BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Proses dan Hasil Belajar IPA Melalui Model Student Team Achievement Division (STAD) dengan Kerangka Kerja Scientific pada Siswa Kelas 5Semes

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

  Kajian teori ini merupakan uraian pendapat dari para ahli yang mendukung penelitian. Beberapa teori dari para ahli tersebut mengkaji objek yang sama yang mempunyai pandagan dan pendapat yang berbeda- beda. Pembahasan kajian teori dalam penelitian ini berisi tentang hakikat pembelajaran, hakikat IPA, hakikat pembelajaran IPA, model pembelajaran STAD, Pendekatan Scientific dan hasil belajar.

2.1.1 Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam

  Menurut Hendro Darmojo dan Jenny R.E. Kaligis (1991: 3) IPA adalah dari segi istilah yang digunakan IPA atau Ilmu Pengetahuan Alam “Ilmu artinya suatu pengetahuan yang benar. Pengetahuan yang benar artinya pengetahuan yang benar menurut tokoh ukur kebenaran ilmu, yaitu rasional dan objektif. Rasional masuk akal atau logis diterima oleh akal sehat, sedangkan objektif artinya sesuai dengan objek, sesuai dengan kenyataannya, atau sesuai dengan pengalaman pengamatan melalui panca indera.

  IPA merupakan proses yang dipergunakan untuk mempelajari objek studi, menemukan dan mengembangkan produk-produk sains, dan sebagai aplikasi, teori-teori IPA akan melahirkan teknologi yang dapat memberi kemudahan bagi kehidupan (Prihantoro dalam Trianto 2010:137).

  Berdasarkan pendapat ahli diatas dapat disimpulkan bahwa IPA merupakan pembelajaran yang mempelajari tentang berbagai fenomena alam selain itu IPA dapat diuji kebenarannya. Fenomena alam tersebut dapat ditangkap oleh panca indera manusia, sehingga manusia terkhusus siswa dapat mengamatinya secara langsung dan memungkinkan siswa belajar dari alam langsung.

2.1.1.1 Tujuan Pendidikan IPA

  Menurut Trianto (2010:143) tujuan pembelajaran IPA diharapkan dapat memberikan antara lain sebagai berikut : 1)

  Kesadaran akan keindahan dan keteraturan alam untuk meningkatkan keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. 2)

  Pengetahuan, yaitu pengetahuan tentang dasar dari prinsip dan konsep, fakta yang ada di alam, hubungan saling ketergantungan, dan hubungan antara sains dan teknologi. 3)

  Keterampilan dan kemampuan untuk menangani peralatan, memecahkan masalah dan melakukan observasi. 4)

  Sikap ilmiah, antara lain kritis, obyektif, jujur, terbuka, benar, dan dapat bekerjasama. 5)

  Kebiasaan mengembangkan kemampuan berfikir analitis induktif dan deduktif dengan menggunakan konsep dan prinsip sains untuk menjelaskan berbagai peristiwa alam. 6)

  Apresiatif terhadap sains dengan menikmati dan menyadari keindahan keteraturan perilaku alam serta penerapannya dalam teknologi. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPA lebih ditekankan pada pendekatan keterampilan proses, hingga siswa dapat menemukan fakta-fakta, membangun konsep-konsep, teori-teori dan sikap ilmiah siswa itu sendiri yang akhirnya dapat berpengaruh positif terhadap kualitas proses pendidikan maupun produk pendidikan.

2.1.2. Hasil Belajar Hasil belajar merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran.

  Nana Sudjana (2009: 3) mendefinisikan hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang lebih luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dimyati dan Mudjiono (2006: 3-4) juga menyebutkan hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi pengajaran dari puncak proses belajar. Benjamin S. Bloom (Dimyati dan Mudjiono, 2006: 26-27) menyebutkan enam jenis perilaku ranah kognitif, sebagai berikut: 1)

  Pengetahuan, mencapai kemampuan ingatan tentang hal yang telah dipelajari dan tersimpan dalam ingatan. Pengetahuan itu berkenaan dengan fakta, peristiwa, pengertian kaidah, teori, prinsip, atau metode. 2)

  Pemahaman, mencakup kemampuan menangkap arti dan makna tentang hal yang dipelajari. 3)

  Penerapan, mencakup kemampuan menerapkan metode dan kaidah untuk menghadapi masalah yang nyata dan baru. Misalnya, menggunakan prinsip. 4)

  Analisis, mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik. Misalnya mengurangi masalah menjadi bagian yang telah kecil.

5) Sintesis, mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru.

  Misalnya kemampuan menyusun suatu program. 6)

  Evaluasi, mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang beberapa hal berdasarkan kriteria tertentu. misalnya, kemampuan menilai hasil ulangan.

  Berdasarkan pengertian hasil belajar di atas, disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Kemampuan-kemampuan tersebut mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hasil belajar dapat dilihat melalui kegiatan evaluasi yang bertujuan untuk mendapatkan data pembuktian yang akan menunjukkan tingkat kemampuan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Hasil belajar yang diteliti dalam penelitian ini adalah hasil belajar kognitif IPA yang mencakup tiga tingkatan yaitu pengetahuan (C1), pemahaman (C2), dan penerapan (C3). Instrumen yang digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa pada aspek kognitif adalah tes.

  Menurut Usman (dalam Jihad, dkk 2010:16) hasil belajar yang dicapai oleh siswa sangat erat kaitannya dengan rumusan tujuan instruksional yang direncanakan guru sebelumnya yang dikelompokkan ke dalam tiga kriteria, yakni domain kognitif, afektif, dan psikomotor. 1)

  Domain kognitif a. Pengetahuan (knowlegde), yaitu jenjang yang paling rendah dalam kemampuan kognitif meliputi pengingatan tentang hal-hal yang bersifat khusus, mengetahui metode dan proses, pengingatan terhadap suatu pola, struktur. Kata-kata yang dapat dipakai: definisikan, ulang, laporkan, ingat, garis bawahi, sebutkan, daftar dan sambungkan.

  b.

  Pemahaman (comprehension), yaitu jenjang setingkat diatas pengetahuan ini akan meliputi penerimaan dalam komunikasi secara akurat, menempatkan hasil komunikasi dalam bentuk penyajian yang berbeda, mereorganisasikannya secara setingkat tanpa merubah pengertian dan mengeksporasikan. Kata-kata yang dapat dipakai: menterjemah, nyatakan kembali, diskusikan, gambarkan, reorganisasikan, jelaskan, identifikasi, tempatkan, review, ceritakan, paparkan.

  c.

  Aplikasi atau penggunaan prinsip atau metode pada situasi yang baru.

  Katakata yang dapat dipakai antara lain: interpretasikan, terapkan, laksanakan, gunakan, demonstrasikan, praktekan, ilustrasikan, operasikan, jadwalkan, sketsa, kerjakan.

  d.

  Analisa, yaitu jenjang yang keempat ini akan menyangkut terutama kemampuan anak dalam memisah-misah terhadap suatu materi menjadi bagian-bagian yang membentuknya, mendeteksi hubungan diantara bagianbagian itu dan cara materi itu diorganisir. Kata-kata yang dapat dipakai: pisahkan, analisa, bedakan, hitung, cobakan, test bandingkan kontras, kritik, teliti, debatkan, inventarisasikan, hubungkan, pecahkan, kriteriakan.

  e.

  Sintesa, yaitu jenjang yang sudah satu tingkat lebih sulit dari analisa ini adalah meliputi anak untuk menaruhkan/ menempatkan bagian- bagian atau elemen satu/ bersama sehingga membentuk suatu keseluruhan yang koheren. Kata-kata yang dapat dipakai: komposis, desain, formulasi, atur, rakit, kumpulkan ciptakan, susun, organisasikan, siapkan, rancang, sederhanakan.

  f.

  Evaluasi, yaitu jenjang yang paling sulit dalam kemampuan pengetahuan anak didik. Kata-kata yang dapat dipakai: putuskan, hargai, nilai, skala, bandingkan, revisi, skor, perkiraan. 2)

  Domain kemampuan sikap (afektif) a. Menerima atau memperhatikan, meliputi sifat sensitif terhadap adanya eksistensi suatu phenomena tertentu atau suatu stimulus dan kesadaran yang merupakan perilaku kognitif. Termasuk didalamnya dapat dipakai: dengar, lihat, raba, cium, rasa, pandang, pilih, kontrol, waspada, hindari, suka, perhatian.

  b.

  Merespon, yaitu anak didik dilibatkan secara puas dalam suatu objek tertentu, phenomena atau suatu kegiatan sehingga ia akan mencari- cari dan menambah kepuasan dari bekerja dengannya atau terlibat didalamnya. Kata-kata yang dapat dipakai: persetujuan, minat, reaksi, membantu, menolong, partisipasi, melibatkan diri, menyenangi, menyukai, gemar, cinta, puas, menikmati.

  c.

  Penghargaan, yaitu perilaku anak didik adalah konsisten dan stabil, tidak hanya dalam persetujuan terhadap suatu nilai tetapi juga pemilihan terhadapnya dan keterikatannya pada suatu pandangan atau ide tertentu. Kata-kata yang dapat dipakai: mengakui dengan tulus, mengidentifikasi diri, mempercayai, menyatukan diri, menginginkan, menghendaki, beritikad, menciptakan ambisi, disiplin, dedikasi diri, rela berkorban, tanggung jawab, yakin, pasrah.

  d.

  Mengorganisasikan, yaitu anak didik membentuk suatu sistim nilai yang dapat menuntut perilaku. Kata-kata yang dapat dipakai: menimbangnimbang, menjalin, mengkristalisasikan, menyusun sistim, menyelaraskan, mengimbangkan membentuk filasafat hidup.

  e.

  Mempribadi (mewatak), sudah ada internalisasi, nilai-nilai telah mendapatkan tempat pada diri individu, diorganisir ke dalam suatu sistem yang bersifat internal, memiliki kontrol perilaku. Kata-kata yang dapat dipakai: bersifat objektif, bijaksana, adil, teguh dalam pendirian, percaya diri, berkepribadian.

  f.

  Hasil belajar dapat dilihat dari ada tidaknya perubahan ketiga domain tersebut yang sering dialami siswa setelah menjalani proses belajar.

  Semakin baik proses pembelajaran dan keaktifan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran, maka hasil belajar yang diperoleh siswa akan semakin tinggi. Tujuan belajar adalah sejumlah hasil belajar yang menunjukkan bahwa siswa telah melakukan perbuatan belajar, yang umumnya meliputi pengetahuan, keterampilan dan sikap-sikap yang baru, yang diharapkan dicapai oleh siswa.

  Untuk memperoleh hasil belajar, maka dilakukan evaluasi atau penilaian yang merupakan tindak lanjut atau cara untuk mengukur tingkat penguasaan siswa. Kemajuan prestasi belajar siswa tidak hanya diukur dari tingkat penguasaan ilmu pengetahuan saja, tapi juga pada sikap dan keterampilan. Dengan demikian penilaian hasil belajar siswa mencakup segala hal yang dipelajari di sekolah, baik itu menyangkut pengetahuan, sikap dan keterampilan.

2.1.2.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

  Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor yang berasal dari dalam diri siswa dan faktor yang berasal dari luar diri siswa. Slameto (2010:54), menerangkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah: 1)

  Faktor yang ada pada diri siswa itu sendiri yang disebut faktor individu (intern), yang meliputi: a.

  Faktor biologis meliputi: kesehatan, gizi, pendengaran dan penglihatan. Jika salah satu dari faktor biologis terganggu akan mempengaruhi hasil prestasi belajar.

  b.

  Faktor psikologis, meliputi: intelegensi, minat dan motivasi serta perhatian ingatan berpikir.

  c.

  Faktor kelelahan, meliputi: kelelahan jasmani dan rohani. Kelelahan jasmani nampak dengan adanya lemah tubuh, lapar dan haus serta mengantuk. Sedangkan kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu akan hilang. 2)

  Faktor yang ada pada luar diri individu yang disebut dengan faktor ekstern, yang meliputi: a.

  Faktor keluarga, keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama danterutama. Merupakan lembaga pendidikan dalam ukuran kecil tetapi bersifat menentukan untuk pendidikan dalam ukuran besar.

  b.

  Faktor sekolah, meliputi: metode mengajar, kurikulum, hubungan guru dengan siswa, siswa dengan siswa dan berdisiplin di sekolah.

  c.

  Faktor masyarakat, meliputi: bentuk kehidupan masyarakat sekitar dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa. Jika lingkungan siswa adalah lingkungan terpelajar maka siswa akan terpengaruh dan mendorong untuk lebih giat belajar.

  Sejalan dengan pendapat di atas Clark (dalam Sudjana, 2011:39), menyatakan bahwa hasil belajar siswa disekolah 70% dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30% dipengaruhi oleh lingkungan. Disamping faktor kemampuan yang dimiliki siswa juga ada faktor lain seperti motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan psikis. Selain faktor dari dalam diri siswa faktor yang berada diluar siswa juga menentukan dan mempengaruhi hasil belajar yang dicapai. Salah satu lingkungan belajar yang paling dominan mempengaruhi hasil belajar di sekolah adalah kualitas pengajaran artinya tinggi rendahnya atau efektif tidaknya proses belajar mengajar dalam mencapai tujuan pembelajaran.

  Menurut Caroll (dalam Sudjana 2011:40), bahwa hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh 5 faktor yakni (1) bakat belajar, (2) waktu yang tersedia untuk belajar, (3) waktu yang diperlukan untuk menjelaskan pelajaran, (4) kualitas pengajaran, dan (5) kemampuan individu. Empat faktor yang disebut di atas (1, 2, 3, 5) berkenaan dengan kemampuan individu dan faktor (4) adalah faktor luar individu. Kedua faktor di atas (kemampuan siswa dan kualitas pengajaran) mempunyai hubungan berbanding lurus dengan hasil belajar. Artinya, makin tinggi kemampuan siswa dan kualitas pengajaran, makin tinggi pula hasil belajar yang diperoleh siswa.

  Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa hasil yang diperoleh siswa dalam proses pembelajaran bergantung kepada beberapa faktor yang mendasar, faktor-faktor tersebut bisa berasal dari dalam individu siswa sendiri, seperti minat, motivasi, bakat serta faktor yang berasal dari luarsiswa seperti kualitas guru dalam mengajar, faktor ini penting di dalam upaya pencapaian proses dan hasil belajar yang optimal yaitu terkait bagaimana seorang guru tersebut mampu menciptakan sebuah pembelajaran yang dapat merangsang siswa sehingga siswa menjadi berminat, motivasi belajar siswa juga tumbuh serta dapat menumbuhkan kebiasaan baik siswa dalam belajar, hal tersebut penting sebagai upaya untuk meningkatkan proses dan hasil belajar artinya, semakin tinggi kualitas guru dalam memberikan pembelajaran bagi siswa maka semakin tinggi hasil belajar yang akan diperoleh siswa.

2.1.3 Model Pembelajaran STAD

  Student Teams Achievement Division (STAD) merupakan satu

  sistem belajar kelompok yang di dalamnya siswa di bentuk ke dalam kelompok yang terdiri dari 4-5 orang secara heterogen. Menurut Ibrahim (2000: 10) model pembelajaran kooperatif tipe STAD dikembangkan oleh Slavin dan merupakan tipe pembelajaran kooperatif yang paling sederhana diterapkan dimana siswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari empat sampai enam orang yang bersifat heterogen, guru yang menggunakan STAD mengacu kepada belajar kelompok yang menyajikan informasi akademik baru kepada siswa menggunakan presentasi verbal atau teks. Berdasarkan pendapat tersebut peneliti berpendapat bahwa dalam hal ini model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah model yang paling sederhana untuk diterapkkan pada siswa.

  Menurut Suyatno (2009:52) tipe STAD adalah metode pembelajaran kooperatif untuk pengelompokkan kemampuan campur yang melibatkan pengakuan tim dan tanggung jawab kelompok untuk pembelajaran individu anggota. Keanggotaan campuran menurut tingkat prestasi, jenis kelamin dan suku. Tipe STAD merupakan salah satu tipe kooperatif yang menekankan pada adanya aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal (Slavin dalam Isjoni 2009:51).

  Sementara menurut (Slavin, 2008: 188) mengemukakan bahwa pembagian kelompok yang memperhatikan keragaman siswa dimaksudkan supaya siswa dapat menciptakan kerja sama yang baik, sebagai proses menciptakan saling percaya dan saling mendukung. Keragaman siswa dalam kelompok mempertimbangkan latar belakang

  Syarat lain dari model belajar kooperatif tipe STAD adalah jumlah anggota pada setiap kelompok sebaiknya terdiri dari 4-5 orang. Jumlah anggota yang sedikit dalam setiap kelompok memudahkan siswa berkomunikasi dengan teman sekelompok. Pentingnya pembagian kelompok seperti ini didasarkan pada pemikiran bahwa siswa lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika masalah itu dipelajari bersama.

  Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe STAD ini adalah pembelajaran yang menekankan pada aktivitas dan interaksi siswa untuk saling memotivasi dan membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai hasil yang maksimal melalui kerja tim atau kelompok.

2.1.3.1 Langkah-langkah Model Pembelajaran STAD

  Langkah-langkah model kooperatif tipe STAD Menurut Slavin (2008: 188) langkah-langkah yang harus ditempuh dalam pembelajaran STAD adalah : a.

  Sajian materi oleh guru b.

  Siswa bergabung dalam kelompok yang terdiri dari 4-5 orang.

  Sebaiknya kelompok dibagi secara heterogen yang terdiri atas siswa dengan beragam latar belakang, misalnya dari segi: prestasi, jenis kelaminsuku dll.

  c.

  Guru memberikan tugas kepada kelompok untuk mengerjakan latihan / membahas suatu topik lanjutan bersama-sama. Disini anggota kelompok harus bekerja sama.

  d.

  Tes / kuis atau silang tanya antar kelompok. Skor kuis / tes tersebut untuk menentukan skor individu juga digunakan untuk menentukan skor kelompok.

  e.

  Penguatan dari guru.

  Keunggulan dan kekurangan model kooperatif tipe STAD. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD mempunyai beberapa keunggulan (Slavin, 1997: 17) :

  1) Siswa bekerja sama dalam mencapai tujuan dengan menjunjung tinggi norma-norma kelompok.

  2) Siswa aktif membantu dan memotivasi semangat untuk berhasil bersama.

  3) Aktif berperan sebagai tutor sebaya untuk lebih meningkatkan keberhasilan kelompok.

  4) Interaksi antar siswa seiring dengan peningkatan kemampuan mereka dalam berpendapat.

2.1.4 Pendekatan Scientific

  Pembelajaran dengan pendekatan scientific menurut Daryanto (2014: 51) adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang “ditemukan”

  Kurikulum 2013 menekankan penerapan pendekatan Scientific (meliputi: mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta untuk semua mata pelajaran) (Sudarwan, 2013). Komponen-komponen penting dalam mengajar menggunakan pendekatan Scientific (Mc Collum : 2009) Menyajikan pembelajaran yang dapat meningkatkan rasa keingintahuan (Foster a sense of wonder), Meningkatkan keterampilan mengamati (Encourage observation), Melakukan analisis (Push for analysis) dan Berkomunikasi (Require communication) .

  Pendekatan ini diharapkan untuk mengembangkan kemampuan berpikir siswa menjadi kritis dan pola pemikiran yang lama dari pasif menjadi aktif-mencari, yang dimaksud aktif-mencari yaitu siswa diharapkan mendapatkan pengetahuannya lewat temuannya dalam setiap pembelajaran. Ada pun kerangka kerja yang terdapat dalam pendekatan saintifik, sesuai Permendikbud no 81A tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum 2013: (1) Mengamati, (2) Menanya, (3) Mengumpulkan informasi, (4) Mengasosiasi, dan (5) Mengkomunikasikan.

2.1.4.1 Prinsip Pembelajaran dengan Pendekatan Scientific

  Menurut Daryanto (2014:58) Beberapa prinsip pendekatan Scientific dalam kegiatan pembelajaran adalah sebagai berikut: 1)

  Pembelajaran berpusat pada siswa 2)

  Pembelajaran membentuk student self concept 3)

  Pembelajarn terhindar dari verbalisme 4)

  Pembelajaran memberikan kesempatan pada siswa untuk mengasimilasi dan mengakomodasi konsep, hukum, dan prinsip 5)

  Pembelajaran mendorong terjadinya peningkatan kemampuan berpikir siswa 6)

  Pembelajaran meningkatkan motivasi belajar siswa dan motivasi mengajar guru 7)

  Member kesempatan kepada siswa untuk melatih kemampuan dalam komunikasi 8)

  Adanya proses validasi terhadap konsep, hukum, dan prinsip yang dikonstruksi siswa dalam struktur kognitifnya.

  2.1.4.2 Langkah-Langkah Umum Pembelajaran dengan Pendekatan Scientific

  Menurut Daryanto (2014:58), Langkah-langkah pendekatan dalam proses pembelajaran meliputi menggali informasi

  Scientific

  melalui pengamatan, bertanya, percobaan, kemudian mengolah data atau informasi, menyajikan data atau informasi, melanjutkan dengan menganalisis, menalar, kemudian menyimpulkan dan mencipta.

  Untuk mata pelajaran, materi atau situasi tertentu, sangat mungkin pendekatan Scientific ini tidak selalu tepat diaplikasikan secara prosedural. Pada kondisi seperti ini, tentu saja proses pembelajarn harus tetap menerapkan nilai-nilai atau sifat-sifat non ilmiah.

  Networking Observing Questioning Associating Experiment( (membentuk (mengamati (menanya) (menalar) mencoba) jejaring) )

  2.2 Implementasi Model STAD dengan Kerangka Kerja Scientific dalam Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam

  Pada penelitian ini penggunaan model pembelajaran STAD dengan kerangka kerja Scientific diharapkan dapat meningkatkan proses dan hasil hasil belajar mata pelajaran IPA. Model STAD merupakan salah satu model pembelajaran dalam pembelajaran kooperatif yang menekankan pada adanya aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran IPA guna mencapai prestasi yang maksimal. Kondisi saling memotivasi dan membantu tersebut dapat terlihat ketika siswa tergabung dalam kelompok dan mengerjakan LKS serta kuis dari guru, konsep belajar yang demikian mampu membuat siswa lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika masalah itu dipelajari bersama.

  Kegiatan yang dilakukan guru dalam penerapan model pembelajaran STAD merupakan upaya guru untuk menarik perhatian dan antusias siswa, bila tingkat perhatian siswa tinggi di dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar maka pada akhirnya diharapkan hasil belajar dapat meningkat. Penggunaan kerangka kerja Scientific juga dirasa penting untuk mengurangi tingkat verbalisme yang bisa saja dilakukan oleh guru di dalam menerangkan materi pelajaran. Dalam kerangka kerja

  Scientific siswa akan berfikir secara kritis dalam memecahkan

  permasalahan kelompok maupun tugas individu dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, pada akhirnya diharapkan penerapan model dan pendekatan pembelajaran yang variatif ini mampu meningkatkan proses dan hasil belajar mata pelajaran IPA.

  Dari kajian teori dan langkah-langkah yang terdapat dalam model STAD dan pendekatan Scientificdapat dipadukan sebagai berikut: 1)

  Reorientasi Guru dan siswa bertanya jawab mengenai materi yang akan diajarkan, hal ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan awal siswa. Pada langkah ini juga guru sedikit menjelaskan tentang materi yang akan diajarkan.

  2) Orientasi

  Pembagian kelompok dibagi secara heterogen yang terdiri atas siswa dengan beragam latar belakang, misalnya dari segi prestasi, jenis kelamin atau yang lainnya. Siswa bergabung dalam kelompok yang terdiri dari 4-5 orang. Sebelumnya guru menjelaskan model pembelajarn STAD dengan kerangka kerja Scientific dalam pembelajaran yang akan diterapkan

  3) Berdiskusi( Penerapan kerangka kerja Scientific )

  Guru memberikan tugas kepada kelompok untuk mengerjakan latihan / membahas suatu topikbersama-sama. Disini anggota kelompok harus bekerja sama. Dalam kegiatan kelompok ini siswa dituntut untuk melaksanakan langkah-langkah pembelajaran Scientificyang di dalamnya terdapat proses (1) siswa mengamati, (2) siswa menanya, (3) siswa mencoba, (4) siswa mengolah, (5) siswa menyimpulkan dan kemudian mengkomunikasikan atau mempresentasikan hasil kerja kelompok sehingga terjadi diskusi kelas.

  4) Kuis

  Guru mengadakan kuis individual dan buat skor perkembangan tiap siswa atau kelompok.Skor kuis yang dikerjakan secara individu nantinya digunakan untuk menentukan skor kelompok. 5)

  Penguatan Guru memberikan penguatan terhadap jawaban siswa terkait tugas dalam kelompok atau pun tugas individu yang sudah dikerjakan.

  6) Menyusun Kesimpulan

  Setelah siswa melaksanakan pembelajaran melalui model STAD dengan kerangka kerja Scientific, guru dan siswa menyimpulkan bersama hasil pembelajaran.

2.3 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

  Menurut penelitian yang dilakukan oleh Kartiyaningsih pada tahun 2010 dengan judul “Peningkatan Hasil dan Minat Belajar IPA Materi Gaya dengan Pendekatan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Kelas V SD N 02 Wangondowo Kecamatan Bojong”, dapat disimpulkan bahwa Penelitian tindakan kelas ini berhasil dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD pada pelajaran IPA materi gaya baik secara kualitatif maupun kuantitatif karena hasil nilai rata-rata siklus I 61,3 terjadi kenaikan 9,5% dari hasil nilai siklus II rata-rata 64, terjadi kenaikkan 4,4% dari hasil nilai siklus III rata-rata 72,6 terjadi kenaikkan 13,4%. Data observasi tiap kelompok mengalami peningkatan yaitu siklus I kelompok A 61%, kelompok B 88,8%, dan kelompok C 44,40%, siklus

  II kelompok A menjadi 83%, kelompok B menjadi 94%, dan kelompok C menjadi 61%. Sedangkan pada siklus III kelompok A 88,80%, kelompok B 100%, kelompok C 72,20%. Minat siswa mengalami peningkatan dari siklus I 43,3%, siklus II 63%, dan siklus III 81%.

  Selain itu penelitian dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD sebelumnya sudah diteliti oleh beberapa orang. Penelitian yang relevan dilakukan juga oleh Seno (2011) upaya meningkatkan prestasi belajar IPA melalui model pembelajaran STAD bagi siswa kelas IV SD Kertomulyo 02 Kecamatan Trangkil Kabupaten Pati pada semester I tahun pelajaran 2011/2012. Berdasarkan penelitian pengaruh penggunaan model pembelajaran STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan mampu meningkatkan aktifitas siswa dalam belajar.

  Praminah (2011) upaya peningkatan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran kooperatif (cooperative learning) tipe STAD tentang pemeliharaan panca indra bagi siswa kelas IV SD Kepohkencono 01 semester I tahun 2011/2012. Penelitian pembelajaran IPA melalui metode kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD Kepohkencono 01 semester I tahun pelajaran 2011/2012.

  Harni (2009) melalui penelitian tentang pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe student teams achievement division (STAD) terhadap hasil belajar siswa kelas V pada mata pelajaran IPA. Dalam penelitian menyatakan bahwa dalam pembelajaran IPA diperlukan penggunaan model pembelajaran dan strategi pembelajaran yang sesuai dan melibatkan siswa dalam kelompok secara aktif dalam proses pembelajaran. Dalam hal ini dari beberapa hasil penelitian yang menggunakan model pembelajaran kooperatif membawa dampak yang positif pada proses pembelajaran.

  Pada penelitian diatas menyatakan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran membawa dampak yang positif serta dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

2.4 Kerangka Berpikir

  Paradigma siswa yang menganggap bahwa pelajaran IPA merupakan pelajaran yang sulit untuk dimengerti menjadikan siswa malas dalam belajar IPA, hal tersebut merupakan salah satu faktor yang mengakibatkan hasil belajar mata pelajaran IPA yang diperoleh siswa rendah. Selain itu faktor guru yang cenderung masih menerapkan pembelajaran yang konvensional menjadikan proses belajar IPA menjadi membosankan. Siswa menjadi kurang antusias dalam belajar IPA, untuk itu salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar mata pelajaran IPA adalah dengan menerapkan model pembelajaran yang lebih variatif dan inovatif, salah satunya ialah model pembelajaran STAD dengan kerangka kerja Scientific.

  Pada awalnya proses pembelajaran yang diterapkan oleh guru hanya mengandalkan cara belajar konvensional (ceramah) sehingga yang terjadi siswa menjadi bosan, jenuh dan sering kali mengabaikan proses belajar mengajar di kelas, sehingga mengapa model pembelajaran STAD dengan kerangka kerja Scientific dijadikan salah satu alternatif untuk meningkatkan hasil belajar, karena penerapan model ini berkonsep pada sebuah permainan yang membelajarkansiswa, penggunaan model pembelajaran ini dapat membuat siswa lebih aktif dalam mengikuti proses pembelajaran sehingga siswa dengan mudah memahami materi yang diajarkan oleh guru melalui cara yang menyenangkan.

  Dalam penerapan model pembelajaran STAD dengan kerangka kerja Scientificguru hanya sebatas sebagai fasilitator, sementara kegiatan belajar mengajar dominan melalui interaksi antara siswa dengan siswa. Siswa belajar membangun pengetahuannya sendiri melalui kerja kelompok dan pengerjaan kuis yang berisi tentang materi yang tengah dipelajari oleh siswa. Kemudian siswa saling memberikan tanggapan dan upaya tersebut diharapkan dapat menimbulkan manfaat seperti siswa mampu berpikir kreatif, siswa lebih aktif baik dalam kegiatan kelompok maupun mandiri, memudahkan pemahaman siswa sehingga kualitas pembelajaran meningkat serta hasil belajar yang diperoleh siswa akan tercapai secara maksimal.

  Adapun kerangka berpikir mengenai penerapan model pembelajaran STAD dengan kerangka kerja Scientific pada mata pelajaran IPA dapat ditunjukkan melalui peta konsep sebagai berikut:

  PEMBELAJARAN

  IPA Guru menyampaikan materi dengan ceramah Guru sebagai fasilitator Model STAD dengan kerangka kerja Scientific

  Proses berpikir KONKRET ABSTRAK Membentuk kelompok heterogen Mengerjakan LKS dalam kelompok Pembelajaran Konvensional

Siswa membangun

pengetahuan sendiri

  

Tingkat pemahaman siswa naik,

hasil belajar ˃ KKM

Siswa malas, bosan, jenuh, materi tidak dikuasai Proses berpikir ABSTRAK KONKRET Tingkat pemahaman siswa kurang, hasil belajar ˂ KKM Siswa dalam kelompok melakukan proses mengamati, menanya, menalar, mencoba dan membentuk jaringan

  

Siswa mengerjakan Kuis

secara individu

Gambar 2.1 Peta Konsep Kerangka Berpikir

2.5 Hipotesis

  Berdasarkan landasan teori dan kerangka berpikir yang telah dikemukakan, maka dapat dirumuskan hipotesis proses dan hasil tindakan sebagai berikut:

  1) Penerapan model pembelajaran STAD dengan kerangka kerja

  Scientific dalam pembelajaran IPAdapat meningkatkan aktivitas

  guru dan aktivitas siswa secara bermakna sebesar 10 % pada siswa kelas 5 semester II SDN 03 Kaloran tahun pelajaran 2014/2015 2)

  Penerapan model pembelajaran STAD dengan kerangka kerja

  Scientific dapat meningkatkan proses dan hasil belajar IPA pada

  siswa kelas 5 semester II SDN 03 Kaloran tahun pelajaran 2014/2015 secara signifikan mengalami ketuntasan belajar individual dengan nila i hasil belajar IPA ≥ 75 dan mengalami ketuntasan belajar secara klasikal dengan nilai rata-rata hasil belajar IPA meningkat minimal 7 nilai dari KKM ≥ 75 yang ditentukan oleh sekolah atau ketuntasan belajar secara klasikal sebesar ≥ 80% dari 19 siswa (kriteria baik).

Dokumen yang terkait

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran IPS di SD - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Kreativitas Belajar IPS Melalui Pendekatan Problem Based Learning Siswa Kelas 4 SDN Pringapus Kecamatan N

0 0 20

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Kreativitas Belajar IPS Melalui Pendekatan Problem Based Learning Siswa Kelas 4 SDN Pringapus Kecamatan Ngadirejo Kabupaten Temanggung Semester

0 0 9

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Kreativitas Belajar IPS Melalui Pendekatan Problem Based Learning Siswa Kelas 4 SDN Pringapus Kecamatan Ngadirejo Kabupaten Temanggung Semester 2 Tahun Pelajaran 2014/2015

0 0 31

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Kreativitas Belajar IPS Melalui Pendekatan Problem Based Learning Siswa Kelas 4 SDN Pringapus Kecamatan Ngadirejo Kabupaten Temanggung Semester 2 Tahun Pelajaran 2014/2015

0 0 75

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA dengan Menggunakan Model Cooperative Learning Tipe Numbered Heads Together (NHT) Siswa Kelas 5 SDN Ngablak 02 Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang Semester

0 0 21

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA dengan Menggunakan Model Cooperative Learning Tipe Numbered Heads Together (NHT) Siswa Kelas 5 SDN Ngablak 02 Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang Semester

0 0 13

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA dengan Menggunakan Model Cooperative Learning Tipe Numbered Heads Together (NHT) Siswa Kelas 5 SDN Ngablak 02 Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang Semester

0 0 24

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA dengan Menggunakan Model Cooperative Learning Tipe Numbered Heads Together (NHT) Siswa Kelas 5 SDN Ngablak 02 Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang Semester

0 0 16

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA dengan Menggunakan Model Cooperative Learning Tipe Numbered Heads Together (NHT) Siswa Kelas 5 SDN Ngablak 02 Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang Semester

0 0 78

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Proses dan Hasil Belajar IPA Melalui Model Student Team Achievement Division (STAD) dengan Kerangka Kerja Scientific pada Siswa Kelas

0 0 6