banyak di antara kita yg belum mengetahui apa saja nilai ritual dalam ibadah haji.
Ibadah haji merupakan rangkaian ritual yang saling berkesinambungan satu sama lain,
merupakan warisan turun-temurun di dalamnya terdapat pesan baik secara eksplisit maupun
inplisit yang sering kali mendekati makna esoteric. Kandungan nilai ritual yang terismpan dalam
ibadah haji itulah yang akan mengantarkan kepada sejatinya manusia sebagai hamba, dan
mahluk sosial.
Tujuan ibadah haji yang dilakukan umat Islam bukanlah untuk Allah, tetapi untuk mendekatkan
diri kepada-Nya. Hakikat manusia sebagai makhluk dipraktikkan dalam pelaksanaan ibadah haji
itu sendiri, dalam acara-acara ritual, atau dalam tuntunan non-ritualnya, dalam bentuk kewajiban
atau larangan, dalam bentuk nyata atau simbolik dan semuanya, pada akhirnya dapat
mengantarkan seseorang yang telah melaksanakan ibadah haji hidup dengan pengamalan dan
pengalaman kemanusiaan secara menyeluruh.
Pertama, Ihram : Di sinilah pijakan pertama kali ritual dalam pelaksanaan ibadah haji dimulai,
meliputi mandi sunah, mengenakan pakaian ihram, niat dan sholat sunah sebanyak 2 rakaat.
Niat merupakan tiang bagi semua ibadah.Maka tidaklah salah jika nilai sebuah ibadah tergantung
pada niatnya dan kesempurnaan ibadah terletak pada prakteknya.

Ihram terdapat berbagai kandungan nilai berupa ketuhanan bahwa artian haji absolut sebagai
bentuk panghambaan kepada Allah, dengan niat pengesaan tanpa unsur-unsur duniawi. Dimensi
psikologis setiap manusia akan merasakan gejolak jiwa ketika bertemu dengan yang disukainya,
baik berupa perasaan senang, khawatir, takut dan lain sebagainya. Seperti hal nya ketika Ihram
atau saat melepaskan semua pakaian berjahit dan berniat melakukan haji dengan segala bentuk

ritual yang disyariatkan oleh ajaran Islam, berbagia rasa berbaur dalam hati manusia. Hingga
mencapai sebuah puncak pengalaman spiritual manusia sebagai hamba yang bersifat universal.
Kedua, Thawaf: yakni ritual mengelilingi kabah sebanyak tujuh kali putaran. Al Qur’an
menyebutkan Kabah merupakan rumah yang pertama kali dibangun, Peletakan batu pertama
dilakukan oleh nabi Ibrahim As pada pusat bumi berdasarkan ilham ilahi, Kabah secara vertikal
satu titik dengan baitul ma'mur yakni tempat dimana para malaikat bertawaf. Penelitian ilmu
pengetahuan telah mengungkap sebuah fakta bahwa Kabah terletak di pusat bumi, sebagai
simbol rotasi alam semesta dimana matahari sebagai pusat tata surya dikelilingi oleh planetplanet. Disebutkan dalam riwayat bahwa ritual thawaf pertama kali dilakukan oleh nabi Adam
As. Sebagi bentuk pertaubatannya kepada Allah Swt. Kabah dikelilingi oleh jutaan umat muslim
diseluruh dunia dengan membentuk putaran yang memusat pada satu titik, dengan penuh
pengharapan, kerendahan diri dan penyucian jiwa seorang muslim. Semua manusia ketika
berthawaf memusatkan gerakan kepada Kabah meski himpitan dan desakan tak dapat dihindari.
Thawaf merupakan simbol perjuangan manusia untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt.
Menyatukan langkah dan memusatkan hati kepada eksistensi sang pencipta. Sehingga ketika

ideologi manusia terpusat pada eksistensi sang pencipta, maka semua elemen yang ada mengitari
pusatnya dan keridhoan Allah Swt lah merupakan hadiah terindah dalam kehidupan di dunia
maupun di akhirat kelak.
Ketiga, Sa'i: Berlari-lari kecil antara bukit Shafa dan Marwah selama tujuh kali putaran, banyak
para ulama menafsirkan arti di balik angka tujuh ini, diantaranya tujuh lapisan langin dan tujuh
lapisan bumi, namun apapun makna yang ada di balik itu semua, ritual Sai dengan tujuh kali
putaran bersifat tawqifi dan hakikat sebenarnya hanya diketahui oleh sang pencipta yaitu Allah
swt.
Sai memiliki simbol nyata perjuangan hidup manusia bahwa kehidupan selalu bergerak dan
usaha merupakan bukti dari pada pergerakan hidup.
Apabila dipandang dari segi sejarah, sa'i dilakukan pertama kali oleh seorang perempuan yang
bernama Siti Hajar, beliau berlari-lari antara bukit Shafa dan Marwa sebanyak tujuh kali, dengan
tujuan mencari air untuk sang buah hati yakni Ismail As. Kala itu mereka berdua berada di
padang pasir yang tandus tanpa oase maupun pepohonan. Demi bertahan hidup sang buah hati,
sang ibu bersusah payah mencari air, karna airlah merupakan sumber kehidupan.“ Dan Kami
jadikan dari air segala sesuatu”(QS.Al Anbiya:30)
Di sini ada hal yang menarik untuk disimak.Ada simbol perempuan dalam perjuangan, kasih
sayang dan tanggung jawab terhadap anaknya. Ketika ia sendirian tanpa suaminya, hanya berdua
dengan sang buah hati yang saat itu tak henti-hentinya menangis, dengan kondisi fisik yang
lemah hingga tak dapat memberikan ASI, sosok Hajar begitu kuat dengan segala keterbatasn

fisik ia mampu berlari-lari mencari sumber kehidupan, satu dua kali bahkan sampai tiga kali
hingga tujuh kali dia tak putus asa terus dan terus berlari hingga akhirnya ia menemukan
pancaran air dari kaki sang bayi. Dalam kelemahan seorang perempuan terdapat harapan serta
semangat yang kuat dan bukti dari pada kasih sayang seorang ibu kepada sang buah hati segala
pengorbanan akan ia perjuangkan.
Tokoh Siti Hajar mewakili kultur sosial saat itu dimana kedudukan wanita dipandang rendah, dan
identitas Hajar sebagai budak dari kasta rendah, yang dipandang sebelah mata oleh masyarakat

kala itu. Namun Allah Swt melalu sosok Siti Hajar mengangkat derajat perempuan tanpa
memandang
status
sosial
semua
sama
dihadapan
Allah
Swt.
Bukti ketaatan perempuan sebagai seorang istri, yang ditinggalkan suaminya dipadang pasir yang
tandus masih terkenang sampai saat ini, bukti dari perjuangan seorang ibu untuk sang buah hati
kini menjadi ritual suci dalam ibadah haji.

Air zam-zam sampai saat ini masih terus mengalir, bersih dan penuh berkah mengisyaratkan
bahwa layaknya manusia mencari sumber kehidupan yang bersih, halal sehingga memberikan
keberkahan. makna lain dari sa’i ialah layaknya manusia melepaskan dirinya dari rasa takut dan
hanya berharap dan meminta kepada Allah Swt.
Keempat, Wuquf Arafah: wuquf adalah tiang utama daripada ibadah haji yang sebagaimana
sabda Rasulluallah Saw.” Al haju arafah”.Wuquf di Arafah merupakan ritual yang paling sakral
dalam prosesi ibadah haji.Wuquf secara eptimologi yakni berdiam diri.Dalam ayat-ayat al qur’an
terdapat banyak korelasi antara haji dengan mengingat Allah Swt. Dalam surat Al Baqarah ayat
199-203 disebutkan esensi ibadah haji secara berurutan yakni mengingat Allah Swt. Sehingga
wuquf memiliki makna berdiam diri dipadang yang luas untuk mengingat Allah Swt. dengan
berdoa dan memaknai hakikat siapa diri ini dan kemana akan kembali.
Wuquf memiliki pesan persamaan semua manusia dari seluruh penjuru dunia, tanpa memandang
ras, suku, martabat, tahta, bahasa dan lain sebagainya. Mereka berada dalam satu tempat yang
sama, dengan satu kain pakaian yang sama, di bawah sengatan sinar matahari, semua sama-sama
bermunajat kepada Allah Swt. Tak ada yang membedakan satu sama lainnya dihadapan Allah
Swt. Kecuali ketakwaannya. Semua manusia akan berasal dari-Nya dan akan kembali kepadaNya.
Wuquf merupakan gambaran hari mahsyar, dimana kelak seluruh manusia dikumpulkan di
bawah sengatan matahari tanpa sehelai kain, hanya amal merekalah yang menentukan.
Sebagaimana Allah Swt. Berfirman dalam surat Al Syu’ura:88-89 “Hari dimana harta dan anakanak tak akan berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih. Dan
di hari itu didekatkanlah surga kepada orang-orang yang bertaqwa, dan diperlihatkan dengan

jelas neraka kepada orang- orang yang sesat)”.
Wuquf memiliki pisikologis ketika manusia merasa satu perasaan, memiliki persamaan maka
akan menimbulkan rasa saling memiliki, saling mengasihi dan menimbulkan persaudaraan. Dari
persaudaraan ini lah timbul persatuan. Dalam skala besar makna persatuan umat muslim
diseluruh dunia merupakan sumber kekuatan Islam.
Wuquf memberikan cerminan persamaan status terhadap sesama, ketika kita memahami hakikat
maka semua sama tak ada status. Kelas yang membedakan derajat manusia. Hanya ketaqwaanlah
yang membedakan makhluk di hadapan sang pencipta. Di samping itu wuquf merupakan
manifestasi kebahagiaan manusia, dengan menanamkan nilai-nilai wuquf manusia maka akan
terealisasi ketenangan dan kebahagiaan dalam kehidupan. Karna hakikat hidup dengan
mengingat Allah Swt kita tahu siapa sejatinya diri kita.
Dalam prosesi wukuf menuju melempar jumrah ada dimensi waktu perputaran siang dan malam,
para Jemaah haji bermalam di muzdalifah, kemudian mengumpulkan batu dan kerikil yang
digunakan untuk melempar jumroh di mina. Di sini ada dimensi waktu dalam ritual perputaran
siang dan malam. Dimana perputaran dua alam mengisyaratkan supaya manusia tidak melenceng
kearah kanan dan kiri, selau istiqomah dalam setiap keadaan.

Kelima, Melempar jumroh: yaitu melempar tujuh kali batu di mina pada tiga tempat yakni
jumrah aqobah, wusto dan ula. Melempar jumroh merupakan simbol pengusir syetan yang
dilakukan oleh Nabi Ibrahim As. Ketika beliau hendak melaksanakan perintah Allah Swt. Untuk

menyembelih Nabi Ismail As. Melempar jumroh memiliki makna pembersihan sifat-sifat
kesetanan dalam diri manusia, keegoisan dan simbol nyata bahwa setan merupakan musuh
manusia artinya pelemparan batu yang berkali-kali dan dalam tempat yang berbeda,
mengisyaratkan bahwa dengan segala macam cara syetan akan mengajak anak cucu adam dan
menyesatkannya dari jalan yang lurus. Makna lainnya dari melempar jumroh adalah pembebasan
hati manusia dari hawa nafsu dan menjauhi perintah syetan, menuju kepada ketaatan yang
sebenarnya.
Keenam, Berqurban: Secara bahasa yakni dekat atau mendekatan diri. Dalam Haji berqurban
berarti mendekatkan diri kepada Allah, melalui penyembelihan ternak yang merupakan simbol
kepatuhan dan ketaatan sebagai salah satu bentuk ketaqwaan kepada Allah Swt.
Dimensi sejarah qurban merupakan puncak pengorbanan tertinggi setelah melewati fase-fase
ujian dan cobaan yang begitu berat, sampai akhirnya nabi Ibrahim As. Dapat melewati segala
proses tersebut. Nabi Ibrahim sebagai simbol seorang ayah yang merelakan anaknya di
qurbankan, padahal sang buah hati sangat disayanginya, sejak kecil ikatan seorang ayah dengan
anaknya terpisahkan, ketika menginjak dewasa nabi Ibrahim As. Harus mempersembahkan sang
buah hatinya kepada sang pencipta. Artinya qur’ban merupakan totalitas kepasrahan, kerelaan
seorang hamba.Dan merupakan persembahan terbaik dari seorang hamba. Karna persembahan
terbaik itulah yang akan diterima oleh Allah Swt. Sebagaimana dikisahkan oleh kedua anak
Adam, Qabil dan Habil.
Selain itu, qurban adalah simbol perjuangan manusia mewujudkan solidaritas sosial ekonomi

demi kesejahteraan bersama. Rasyid Ridho menyatakan, bahwa: “ ibadah qurban melambangkan
perjuangan kebenaran yang menuntut tingkat kesabaran, ketabahan dan pengorbanan yang
tinggi”. Pandangan ini mengajak kita untuk menaruh perhatian yang tinggi kepada dimensi
moral dan perjuangan kemanusiaan ini.Dan semua harus terus diperjuangkan bagi terwujudnya
keadilan dan kesejahteraan sosial.Kepemihakan Islam terhadap komunitas manusia yang miskin
atau dimiskinkan oleh struktur sosialnya merupakan komitmen utama Islam. Menyembelih
hewan adalah menyembelih sifat-sifat kebinatangan yang menyesatkan dan yang seringkali tidak
peka dan tak peduli terhadap penderitaan yang orang lain rasakan.
Ketujuh, Tahalul yakni salah satu prosesi dalam ritual ibadah haji dengan mencukur sebagian
rambut. sebagai simbol rasa syukur dan pembersihan jiwa dari hal-hal yang kotor. Sehingga
manusia kembali kepada fitrah asalnya.
Makna yang ada dalam ibadah haji baik secara ekplisit maupun inplisit dan esoteris inilah
selayaknya diaplikasikan oleh umat muslim dalam menjalankan kehidupan sehari-hari.
Itulah sekilas penjelasan tentang nilai ritual dalam ibadah haji, semoga bermanfaat dan
menambah keimanan kita kepada Allah swt
Sumber : http://www.wisataumrahhaji.blogspot.com