Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Hasil Belajar Ipa Melalui Model Team Games Tournament Siswa Kelas IV SD Negeri Mangunsari 07 Kota Salatiga Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Pembelajaran IPA

  Berdasarkan Permendiknas no. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasi. Penerapan IPA perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak berdampak buruk terhadap lingkungan. Di tingkat SD/MI diharapkan ada penekanan pembelajaran Salingtemas (Sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat) yang diarahkan pada pengalaman belajar untuk merancang dan membuat suatu karya melalui penerapan konsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah secara bijaksana.

  Pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (scientific

  

inquiry ) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah

  serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena itu pembelajaran IPA di SD/MI menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah. Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) oleh peserta didik dan menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum di setiap satuan pendidikan. Pencapaian SK dan KD didasarkan pada pemberdayaan peserta didik untuk membangun kemampuan, bekerja ilmiah, dan pengetahuan sendiri yang difasilitasi oleh guru.

  Dari beberapa pengertian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa IPA merupakan ilmu yang mempelajari tentang alam semesta beserta isi secara langsung atau pengalaman yang ada di lingkungan sekitar melalui pengamatan, percobaan dan memerlukan pembuktian.

  Berdasarkan Permendiknas no. 22 tahun 2006 tentang Standar Isi, ruang lingkup bahan kajian pembelajaran IPA untuk SD/MI meliputi aspek-aspek berikut.

  a.

  Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan.

  b.

  Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas.

  c.

  Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana.

  d.

  Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya.

  Mata pelajaran IPA di tingkat SD/MI bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.

  a.

  Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya.

  b.

  Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

  c.

  Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat.

  d.

  Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan.

  e.

  Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam.

  f.

  Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

  g.

  Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs (Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi)

  Pencapaian tujuan IPA dapat dimiliki kemampuan peserta didik yang standar dinamakan dengan Standar Kompetensi (SK) dan dirinci ke dalam Kompetensi Dasar (KD). Kompetensi dasar ini merupakan standar minimum yang pengembangan kurikulum di setiap satuan pendidikan. Pencapaian Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar didasarkan pada pemberdayaan peserta didik untuk membangun kemampuan, bekerja ilmiah, dan pengetahuan sendiri yang difasilitasi oleh guru. Dalam menggunakan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPA di SD sebagai berikut.

Tabel 2.1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

  

Mata Pelajaran IPA Kelas 4 Semester 2

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

  7. Memahami gaya dapat

  7.1 Menyimpulkan hasil percobaan bahwa gaya mengubah gerak dan/atau (dorongan dan tarikan) dapat mengubah gerak suatu bentuk suatu benda benda

  7.2 Menyimpulkan hasil percobaan bahwa gaya (dorongan dan tarikan) dapat mengubah bentuk suatu benda

  8. Memahami berbagai bentuk

  8.1 Mendeskripsikan energi panas dan bunyi yang

energi dan cara terdapat di lingkungan sekitar serta sifat-sifatnya

penggunaannya dalam

  8.2 Menjelaskan berbagai energi alternatif dan cara kehidupan sehari-hari penggunaannya

  8.3 Membuat suatu karya/model untuk menunjukkan perubahan energi gerak akibat pengaruh udara, misalnya roket dari kertas/baling-baling/pesawat

kertas/parasut

  8.4 Menjelaskan perubahan energi bunyi melalui penggunaan alat music

  9. Memahami perubahan

  9.1 Mendeskripsikan perubahan kenampakan bumi kenampakan permukaan

  9.2 Mendeskripsikan posisi bulan dan kenampakan bumi dan benda langit bumi dari ke hari

  10. Memahami perubahan

  10.1 Mendeskripsikan berbagai penyebab perubahan

lingkungan fisik dan lingkungan fisik (angin, hujan, cahaya matahari,

pengaruhnya terhadap dan gelombang air laut) daratan

  10.2 Menjelaskan pengaruh perubahan lingkungan fisik terhadap daratan (erosi, abrasi, banjir, dan longsor)

  10.3 Mendeskripsikan cara pencegahan kerusakan lingkungan (erosi, abrasi, banjir, dan longsor)

  11. Memahami hubungan

  11.1 Menjelaskan hubungan antara sumber daya alam antara sumber daya alam dengan lingkungan dengan lingkungan,

  11.2 Menjelaskan hubungan antara sumber daya alam teknologi, dan masyarakat dengan teknologi yang digunakan

  11.3 Menjelaskan dampak pengambilan bahan alam terhadap peLestarian lingkungan Sumber: Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi

  Di dalam pelaksanaan pembelajaran seoarang guru perlu membuat desain Pembelajaran (RPP). RPP diatur dalam standar proses, permendiknas No. 41 Tahun 2007. Standar Proses adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan untuk mencapai kompetensi lulusan. Standar proses berisi kriteria minimal proses pembelajaran pada satuan pendidikan dasar dan menengah di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. 1)

  Kegiatan Pendahuluan Pendahuluan merupakan kegiatan awal dalam suatu pertemuan pembelajaran yang di tunjukkan untuk membangkitkan motifasi dan memfokuskan perhatian peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran (BSNP No 41, 2007).

  2) Kegiatan Inti Sesuai BSNP No 41 Tahun 2007 bahwa kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD. Kegiatan pembelajaran dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasai aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Kegiatan ini di lakukan secara sistematis dan sistemik melalui proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.

  3) Kegiatan Akhir Penutup merupakan kegiatan yang di lakukan untuk mengakhiri aktivitas pembelajaran yang dapat dilakukan dalam bentuk rangkuman atau kesimpulan, penilaian dan refleksi, umpan balik, dan tindak lanjut (BSNP No. 41, 2007) Pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari RPP.

  Pelaksanaan pembelajarannya adalah sebagai berikut: 1)

  Kegiatan awal a.

  Membuka pelajaran dengan salam b.

  Melakuakn absensi siswa

  2) Kegiatan inti 1.

  Eksplorasi Dalam kegiatan eksplorasi, guru: a.

  Melibatkan siswa mencari informasi yang luas tentang topik/ tema materi IPA yang sedang di pelajari.

  b.

  Menyampaikan materi pembelajaran mata pelajaran IPA c. Melibatkan siswa secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran.

  2. Elaborasi Dalam kegiatan elaborasi, guru: a.

  Menjelaskan pengertian model pembelajaran Team Games Tournament 3. Konfirmasi

  Dalam kegiatan konfirmasi, guru: a.

  Membenarkan pemahaman siswa yang masih salah tentang materi yang telah di pelajari.

  b.

  Memberi penguatan tenyang materi yang telah di ajarkan.

  c.

  Bersama siswa membuat kesimpulan tentang materi yang telah di pelajari.

  d.

  Bersama siswa membuat rangkuman materi yang telah di pelajari.

  4. Kegiatan akhir Dalam kegiatan akhir, guru : a.

  Melakukan evaluasi akhir pertemuan b.

  Melakukan refleksi

2.1.2 Model Teams Games Tournament (TGT)

  Teams Games Tournament (TGT) adalah salah satu tipe cooperative

Learning yang menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok kecil yang

  beranggotakan 2 sampai 5 orang siswa yang memiliki kemampuan, jenis kelamin dan suku atau ras yang berbeda. Guru menyajikan materi dan siswa bekerja dalam kelompok mereka masing-masing. Tugas yang diberikan dikerjakan bersama- sama dengan anggota kelompoknya. Apabila ada dari anggota kelompok yang bertanggung jawab memberikan jawaban atau menjelaskannya, sebelum mengajukan pertanyaan tersebut kepada guru.

  Menurut Kurniasari (2006), model pembelajaran TGT merupakan model pembelajaran kooperatif dengan membentuk kelompok-kelompok kecil dalam kelas yang terdiri dari 3-5 siswa yang heterogen, baik dalam hal akademik, jenis kelamin, ras maupun etnis.

  TGT juga membagi siswa dalam tim belajar yang beranggotakan 4 orang yang merupakan campuran menurut tungkat kinerja, jenis kelamin, dan suku Slavin (1994) dalam Zaenudin (2011). Dalam TGT, siswa memainkan permainan dengan anggota

  • – anggota kelompok lain untuk memperoleh tambahan poin untuk skor tim mereka. Komponen TGT :

  Menurut Ismail (2002 ) ada lima komponen utama dalam TGT yaitu : a. Penyajian kelas

  Pada awal pembelajaran guru menyampaikan materi dalam penyajian kelas, biasanya dilakukan dengan pengajaran langsung atau ceranah, diskusi yang dipimpin oleh guru. Pada saat penyajian ini siswa harus benar-benar memperhatikan dan memahami materi yang disampaikan oleh guru, karena akan membantu siswa bekerja lebih baik pada saat kerja kelompok dan pada saat game akan menentukan skor kelompok.

  b.

  Kelompok (team) Kelompok biasanya terdiri dari 2 sampai 5 orang siswa yang anggotanya heterogen diluhat dari prestasi akademik, jenis kelamin dan rasa tau etnik.

  Fungsi kelompok adalah untuk lebih mendalami materi bersama teman kelompoknya dan lebih khusus untuk mempersiapkan anggota kelompok agar bekerja dengan baik dan optimal.

  c.

  Game Game terdiri dari pertanyaan

  • – pertanyaan yang dirancang untuk menguji pengetahuan yang didapat siswa dari penyajian kelas dan belajar
kelompok. Kebanyakan game terdiri dari pertanyaan

  • – pertanyaan bernomor. Siswa memilih kartu bernomor dan mencoba menjawab pertanyaan yang sesuai dengan nomor itu. Siswa yang menjawab benar pertanyaan itu akan mendapat skor. Skor inilah yang nantinya dikumpulkan siswa untuk turnamen mingguan.

  d.

  Tournament Biasanya turnamen dilakukan pada akhir minggu atau pada setiap unit setelah guru melakukan presentasi kelas dan kelompok sudah mengerjakan lembar kerja. Turnamen pertama guru membagi siswa ke dalam beberapa meja turnamen. Tiga siswa tertinggi prestasinya dikelompokkan pada meja I, tiga siswa berikutnya pada meja II dan begitu seterusnya.

  Langkah – langkah Pembelajaran Model TGT : a.

  Secara runtut implementasi TGT terdiri dari 4 komponen utama, anatara lain: (1) presentasi guru; (2) kelompok belajar; (3) turnamen; dan (4) pengenalan kelompok (Trianto 2010).

  1. Guru menyiapkan :

  • Kartu soal
  • Lembar kerja siswa
  • Alat dan bahan 2.

  Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok (setiap kelompok terdiri dari 5 orang)

  3. Guru mengarahkan aturan permainan Adapun langkah

  • – langkahnya sebagai berikut. Seperti model STAD, pada TGT siswa ditempatkan dalam team belajar beranggotakan 5 orang yang merupakan campuran menurut tingkat prestasi, jenis kelamin, dan suku. Guru menyiapkan pelajaran, dan kemudian siswa bekerja di dalam team mereka untuk memastikan bahwa seluruh anggota team telah menguasai pelajaran tersebut. Akhirnya, selutuh siswa dikenai kuis, pada waktu ini kuis ini mereka tidak dapat saling
b.

  Aturan (skenario) permainan Dalam satu permainan terdiri dari : kelompok pembaca kelompok penantang I, kelompok penantang II, dan seterusnya sejumlah kelompok yang ada. Kelompok pembaca, bertugas : (1) ambil kartu bernomor dan cari pertanyaan pada lembar permainan; (2) baca pertanyaan keras

  • – keras; dan (3) beri jawaban.

  Kelompok penantang kesatu bertugas : menyetujui pembaca atau memberi jawaban yang berbeda. Sedangkan kelompok penantang kedua; (1) menyetujui pembaca atau memberi jawaban yang berbeda, dan (2) cek lembar jawan. Kegiatan ini dilakukan secara bergiliran.

  TEAM A A-1 A-2 A-3 A-4 MT 1

Tinggi Sedang Sedang Rendah

MT 1 MT 1 MT 1

  B-1 B-2 B-3 B-4 C-1 C-2 C-3 C-4 Tinggi Sedang Sedang Rendah Tinggi Sedang Sedang Rendah TEAM C TEAM B

Gambar 2.1 Skenario TGT Keterangan : MT1, MT2, MT3, MT4 : Meja tournament

  A-1, B-1, C-1 : Siswa berkemampuan akademik tinggi A-2, B-2, C-2 : Siswa berkemampuan akademik sedang A-3, B-3, C-3 : Siswa berkemampuan akademik sedang A-4, B-4, C-4 : Siswa berkemampuan akademik rendah c.

  Sistem penghitungan Point Tournament Skor siswa dibandingkan dengan rerata skor yang lalu mereka sendiri, dan poin didasarkan pada seberapa jauh siswa menyamai atau melampaui prestasi yang laluinya sendiri. Poin tiap anggota tim ini dijumlahkan untuk mendapatkan skor tim, dan tim yang mencapai kriteria tertentu dapat diberi sertifikat atau reward yang lain.

2.1.3 Hasil Belajar IPA

  Menurut Purwanto (2011:44) Hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya. Sedangkan menurut Darmansyah (2006:13) hasil belajar adalah hasil penelitian terhadap kemampuan siswa yang ditentukan dalam bentuk angka. Ini berarti ada proses belajar yang merupakan kemampuan siswa yang harus diukur melalui angka.

  Salah satu tugas pokok guru adalah mengevaluasi taraf keberhasilan dan pelaksanaan proses pembelajaran. Evaluasi bertujuan untuk melihat sejauh mana taraf keberhasilan guru dan siswa dalam menyampaikan dan menerima materi. Hasil belajar merupakan puncak dari proses pembelajaran yang digunakan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa dalam penguasaan materi.belajar adalah apabila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti. Hal ini sependapat dengan Nana Sudjana (2006:22) yang menyatakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki atau dikuasai siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar mencakup kemampuan kognitif (intelektual), afektif (sikap), dan kemampuan psikomotorik (bertindak). Guru yang positif dalam diri siswa. Sedangkan siswa dikatakan berhasil dalam proses belajarnya apabila hasil belajar yang diperolehnya mencapai hasil yang maksimal. Nana Sudjana (2010:37) menekankan keberhasilan mengajar dapat dilihat dari segi hasil yang dicapai siswa, dengan proses pengajaran yang optimal memungkinkan hasil belajar yang optimal pula. Penilaian memiliki fungsi : 1.

  Menggambarkan sejauhmana peserta didik telah menguasai suatu kompetensi.

  2. Mengevaluasi hasil belajar perserta didik dalam rangka membantu memahami dirinya, membuat keputusan tentang langkah berikutnya baik untuk perencanaan program belajar, pengembangan kepribadian maupun untuk penjurusan.

  3. Menemukan kesulitan belajar, kemungkinan prestasi yang bisa dikembangkan siswa dan sebagai alat diagnosis yang membantu pendidik/guru menentukan apakah siswa perlu mengikuti remidial atau pengayaan.

4. Menemukan kelemahan dan kekurangan proses pembelajaran yang sedang berlangsung guna memperbaiki proses belajar selanjutnya.

  Penilaian formatif (formatif test) adalah suatu tes hasil belajar dimana evaluasi tersebut mempunyai suatu tujuan untuk dapat mengetahui, sudah sejauh manakah peserta didik itu telah terbentuk (sudah sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditentukan) setelah mengikuti suatu proses pembelajaran dalam jangka waktu yang tertentu. Penilaian sumatif adalah suatu penilaian yang pelaksanaannya itu dilakukan pada akhir semester dari akhir tahun.

  Hasil belajar siswa tidak hanya dipengaruhi oleh proses pembelajaran. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa, menurut Nana Sudjana (2010:39) hasil belajar yang dicapai oleh siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yakni faktor dari dalam diri siswa itu dan faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan. Faktor yang datang dari diri siswa terutama kemampuan yang dimilikinya. Faktor kemampuan siswa besar sekali pengaruhnya motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan psikis. Sedangkan faktor yang berada di luar diri siswa yaitu faktor lingkungan belajar yang paling dominan dalam mempengaruhi hasil belajar adalah bagaimana kualitas pengajarannya, yaitu bagaimana tinggi rendahnya atau efektif tidaknya proses pembelajaran untuk dalam mencapai tujuan pengajaran.

  Besarnya hasil belajar dapat diketahui melalui pengukuran. Pengukuran terhadap hasil belajar dilakukan dengan menggunakan alat ukur atau instrumen. Menurut Wardani Naniek Sulistya, dkk. (2012:49) teknik pengukuran dibedakan menjadi 2 yaitu teknik tes dan non tes.

1. Teknik tes

  Menurut Suryanto Adi, dkk (2009) secara sederhana tes adalah seperangkat pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk memperoleh informasi tentang sifat (trait) atau atribut pendidikan yang setiap butir pertanyaan tersebut mempunyai jawaban atau ketentuan yang dianggap benar.

  Berikut ini adalah teknik tes yang dikemukakan oleh Endang Poerwanti (2008:4) :

  Jenis tes berdasarkan cara mengerjakan 1.

  a.

  Tes Tertulis Tes tertulis adalah tes yang dilakukan secara tertulis baik dalam hal soal maupun jawabannya.

  b.

  Tes Lisan Pada tes lisan, baik pertanyaan maupun jawaban (response) semuanya dalam bentuk lisan. Karenanya, tes lisan relatif tidak memiliki rambu-rambu penyelenggaraan tes yang baku, karena itu, hasil dari tes lisan biasanya tidak menjadi informasi pokok tetapi pelengkap dari instrumen asesmen yang lain.

  c.

  Tes Unjuk Kerja Pada tes ini peserta didik diminta untuk melakukan sesuatu sebagai indikator pencapaian kompetensi yang berupa kemampuan psikomotor.

2. Jenis tes berdasarkan bentuk jawabannya a.

  Tes Esei (Essay-type Test) Tes bentuk uraian adalah tes yang menuntut siswa mengorganisasikan gagasan-gagasan tentang apa yang telah dipelajarinya dengan cara mengemukakannya dalam bentuk tulisan.

  b.

  Tes Jawaban Pendek Tes dapat digolongkan menjadi tes jawaban pendek jika peserta tes diminta menuangkan jawabannya bukan dalam bentuk esei, tetapi memberikan jawaban- jawaban pendek, dalam bentuk rangkaian kata-kata pendek, kata-kata lepas maupun angka-angka.

  c.

  Tes Objektif Tes objektif adalah tes yang keseluruhan informasi diperlukan untuk menjawab tes yang telah tersedia. Oleh karenanya sering pula disebut dengan istilah tes pilihan jawaban (selected response test). Tes berdasarkan waktu penyelenggaraan 3.

  a. Tes masuk, diselenggarakan sebelum dan menjelang suatu program pengajaran dimulai.

  b.

  Tes formatif, dilakukan pada saat program pengajaran sedang berlangsung.

  c.

  Tes sumatif, diselenggarakan untuk mengetahui hasil pengajaran secara keseluruhan (total).

  d.

  Pre-tes dan post –test, hasil pra test digunakan untuk mengetahui tingkat kemampuan peserta didik pada awal programpengajaran dan menentukan sejauh mana kemajuan seorang peserta didik. Kemajuan yang dicapai bisa dilihat dari perbandingan pra-tes dengan hasil tes yang

diselenggarakan di akhir program pengajaran (post-test).

2. Non Tes

  Teknik non tes sangat penting dalam mengakses siswa pada ranah afektif dan psikomotor, berbeda dengan tekik tes yang lebih menekankan pada aspek

  • – kognitif. Ada beberapa macam teknik non tes Endang Poerwanti (2008:3-19 3-31) yaitu: a.

  Observasi Observasi terkait dengan kegiatan evaluasi proses dan hasil belajar dapat dilakukan secara formal yaitu observasi dengan menggunakan instrumen yang sengaja dirancang untuk mengamati unjuk kerja dan kemajuan belajar peserta didik, maupun observasi informal yang dapat dilakukan oleh pendidik tanpa menggunakan instrumen.

  b.

  Wawancara Wawancara adalah cara untuk memperoleh informasi mendalam yang diberikan secara lisan dan spontan, tentang wawasan, pandangan atau aspek kepribadian peserta didik.

  c.

  Angket Angket adalah suatu teknik yang dipergunakan untuk memperoleh informasi yang berupa data deskriptif. Teknik ini biasanya berupa angket sikap (Attitude Questionnaires ).

  d.

  Work Sample Analysis (Analisa Sampel Kerja) Work Sample Analysis digunakan untuk mengkaji respon yang benar dan tidak benar yang dibuat siswa dalam pekerjaannya dan hasilnya berupa informasi mengenai kesalahan atau jawaban benar yang sering dibuat siswa berdasarkan jumlah, tipe, pola, dan lain sebagainya.

  e.

  Task Analysis (Analisis Tugas) Task Analysis digunakan untuk menentukan komponen utama dari suatu tugas dan menyusun skills dengan urutan yang sesuai dan hasilnya berupa daftar komponen tugas dan daftar skills yang diperlukan.

  Checklists dan Rating Scales dilakukan untuk mengumpulkan informasi dalam bentuk semi terstruktur, yang sulit dilakukan dengan teknik lain dan data yang dihasilkan bisa kuantitatif ataupun kualitatif, tergantung format yang dipergunakan.

  g.

  Portofolio Portofolio adalah kumpulan dokumen dan karya-karya peserta didik dalam karya tertentu yang diorganisasikan untuk mengetahui minat, perkembangan belajar dan prestasi siswa.

  h.

  Komposisi dan Presentasi Peserta didik menulis dan menyajikan karyanya. i.

  Proyek Individu dan Kelompok Mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan serta dapat digunakan untuk individu maupun kelompok.

  Hasil belajar adalah besarnya skor yang diukur melalui tes dan non tes. Tes dilakukan setelah pembelajaran dan non tes dilakukan pada saat pembelajaran. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2007 tentang Standar

  Penilaian Pendidikan menyatakan bahwa Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) adalah Kriteria Ketuntasan Belajar (KKB) yang ditentukan oleh satuan pendidikan. KKM pada akhir jenjang satuan pendidikan untuk kelompok mata pelajaran selain ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan nilai batas ambang kompetensi.

2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

  Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Arif Yudianto (2011) dengan judul “Penerapan model pembelajaran Team Games Tournament (TGT) untuk meningkatkan hasil belajar siswa mata pelajaran IPS kelas VI di SDN Tlogosari 01 Kecamatan Tirtoyudo Kabupaten Malang”. Latar belakang dalam masalah ini adalah ingin memperbaiki mutu pendidikan melalui metode-metode yang diterapkan supaya hasil belajar siswa semakin meningkat. Metode-metode pembelajaran tersebut salah satunya dengan menerapkan model pembelajaran

  

Team Games Tournament (TGT). Dalam pembelajaran model ini siswa dituntut

  untuk saling bekerjasama dalam kelompok heterogen dan bersaing dalam meja turnamen melawan perwakilan kelompok lain. Diharapkan dengan model ini pembelajaran TGT dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hasil penelitian siklus I menunjukan beberapa kelemahan dan kekurangan, diantaranya guru masih belum memahami konsep pembelajaran TGT, kurangnya ekmamouan guru dalam emngolah kelas, siswa belum terbiasa dengan proses pembelajaran TGT, siswa belum mengerti peraturan turnamen. Namun melalui pengukuran tes hasil belajar siklus I menunjukan peningkatan hasil belajar siswa dibandingkan dengan sebelum tindakan dilakukan. Hasl ini dapat dilihat dari peningkatan hasil belajar pada saat pratindakan hanya memperoleh presentase ketuntasan 42,42% meningkat menjadi 78,78%. Untuk melanjutkan penerapan model TGT siklus II dilakukan perbaikan-perbaikan oleh peneliti dan guru bidang studi. Perbaikan tersebut diantaranya memberikan pemahaman guru dalam model pembelajaran kelas, meningkatkan perhatian pada siswa dan membantu guru dalam menjelaskan peraturan permainan. Dalam siklus ke II siswa sudah memahami penerapan model pembelajaran TGT dan menunjukan hasil yang memuaskan. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar siswa siklus I memperoleh presentase ketuntasan 78,78% pada siklus II meningkatg menjadi 100%.

  Sendi Kharima (2014), dalam penelitiannya “Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) untuk meningkatkan

  “Peningkatan aktivitas belajar murid bidang studi matematika melalui model TGT (Teams Games Tournaments) di kelas VI SD Perumnas 04 Makassar

  .” Disimpulkan bahwa hasil penelitian yang telah dilakukan dengan penerapan model pembelajaran kooperatif model Teams Games Tournament (TGT) dapat meningkat prestasi belajar siswa, rata-rata prestasi belajar siswa mengalami kenaikan pada pembelajaran kooperatif tipe TGT siklus II, rata-rata yang diperoleh dari 9 aspek keaktifan belajar siswa pada siklus I sebesar 61,17% dan meningkat menjadi 77,11% pada siklus II.

  Indrajati, Dewi (2013), dalam penelitian berjudul “upaya meningkatkan hasil belajar IPA tentang bumi dan alam semesta melalui model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) bagi siswa kelas 5 di SD Negeri Jogosuran 68 Kecamatan Pasar Kliwon, Surakarta semester II tahun pelajaran 2012/2013.” Dapat disimpulkan bahwa ada peningkatan hasil belajar IPA setelah menggunakan model kooperatif tipe TGT. Hal ini nampak dari hasil pada pra menjadi 74,81 dan pada siklus II meningkat menjadi 79,75 dengan kriteria ketuntasan minimal 75. Adapun ketuntasan belajar pada pra siklus sebesar 36,40%, pada siklus I meningkat menjadi 68,18%, dan siklus II meningkat menjadi 93,18%.

2.3 Kerangka Berfikir

  Berdasarkan kajian teori dan hasil penelitian yang relevan dapat disimpulkan bahwa pembelajaran TGT mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Pembelajaran yang menggunakan TGT dapat meningkatkan hasil belajar karena dalam proses pembelajaran siswa dikondisikan untuk dapat aktif dalam kelompok. Kelompok yang heterogen dari kemampuan kognitif membuat siswa belajar bekerjasama dalam kelompok serta berkompetisi dengan kelompok lain. Berkompetisi dengan kelompok lain lebih antusias untuk mendapatkan nilai yang terbaik.

10.2 Menjelaskan Pengaruh perubahan lingkungan fisik terhadap daratan (erosi, abrasi, banjir, dan longsor).

  Gambar 2.2 Kompetensi Dasar:

  Tes formatif Hasil belajar IPA Model pembelajaran kooperatif tipe TGT Siswa membentuk kelompok

  @ 4-5 siswa berdiskusipengertian erosi, abrasi, longsor dan banjir

  Siswa berebut menjawab soal di meja turnamen Siswa menjawab soal secara bergantian di meja turnamen Siswa mendapatkan penghargaan

  Non Tes

2.4 Hipotesis Penelitian

  Berdasarkan landasan teori dan kerangka berpikir yang telah dikemukakan, maka dapat dirumuskan hipotesis proses dan hasil tindakan sebagai berikut: Peningkatan hasil belajar IPA diduga dapat diupayakan melalui model TGT siswa kelas IV SD Negeri Mangunsari 07 Salatiga semester II tahun pelajaran

  2014/2015.

Dokumen yang terkait

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Proses dan Hasil Belajar IPA Melalui Model Student Team Achievement Division (STAD) dengan Kerangka Kerja Scientific pada Siswa Kelas 5Semes

0 0 19

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Seting dan Karakteristik Subjek Penelitian - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Proses dan Hasil Belajar IPA Melalui Model Student Team Achievement Division (STAD) dengan Kerangka Kerja

0 0 41

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Proses dan Hasil Belajar IPA Melalui Model Student Team Achievement Division (STAD) dengan Kerangka Kerja Scientifi

0 0 77

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Proses dan Hasil Belajar IPA Melalui Model Student Team Achievement Division (STAD) dengan Kerangka Kerja Scientific pada Siswa Kelas 5Semester II SD Negeri 03 Kaloran Kabupaten Tem

1 1 18

BAB I PENDAHULUAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perbandingan Hasil Belajar Menggunakan Model Realistic Mathematic Education dan Contextual Teaching and Learning Siswa Kelas III SD Gugus Pangeran Diponegoro Bringin

0 0 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perbandingan Hasil Belajar Menggunakan Model Realistic Mathematic Education dan Contextual Teaching and Learning Siswa Kelas III SD Gugus Pangeran Diponegoro Bringin

0 0 32

BAB III METODE PENELITIAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perbandingan Hasil Belajar Menggunakan Model Realistic Mathematic Education dan Contextual Teaching and Learning Siswa Kelas III SD Gugus Pangeran Diponegoro Bringin

0 0 15

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perbandingan Hasil Belajar Menggunakan Model Realistic Mathematic Education dan Contextual Teaching and Learning Siswa Kelas III SD Gugus Pangeran Dipon

0 0 42

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perbandingan Hasil Belajar Menggunakan Model Realistic Mathematic Education dan Contextual Teaching and Learning Siswa Kelas III SD Gugus Pangeran Diponegoro Bringin

0 0 18

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perbandingan Hasil Belajar Menggunakan Model Realistic Mathematic Education dan Contextual Teaching and Learning Siswa Kelas III SD Gugus Pangeran Diponegoro Bringin

0 0 127