Pendidikan Nilai dalam Multiple Intellig

Pendidikan Nilai dalam Multiple Intelligence Pada Anak Usia Dini
Sebagai Upaya Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

Widyat Nurcahyo
Universitas Tama Jagakarsa, Jakarta
[email protected]

ABSTRACT
This study tried to solve the thorny problem of the Indonesian nation which is corruption. The
researcher try to find the root causes of corruption and relate them to the moral maturity of the
perpetrators. Then provide solutions through educational value associated with the multiple
intelligence in early childhood education.
Kata Kunci : korupsi, pendidikan usia dini, multiple intelligence

PENDAHULUAN
Cari uang yang haram saja susah, apalagi yang halal. Ungkapan bernada pragmatis ini
populer sebagai pembenaran bagi sebagian masyarakat untuk melakukan korupsi.
Tapi, apakah korupsi itu? Istilah korupsi bisa dinyatakan sebagai perbuatan tidak jujur
atau penyelewengan yang dilakukan karena adanya suatu pemberian. Sedangkan dalam kamus
Webster diartikan sebagai perubahan kondisi dari yang baik menjadi tidak baik.
Di Indonesia, masalah penanggulangan korupsi sudah lama diupayakan. Pada tahun 1957

dibuat Peraturan Penguasa Militer-Angkatan Darat dan Laut RI- Nomor: PRT/PM/06/1957 yang
mencantumkan istilah korupsi secara yuridis. Pada masa itu, korupsi dianggap sebagai penyakit
masyarakat yang menggerogoti kesejahteraan dan menghambat pelaksanaan pembangunan,
merugikan perekonomian, dan mengabaikan moral. Peraturan dibuat karena Kitab Undang-undang
Hukum Pidana (KUHP) saat itu tidak mampu menanggulangi meluasnya korupsi. Peraturan
tersebut dapat dikatakan sebagai upaya awal pemerintah dalam menanggulangi korupsi sebelum
Undang-undang Nomor 3 tahun 1971 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dikeluarkan.
Namun, dalam perjalanannya, korupsi semakin bertambah parah dan berkembang luas.
Berbagai kalangan dalam dan luar negeri sudah mengemukakan pendapat mereka tentang
korupsi di Indonesia. Ada pendapat yang mengatakan bahwa korupsi di Indonesia sudah menjadi
sistem yang menyatu dengan penyelenggaraan pemerintahan negara. Disebutkan bahwa daya tahan
struktur pemerintahan sangat bergantung pada kelancaran penyaluran dana kepada unsur-unsur
pemerintahan yang di dalamnya banyak mengandung unsur-unsur korupsi. Bila korupsi diberantas,
maka akan merusak arus penyaluran dana itu dan pemerintahan akan hancur.
Dibandingkan dengan kondisi di berbagai negara lainnya, Indonesia tergolong pada
negara dengan tingkat korupsi yang sangat parah. Ini adalah hasil survei yang dilakukan oleh
berbagai lembaga atau organisasi di luar negeri, baik swasta ataupun pemerintah. Terlepas dari
berbagai parameter yang mungkin bisa diperdebatkan, hasil tersebut harus diakui sebagai
kenyataan yang tidak terbantahkan.
Lalu, mengapa fenomena korupsi di Indonesia menjadi semakin parah dan bagaimana

upaya-upaya yang harus dilakukan untuk menanggulanginya?

Halaman 1

Tujuan Pembahasan
Penelitian ini mencoba mengurai beragam jenis korupsi dan menelusuri akar
penyebabnya, kemudian mencari dan memberikan solusi yang dapat menuntaskan masalah korupsi
di Indonesia.
Ruang Lingkup Pembahasan
Dalam penelitian ini akan dibahas jenis-jenis korupsi menurut UU No. 31 Tahun 1999 jo.
UU No. 20 Tahun 2001, menelusuri akar penyebab korupsi berdasarkan etika dan wawasan
berbudi luhur, dan memberikan alternatif penyelesaian masalahnya berupa pendidikan nilai pada
usia dini.
Metode Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian kepustakaan.
Hipotesis
Korupsi hanya dapat diberantas dengan memberikan pendidikan nilai kepada generasi
muda sejak dini.

PEMBAHASAN

Jenis-jenis korupsi
Pada tahun 2005, menurut data Pacific Economic and Risk Consultancy, Indonesia
menempati urutan pertama sebagai negara terkorup di Asia. Jika dilihat dalam kenyataan
sehari-hari korupsi hampir terjadi di setiap tingkatan dan aspek kehidupan masyarakat. Mulai dari
mengurus Ijin Mendirikan Bangunan, proyek pengadaan di instansi pemerintah sampai proses
penegakan hukum.
Tanpa disadari, korupsi muncul dari kebiasaan yang dianggap lumrah dan wajar oleh
masyarakat umum. Seperti memberi hadiah kepada pejabat/pegawai negeri atau keluarganya
sebagai imbal jasa sebuah pelayanan. Kebiasaan itu dipandang lumrah dilakukan sebagai bagian
dari budaya ketimuran. Kebiasaan koruptif ini lama-lama akan menjadi bibit-bibit korupsi yang
nyata.
Kebiasaan berperilaku koruptif yang terus berlangsung di kalangan masyarakat salah
satunya disebabkan masih sangat kurangnya pemahaman mereka terhadap pengertian korupsi.
Selama ini, kosa kata korupsi sudah populer di Indonesia. Hampir semua orang pernah mendengar
kata korupsi. Dari mulai rakyat di pedalaman, mahasiswa, pegawai negeri, orang swasta, aparat
penegak hukum sampai pejabat negara. Namun jika ditanyakan kepada mereka apa itu korupsi,
jenis perbuatan apa saja yang bisa dikategorikan sebagai tindak pidana korupsi? Hampir dipastikan
sangat sedikit yang dapat menjawab secara benar tentang bentuk/jenis korupsi sebagaimana
dimaksud oleh undang-undang.
Pengertian korupsi sebenarnya telah dimuat secara tegas di dalam Undang-Undang

Nomor 3 Tahun 1971 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Sebagian besar pengertian
korupsi di dalam undang-undang tersebut dirujuk dari Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
(KUHP) yang lahir sebelum negara ini merdeka. Namun, sampai dengan saat ini pemahaman
masyarakat terhadap pengertian korupsi masih sangat kurang.
Menjadi lebih memahami pengertian korupsi juga bukan sesuatu hal yang mudah.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 jo. Undang-Undang Nomor 20 tahun 2001
tentang Pemberantasan Tindak Korupsi, kebiasaan berperilaku koruptif yang selama ini dianggap
sebagai hal yang wajar dan lumrah dapat dinyatakan sebagai tindak pidana korupsi. Seperti
gratifikasi (pemberian hadiah) kepada penyelenggara negara dan berhubungan dengan jabatannya,
jika tidak dilaporkan ke KPK dapat menjadi salah satu bentuk tindak pidana korupsi.

Halaman 2

Mengetahui bentuk/jenis perbuatan yang bisa dikategorikan sebagai korupsi adalah upaya
dini untuk mencegah agar seseorang tidak melakukan korupsi.
Menurut perspektif hukum, definisi korupsi secara gamblang telah dijelaskan dalam 13
buah Pasal dalam UU No. 31 Tahun 1999 jo. UU No. 20 Tahun 2001.
Berdasarkan pasal-pasal tersebut, korupsi dirumuskan ke dalam tiga puluh bentuk/jenis
tindak pidana korupsi. Pasal-pasal tersebut menerangkan secara terperinci mengenai perbuatan
yang bisa dikenakan pidana penjara karena korupsi.

Ketigapuluh bentuk/jenis tindak pidana korupsi tersebut pada dasarnya dapat
dikelompokkan sebagai berikut:
1. Kerugian keuangan negara:
- Pasal 2
- Pasal 3
2. Suap-menyuap:
- Pasal 5 ayat (1) huruf a
- Pasal 5 ayat (1) huruf b
- Pasal 13
- Pasal 5 ayat (2)
- Pasal 12 huruf a
- Pasal 12 huruf b
- Pasal 11
- Pasal 6 ayat (1) huruf a
- Pasal 6 ayat (1) huruf b
- Pasal 6 ayat (2)
- Pasal 12 huruf c
- Pasal 12 huruf d
3. Penggelapan dalam jabatan:
- Pasal 8

- Pasal 9
- Pasal 10 huruf a
- Pasal 10 huruf b
- Pasal 10 huruf c
4. Pemerasan:
- Pasal 12 huruf e
- Pasal 12 huruf g
- Pasal 12 huruf h
5. Perbuatan curang:
- Pasal 7 ayat (1) huruf a
- Pasal 7 ayat (1) huruf b
- Pasal 7 ayat (1) huruf c
- Pasal 7 ayat (1) huruf d
- Pasal 7 ayat (2)
- Pasal 12 huruf h
6. Benturan kepentingan dalam pengadaan:
- Pasal 12 huruf i
7. Gratifikasi:
- Pasal 12 B jo. Pasal 12 C
Selain definisi tindak pidana korupsi yang sudah dijelaskan di atas, masih ada tindak

pidana lain yang berkaitan dengan tindak pidana korupsi. Jenis tindak pidana lain itu tertuang pada
Pasal 21, 22, 23, dan 24 Bab III UU No. 31 Tahun 1999 jo. UU No. 20 Tahun 2001 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
Jenis tindak pidana lain yang berkaitan dengan tindak pidana korupsi terdiri atas:
1. Merintangi proses pemeriksaan perkara korupsi:
- Pasal 21

Halaman 3

2. Tidak memberi keterangan atau memberi keterangan yang tidak benar:
- Pasal 22 jo. Pasal 28
3. Bank yang tidak memberikan keterangan rekening tersangka:
- Pasal 22 jo. Pasal 29
4. Saksi atau ahli yang tidak memberi keterangan atau memberi keterangan palsu:
- Pasal 22 jo. Pasal 35
5. Orang yang memegang rahasia jabatan tidak memberikan keterangan atau memberi keterangan
palsu:
- Pasal 22 jo. Pasal 36
6. Saksi yang membuka identitas pelapor:
- Pasal 24 jo. Pasal 31

Mari kita melihatnya satu persatu.
1. Terkait dengan kerugian negara, termasuk di dalamnya:

melawan hukum untuk memperkaya diri dan dapat merugikan keuangan negara.

menyalahgunakan kewenangan untuk menguntungkan diri dan dapat merugikan
keuangan negara.

2. Terkait dengan suap menyuap, termasuk di dalamnya:

memberi atau menjanjikan sesuatu kepada pegawai negeri atau penyelenggara
negara dengan maksud supaya pegawai negeri atau penyelenggara negara tersebut
berbuat atau tidak berbuat sesuatu dalam jabatannya, yang bertentangan dengan
kewajibannya

memberi sesuatu kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara karena atau
berhubungan dengan sesuatu yang bertentangan dengan kewajiban, dilakukan atau
tidak dilakukan dalam jabatannya

memberi hadiah kepada pegawai negeri karena jabatannya


pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima hadiah atau janji,
padahal diketahui atau patut diduga bahwa hadiah atau janji tersebut diberikan untuk
menggerakkan agar melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam jabatannya, yang
bertentangan dengan kewajibannya

pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima hadiah, padahal
diketahui atau patut diduga bahwa hadiah tersebut diberikan sebagai akibat atau
disebabkan karena telah melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam jabatannya
yang bertentangan dengan kewajibannya

pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima hadiah atau janji
padahal diketahui atau patut diduga, bahwa hadiah atau janji tersebut diberikan karena
kekuasaan atau kewenangan yang berhubungan dengan jabatannya, atau yang menurut
pikiran orang yang memberikan hadiah atau janji tersebut ada hubungan dengan
jabatannya.

memberi atau menjanjikan sesuatu kepada hakim dengan maksud untuk
mempengaruhi putusan perkara yang diserahkan kepadanya untuk diadili


memberi atau menjanjikan sesuatu kepada seseorang yang menurut ketentuan
peraturan perundang-undangan ditentukan menjadi advokat untuk menghadiri sidang
pengadilan dengan maksud untuk mempengaruhi nasihat atau pendapat yang akan
diberikan berhubung dengan perkara yang diserahkan kepada pengadilan untuk diadili

hakim & advokat menerima suap sebagaimana disebutkan sebelumnya
3. Terkait dengan penggelapan dalam jabatan, termasuk didalamnya:

dengan sengaja menggelapkan uang atau surat berharga yang disimpan karena
jabatannya, atau membiarkan uang atau surat berharga tersebut diambil atau
digelapkan oleh orang lain, atau membantu dalam melakukan perbuatan tersebut

Halaman 4


dengan sengaja memalsu buku-buku atau daftar-daftar yang khusus untuk
pemeriksaan administrasi

dengan sengaja menggelapkan, menghancurkan, merusakkan, atau membuat
tidak dapat dipakai barang, akta, surat, atau daftar yang digunakan untuk meyakinkan

atau membuktikan di muka pejabat yang berwenang, yang dikuasai karena jabatannya;
atau membiarkan orang lain melakukannya; atau membantu orang lain melakukannya.
4. Terkait dengan perbuatan pemerasan, termasuk di dalamnya:

pegawai negeri atau penyelenggara negara yang dengan maksud menguntungkan
diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum, atau dengan menyalahgunakan
kekuasaannya memaksa seseorang memberikan sesuatu, membayar, atau menerima
pembayaran dengan potongan, atau untuk mengerjakan sesuatu bagi dirinya sendiri

pegawai negeri atau penyelenggara negara yang pada waktu menjalankan tugas,
meminta atau menerima pekerjaan, atau penyerahan barang, seolah-olah merupakan
utang kepada dirinya, padahal diketahui bahwa hal tersebut bukan merupakan utang

pegawai negeri atau penyelenggara negara yang pada waktu menjalankan tugas,
meminta, menerima, atau memotong pembayaran kepada pegawai negeri atau
penyelenggara negara yang lain atau kepada kas umum, seolah-olah pegawai negeri
atau penyelenggara negara yang lain atau kas umum tersebut mempunyai utang
kepadanya, padahal diketahui bahwa hal tersebut bukan merupakan utang.
5. Terkait dengan perbuatan curang, termasuk di dalamnya:

pemborong, ahli bangunan yang pada waktu membuat bangunan, atau penjual
bahan bangunan yang pada waktu menyerahkan bahan bangunan, melakukan
perbuatan curang yang dapat membahayakan keamanan orang atau barang, atau
keselamatan negara dalam keadaan perang

setiap orang yang bertugas mengawasi pembangunan atau penyerahan bahan
bangunan, sengaja membiarkan perbuatan curang sebagaimana dimaksud diatas

setiap orang yang pada waktu menyerahkan barang keperluan Tentara Nasional
Indonesia dan atau Kepolisian Negara Republik Indonesia melakukan perbuatan
curang yang dapat membahayakan keselamatan negara dalam keadaan perang

setiap orang yang bertugas mengawasi penyerahan barang keperluan Tentara
Nasional Indonesia dan atau Kepolisian Negara Republik Indonesia dengan sengaja
membiarkan perbuatan curang sebagaimana dimaksud diatas

Bagi orang yang menerima penyerahan bahan bangunan atau orang yang
menerima penyerahan barang keperluan Tentara Nasional Indonesia dan atau
Kepolisian Negara Republik Indonesia dan membiarkan perbuatan curang
sebagaimana dimaksud diatas

menggunakan tanah negara yang di atasnya terdapat hak pakai, seolah-olah
sesuai dengan peraturan perundang-undangan, telah merugikan orang yang berhak.
6. Terkait dengan benturan kepentingan dalam pengadaan, termasuk didalamnya:

dengan sengaja turut serta dalam pemborongan, pengadaan, atau persewaan,
yang pada saat dilakukan perbuatan, untuk seluruh atau sebagian ditugaskan untuk
mengurus atau mengawasinya
7. Terkait dengan gratifikasi, termasuk didalamnya:

Setiap gratifikasi kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara dianggap
pemberian suap, apabila berhubungan dengan jabatannya dan yang berlawanan dengan
kewajiban atau tugasnya

tidak berlaku, jika penerima melaporkan gratifikasi yang diterimanya kepada
Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi paling lambat 30 (tiga puluh) hari kerja
terhitung sejak tanggal gratifikasi tersebut diterima.
Penyebab korupsi
Dari sekian banyak penjelasan tentang perilaku tindak korupsi, jika kita amati sebenarnya
hanya ada satu kesamaan dari semuanya, yaitu tindak pidana korupsi bersumber pada hasrat

Halaman 5

manusia mendahulukan kepentingan pribadinya, dengan cara yang tidak benar seperti melanggar
hukum, merugikan orang lain, dan berbuat curang.
Hal ini berkaitan langsung dengan kebutuhan dasar manusia hidup dan tingkat
kedewasaan moralnya.
Manusia dalam hidupnya pasti menginginkan kebahagiaan. Namun tiap manusia
masing-masing memiliki penalaran sendiri tentang cara mencapainya. Ada sebagian orang yang
merasa dapat mencapai kebahagiaan melalui prosperity, kemakmuran materi / lahiriah. Ada juga
orang yang merasa dapat mencapai kebahagiaan melalui security, perasaan aman / batiniah. Dan
sebagian kecil lainnya merasa kebahagiaan hanya dapat dicapai bila terjadi keseimbangan antara
lahiriah dan batiniah.
Tingkat kedewasaan moral manusia adalah ukuran kesiapan moral manusia mengikuti
kriteria moral yang berlaku di masyarakat. Umumnya kedewasaan moral dibagi menjadi tiga
tingkatan yaitu tingkat pra-konvensional, konvensional, dan pasca-konvensional. Tingkat
pra-konvensional adalah tingkat kedewasaan moral anak-anak, misalnya takut melanggar karena
takut dihukum. Tingkat konvensional adalah tingkat kedewasaan moral kebanyakan manusia,
misalnya tidak melanggar karena mengerti hukum. Sementara tingkat pasca-konvensional adalah
tingkat kedewasaan moral manusia dewasa yang sudah berkembang EQ dan SQnya, misalnya
tidak melanggar karena tidak ingin merugikan orang lain.
Apa jadinya bila seseorang berusaha mengejar kebutuhan hidupnya dengan tingkat
kedewasaan moral yang masih rendah? Tentu akan timbul pelanggaran-pelanggaran disebabkan
usahanya yang membabi buta. Jika ia mengejar prosperity dengan tingkat kedewasaan moral yang
rendah, maka terjadilah yang kita namakan tindak pidana korupsi. Jika ia mengejar kebahagiaan
batiniah dengan tingkat kedewasaan moral yang rendah, maka jadilah ia seorang teroris.

ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH
Karena sumber masalah dari tindak pidana korupsi adalah tingkat kedewasaan moral,
maka pemecahan yang logis adalah dengan cara meningkatkan kedewasaan moral manusianya.
Seperti telah disebutkan bahwa kedewasaan moral adalah kesiapan moral seseorang
mengikuti kriteria moral dalam masyarakat. Karena itu tahap pertama dari usaha peningkatan
kedewasaan moral adalah menanamkan pemahaman mengenai kriteria moral melalui pendidikan
nilai.
Pendidikan Nilai
Pendidikan ini harus dilakukan sedini mungkin, karena pendidikan ini yang membangun
landasan moral bagi nilai-nilai yang lebih tinggi.
Kemudian nilai-nilai seperti apa yang dimaksud? Dan seperti apa bentuk pendidikan nilainya?
Nilai-nilai yang ditanamkan melalui pendidikan nilai tentulah nilai-nilai moral dasar yang
berlaku dalam masyarakat yang bersumber pada:
- Etika
- Etiket
- Adat Istiadat
- Kebiasaan
- Agama
- Hukum
Nilai-nilai tersebut diwujudkan dalan sikap, tutur kata, dan perilaku yang mulia, antara
lain:
- jujur
- sabar
-sederhana
- disiplin
- berempati
- ingat kebaikan orang lain
- rendah hati
- bersyukur
- adil
- menjaga martabat
- tidak egois
- menghormati hak asasi
- mandiri
- berpikiran luas
- mudah beradaptasi
- mengenal diri
- kritis
- ingin mengembangkan diri
- mendahulukan kepentingan masyarakat diatas kepentingan pribadi
- mampu menerima kegagalan sebagai pelajaran

Halaman 6

- memahami kekurangan dan mengakui keunggulan orang lain
- mampu memotivasi diri
Menurut penulis, ada tiga nilai yang merupakan nilai mendasar yang harus ditanamkan
sejak dini dan menjadi landasan bagi nilai-nilai lainnya:
1.
Kejujuran
Jujur berarti bicara sesuai apa yang dirasakan atau dilakukannya. Orang yang jujur akan
selalu menjaga sikap dan perilakunya agar tetap sejalan dengan tutur katanya. Kejujuran
pasti diiringi dengan kesediaan mempertanggungjawabkan sikap, tutur kata, dan
perilakunya. Dengan demikian ia akan selalu terjaga dari perilaku curang dan melanggar
hukum. Orang yang jujur tidak akan melakukan tindak pidana korupsi, karena ia tidak
akan bisa menutupi perbuatannya.
2.
Empati
Dengan hanya bermodalkan kejujuran, seseorang belum bisa menjadi orang yang mulia,
jika ia belum bisa berempati. Empati adalah kemampuan merasakan apa yang dirasakan
orang lain. Orang yang berempati dapat menempatkan dirinya seolah-olah berada pada
posisi orang lain. Karena itu orang yang memiliki empati tinggi senantiasa menjaga
dirinya dari menyakiti dan merugikan orang lain. Orang yang berempati tidak akan
melakukan tindak pidana korupsi, karena ia tidak ingin merugikan orang lain, apalagi
negara.
3.
Sikap kritis
Sikap kritis adalah sikap selalu mempertanyakan sebab dan akibat segala sesuatu. Dengan
kejujuran dan empati, seseorang bisa menjadi seorang yang baik untuk dirinya sendiri.
Sikap kritis akan melengkapinya menjadi berguna pula bagi orang lain. Orang yang kritis
tidak akan bisa melihat kejahatan dan kesalahan terjadi tanpa mengkritisinya. Ia akan
selalu berusaha memperbaiki sesuatu yang dianggapnya salah. Karena itu ia tidak akan
bisa melihat tindak pidana korupsi tanpa berusaha memberantasnya. Orang yang kritis
juga tidak mengikuti suatu perbuatan tanpa mengetahui dengan jelas sebab dan akibatnya.
Ia tidak akan bertindak membabi buta mengikuti hawa nafsunya. Karena itu ia tidak akan
ikut-ikutan melakukan tindak pidana korupsi yang telah dianggap lumrah oleh
masyarakat.
Dengan berlandaskan tiga nilai moral dasar tersebut, diharapkan seseorang akan bisa
mengembangkan diri meraih nilai-nilai lain sekaligus menjaga diri dari pengaruh buruk yang akan
merusak moralnya.
Seperti telah disinggung sebelumnya, pendidikan nilai harus diberikan sedini mungkin.
Sebab itu, maka penelitian ini menitik beratkan pada pembahasan mengenai pendidikan nilai pada
usia dini, yaitu usia balita.
Masing-masing nilai diatas bisa diperoleh melalui pengembangan kecerdasan anak yang
berbeda. Dalam multiple intelligence, pengembangan kecerdasan yang dimaksud adalah
kecerdasan intrapersonal, kecerdasan interpersonal, dan kecerdasan logika matematika.
Mari kita bahas satu persatu.

Kecerdasan intrapersonal
Howard Gardner, pencetus teori multiple intelligence, mengatakan bahwa kecerdasan
intrapersonal atau cerdas diri merupakan kemampuan seseorang untuk memahami diri sendiri,
mengetahui siapa dirinya, apa yang dapat ia lakukan, apa yang ingin ia lakukan, bagaimana reaksi
diri terhadap suatu situasi, dan memahami situasi seperti apa yang sebaiknya ia hindari serta
mengarahkan dan mengintrospeksi diri.

Halaman 7

Segala kemampuan itu tersebut bersumber pada inti perasaan seseorang dalam dunia
batinnya. Bila seseorang berusaha mendengarkan relung jiwa dan keadaan emosionalnya yang
paling dalam, atau yang sering disebut sebagai suara hati (conscience), maka ia akan memperoleh
pengalaman batin dan menemukan realitas diri yang sebenarnya. Semakin baik seseorang
membawa dunia batinnya ke pengalaman dunia luar, makin tinggi pula kecerdasan
intrapersonalnya.
Jujur berarti mampu mendengarkan suara hati dan mengerti mengapa diri merasa seperti
itu. Seseorang hanya dapat benar-benar belajar jujur bila mendengarkan suara hatinya, atau ia akan
berakhir menekan perasaannya dan memperoleh kebenaran semu dari asumsinya sendiri. Lalu
bagaimana kita tahu bahwa yang kita ikuti itu adalah suara hati? Dalam diri manusia telah ada
indikator-indikator yang jelas untuk membantu mengenali suara hati, yaitu jika kita bertindak
benar maka:
a. pikiran tenang
b. tidak gugup
c. tubuh tetap rileks
d. energi tubuh tetap tinggi
e. detak jantung stabil
Jadi dengan mengembangkan kecerdasan intrapersonal, maka seseorang dapat dituntun untuk
bertindak jujur.
Lalu bagaimana caranya mengembangkan kecerdasan ini pada usia balita? Menurut Linda
Campbell, Bruce Campbell, dan Dee Dickinson dalam bukunya Teaching & Learning Through
Multiple Intelligences, sebagian besar peneliti meyakini bahwa ketika individu lahir ke dunia,
kecerdasan intrapersonal telah berkembang dari sebuah kombinasi antara keturunan, lingkungan,
dan pengalaman.
Seorang anak di usia balita, berada pada usia dimana ia bertindak dan berperilaku dengan
meniru atau mengikuti apa yang dilihatnya. Karena itu lingkungan yang ada berpengaruh sangat
besar padanya. Sekolah (Playgroup dan Taman Kanak-kanak) serta lingkungan sekitar rumah,
memberi andil yang cukup besar. Namun, lingkungan keluarga, tempat dimana ia menghabiskan
sebagian besar waktunya, menempati urutan teratas, dan orang tua merupakan panutan utama
seorang anak balita.
Orang tua membentuk konsep "benar-salah" pada anak melalui perilakunya sehari-hari.
Pada tahap ini, anak menilai tindakan sebagai "benar" atau "salah" atas dasar konsekuensinya dan
bukan berdasarkan motivasi dibelakangnya. Karena itu orang tualah yang harus menjelaskannya.
Perilaku orang tua yang tidak konsisten akan membuat anak bingung. Karena itu, untuk melatih
anak jujur, orang tualah yang pertama kali harus jujur. Bagaimana anak akan belajar kejujuran
kalau ia mengetahui orang tuanya berdusta? Bagaimana anak akan belajar sifat amanah, sementara
ia melihat bapaknya menipu? Bagaimana anak akan belajar akhlak baik bila orang sekitarnya suka
mengejek, berkata jelek dan berakhlak buruk? Dan bagaimana anak akan membenci korupsi, jika
orang tuanya selalu melakukan korupsi? Untuk itu sifat ini harus dihindari oleh para orang tua dan
para pendidik.
Beberapa contoh kegiatan untuk mengasah kecerdasan intrapersonal anak usia balita:
1.
Mengenal berbagai perasaan dan emosi yang terjadi dalam diri anak.
Anak dibantu dengan memberi tahu nama emosi apa yang sedang dialaminya. Apakah itu
kesal, sedih, kecewa, marah, gembira, bahagia, atau tenang. Begitu juga tanda-tanda
sebuah emosi, seperti jantung berdebar, terisak-isak, suara meninggi, dan lainnya.
Perangsangan emosi juga penting untuk memperkaya emosinya yang terbatas.
2.
Bercerita
Cerita yang dibawakan haruslah yang mengandung nilai tertentu, seperti kejujuran. Maka
bisa dibawakan sebuah cerita mengenai kebohongan dan konsekuensinya. Cerita
dibawakan dengan menarik, lalu ajaklah anak untuk mendiskusikannya. Tanyalah pada
anak apa yang diperolehnya dari cerita tersebut, dan bimbinglah apa yang bisa
diaplikasikan dalam kehidupannya sehari-hari.

Halaman 8

3.

4.

5.

6.

Melatih anak mampu mengajukan pertanyaan
Pada setiap kesempatan, anda dapat memberi kesempatan pada anak untuk melakukan
aksi tanya jawab. Selain melatih anak untuk mengemukakan pendapatnya, juga akan
merangsang rasa ingin tahu anak. Ini juga berguna untuk mengasah kemampuannya
mendengarkan suara hati dan menuntunnya pada jalan yang benar.
Menggambar diri sendiri dari sudut pandang anak
Cobalah minta anak untuk menggambar citra dirinya sendiri sesuai perasaannya. Atau
bisa juga dengan cara menggunting gambar-gambar dan merangkainya menjadi sebuah
cerita tentang dirinya sendiri. Ini akan merangsang anak untuk "berkaca" dalam melihat
dirinya.
Membayangkan diri di masa akan datang
Saat berbincang-bincang, anda dapat menanyakan tentang apa yang ingin dilakukannya
bila dewasa nanti, dan ingin menjadi apa ia saat besar nanti. Biarkan ia mengkhayalkan
masa depannya, jangan dibatasi. Ini berguna untuk membantu anak mengenal dirinya dan
memikirkan masa depannya sendiri, serta mengetahui minat anak.
Berimajinasi menjadi seorang tokoh yang dikagumi di lingkungan sosialnya
Anak-anak sangat menyukai kegiatan berimajinasi dan berfantasi seolah-olah menjadi
seseorang yang ia kagumi. Bila hal ini terjadi, jangan menghalanginya. Dengan dukungan
anda, anak percaya bahwa apapun impiannya bisa terwujud, sehingga akan
menumbuhkan rasa percaya diri pada anak.

Kecerdasan Interpersonal
Kecerdasan interpersonal adalah kemampuan untuk bisa memahami dan berkomunikasi
dengan orang lain, serta melihat perbedaan orang lain dari segi suasana hati, temperamen, dan
motivasi. Meliputi pula bagaimana seseorang mampu membentuk dan menjaga hubungan, serta
mengetahui peran yang terdapat dalam suatu lingkungan sosial.
Dengan kemampuannya itu, seseorang memiliki peluang besar untuk menjalin hubungan
baik dengan orang lain. Ia sangat sensitif terhadap perasaan orang lain dan memiliki empati.
Dr. Milhaly Czikszentmihaly, guru besar Ilmu Perilaku di Universitas Chicago,
melakukan suatu penelitian pada sejumlah keluarga. Dari penelitian tersebut, Dr. Milhaly
menemukan bahwa kedekatan dan kestabilan hubungan dalam keluarga, memicu perkembangan
kecerdasan interpersonal. Tanpa dukungan dan jalinan hubungan yang hangat dari orang tua atau
anggota keluarga lain, dapat membuat anak merasa tak puas dengan suasana hubungan tersebut.
Kondisi tersebut bisa membuat anak kemudian mencari kepuasan dalam menjalin hubungan sosial
yang hangat di luar rumah. Jika hal itu terjadi, bukan tak mungkin dapat menghambat
perkembangan kecerdasan interpersonalnya secara optimal.
Beberapa cara yang dapat dilakukan orang tua untuk mengasah kecerdasan interpersonal
anak:
1.
Memberi kesempatan bertanggung jawab di rumah
Orang tua dapat mengajak anak agar memiliki tanggung jawab dalam mengerjakan
tugas-tugas rumah, seperti mengambilkan popok adik, memberi makan binatang
peliharaan, membereskan mainan, dan lain-lain. Ini akan melatih anak memiliki tanggung
jawab dalam lingkungan sosial. Anak akan belajar merasakan sebagai bagian dari
lingkungan tersebut.
2.
Bersama-sama menyelesaikan konflik
Bila ada ketidaksesuaian pendapat antara orang tua dan anak, ada baiknya orang tua tidak
memaksakan pendapatnya maupun terlalu mengalah. Dengarkanlah pendapatnya dan
berilah alternatif pemecahan yang bisa disetujui oleh anak dan orang tua.
Ajaklah anak berdiskusi mengenai kegiatannya pada hari itu, bagaimana perasaannya, dan
bersikap empati padanya.
3.
Melakukan kegiatan sosial di lingkungan sekitar

Halaman 9

4.

5.

Sekali waktu, ajaklah si kecil berpartisipasi dalam kegiatan sosial dan amal. Kerja bakti,
membantu masyarakat yang tertimpa musibah banjir, berkunjung ke yayasan yatim piatu,
membagikan sumbangan makanan dan buku, dan lain-lain. Anda dapat menjelaskan pada
anak, bagaimana perasaan korban musibah tersebut. Andapun dapat mengajarkan
bagaimana sebaiknya bersikap kala menghadapi orang yang sedang tertimpa musibah.
Dengan begitu, maka diharapkan dapat merangsang kepekaan anak dalam menghayati
dan memahami perasaan orang lain, terutama yang sedang tertimpa musibah.
Bersilaturahmi antar tetangga
Secara teratur ajaklah anak anda mengunjungi tetangga-tetangga terdekat. Dengan
demikian, anak akan mengenal keluarga lain di lingkungan terdekat selain keluarganya
sendiri.
Menumbuhkan sikap suka memberi
Sikap ini harus dimulai dalam keluarga dengan kebiasaan memberi dan berbagi. Ajaklah
anak memberi dan berbagi kue dengan teman-teman sekolahnya. Andapun dapat
mengajaknya menyumbangkan baju-baju yang tidak muat lagi pada anak yang
membutuhkannya. Teladanilah dengan banyak bersedekah. Dan ajarkanlah agar selalu
memberi dengan tersenyum.

Kecerdasan Logika Matematika
Kecerdasan logika matematika melibatkan kemampuan untuk menganalisis masalah
secara logis, menemukan atau menciptakan rumus-rumus atau pola matematika, dan menyelidiki
sesuatu secara ilmiah. Juga melibatkan konsep berpikir sebab-akibat, bertentangan, dan pola-pola
logika lainnya.
Seseorang dengan tingkat kecerdasan logika matematika yang tinggi, suka melakukan
eksperimen untuk membuktikan rasa ingin tahunya, melalui pertanyaan atau aksi eksperimental. Ia
selalu yakin bahwa ada penjelasan yang masuk akal dari setiap pertanyaan, dan segala sesuatu
memiliki sebab dan akibat. Inilah yang sering kita sebut sebagai sikap kritis.
Untuk mengembangkan kecerdasan logika matematika pada anak usia balita, seperti
kecerdasan lainnya juga dibutuhkan stimulasi yang tepat. Beberapa jenis stimulan yang dapat
mengembangan kecerdasan logika matematika, antara lain:
1.
Berbagai Permainan / Games
Contoh-contoh permainan untuk anak usia balita:

Mengelompokkan benda: seperti mengelompokkan peralatan makan,
mengelompokkan permen berdasarkan warna, mengelompokkan mainan berdasarkan
jenis atau ukuran, dan lain-lain.

Mengukur besar kaki: menjiplak telapak kaki anggota keluarga kemudian
mengukurnya dengan penggaris.

Menyeimbangkan batang kayu atau gantungan pakaian: membandingkan berat
berbagai obyek dengan timbangan sederhana.

Bermain kalkulator: beri kesempatan anak bermain dengan kalkulator. Beritahu
cara menampilkan bilangan dan cara menghapusnya.

Mengenal bilangan nol: menghitung beberapa gambar kemudian diambil satu
persatu hingga habis, maka itulah nol gambar.

Bermain kartu: bermain kartu merupakan permainan pengelompokan.

Bermain kaca pembesar: eksplorasi berbagai benda dengan kaca pembesar.

Menemukan konsep udara: menerangkan udara melalui tanda-tandanya seperti
angin.
2.
Mengenal bentuk geometri
Bentuk geometri bisa dikenalkan sejak bayi dengan menggantungkan dan menempelkan
bentuk geometri warna-warni di dekat tempat tidurnya. Beberapa mainan mencocokkan
bentuk juga banyak dijual di pasaran.

Halaman 10

3.

4.

5.

6.

7.

8.

Memperkenalkan bilangan melalui sajak berima dan lagu
Banyak lagu anak-anak yang isinya mengenalkan bilangan. Andapun dapat membuat
sendiri sajak berima tentang bilangan.
Eksplorasi pikiran melalui diskusi dan olah pikir ringan
Tebak-tebakan sangat digemari oleh anak-anak, dan membantu mengenalkan konsep
bilangan dan logika.
Pengenalan pola
Merangkai kancing warna-warni menjadi sebuah kalung dapat digunakan untuk
mengenalkan pola, misalnya 2 merah - 1 kuning - 2 hijau, dan seterusnya.
Eksperimen di alam
Banyak sekali eksperimen yang bisa anda eksplorasi di alam terbuka. Misalnya memetik
daun kemudian menjemurnya di terik matahari, perhatikan perubahan warna daun,
kemudian bahaslah dengan anak anda.
Memperkaya konsep matematika dalam kegiatan sehari-hari
Membantu menghitung barang dalam kereta belanja saat berbelanja, bisa menjadi aktifitas
belajar yang menyenangkan.
Menggambar dan membaca
Banyak sekali buku-buku mengenai pengenalan bilangan. Orang tua juga bisa
mengenalkan pola dan bilangan saat menggambar, misalnya menggambar 3 ekor ayam,
menggambar kereta api sirkus, dan sebagainya.

Dari pembahasan mengenai pengembangan kecerdasan anak, ternyata orang tua dan
keluarga memegang peranan yang amat penting. Karenanya kesadaran dan kemauan untuk
menanamkan ketiga nilai anti korupsi haruslah dimulai dari orang tua. Tidak mungkin membentuk
pribadi anak yang anti korupsi bila orang tuanya adalah pelaku tindak pidana korupsi.

KESIMPULAN
Upaya pemberantasan korupsi saat ini hanya terpaku pada upaya menindak para koruptor,
dan hanya sedikit sekali pada usaha pencegahan korupsi. Satu yang tertangkap, banyak yang
muncul sebagai koruptor baru. Mati satu tumbuh seribu, begitu kata pepatah. Korupsi yang telah
berakar kuat dalam perilaku bangsa Indonesia ini memang hanya bisa diberantas tuntas bila
generasi muda yang belum tercemar penyakit ini diberi pendidikan nilai yang kuat.
Ada tiga nilai yang harus ditanamkan sebagai fondasi bagi usaha memberantas korupsi,
yaitu: kejujuran, empati, dan sikap kritis. Ketiga nilai ini harus ditanamkan pada usia sedini
mungkin yaitu usia balita.
Pengembangan multiple intelligences yang dicetuskan oleh Howard Gardner, ternyata
bisa digunakan untuk menanamkan ketiga nilai diatas, terutama pada pengembangan kecerdasan
interpersonal, kecerdasan intrapersonal, dan kecerdasan logika matematika.
Tidak mungkin membentuk pribadi anak yang anti korupsi bila orang tuanya adalah
pelaku tindak pidana korupsi.

Halaman 11

DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Komisi Pemberantasan Korupsi. 2006. Memahami Untuk Membasmi. Jakarta: Komisi
Pemberantasan Korupsi
"Strategi Pemberantasan Korupsi Nasional".
http://www.transparansi.or.id/majalah/edisi8/8sk_1.html
Rachmani, Immanuella F. et al. 2003. Seri Ayahbunda Multiple Intelligences, Mengenali
& Merangsang Potensi Kecerdasan Anak. Jakarta: PT Aspirasi Pemuda
"Kids Learn Honesty". http://www.bellaonline.com/articles/art38415.asp
"Honesty in business". http://www.learning-org.com/98.01/0006.html
Blaylock, Janet. "Learning About Honesty".
http://www.localschooldirectory.com/include/teachers/lesson_plan.php/lesson_plan_id/10
1

Halaman 12