FAKTOR PENYEBAB KONFLIK ANTAR UMAT BERAG

FAKTOR PENYEBAB
KONFLIK ANTAR UMAT
BERAGAMA
Muhammad Subhi

Latar Kemunculan Sekte Madzhab dan New Religious
Movement (NRM)

• Akhir-akhir ini sering kita mendengar istilah
“aliran sesat” atau aliran yang menodai
agama. Mereka dianggap sebagai kelompok
berbahaya yang mengancam keberadaan
agama-agama yang diakui negara, mereka
juga dianggap memiliki pemahaman
keagamaan yang dapat memicu konfik di
masyarakat.
• Semenjak tahun 1965 eksis Undang-Undang
no. 1 PNPS tentang Larangan Penyalahgunaan
dan atau Penodaan Agama

• Bagaimana sebuah aliran atau sekte

keagamaan dapat dinilai sesat sementara
para pengikutnya meyakininya sebagai
kebenaran? Buktinya tidak sedikit dari para
pengikut aliran tersebut rela dihukum atau
berkorban jiwa dan harta demi
mempertahankan keyakinannya.
• Mengapa sebuah aliran, sekte, madzhab
keagamaan atau yang sering disebut New
Religious Movement/NRM (Gerakan
Keagamaan Baru) bisa muncul di tengah
masyarakat? Mengapa sebagian aliran
tersebut mendapat pengikut dan bisa
bertahan?

• istilah NRM ini mulai luas digunakan para
era 70-an menggantikan istilah yang
populer sebelumnya yakni pemujaan atau
kultus (cult) yang pada saat itu sering
disalahgunakan untuk melawan
berkembangnya pluralisme agama di Barat.

• Mereka adalah kelompok yang menawarkan
inovasi dan perbedaan dari agama-agaa
yang lebih besar. Mereka lahir untuk
menantang keyakinan dan praktek
mayoritas sekaligus menantang trend dunia
yang semakin sekuler

• Di Barat NRM muncul sebagai imbas
kekacauan masyarakat Barat akibat perang
dunia ke-2, ledakan penduduk yang tidak
bisa ditampung oleh lapangan kerja dan
gelombang imigran yang terus berdatangan
dari Asia dan belahan benua lainnya.
• Pada akhir abad ke-19 sudah muncul aliranaliran yang menantang dominasi Kekristenan
seperti Esoterisme Barat, Mormonisme,
Spiritualisme, Christian Science dan lain-lain.
• Pada tahun 1960-an di dalam Kekristenan
sendiri muncul berbagai perpecahan yang
melahirkan ratusan denominasi baru.


• Contoh:
1. Kristen Mormon didirikan kurang dari 200
tahun lalu oleh seorang yang bernama Joseph
Smith. Pengikutnya menyebut dia sebagai
Nabi.
Mereka percaya Adam sebenarnya adalah
Allah dan bapa dari Yesus Kristus.
Mereka percaya bahwa ada tingkatan atau
kerajaan yang berbeda-beda setelah
kematian: Kerajaan Langit , Kerajaan Bumi dan
Kerajaan Bintang dan Kegelapan. Di mana
orang akan berada setelah mati bergantung
pada apa yang mereka percaya dan lakukan
dalam hidup ini.

2. Christian Science:
Didirikan oleh Ny. Mary Baker Eddy sekitar tahun
1875.. Diilhami oleh keyakinannya bahwa
penyembuhannya itu terjadi sebagai akibat dari
kesadaran rohaninya terhadap Allah.

• Allah menciptakan manusia secara sempurna,
sehingga manusia sesungguhnya tidak berdosa.
• Yesus dan Kristus adalah dua pribadi yang
berbeda. Allah menciptakan Yesus untuk
memperlihatkan kepada manusia bagaimanakah
anak yang ideal bagi Allah.
• Roh Kudus adalah Ilmu Pengetahuan Ilahi, suatu
metode yang dapat menolong manusia mengenali
dan menyembuhkan dirinya sendiri.
• Tritunggal sejati adalah Kehidupan, Kebenaran, dan
Kasih. Inilah Tritunggal Utama yang disebut Allah.

• Yang mendorong semakin berkembangnya
NRM ini adalah semakin meningkatnya
trend pluralisme pemahaman agama-agama
besar di seluruh dunia baik dalam kaitan
dengan eksternal maupun internal agama.
• Di hampir semua agama besar terdapat
aliran-aliran baru seperti Hare Khresna
(Hindu), Zen Center (Budha Jepang) Jemaat

Ahmadiyah (Islam), Buddha Nichiren
(Buddha), Tenrikyo (Sinto), Kabbala Center
(Yahudi) Subud (Suf Indonesia), Healing Tao
Center (Tao), Children of God dan Saintologi
(Kristen), Sikh Dharma (Sikh).

• Faktor yang menjadikan banyak orang antusias
masuk ke dalam NRM adalah ketidakpuasan
terhadap agama yang dianut sebelumnya,
sebaliknya mereka melihat NRM sebagai
agama yang menantang sekaligus menjanjikan
untuk menjawab berbagai persoalan hidup
yang mereka hadapi.
• Apalagi dalam berbagai pertemuan yang
diselenggarakan NRM, biasanya ada testimoni
atau kesaksian dari para anggota yang sudah
lama bergabung kepada tamu-tamu baru yang
diaundang yang menggambarkan mengenai
berbagai keuntungan dan manfaat yang
diperoleh baik dalam hal spiritual maupun

material

• Dalam sudut pandang psykologis,
ketertarikan banyak orang untuk menjadi
anggota NRM bisa muncul karena beberapa
faktor.
1. Ingin meningkatkan kesehatan jasmani dan
rohani,
2. Mencari kedamaian dalam hidup
3. Mencari persahabatan.
4. Ingin memperluas dan menambah
pengetahuan serta mengejar pencerahan
spiritual.
5. Namun tidak sedikit juga ikut karena
terpesona atau bahkan tertipu oleh karisma
sang pemimpin

• Dalam konteks Islam: kemunculan sekte,
aliran dan madzhab adalah fenomena yang
sudah ada sejak masa-masa awal

perkembangan Islam.
• Menurut al Ghazali, latar kemunculannya
terutama dipicu oleh perdebatan siapa yang
paling pantas menggantikan Nabi sebagai
pemimpin kaum muslimin. Meskipun Abu
Bakar akhirnya terpilih, Fatimah ra tidak
mau berbai’at. Ali Bin Abi Thalib juga tidak
mau berbai’at kecuali setelah Fatimah
meninggal. Inilah awal mula munculnya
madzhab politik dalam Islam

• Latar lainnya menurut para ulama adalah
karena rumusan teks-teks al Quran dan hadis
yang bersifat global sehingga melahirkan
multi intepretasi. Beragam tafsir terhadap
teks-teks ini telah melahirkan madzhab fkih,
teologi hingga tasawuf. Tidak jarang antar
madzhab tersebut saling mengkafrkan atau
bahkan saling memerangi satu sama lain.
• Bahkan menurut Azyumardi Azra, di dalam

Islam juga terdapat madzhab-madzhab
sejarah yakni perbedaan madzhab para
penulis sejarah Islam menurut afliasi politik
mereka, terutama setelah pecahnya al ftnah
al kubra.

• Misalnya Al Zuhri dan Salih Ibnu
Kaisan yang cenderung berpihak
kepada kepentingan Muawiyah.
Sementara Abu Mikhnaf dan Isa ibn
Yazid cenderung pro Ali (Syiah).
• juga terdapat madzhab ketiga yang
berusaha mencari kompromi antara
Sunni dan Syiah terutama pada masa
Khalifah Al Mutawakkil (Abbasiyah),
seperti karya-karya At Tabari dan Al
Mas’udi.

Ragam Pendekatan Interpretasi Teks Keagamaan


• Jamal al Banna menjelaskan pasca
wafatnya Nabi Muhammad SAW, pola
pemahaman terhadap al Qur’an
mengalami perubahan total. Al Quran yang
menurutnya sangat jelas telah tersapu
oleh tafsir dan ijtihad pada ragam bentuk
pendekatannya seperti: pendekatan
historis, linguistik, dan fkih. Berbagai tafsir
muncul ke permukaan dan tafsir inilah
yang dianggap mewakili wajah al Quran.

• Pertanyaannya mengapa semua ini bisa terjadi?
1. karena perkembangan umat Islam begitu pesat.
Dalam dua puluh tahun, Islam sudah sampai ke
Cina, India, Spanyol dan Afrika, Persia di Irak dan
Iran, Mesir dan Suriah.
2. Bahasa Arab mereka lemah dan tidak mampu
memahami penyampaian al Quran.
3. Mereka juga masih membawa tradisi lama.
4. Ulama-ulama yang memahami al Quran secara

komprehensif juga semakin sedikit, sementara
masalah-masalah baru terus bermunculan.
5. Al Quran tidak menyediakan jawaban bagi
masalah-masalah baru tersebut secara langsung.

• Karena itu muncul beragam model tafsir:
1. tafsir Nabi terhadap al Quran. Namun Nabi
tidak banyak menafsir al Quran, bahkan Nabi
memerintahkan orang yang menulis al Quran
agar dihapus.
2. pendekatan Asbab al Nuzul al Ayah. Namun
banyak ayat yang tidak menunjuk pada sebab
kasus tertentu. Sehingga muncul anggapan
bahwa mufassirin sering menggunakan hadis
israiliyat atau hadis-hadis asbab al nuzul
palsu. Dan inilah yang menurut al Banna
melatarbelakangi munculnya kaidah al ibratu
bi umumi al lafdzi la bi khususi al sabab (yang
diperhitungkan adalah teks bukan sebabnya).


3. pendekatan nasikh mansukh (abrogasi), hal
ini biasanya digunakan dalam menafsirkan
dua hukum yang berbeda di dalam al Quran.
Pendekatan ini memandang bahwa satu ayat
diturunkan untuk satu konteks tertentu dan
ketika konteksnya berubah, maka berlakulah
konsep abrogasi ini.
4. pendekatan bahasa. Hal ini karena bahasa
al Quran menggunakan Bahasa Arab yang
benar-benar baru dimana penyusunan kata
dan peletakan maknanya bagi orang Arab
sendiri dianggap asing. Karena itulah muncul
ilmu balaghah yang mencakup tiga bagian:
bayan, ma’ani dan badi’

• pendekatan tafsir kontemporer, dengan karakteristik.
1. tafsir harus mampu menemukan fungsi al Quran
sebagai sumber petunjuk dan bukan hanya berkutat
pada pengertian kata-kata atau kedudukan kalimatkalimat sebagaimana tafsir-tafsir klasik. Model ini
diperkenalkan Muhammad Abduh dan Rasyid Ridha.
2. tafsir hermeneutik. Bahwa upaya tafsir terhadap teks
tradisional harus diarahkan agar teks tersebut selalu
dapat dipahami dalam konteks kekinian yang
situasinya berbeda. Menurut pendekatan ini, setiap
teks (baca: penafsiran) perlu dicurigai, ada ideologi
dan kepentingan apa dibalik penafsiran tersebut.
Dalam menafsirkan al Quran, penafsir tidak lagi hanya
butuh imlu-ilmu klasik seperti nawhu, sharaf, ushul
fkih, dan balaghah tetapi juga ilmu-ilmu modern
seperti sosiologi, psykologi, flsafat, antropologi dan
lain-lain.

3. berwatak kontekstual dan berorientasi
pada semangat al Quran. Dalam model ini,
penafsiran tidak lagi hanya memahami teksteks secara parsial melainkan menyeluruh,
tematik (maudlu’), menggunakan
pendekatan interdisipliner .
4. berkarakte ilmian, kritis dan non sektarian.
Disebut ilmiah karena produk tafsirnya
dapat diuji kebenarannya berdasarkan
konsistensi metodologi yang dipakai serta
siap menrima kritik. Disebut kritis dan nonsektarian karena para mufassir kontemporer
tidak terjebak pada kungkungan madzhab.

Tentang Klaim Kebenaran dan Dakwah
• Proses beragama adalah proses mencari kebenaran
dan keselamatan. Mereka yang meyakini suatu
agama, sudah tentu meyakini bahwa agama itulah
yang paling benar
• banyak orang yang berjuang mempertahankan
keyakinannya dan rela mengorbankan apapun demi
keyakinan mereka
• harus diakui, berbagai kekerasan atas nama agama
dan keyakinan terhadap kelompok yang berbeda
iman dan keyakinan telah menjadikan agama yang
diyakini sebagai pembawa damai dan rahmat
berubah wajah menjadi monster yang menakutkan.
Namun itulah yang terjadi ketika klaim kebenaran
agama ditempatkan pada porsi yang keliru.

• Klaim kebenaran yang keliru telah
mengakibatkan:
1. penanda batas antara “orang dalam” dan
“orang luar”, antara “kami” dan “kalian”,
antara yang diselamatkan dan yang dihukum
2. lalu mewujud dalam perilaku, cara
berpakaian, cara bersembahyang, dan
berbagai atribut serta simbol
3. Alat penyingkiran dan tindak kekerasan atas
nama agama. Seperti al-Hallaj, pengikut aliran
flsafat pada jaman al-Ghazali, atau pengikut
wahdatul wujud pada masa kesultanan Aceh,
tragedi Datu Abulung di Kalimantan Selatan,
atau kasus Marthin Luther vs Roma.

• Dalam konteks Indonesia muncul
dalam bentuk
1. pemaksaan pertobatan,
2. fatwa-fatwa yang secara sepihak
menyatakan kesesatan kelompok
kagamaan tertentu
3. pengadilan (persekusi) baik secara
hukum maupun sosial mereka yang
dinilai menyimpang dari kebenaran.
4. Dakwah yang memicu kebencian
kelompok seperti memojokkan,
mendeskriftkan dan meleehkan

• Agama-agama besar seperti Islam dan Kristen
menjadikan penyiaran agama merupakan
bagian dari ajaran agama itu sendiri, karena
agama tanpa ada yang menyebarkannya
niscaya tidak dapat berkembang, bahkan
akan segera gulung tikar.
• Namun harus digarisbawahi bahwa dakwah
hanyalah menyampaikan ajaran agama tanpa
ada keharusan untuk memaksakannya
• Bahkan jika kita meyakini bahwa keimanan
adalah hidayah, maka sebesar apapun
keinginan seseorang untuk beriman selama
hidayah tidak sampai kepadanya, maka hal
itu tidak akan pernah terjadi.

• keberhasilan dakwah sangat ditentukan oleh cara
dan metode yang digunakan,
• Pertanyaannya, apakah di dalam berdakwah tidak
boleh ada klaim kebenaran? Tentu klaim kebenaran
adalah sesuatu yang boleh dan wajar, karena tanpa
ada pengakuan dan keyakinan mengenai
kebenaran agama sendiri berarti kita meragukan
kebenaran agama tersebut.
• Klaim kebenaran menjadi problematis apabila
disampaikan dengan cara-cara menyebar
kebencian, disampaikan dengan tutur kata yang
kasar, dilakukan dengan cara memaksa serta
melecehkan “Tuhan” agama lain.
• Artnya kebenaran akan benar-benar menjadi
kebenaran apabila dilakukan dengan cara yang
benar pula.

• Klaim kebenaran juga tidak berarti
menafkan jalan kebenaran yang
ditempuh orang-orang yang berbeda
keyakinan.
• Menurut Nurcholish Madjid, Allah telah
menciptakan cara dan jalan untuk
masing-masing manusia sehingga
antara sesama tidak dibenarkan saling
menyalahkan dan memaksakan
kehendak, melainkan mempersilahkan
masing-masing berangkat dari posisi
masing-masing lalu berlomba meraih
kebaikan yang banyak

• Allah berfrman
ًَ ‫ لمكُلّ جََََلمِْنًَ مّمِنكُُمْ شمِرمْعًََ َمّمِنمْهًَجًً َ لَومْ شَالءَ ٱ لَلة َُ لَجََََلَكُُمْ أُمّة‬
‫َٰحمدَةً َ لَٰكمن لييَبمَْلُوَكُُمْ فم مَّا لءَاتَيٰكُُمْ فَٱسمْتَبمقُوا۟ ٱ لمْخَيمْ َِرٰت‬
Bagi Cak Nur, ayat di atas adalah ajaran
tentang hubungan dan pergaulan
berdasarkan pandangan bahwa setiap
agama dengan cara dan jalannya sendirisendri mencoba berjalan menuju
kebenaran.
Wajah damai pada agama hadir ketika para
penganutnya terbuka bahwa kebenaran
tidak tunggal, dan dalam agama lain
terdapat juga ajaran-ajaran yang
menganjurkan kebaikan dan cinta kasih.

Wajah damai dalam agama hadir
ketika para penganutnya meyakini
bahwa misi agama adalah
memperjuangkan keutuhan harkat
dan martabat manusia, dan bersedia
bekerjasama dengan umat dari
agama lain untuk membangun
kebaikan bagi semua, karena itulah
hakikat agama.

Faktor-faktor Internal dan Eksternal Konfik
Keagamaan

• konfik tidak selalu berarti negatif karena
perbedaan aspirasi dan kepentingan akan selalu
ada dimanapun dan kapanpun. Bahkan, konfik
dapat juga dipahami sebagai peristiwa budaya
• Namun apabila konfik sudah berubah menjadi
benturan pisik dan kekerasan, konfik semacam ini
hanya akan menghancurkan nilai-nilai kemanusiaa.
• konfik sosial yang membuahkan anarki, seringkali
tidak ada hubungannya dengan agama, tetapi
dalam kenyataannya agama selalu menjadi bagian
yang tak terpisahkan dari berbagai konfik sosial.
• Mengapa?

1. kecenderungan absolutistik yaitu
kecenderungan untuk memutlakkan
keyakinan keagamaannya sebagai kebenaran
tunggal
2. watak dari konfik antar agama cenderung
mengabaikan kualitas kesalehan individu
bahkan baik yang memerangi maupun yang
diperangi sama-sama rendah kualitas
keberagamaannya. Yang ada hanyalah
prejudice (prasangka) yaitu pihak yang
“bukan kelompok kita” harus dimusnahkan.
3. Karena konfik agama sangat emosional dan
destruktif, maka emosi massa yang terlibat
akan sangat mudah dikobarkan dengan cara
dihasut.

4. adanya keyakinan semu yaitu siapa yang
terlibat dan berhasil memusnahkan lawan
akan membuka pintu surga, atau paling tidak
akan mendapatkan pahala yang besar. Di
dalam Islam doktrin amar ma’ruf nahi munkar
sering digunakan sebagai pembenaran.
5. semakin menguatnya sikap intoleran dan
permisif terhadap kekerasan. Misalnya:
karena ketidakmauan berdampingan dengan
rumah ibadah agama lain dan ketidakrelaan
menerima perbedaan dalam cara meyakini
agama atau keyakinan tertentu
6. adanya persinggungan agama dengan
etnisitas.

Sumber konfik menurut John Lake:
1. sejarah agama yang umumnya merupakan
kronologi perjalanan iman di tengah konfik
antara yang mendaku the true believers
(penganut sebenarnya) dengan the
unbelievers.
2. faktor kultural yang paternalistik telah
mempengaruhi sikap paternalistik dalam
beragama. Elit agama selalu menuntut
kepatuhan dari umatnya sebagaimana rajaraja menuntut loyalitas dari rakyatnya.
3. faktor pengkondisian politik melalui
adagium mayoritas-minoritas

Fenomena konfik keagamaan
1. Terjadi pendangkalan moralitas dan
spiritualitas kemanusiaan.
2. konfik antarumat beragama
senantiasa terfokus pada massa
kalangan bawah yang mungkin
kadar penghayatan keagamaannya
sangat verbalis dan literal

Kesimpulan &
Rekomendasi
• Telah banyak dampak yang timbul dari
fenomena keagamaan di Indonesia,
seperti persekusi (pengadilan) sosial
terhadap sebagian masyarakat, kekerasan
pisik yang berujung penghilangan nyawa,
perusakan properti dan kerugian materi,
dan beragam dampak buruk lainnya
• Hal ini harus dilihat sebagai problem
kebangsaan kita bersama di tengah
keragaman masyarakat Indonesia

• Ke depan
1. perlu merubah cara pandang kita dalam
melihat “yang lain”. Dalam mencapai Zat
Yang Tunggal itu tidak ada “yang lain”
melainkan sama-sama hamba dan khalifah
Tuhan.
2. perlu melihat bahwa di samping umat Islam,
juga masih banyak orang-orang non-muslim
yang juga menjalankan fungsinya sebagai
khalifah. Bahkan dalam pergaulan kita
sehari-hari kita sering menyaksikan orangorang non-muslim yang sangat taat
beragama dan sebagai manusia juga sangat
humanis dan bersahabat

3. menghindari absolutisme penafsiran
agama. Dalam hal ini diperlukan sikap
bijak dan kedewasaan dalam beragama
4. dalam konteks Indonesia, sebagai
bangsa kita telah bersepakat untuk
menjadikan Indnesia ini sebagai payung
yang teduh bagi keragaman. Kita juga
telah sepakat untuk menjadikan hukum
sebagai panglima dalam bernegara dan
bermasyarakat. Dan pada saat hukum
tersebut telah ditetapkan, maka semua
warga negara harus tunduk.

5. aparat negara bersikap netral dan
mengawal konstitusi. Aparat negara
dalam institusi apapun
sesungguhnya adalah pengawal
konstitusi dan penegak hukum.
Mereka adalah wujud dari negara
yang dimiliki oleh seluruh warganya,
dimana setiap warga memiliki hak
yang sama untuk mendapat
pelayanan dari mereka, termasuk
dalam masalah-masalah keagamaan

Wallahu a’lam bi al
showab
TERIMA KASIH