Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Motivasi dan Hasil Belajar IPA Melalui Pendekatan Discovery Learning Semester 2 Tahun Pelajaran 2017/2018

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

  Pada sub bab ini, penulis akan membahas berkaitan dengan teori dari variabel yang sudah ditentukan penulis sebelumnya. Adapun teori yang akan dibahas antara lain: teori variabel X yaitu Pendekatan Discovery Learning, teori variabel Y yaitu Motivasi Belajar dan Hasil Belajar. Dalam penulisannya, penulis menggunakan beberapa literatur ilmiah sebagai sumber referensi

2.1.1 Pengertian Hasil Belajar

2.1.1.1 Pengertian Belajar

  Belajar merupakan proses pada perkembangan hidup manusia. Dengan belajar manusia melakukan perubahan-perubahan kualitatif individu sehingga tingkah lakunya berkembang. Belajar adalah suatu proses, dan bukan suatu hasil. Oleh karena itu belajar berlangsung secara aktif dan integratif dengan menggunakan berbagai bentuk perbuatan untuk mencapai suatu tujuan. Belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku dari yang belum tahu menjadi tahu, yang belum paham menjadi paham. Belajar merupakan proses ke ahar yang lebih baik. Pengertian belajar dapat didefinisikan sebagai berikut: “belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya” (Slameto, 2010:2).

  Ciri-ciri perubahan tingkah laku dalam pengertian belajar adalah sebagai berikut: 1) Perubahan terjadi secara sadar 2) Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional 3) Perbahan dalam belajar bersifat positif dan aktif 4) Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara 5) Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah

  6) Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku. Slameto (2010:3-6) Belajar adalah syarat mutlak untuk menjadi pandai dalam segala hal, baik dalam bidang ilmu pengetahuan maupun keterampilan atau kecakapan. Belajar dilakukan dengan sengaja atau tidak, dengan dibantu atau tanpa bantuan orang lain. Belajar dilakukan oleh setiap orang, baik anak-anak, remaja, orang dewasa maupun orang tua, dan akan berlangsung seumur hidup, selagi hayat di kandung badan. Dari uraian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa belajar merupakan kegiatan penting yang harus dilakukan setiap orang secara maksimal untuk dapat menguasai atau memperoleh sesuatu.

2.1.1.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar

  Dalam kegiatan belajar, tentu ada berbagai faktor yang mempengaruhinya sehingga setiap individu memiliki intensitas belajar yang berbeda-beda. Menurut Slameto (2010: 54-72) ada beberapa faktor yang mempengaruhi belajar anak antara lain:

  1) Faktor-faktor Intern

a) Faktor jasmaniah meliputi faktor Kesehatan, faktor Cacat tubuh.

  b) Faktor psikologis meliputi faktor Intelegensi, Perhatian, Minat, Bakat, Motif, Kematangan, Kesiapan.

  c) Faktor Kelelahan meliputi, Kelelahan jasmani, kelelahan rohani (bersifat psikis).

  2) Faktor-faktor Ekstern

  a) Faktor keluarga, meliputi: cara orang tua mendidik, Relasi antar anggota keluarga, Suasana rumah, Keadaan ekonomi keluarga, Pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaan.

  b) Faktor sekolah, meliputi: metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar, dan tugas rumah.

  c) Faktor masyarakat, meliputi: kegiatan siswa dalam masyarakat, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat.

  Faktor yang mempengaruhi dalam belajar diklasifikasikan faktor intern dan ektern. Faktor intern ini sebenarnya menyangkut faktor-faktor fisiologis dan faktor psikologis. Tetapi relevan dengan persoalan reinforcement, maka tinjauan mengenai faktor-faktor intern ini akan dikhususkan pada faktor-faktor psikologis. Kehadiran faktor psikologis dalam belajar akan memberikan andil yang cukup penting. Faktor psikologis akan senantiasa memberikan landasan dan kemudahan dalam upaya belajar secara optimal. Jika faktor psikologis tidak berjalan dengan baik maka akan memperlambat proses belajar, bahkan dapat pula menambah kesulitan dalam mengajar. Faktor-faktor psikologis dalam belajar itu adalah sebagai berikut:

  1. Perhatian, maksudnya adalah pemusatan energi psikis yang tertuju kepada suatu objek pelajaran atau dapat dikatakan sebagai banyak sedikitnya yang menyertai aktivitas belajar.

  2. Pengamatan, adalah cara mengenal dunia riil, baik dirinya sendiri maupun lingkungan dengan segenap panca indera.

  3. Tanggapan, yang dimaksudkan adalah gambaran/bekas yang tinggal dalam ingatan setelah orang melakukan pengamatan.

  4. Fantasi, adalah sebagai kemampuan untuk membentuk tanggapan- tanggapan baru berdasarkan atas tanggapan yang ada.

  5. Ingatan, secara teoritis ingatan akan berfungsi : mencamkan atau menerima kesan dari luar, menyimpan dan memproduksi kesan.

  6. Berfikir, adalah aktifitas mental untuk dapat merumuskan pengertian, menyintesis dan menarik kesimpulan.

  7. Bakat, adalah salah satu kemampuan manusia untuk melakukan suatu kegiatan dan sudah ada sejak manusia itu ada.

  8. Motif dan motivasi. Sardiman (2011: 45-46) Dari uraian diatas berbagai faktor dalam belajar memberikan peran yang sangat penting, terutama adanya faktor psikologis yang dapat menjadi dasar serta memberikan kemudahan dalam upaya meningkatkan kegiatan belajar secara maksimal.

  2.1.1.3 Pengertian Hasil Belajar

  Pendidikan merupakan suatu proses di mana pengalaman dan informasi diperoleh sebagai hasil belajar, yang mencakup pengertian dan penyesuaian diri dari pihak peserta didik terhadap rangsangan yang diberikan kepadanya menuju ke arah pertumbuhan dan perkembangan Yamin (2016:2). Menurut Rosita (2010:244) mengemukakan bahwa “hasil belajar merupakan perubahan perilaku peserta didik yang diperoleh setelah mengikuti pembelajaran selama kurun wakt u tertentu yang relatif menetap”. Dari pengertian di atas, hasil belajar adalah perubahan tingkah laku siswa secara nyata setelah dilakukan proses belajar mengajar yang sesuai dengan tujuan pengajaran. Di sekolah hasil belajar ini dapat dilihat dari penguasaan siswa akan mata pelajaran yang ditempuhnya. Proses pengajaran yang optimal memungkinkan hasil belajar yang optimal pula. Semakin besar usaha untuk menciptakan kondisi proses pengajaran, semakin tinggi pula hasil dari pengajaran tersebut.

  2.1.1.4 Pengukuran Hasil Belajar

  Untuk mengukur hasil belajar siswa teknik yang digunakan dalam asesmen yaitu teknik tes dan non tes:

1. Teknik Tes

  Menurut Wardani Naniek Sulistya dkk, (2012:142), Tes adalah alat ukur indikator atau kompetensi tertentu untuk pemberian angka yang jelas dan spesifik, sehingga hasilnya relatif ajeg bila dilakukan dalam kondisi yang relatif sama. Ada beberapa jenis tes yaitu: a.

  Tes berdasarkan cara mengerjakannya yaitu: 1)

  Tes tertulis, jenis tes ini dilakukan secara tertulis dalam hal soal maupun jawaban. 2)

  Tes lisan, jenis tes ini dilakukan secara lisan atau tanya jawab antara guru dan siswa untuk mengetahui pemahaman siswa 3)

  Tes unjuk kerja, jenis tes ini siswa diharapkan untuk melakukan suatu kegiatan sebagai indikator pencapaian kompetensi yang berupa b. Tes berdasarkan jawabanya yaitu: 1)

  Tes esei, tes ini berupa uraian sehingga menuntut siswa untuk menuliskan gagasan yang telah dipelajarai. 2)

  Tes Jawaban Pendek, jenis tes ini siswa diminta untuk memberikan jawaban pendek yaitu melalui rangkaian kata-kata pendek. Maupun angka angka. 3)

  Tes Objektif, tes yang keseluruhan informasinya diperlukan untuk menjawab tes yang teleh tersedia.

  c. Jenis tes berdasarkan waktu penyelenggaraan menurut Wardani Naniek Sulistya dkk, (2012:143) yaitu:

  1) Tes formatif : tes ini dilakukan saat kegiatan pembelajaran berlangsung

  2) Tes sumatif: tes yang diselenggarakan untuk mengetahui hasil pengajaran secara keseluruhan (total)

  3) Pra tes dan post test, hasil pra tes digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa pada awal program pengajaran dan digunakan untuk menentukan sejauh mana kemajuan siswa, sedangkan post test, tes yang membandingkan hasil pra tes dengan hasil tes yang diselenggarakan di akhir program pengajaran.

2. Non Tes

  Menurut Wardani Naniek Sulistya dkk, (2012:73), teknik non tes berisi pertanyaan atau pernyataan yang tidak memiliki jawaban benar atau salah. Teknin non tes digunakan untuk menilai ranah afektif dan psikomotorik. Macam-macam teknik Non Tes adalah sebagai berikut:

  1) Unjuk Kerja adalah suatu penilaian atau pengukuran yang dilakukan melalui pengamatan aktivitas siswa dalam melakukan sesuatu berupa tingkah laku.

  2) Penugasan adalah penilaian yang berbentuk pemberian tugas yang harus selesai dalam waktu tertentu.

  3) Tugas individu adalah penelian yang berbentuk pemberian tugas kepada siswa secara individu.

  4) Tugas Kelompok , tugas ini diberikan untuk menilai kompetensi kerja kelompok

  5) Laporan adalh suatu penilaian yang berbentuk laporan atau tugas pekerjaan yang diberikan seperti laporan diskusi, laporan kerja praktik, laporan praktikum dan Laporan Pemantapan Praktik Kerja Lapangan (PPL).

  6) Responsasi atau ujian praktik adalah suatu penilaian yang dipakai untuk mata pelajaran yang ada kegiatan praktikumnya. Uji responsi dapat dilakukan pada awal praktik ataupun pada akhir praktik.

  7) Portofolio adalah penilaian berkelanjutan berdasarkan pada kumpulan informasi yang menunjukan perkembangan kemampuan siswa dalam suatu periode tertentu.

  Jadi hasil belajar adalah besarnya skor yang diperoleh siswa dari pengukuran tes dan non tes. Teknik tes yang digunakan untuk mengukur aspek kognitif (intelektual) dan teknik non tes digunakan untuk mengukur aspek afektif (sikap) dan psikomotorik (keterampilan).

  Salah satu prinsip penilaian pada kurikulum 2013 adalah menggunakan acuan kriteria, yakni menggunakan kriteria tertentu dalam menentukan kelulusan siswa. Penetapan kriteria minimal ketuntasan belajar merupakan tahapan awal pelaksanaan penilaian hasil belajar sebagai bagian dari langkah pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. KKM berfungsi untuk acuan bagi pendidik dalam menilai kompetensi siswa sesuai kompetensi dasar mata pelajaran yang diikuti.

  1) Sebagai acuan bagi siswa dalam menyampaikan diri mengikuti penilaian mata pelajaran

  2) Dapat digunakan sebagai bagian dari komponen dalam melakukan evaluasi program pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah.

  3) Sebagai kontrak pedagogik antara pendidik dengan siswa dan antara satuan pendidikan dengan masyarakat.

  4) Merupakan target satuan pendidikan dalam pencapaian kompetensi tiap

  Jadi hasil belajar adalah besarnya skor yang diperoleh melalui pengukuran dalam aspek kognitif, aspek afektif dan psikomotor yang dilakukan melalui teknik tes dan teknik non tes dan diukur menggunakan KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang telah ditetapkan sebelumnya.

  2.1.1.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

  Dalam proses belajar mengajar, keberhasilan dan kegagalan tidak dapat dilihat dari satu faktor saja tetapi perlu memandang dari berbagai segi atau faktor yang mempengaruhi. Menurut Purwanto (2007:112) faktor yang mempengaruhi hasil belajar dibeakan menjadi 2 golongan:

  1. Faktor internal terdiri dari faktor fisiologis dan psikologis. Dalam Faktor fisiologis meliputi kondisi fisik, kondisi panca indera. Sedangkan faktor psikologis meliputi bakat, minat, kecerdasan, motivasi, kemampuan kognitif.

  2. Faktor eksternal meliputi faktor lingkungan dan instrumental. Faktor lingkungan meliputi alam dan sosial sedangkan faktor instrumental yaitu kurikulum/bahan ajaran, guru, sarana dan fasilitas, dan administrasi.

  2.1.1.5 Ciri-Ciri Belajar yang Baik

  Menurut Sardiman (2009:49-51) pembelajaran dikatakan berhasil dengan baik didasarkan pada pengakuan bahwa belajar secara esensial merupakan proses yang bermakna, bukan sesuatu yang berlangsung secara mekanik belaka, tidak sekedar rutinisme. Adapun hasil pengajaran itu dikatakan betul-betul baik apabila memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1.

  Hasil itu tahan lama dan dapat digunakan dalam kehidupan oleh siswa.

  Kalau hasil belajar itu tidak tahan lama dan lekas menghilang, berarti hasil pengajaran itu tidak efektif.

  2. Hasil itu merupakan pengetahuan asli atau otentik. Hasil proses belajar mengajar itu seolah-olah sudah menjadi bagian kepribadian bagi setiap siswa, sehingga akan mempengaruhi pandangan dan cara mendekati suatu permasalahan. Jadi belajar bukanlah hanya sekedar kewajiban dan rutinitas yang dilakukan siswa akan tetapi belajar yang baik dan efisien adalah hasilnya bertahan lama dan bermanfaat bagi kehidupannya.

2.1.2 Pengertian Motivasi Belajar

  Motivasi memiliki peranan yang sangat penting dalam belajar. Karena kurangnya motivasi seseorang dalam belajar akan berdampak pada rendahnya keberhasilan belajar yang dicapai. Menurut Alisuf Sabri (2010:50), “motivasi adalah segala sesuatu yang menjadi pendorong tingkah laku yang mendorong seseorang untuk memenuhi segala kebutuhan”. Santrock (2009:199) menyatakn bahwa “motivasi melibatkan proses yang memberikan energi, mengarahkan dan memertahankan perilaku. Dengan demikian, perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang mengandung energy, memiliki arah, dan dapat dipertahankan”.

  Han ifan dan Suhana (2010:26) mendefinisikan “motivasi belajar sebagai kekuatan (power motivation), daya pendorong (driving force), atau alat pembangun kesediaan dan keinginan yang kuat dalam diri peserta didik unntuk belajar secara aktif, kreatif, inovatif, dan menyenangkan dalam rangka perubahan perilaku, baik dalam aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor.

  Motivasi adalah kekuatan, baik dari dalam maupun dari luar yang mendorong seseorang untuk mencapai tujuan tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya Satini (2015:33). Meningkatkan motivasi belajar siswa bukan hanya tanggung jawab guru. Namun berbagai pihak dituntut untuk berperan aktif dalam meningkatkan motivasi belajar siswa. Berbagai upaya yang bisa dilakukan oleh guru dalam meningkatkan motivasi belajar siswa, antara lain: pemberian bimbingan, tugas,latihan dan penggunaan media Tambolo (2015). Motivasi Belajar adalah proses yang memberi semangat belajar atau mendorong siswa untuk berbuat. Motivasi belajar adalah proses yang memberi semangat belajar, arah dan kegigihan perilaku. Artinya, perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang penuh energi, terarah dan bertahan lama.

  2.1.2.1 Pentingnya Motivasi Belajar

  Motivasi belajar berfungsi sebagai berikut:

  a) Motivasi sebagai pendorong perbuatan

  Motivasi muncul karena adanya suatu harapan atau keinginan. Jika siswa mempunyai keinginan untuk mencapai hasil belajar yang baik, maka siswa akan terdorong minatnya untuk belajar

  b) Motivasi sebagai penggerak perbuatan

  Motivasi dapat melahirkan sikap terhadap siswa berupa suatu kekuatan yang terbendung dan diwujudkan dalam bentuk gerakan psikofisik c)

  Motivasi sebagai pengarah perbuatan Seseorang yang memiliki motivasi dapat menyelesaikan mana perbuatan yang harus dilakukan dan mana berbuatan yang harus diabaikan, Menurut Djamarah (2011:156-158)

  2.1.2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar

  Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar diantaranya yaitu (1) Cita-cita siswa, cita-cita muncul karena adanya suatu keinginan untuk mencapai keberhasilan siswa. (2) Kemampuan siswa, kemampuan siswa dalam belajar akan memperkuat motivasi sisa dalam mencapai tujuan belajar. (3) Kondisi siswa, kondisi jasmani dan rohani mempengaruhi motivasi belajar. (4) Kondisi lingkungan siswa, lingkungan siswa dalam kondisi yang baik akan memperkuat motivasi belajar siswa. (5) Unsur-unsur dinamis dalam pembelajaran, lingkungan siswa banyak mengalami perubahan, lingkungan tersebut dapat mendinamiskan motivasi belajar siswa. dan yang (6) Upaya guru dalam membelajarkan siswa, guru adalah pendidik yag profesional berbagai upaya dilakukan guru untuk membangkitkan motivasi belajar siswa.

  2.1.2.3 Pengukuran Motivasi Belajar

  Tinggi rendahnya motivasi belajar siswa dapat diukur dengan mengamati indikator-indikator diantaranya: durasi belajar, sikap terhadap belajar, frekuensi dalam belajar, konsistensi dalam belajar, kegigihan dalam belajar, loyalitas dalam belajar, visi dalam belajar, achievment dalam belajar hal tersebut dikemukakan oleh Hanifah dan Suhana (2010:28). Berdasarkan indikator tersebut untuk mengukur tinggi rendahnya motivasi belajar siswa dapat dilakukan dengan banyak cara salah satu penilaian motivasi belajar da[at dilakukan dengan teknik non tes misalnya observasi da wawancara.

2.1.3 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam

  Pembelajarn IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja, dan bersikap ilmiah untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja, dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikan sebagai aspek penting kecakapan hidup. IIPA merupakan suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang alam Palupi (2017:116). IPA sangat berperan penting dalam proses pendidikan Maimunah (2013:1). Sains atau IPA pada dasarnya merupakan ilmu yang mempelajari tentang alam, gelaja alam, dan sebab akibat terjadinya gejala alam tersebut Wilujeng (2016:149). IPA tidak hanya bermuatan isi (content) yang memuat fakta, hukum, prinsip, dan teori tetapi juga proses (process) keilmuan, Karyatin (2016:43).

2.1.3.1 Tujuan pembelajaran IPA di sekolah dasar

  Beberapa tujuan dilakukan dalam pembelajaran IPA di sekolah yaitu untuk memperoleh keyakinan terhadap Tuhan YME karena telah menciptakan keindahan dan keteraturaan dalam ciptaam-Nya, kemudian untuk mengembangkan pengetahuan, rasa ingin tahu dan keterampilan dalam pembelajaran IPA, dan untuk meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

2.2 Pembelajaran Tematik

  Menurut kunandar (2007:311) “Tema merupakan alat atau wadah untuk mengedepankan berbagai konsep kepada anak didik secara utuh. Dalam pembelajaran, tema diberikan dengan maksud untuk menyatukan isi kurikulum dalam satu kesatuan yang utuh, memperkaya perbendaharaan bahasa siswa dan membuat pembelajaran yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman yang bermakna kep ada siswa”. Menurut Suryobroto

  (2009) “pembelajaran tematik adalah suatu usaha untuk mengintegrasikan kreatif dengan menggunakan tema. Pembelajaran tematik diuayakan untuk memperbaiki kualitas pendidikan siswa dengan melibatkan siswa dalam kegiatan belajar berdasarkan tema”. Sutirjo dan Istuti Mamik mengemukakan bahwa dalam menerapkan dan melaksanakan pembelajaran tematik, ada beberapa prinsip dasar yang perlu diperhatikan yaitu: (1) bersifat kontekstual atau terintegrasi dengan lingkungan, (2) bentuk belajar dirancang agar siswa menemukan tema, dan(3) efisiensi.

  Tabel 2.1

Pembelajaran Tematik Kelas 4 semester 2 Tema 7

Indahnya Keragaman di Negeriku

  Tema Subtema Tema 7 Indahnya Keragaman di Negeriku

  Subtema 1 Keragaman Suku Bangsa dan Agama di Negeriku Subtema 2 Indahnya Keragaman Budaya Negeriku Subtema 3 Indahnya Persatuan dan Kesatuan Negeriku

  Sumber: Buku Guru Kelas IV Tema 7 Indahnya Keragaman di Negeriku

Tabel 2.2 Pemetaan Kompetensi Inti dan Kompetensi dasar Tema 7 Indahnya

  Keragaman di NegerikuSubtema 1 Keragaman Suku Bangsa dan Agama di Negeriku Pembelajaran 1 kelas IV Semester 2 Kompetensi Inti Kompetensi Dasar Bahasa Indonesia

  IPA

  3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, di sekolah dan tempat bermain.

  3.7 Menggali pengetahuan baru yang terdapat pada

teks.

  3.3 Mengidentifikas macam-macam gaya,antara lain: gaya otot, gaya listrik, gaya magnet, gaya gravitasi, dan gaya gesekan.

  4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, sistematis dan logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan perilaku anak bermain dan berakhlak mulia

  4.7 Menyampaikan pengetahuan baru dari teks nonfiksi kedalam tulisan dengan bahasa

sendiri.

  4.3 Mendemonstrasikan manfaat gaya dalam kehidupan sehari-hari, misalnya gaya otot, gaya listrik, gaya magnet, gaya gravitasi, dan gaya gesekan

  Sumber: Buku Guru Kelas IV edisi 2017 Tema 7 Indahnya Keragaman di Negeriku

2.3 Pendekatan Discovery Learning

2.3.1 Pengertian Discovery Learning

  Penemuan (discovery) merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan pandangan konstruktivisme. Menurut Kurniasih & Sani (2014 : 64)

  “Discovery Learning didefinisikan sebagai proses pembelajaran yang terjadi bila materi pembelajaran tidak disajikan dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan siswa mengorganisasi sendiri

  ”. Menurut Hosnan (2014 : 282) “Discovery Learning adalah suatu model untuk mengembangkan cara belajar aktif dengan menemukan sendiri, menyelidiki sendiri, maka hasil yang diperoleh akan setia dan tahan lama dalam ingatan. Melalui belajar penemuan, siswa juga bisa belajar berpikir analisis dan mencoba memecahkan sendiri masalah yang dihadapi

  ”. Sardiman (2013 : 4) mengungkapkan bahwa dalam mengaplikasikan model Discovery Learning guru berperan sebagai pembimbing dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar secara aktif, guru harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan. Dalam buku Panduan Teknis Pembelajaran dan Penlaian di Sekolah Dasar(2016:58) menjelaskan bahwa pembelajaran discovery adalah proses pembellajaran yang terjadi bila siswa tidak disajikan materi ajar dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan mengorganisasi sendiri. Menurut Wilcolx (dalam Jamil, 2012:241) menyatakan bahwa dalam pembelajaran penemuan, siswa didiorong untuk belajar aktif melalui keterlibatan aktif mereka sendiri dengan konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan guru mendorong siswa untuk memiliki pengalaman dan melakukan percobaan yang memungkingkan mereka menemukan prinsip-prinsip untuk diri mereka sendiri. Discovery dilakukan memalui observasi, klarifikasi, pengukuran, prediksi penentuan, dan inferi.

  

Discovery Learning mengacu pada pembelajaran yang terjadi ketika siswa

  terlibat dalam pengalaman dan eksperimen, dimana mereka mendapatkan pengetahuan dan konsepnya sendiri, Puspitadewi (2016:115). Azhari (2015:15) berpendapat bahwa pendekatan Discovery learning di gunakan untuk mengajar dan mengatur pengajaran sedemikian rupa sehingga anak memperoleh pengetahuan yang sebelumnya belum diketahui, sebagian atau seluruhnya ditemukan sendiri, Azhari (2015:15). Berdasarkan pendapat diatas pendekatan Discovery Learning adalah suatu proses pembelajaran yang penyampaian materinya disajikan secara tidak lengkap atau belum dalam bentuk final dari situ siswa dituntut untuk terlibat secara aktif dalam menemukan sendiri suatu konsep ataupun prinsip yang belum diketahuinya, dan ketika siswa menyelidiki dan menemukan sendiri suatu konsep atau prinsip maka hasil yang diperoleh akan bertahan lama dalam ingatannya, dalam pendekatan Discovery Learning guru hanya berperan sebagai pembimbing dan pemberi arahan kepada siswa agar kegiatan pembelajaran sesuai dengan tujuan pembelajaran.

2.3.2 Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Discovery Learning 1. Kelebihan Pendekatan Discovery Learning

   Pemilihan pendekatan pembelajaran yang akan digunakan dalam

  pembelajaran harus diiringi dengan suatu pertimbangan untuk mendapatkan suatu kebaikan ataupun kelebihan..

  Kurniasih & Sani (2014: 66-67), mengemukakan beberapa kelebihan dari model Discovery Learning, yaitu sebagai berikut: a)

  Menimbulkan rasa senang pada siswa, karena tumbuhnya rasa menyelidiki dan berhasil.

  b) Memunculkan konsep awal dan menumbuhkan ide-ide bagi siswa

  c) Mendorong siswa berpikir dan bekerja atas inisiatif sendiri.

  d) Siswa belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis sumber belajar.

2. Kekurangan Pendekatan Discovery Learning

  Hosnan (2014 : 288-289) mengemukakan beberapa kekurangan dari model discovery learning yaitu: a. menyita banyak waktu karena guru dituntut mengubah kebiasaan mengajar yang umumnya sebagai pemberi informasi menjadi fasilitator, motivator, dan pembimbing, b. kemampuan berpikir rasional siswa ada yang masih terbatas, dan c. tidak semua siswa dapat mengikuti pelajaran dengan cara ini. Setiap model pembelajaran pasti memiliki kekurangan, namun kekurangan tersebut dapat diminimalisir agar berjalan secara optimal.

  Pendekatan Discovery Learning dapat dikatakan pendekatan yang dapat melatih siswa belajar secara mandiri, melatih kemampuan bernalar siswa, serta melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan pembelajaran untuk menemukan sendiri dan memecahkan masalah tanpa bantuan orang lain. Pendekatan

  

Discovery Learning juga memiliki kelemahan seperti membutuhkan banyak

  waktu, namun dari kelemahan tersebut dapat diminimalisir dengan merencanakan kegiatan pembelajaran secara terstruktur, memfasilitasi siswa dalam kegiatan penemuan, serta mengonstruksi pengetahuan awal siswa agar pembelajaran dapat berjalan optimal.

2.3.3 Langkah-langkah Pembelajaran Pendekatan Discovery Learning

Tabel 2.3 Langkah-langkah Discovery Learning

  No Langkah-langkah Deskripsi

Stimulation (pemberian Pengkajian lembar informasi misalnya

  1 rangsangan) : membaca, mengamati foto, gambar, video Problem Statmen Mengidentifikasi dan merumuuskan masalah

  2 (identifikasi masalah) dan menentukan hipotesis Mengumpulkan data melalui berbagai sumber Data Collection

  

3 untuk menemukan jawaban dari permasalahan

(pengumpulan data) yang sudah dirumuskan Pengolahan data yang diperoleh kemudian

  Data Processing (pengokahan 4 diadakan penafsiran dan diskusi untuk data) menjawab hipotesis

  Mengadakan telaah ulang terhadap hasil

  

5 Verification (pembuktian) penafsiran dan hasil diskusi untuk memperolah

jawaban yang tepat dan benar tehadap hipotesis Generalization (menarik

  6 Menyimpulkan dan mengkomuinkasikan kesimpulan)

2.4. Hasil Penelitian yang Relevan

  Berikut ini hasil penelitian yang relevan dengan penelitian tindakan kelas dalam skripsi ini. Penelitian yang dilakukan Istiqomah (2014) dalam skripsinya pada Kelas IV SD Negeri 02 Tulung Balak Kabupaten Lampung Timur”. Dari hasil penelitiannya diperoleh kesimpulan bahwa penerapan model Discovery Learning dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar tematik pada ranah afektif, psikomotor, dan kognitif.

  P enelitian yang dilakukan dengan judul “Upaya Peningkatan hail belajar

  IPA dengan Pendekatan Pembelajaran Penemuan (Discovery) bagi siswa kelas

  VI SDN Tambahmulyo 02 Kecamatan Gabus Kabupaten Pati semester 1 Tahun

  Pelajaran 2011/2012” oleh Siti Ariyani (2010) hasilnya adalah pada pembelajaran sebelum siklus ketuntasan belajar 67.57%. Pada siklus I meningkat menjadi 78, 38%. Sedangkan pada akhir siklus II meningkat menjadi 89,19%. Kelebihan dari penelitian ini adalah peningkatan yang signifikan pada peningkatan hasil belajar siswa menjadi 89,19%.

  Penelitian yang dilakukan dengan judul “Penggunaan Media gambar Dalam Penerapan Pendekatan Discovery Untuk meningkatkan Hasil Belajar IPA Pada Siswa kelas III SD Negeri 3 Purwodadi Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grob okan Semester I Tahun Pelajaran 2011/2012” oleh Dwijaya Putry Iriany (2010) hasilnya adalah pada pembelajaran sebelum siklus ketuntasan belajar 52%. Pada siklus I meningkat menjadi 74%. Sedangkan pada akhir siklus II meningkat menjadi 89%. Kelebihan dari penelitian ini adalah peningkatan yang signifikan pada peningkatan hasil belajar siswa menjadi 81% pada akhir siklus

  II, sedangkan kekurangannya adalah pada siklus I guru tidak membantu siswa dalam melakukan penemuan dan juga masih banyak siswa yang ramai sendiri dalam mengikuti kegiatan belajar menganjar.

  Penelitian yang dilakukan dengan judul “ Peningkatan Hasil Belajar IPA melalui Siswa kelas V pada Mata Pelajaran IPA dengan Pendekatan Discovery

  

Learning di SDN Tingkit Tengah 02 Salatiga Semester II Tahun Pelajaran

  2011/2012” oleh Yohanes Andri Kristiawan (2012) hasilnya adalah pada pembelajaran sebelum siklus ketuntasan belajar 58,97%. Pada siklus I meningkat menjadi 76,92%. Sedangkan pada akhir siklus II meningkat menjadi 94,87%. Kelebihan dari penelitian ini adalah peningkatan yang signifikan pada hasil adalah pada proses pembelajaran guru masih belum sepenuhnya mengelola kelas dengan baik.

  Penelitian diatas menunjukkan bahwa pembelajarn Discovery Learning terbukti mempengaruhi dan meningkatkan hasil belajar peserta didik, karena aktivitas pembelajaran semula berpusat pada guru, menjadi lebih berpusat kepada siswa, setelah menggunakan pendekatan Discovery Learning yang terjadi multiarah antara siswa dengan guru. Berdasarkan penelitian di atas, penulis melakukan penelitian dengan menerapkan pendekatan Discovery Learning. Penelitian ini memiliki tujuan yang sama dengan penelitian yang dilakukan penulis diatas yaitu untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Namun sedikit berbeda dengan penelitian diatas, penulis menambahkan satu variabel yaitu motivasi belajar. Selain terbukti dapat meningkatkan hasil belajar siswa, pendekatan Discovery Learning juga diduga dapat dapat membantu siswa untuk terbiasa aktif, meningkatkan pemahaman siswa dan memotivasi siswa dalam proses pembelajaran agar hasil belajar siswa meningkat. Dan dapat menjadi alternatif bagi guru dalam melaksanakan proses mengajar, dapat memberikan pengalaman pada guru dalam merancang pembelajaran menggunaan pendekatan pembelajaran Discovery Learning. Dengan peneletian ini dapat dijadikan alternatif bagi guru dalam melaksanakan proses mengajar, sehingga menambah pengalaman pada guru dalam merancang pembelajaran menggunaan pendekatan pembelajaran Discovery Learning. Melalaui penelitian pendekatan pembelajaran

  

Discovery Learning diharapkan dapat menjadi sebuah referensi bagi sekolah

  sebagai bahan dalam pemilihan pendekatan pembelajaran yang tepat untuk diterapkan pada proses pembelajaran khususnya di Kelas IV dan umumnya pada kelas-kelas lain.

2.5 Kerangka Pikir

  Kegiatan pembelajaran dapat berhasil jika dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain pendekatan pembelajaran. Pada kenyataanya dalam kegiatan pembelajaran masih banyak guru yang mengajar dengan cara konvensional (ceramah). Pembelajaran yang berlangsung di kelas adalah pembelajaran yang berpusat pada guru. Guru belum mendesain pembelajaran dengan baik dan siswa merasa bosan dan tidak ada ketertarikan untuk belajar. Guru tidak memberi kesempatan siswa untuk menunjukan kemampuan siswa. Keadaan ini akan diperbaiki dengan melibatkan siswa dalam pembelajaran agar hasil belajar siswa meningkat dengan memperbaiki pembelajaran menggunakan pendekatan

  

Discovery Learning . Pendekatan Discovery Learning merupakan suatu proses

  pembelajaran yang penyampaian materinya disajikan secara tidak lengkap dan menuntut siswa terlibat secara aktif untuk menemukan sendiri suatu konsep ataupun prinsip yang belum diketahuinya. Pendektan Discovery Learning mempunyai langkah-langkah antara lain menerima stimulus, menyimak tujuan pembelajaran dan tugas kelompok, membentuk kelompok yang terdiri dari 3 orang, setiap kelompok mendapat tugas tentang gaya, merumuskan masalah tentang gaya, melakukan investigasi terhadap gaya, mengolah data dari hasil pengumpulan data, membutikan dari hasil pengolahan data yang diperoleh, menarik kesimpulan, menyampaikan laporan akhir dari hasil sidkusi yang diperoleh, mempresentasikan laporan, kelompok lain memberi tanggapan terhadap hasil pembahasannya, membuat kesimpulan, mengerjakan evaluasi. Dalam kegiatan pemebelajaran siswa lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran dan guru hanya berperan sebagai fasilitator dalam membimbing siswa untuk melakukan percobaan. Pengukuran hasil belajar menggunakan pendekatan

  

Discovery Learning meliputi penilaian skor proses dan skor hasil belajar. Pada

  penilaian proses menggunakan teknik non tes, sedangkan untuk mengetahui hasil belajarnya dapat dilihat melalui aspek kognitif menggunakan teknik tes.

2.6 Hipotesis Tindakan

  Menurut Toha Anggoro (2007:127), hipotesis dapat diartikan sebagai rumusan jawaban sementara atau dugaan sehingga untuk membuktikan benar tidaknya dugaan tersebut perlu diuji terlebih dahulu.

  Berdasarkan latar belakan masalah, maka penulis dapat merumuskan hipotesis tindakan kelas ini sebagai berikut: 1)

  Pendekatan Discovery Learning diduga dapat meningkatkan motivasi belajar IPA tema 7 subtema 1 siswa kelas 4 SDN 2 Getas 2)

  Pendekatan Discovery Learning diduga dapat meningkatkan hasil belajar

  IPA tema 7 subtema 1 siswa kelas 4 SDN 2 Getas

Dokumen yang terkait

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN INTERAKTIF MENGGUNAKAN SOFTWARE ADOBE FLASH MATERI BUMI DAN ALAM SEMESTA KELAS III SDN KUTOWINANGUN 01 DAN 11 SALATIGA TUGAS AKHIR - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Media Pembelaja

0 0 14

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Media Pembelajaran Interaktif Menggunakan Software Adobe Flash Materi Bumi dan Alam Semesta Kelas III SDN Kutowinangun 01 dan 11 Salatiga

0 0 88

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Siswa Kelas 4 SDN 1 Tegalrejo Semester 2 Tahun 2017/2018

0 0 15

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Motivasi dan Hasil Belajar Matematika Menggunakan Model Problem Based Learning (PBL) Berbantuan Permainan Ular Tangga pada Siswa Kelas IV SDN

0 1 7

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Motivasi dan Hasil Belajar Matematika Menggunakan Model Problem Based Learning (PBL) Berbantuan Permainan Ular Tangga pada Siswa Kelas IV SDN 2 Jumo Kecamatan Kedungjati Kabupaten G

0 0 22

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Motivasi dan Hasil Belajar Matematika Menggunakan Model Problem Based Learning (PBL) Berbantuan Permainan Ular Tangga pada Siswa Kelas IV SDN 2 Jumo Kecamatan Kedungjati Kabupaten G

0 0 22

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Motivasi dan Hasil Belajar Matematika Menggunakan Model Problem Based Learning (PBL) Berbantuan Permainan Ular Tangga pada Siswa Kelas IV SDN 2 Jumo Kecamatan Kedungjati Kabupaten G

0 0 70

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Motivasi dan Hasil Belajar Matematika Menggunakan Model Problem Based Learning (PBL) Berbantuan Permainan Ular Tangga pada Siswa Kelas IV SDN 2 Jumo Kecamatan Kedungjati Kabupaten G

0 3 20

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Motivasi dan Hasil Belajar Matematika Menggunakan Model Problem Based Learning (PBL) Berbantuan Permainan Ular Tangga pada Siswa Kelas IV SDN 2 Jumo Kecamatan Kedungjati Kabupaten G

0 9 101

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Motivasi dan Hasil Belajar IPA Melalui Pendekatan Discovery Learning Semester 2 Tahun Pelajaran 2017/2018

0 2 7