HUBUNGAN PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK DENG

HUBUNGAN PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK DENGAN TINGKAH LAKU SISWA (STUDI KASUS MAN MODEL MANADO KELAS XI SOSIAL) SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat mencapai gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) Jurusan Pendidikan Agama Islam

Oleh: ESTIKA MAMONTO NIM: 11.2.3.026/PAI FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN MANADO 2015

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab, peneliti yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Hubungan

Pembelajaran Aqidah Akhlak Dengan Tingkah Laku Siswa di MAN Model

Manado Kelas XI Sosial ” dengan studi kasus di MAN Model Manado adalah benar-benar merupakan hasil karya peneliti sendiri. Jika dikemudian hari terbukti bahwa skripsi ini merupakan duplikasi, tiruan, atau dibuat oleh orang lain secara keseluruhan, maka skripsi ini dan gelar yang akan diperoleh karenanya, batal sesuai hukum.

Manado, 21 September 2015

7 Dzulhijjah 1436 H Peneliti

Estika Mamonto Nim : 11.2.3.026

PENGESAHAN SKRIPSI

Skripsi yang berjudul “Hubungan Pembelajaran Aqidah Akhlak Dengan Tingkah Laku Siswa di MAN Model Manad o Kelas XI Sosial” yang disusun oleh Estika Mamonto Nim 11.2.3.026. Mahasiswa Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam pada Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Manado, telah diuji dan dipertahankan dalam sidang Munaqasyah pada hari senin tanggal 19 oktober 2015, bertepatan dengan 6 Muharram 1437 H, dan telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) pada Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan program studi Pendidikan Agama Islam dengan beberapa perbaikan.

Manado, 19 Oktober 2015

6 Muharram 1437 H

DEWAN PENGUJI

Ketua : Dr. Muhammad Idris, M.A (…………………….....) Sekertaris

: Drs. Ishak W Talibo, M.Pd.I (……………………….) Munaqisy I : Drs. H. Sya‟ban Mauluddin, M.Pd.I (.………………...….....) Munaqisy II : Mutmainah, M.Pd (…………………….....) Pembimbing I : Sahari M.Ag., M.Pd.I

(…………………….....) Pembimbing II: Ikmal S.Ag., M.Pd.I

Mengetahui Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Manado

Dr. Muhammad Idris, M.Ag NIP: 19710515200212 1 002

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil Alamin, segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Illahi Rabbi Allah SWT, karena atas ijin dan rahmatnyalah semata penulis bisa menyelesaikan skripsi ini sesuai dengan apa yang diharapkan. Shalawat serta salam semoga tetap tercurah kepada junjungan kita Nabiyullah Al- Mustafa Muhammad Rasulullah SAW, yang telah membawa kita dari zaman jahiliyah/kebodohan menuju zaman kecerdasan lewat pendidikan dan menuju alam yang terang menderang dengan cahaya Illahi keimanan.

Untuk menyelesaikan skripsi ini, penulis sangat menyadari dengan sepenuhnya bahwa banyak berbagai pihak kontribusi yang sangat berarti, oleh karena itu penulis menyampaikan dengan penuh ungkapan dalam bentuk ucapan terima kasih kepada:

1. Dr. Rukmina Gonibala M.Si selaku Rektor IAIN Manado

2. Dr. Yasin Jetta M.Si selaku Wakil Rektor I bidang Akademik dan Kelembagaan

3. Dr. H. Yusno A Otta M.Ag selaku Wakil Rektor II Bidang Administrasi Umum

4. Dr. Evra Willya M.Ag selaku Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama

5. Dr. Muhammad Idris selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan yang sekaligus pernah memberikan motivasi diwaktu proses perkuliahan

6. Sahari M.Pd.I selaku Wakil Dekan II, dan Ikmal M.Pd.I yang sekaligus menjadi dosen pembimbing yang selalu senantiasa memberikan bimbingan dengan hati yang ihklas dan sukacita

7. Bapak Ikmal M.Pd.I selaku Dosen Pembimbing yang selama bimbingan memberikan ilmu dengan sepenuh hati, tulus dan ikhlas.

8. Dr. Rivai Bolotio M.Pd dan Ismail K. Usman M.Pd.I selaku Dosen Pembimbing Draft Skripsi yang juga memberikan motivasi diwaktu proses penyusunan skripsi.

9. Seluruh Dosen IAIN Manado, khususnya Dosen Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan yang kurang lebih 4 Tahun telah memberikan ilmu, motivasi, dan mendidik

10. Kepala Sekolah MAN Model Manado Dra. Sarpin Hamsah, Wakil Kepala Sekolah, dan seluruh guru, siswa MAN Model Manado yang telah memberikan begitu banyak partisipasi guna melengkapi data dalam penelitian

11. Kepada kedua orang tua tercinta Rahman Mamonto dan Hadiah Pontoh, dan adik tercinta Hariyanto Mamonto yang selalu mendukung dan menjadi motivasi terbesar, selalu memberikan nasehat serta doa yang sangat berarti.

12. Special untuk suami tercinta Mega Anggawirya Zas dan malaikat kecilku Annasya Khaylila Desti, yang selalu ada disetiap waktu dalam suka maupun duka dan selalu menjadi penyemangat hidup.

Tidak ada yang dapat penulis berikan atas arti kehadiran kalian disetiap perjalanan sampai hari ini, kecuali sepenggal doa dan harapan semoga Allah SWT tetap memberikan rahmat yang tiada terkira dan menganugerahi kita semua dengan kebaikan dunia dan akhirat.

Demikian skripsi yang telah ditulis ini. Disadari bahwa skripsi ini belumlah sempurna namun semoga skripsi ini bisa bermanfaat dan menjadi sebuah pengetahuan yang berguna bagi yang membutuhkannya

Manado, 21 September 2015

12 Dzulqaidah 1436 H Peneliti

(Estika Mamonto) Nim: 11.2.3.026

ABSTRAK

Nama

: Estika Mamonto

NIM

Judul Skripsi : “Hubungan Pembelajaran Aqidah Akhlak Dengan Tingkah Laku Siswa di MAN Model Manado kelas XI Sosial”

Pada penelitian ini peneliti mengangkat tentang judul Hubungan pembelajaran aqidah akhlak dengan tingkah laku Siswa, untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara pembelajaran aqidah akhlak dengan tingkah laku siwa dan sejauh mana hubungan pembelajaran aqidah akhlak dengan tingkah laku siswa di MAN Model Manado kelas XI Sosial.

Dan penlitian ini dilaksanakan di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Model Manado dengan menggunakan metode penelitian kuantitatif. Kemudian teknik pengumpulan datanya menggunakan instrumen angket. Analisis data yang dilakukan oleh peneliti dengan melakukan analisis data.

Hasil penelitian yang peneliti lakukan menemukan bahwa ternyata berdasarkan hasil analisis regresi didapati nilai R atau hubungan sebesar 0.954 dan nilai coefisien determinasi 0.909 yang mengandung pengertian bahwa hubungan variabel bebas (Pembelajaran Aqidah Akhlak ) terhadap variabel terikat (Tingkah Laku Siswa) adalah sebesar 90,9% . sedangkan sisanya dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dimasukan dalam penelitian ini dan nilai koefisien korelasi ryx = 0.954 berada pada interval koefisien 0.80-1.00 dengan tingkat hubungan atau pengaruhnya sangat kuat.

Jadi dapat peneliti simpulkan bahwa terdapat hubungan antara pembelajaran aqidah akhlak dengan tingkah laku siswa.

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam undang-undang dijelaskan bahwa: “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan

yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.” 1 Secara etimolog (istilah) akhlak adalah jamak dari Khuluq yang berarti

budi pekerti, tingkah laku atau tabiat. Dalam pengertian lain akhlak ialah segala tingkah laku terpuji yang juga bisa dinamakan Fadhilah, yang menjadi salah satu cara menyempurkan iman Allah. Sehingga pendidikan yang pertama dan utama adalah pembentukan keyakinan kepada Allah SWT. yang diharapkan dapat

melandasi sikap, tingkah laku dan kepribadian. 2 Dalam pemahaman pendidikan aqidah akhlak ini, siswa diharapkan dapat

menumbuhkan dan meningkatkan keimanannya yang diwujudkan dalam tingkah laku terpuji, membelajarkan siswa untuk melakukan perbuatan baik bagi diri sendiri maupun bagi orang lain, siswa juga diarahkan untuk mencapai keseimbangan antara kemajuan lahiriyah maupun batiniyah, keselarasan hubungan sesama manusia maupun lingkungannya juga hubungan vertikal dengan Tuhannya. Dengan begitu pendidikan aqidah akhlak serta aplikasinya dalam

1 Kemendikbud, Kumpulan Undang-Undang Pendidikan, Undang-Undang Tentang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 20013, (Jakarta: KEMENDIKBUD, 2012) h. 2.

2 Humaidi Tataparangsa, Akhlak Yang Mulia”, (Surabaya: Bina Ilmu, 2015) h. 90.

kehidupan sehari-hari akan melahirkan ketenangan, kenyamanan, dan ketentraman hidup, baik didunia yang fanah ini maupun diakhirat kelak yang kekal abadi. 3

Persoalan akhlak dijelaskan Allah SWT dalam Q.S. Al-qalam: 4, sebagai berikut:

Terjemahnya: “dan Sesungguhnya kamu (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang

agung”. 4 Maksudnya adalah ayat ini memperkuat alasan yang dikemukakan di atas

dengan menyatakan bahwa pahala yang tidak putus-putusnya itu diperoleh Rasulullah SAW Sebagai hasil akhlak yang agung yang merupakan akhlak beliau. Pernyataan bahwa Muhammad mempunyai akhlak yang agung merupakan pujian Allah SWT kepada beliau, yang jarang diberikanNya kepada hamba-hambanya yang lain. Dengan secara tidak langsung ayat ini juga menyatakan bahwa tuduhan-tuduhan orang musyrik bahwa Muhammad adalah orang gila itu adalah tuduhan yang tidak mempunyai alasan sedikitpun, karena semakin baik budi pekerti seseorang makin jauh ia dari penyakit gila. Sebaliknya semakin buruk budi pekerti seseorang semakin dekat pula ia kepada penyakit gila. Muhammad adalah seorang yang

berakhlak agung sehingga ia terjauh dari penyakit gila. 5

3 Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung: Al-Fabeta, 2009), h. 61.

4 Al Qur‟an Departemen Agama RI, Al Qur’an dan Tafsirnya Jilid X, (Cetakan ulang Semarang : PT Citra Effhar, 1993), h. 278.

5 Ibid.,290.

Secara khusus ayat di atas diperuntukan Allah kepada nabi Muhammad SAW, tetapi sebagai umatnya nabi Muhammad sudah sepatutnya mencontoh apa yang telah dilakukan atau telah dicontohkan oleh nabi Muhammad SAW. Sejalan dengan ayat tersebut Nipan Abdul Halim memaparkan bahwa dalam rangka mempertahankan dan memperkokoh akidah islamiah pada anak, pendidikan harus

dilengkapi dengan pendidikan akhlak yang memadai. 6 Sebagaimana dipahami bahwa para siswa berkembang secara integral,

dalam arti fungsi-fungsi jiwanya saling mempengaruhi. Karena sepanjang perkembangannya membutuhkan bimbingan sebaik-bainya dari orang yang dewasa dan bertanggung jawab terhadap jiwa para siswa yang menurut kodratnya terbuka terhadap pengaruh dari luar. Namun tidak jarang para remaja mengambil jalan pintas untuk mengatasi kemelut batin yang mereka alami itu. Pelarian batin itu terkadang akan mengarah keperbuatan negaif dan merusak, seperti kasus narkoba, tawuran antar pelajar, maupun tindak kriminal yang merupakan kegagalan para siswa dalam menentukan jalan hidup yang dapat menentramkan gejolak batinya. Sehingga jika tingkah laku yang diperlihatkan sesuai dengan norma yang berlaku, maka tingkah laku tersebut dinilai baik dan dapat diterima. Sebaliknya jika tingkah laku tersebut tidak sesuai atau bertentangan dengan norma

yang berlaku, maka tingkah laku dinilai buruk dan ditolak. 7

6 Nipan Abdul Halim, “Anak Soleh Dambaan Keluarga”, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), h. 28.

7 Jalaluddin, Psikologi Agama, edisi revisi 2005 (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,

Oleh karena itu, agar pelaksanaan pendidikan aqidah akhlak dapat diwujudkan secara optimal, maka perlu memperhatikan faktor-faktor penyebab dari pada tingkah laku, faktor-faktor tersebut antara lain sebagai berikut:

1. Struktur sosial-kultural, yaitu pola tingkah laku ideal yang diharapkan

2. Faktor situasi, yaitu semua kondisi fisik dn sosial ditempat berada dan diterapkannya suatu sistem sosial

3. Faktor kepribadian, yaitu semua faktor psikologis dan biologis yang mempengaruhi tingkah laku para pelaku secara perseorangan. 8

Dengan pendidikan aqidah akhlak diharapkan dapat menumbuhkan dan meningkatkan keimanan siswa yang diwujudkan dalam tingkah laku terpuji. Karena tingkah laku ditentukan oleh keseluruhan pengalaman yang didasari oleh pribadi seseorang. Kesadaran merupakan sebab dari tingkah laku. Artinya bahwa apa yang dipikir dan dirasakan oleh individu itu menentukan apa yang dikerjakan. Adanya nilai yang dominan mewarnai seluruh kepribadian seseorang dan ikut

serta menentukan tingkah lakunya. 9 Adapun dapat dikatakan bahwa pelaksanaan pendidikan aqidah akhlak

dapat dipandang sebagai suatu wadah untuk membina dan membentuk tingkah laku siswa dalam mengembangkan pengetahuan (kognitif), sikap (afektif) serta pembiasaan (psikomotorik).

8 Sanapiah Faisal, sosiologi pendidikan (Surabaya: Usaha Nasional), h. 300.

9 Jalaluddin, op. cit., h.165.

Oleh sebab itu pendidikan aqidah akhlak bertujuan untuk menumbuhkan pola tingkah laku siswa yang kokoh melalui latihan kejiwaan, kecerdasan, penalaran, perasaan dan indera.

Dan untuk mewujudkan tujuan diatas tentunya harus ditunjang dengan berbagai faktor seperti guru dan lingkungan. Perkembangan dan pertumbuhan tingkah laku siswa berjalan cepat atau lambat tergantung pada sejauh mana faktor- faktor aqidah akhlak dapat disediakan dan difungsikan sebaik mungkin.

Dari uraian diatas timbul keinginan penulis untuk mengkaji lebih lanjut tentang hubungan pembelajaran aqidah akhlak dengan tingkah laku siswa di MAN Model Manado kelas XI Sosial.

Pembelajaran aqidah akhlak di MAN Model Manado kelas XI Sosial dari segi metode yang dipakai oleh guru seperti metode pada umumnya yaitu metode ceramah guru biasanya juga menggunakan metode diskusi, dan tanya jawab. Proses pembelajaran di dalam kelaspun menjadi kurang menyenangkan sehingga para siswa mudah merasa bosan, hal itu ditunjukan siswa dengan sering meminta izin keluar kelas dengan alasan buang air kecil, buang air besar dan lain sebagainya.

Kurangnya metode yang dipakai oleh guru, dan juga kurangnya minat siswa belajar pembelajaran aqidah akhlak, itu bisa jadi berpengaruh terhadap pengetahuan yang didapat siswa, yang seharusnya siswa bisa belajar dan memahami serta bisa mencontohkan nilai-nilai yang terkandung dalam pembelajaran aqidah akhlak pada kenyataanya tidak demikian. Karena kurangnya pengetahuan tentang akhlak oleh para siswa sehingga siswa-siswa bisa saja Kurangnya metode yang dipakai oleh guru, dan juga kurangnya minat siswa belajar pembelajaran aqidah akhlak, itu bisa jadi berpengaruh terhadap pengetahuan yang didapat siswa, yang seharusnya siswa bisa belajar dan memahami serta bisa mencontohkan nilai-nilai yang terkandung dalam pembelajaran aqidah akhlak pada kenyataanya tidak demikian. Karena kurangnya pengetahuan tentang akhlak oleh para siswa sehingga siswa-siswa bisa saja

Adapun penulis mengangkat judul tersebut di atas karena pendidikan aqidah akhlak adalah penanaman perilaku yang baik dalam jiwa anak dalam masa pertumbuhannya, sehingga perilaku tersebut menjadi salah satu kemanpuan jiwa. Selain alasan tersebut akhlak atau perilaku yang baik merupakan misi yang dibawa Nabi Muhammad SAW diutus kedunia. Penelitian ini membahas apakah terdapat hubungan pembelajaran aqidah akhlak dengan tingkah laku siswa di MAN Model Manado kelas XI Sosial.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, sehingga penulis mengidentifikasi masalah yaitu: (1) kurangnya minat guru untuk memberikan kesadaran dan contoh kepada para siswa; (2) kurangnya minat siswa untuk belajar aqidah akhlak; (3) metode pembelajaran yang monoton.

C. Batasan Masalah

Untuk memberikan pemahaman yang mendalam, dan penelitian ini tidak melebar terlalu jauh, penelitian menfokuskan dan membatasi ruang lingkup Untuk memberikan pemahaman yang mendalam, dan penelitian ini tidak melebar terlalu jauh, penelitian menfokuskan dan membatasi ruang lingkup

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dimaksudkan sebagai acuan masalah yang akan dibahas yakni sebagai berikut:

1. Apakah terdapat hubungan pembelajaran aqidah akhlak dengan tingkah laku siswa di MAN Model Manado kelas XI Sosial?

2. Sejauhmana hubungan pembelajaran aqidah akhlak dengan tingkah laku siswa di MAN Model Manado kelas XI Sosial ?

E. Tujuan Penelitian

Untuk mengkaji dan menguji apakah ada hubungan pembelajaran aqidah akhlak dengan tingkah laku siswa dan sejauh mana hubungan pembelajaran aqidah akhlak di MAN Model Manado kelas XI Sosial.

F. Manfaat Penelitian

a. Secara teoritis. Sebagai konstribusi khasanah ilmu pengetahuan dan sebagai sumber referensi untuk diteliti pada penelitian selanjutnya.

b. Secara Praktis. Bagi orang tua peserta didik, untuk lebih meningkatkan diri dalam mengawasi tingkah laku anak mereka. Bagi siswa agar mengetahui pentingnya pendidikan akhlak demi membanggun moral yang mulia.

c. Bagi penulis yaitu menambah wawasan dan pengalaman.

BAB II KAJIAN TEORI

A. DESKRIPSI TEORI

1. Pengertian Pembelajaran Aqidah Akhlak

a. Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran adalah proses interaksi guru dengan siswa dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar yang meliputi guru dan siswa yang saling bertukar informasi. Pengertian pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan guru agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada siswa. Dengan kata lain pengertian pembelajaran adalah proses untuk membantu siswa agar dapat belajar dengan baik.

Di sisi lain pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan pengajaran, tetapi sebenarnya mempunyai konotasi yang berbeda. Dalam konteks pendidikan, guru mengajar agar siswa dapat belajar dan menguasai isi pembelajaran hingga mencapai suatu yang ditentukan. Pengetahuan (aspek kognitif), juga dapat mempengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta keterampilan (psikomotor) seorang siswa, namun proses pengajaran ini memberi kesan hanya sebagai pekerjaan satu pihak, yaitu pekerjaan mengajar saja. Sedangkan pembelajaran menyiratkan adanya interaksi antara guru

dengan siswa. 10 dengan siswa. 10

Akhlak bentuk masdar dari kata “aqoda, ya‟qidu” yang berarti simpulan, ikatan, perjanjian dan kokoh. Sedangkan secara teknik aqidah berarti iman, kepercayaan, keyakinan, dan tumbuhnya kepercayaan tertentu di dalam hati. Sehingga yang dimaksud aqidah adalah kepercayaan yang menghujam dan tersimpul di dalam hati.

Sedangkan menurut istilah aqidah adalah hal-hal yang wajib dibenarkan oleh hati dan jiwa merasa tentram kepadanya, sehingga menjadi keyakinan kokoh yang tidak tercampur oleh keraguan.

Aqidah adalah kumpulan dari hukum-hukum kebenaran yang jelas dan dapat diterima oleh akal, pendengaran, perasaan yang diyakini oleh hati manusia dan dipujinya, dipastikan kebenarannya, ditetapkan ke shahihannya dan tidak melihat apa yang menyalahinya, dan bahwa ia itu benar serta

berlaku selamanya. 11

c. Akhlak

Secara bahasa kata akhlak berasal dari bahasa Arab al-akhlak adalah bentuk jamak dari khuluq yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku,

tabiat, kebiasaan atau adat. 12

10 http://belajarpsikolog.com/pengertian-dan-tujuan-pembelajaran. diakses hari minggu/14/12/2014. jam 20;27 pm.

11 Abu Bakar Syaikhal Jazair, Aqidah Mukmin, (Cet. I; Jakarta: Pustaka Al Kautsar, 2002), h. 17.

12 Buku siswa kelas X MA, Aqidah akhlak kurikulum, 2013.

Sedangkan akhlak menurut istilah adalah suatu kondisi atau sifat yang telah meresap dalam jiwa dan menjadi kepribadian hingga dari situ timbilah berbagai macam perbuatan dengan cara spontan dan mudah tanpa dibuat-buat dan tanpa memerlukan pikiran. Apabilah timbul perbuatan yang baik dan terpuji, menurut pandangan syariat dan akal pikiran, dinamakan budi pekerti mulia dan sebaliknya apabila yang timbul perbuatan yang buruk maka disebut

budi pekerti yang tercela. 13 Akhlak menurut Husni Rahim, tidak akan tumbuh tanpa diajarkan dan

dibiasakan, oleh karena itu ajaran agama selain sebagai ilmu secara bertahap juga harus diikuti secara terus-menerus baik di sekolah maupun di lingkungan

rumah. 14

1. 15 Akhlak terbagi menjadi 3 macam.

a. Akhlak kepada Allah SWT, diantaranya :

a. Taubat Sebagai seorang manusia biasa, tentu tidak akan pernah luput dari sifat lalai dan lupa. Karena hal itu merupakan sifat dan tabiat manusia oleh karena itu etika kepada Allah manakalah terjerumus ke dalam “kelupaan” sehingga

13 Asmaran, Pengantar Study Akhlak, (Cet. II; Jakarta: PT. Raja Gafindo Persada, 1994), h. 3.

14 Husni Rahim, Arah Baru Pendidikan Islam di Indonesia (Cet. 1; Jakarta: Logos, 2011), h. 41.

15 M. Sholihin & M. Rosyid Anwar, Akhlak Tasawuf “manusia, etika, dan makna hidup ”, (Bandung: Nuansa, 2015), h. 93 15 M. Sholihin & M. Rosyid Anwar, Akhlak Tasawuf “manusia, etika, dan makna hidup ”, (Bandung: Nuansa, 2015), h. 93

              Terjemah :

“Dan Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya, kemudian ia mohon ampun kepada Allah, niscaya ia mendapati Allah

Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Q.S. An-Nisa/110) 16

Maksudnya adalah barang siapa yang melakukan dosa yaitu kejahatan, menganiaya diri sendiri, berhak mendapatkan siksaan dari Allah SWT. 17

b. Tawakal Tawakal bukan berarti meninggalkan kerja dan usaha dalam surat Al mulk ayat

15 dijelaskan bahwa disyariatkan berjalan di muka bumi untuk mencari rejeki dengan berdagang, bertani dan sebagainya. Seperti dalam firmanNya:

                Terjemah : “Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, Maka berjalanlah di

segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezki-Nya. dan hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan” (Q.S. Al- Mulk/15) 18

Maksudnya adalah ayat ini menerangkan nikmat Allah SWT yang tiada terhingga yang telah dilimpahkan- Nya kepada manusia dengan menyatakan “

16 Abu Ja‟Far Muhammad Bin Jarir Ath Thabari, Tafsir Ath Thabari Surat An-Nisaa’, (Cet I, Jakarta: Pustaka Azzam, 2008), h. 711.

17 Ibid ., h. 715.

18 Al Qur‟an Departemen Agama RI, Al Qur’an dan Tafsirnya Jilid X, (Cetakan ulang 18 Al Qur‟an Departemen Agama RI, Al Qur’an dan Tafsirnya Jilid X, (Cetakan ulang

kebutuhan hidup dan kehidupanmu. 19

c. Syukur Sifat yang selalu ingin memanfaatkan dengan sebaik-baiknya nikmat yang Allah berikan kepadanya, seperti dalam firmanNya:

       Terjemah :

“karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya aku ingat (pula) kepadamu dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-

Ku”(Q.S. Al-Baqarah/152)

d. Ikhlas Ikhlas menjauhkan diri dari riya (pamer kepada orang lain), seperti dalam firmanNya:

Terjemah : “Dan siapakah yang lebih baik agamanya dari pada orang yang ikhlas

menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang diapun mengerjakan kebaikan, dan ia mengikuti agama Ibrahim yang lurus? dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayanganNya”. (Q.S. An-Nisa/125)

Maksudnya adalah menyerahkan diri kepada Allah artinya mengikhlaskan niat dan amal perbuatan hanya karena Allah semata. 20

19 Ibid., h. 261.

b. Akhlak Kepada Diri Sendiri

a. Menepati Janji Janji adalah suatu penepatan yang dibuat, maka dari itu wajib menepatinya dan tidak ada alasan untuk mengingkarinya. Janji yang dibuat oleh seseorang adalah janjinya pula dengan Allah SWT, maka dipikirkan sebelum membuat janji, seperti dalam firmanNya:

Terjemah : “Sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggungan jawabnya”.(Q.S. Al- Isra‟/34)

Maksudnya adalah Allah SWT dalam firmanya “penuhilah janji” maksudnya ialah melaksanakan apa yang telah ditentukan dalam perjanjian itu, dengan tidak menyimpang dari ketentuan agama dan hukum yang berlaku. Allah memerintahkan kepada hambanya agama memenuhi janji, baik janji kepada

Allah ataupun janji yang dibuat sesama manusia. 21

b. Rendah Hati Allah SWT mengajarkan untuk memiliki sifat rendah hati, rendah hati harus diwujudkan dalam setiap perilaku, sikap rendah hati dapat dilihat dari cara seseorang berjalan dari sini akan terlihat sikap sederhana, tidak angkuh,

Abu Ja‟Far Muhammad Bin Jarir Ath Thabari, op. cit., h. 845.

21 Al Qur‟an Departemen Agama RI, Al Qur’an dan Tafsirnya Jilid V, (Cetakan ulang Semarang : PT Citra Effhar, 1993), h. 765.

langkahya mantap dan tampil dengan jati diri yang sebenarnya. Seperti dalam firmanNya:

Terjemah : “Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena

Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali- kali

kamu tidak akan sampai setinggi gunung”. (Q.S. Al-Isra/37 )

Maksudnya adalah Allah melarang kaum muslimin berjalan di muka bumi dengan sombong. Orang yang berjalan di muka bumi bukanlah bersikap wajar, karena bagaimanapun juga kerasnya derap kaki yang ia hentakan di atas bumi, tidak akan menembus permukaannya dan bagaimanapun juga tingginya ia

22 mengangkat kepalanya, tidaklah ia dapat melampaui tingginya gunung.

c. Sederhana Islam mengajarkan untuk hidup sederhana akan selalu merasa cukup, bahagia dan bersyukur kepada Allah, sebaliknya Allah melarang untuk hidup mewah dan boros. Seperti dalam firmanNya:

           Terjemah :

“Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya”. (Q.S. Al Isra‟/27)

Maksudnya adalah Allah SWT menyatakan bahwa pemboros-pemboros itu adalah saudara setan. Ungkapan serupa ini biasanya dipergunakan oleh orang Arab. Orang yang membiasakan diri mengikuti suatu peraturan dari suatu

22 Ibid., h. 574.

kaum atau mengikuti jejak langkahnya, disebut saudara-saudara kaum itu. Jadi langkah setan. Dan yang dimaksud pemboros-pemboros dalam ayat ini adalah orang-orang yang menghamburkan harta bendanya dalam perbuatan maksiat, dan perintah itu tentunya di luar perintah Allah SWT. Orang-orang yang serupa inilah yang disebut kawan-kawan setan. Di dunia mereka tergoda oleh setan, dan di akhirat mereka akan dimasukan ke dalam neraka jahannam bersama-

sama setan itu. 23

d. Tanggung Jawab Tanggung jawab seseorang berkaitan erat dengan beban yang diberikan kepadanya semakin tinggi kedudukannya di masyarakat maka semakin besar pula tanggung jawabnya. Seperti dalam firmanNya:

Terjemah : “Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya”.(Q.S.

Al-Mudatsir/38)

Maksudnya adalah setiap jiwa akan mendapatkan balasan dari kejahatan yang telah diperbuatnya, kecuali golongan muslim yang telah membebaskan diri dari

melakukan ketaatan. 24

23 Ibid., h. 563.

24 Al Qur‟an Departemen Agama RI, Al Qur’an dan Tafsirnya Jilid X, (Cetakan ulang Semarang: PT Citra Effhar, 1993), h. 472.

e. Akhlak Terhadap Sesama Manusia Dan Masyarakat

a. Belas Kasih Sikap yang selalu ingin berbuat baik dan menyantuni orang lain. Seperti dalam firmanNya:

Terjemah : “Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan Berlaku adil terhadap

orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang- orang yang berlaku adil. Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan sebagai kawanmu orang-orang yang memerangimu karena agama dan mengusir kamu dari negerimu, dan membantu (orang lain) untuk mengusirmu. dan Barangsiapa menjadikan mereka sebagai kawan, Maka mereka Itulah orang- orang yang zalim”. (Q.S. Al-Mum Tahanah/8- 9)

Maksudnya adalah dalam ayat ini Allah menerangkan bahwa dia tidak melarang orang-orang yang beriman berbuat baik, mengadakan hubungan persaudaraan, tolong-menolong dan bantu-membantu dengan orang-orang kafir selama mereka tidak mempunyai niat menghancurkan islam dan kaum muslimin, tidak mengusir dari negeri-negeri mereka dan tidak pula berteman akrab dengan orang-orang yang hendak mengusir kaum muslimin. Allah hanya melarang kaum bertolong-menolong dengan orang-orang yang menghambat Maksudnya adalah dalam ayat ini Allah menerangkan bahwa dia tidak melarang orang-orang yang beriman berbuat baik, mengadakan hubungan persaudaraan, tolong-menolong dan bantu-membantu dengan orang-orang kafir selama mereka tidak mempunyai niat menghancurkan islam dan kaum muslimin, tidak mengusir dari negeri-negeri mereka dan tidak pula berteman akrab dengan orang-orang yang hendak mengusir kaum muslimin. Allah hanya melarang kaum bertolong-menolong dengan orang-orang yang menghambat

b. Rasa Persaudaraan Yaitu sikap jiwa yang selalu ingin berhubungan atau mengikat tali persaudaraan. Seperti dalam firmanNya:

Terjemah : “Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan

janganlah kamu bercerai-berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh- musuhan, Maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena

nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara, dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayatNya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk”. (Q.S. Ali-Imran/103). 26

Maksudnya adalah Abu Ja‟far berkata makna firman Allah tersebut, berpeganglah dengan sebab-sebab yang Allah tetapkan, dengan kata lain berpengang-peganglah kalian kepada agama Allah yang diperintahkan oleh- Nya. Demikian pula dengan ikatan janji yang telah Allah nyatakan dalam

25 Ibid., h. 110.

26 Abu Ja‟Far Muhammad Bin Jarir Ath Thabari, Tafsir Ath Thabari Surat Al Imran ’, 26 Abu Ja‟Far Muhammad Bin Jarir Ath Thabari, Tafsir Ath Thabari Surat Al Imran ’,

27 kebenaran dan menyerahkan diri kepada Allah SWT.

c. Silaturahmi Hubungan kerabat, hubungan kasih sayang, tolong menolong, berbuat baik, menyampaikan hak dan kebaikan dan menolak keburukan. Seperti dalam firmanNya:

Terjemah : “orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itu

damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat”. (Q.S Al

Hujuraat/10)

Maksudnya adalah Allah ta‟ala berfirman kepada ahli imam “sesungguhnya orang- orang mukmin adalah bersaudara”, seagama karena itu damaikanlah

antara kedua saudaramu” apabila berperang, dengan mendorong mereka kepada hukum Allah dan hukum Rasul-Nya. 28

2. Tujuan Pendidikan Aqidah Akhlak

Setiap kegiatan pendidikan merupakan bagian dari sutau proses yang diharapkan untuk menuju suatu tujuan. Dimana tujuan pendidikan merupakan suatu masalah yang sangat fundamental dalam pelaksanaan

27 Ibid., h. 683.

28 Ibid., h. 738.

pendidikan, sebab dari tujuan pendidikan akan menentikan kearah mana remaja itu dibawah. Pengertian dan tujuan itu sendiri yaitu suatu yang diharapkan tercapai setelah suatu usaha dan kegiatan selesai. Adapun tujuan pendidikan aqidah akhlak adalah:

1. Memberikan pengertahuan, penghayatan dan keyakinan kepada siswa akan hal-hal yang harus diimani, sehingga tercermin dalam sikap dan perilaku sehari-hari.

2. Memberikan pengetahuan, penghayatan dan kemauan yang kuat untuk mengamalkan akhlak yang baik, dan menjauhi akhlak yang buruk, baik hubungannya dengan Allah, dengan dirinya sendiri, dan sesame manusia, maupun dengan alam lingkungan.

3. Memberikan bekal kepada siswa tentang aqidah dan akhlak untuk melanjutkan pelajaran kejenjang selanjutnya. 29

Berdasarkan rumusan-rumusan di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa tujuan pendidikan aqidah akhlak sangat menunjang peningkatan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT.

4. Ruang Lingkup Pendidikan Aqidah Akhlak

Ruang lingkup merupakan objek utama dalam pembahasan aqidah akhlak, maka ruang lingkup aqidak akhlak adalah meliputi :

29 Barmawie Umary, Materi Akhlak (Solo: CV Ramadhani, 1991), h. 13.

a. Hubungan manusia dengan Allah SWT Hubungan vertikal antara manusia dengan khaliknya mencakup dari segi aqidah dan meliputi : iman kepada Allah, iman kepada malaikat- malaikatNya, iman kepada kitab-kitabNya, dan iman kepada rasulNya, iman kepada hari akhir dan iman kepada qadha dan qadarNya.

b. Hubungan manusia dengan manusia Materi yang dipelajari meliputi : akhlak dan pergaulan hidup sesama manusia, kewajiban membiasakan berakhlak yang baik terhadap diri sendiri dan orang lain, serta menjauhi akhlak yang buruk.

c. Hubungan manusia dengan lingkungan Materi yang dipelajari meliputi akhlak manusia terhadap alam lingkungannya, baik lingkungan dalam arti yang luas, baik akhlak hidup

selain manusia, yaitu binatang dan tumbuh-tumbuhan. 30

2. Tingkah Laku Siswa

Kata tingkah laku terdiri dari dua kata, yaitu “tingkah” dan “laku”.

Tingkah memiiliki arti perbuatan yang aneh-aneh atau tidak sewajarnya. Dan laku yang berarti perbuatan, kelakuan, cara menjalankan atau berbuat. 31

Sedangkan tingkah laku dalam pengertian yang sangat luas, yakni tingkah laku tidak hanya mencakup kegiatan motorik saja, seperti berbicara,

30 Amin Ahmad, Etika “Ilmu Akhlak”, (Jakarta: PT Bulan Bintang 1975), h. 94.

31 Muhammmad Ali, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Modern (Jakarta: pustaka 31 Muhammmad Ali, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Modern (Jakarta: pustaka

senyum. 32

1. Karakteristik Tingkah Laku Positif

Sesungguhnya tingkah laku yang positif dan matang dapat dibedakan dengan karakteristik-karakteristik berikut ini

a. Mampu menguasai diri.

b. Berani memikul tanggung jawab dan menghargainya.

c. Mau bekerja sama.

d. Mampu saling memberi dan menerima. Dan dalam waktu yang bersamaan, seseorang mampu memberi lebih banyak daripada yang ia terima.

e. Bisa diajak bekerjasama dalam mendorong perkembangan dan kemajuan bagi masyarakat khususnya, dan bagi masyarakat dunia pada umumnya.

f. Mau memperhatikan orang lain, bisa membangun relasi-relasi positif dengan anggota masyarakat, dan berusaha menciptakan rasa saling pengertian serta saling membantu diantara mereka.

32 Mahfudh Shalahuddin, Pengantar Psikologi Umum (Surabaya: Sinar Wijaya, 1986), h. 49.

g. Mampu menciptakan target-target ambisinya, berusaha mewujudkan sesuai dengan kemampuan, dan berusaha mencari segala caranya dengan segenap kemampuan yang dimilikinya.

h. Mampu menghadapi pergumulan, ketakutan, kegelisahan dan perasaan bersalah.

i. Menikmati kepercayaan diri dan kemampuan menarik orang lain berbuat hal yang sama, dan keberhasilannya mencintai serta menghargai mereka.

j. Fleksibel dalam menghadapi kenyataan. Hal ini dikatakan pada dasarnya tingkah laku seseorang cukup beragam. Setiap tingkah laku

harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada. 33 Tingkah laku positif dengan semua karakteristiknya inilah yang mampu

mewujudkan adaptasi pribadi dan sosial bagi seseorang, sehingga ia punya kemampuan untuk menyesuaikan dirinya dengan masyarakat dimana ia hidup. Ini bisa membuatnya menikmati sebuah kehidupan yang lepas dari krisis dan kegelisahan, kehidupan yang pehuh dengan semangat dan hal-hal yang positif. Itu berarti seseorang harus senang hati, rela, dan mau menerima dirinya sendiri, seperti iajuga mau menerima orang lain. Tidak ada sikapnya yang menunjukan berbenturan dengan masyarakat. Ia juga tidak melakukan perilaku sosial yang

33 Syaikh M. Jalaluddin Mahfuzh, Psikologi Anak dan Remaja Muslim (Cet. I; Jakarta: Pustaka At-Kautsar, 2001), h. 14.

kontroversial. Tetapi melakukan perilaku rasional yang menunjukan adanya keseimbangan emosi, perasaan dan akal dalam berbagai bidang. 34

Berdasarkan beberapa pengertian masalah tingkah laku tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwa tingkah laku merupakan suatu aktifitas yang timbul dari dalam diri kita sendiri karena ada respon dari luar sehingga

terbentuklah tingkah laku yang positif atau sebaliknya tingkah laku yang negatif. 35

2. Macam-Macam Tingkah Laku

Pembahasan mengenai macam-macam tingkah laku dapat memperjelas bagaimana siswa mengembangkan perbuatannya, adapun menurut Hasan Langgulang membedakan dua macam tingkah laku antara lain sebagai berikut :

a. Tingkah laku intelektual yang tinggi. Maksudnya adalah sejumlah perbuatan yang dikerjakan seseorang yang berhubungan dengan kehidupan jiwa dan intelektual.

b. Tingkah laku mekanistis atau refleksi. Maksudnya adalah respon-respon yang timbul pada diri manusia secara mekanistis dan tetap, seperti kedipan mata sebab kena cahaya, dan gerakan-gerakan rambang seperti

menggerakan kedua tangan dan kaki secara terus-menerus tanpa aturan. 36

34 Ibid., h. 15.

35 Hasan Langgulang, asas-asas Pendidikan Islam (Jakarta: Pustaka Al-Husna, 2011), h. 275.

36 Usman Efendi DKK, Pengantar Psikologi, (Bandung; Angkasa, 1985), h. 47

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkah Laku Siswa

Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkah laku siswa berlangsung secara berangsur-angsur, bukanlah yang sekali melainkan sesuatu yang berkembang. Oleh karena itu, pembentukan tingkah laku merupakan suatu proses. Apabila akhir dari perkembangan yang dialami para remaja berlangsung dengan baik maka akan menghasilkan suatu tingkah laku yang baik pula. Tingkah laku itu disebut baik apabila faktor-faktor yang mempengaruhinya berjalan seimbang, dimana terdapat faktor intern, dan ekstern dan lingkungan yang akan membentuk tingkah laku remaja.

Agama islam telah mengajarkan kepada semua pemeluk agar menjadikan dirinya sebagai manusia yang berjiwa suci, memiliki kepribadian yang luhur, lebih dari itu agar menjadikan dirinya sebagai manusia yang berguna bagi dirinya sendiri dan orang lain.

Adapun faktor-faktor yang mempengeruhi tingkah laku siswa, menurut Zakiah Daradjat ada tiga faktor antara lain :

a. Faktor Intern Yang paling kelihatan dalam faktor intern disini adalah pertumbuhan jasmani yang cepat. Artinya perubahan cepat yang terjadi pada fisik remaja, berdampak pula pada sikap dan perhatiannya terhadap dirinya. Ia menuntut agar orang dewasa memperlakukannya tidak lagi seperti kanak-kanak. Sementara itu, ia merasa belum mampu mandiri dan masih memerlukan bantuan orang tua untuk membiayai keperluan hidupnya. Juga pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan, menyebabkan terjadinya perubahan a. Faktor Intern Yang paling kelihatan dalam faktor intern disini adalah pertumbuhan jasmani yang cepat. Artinya perubahan cepat yang terjadi pada fisik remaja, berdampak pula pada sikap dan perhatiannya terhadap dirinya. Ia menuntut agar orang dewasa memperlakukannya tidak lagi seperti kanak-kanak. Sementara itu, ia merasa belum mampu mandiri dan masih memerlukan bantuan orang tua untuk membiayai keperluan hidupnya. Juga pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan, menyebabkan terjadinya perubahan

b. Faktor Ekstern Disinilah letak bahaya dan ancaman terhadap kehidupan para remaja yang sedang mulai tumbuh, yang sedang menatap hari depan yang diharapakan dan dicita-citakannya. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi pada dasarnya baik dan berguna bagi kemajuan bangsa. Tetapi kemajuan IPTEK itu telah ditumpangi dan disalah gunakan oleh sebagian manusia yang serakah yang tidak beragama atau kehidupanya ditentukan oleh hawa nafsu. Secara tidak terasa, para remaja terbawa oleh arus yang sering didengar dan disaksikan dalam acara kebudayaan yang ditayangkan oleh media elektronik.

c. Faktor Lingkungan Faktor keluarga merupakan faktor yang paling penting dalam mempengaruhi tingkah laku siswa. Apabilah faktor negatif yang datang dari keluarga, misalnya orang tua tidak rukun, sering bertengkar dihadapan anak, akibatnya remaja mengalami keterbelakangan kecerdasan, kegoncangan emosi akibat tekanan perasaan, kehilangan rasa kasih sayang dan sebagainya. Maka usaha keluarga adalah mencari jalan preventif (pencegahan), kuratif (penyembuhan), dan konstruktif (pembinaan). Sehingga para remaja menjadi manusia yang teguh imannya, kokoh pendiriannya, terpuji akhlaknya, dan c. Faktor Lingkungan Faktor keluarga merupakan faktor yang paling penting dalam mempengaruhi tingkah laku siswa. Apabilah faktor negatif yang datang dari keluarga, misalnya orang tua tidak rukun, sering bertengkar dihadapan anak, akibatnya remaja mengalami keterbelakangan kecerdasan, kegoncangan emosi akibat tekanan perasaan, kehilangan rasa kasih sayang dan sebagainya. Maka usaha keluarga adalah mencari jalan preventif (pencegahan), kuratif (penyembuhan), dan konstruktif (pembinaan). Sehingga para remaja menjadi manusia yang teguh imannya, kokoh pendiriannya, terpuji akhlaknya, dan

4. Hubungan Perbelajaran Aqidah Akhlak dengan Tingkah Laku Siswa

Pembelajaran aqidah akhlak merupakan sub mata pelajaran yang harus diajarkan di madrasah yang dimulai dari madrasah sampai perguruan tinggi dan pendidikan tersebut sudah tentu untuk mencapai tujuan. Sesungguhnya tujuan pendidikan aqidah akhlak adalah identik dengan tujuan hidup setiap muslim, yaitu menginginkan hidup bahagia di dunia dan di akhirat.

Demikian pula dengan perkembangan para remaja yang merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa, sehingga pada masa peralihan tersebut seorang remaja akan mengalami perkembangan dan perubahan dalam menentukan hak dan kewajiban serta tanggung jawab terhadap kehidupan pribadi dan masa depannya. Untuk itu, para remaja wajib mendapatkan bimbingan serta arahan dari guru atau orang tua dalam mencari dan menumbuhkan nilai-nilai luhur demi membentuk identitas dirinya menuju kematangan pribadi. Disinilah penanaman aqidak akhlak diutamakan agar mereka tidak mengalami kegoncangan pikiran dan jiwanya dalam menentukan solusi atas problem yang dihadapi para remaja. Maka pendidikan yang pertama dan utama adalah pembentukan keyakinan kepada Allah SWT yang diharapkan dapat melandasi sikap, tingkah laku dan kepribadian siswa.

Dari para ahli pendidikan islam telah sepakat bahwa maksud dari pendidikan dan pengajaran bukannya memenuhi otak siswa dengan segala

37 Zakiah Daradjat, Remaja Harapan dan Tantangan, (Jakarta: Ruhama, 1995), h. 60.

macam ilmu yang belum mereka ketahui, tetapi maksudnya ialah mendidik akhlak dan jiwa mereka, menanamkan rasa fadhilah (keutamaan). Membiasakan mereka dengan kesopanan yang tinggi, mempersiapkan mereka untuk suatu kehidupan yang suci selurunya ikhlas dan jujur.

Selanjutnya untuk mewujudkan tingkah laku yang positif maka di perlukan keseriusan pembentukan kepribadian sebagai hasil pendidikan, sehingga perwujudan kepribadian muslim, kemajuan masyarakat dan budaya akan dapat terealisasikan melalui sarana-sarana pendidikan yang dalam hal ini adalah pendidikan aqidah akhlak. Karena dengan menanamkan nilai-nilai agama akan sangat membantu terbentuknya kepribadian dan tingkah laku siswa kelak pada masa dewasa. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pendidikan aqidah akhlak adalah usaha yang diarahkan kepada pembentukan tingkah laku siswa yang sesuai dengan ajaran islam serta bertanggung jawab sesuai dengan nilai-nilai islam.

Disamping itu pendidikan aqidah akhlak tidak hanya sekedar diketahui dan dimiliki oleh para remaja, melainkan lebih dari itu pendidikan aqidah akhlak harus dihayati dengan baik dan benar. Sebab bila pendidikan aqidah akhlak telah dimiliki, dimengerti dan dihayati dengan baik dan benar, maka kesadaran seseorang akan hak dan kewajiban sebagai hamba Allah akan muncul secara sendirinya. Hal ini akan muncul dalam pelaksanaan ibadah, tingkah laku, sikap dan perbuatan serta perkataanya sehari-hari. Oleh sebab itu, para remaja yang menjadi tumpuhan harapan masa depan bangsa dan agama sangat penting dalam jiwanya tersebut ditanamkan nilai- Disamping itu pendidikan aqidah akhlak tidak hanya sekedar diketahui dan dimiliki oleh para remaja, melainkan lebih dari itu pendidikan aqidah akhlak harus dihayati dengan baik dan benar. Sebab bila pendidikan aqidah akhlak telah dimiliki, dimengerti dan dihayati dengan baik dan benar, maka kesadaran seseorang akan hak dan kewajiban sebagai hamba Allah akan muncul secara sendirinya. Hal ini akan muncul dalam pelaksanaan ibadah, tingkah laku, sikap dan perbuatan serta perkataanya sehari-hari. Oleh sebab itu, para remaja yang menjadi tumpuhan harapan masa depan bangsa dan agama sangat penting dalam jiwanya tersebut ditanamkan nilai-

keagamaan. 38

B. Kerangka Berfikir

Bila pembelajaran aqidah akhlak dapat diterapkan dengan benar sehingga siswa mampu menyerap dan mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari maka bisa jadi akan tercipta suatu nilai akhlak dan moral yang baik di masyarakat.

Berikut ini merupakan skema paradigma penelitian:

XY

Pembelajaran Aqidah

Tingkah Laku Siswa Akhlak

Keterangan:

: Hubungan

Gambar Paradigma Penelitian

38 Zakiah Daradjat, Islam Untuk Disiplin Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Bulan Bintang,

C. Penelitian Yang Relevan

Ada banyak kajian-kajian ilmiah penelitian-penelitian yang relevan dengan pembelajaran aqidah akhlak, dan berikut beberapa hasil penelitian yang didapatkan.

1. Moh Nur Khoirudin dalam sripsinya “Hubungan Pendidikan Aqidah Akhlak Terhadap Tingkah Laku Siswa ” Dari penelitian ini terdapat beberapa perbedaan diantaranya: Tempat

penelitian di Mts. Negeri Kabupaten Pasuruan. Metode pengumpulan data yang dipakai ada beberapa yaitu metode observasi, wawancara, dan dokumentasi. Untuk menentukan jumlah sampel peneliti ini menggunakan rumus slovin dan didapat 50 sampel. Dari hasil penelitian didapat hasil yaitu hubungan pendidikan aqidah akhlak terhadap tingkah laku siswa di Mts. Negeri Kabupaten Pasuruan menunjukan tingkat yang tinggi dengan korelasi product moment sebesar 0,892 yang terletak antara interpretasi nilai r yaitu 0,800 sampai dengan 1,00.

2. Muhayat Faiz Fadloli “Korelasi Pembelajaran Aqidah Akhlak dengan Tingkah Laku Siswa Kelas V Ma‟rif Sembego Depok Sleman”

Dari penelitian ini terdapat beberapa perbedaan diantaranya: tempat penelitian yaitu di MI kelas V Ma‟arif Sembego Depok Sleman. Sampel yang

digunakan adalah siswa kelas VA sebanyak 30 siswa dan kelas VB sebanyak 29 siswa. Sehingga popilasi yang didapat sebanyak 59. Pengumpulan data yang digunakan dengan mengadakan angket, observasi, wawancara dan dokumentasi. Analisis data dengan mendeskripsikan data dan menguji hipotesis menggunakan persamaan korelasi pearson product moment. Hasil penelitian menunjukan bahwa digunakan adalah siswa kelas VA sebanyak 30 siswa dan kelas VB sebanyak 29 siswa. Sehingga popilasi yang didapat sebanyak 59. Pengumpulan data yang digunakan dengan mengadakan angket, observasi, wawancara dan dokumentasi. Analisis data dengan mendeskripsikan data dan menguji hipotesis menggunakan persamaan korelasi pearson product moment. Hasil penelitian menunjukan bahwa

D. Hipotesis

Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara pembelajaran aqidah akhlak dengan tingkah laku siswa. Hal ini berarti, jika pembelajaran aqidah akhlak diterapkan dengan baik maka tingkah laku siswa akan sesuai dengan yang diharapkan.

Berikut ini merupakan hipotesis penelitian Hubungan pembelajaran aqidah akhlak dengan tingkah laku siswa di MAN Model Manado kelas XI Sosial:

H o : Tidak terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara

pembelajaran aqidah akhlak dengan tingkah laku siswa.

H a : Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara pembelajaran aqidah akhlak dengan tingkah laku siswa. Hipotesis statistiknya ialah:

H o : 𝜌=0

H a : 𝜌>0

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang peneliti gunakan yaitu penelitian yang berdasarkan pendekatan, secara garis besar dibedakan menjadi dua macam yaitu penelitian kuantitatif dan kualitatif dan berdasarkan hal di atas peneliti menggunakan penelitian kuantitatif.

Penelitian kuantitatif didasarkan atas konsep positivisme yang bertolak dari asumsi bahwa realita bersifat tunggal, fixed, stabil, lepas dari kepercayaan dan perasaan-perasaan individual. Realita terdiri atas bagian dan unsur yang