DAFTAR ISI - Pemanfaatan Kitosan Dari Cangkang Bekicot (Achatina Fulica) Sebagai Pengawet Ikan Kembung (Rastrelliger Sp) dan Ikan Lele (Clarias Batrachus)

DAFTAR ISI

  2.5 PEMBUSUKAN IKAN

  2.1 CANGKANG BEKICOT (Achatina fulica)

  5

  2.2 KITIN DAN KITOSAN

  6

  2.3 PROSES ISOLASI KITIN DAN KITOSAN

  8

  2.4 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KITOSAN

  11

  12

  4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

  2.5.1 Tanda-Tanda Kerusakan yang Terjadi Pada Ikan

  13

  2.5.2 Faktor Lain yang Berperan dalam Pembusukan (Perubahan yang Bersifat Enzimatis, Mikrobiologis maupun Fisis)

  13

  2.5.3 Parameter Fisika Ikan Pada Kesegaran Ikan

  14

  2.5.4 Kemunduran Mutu Ikan

  16

  5

  Halaman PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI i PENGESAHAN ii

  PRAKATA iii

  DAFTAR SINGKATAN xiv

  DEDIKASI iv

  RIWAYAT HIDUP PENULIS v

  ABSTRAK vi

  ABSTRACT vii

  DAFTAR ISI viii

  DAFTAR GAMBAR xi

  DAFTAR TABEL xii

  DAFTAR LAMPIRAN xiii

  DAFTAR SIMBOL xv

  4

  BAB I PENDAHULUAN

  1

  1.1 LATAR BELAKANG

  1

  1.2 PERUMUSAN MASALAH

  3

  1.3 TUJUAN PENELITIAN

  3

  1.4 MANFAAT PENELITIAN

  1.5 RUANG LINGKUP PENELITIAN

  2.5.4.1 Perubahan pre rigor mortis

  16

  2.5.4.2 Perubahan rigor mortis

  16

  2.5.4.3 Perubahan post rigor

  17

  2.5.5 Upaya Pengendalian Pertumbuhan Bakteri

  18

  2.6 PENGAWETAN IKAN

  19

  2.6.1 Bakteri

  20

  2.6.1.1 Pengertian Bakteri

  20

  2.6.1.2 Sumber Pencemar

  21

  2.6.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Bakteri

  21

  2.6.3 Mekanisme Kerja Pengawet Atau Antimikroba

  23

  2.7 ANALISA EKONOMI

  25 BAB III METODOLOGI PERCOBAAN

  27

  3.1 LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN

  27

  3.2 BAHAN DAN PERALATAN

  27

  3.2.1 Bahan Penelitian

  27

  3.2.2 Peralatan Penelitian

  27

  3.3 PROSEDUR PENELITIAN

  28

  3.3.1 Persiapan Sampel

  28

  3.3.2 Pembuatan Kitin

  28

  3.3.2.1 Deproteinasi

  28

  3.3.2.2 Demineralisasi

  28

  3.3.3 Deasetilasi

  28

  3.3.4 Karakterisasi Kitosan

  28

  3.3.4.1 Analisa Kadar Air

  28

  3.3.4.2 Analisa Kadar Abu

  29

  3.3.4.3 Analisa Derajat Deasetilasi

  29

  3.3.5 Pemanfaatan Kitosan Sebagai Pengawetan Ikan

  30

  3.3.6 Analisa Ikan Segar

  30

  3.3.6.1 Analisa pH

  30

  3.3.6.2 Analisa Total Volatile Bases (TVB)

  30

  3.4 FLOWCHART PENELITIAN

  31

  3.4.1 Persiapan Sampel

  31

  3.4.2 Pembuatan Kitin

  32

  3.4.2.1 Deproteinasi

  32

  3.4.2.2 Demineralisasi

  33

  3.4.3 Deasetilasi

  34

  3.4.4 Karakterisasi Kitosan

  35

  3.4.3.1 Analisa Kadar Air

  35

  3.4.3.2 Analisa Kadar Abu

  35

  3.4.5 Proses Pengawetan Ikan

  36

  3.4.6 Analisa Ikan Segar

  36

  3.4.6.1 Analisa pH

  36

  3.4.6.2 Analisa Total Volatile Bases (TVB)

  37 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

  38

  4.1 KARAKTERISASI KITOSAN

  38

  4.2 KARAKTERISASI IKAN HASIL PENGAWETAN

  39

  4.2.1 Analisa TVB (Total Volatile Base)

  39

  4.2.1.1 Perubahan TVB pada Ikan Kembung

  40

  4.2.1.2 Perubahan TVB pada Ikan Lele

  42

  4.2.2 Derajat Keasaman (pH)

  43

  4.2.2.1 Perubahan pH pada Ikan Kembung

  44

  4.2.2.2 Perubahan pH pada Ikan Lele

  45

  4.2.3 Uji Organoleptik

  46

  4.2.3.1 Perubahan organoleptik pada Ikan Kembung

  47

  4.2.3.2 Perubahan organoleptik pada Ikan Lele

  48 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

  50

  5.1 KESIMPULAN

  50

  5.2 SARAN

  50 DAFTAR PUSTAKA

  51 LAMPIRAN

  56

  

DAFTAR GAMBAR

  Halaman

Gambar 2.1 Anatomi Bekicot (Achatina fulica)

  6 Gambar 2.2 Struktur Kimia Kitin

  6 Gambar 2.3 Struktur Kimia Kitosan

  7 Gambar 2.4 Reaksi Deproteinasi

  9 Gambar 2.5 Reaksi Demineralisasi

  9 Gambar 2.6 Reaksi Deasetilisasi Kitin Menjadi Kitosan

  10 Gambar 3.1 Flowchart Persiapan Sampel

  31 Gambar 3.2 Flowchart Deproteinasi

  32 Gambar 3.3 Flowchart Demineralisasi

  33 Gambar 3.4 Flowchart Deasetilasi

  34 Gambar 3.5 Flowchart Analisa Kadar Air

  35 Gambar 3.6 Flowchart Analisa Kadar Abu

  35 Gambar 3.7 Flowchart Proses Pengawetan Ikan

  36 Gambar 3.8 Flowchart Analisa pH pada ikan segar

  36 Gambar 3.9 Flowchart Analisa Total Volatile Bases (TVB) pada Ikan Segar

  37 Gambar 4.1 Perubahan nilai TVB pada ikan kembung (Rastrelliger sp) dengan Direndam dan Disemprot

  40 Gambar 4.2 Perubahan nilai TVB pada ikan lele (Clarias batrachus) dengan Direndam dan Disemprot

  42 Gambar 4.3 Perubahan nilai pH pada ikan kembung (Rastrelliger sp) dengan Direndam dan Disemprot

  44 Gambar 4.4 Perubahan nilai pH pada ikan lele (Clarias batrachus) dengan Direndam dan Disemprot

  45 Gambar 4.5 Perubahan nilai organoleptik pada ikan kembung (Rastrelliger sp) dengan Direndam dan Disemprot

  47 Gambar 4.6 Perubahan nilai organoleptik pada ikan lele (Clarias batrachus) dengan Direndam dan Disemprot

  48

  

DAFTAR TABEL

  Halaman

Tabel 1.1 Penelitian - Penelitian Sebelumnya

  2 Tabel 2.1 Beberapa Organisme yang Mengandung Kitin

  5 Tabel 2.2 Syarat – Syarat Kitosan komersil

  8 Tabel 2.3 Kriteria Ikan Segar dan Ikan busuk

  15 Tabel 4.1 Perbandingan Parameter Standar Mutu Kitosan dengan Hasil Penelitian

  38 Tabel 4.2 Standar Kesegaran Ikan Berdasarkan Nilai TVB

  39

DAFTAR LAMPIRAN

  80 LAMPIRAN 3 DOKUMENTASI

  2.1 Kadar Air

  79

  2.2 Kadar Abu

  79

  2.3 Derajat Deasetilasi

  79

  2.4 Analisa TVB-N

  3.1 Persiapan Sampel

  1.11 Perhitungan Derajat Deasetilasi Kitosan dari Cangkang Bekicot

  81

  3.2 Pembuatan Kitin

  81

  3.3 Karakterisasi Kitosan

  82

  3.4 Analisa Ikan Segar

  83

  78 LAMPIRAN 2 CONTOH PERHITUNGAN

  Halaman LAMPIRAN 1 DATA PENELITIAN

  56

  63

  1.1 Contoh Lembar Penilaian Organoleptik Ikan Segar

  56

  1.2 Data Penilaian Organoleptik Ikan Segar (Ikan Kembung) Sebelum Pengawetan

  58

  1.3 Data Penilaian Organoleptik Ikan Segar (Ikan Lele) Sebelum Pengawetan

  61

  1.4 Data Analisa pH dan TVB pada Ikan Segar Sebelum Pengawetan

  1.5 Data Analisa pH dan TVB pada Ikan Segar

  74

  64

  1.6 Data Penilaian Organoleptik Ikan Segar (Ikan Kembung) dengan Perlakuan Direndam

  65

  1.7 Data Penilaian Organoleptik Ikan Segar (Ikan Kembung) dengan Perlakuan Disemprot

  68

  1.8 Data Penilaian Organoleptik Ikan Segar (Ikan Lele) dengan Perlakuan Direndam

  71

  1.9 Data Penilaian Organoleptik Ikan Segar (Ikan Lele) dengan Perlakuan Disemprot

  1.10 Hasil Uji Analisa FT-IR 77

DAFTAR SINGKATAN

  SK Surat Keputusan Menkes Menteri Kesehatan RI Republik Indonesia FDA Food and Drugs Administration TVB-N Total Volatile Base - Nitrogen pH Power of Hydrogen ATP Adenosin Trifosfat RNA

  Ribose

  Nucleic Acid DNA Deoxyribo Nucleic Acid FT-IR Fourier Transform – InfraRed Spectroscopy DD Derajat Deasetilasi

DAFTAR SIMBOL

  Simbol Keterangan Dimensi

  B Berat sampel Gram B

  1 Berat (sampel + cawan) sebelum dikeringkan Gram

  B

  2 Berat (sampel + cawan) setelah dikeringkan Gram

  V Titrasi sampel ml

  HCl

  V blanko Titrasi blanko ml N HCl Normalitas HCl N

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

  Ikan merupakan produk pangan yang sangat mudah rusak. Pembusukan ikan terjadi setelah ikan ditangkap atau mati. Pada kondisi suhu tropik, ikan membusuk dalam waktu 12-20 jam tergantung spesies, alat atau cara penangkapan. Pendinginan

  o

  akan memperpanjang masa simpan ikan. Pada suhu 15-20

  C, ikan dapat disimpan

  o o

  hingga sekitar 2 hari, pada suhu 5 C tahan selama 5-6 hari, sedangkan pada suhu 0 C dapat mencapai 9-14 hari, tergantung spesies ikan [1].

  Penggunaan formalin sebagai pengawet bahan pangan diduga karena tingkat kesadaran produsennya akan kesehatan masyarakat masih sangat rendah, disamping mereka tidak mempunyai pengetahuan yang memadai mengenai bahaya bahan kimia terlarang tersebut. Formalin sangat mudah dijumpai di pasar bebas dengan harga yang murah. Baik formalin maupun boraks merupakan bahan kimia yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia [48]. Salah satu alternatif pengganti formalin sebagai pengawet makanan adalah penggunaan kitosan yang lebih aman dan tidak berefek negatif terhadap kesehatan tubuh. Kitosan dapat berfungsi sebagai bahan pengawet karena mempunyai sifat anti bakteri [2;49].

  Sesuai SK Menkes RI No. 722 th 1988 tentang Bahan Tambahan Makanan, yang dimaksud bahan pengawet adalah bahan tambahan makanan yang mencegah atau menghambat fermentasi pengasaman atau peruraian lain terhadap makanan yang disebabkan oleh mikroorganisme. Menurut Food and Drugs Administration (FDA), keamanan suatu pengawet makanan harus mempertimbangkan jumlah yang mungkin dikonsumsi dalam produk makanan atau jumlah zat yang akan terbentuk dalam makanan dari penggunaan pengawet [3].

  Adapun beberapa hasil penelitian kitosan, dan aplikasinya dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 1.1 Penelitian – Penelitian Sebelumnya

  Referensi/Judul Hasil

  Mahatmanti, dkk., 2011/Sintesis kitosan dan 1.

  Kitosan dapat dimanfaatkan sebagai anti mikrobia ikan segar. pemanfaatannya sebagai anti mikrobia ikan 2.

  Hasil uji mikroba menunjukkan segar. [1] bahwa perlakuan dengan menggunakan larutan kitosan 1% pada ikan nila selama 10 jam

  4

  1

  1

  (A B ) yaitu sebesar 38.10 Sel/ mL adalah kondisi paling optimum. Swastawati, dkk., 2008/Pemanfaatan limbah 1.

  Kitosan mampu menghambat laju pertumbuhan bakteri sehingga kulit udang menjadi “edible coating” untuk dapat digunakan sebagai alternatif mengurangi pencemaran lingkungan. [4] pengawet alami pada ikan layang pindang.

  2. Pemanfaatan kulit udang menjadi “edible coating” kitosan bukan saja memberikan nilai tambah pada usaha pengolahan udang, akan tetapi juga dapat menanggulangi masalah pencemaran lingkungan yang ditimbulkan, terutama masalah bau yang dikeluarkan serta estetika lingkungan yang kurang bagus. Sedjati, dkk., 2007/Studi penggunaan 1.

  Larutan khitosan pada proses pengolahan ikan teri asin kering khitosan sebagai anti bakteri pada ikan teri terbukti berfungsi sebagai anti (stolephorus heterolobus) asin kering bakteri. selama penyimpanan suhu kamar. [5] 2.

  Konsentrasi khitosan yang efektif untuk menekan pertumbuhan bakteri secara signifikan pada ikan teri asin kering selama penyimpanan suhu kamar, yaitu 0,5%. Kusumaningsih, dkk., 2004/Pembuatan Hasil yang diperoleh dari penelitian yang telah dilakukan, diperoleh kitin Kitosan dari Kitin Cangkang Bekicot cangkang bekicot yang dapat (Achatina fulica). [24] digunakan sebagai bahan dasar pembuatan kitosan dengan kadar rendemen kitosan sebesar 6,95%. Alak, 2012/The Effect of Chitosan Prepared Penggunaan asam asetat dalam lapisan in Different Solvents on the Quality film kitosan lebih nyaman untuk Parameters of Brown Trout Fillets (Salmo pengawetan ikan, dibandingkan trutta fario ). [7] dengan asam laktat. Cangkang bekicot (Achatina fullica) mengandung zat kitin sekitar 70% - 80% sedangkan dalam udang terdapat kitin sebanyak 15% - 20% dan rajungan 20% - 30% [8].

  Adanya penemuan formalin sebagai bahan pengawet pada ikan menimbulkan citra yang buruk pada produk tersebut. Formalin ini selain digunakan sebagai bahan pengawet juga untuk menghindari adanya belatung. Formalin ini tentu akan merugikan konsumen karena berbahaya dan bersifat karsinogenik. Hal ini juga merugikan produsen yang tidak menggunakan formalin karena konsumen jadi enggan untuk membeli ikan. Kitosan sebagai bahan pengawet alami juga diketahui dapat menghindari adanya belatung dan lalat pada ikan [9].

  Oleh karena itu, peneliti memilih cangkang bekicot (Achatina fullica) mengandung zat kitin lebih tinggi, dan kitosan diharapkan mampu memberikan solusi bagi para pengolah ikan sehingga ikan yang mereka hasilkan akan lebih awet dan aman untuk dikonsumsi.

  1.2 PERUMUSAN MASALAH

  Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sejauh mana proses pengawetan ikan dengan pemanfaatan kitosan dari cangkang bekicot (Achatina fullica).

  1.3 TUJUAN PENELITIAN

  Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mengetahui kitosan sebagai alternatif pengawet yang alami sehingga tidak membahayakan bagi kesehatan serta tidak merusak kualitas produk.

  2. Mengetahui kondisi yang optimal pada konsentrasi kitosan dan waktu penyimpanan sebagai pengawet yang dapat memperpanjang masa simpan ikan segar.

3. Mengetahui bagaimana cara pemberian larutan kitosan terbaik sebagai pengawet yang dapat memperpanjang masa simpan ikan segar.

1.4 MANFAAT PENELITIAN

  Manfaat dari penelitian ini antara lain: 1. Memberikan pengetahuan mengenai pemanfaatan limbah cangkang bekicot menjadi bahan baku pembuatan kitosan dan aplikasinya dalam pengawetan ikan.

  2. Memperoleh informasi mengenai pengaruh konsentrasi kitosan khususnya terhadap proses pengawetan ikan.

  3. Memberikan informasi bagi industri pengekspor ikan yang ingin menggunakan kitosan sebagai pengawet.

  4. Memberikan alternatif pengawet yang lebih alami atau lebih aman bagi kesehatan.

1.5 RUANG LINGKUP PENELITIAN

  Penelitian ini akan dilaksanakan di Laboratorium Proses Industri Kimia, Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara, Medan. Penelitian ini direncanakan memiliki ruang lingkup dan batasan sebagai berikut:

  1. Persiapan sampel yaitu cangkang bekicot.

  2. Pembuatan Kitin.

  3. Deasetilasi kitin menjadi kitosan.

  4. Karakterisasi kitosan 5.

  Proses pengawetan ikan dengan kitosan [10] Reaksi dilangsungkan dengan memvariasikan beberapa variabel seperti berikut :

  Konsentrasi kitosan : 1%; 1,5%; 2% dan 2,5%

  • Waktu Penyimpanan : 10 jam, 15 jam, 20 jam dan 25 jam
  • Cara pemberian larutan pengawetan ikan : direndam dan disemprot
  • Jenis ikan yang diawetkan adalah ikan kembung (Rastrelliger sp) dan ikan lele
  • (Clarias batrachus).

  Analisis yang dilakukan pada kitosan adalah : 1.

  3. Analisa kadar abu Analisa uji FTIR 2.

  4. Derajat Deasetilasi Analisa kadar air

  Analisis yang dilakukan pada ikan adalah :

  Ana lisa pH, Organoleptik, dan TVB sebelum dan setelah pengawetan.

Dokumen yang terkait

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Trichuris trichiura - Perbandingan Efektivitas Dosis Tunggal Albendazole Selama 2 Dan 3 Hari Pada Infeksi Trichuris Trichiura Pada Anak SDN 102052 Tanjung Beringin, Kabupaten Serdang Bedagai

0 0 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Kerja 1. Definisi Kepuasan Kerja - Pengaruh Keadilan Organisasi Terhadap Kepuasan Kerja Pegawai Tetap Dan Honorer Pada PT. Adhi Karya (Persero) Tbk Divisi Konstruksi III Medan

0 0 13

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - Pengaruh Keadilan Organisasi Terhadap Kepuasan Kerja Pegawai Tetap Dan Honorer Pada PT. Adhi Karya (Persero) Tbk Divisi Konstruksi III Medan

0 0 10

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Defenisi - Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Pre-hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Kerasaan Kabupaten Simalungun Tahun 2014

0 0 17

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Soil-Transmitted Helminths - Hubungan Higiene Perorangan Anak Usia Sekolah Dengan Infeksi Cacing STH Pada Lingkungan Yang Tercemar Telur/Larva Cacing STH Di Desa Bagan Kuala Pemkab. Serdang Bedagai

0 0 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Soil-Transmitted Helminths (STH) - Hubungan Intensitas Infeksi Soil-Transmitted Helminths Dengan Status Gizi Dan Nilai Rapor Pada Anak: Studi Kasus SDN 102052 Bagan Kuala Kabupaten Serdang Bedagai

0 1 13

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kriptografi - Proteksi Sistem Manajemen Kartu Mifare untuk Perangkat Keamanan Sepeda Motor Menggunakan Algoritma AES

0 1 19

Pemanfaatan Kitosan Dari Cangkang Bekicot (Achatina Fulica) Sebagai Pengawet Ikan Kembung (Rastrelliger Sp) dan Ikan Lele (Clarias Batrachus)

0 0 29

Pemanfaatan Kitosan Dari Cangkang Bekicot (Achatina Fulica) Sebagai Pengawet Ikan Kembung (Rastrelliger Sp) dan Ikan Lele (Clarias Batrachus)

0 5 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Pemanfaatan Kitosan Dari Cangkang Bekicot (Achatina Fulica) Sebagai Pengawet Ikan Kembung (Rastrelliger Sp) dan Ikan Lele (Clarias Batrachus)

0 5 21