EFEK PENGGUNAAN THERMAL MASS PADA SOLAR CROP DRYER TERHADAP TEMPERATUR ALIRAN UDARA

EFEK PENGGUNAAN

  THERMAL MASS PADA SOLAR CROP DRYER

TERHADAP TEMPERATUR ALIRAN UDARA

Oleh : M Fathuddin Noor

  

ABSTRACT

Using solar energy is a vital importance in creating the crop dryer means

that save energy and save the environment. Some problems caused by the using of

solar crop dryer are heat excess which is yielded by the air collector, inexistence of

energy source at night and heat fluctuation when the sun covered by clouds. A study

of using a thermal mass to store the heat of the sun is an important thing to solve

those problems. This study is aimed to know the effect of thermal mass addition to air

flow temperature and to unfold the effect of the size of thermal mass interpose in

accordance to its ability in absorbing and releasing heat of the solar.

  The experiment was done by installing some parts of thermal mass at the

dryer and arange the variation of the thermal mass formation interpose at 2, 4 and 6

cm. The data was taken during 24 hours/day by installing temperature sensor to

measure air flow temperature that out from the collector, the temperature before the

thermal mass, and the temperature after the thermal mass, and ambient temperature.

This solar radiation and air flow speed data also taken from this research.

  Results of the experiment show the higest level of air temperature

degradation that comes into the drying bed range between 10 C – 17 C after the

thermal mass was added. The temperature fluctuation that took place in the air flow

that comes into the drying bed when the radiation intensity fluctuate was sucessfully

reduced and keep the air temperature above 30 C until 09:45 PM.

  Keywords: thermal mass, crop dryer, solar radiation.

  PENDAHULUAN Pemanfaatan energi radiasi matahari sangat penting untuk menghasilkan alat

pengering hasil pertanian (solar crop dryer) yang hemat energi dan ramah

lingkungan.

  Permasalahan penggunaan solar crop dryer yaitu adanya kelebihan panas yang

dihasilkan kolektor udara sehingga dapat merusak produk yang dikeringkan (Jensen,

2001). Masalah selanjutnya adalah ketika sumber panas utama tidak berfungsi, maka

perlu usaha untuk menjaga agar tersedia sumber panas cadangan yang bisa berperan

menggantikan sumber panas utama. Disamping itu radiasi matahari kadang-kadang

terhalang oleh awan yang terjadi sepanjang hari sehingga sinar matahari tidak

kontinyu diterima kolektor.

  Untuk menghindari kelebihan panas yang terjadi pada solar crop dryer dapat

diatasi dengan menambahkan thermal mass yang ditempatkan setelah sisi outlet

kolektor atau sebelum bed pengeringan. Thermal mass bisa dipilih dari jenis material

yang dapat menyerap kelebihan panas sekaligus melepaskannya sebagai sumber

energi cadangan apabila panas yang dihasilkan sumber panas utama (collector)

berkurang karena berkurangnya intensitas radiasi matahari.

  Sokhansanj (2002) telah merancang solar crop dryer dan mengatur susunan bed

pengeringan untuk membatasi temperatur udara maksimum yang masuk kedalamnya.

o

  Hasilnya temperatur udara panas maksimum bisa diturunkan menjadi 55 C.

  Scanlin (1999) mendesain alat pengering hasil panen yang menghasilkan udara o o

panas sebesar 54 C - 82 C dan dengan sistem ventilasinya dapat mengatur

o o

temperatur maksimum masuk bed pengering sampai dengan 10 C – 20 C di atas

temperatur lingkungan.

  Persamaan thermal energy balance telah digunakan untuk menjelaskan

efisiensi kolektor udara panas dan alat pengering. Temperatur maksimum yang

o

diperoleh mencapai sekitar 30 C di atas temperatur lingkungan. Laju pengeringan

maksimum yang berhasil diteliti dicapai ketika memperlakukan aliran konveksi paksa

pada aliran udara panas (Sarkar, 2002).

  Jensen (2001) melakukan uji coba dengan menambahkan 150 kg thermal mass

dari bebatuan dengan ukuran beragam pada alat pengering energi surya dengan

tujuan untuk menurunkan temperatur maksimum udara panas. Hasil yang diperoleh

o

adalah temperatur maksimum bisa diturunkan sekitar 3 – 10 C dengan capacity loss

hanya sekitar 2%. Artinya capacity loss tidak terlalu besar bila dibandingkan dengan

resiko rusaknya produk bila tanpa penggunaan thermal mass.

  Dincer (2002) melakukan penelitian terhadap beberapa jenis material seperti

batu bata, batuan dan beton dapat digunakan sebagai penyimpan panas energi radiasi

matahari. Analisa terhadap energi pada thermal energy storage dilakukan untuk

keperluan desain sistem dan optimalisasi.

  Pada penelitian ini dilakukan dengan membuat solar crop dryer dengan

menggunakan thermal mass disertai pengaturan variasi lebar celah. Adapun

perumusan masalahnya adalah bagaimana pengaruh penggunaan thermal mass pada

solar crop dryer terhadap temperatur aliran udara dan bagaimana pengaruh lebar

celah thermal mass terhadap temperatur solar crop dryer?.

  Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui

pengaruh penggunaan thermal mass pada solar crop dryer terhadap temperatur aliran

udara dan mengetahui pengaruh lebar celah thermal mass terhadap kemampuan

menyerap dan melepas panas.

METODE PENELITIAN

  Bagian-bagian utama alat pengering terdiri dari kolektor udara, ruang pengering, bed pengering, rangka penyangga thermal mass, isolator, pintu, atap dan cerobong.

  4

  3

  

2

  1 Gambar 1. Solar crop dryer. Instalasi penelitian dan alur pengambilan data dapat dilihat pada gambar 1.

  Sensor temperatur udara lingkungan

  1 Pyranometer

  Sensor temperatur udara keluar kolektor

  2 Sensor temperatur

  udara masuk thermal mass

  3 Sensor temperatur

  udara keluar thermal mass

  4 KOMPUTER POWER + UPS DATA LOGGER

Gambar 2. Instalasi penelitian.

  Bahan yang dipakai sebagai media thermal mass adalah beton paving block

berbentuk balok dengan dimensi: panjang 20 cm, lebar 10 cm dan tinggi 10 cm total

berjumlah 144 buah.

  Pengambilan data dilakukan tiap 5 menit menggunakan peralatan berupa

sensor temperatur IC-LM35, pyranometer, datalogger, komputer, power supply, dan

stop watch.

  Data yang diambil adalah waktu, radiasi matahari total, temperatur udara

yang keluar dari kolektor, masuk ruang pengering, sebelum thermal mass, setelah

thermal mass, masuk bed pengering, dan temperatur lingkungan. Data tersebut

diperoleh dari alat pengering tanpa penggunaan thermal mass dan setelah

penggunaan thermal mass dengan variasi lebar celah 2 cm, 4 cm dan 6 cm. Selain itu

juga melakukan percobaan dengan menutup pintu masuk udara menuju thermal mass

pada malam hari.

  Selanjutnya data waktu, radiasi dan temperatur diplotkan ke dalam grafik menggunakan software komputer (Excel 2000) untuk diolah. Untuk mengetahui potensi energi radiasi matahari selama penelitian

dilakukan dengan cara menghitung luasan grafik menggunakan metode Simpson

berikut: x n h

  2 ( y y y ... y ) y ] ydx = [ y 4 ( y y y ... y ) + + + + + + + + + + +

  2

  4 6 n − 2 n

  1

  3 5 n

  1 ∫

  3 x o

  Dengan: h = subinterval pengambilan data. y = data radiasi.

  , , = urutan data.

  1

2 Perpindahan panas yang terjadi antara thermal mass dan udara panas dihitung

  dengan persamaan: Q = m ( u & c p ΔT)

  Dengan: Q = panas yang ditransfer, (watt). u m & = laju aliran massa udara (kg/s).

  c p = panas spesifik, (kJ/kg.

  C). ΔT = perbedaan temperatur ( C).

  Untuk mengetahui jumlah energi yang diserap dan dilepaskan thermal mass

dilakukan dengan cara menghitung luasan antara grafik temperatur udara sebelum

dan setelah thermal mass menggunakan metode Simpson.

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Data penelitian hubungan waktu dengan temperatur dan radiasi total sebelum menggunakan thermal mass.

  20

  60

  Radias i total (W/m2)

  T keluar kolektor T masuk saluran T masuk rak pengering T lingkungan Radiasi total

Gambar 4. Grafik hari ke-2 tanpa penggunaan thermal mass.

  11/08/2005

  10

  20

  30

  40

  50

  70

  

Waktu

Temperatur ( C)

  80

  90 100 110 120

  6:00 8:00 10:00 12:00 14:00 16:00 18:00 20:00 22:00 0:00 2:00 4:00 Waktu

  Temperatur ( C)

  100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000

  Radi as i total (W/m2)

  T keluar kolektor T masuk saluran T masuk rak pengering T lingkungan Radiasi total

Gambar 5 Grafik hari ke-3 tanpa penggunaan thermal mass.

  Dari gambar 3 sampai 5 terlihat bahwa temperatur udara yang keluar dari

kolektor meningkat seiring meningkatnya radiasi matahari, demikian pula untuk

temperatur udara masuk saluran dan temperatur udara ketika masuk bed pengering.

  09/08/2005

  100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000

  6:00 8:00 10:00 12:00 14:00 16:00 18:00 20:00 22:00 0:00 2:00 4:00

  30

  Radias i total (W/m2)

  40

  50

  60

  70

  80

  90 100 110 120

  6:00 8:00 10:00 12:00 14:00 16:00 18:00 20:00 22:00 0:00 2:00 4:00 Waktu

  Temperatur ( C)

  100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000

  T keluar kolektor T masuk saluran T masuk rak pengering T lingkungan Radiasi total

Gambar 3. Grafik hari ke-1 tanpa penggunaan thermal mass.

  90 100 110 120

  10/08/2005

  10

  20

  30

  40

  50

  60

  10

  80

  70

  

Radiasi matahari total yang diterima melalui pyranometer bervariasi dan mencapai

puncaknya 936,0 W/m

  2 . Temperatur udara masuk saluran lebih rendah dibanding

udara ketika keluar dari kolektor. Hal ini disebabkan adanya kehilangan energi panas

selama perjalanan melewati saluran. Temperatur udara masuk bed pengering juga

lebih rendah. Hal ini juga disebabkan kehilangan energi selama melewati saluran.

  

Temperatur udara panas yang masuk bed pengering maksimal sebesar 62,54. Ketika

intensitas radiasi mulai menurun, temperatur udara juga ikut menurun. Mulai pukul

18:00 sampai pukul 06:00 pada pagi hari berikutnya temperatur udara yang melewati

bed pengering cenderung mendekati temperatur lingkungan.

2. Data penelitian hubungan waktu dengan temperatur dan radiasi total setelah menggunakan thermal mass dengan lebar celah 2 cm.

  10

  40

  6:00 8:00 10:00 12:00 14:00 16:00 18:00 20:00 22:00 0:00 2:00 4:00 Wakt u

  100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000

  T keluar kolekt or T sebelum heat st orage T set elah heat st orage T lingkungan Radiasi Tot al

Gambar 7 Grafik hari ke-2 menggunakan thermal mass dengan lebar celah 2 cm.

  15/08/2005

  10

  20

  30

  50

  90 100

  60

  70

  80

  90 100

  110 120

  6:00 8:00 10:00 12:00 14:00 16:00 18:00 20:00 22:00 0:00 2:00 4:00 Wakt u

  100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000

  T keluar kolekt or T sebelum heat st orage T set elah heat st orage T lingkungan Radiasi Tot al

Gambar 8 Grafik hari ke-3 menggunakan thermal mass dengan lebar celah 2 cm.

  110 120

  80

  20

  Temperatur ( C)

  30

  40

  50

  60

  70

  80

  90 100 110 120

  6:00 8:00 10:00 12:00 14:00 16:00 18:00 20:00 22:00 0:00 2:00 4:00 Waktu

  100 200 300 400 500 600 700 800 900

  70

  Radias i total (W/m2) T keluar kolektor T sebelum heat storage T setelah heat storage T lingkungan Radiasi Total

Gambar 6. Grafik hari ke-1 menggunakan thermal mass dengan lebar celah 2 cm.

  14/ 08/2005

  10

  20

  30

  40

  50

  13/08/2005

  60 Dari gambar 6 sampai 8 terlihat bahwa temperatur naik sejak pagi hari dan

terjadi fluktuasi pada tengah hari. Tetapi kenaikan temperatur udara setelah thermal

mass atau masuk bed pengering pada lebar celah 2 cm lebih rendah dibanding ketika

tanpa penggunaan thermal mass. Saat penurunan temperatur, intensitas radiasi

matahari sempat mengalami penurunan drastis sehingga hal ini berpengaruh pada

menurunnya temperatur udara keluar kolektor, tetapi temperatur udara setelah

thermal mass hanya mengalami sedikit penurunan. Pada ketiga gambar diatas

penurunan temperatur setelah thermal mass lebih berlangsung lebih lambat dan

o berada pada temperatur diatas 30 C hingga pukul 22:30.

3. Data penelitian hubungan waktu dengan temperatur dan radiasi total setelah menggunakan thermal mass dengan lebar celah 4 cm.

  120 1000

  20/08/2005

  110 900

  T keluar kolektor

  100 800

  T sebelum heat storage

  90

  2) T setelah heat storage 700

  /m

  80 T lingkungan

C) 600 (W

  70 l

  ( Radiasi total ta ur o

  60 500

  at i t per

  50 400

  dias m e

  40 Ra

  T

  300

  30 200

  20 100

  10 6:00 8:00 10:00 12:00 14:00 16:00 18:00 20:00 22:00 0:00 2:00 4:00

  Waktu

Gambar 9 Grafik hari ke-1 menggunakan thermal mass dengan lebar celah 4 cm.

  120 1000 110 21/08/2005 900

  T keluar kolektor 100

  800 T sebelum heat storage

  90 T setelah heat storage 700

  2)

  80 T lingkungan

  /m

  C)

  600

  (

  70 W Radiasi total

  

ur l (

ta

  60 500

  rat o e

p i t

  50

  m 400 e T

  40 adias 300 R

  30 200

  20 100

  10 6:00 8:00 10:00 12:00 14:00 16:00 18:00 20:00 22:00 0:00 2:00 4:00

  Waktu

Gambar 10 Grafik hari ke-2 menggunakan thermal mass dengan lebar celah 4 cm.

120 1000

  110

  22/08/2005

  900 100

  800 T keluar kolekt or

  90 700

  T sebelum heat st orage

  80 T set elah heat st orage 600

  70 T lingkungan 60 500 Radiasi t ot al

  50 400

  40 300

  30 200

  20 100

  10 6:00 8:00 10:00 12:00 14:00 16:00 18:00 20:00 22:00 0:00 2:00 4:00

  Wakt u

  

Gambar 11 Grafik hari ke-3 setelah penggunaan thermal mass dengan lebar celah 4

cm.

  Dari gambar 9 sampai 11 secara umum terlihat bahwa temperatur naik sejak

pagi dan tidak terlalu banyak terjadi fluktuasi. Kenaikan temperatur udara setelah

thermal mass juga lebih rendah dibanding temperatur udara masuk bed pengering

pada alat pengering yang tanpa penggunaan thermal mass. Demikian juga ketika

terjadi penurunan temperatur maka temperatur setelah thermal mass lebih lambat

o

mengalami penurunan dan berada pada temperatur diatas 30 C hingga pukul 21:25.

4. Data penelitian hubungan waktu dengan temperatur dan radiasi total setelah menggunakan thermal mass dengan lebar celah 6 cm.

  120 1000

  03/09/2005

  110 900

  T keluar kolektor 100

  800 T sebelum heat storage

  90 T setelah heat storage 700

  80 T lingkungan

  )

  600

  2 Radiasi total

  70 C)

  /m ( ur

  60 500 (W

  l at ta

  50

  per

  400

  i to m s e

  40 T ia

  d

  300

  a

  30 R 200

  20 100

  10 6:00 8:00 10:00 12:00 14:00 16:00 18:00 20:00 22:00 0:00 2:00 4:00

  Waktu

Gambar 12 Grafik penggunaan thermal mass dengan lebar celah 6 cm pada hari ke-1.

120 1000

  04/05/2005

  110 900

  T keluar kolektor 100

  T sebelum heat storage 800

  T setelah heat storage

  90 T lingkungan 700

  80 Radiasi total 600

  70 60 500

  i total (W/m2)

  50 400

  Temperatur ( C)

  40 300 Radias

  30 200

  20 100

  10 6:00 8:00 10:00 12:00 14:00 16:00 18:00 20:00 22:00 0:00 2:00 4:00

  Waktu

Gambar 13 Grafik penggunaan thermal mass dengan lebar celah 6 cm pada hari ke-2.

120 1000

  05/09/2005

  110 900 100 T keluar kolektor 800

  T sebelum heat storage

  90 T setelah heat storage 700

  80 T lingkungan Radiasi total 600

  70 60 500

  i total (W/m2)

  50 400

  Temperatur ( C)

  40 Radias 300

  30 200

  20 100

  10 6:00 8:00 10:00 12:00 14:00 16:00 18:00 20:00 22:00 0:00 2:00 4:00

  Waktu

  

Gambar 14 Grafik penggunaan thermal mass dengan lebar celah 6 cm pada hari ke-3

Dari gambar 12 sampai 14 terlihat bahwa temperatur naik sejak pagi dan

terjadi fluktuasi pada tengah hari. Tetapi kenaikan temperatur udara setelah thermal

  

mass lebih rendah dibanding temperatur masuk bed pengering pada alat pengering

yang tanpa penggunaan thermal mass. Penurunan temperatur setelah thermal mass

mengalami penurunan lebih lambat dan tetap berada diatas temperatur 30 o

  C hingga pukul 22:30.

5. Data penelitian hubungan waktu dengan temperatur dan radiasi total dengan menutup pintu thermal mass pada pukul 18:00 sampai pukul 06:00 pagi.

  20

  50

  6:00 8:00 10:00 12:00 14:00 16:00 18:00 20:00 22:00 0:00 2:00 4:00 Wakt u

  100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000

  T keluar kolekt or T sebelum heat st orage T set elah heat st orage T lingkungan Radiasi t ot al

Gambar 16 Grafik hari ke-2 dengan menutup pintu thermal mass pada malam hari.

  10

  20

  30

  40

  60

  90 100

  70

  80

  90 100 110 120

  6:00 8:00 10:00 12:00 14:00 16:00 18:0020:00 22:00 0:00 2:00 4:00 Wakt u

  100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000

  T keluar kolekt or T sebelum heat st or age T set elah heat st orage T lingkungan Radiasi t ot al

Gambar 17 Grafik hari ke-3 dengan menutup pintu thermal mass pada malam hari.

  Pada gambar 15 sampai 17 dapat dilihat bahwa pada malam hari, temperatur

lingkungan menjadi rendah dan apabila dibiarkan mengalir melewati ruang pengering

akan meyerap energi panas yang tersimpan pada thermal mass. Untuk

  110 120

  80

  30

  6:00 8:00 10:00 12:00 14:00 16:00 18:00 20:00 22:00 0:00 2:00 4:00

  40

  50

  60

  70

  80

  90 100

  110 120

  Wa k t u

  70

  100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000

  T keluar kolekt or T sebelum heat st or age T set elah heat st orage T lingkungan Radiasi t ot al

Gambar 15 Grafik hari ke-1 dengan menutup pintu thermal mass pada malam hari.

  10

  20

  30

  40

  50

  10

  60

  

menghindarinya, mulai pukul 18:00 sampai dengan pukul 06:00 dilakukan penutupan

pintu saluran menuju thermal mass.

Grafik yang diperoleh dengan menutup pintu thermal mass menunjukkan

penurunan temperatur yang lebih lambat pada malam hari. Hal ini disebabkan tidak

ada lagi udara malam hari yang masuk pada thermal mass.

  2

  13:05 14:05 13:55

  3 46,42 41,10 40,66

  2

  1

  13:15 13:20 13:40 6 cm

  3 47,16 46,68 44,60

  2

  1

  13:40 13:10 12:55 4 cm

  3 45,44 44,36 45,12

  1

  Dari hasil pengukuran selama penelitian, besarnya radiasi matahari total yang

diterima alat pengering cukup bervariasi. Besarnya energi radiasi diperoleh dengan

menghitung luasan grafik radiasi total menggunakan metode Simpson. Hasilnya

ditunjukkan pada tebel berikut:

  12:40 12:50 13:05 2 cm

  3 62,45 57,50 61,80

  2

  1

  C) Waktu Tanpa Thermal mass

  Perlakuan Hari ke: Temperatur Maksimal ( o

  Temperatur maksimal udara panas yang memasuki bed pengering antara sebelum dan sesudah penggunaan thermal mass dapat dilihat pada tabel 2 berikut:

Tabel 2. Temperatur maksimal udara masuk bed pengering dan waktu.

  10-8-2005 17,9746 11-8-2005 18,6448 13-8-2005 17,5869 14-8-2005 18,7647 15-8-2005 18,1255 20-8-2005 18,3253 21-8-2005 18,9064 22-8-2005 19,3069 03-9-2005 18,7924 04-9-2005 16,1140 05-9-2005 17,0528 09-9-2005 19,0413 10-9-2005 17,8157 11-9-2005 18,5053

  2 (MJoule) 09-8-2005 19,0899

  Waktu pengambilan Data Energi radiasi tiap m

  

Tabel 1. Energi radiasi matahari selama pengambilan data.

  Dari tebel 2 diatas menunjukkan bahwa temperatur maksimal udara masuk

bed pengering sebelum penggunaan thermal mass dicapai lebih awal dibanding

setelah penggunaan thermal mass yaitu antara pukul 12:40 sampai dengan pukul

13:05. Sedangkan setelah penggunaan thermal mass tempertur maksimal udara yang

masuk bed pengering (temperatur setelah thermal mass) dicapai pada pukul 13:00

sampai 14:00. Hal ini disebabkan sebagian energi panas yang dihasilkan kolektor

telah diserap oleh thermal mass. Dari data tersebut dapat diperoleh selisih temperatur

  

maksimum udara masuk bed pengering sebelum penggunaan dan setelah penggunaan

o thermal mass adalah sebesar 10 – 17 C.

  Sedangkan pada lebar celah antara 2 cm, 4 cm, dan 6 cm dapat dilihat bahwa

temperatur maksimal yang dicapai pada lebar celah 6 cm relatif lebih kecil dari

temperatur yang dicapai pada lebar celah 2 cm, dan 4 cm. Selain itu, waktu

tercapainya temperatur maksimal pada lebar celah 6 cm relatif lebih lama jika

dibandingkan dengan lebar celah yang lebih kecil. Hal ini dikarenakan pada lebar

celah 6 cm menyerap panas lebih banyak jika dibandingkan lebar celah yang lebih

kecil. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa semakin besar lebar celah maka

temperatur maksimal yang dicapai semakin kecil.

  Sedangkan besar energi yang diserap dan dilepaskan thermal mass dihitung dengan metode Simpson, sehingga didapatkan hasil sebagai berikut:

Tabel 3. Energi yang diserap dan dilepaskan thermal mass.

  

Lebar Energi diserap Energi dilepas

celah (MJoule) (MJoule) (cm) 2 8,8360 5.7638

  2 9,2859 5.0489 2 9,2298 5.2232 4 8,1842 5,4921 4 8,5226 6,0854 4 8,6483 5,5601 6 8,1304 8,5776 6 6,7459 6,7864 6 7,0982 6,7444

  Dari tabel 3 terlihat bahwa semakin besar lebar celah maka energi yang diserap

atau dilepas semakin besar. Akan tetapi terjadi beberapa penyimpangan. Hal ini

disebabkan temperatur udara sebelum thermal mass sering mengalami penurunan

akibat fluktuasi radiasi matahari.

  Analisa temperatur dapat dilakukan dengan melihat perbedaan temperatur udara

masuk bed pengering dan temperatur lingkungan terhadap radiasi matahari pada

gambar berikut:

  35

  30 C)

  25

  20

  15

  10 Hari ke-1 Perbedaan temperatur ( Hari ke-2

  5 Hari ke-3 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000 2 Radiasi matahari (W/m )

Gambar 18 Grafik perbedaan temperatur udara masuk bed pengering dan temperatur

lingkungan terhadap radiasi matahari sebelum penggunaan thermal mass.

  Pada gambar di atas terlihat bahwa sebelum penggunaan thermal mass terjadi

perbedaan temperatur yang meningkat seiring meningkatnya intensitas radiasi

matahari. Setelah intensitas radiasi mencapai puncaknya dan mulai menunjukkan

penurunan, perbedaan temperatur juga mengalami penurunan sampai pada posisi

seperti awalnya. Pola yang sama juga terjadi untuk hari ke-2 dan hari ke-3. Hal ini

  

menunjukkan bahwa perbedaan temperatur yang terjadi antara udara masuk bed

pengering dengan temperatur lingkungan sebelum penggunaan thermal mass

mengikuti pola intensitas radiasi yang terjadi.

  18

  16

  14

  12

  10

  8

  6 Hari ke-1

  rbedaan temperatur ( C)

  4

  e Hari ke-2

  P Hari ke-3

  2 200 400 600 800 1000

  

Radiasi matahari (W/m2)

Gambar 19 Grafik perbedaan temperatur udara masuk bed pengering dan temperatur

lingkungan terhadap radiasi matahari untuk lebar celah thermal mass 2 cm.

  20

18 C)

  (

  16

  14

  atur

  12

  10

  8 Hari ke-1

  6 Hari ke-2

  bedaan temper

  4 Hari ke-3

  Per

  2 200 400 600 800 1000

  

Radiasi matahari (W/m2)

Gambar 20 Grafik perbedaan temperatur udara masuk bed pengering dan temperatur

lingkungan terhadap radiasi matahari untuk lebar celah thermal mass 4 cm.

  20

  18

  16

  14

  12

  10

  8 Hari ke-1

  6 Hari ke-2

  4 Perbedaan temperatur ( C)

  Hari ke-3

  2 200 400 600 800 1000

Radiasi matahari (W/m2)

  

Gambar 21 Grafik perbedaan temperatur udara masuk bed pengering dan temperatur

lingkungan terhadap radiasi matahari untuk lebar celah thermal mass 6 cm.

  Pada gambar 19 sampai 21 terlihat bahwa setelah penggunaan thermal mass

perbedaan temperatur udara panas mengalami kenaikan jika dibandingkan dengan

tanpa penggunaan thermal mass. Perbedaan temperatur yang cukup kecil terjadi pada

hari ke-1. Hal ini disebabkan karena thermal mass belum sempat menyimpan panas

sebelumnya karena baru dipasang. Kemudian perbedaan temperatur meningkat

seiring dengan meningkatnya radiasi matahari, sehingga terjadi perbedaan temperatur

  

yang cukup besar. Ketika intensitas radiasi matahari mulai berkurang, temperatur

udara panas cenderung tetap, sehingga perbedaan temperatur juga cenderung tetap.

Memasuki hari ke-2, perbedaan temperatur diawali dengan nilai yang lebih besar

dibanding hari ke-1. Hal ini disebabkan thermal mass telah mengalami pemanasan

pada hari pertama dan sisa energi panas masih ada ketika memasuki hari ke-2.

Selanjutnya pola yang sama berlaku untuk hari ke-3.

  Dari hasil tersebut diperoleh bahwa setelah penggunaan thermal mass pada

alat pengering, terjadi perbedaan temperatur yang cukup besar antara temperatur

udara setelah thermal mass (temperatur masuk bed pengering) dengan temperatur

lingkungan, meskipun intensitas radiasi matahari mengalami penurunan pada malam

hari.

  PENUTUP

Berdasarkan hasil dan pembahasan disimpulkan hal-hal sebagai berikut:

  

1. Penggunaan thermal mass mampu mempertahankan temperatur aliran udara

meskipun terjadi fluktuasi intensitas radiasi matahari. Sedangkan pada saat sebelum penggunaan thermal mass, temperatur aliran udara berubah mengikuti perubahan intensitas radiasi matahari.

  

2. Penggunaan thermal mass mampu menurunkan temperatur maksimum udara

o o panas ketika memasuki bed pengering sebesar 10 C – 17

  C, dan berhasil o mempertahankan temperatur udara yang masuk bed pengering diatas 30 C sampai pukul 23:00.

  

3. Semakin besar lebar celah haet storage, maka temperatur maksimal yang dicapai

semakin kecil, dan energi yang diserap juga semakin kecil.

  

4. Pengujian dengan menutup pintu masuk menuju thermal mass pada malam hari

memperlihatkan penurunan temperatur lebih lambat pada udara yang memasuki bed pengering.

  Rekomendasi penulis untuk lebih mendalami efek thermal mass:

  

1. Penelitian ini dapat dilanjutkan dengan meneliti pengaruh variasi jenis material

thermal mass terhadap temperatur udara panas yang dihasilkan.

  

2. Perlu dilakukan penelitian mengenai desain sistem saluran dan ruang pengering

pada solar crop dryer sehingga dapat mengurangi kerugian panas yang terjadi.

DAFTAR PUSTAKA

  

Anonymous, 2000. LM35 Precision Centigrade Temperature Sensors. National

Semiconductor Corporation, Americas.

Dincer, I., 2002. On Thermal Energy Storage Systems and Applications in Buildings.

  Energy and Buildings 34 (2002) 377-388, Elsevier Science B. V.

  

Duffie, John, A., 1991. Solar Engineering of Thermal Processes. John Willey &

Sons, Singapore.

Holman, J.P. 1994. Heat Transfer. Sixth Edition, McGraw-Hill, Ltd. Jasjfi, E.

  (penterjemah). 1988. Perpindahan Kalor. Penerbit Erlangga, Jakarta.

Jensen, S.O., Kristensen, E.F. and Forman, T., 2001. Test of a solar crop dryer. Solar

Energy Centre Denmark, Danish Technological Institute and Department of

  Agricultural Engineering.

Jensen, S.O., Kristensen, E.F., Agyei, F.G., Larsen, T. and Nketia, K.S., 2002. Test

of solar dryers in Ghana. Solar Energy Centre Denmark.

  

Sarkar, M.A.R. and Saleh, T., 2002. Performance Study of A PV Operated Forced

Convection Solar Energy Dryer. The 8th International Symposium for Renewable Energy Education, Orlando University of Florida, August 4-8, 2002.

  

Scanlin, D., Renner, M., Domermuth, D. and Moody, H., 1999. Improving Solar

Food Dryers. Home Power 69, Department of Technology, Appalachian State University.

Sokhansanj, S. Ghazanfari, A., 2002. Experiments on Solar Drying of Pistachio Nuts.

  AIC 2002 Meeting CSAE/SCGR Program, Saskatoon, Saskatchewan, Canada, July 14-17 2002.

Dokumen yang terkait

EFEKTIFITAS BERBAGAI KONSENTRASI DEKOK DAUN KEMANGI (Ocimum basilicum L) TERHADAP PERTUMBUHAN JAMUR Colletotrichum capsici SECARA IN-VITRO

4 157 1

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

APRESIASI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP TAYANGAN CERIWIS DI TRANS TV (Studi Pada Ibu Rumah Tangga RW 6 Kelurahan Lemah Putro Sidoarjo)

8 209 2

ANALISIS PROSPEKTIF SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT MUSTIKA RATU Tbk

273 1263 22

PENERIMAAN ATLET SILAT TENTANG ADEGAN PENCAK SILAT INDONESIA PADA FILM THE RAID REDEMPTION (STUDI RESEPSI PADA IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA MALANG)

43 322 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25