Pengaruh Kepemimpinan Manajer Public Relations terhadap Kualitas Manajemen Public Relations dan Korelasinya dengan Efektivitas Sistem Komunikasi Perusahaan

Pengaruh Kepemimpinan Manajer Public Relations terhadap Kualitas Manajemen Public Relations dan Korelasinya dengan Efektivitas Sistem Komunikasi Perusahaan

Neni Yulianita

ABSTRACT The focus of this research was to study the personal skills and leadership functions of the public

relations manager which is assumed will bear its influence on the quality of public relations management in order to enhance the effectiveness of the communication system of his organiza- tion. The approach used in this research was systems approach in the social- science context which is interlaced with interdicipliner approach from the psychology, communication, sociology, and management perspective. As for the method used was “the Explanatory Survey Method”. The research object was conducted in 19 BUMN in DKI Jakarta and West Java. To collect the

data, the researcher used questionnaires, in depth interview, observation, and library study. The questionnaires were distributed to 85 respondents among Public Relations Officers (PRO) and 96 respondents among corporate managers. To fullfill the research data, the researcher took in depth interview to 19 public relations manager from selected BUMN. The conclusion from the result of hypothesis using Path Analysis-Statistical Test and Product- Moment Correlation Coefficient ‘r’ of ident that either the main hypothesis or subhypotheses proposed were accepted. The leadership (viewed from the aspect of personal skills and leadership function) of Public Relations Manager among BUMN significantly influenced

the quality of Public Relations Management and the quality of PR Manajement had significantly correlation with the effectiveness of a corporate communication system.

1. Pendahuluan

besarnya seperti perusahaan swasta, maupun sebagai bagian aparatur negara yang dibebani

1.1 Latar Belakang

berbagai penugasan pemerintah. Tuntutan yang makin besar di masa mendatang mengandung

Badan Usaha Milik Negara disingkat BUMN, konsekuensi terhadap upaya BUMN untuk dapat merupakan sektor kunci dalam perkembangan meningkatkan pengelolaannya secara efektif dan perekonomian negara mempunyai potensi dalam efisien, serta memperbaiki kinerjanya dalam rangka pengembangan sumber daya manajerial, mewujudkan harapan bangsa untuk menciptakan keterampilan, dan potensi alih teknologi. Sesuai reformasi di bidang perekonomian negara. Seperti potensinya, BUMN dituntut berperan aktif sebagai tertuang dalam GBHN salah satu arah kebijakannya perusahaan yang menghasilkan laba sebesar- adalah:

Neni Yulianita. Pengaruh Kepemimpinan Manajer Public Relations ...

Menata Badan Usaha Milik Negara secara kesehatan BUMN di Indonesia. Untuk jelasnya efisien, transparan, dan profesional terutama yang persentasi tingkat kesehatan BUMN sesuai kinerja usahanya berkaitan dengan kepentingan umum tahun 1998 adalah sebagai berikut: yang bergerak dalam penyediaan fasilitas publik,

Dari 137 BUMN Indonesia, 14 BUMN (10,22%) industri pertahanan dan keamanan, pengelolaan dinyatakan Sangat Sehat, 81 BUMN (59,12%) aset strategis, dan kegiatan usaha lainnya yang dinyatakan sehat, 22 BUMN (6,06%) dinyatakan

tidak dilakukan oleh swasta dan koperasi.-- 1 Kurang Sehat dan 20 BUMN (14,60%) dinyatakan Penetapan arah kebijakan di atas beralasan, Tidak Sehat. 4 jika dilihat dari apa yang dicapai BUMN selama ini

Hasil kinerja BUMN sebagian besar tampak memang telah berhasil mencapai sasaran yang dinyatakan sehat bahkan sangat sehat. Namun, ditetapkan dan menghasilkan keuntungan. Namun, keuntungan yang diperoleh adalah dengan modal sebagian besar lainnya masih belum mampu sangat besar dan berlebihan. Jika ditelusuri, dan mendatangkan keuntungan. Meskipun BUMN 137 BUMN di Indonesia ternyata: telah mencapai sasaran awal yang ditetapkan,

Sebagian besar (72 BUMN I 52,55%), ternyata BUMN mempunyai kinerja masih di bawah bertumpu di DKI Jakarta, berikutnya (13 BUMN / standar. Sebagian BUMN memang mendapatkan 9,49%) di Jawa Barat, selebihnya yakni sebanyak laba, tetapi diperoleh dengan biaya sangat besar 37,96% tersebar pada berbagai propinsi di seluruh dan berlebihan. Beberapa hasil penelitian Indonesia. 5 menunjukkan bahwa:

Di sisi lain, dengan banyaknya BUMN - Tahun 1993, 300 konglomerat swasta telah bertumpu di DKI Jakarta dan di Jawa Barat, ternyata melahirkan 7377 perusahaan, sedangkan kinerjanya tidak menjamin lebih baik dibandingkan BUMN 707 anak perusahaan. Pada tahun ini dengan BUMN yang berada diluar DKI Jakarta dan total asset BUMN Rp.231,2 trilyun dan Propinsi Jawa Barat. Berikut dapat dilihat kinerja omsetnya Rp.68,4 trilyun, dalam waktu yang BUMN di DKI Jakarta, Propinsi Jawa Barat, dan di sama asset 200 konglomerasi swasta Rp.69,4 berbagai propinsi lainnya di Indonesia: trilyun dan omsetnya 128,7 trilyun. Data ini - Untuk DKI Jakarta, dan 72 BUMN, dapat dirinci memperlihatkan betapa rendahnya

bahwa yang dinyatakan “sangat sehat dan produktivitas asset BUMN (Ibrahim, 1997: 180).

sehat” sebanyak 46 BUMN (63,89%), - Tahun 1998, 137 BUMN hanya menghasilkan

sedangkan yang dinyatakan “kurang sehat keuntungan sebesar Rp. 11,8 trilyun dan

dan tidak sehat” sebanyak 26 BUMN Rp.462,- trilyun modal yang ditanam.

Keuntungan sebesar 2,6% im sangat kecil jika - Untuk propinsi Jawa Barat, dart 13 BUMN, dibandingkan dengan biaya atas modal. Pada

tidak ada satupun yang dinyatakan “sangat umumnya perusahaan-perusahaan tersebut

sehat”. Sebanyak 9 BUMN (69,23%) mempunyai kinerja yang relatif lebih rendah

dinyatakan “sehat” sedangkan yang dibandingkan dengan kinerja dan perusahaan

dinyatakan pada kiasifikasi “kurang sehat dan sejenis di Asia. 2 tidak sehat” sebanyak 4 BUMN (30,77%).

- Laba rata-rata tahun 1996-1998 dan modal yang - Untuk BUMN di mar DKI Jakarta dan Jawa ditanam adalah 3,0 % kira-kira seperempat atau

Barat dapat diperinci bahwa, dan 52 BUMN, seperlima dan perusahaan swasta sejenis.

yang dinyatakan pada klasifikasi “sangat sehat Sebagai hasilnya, banyak perusahaan yang

dan sehat” sebanyak 40 BUMN (76,92%), tidak dapat membayar hutangnya atau

sedangkan yang dinyatakan pada kiasifikasi menghasilkan laba yang cukup untuk

“kurang sehat dan tidak sebat” sebanyak 12 membiayai perluasan usahanya. 3 BUMN (23,8% ). 6

Kenyataan di atas memberikan konsekuensi Tampak kinerja BUMN yang berada di DKI pada kinerja BUMN jika dilihat melalui tingkatan Jakarta, Propinsi Jawa Barat, dan di luar DKI Jakarta

222 M EDIA T OR, Vol. 3 No.2 2002 222 M EDIA T OR, Vol. 3 No.2 2002

adalah dan kalangan BUMN, telah dilakukan Kenyataan di atas menuntut para pimpinan berbagai penelitian. Hasil penelitian BUMN terutama di DKI Jakarta dan Propinsi Jawa memperlihatkan adanya kelemahan aspek Barat untuk memahami semangat, arah, dan aspirasi personalitas para praktisi ‘PR’, seperti dinyatakan rakyat, dan berupaya menyiapkan para manajer Kartikasan dalam hasil penelitiannya terhadap agar dapat memimpin BUMN secara profesional praktisi ‘PR’ dalam menyelesaikan konflik internal sesuai tuntutan pasar yang sangat kompetitif. bahwa: BUMN harus dikelola secara transparant dan

Peranan ‘PR’ dalam mengatasi konflik publik profesionalisme tinggi, agar kekayaan negara yang internal belum berfungsi sebagaimana mestinya. dikelola memberikan manfaat sebesar-besarnya Konflik-konflik internal pada perusahan lebih bagi kesejahteraan masyarakat Indonesia.

banyak diselesaikan oleh pimpinan perusahaan Untuk membenahi kinerjanya, BUMN harus daripada ‘PR’ (Kartikasari, 1996: 115). berupaya mempertahankan keberhasilan secara

Selanjutnya, peran strategis ‘PR’ di Indone- komersial, dengan memberikan kepuasan penuh sia telah pula dikaji lebih mendalam pada tahun kepada para pelanggan. BUMN harus mampu 1997 dengan responden para praktisi ‘PR’ di DKI bersaing, baik di tingkat nasional maupun Jakarta. Penelitian dilakukan untuk mengetahui internasional. ini merupakan cara terbaik dalam sejauhmana lembaga menerapkan model craft pub- menjamin agar berbagai publik yang berhubungan lic relations dan profesional public relations, dengan pihak BUMN apakah itu para konsumen, hasilnya adalah: pelanggan, investor, karyawan, juga publik lainnya

Berdasarkan riset yang dilakukan terhadap 292 terlayani secara maksimal.

praktisi ‘PR’ diperoleh data bahwa: Keluhan para Bagaimanapun bentuknya, di samping praktisi ‘PR’ pada umumnya berkisar pada kemajuan teknologi, ternyata pelaku-pelaku kurangnya pemahaman manajemen senior akan manajemen sebagai sumber daya manusia peranan ‘PR’ (32%) yang disebabkan telah terjadi merupakan kunci keberhasilan dan eksistensi kesalahan persepsi terhadap profesi mi (3 8%) suatu organisasi. Salah satu subsistem mana yang (Ananto, 1999a: 3). tidak dapat diabaikan begitu saja adalah adanya

Fenomena tersebut merupakan pil pahit yang fungsi manajemen Public Relations (‘PR’) di harus ditelan para praktisi ‘PR’ dalam menjalankan lingkungan BUMN.

fungsinya. Untuk mengatasi permasalahan ini, para Sebagai salah satu subsistem dan suatu praktisi PR dituntut untuk mampu dan dapat sistem manajemen yang terdapat dalam tubuh meyakinkan lingkungannya melalui peningkatan organisasi, manajemen ‘PR’ di lingkungan BUMN kualitas manajemennya dan dapat mengaplikasikan sedikit atau banyak mempunyai pengaruh bagi aktivitas ‘PR’ secara proporsional sesuai dengan keberhasilan sistem komunikasi perusahaan, yang fungsi dan peranannya, sehingga dapat selanjutnya dapat berimplikasi kepada profit memberikan kontribusi bagi keberhasilan perusahaan. Oleh karena itu, profesionalisme ‘PR’ perusahaan. di bidang sistem komunikasi perlu diperhitungkan.

Dalam melihat kualitas manajemen ‘PR’, Namun, untuk mewujudkan harapan guna Suratnoaji telah melakukan penelitian intuk mencapai keberhasilan dilihat dan eksistensi ‘PR’ mengetahui bagaimana keahlian komunikasi dan tidaklah mudah, dalam realisasinya sangat manajerial para praktisi ‘PR’ dengan tergantung dan sumberdaya manusia yang membedakannya dan latar belakang pendidikan bergerak di bidang profesi ‘PR’ tersebut, juga komunikasi dan non komunikasi. Selain itu diteliti pemahaman dan penerimaan lingkungan organisasi pula tentang sistem kepemimpinan organisasi dan terhadap eksistensi ‘PR’.

profesionalisme ‘PR’, hasilnya menyatakan bahwa:

Neni Yulianita. Pengaruh Kepemimpinan Manajer Public Relations ...

- Responden berlatar belakang pendidikan komunikasi/public relations, selebihnya atau komunikasi mempunyai keahlian komunikasi sebanyak 250 orang (85,62%) adalah mereka yang tinggi (52,63% untuk anggota Perhumas dan berpendidikan non komunikasi/public relations 75% untuk anggota Bakohumas). Responden (Ananto, 1999a:3). berlatar belakang pendidikan non ilmu

Dalam penelitian yang dilakukan Suratnoaji komunikasi mempunyai keahlian komunikasi (1998: 90), dinyatakan pula bahwa: dari 67 tergolong sedang (5 8,82% untuk anggota responden yang diteliti sebagian besar atau Perhumas dan 60% untuk anggota sebanyak 44 orang (65,67%) adalah berlatar Bakohumas) (Suratnoaji, 1998: 96).

belakang pendidikan non komunikasi, selebihnya - Responden berlatar belakang pendidikan yaitu sebanyak 23 orang (34,33%) berlatar belakang

komunikasi mempunyai keahlian manajerial pendidikan komunikasi (Suratnoaji, 1998: 90). dalam kategori tinggi (47,37% untuk anggota

Selain hasil penelitian sebagai fenomena yang Perhumas dan 75% untuk anggota telah memperlihatkan kelemahan para praktisi ‘PR’,

Bakohumas). Responden berlatar belakang juga telah pula muncul bermacam-macam persepsi pendidikan non komunikasi mempunyai yang tidak berpihak atau bahkan merugikan profesi keahlian manajenal ‘PR’ dalam kategori sedang ‘PR’, bahkan kedudukan ‘PR’ dalam suatu (67,65% untuk Perhumas dan 60% untuk organisasi atau perusahaan umumnya ditempatkan Bakohumas) (Suratnoaji, 1998: 103-104).

tidak secara proporsional sehingga seringkali - Sebagian besar organisasi ‘PR’ mempunyai dianggap tumpang tindih dengan bidang lain.

sistem kepemimpinan dalam kategori sedang Dalam konteks mi diindikasikan melalui hasil sebesar 50,75%, dalam kategori tinggi sebesar penelitian berikut ini: 32,83% dan kategori rendah sebesar 16,42%

Peranan ‘PR’ sering dirangkap oleh bagian (Suratnoaji, 1998: 107).

pemasaran, sumber daya manusia, atau - Sebagian besar responden mempunyai tingkat ditempatkan jauh di bawah sebagai bagian umum

profesionalisme ‘PR’ dalam kategori sedang yang berkait dengan urusan logistik. Hasil sebesar 47,76%. Kemudian dalam kategori penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 54,8% rendah sebesar 29,85% dan yang tergolong responden menyatakan bahwa ‘PR’ merupakan tinggi sebesar 22,39% (Suratnoaji, 1998: 111). tugas utama, sementara itu 39% menyatakan

sebagai tugas tambahan, dan 6,2% mengaku Beberapa hasil penelitian di atas, bahwa ‘PR’ merupakan pekerjaan sampingan mengindikasikan bahwa ‘PR’ merupakan profesi (Ananto, 1999b: 3). terbuka, dimana para praktisinya sebagian besar

Berbagai hasil penelitian di lingkungan praktisi berasal dan latar belakang pendidikan yang ‘PR’, mengindikasikan adanya fenomena dan bermacam-macam. Dan latar belakang pendidikan lemahnya kualitas manajemen ‘PR’ dalam tersebut, tenyata ada perbedaan keahlian mengaplikasikan aktivitas ‘PR’, sehingga berkomunikasi dan keahlian manajerial. Bagi kedudukan ‘PR’ masih tidak jelas bahkan praktisi ‘PR’ yang berlatar belakang pendidikan eksistensinya kurang dipertimbangkan di dalam komunikasi terlihat mempunyai keahlian struktur organisasi. komunikasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan

Selanjutnya, dan serangkaian fenomena yang para praktisi ‘PR’ yang berlatar belakang ada dan harapan yang ingin diwujudkan, pendidikan non komunikasi. Dalam fenomena ini, dibutuhkan adanya pembenahan untuk yang menjadi masalah adalah bahwa pada mewujudkan kehandalan manajemen ‘PR’, termasuk umumnya para praktisi ‘PR’ bukan dari latar di lingkungan BUMN, agar mampu bersaing di belakang pendidikan ‘PR’. Seperti pada penelitian pasar Internasional. Tentu saja pembenahan mernmjukkan bahwa: dari 292 responden hanya 42 tersebut harus disesuaikan dengan tuntutan orang (14,38%) saja yang berpendidikan perkembangan global melalui pelaku-pelaku

224 M EDIA T OR, Vol. 3 No.2 2002 224 M EDIA T OR, Vol. 3 No.2 2002

manajemen ‘PR’ yang dikelolanya. Jika manajemen terciptanya perubahan mendasar dan cara ‘PR’ yang dikelolanya berkualitas, maka harapan pandang dan cara-cara pengelolaan BUMN ke selanjutnya adalah dapat memberikan kontribusi depan, sehingga BUMN mampu memberikan terhadap keefektifan sistem komunikasi keuntungan bagi stakeholder, dan kelak siap perusahaan. memasuki babak baru persaingan yang lebih glo- bal dalam pola kepemilikan yang lebih luas (Fo- rum Humas BUMN, 2000: 5).

1. 2 Identifikasi Masalah

Upaya manajemen ‘PR’ untuk dapat Bertitik tolak dan latar belakang, peneliti mengefektifkan sistem komunikasi perusahaan di mengidentifikasikan masalahnya sebagai berikut: lingkungan BUMN tidaklah mudah, karena dalam

1. Seberapa besar personal skills yang aplikasinya terdapat berbagai kendala dan

diaplikasikan manajer PR di lingkungan BUMN permasalahan yang menyangkut kelemahan di

memberikan pengaruh terhadap kualitas seputar pengelola BUMN baik di tingkat manajer

manajemen PR.

2. Seberapa besar fungsi kepemimpinan yang yang dilakukan Pandji Anoraga pada tahun 1995

ataupun di tingkat direksi. Kesimpulan penelitian

diaplikasikan manajer PR di lingkungan BUMN menunjuk kan adanya kelemahan di lingkungan

memberikan pengaruh terhadap kualitas BUMN dalam mengefektifkan sistem komunikasi

manajemen PR.

perusahaan, antara lain:

3. Seberapa besar personal skills dan fungsi

1. Profesionalisme di bidang usaha apakah itu di kepemimpinan yang diaplikasikan manajer PR level dewan komisaris, direksi atau level

di lingkungan BU secara bersama-sama manajer masih kurang. Keadaan ini sering

memberikan pengaruh terhadap kualitas menimbulkan miskomunikasi, karena masing-

manajemen PR.

masing pihak yang duduk dalam tingkat lower

4. Seberapa besar kualitas manajemen PR di management, middle management, dan top

lingkungan BUMN berkorelasi dengan management di lingkungan BUMN kurang

efektivitas sistem komunikasi perusahaan. mengetahui fungsinya masing-masing.

2. Proses pengambilan keputusan berlangsung

1. 3 Maksud dan Tujuan Penelitian

lama, jika hal tersebut berlangsung di perusahaan swasta, perusahaan akan

1. Dimaksudkan untuk dapat memberdayakan terancam kelangsungan hidupnya karena

kinerja para manajer PR di lingkungan BUMN kehilangan banyak peluang. mi menunjukkan

melalui model sistem komunikasi perusahaan. lemahnya sistem komunikasi perusahaan di

2. Untuk memperoleh gambaran yang jelas lingkungan BUMN (Anoraga, 1995: 29).

mengenai kontribusi personal skills manajer Fenomena di atas memperlihatkan lemahnya

PR terhadap pembentukan model manajemen sistem komunikasi di lingkungan BUMN, salah satu

PR yang berkualitas, sehingga menentukan sebabnya adalah adanya pengabaian terhadap

efektivitas sistem komunikasi perusahaan. peran praktisi ‘PR’ untuk dapat berfungsi secara

3. Untuk memperoleh gambaran yang jelas proporsional dalam mengelola sistem komunikasi

mengenai kontribusi fungsi kepemimpinan

Neni Yulianita. Pengaruh Kepemimpinan Manajer Public Relations ...

melaksanakan aktivitas ‘PR’ secara profesional.

4. Untuk mengkaji dan membangun konsep Indikator dan kualitas manajemen ‘PR’ yang akan kualitas manajemen ‘PR’ melalui proses diteliti meliputi: “Better work results, Fun and pengeksplorasian komponen-komponennya, Motivation, Client Satisfaction, Effective Train- dalam upaya menentukan efektivitas sistem ing, Efficient Work, Improved Bottom Line.” (Berth komunikasi perusahaan.

dan Sjoberg, 1997: 6).

Implikasi dan variabel-variabel di atas, konteks

2. Telaah Pustaka pengaruh kepemimpinan manajer ‘PR’ terhadap

kualitas manajemen ‘PR’, selanjutnya akan Untuk membantu pengkajian penelitian ini, ditelusuri korelasinya dengan efektivitas sistem peneliti menggunakan pendekatan ilmu sosial komurtikasi perusahaan yang muncul sebagai dalam perspektif psikologi, komunikasi, sosiologi, akibat dari adanya dinamika sistem manajemen ‘PR’ dan manajemen. Dalam penelitian ini, diasumsikan yang telah di-bentuk, khususnya ntuk bahwa eksistensi seorang manajer ‘PR’ dalam mengaplikasikan kegiatan komunikasi perusahaan. mengekspresikan personal skills dan Indikator sistem komunikasi perusahaan yang memfungsikan kepemimpinannya akan akan diteliti adalah untuk memadukan fungsi fungsi mempengaruhi kualitas manajemen ‘PR’ yang manajemen yang meliputi “planning, organizing, dikelolanya. Selanjutnya, kualitas manajemen ‘PR’ staffing, leading, dan controlling” (Koontz, yang telah terbentuk akan memberikan implikasi Harold, Cyril O’Donnell, Heinz Weihrich, 1993: 185). pada efektivitas sistem komunikasi perusahaan.

Formula di atas memberikan asumsi adanya Serangkaian pola pikir di atas, dimaksudkan keterkaitan antara variabel yang satu dengan bahwa untuk dapat mengkaji keberhasilan dan variabel yang lain, yang tentunya didasarkan pada personal skills dan fungsi kepemimpinan manajer pijakan teori. Untuk melandasi pembahasan ‘PR’ di suatu BUMN harus diukur melalui penelitian mi, penulis mengangkat Grand Theory, seperangkat indikator dan personal skills dan Middle Range Theory, dan Applied Theory yang fungsi kepemimpinan yang dimilikinya. Personal dapat melandasi variabel-variabel penelitian, skills dan manajer ‘PR’ yang akan diteliti meliputi dimulai dan teori yang melandasi variabel Personal Education, Experience, Language Skills, Networks, Skills dan Fungsi Kepemimpinan, kemudian Ethics, and Uniform Body of Knowledge (Berth Kualitas Manajemen ‘PR’, sampai dengan dan Sjoberg, 1997: 21).

Efektivitas Sistem Komunikasi Perusahaan. Untuk Sedangkan fungsi kepemimpinan dan manajer itu, berikut secara sistematis akan peneliti ‘PR’ yang akan diteliti meliputi fungsi-fungsi:

gambarkan kaitan dan teori-teori yang akan Executive, Planner, Policy Maker, Expert, digunakan untuk melandasi variabel-variabel External Group Representative, Controler of in- penelitian ini. ternal Relations, Purveyor or Rewards and Pun-

Untuk melandasi variabel Personal Skills pada ishments, Arbitrator and Mediator, Exemplar, seorang manajer ‘PR’, peneliti menetapkan Psy- External Symbol of The Group, Subtitute for indi- choanalytic theory atau Teori Psikoanalitis vidual Responsibility, ideologist, Father Figure, (Sigmund Freud, 1900) sebagai Grand Theory. Pada and Scapegoat (Krech, at al., 1962: 428-430).

Psychoanalitic Theory (Freud, 1900) dinyatakan Dari berbagai indikator yang terdapat dalam bahwa struktur personality tersusun dan 3 sistem personal skills dan fungsi kepemimpinan, pokok, yakni: id, ego, dan superego. Meskipun selanjutnya akan dilihat pengaruhnya terhadap masing-masing bagian dan kepribadian total ini kualitas manajemen ‘PR’. Kualitas manajemen ‘PR’ mempunyai fungsi, sifat, komponen, prinsip kerja,

226 M EDIA T OR, Vol. 3 No.2 2002

Gambar 1: Kerangka Pikir Penelitian IN PUT

PERSONAL SKILLS FUNGSI KEPEMIMPINAN PRIMARY ACCESSORY

10. Symbol of the Group

3. UNIFORM BODY OF

3. Policy Maker

11. Substitute for indivi-

KNOWLEDGE

4. Expert

dual responsibility

4. LANGUAGE SKILLS

5. External Group

13. Father Figure

6. ETHICS

6. Controller of Internal

14. Scapegoat

Relations 7. Purveyor of Rewards and Punishments 8. Arbitrator and Mediator

PROSES OUTPUT

(KUALITAS MANAJEMEN PR)

1. Better Work 2. Fun and 3. Client 4. Effective 5. Efficient 6. Improved Results Motivation Satisfaction Trainning Work Bottom Line

Ada peningkatan Adanya rasa su- Adanya upaya

Adanya upaya Hasil akhir pe- hasil kerja PRO

Adanya upaya

ka PRO dalam - PRO untuk mem- PRO untuk meng- PRO untuk efi- kerjaan PRO: dalam hal: kuali-

siensi: waktu, te- berkualitas,me- tas, prestasi, kre-

hal: bekerja,

berikan: kepuasan, ikuti, memanfaat-

naga, pikiran, bi- ningkatkan pro- ativitas, kerjasa-

tantangan, ak-

pelayanan, kemu-

kan, mengaplika-

sikan, mensukses- aya, dan cara duk, memberi ma, kecepatan

tivitas, kerjasa-

dahan, penghar-

profit, mencapai kerja, aktivitas,

ma, kreativitas,

gaan, perlakuan

kan, meningkat-

kerja

tujuan, tercipta disiplin, tanggung

dan mermotiva-

baik, keterbukaan,

kan kualitas, dan

opini publik po- jawab, efektivitas

si prestasi, par- kerjasama, empa-

mengefektifkan

sitif dan mencip- kerja, produktivi-

tisipasi, produk-

ti, tepat janji, dan

hasil pelatihan

tivitas, aktivitas, selalu memelihara takan citra peru- tas dan inisiatif

an kualitas

citra bagi kliennya

sahaan

PROSES OUTCOME

EFEKTIVITAS

SISTEM KOMUNIKASI MANAJEMEN PERUSAHAAN

(Perencanaan, Pengorganisasian, Pelaksanaan, dan Pengawasan) Neni Yulianita. Pengaruh Kepemimpinan Manajer Public Relations ...

rected towards meeting a need of the system sehingga sulit untuk memisah misahkan

(Rocher, 1975: 40). Parson believes that there pengaruhnya dan memulai sumbangan relatifnya

are four functional imperatives that are nec- bagi tingkah laku manusia. Tingkah laku hampir

essary for (characteristic of) all systems — selalu merupakan produk interaksi di antara ketiga

(A) adaption, (G) goal attainment, (1) inte- sistem tersebut; jarang salah satu sistem berjalan

gration, and (L) latency, or pattern mainte- terlepas dan kedua sistem lainnya.

nance (A GIL). (Ritzer, 1992: 240-241). Dengan demikian personality biasanya

Berkaitan dengan pernyataan di atas, Veeger berfungsi sebagai suatu kesatuan dan bukan (1990: 206-207) mendeskripsikan keempat prasyarat

sebagai tiga bagian yang terpisah. Secara sangat atau masalah itu adalah: 1) Adaptasi, 2) umum Id bisa dipandang sebagai komponen Kemungkinan mencapai tujuannya, 3) Integrasi biologis kepribadian, sedangkan ego sebagai anggota-anggotanya,

4) Kemampuan komponen psikologis dan superego sebagai mempertahankan identitasnya terhadap

komponen sosialnya. Oleh karenanya, personal kegoncangan dan ketegangan yang timbul dan skills sebagai salah satu bagian dan sistem dalam. kepribadian muncul dan perpaduan ketiga unsur

Berpatokan kepada Psychoanalitic Theory tersebut.

sebagai grand theory, maka untuk sampai pada Untuk melandasi variabel fungsi kualitas manajemen, harus melalui middle range

kepemimpinan manajer ‘PR’, peneliti me netapkan theory yang mengantarai teori besar kepada leon Structural Functionalism Theory atau Teori yang sifatnya operasional. Untuk Middle Range Struktural Fungsional (Parson, 1937) sebagai Grand Theory, berkaitan dengan variabel personal skills Theory yang akan digunakan untuk membahas mi peneliti menggunakan Personology Theory suatu sistem kepemimpinan ‘PR’ yang di dalamnya (Murray, 1938). Untuk itu berikut adalah deskripsi terdapat komponen pimpinan dan bawahan. Kedua dan Personology Theory yang melandasi variabel komponen ini sama-sama lain harus saling personal skills. menunjang, saling berhubungan, saling

Dalam teori personologi, Murray berpendapat memberikan motivasi, dan saling bekerjasama bahwa personality biasanya berada dalam keadaan

sehingga sistem organisasi dapat berjalan dengan yang terus berubah, dan ia selanjutnya lancar dan upaya untuk dapat mencapai tujuan merumuskan orientasi personality pada pandangan secara bersama-sama dapat tercapai. Jika keduanya yang memberi bobot memadai tentang sejarah secara bersama-sama dapat meningkatkan kualitas organisme, fungsi kepribadian yang bersifat manajemen ‘PR’ maka hal ini akan sampai pada mengatur, ciri-ciri berulang dan baru pada tingkah upaya menciptakan sistem komunikasi yang positif laku individu, hakikat kepribadian yang abstrak baik untuk internal publik maupun eksternal publik atau konseptual, dan proses-proses fisiologis yang pada manajemen perusahaan, karena mendasari proses-proses psikologis. bagaimanapun eksistensi lembaga adalah atas

Personal skils seorang manajer, dalam tanggungjawab semua pihak.

perkembangannya tidak terlepas dari serangkaian Dalam Teori Struktural Fungsional Talcott sistem kepribadian, jika dilihat dan aspek proceed-

Parson memulainya dengan menegaskan bahwa ing. Proceeding menurut keyakinan Murray: sesuai dengan teori umum proses jalannya tiap- mencerminkan tingkah laku yang tidak terlepas dan tiap sistem sosial tergantung dari empat “imperatif dimensi waktu. Proceeding dapat digolongkan atau masalah” yang harus ditanggulangi secara apakah sifatnya internal (melamun, memecahkan memadai supaya keseimbangan dan/atau masalah, menyusun rencana dalam keheningan) keberadaan sistem itu dijamin. Berikut dinyatakan atau external (berinteraksi dengan orang-orang bahwa:

228 M EDIA T OR, Vol. 3 No.2 2002

Neni Yulianita. Pengaruh Kepemimpinan Manajer Public Relations ... 229

atau objek-objek dalam lingkungan). Proceeding eksternal memiliki dua aspek: aspek pengalaman subjektif dan aspek tingkah laku objektif. Satuan tingkah laku fungsional yang Iebih panjang disebut serial (Hall & Lindzey, 1993: 26-27).

Lebih lanjut Hall and Lindzey mengomentari teori personologi Murray: secara konsisten Murray menaruh minat pada abilitas dan prestasi serta memandang kualitas-kualitas ini sebagai bagian kepribadian yang penting. Praktis dalam semua penelitian kepribadian subjek-subjeknya dikenai pemeriksaan mengenai berbagai bidang abilitas dan prestasi: fisik, mekanik, kepemimpinan, sosial, ekonomi, erotik, dan intelektual (Hall & Lindzey, 1993: 28).

Pendapat di atas, sejalan dengan aspek-aspek personal skills manajer ‘PR’ yang akan diteliti, dimana keseluruhan indikator personal skills harus terorganisasi secara terarah untuk memacu kualitas manajemen ‘PR’ yang ditanganinya. Dalam operasionalisasinya, serangkaian sistem kepribadian dalam bentuk personal skills manajer ‘PR’ tidak terlepas dan aspek kepemimpinan manajer PR tersebut dalam memacu kemampuan dan prestasinya.

Social System Theory (Parson, 1937) penulis angkat sebagai middle range theory yang digunakan untuk mengkaji keberhasilan manajer ‘PR’ dalam upayanya menciptakan dan meningkatkan kualitas manajemen ‘PR’. Penulis melihat bahwa keberhasilan manajer ‘PR’ terhadap kualitas manajemen ‘PR’ tentunya tidak terlepas dari adanya dukungan berbagai pihak, ini memberikan konsekuensi pada adanya ketergantungan terhadap pihak lain yang memberikan kontribusi bagi keberhasilannya. Berkaitan dengan fungsi kepemimpinan sebagai subsistem dan sistem kepribadian, dan sistem kepribadian juga merupakan subsistem dan sistem sosial, maka peneliti dapat melihat adanya keterkaitan teori sistem kepribadian Parson dalam variabel penelitian mi. Dalam teori Parson diintrodusir ke dalam sosiologinya dua ciri khas yaitu: “a) konsep fungsi yang dimengerti sebagai sumbangan kepada keselamatan dan ketahanan sistem sosial, dan b) konsep pemeliharaan

keseimbangan, adalah ciri utama dan tiap-tiap sistem sosial (Veeger, 1990: 202).

Sejalan dengan teori sistem sosial, dalam konteks komunikasi penulis mengangkat Author- ity-Communication Theory (Barnard, 1938) berdampingan dengan teori sistem sosial, teori ini digunakan dengan asumsi bahwa seseorang yang eksis akan fungsi kepemimpinannya sangat ditentukan oleh bagaimana seorang pimpinan tersebut mengaplikasikan wewenangnya dalam kegiatan komunikasi, karena bagaimana pun bentuknya, suatu sistem tidak akan terlepas dan kegiatan komunikasi. Dengan demikian Authorily- Communication Theory dari Chester Barnard diangkat untuk melandasi variabel fungsi kepernimpinan sebagai kajian penelitian, khususnya dilihat dan konteks komunikasi.

Dalam Authority-Communication Theory, dinyatakan bahwa organisasi adalah sistem orang, bukan struktur yang direkayasa secara mekanis. Suatu struktur mekanis yang jelas dan baik tidaklah cukup. Konsepsinya, menitikberatkan pada konsep sistem dan konsep orang. Konsep orang-orang yang dimaksud adalah bukan jabatan-jabatan, tetapi merupakan suatu organisasi formal. Tekanannya pada aspek-aspek kooperatif organisasi yang mencerminkan pentingnya unsur manusia. Barnard menyatakan bahwa eksistensi suatu organisasi (sebagai suatu sistem kerjasama) bergantung pada kemampuan manusia untuk berkomunikasi dan kemauan bekerjasama untuk mencapai suatu tujuan yang sama pula. Barnard menyimpulkan bahwa: “The first function of the executive is to develop and maintain a system of communication.” (Wayne dan Faules, 1989: 39). Pernyataan tersebut dapatlah dideskripsikan bahwa, “Fungsi pertama seorang eksekutif adalah harus dapat mengembangkan dan memelihara suatu sistem komunikasi.” Dengan demikian sistem komunikasi dalam suatu organisasi sangatlah penting dalam rangka kerjasama di antara sub- subsistein guna mencapai tujuan yang diharapkan.

Sehubungan dengan pemyataan Barnard bahwa kewenangan merupakan suatu fungsi yang menekankan adanya kemauan untuk bekerjasama, maka diperlukan komunikasi yang diupayakan agar Sehubungan dengan pemyataan Barnard bahwa kewenangan merupakan suatu fungsi yang menekankan adanya kemauan untuk bekerjasama, maka diperlukan komunikasi yang diupayakan agar

diperhitungkan;

5. Campur (diffuseness) atau tertentu (specifity) theory dan perspektif psikologi, sosiologi, dan

Dan kedua grand theory dan middle range

(Veeger, 1990: 203).

komunikasi, ternyata menurut hemat peneliti Untuk melengkapi pandangan-pandangan mempunyai kesatupaduan. Kesatupaduan ini kedua perspektif di atas, berikut penulis angkat

muncul pada saat seseorang yaitu manajer suatu Teori Interaksi Sosial dalam Perspektif Komunikasi organisasi dalam upaya mengekspresikan personal (Swanson and Delia) sebagai applied theory. skills dan memfungsikan aspek aspek Dalam perspektif komunikasi, interaksi sosial kepemimpinan pada bawahannya haruslah sesuai dengan model interaksi yang dikemukakan dilakukan melalui suatu interaksi sosial. Dengan Swanson and Delia (Trenhoim, 1986: 39) demikian, dan teori-teori di alas selanjutnya peneliti menekankan tindakan manusia dalam suatu menetapkan Teori Interaksi Sosial sebagai applied organisasi yang berhubungan dengan proses theory yang aplikasinya adalah untuk komunikasi. Organisasi terbentuk berdasarkan mempertemukan antara pimpinan dan bawahan, tindakan-tindakan manusia. Tindakan manusia sedangkan dalam konteks teori akan umumnya dilakukan sebagai anggota suatu mempertemukan teori besar dan psikologi, organisasi. Individu sebagai anggota organisasi sosiologi, maupun teori komunikasi yang tidak dapat dipisahkan dan interaksi dengan melandasi variabel penelitian.

sesamanya dalam organisasi, di mana interaksi Teori interaksi sosial dalam perspektif terjadi melalui proses komunikasi.

psikologi menekankan bahwa kehidupan manusia Dalam proses interaksi, seorang manajer ‘PR’ dalam suatu organisasi mempunyai 2 (dua) macam yang berperan sebagai komunikator dapat

fungsi yaitu fungsi sebagai obyek dan sebagai berpengaruh terhadap bawahan yang berperan subyek. ltulah sebabnya H. Bonner dalam bukunya sebagai komunikan. Dengan demikian proses Social Psychology memberikan rumusan interaksi pengambilan peran orang lain dapat menjadi sosial sebagai berikut: “Interaksi sosial adalah indikator dalam aktivitas organisasi. Sementara itu, suatu hubungan antara 2 individu atau lebih, di dalam proses komunikasi interaksi antara mana kelakuan individu yang satu mempengaruhi, seseorang yang satu dengan seseorang yang lain mengubah, atau memperbaiki kelakuan individu sangat dipengaruhi oleh cara berpikir yang yang lain atau sebaliknya” (Ahmadi, 199: 54).

menekankan pada pentingnya peran yang Teori interaksi sosial dalam perspektif selanjutnya akan mempengaruhi komunikasi

sosiologi, sesuai pandangan Parson sangat relevan manusia yang menekankan penciptaan dan untuk diterapkan dalam kajian penelitian ini, pembagian makna. khususnya dalam menginventarisasikan kategori-

Secara teoritis uraian tentang interaksi sosial kategori yang harus dipakai untuk menganalisis dan berbagai ahlinya meng gambarkan bahwa,

sistem sosial, pengelompokan mereka, dan prinsipnya ketiga perspektif ada kesamaan arah. pembandingan mereka satu sama lain. Kategori- di mana pada tahap operasionalisasinya kategon itu menggambarkan ciri-ciri pokok relasi- dipengaruhi oleh berbagai teori dan model yang relasi dalam proses interaksi sosial. Berikut Par- mendukung interaksi sosial, sebagai applied son mengemukakan lima pasang ciri interaksi:

theory yang akan dikemukakan selanjutnya.

1. Perasaan (affectivity) atau perasaan netral (af- Untuk mendukung aktivitas interaksi sosial, fective neutrality);

berikut adalah teori yang dapat melengkapi Ap-

2. Arah din (self-orientation) atau arah plied Theory khususnya untuk memperkuat kolektivitas (collectivity-orientation);

pelaksanaan Public Relations dalam perspektif

3. Partikularisme atau universalisme; komunikasi organisasi yakni X-Y Theory

4. Status bawaan (ascription) atau status 230

M EDIA T OR, Vol. 3 No.2 2002

(McGregor) dimana teon mi mengidentifikasikan karaktenistik yakni: kekaryaan jangka panjang dan

X dan Y dalam kegiatan komunikasi orgarn sasi pengambilan keputusan secara konsensus. Pada yang dilakukan dalam manajemen gaya tradisional teori Z, menganggap bahwa manajemen dan manajemen gaya barn, serta dilengkapi dengan partisipatif memudahkan kelancaran arus informasi Z Theory (Ouchi and Jaeger).

yang diperlukan untuk mencapai konsensus. Selain Dalam konteks teori X-Y McGregor itu, falsafah dan nilai perusahaan juga mengarahkan menyebutnya teori X adalah untuk manajemen tindakan manajerial. Demikian juga, karyawan gaya tradisional dan teori Y untuk manajemen gaya dipandang sebagai manusia seutuhnya, bukan baru:

hanya sebagai faktor produksi.

1. X Theory: Strong control, concern for the Dalam konteks ‘PR’, teori Z ini sangatlah job to the exclusion of concern for the indi- relevan digunakan, mengingat teori ini memadukan vidual; motivation derived primarily from ex- prinsip manajemen Jepang dengan manajemen ternal incentives

Amerika yang dianggap baik dan efektif khususnya

2. Y Theory: A balance between control and dalam konteks pengintegrasian antara manajer individual freedom. As the individual matures, dengan bawahannya melalui konsep ‘Human Re- the need for external motivation decreases; lations’ yang merupakan bagi an dan aktivitas ‘PR’. concern of management is for the individual

Dari empat model ‘PR’ yang dikemukakan first and the job second (Himstreet dan Eny, Grunig & Hunt (1984: 22), untuk menunjang 1987: 11).

penelitian mi hanya diambil satu model yaitu model simetris dua arab timbal balik (two-way symetric

Teori X mengasumsikan, umumnya orang model), yang menurut penulis sangat relevan lebih suka dipimpin, tidak punya tanggung jawab dengan permasalahan yang akan diteliti, dan ingin selamat saja, ia dimotivasi oleh uang, khususnya dalam menunjang tugas para praktisi keuntungan, dan ancaman hukuman. Manajer ‘PR’ sebagai pengembang antara organisasi yang menganut teori X akan menganut sistem dengan publiknya. Tujuannya adalah untuk saling pengawasan dan disiplin ketat terhadap pekerja. pengertian antara organisasi dengan publiknya. Sedangkan teori Y mengasumsikan bahwa orang

Model two-way symetric sangat konsisten malas bukan karena bakat atau pembawaan sejak dengan dialog daripada monolog. Dalam pemikiran lahir, semua orang sebenarnya bersifat kreatif, yang persuasi, publik akan dapat mempengaruhi harus dibangkitkan atau dirangsang oleh perubahan sikap atau perilaku organisasi sama pimpinan. Inilah tugas manajer, yaitu seperti upaya manajemen dalam merubah sikap dan membangkitkan daya kreasi pekerja.

perilaku publik. Secara ideal, keduanya yakni Dalam konteks Z Theory (Ouchi and Jaeger), manajemen dan publik akan berubah sesuai diangkat sebagai gambaran bahwa dalam kajian dengan harapan kedua belah pihak, paling tidak manajemen ternyata tidaklah statis, di sini teori Z setelah adanya usaha melalui aktivitas PR. Untuk sebagai cerminan dari manajemen modern yang menunjang operasionalisasi model Two-way fenomenanya diambil dan manajemen dua negara symetric, digunakan Open Systems Model Of Pub- maju yakni Jepang dan Amerika. Teori Z lic Relations (Cutlip, Center, dan Glenn, l994: 223), menggambarkan tentang adanya kerisauan yang di mana model ini sangat tepat untuk memperlancar paling besar di Amerika Serikat sehubungan kegiatan interaksi sosial sesuai dengan konsep dengan merosotnya laju pertumbuhan modern dalam kegiatan ‘PR’. Dalam Open Systems produktivitas. Dalam keadaan seperti mi Model of Public Relations, diidentifikasikan bahwa masyarakat Amerika makin menoleh pada dalam input dan output prosesnya melalui batas- manajemen Jepang untuk mencari solusi bagi krisis batas yang dapat ditembus. Tentu saja sistem- produktivitasnya (terlepas dan benar atau salah). sistem sosial tidak dapat menutup secara sempurna Dalam manajemen Jepang terdapat dua atau terbuka secara total, sehingga merekapun

Neni Yulianita. Pengaruh Kepemimpinan Manajer Public Relations ...

dasar untuk perubahan organisasi dan sistem. Pada Selanjutnya model cybernetic digunakan model sistem komunikasi dinyatakan bahwa untuk mengkaji aspek ‘PR’ pada berbagai fenomena komunikasi tidak berdiri sendiri, tetapi merupakan luas baik fisis, biologis, sosial, maupun dalam sarana untuk mencapai tujuan organisasi. Model perilaku. Cybernetics adalah studi tentang tersebut konsisten dengan model sistem peraturan dan kontrol dalam sistem-sistem, pendekatan operasional dalam upaya mengelola penekanannya pada umpan balik. Karena organisasi. Selanjutnya, model sistem komunikasi karakternya demikian, maka Cybernetic Model berupaya memadukan fungsi-fungsi manajemen dalam konteks ‘PR’ perlu diperhatikan khususnya seperti: planning, organizing, staffing, leading, dalam upaya mengontrol kualitas sistem, karena dan controlling (Koontz, O’Donnell, Weihrich, pada prinsipnya “Cybernetics adalah suatu konsep 1993: 73). sentral dalam teori sistem karena ia menjelaskan kualitas-kualitas keseluruhan sistem” (Cutlip, Cen- ter, dan Glenn, l994: 215).

3. Metodologi Penelitian

Pada pnnsipnya Cybernetic Model,

3.1 Metode Penelitian

menekankan bahwa sistem berada dalam lingkungan yang berubah, perubahan dalam sistem

Metode penelitian yang digunakan adalah terbuka memelihara bagian-bagian yang sama atau “Explanatory Survey Method,” yang mempunyai

seimbang, dan merupakan kesatuan dan unit-unit tujuan untuk menguji hipotesis (Rusidi, 1989: 177). yang berinteraksi. Dalam open system model of Selanjutnya Uji Statistik Path Analysis digunakan public relations, kondisi yang dibutuhkan adalah untuk melihat pengaruh variabel X terhadap untuk kelangsungan hidup yang dapat mewakili variabel Y. Untuk itu peneliti membutuhkan data tujuan organisasi. Teori ini digunakan untuk minimal berskala Interval. Karena data berskala menghindari konotasi statis dalam keseimbangan ordinal, maka terlebih dahulu diangkat menjadi in- dan mengangkat sistem yang dinamis, sistem yang terval melalui Method of Successive Intervals berproses, adanya pemeliharaan sistem secara (Azwar, 1988: 97). Untuk melihat korelasi antara potensial, seseorang dihargai ciptaannya, dan vanabel Y dengan variabel Z digunakan Koefisien sistem menciptakan “kondisi yang bervariasi”. Korelasi Product Moment. Kondisi ini sesuai dengan konsep ‘PR’ yang

Populasi penelitian adalah BUMN DKI Jakarta bersifat dinamis dan menekankan dinamika timbal dan Jawa Barat yang mempunyai PR melembaga, balik.

yaitu sebanyak 48 BUMN. Selanjutnya, diambil Dari berbagai penjelasan di atas dan 40%, sampel penelitian yaitu sebanyak 19 BUMN.

sehubungan dengan teori-teori yang dibutuhkan Melalui teknik Stratification-Cluster Sampling, untuk menunjang variabel-variabel yang telah dan 19 BUMN tersebut didapat responden 1 (PRO) ditetapkan, akhinya sampai pada variabel terakhir adalah 85 orang dan responden II (Manajer PR) yang akan menjadi perhatian dan penelitian ini, adalah 96 orang. khususnya dilihat dari implikasi kualitas manajemen ‘PR’ terhadap variabel efektivitas sistem

3.2 Operasionalisasi Variabel

komunikasi perusahaan secara keseluruhan. Dalam penelitian ini variabel-variabel yang Model ini diangkat karena ada beberapa dioperasionalisasikan adalah variabel-variabel pendekatan yang dapat digunakan untuk yang terkandung dalam hipotesis-hipotesis yang meningkatkan sistem komunikasi. Salah satu diajukan. Untuk itu berikut akan digambarkan pendekatan yang dianggap relevan dengan mengenai komponen-komponen kongkrit dan

232 M EDIA T OR, Vol. 3 No.2 2002

Gambar 2 Landasan Teori Keseluruhan

TEORI TEORI PSYCHOANALITIC

STRUCTURAL FUNCTIONALISM (Sigmund Freud, 1900.1915)

GRAND THEORY

(Talcot Parson) TEORI

TEORI SOCIAL SYSTEM PERSONOLOGI

(Talcot Parson) (Murray, 1938)

MIDDLE RANGE

AUTHORITY-COMMUNICATION

(Chester Barnard) PERSONAL SKILLS

THEORY

FUNGSI KEPEMIMPINAN (Kirsten Berth & Göran Sjöberg)

(Krech,Cruthcfield & Ballachey)

APPLIED THEORY INTERAKSI SOSIAL

H. Banner — T. Parson

X-Y THEORY TWO-WAY SYMMETRIC OPEN SYSTEM CYBERNETICS

(Mc.Gregor) MODEL MODEL OF PUBLIC MODEL Z THEORY (Grunig & Hunt) RELATIONS (Nobert Wiener) (Ouchi & Jaeger) (Cutlip, Center & Broom)

QUALITY MANAGEMENT PR

(Kirsten Berth & Goran Sjoberg)

COMMUNICATION SYSTEM MODEL

(Koontz, Donnel, and Weihrich)

EFEKTIVITAS SISTEM KOMUNIKASI PERUSAHAAN

Neni Yulianita. Pengaruh Kepemimpinan Manajer Public Relations ...

Gambar 3 Pengaruh dan Korelasi Antar Variabel Keseluruhan yang Diteliti

VARIABEL X

PROSES OUTPUT

PROSES

OUTCOME

PERSONAL SKILLS (X1)

- Education - Experience - Uniform body of knowledge

VARIABEL Y

VARIABEL Z

- Language Skills - Networks - Ethics

EFEKTIVITAS SISTEM

KUALITAS MANAJEMEN

KOMUNIKASI

INPUT KORELASI

PUBLIC RELATIONS:

PERUSAHAAN

FUNGSI KEPEMIMPINAN (X2)

Subvariabel

Subvariabel

- Better Work Result

Subvariabel

- Fun and Motivation

- Planning

PRIMARY

- Client Satisfaction

- Organizing

- Effective Training

- Efficient Work

- Leading

- Policy Maker

- Improve Bottom Line

- Controlling

- Expert - External Group Representative - Controller Of Internal Relations - Purveyor of Rewards and Punishment - Arbitrator and Mediator

Pengaruh

ACCESSORY

- Exemplar

- Symbol of The Group - Subtitute For Individual Responsibility - Idelogist - Father Figure - Scapegoat

234 M EDIA T OR, Vol. 3 No.2 2002

4. Hasil Penelitian dan Pembahasan

4.1 Pengaruh Personal Skills Manajer ‘PR’ terhadap Kualitas Manajemen ‘PR’

Atas dasar temuan lapangan dan pengujian statistik, secara umum hasil penelitian menunjukkan

Konsep personal skills yang meliputi bahwa hipotesis mayor telah teruji secara nyata pendidikan, pengalaman, pengetahuan, yakni:

keterampilan berbahasa, jaringan kerja, dan etika Kepemimpinan (aspek personal skills dan yang diaplikasikan manajer ‘PR’ di lingkungan

fungsi kepemimpinan) manajer PR memberikan BUMN secara sesempak memberikan pengaruh pengaruh yang sangat besar yakni sebesar 76,11% yang cukup besar (sebesar 48,87%) terhadap terhadap kualitas manajemen PR di lingkungan kualitas manajemen ‘PR’. BUMN, dan begitu juga kualitas manajemen PR di

Dari keenam komponen personal skills, lingkungan BUMN mempunyai korelasi yang ternyata pengaruh terbesar diperoleh dan

sangat besar yakni sebesar 0,71868 dengan komponen pendidikan (sebesar 17,66%). Artinya, efektivitas sistem komunikasi perusahaan.

pendidikan tinggi bagi suatu pengelola utama Hasil penelitian tersebut telah mengungkap organisasi merupakan keharusan. Kebutuhan akan

bahwa pola kepemimpinan menentukan tenaga profesional terdidik memperbesar tuntutan keberhasilan kualitas manajemen yang adanya manajer multiprofesional. Walaupun latar dipimpinannya. Kemampuanun untuk memimpin belakang pendidikan manajer ‘PR’ tidak sesuai secara efektif merupakan kunci dan jaminan manajer dengan bidang pekerjaan, namun sebagian besar yang efektif. Dengan kemampuan yang dimilikinya, manajer ‘PR’ di lingkungan BUMN adalah manajer dituntut melakukan seluruh unsur berpendidikan tinggi (SI) sehingga mereka cepat peranannya dalam rangka mengkombinasikan menyesuaikan diri dengan pekerjaannya. Jelaslah, sumberdaya manusia yang dimiliki dengan nuansa bahwa dalam kondisi dimana semua faktor-faktor keunikan sifat manusia saat melakukan fungsi lainnya sama, maka komunikator/pemimpin yang kepemimpinannya.

berpendidikan lebih tinggi, akan berhasil dalam Selanjutnya, jika kualitas manajemen ‘PR’ mengelola organisasinya daripada komunikator/

yang dipimpinnya berkualitas, maka kontnbusinya pernimpin yang berpendidikan lebih rendah. tidak hanya pada lingkup organisasi yang

Hasil penelitian di atas telah memperkuat dipimpinnya saja, tetapi juga akan memberikan konsep Berth and Sjoberg, bahwa personal skills

kontribusi yang meluas pada lingkungan praktisi ‘PR’ di berbagai perusahaan sangat organisasi yang lebih besar yakni pada efektivitas diperlukan dalam melaksanakan tugasnya. sistem komunikasi perusahaan. ini Keterampilan/keahlian tertentu yang bersifat mengindikasikan bahwa manajemen berkualitas spesifik merupakan landasan bagi profesi ‘PR’ dituntut untuk dapat mengembangkan dan berkualitas. Selain itu, juga telah memperkuat teori memelihara suatu sistem komunikasi pada Personologi (Murray), bahwa personal skills organisasinya.

manajer PR muncul karena kekuatan dan Dengan demikian hasil penelitian di atas keberhasilan manajer ‘PR’ dalam memadukan Id,

memantapkan konsep Krech et al. yang Ego, dan Superego yang dimilikinya, sehingga menyatakan bahwa: “karakteristik kepemimpinan dapat menentukan tujuan sesuai harapan. yang berhasil mencerminkan fungsi kepemimpinan yang diperankannya, personal skills pemimpinnya,

4.2 Pengaruh Fungsi Kepemimpinan Manajer

dan keberhasilan tujuan organisasi yang

‘PR’ terhadap Kualitas Manajemen ‘PR’

dipimpinnya” Fungsi kepemimpinan manajer ‘PR’ di Hipotesis minor pun seluruhnya teruji secara lingkungan BUMN ternyata memberikan pengaruh

nyata, berikut adalah rinciannya: yang sangat besar (sebesar 74,88%) terhadap

Neni Yulianita. Pengaruh Kepemimpinan Manajer Public Relations ...

235

M EDIA T OR, Vol. 3 No.2 2002 236 Vol. 3 No.2 2002

kualitas manajemen ‘PR’ Dari 14 fungsi kepemimpinan manajer “PR” (8 fungsi primer dan 6 fungsi penunjang), pengaruh terbesar adalah dari fungsi manajer ‘PR’ berikut ini:

4.2.1 Sebagai Figur Bapak/Figur Ibu (pengaruhnya sebesar 35,84%)

Dokumen yang terkait

Studi Kualitas Air Sungai Konto Kabupaten Malang Berdasarkan Keanekaragaman Makroinvertebrata Sebagai Sumber Belajar Biologi

23 176 28

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

STRATEGI PUBLIC RELATIONS DALAM MENANGANI KELUHAN PELANGGAN SPEEDY ( Studi Pada Public Relations PT Telkom Madiun)

32 284 52

KEABSAHAN STATUS PERNIKAHAN SUAMI ATAU ISTRI YANG MURTAD (Studi Komparatif Ulama Klasik dan Kontemporer)

5 102 24