BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori mengenai kebijakan pembayaran dividen - Pengaruh Variabel Free Cash Flow, Profitabilitas, dan Kebijakan Hutang Terhadap Kebijakan Pembayaran Dividen Pada Perusahaan yang Tergabung dalam Indeks Saham LQ45

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori mengenai kebijakan pembayaran dividen

  Menurut Eugene F. Brigham (2001; 66), ada beberapa teori mengenai kebijakan dividen, diantaranya:

  1. Teori Ketidakrelevanan Dividen Teori ini menyatakan bahwa pembayaran dividen tidak berpengaruh terhadap kemakmuran pemegang saham. Jika kebijakan dividen tidak mempunyai pengaruh yang signifikan, maka tersebut tidak relevan. Untuk memahami argumen Modigliani dan Miller bahwa kebijakan dividen adalah tidak relevan, perlu diketahui bahwa setiap pemegang saham dapat menyusun kebijakan dividennya sendiri. Sebagai contoh, jika suatu perusahaan tidak membayarkan dividen, seorang pemegang saham yang menginginkan dividen sebesar 5% dapat “menciptakan” hal itu dengan menjual 5% dari sahamnya. Sebaliknya jika perusahaan membayarkan dividen lebih tinggi daripada yang diinginkan investor, dia dapat menggunakan dividen yang tidak diinginkan itu untuk membeli lebih banyak saham dari perusahaan tersebut. Jika para investor dapat membeli dan menjual saham, sehingga menciptakan kebijakan dividennya sendiri tanpa mengeluarkan biaya, kebijakan dividen perusahaan menjadi benar-benar tidak relevan. Kesimpulannya adalah bahwa kebijakan dividen tidak mempengaruhi tingkat pengembalian yang disyaratkan atas ekuitas (modal).

  2. Teori Bird-In-The-Hand Gordon dan Lintner berpendapat bahwa ekuitas (modal sendiri) akan turun apabila rasio pembagian dividen dinaikkan karena para investor jauh lebih menghargai pendapatan yang diharapkan dari dividen daripada pendapatan yang diharapkan dari keuntungan modal.

  Menurut Modigliani dan Miller, pendapat Gordon dan Lintner tersebut merupakan suatu kesalahan, karena akhirnya investor akan kembali menginvestasikan dividen yang diterima pada perusahaan yang sama atau perusahaan yang memiliki risiko yang hampir sama.

  Teori ini dapat disimpulkan bahwa terdapat pernyataan yang bertentangan antara Gordon dan Lintner dengan Modigliani dan Miller.

  Gordon dan Lintner menyatakan bahwa investor lebih menyukai pembayaran dividen daripada capital gain karena pembayaran dividen merupakan penerimaan yang pasti dibandingkan capital gain. Mereka mengkiaskan bahwa satu burung ditangan (Bird-In-The-Hand) lebih berharga daripada seribu burung di udara.

  3. Teori Preferensi Pajak Ada tiga alasan yang berkaitan dengan pajak untuk beranggapan bahwainvestor mungkin lebih menyukai pembagian dividen yang rendah daripada yang tinggi:

   Jika keuntungan modal dikenakan pajak dengan tarif maksimum 28%, sedangkan pendapatan dividen dikenakan pajak dengan tarif efektif mencapai 39,6%. Oleh karena itu, investor yang kaya mungkin lebih suka perusahaan menahan dan menanamkan kembali laba kedalam perusahaan. Pertumbuhan laba mungkin dianggap menghasilkan kenaikan harga saham, dan keuntungan modal yang pajaknya rendah akan menggantikan dividen yang pajaknya lebih tinggi.  Pajak atas keuntungan tidak dibayarkan sampai saham terjual.

  Karena adanya efek nilai waktu, satu dolar pajak yang dibayarkan di masa mendatang mempunyai biaya efektif yang lebih rendah daripada satu dolar yang dibayarkan hari ini.  Jika selembar saham dimiliki oleh seseorang sampai ia meninggal, sama sekali tidak ada pajak keuntungan modal yang terutang. Ahli waris yang menerima saham itu dapat menggunakan nilai saham pada hari kematian sebagai dasar biaya mereka, dengan demikian mereka terhindar dari pajak keuntungan modal.

  Karena adanya keuntungan-keuntungan pajak ini, para investor mungkin lebih suka perusahaan menahan sebagian besar laba perusahaan. Jika demikian para investor akan mau membayar lebih tinggi untuk perusahaan yang pembagian dividennya rendah daripada untuk perusahaan sejenis yang pembagian dividennya tinggi. Menurut Agus Sartono (dalam Trianto, 2011: 12), ada beberapa bentuk dividen yang akan dibagikan kepada pemegang saham antara lain:

  1. Pembagian dividen secara tunai atau cash dividend. Pembagian dividen secara tunai terdiri dari beberapa bentuk yaitu: a. Kebijakan Pemberian Dividen Stabil

  Kebijakan pemberian yang stabil ini artinya dividen akan diberikan secara tetap per lembarnya untuk jangka tertentu walaupun laba yang diperoleh perusahaan berfluktuasi. Dividen stabil ini dipertahankan untuk beberapa tahun, dan kemudian bila laba yang diperoleh meningkat dan peningkatannya mantap dan stabil, maka dividen juga akan ditingkatkan untuk selanjutnya dipertahankan selama beberapa tahun. Kebijakan pemberian dividen yang stabil ini banyak dilakukan oleh perusahaan, karena beberapa alasan, yaitu: (1) dapat meningkatkan harga saham, sebab dividen yang stabil dan dapat diprediksi dianggap mempunyai risiko lebih kecil, (2) dapat memberikan kesan kepada para investor bahwa perusahaan mempunyai prospek yang baik di masa yang akan datang, (3) dapat menarik investor yang memanfaatkan dividen untuk keperluan konsumsi, sebab dividen selalu dibayarkan.

  b. Kebijakan Dividen Meningkat Dengan kebijakan ini perusahaan akan membayarkan dividen kepada pemegang saham dengan jumlah yang selalu meningkat dengan pertumbuhan yang stabil. c. Kebijakan Dividen dengan Ratio yang Konstan Kebijakan ini memberikan dividen yang besarnya mengikuti besarnya laba yang diperoleh oleh perusahaan.

  Semakin besar laba yang diperoleh semakin besar dividen yang dibayarkan, demikian pula sebaliknya bila laba kecil dividen yang dibayarkan juga kecil. Dasar yang digunakan sering disebut dividend payout ratio.

  d. Kebijakan Pemberian Dividen Reguler yang Rendah ditambah Ekstra

  Kebijakan dengan cara ini, perusahaan menentukan jumlah pembayaran dividen per lembar yang dibagikan kecil, kemudian ditambahkan dengan ekstra dividen bila keuntungannya mencapai jumlah tertentu.

  2. Pembagian Stock Dividen Salah satu kebijakan yang bisa diambil oleh perusahaan adalah dengan dengan memberikan dividen tidak dalam bentuk uang, tetapi dividen diberikan dalam bentuk saham. Artinya pemegang saham akan diberi tambahan saham sebagai pengganti cash dividen. Pemberian stock

  dividen tidak akan mengubah besarnya jumlah modal sendiri, tetapi akan mengubah komposisi modal sendiri perusahaan yang bersangkutan.

  Karena pada dasarnya pemberian stock dividen ini akan mengurangi pos laba ditahan di neraca dan akan ditambahkan ke pos modal saham.

  3. Kebijakan Stock Split Apabila harga pasar saham suatu perusahaan terlalu tinggi, mengakibatkan banyak investor kurang berminat terhadap saham perusahaan. oleh karena itu perusahaan bisa mengambil kebijaksanaan untuk meningkatkan jumlah lembar saham melalui stock split yaitu pemecahan nilai nominal saham kedalam nilai nominal yang lebih kecil. Dengan stock split ini jumlah lembar saham menjadi lebih banyak, maka mengakibatkan harga saham turun. Oleh karena itu dengan stock split harga saham menjadi lebih murah, sehingga harga pasar masih dalam trading range tertentu.

  4. Kebijakan Repurchase Stock

  Repurcahse stock adalah pembelian kembali saham-saham perusahaan yang dimiliki oleh pemegang saham atau investor.

  Menurut Sutrisno (dalam Trianto, 2011: 21), faktor-faktor yang mempengaruhi besar kecilnya dividen yang akan dibayarkan oleh perusahaan kepada pemegang saham antara lain adalah:

  1. Posisi Solvabilitas Perusahaan Apabila perusahaan dalam kondisi insolvensi atau solvabilitasnya kurang menguntungkan, biasanya perusahaan tidak membagikan laba.

  Hal ini disebabkan laba yang diperoleh lebih banyak digunakan untuk memperbaiki posisi struktur modal perusahaan.

  2. Posisi likuiditas Perusahaan

  Cash dividend merupakan arus kas keluar bagi perusahaan, oleh

  karena itu bila perusahaan membayarkan dividen berarti harus bisa menyediakan uang kas yang cukup banyak dan ini akan menurunkan tingkat likuiditas perusahaan. Bagi perusahaan yang kondisi likuiditasnya kurang baik, biasanya dividend payout rationya kecil, sebab sebagian laba digunakan untuk menambah likuiditas. Namun perusahaan yang sudah mapan dengan likuiditas yang baik cenderung memberikan dividen lebih besar.

  3. Kebutuhan Untuk Melunasi Hutang Salah satu sumber dana perusahaan adalah dari kreditor berupa hutang, yaitu hutang jangka pendek maupun jangka panjang. Hutang- hutang ini harus segera dibayar pada saat jatuh tempo, dan untuk membayar hutang-hutang tersebut harus disediakan dana. Semakin banyak hutang yang harus dibayar, semakin besar dana yang harus disediakan sehingga akan mengurangi jumlah dividen yang akan dibayarkan kepada pemegang saham. Disamping itu dengan jatuh temponya hutang, berarti dana hutang tersebut harus diganti. Alternatif mengganti dana hutang bisa dengan mencari hutang baru atau meroll-

  over hutang, dan juga bisa dengan sumber dana intern dengan cara

  memperbesar laba ditahan. Hal ini tentunya akan memperkecil dividend payout ratio.

  4. Rencana Perluasan

  Perusahaan yang berkembang ditandai dengan semakin pesatnya pertumbuhan perusahaan, dan hal ini bisa dilihat dari perluasan yang dilakukan oleh perusahaan. Semakin pesat pertumbuhan perusahaan, semakin pesat perluasan yang dilakukan. Konsekuensinya semakin besar kebutuhan dana untuk membiayai perluasan tersebut. Kebutuhan dana dalam rangka ekspansi tersebut bisa dipenuhi baik dari hutang, menambah modal sendiri, yang berasal dari pemilik, dan juga bisa diperoleh dari internal resources berupa memperbesar laba yang ditahan.

  Dengan demikian, semakin pesat perluasan yang dilakukan perusahaan, semakin kecil dividend payoutnya.

  5. Kesempatan Investasi Kesempatan investasi juga merupakan faktor yang mempengaruhi besar kecilnya dividen yang akan dibagi. Semakin terbuka kesempatan investasi, semakin kecil dividen yang dibayarkan sebab dananya digunakan untuk memperoleh kesempatan investasi. Namun bila kesempatan investasi kurang baik, maka dananya lebih banyak digunakan untuk membayar dividen.

  6. Stabilitas Pendapatan Bagi perusahaan yang pendapatannya stabil, dividen yang akan dibayarkan kepada pemegang saham lebih besar dibanding dengan perusahaan yang pendapatannya tidak stabil. Perusahaan yang pendapatannya stabil tidak perlu menyediakan kas yang banyak untuk berjaga-jaga, sedangkan perusahaan yang pendapatannya tidak stabil harus menyediakan uang kas yang cukup besar untuk berjaga-jaga.

  7. Pengawasan Terhadap Perusahaan Kadang-kadang pemilik tidak mau kehilangan kendali terhadap perusahaan. Apabila perusahaan mencari sumber dana dari modal sendiri, kemungkinan akan masuk investor baru dan ini tentunya akan mengurangi kekuasaan pemilik lama dalam mengendalikan perusahaan.

  Jika dibelanjai dari hutang resikonya cukup besar. Oleh karena itu perusahaan cenderung tidak membagi dividennya agar pengendalian tetap berada ditangannya.

2.2 Free Cash Flow

  Free cash flow merupakan sisa uang sesungguhnya setelah perusahaan

  memperhitungkan seluruh kebutuhan re-investasi dan merupakan jumlah yang tersedia untuk membayar hutang, membeli kembali saham, membayar dividen, atau mengembangkan operasi perusahaan. (Koch, Edward T., at al 2008:107).

  Free cash flow adalah kas dari aktivitas operasi dikurangi capital expenditures yang dibelanjakan perusahaan untuk memenuhi kapasitas produksi saat ini.

  Semakin besar free cash flow yang tersedia dalam suatu perusahaan, maka semakin sehat perusahaan tersebut karena memiliki kas yang tersedia untuk pertumbuhan, pembayaran hutang, dan dividen.

  Hasil penelitian Achmad Fauz Rosidi (2007), dan Bram Hadianto dan Herlina (2010), menemukan bahwa free cash flow, hasilnya tidak signifikan dalam memprediksi kemungkinan perusahaan dalam membayarkan dividen. Sehingga

  free cash flow (arus kas bebas) tidak dapat mempengaruhi perusahaan dalam membayarkan dividen.

2.3 Profitabilitas

  Profitabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri (Fakhruddin & Sopian, 2001:64). Profitabilitas merupakan tingkat keuntungan bersih yang mampu diraih oleh perusahaan pada saat menjalankan opperasionalnya. Dividen merupakan bagian dari laba bersih yang dicapai perusahaan. Perusahaan akan dapat melakukan pembagian dividen jika perusahaan memperoleh profit. Semakin besar profitabilitas perusahaan, maka kemampuan perusahaan untuk membayar dividen kepada investor akan semakin besar.

  Untuk mengukur profitabilitas dapat menggunakan 2 rasio, yaitu Return On

  Investment (ROI/ROA) dan Return On Equity (ROE). ROI/ROA menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari aktiva yang dipergunakan.

  Sedangkan ROE mengukur kemampuan perusahaan memperoleh laba atas ekuitas pemilik perusahaan (modal sendiri). Penelitian ini menggunakan proksi ROE sebagai ukuran profitabilitas perusahaan. Pertimbangannya karena ROE mengukur kemampuan perusahaan memperoleh laba yang tersedia bagi pemegang saham perusahaan dalam bentuk penyertaan modal sendiri yang ditanamkan oleh pemegang saham. Pertimbangan lainnya karena ROE merupakan turunan dari ROI sehingga hasilnya merupakan hasil yang dapat lebih menggambarkan profitabilitas. (Suharli, 2007:11).

  Hasil penelitian Suharli (2007), Bram Hadianto dan Herlina (2010), Abdul Kadir (2010), dan Mafizatun Nurhayati (2013), sama-sama menemukan bahwa profitabilitas perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan dalam pembayaran dividen. Sedangkan Eva Rahmawati (2011) menemukan bahwa profitabilitas tidak berpengaruh terhadap kebijakan pembayaran dividen pada suatu perusahaan. Dari hasil-hasil penelitian terdahulu itu, hampir semua peneliti menggunakan ROI/ROA sebagai proksi untuk profitabilitasnya. Hanya Suharli yang menggunakan ROE sebagai proksi untuk profitabilitas.

2.4 Kebijakan Hutang

  Menurut Jensen, Solberg, dan Zorn (dalam Kartika Nuringsih 2005:13), terdapat hubungan kausal yang negatif atau substitusi antara tingkat hutang dengan dividen. Penggunaan hutang tinggi menyebabkan perusahaan menurunkan pembayaran dividen dan sebagian besar keuntungan dialokasikan sebagai cadangan pelunasan hutang.

  Keputusan pendanaan dengan kebijakan hutang bertujuan untuk memperoleh dana dengan biaya yang paling murah. Menurut Husnan (dalam Bram Hadianto dan Herlina 2010:58), sumber dana tersebut dapat berasal dari bank ataupun pasar modal. Ketika perusahaan melakukan peminjaman uang lewat bank ataupun penerbitan obligasi lewat masyarakat, maka perusahaan harus berkomitmen untuk membayarkan bunga beserta pokok pinjamannya secara periodik. Namun kenyataannya, semakin tinggi hutang maka semakin tinggi kemungkinan perusahaan mengalami kebangkrutan. Risiko yang tinggi ini mendorong perusahaan untuk menjaga aliran kasnya untuk membayar hutang beserta pokok pinjamannya sehingga perusahaan menurunkan pembayaran dividen pada pemegang saham. Kebijakan hutang diproksikan dengan debt to

  equity ratio (DER). Rasio ini mengukur perbandingan hutang dengan ekuitas

  (modal sendiri). Perusahaan yang tidak membayar dividen diprediksi memiliki rasio hutang yang tinggi karena harus berkonsentrasi dalam membayar bunga dan pokok pinjamannya, sebaliknya perusahaan yang membayarkan dividen diperkirakan memiliki rasio hutang yang rendah.

  Achmad Fauz Rosidi (2007), Bram Hadianto dan Herlina (2010), Abdul Kadir (2010), dan Eva Rahmawati (2001) menemukan bahwa kebijakan hutang berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen.

2.5 Penelitian Terdahulu

  Penelitian terdahulu mengenai pengaruh variabel-variabel yang mempengaruhi kebijakan pembayan dividen dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu Peneliti Judul Penelitian Metode Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian

  Michell Suharli (2007) Pengaruh Profitability dan

  Investment Opportunity Set Terhadap Kebijakan Dividen Tunai dengan Likuiditas Sebagai Variabel Penguat Model analisis Regresi berganda dengan variabel moderator.

  Variabel bebas (variabel X) adalah Profitabilitas (ROI) sebagai X1, dan kesempatan investasi sebagai X2, variabel terikat (variabel Y) yaitu kebijakan jumlah dividen tunai, dan variabel moderator yaitu likuiditas (CR) likuiditas dapat digunakan sebagai variabel penguat (variabel moderator) karena memberikan hasil yang signifikan pada α = 0.10 dalam mempengaruhi profitabilitas dan kesempatan investasi, tetapi dari kedua variabel independen hanya profitabilitas yang dapat mempengaruhi kebijakan jumlah pembagian dividen perusahaan. Dengan demikian penelitian ini menyimpulkan bahwa kebijakan jumlah pembagian dividen perusahaan dipengaruhi oleh profitabilitas dan diperkuat oleh likuiditas perusahaan. Achmad Pengaruh aliran kas bebas, Model Variabel terikat: Secara simultan terdapat Fauz Rosidi kepemilikan manajerial, analisis kebijakan dividen. pengaruh yang signifikan

  (2007) kepemilikan institusional, Regresi Variabel bebas: free dari variabel-variabel

kebijakan hutang dan collateral berganda cash flow , free cash flow,

asset terhadap kebijakan kepemilikan kepemilikan manajerial,

dividen. manajerial, kepemilikan institusional,

kepemilikan kebijakan hutang dan institusional, kebijakan collateral asset terhadap hutang dan collateral kebijakan dividen. Secara asset parsial, free cash flow dan kepemilikan manajerial menunjukkan pengaruh positif terhadap kebijakan dividen, tetapi tidak signifikan. Kebijakan hutang menunjukkan pengaruh negative dan signifikan terhadap kebijakan dividen. collateral asset menunjukkqn pengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan dividen. Dan variabel kepemilikan institusional menunjukkan pengaruh negative dan tidak signifikan terhadap kebijakan dividen. Bram Prediksi Arus Kas Bebas, Model Variabel bebas: Arus Arus kas bebas tidak Hadianto Kebijakan utang dan Regresi Kas Bebas (FCF), signifikan dalam dan Herlina Profitabilitas terhadap Logistik Kebijakan utang memprediksi (2010) kemungkinan dibayarkannya (DER), dan kemungkinan perusahaan

dividen Profitabilitas (ROA). dalam membayarkan

Variabel terikat: dividen. Kebijakan Utang

  Kebijakan dividen dan Profitabilitas (DIV). menunjukkan hasil yang signifikan dengan arah positif. Abdul Kadir (2010) Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi Kebijakan dividen pada perusahaan credit agencies go public di BEI

  Model analisis Regresi berganda

  Variabel terikat: Kebijakan Dividen (DPR). Variabel bebas: Profitabilitas (ROI), Likuiditas (CR), hutang (DER), dan rasio aktivitas (ATO).

  Variabel Profitabilitas (ROI), Likuiditas (CR), hutang (DER), dan rasio aktivitas (ATO), secara simultan mempengaruhi Dividend Payout Ratio. Secara parsial variabel profitabilitas mempunyai hubungan positif dan signifikan terhadap dividen. Variabel likuiditas tidak mempengaruhi kebijakan dividen. Variabel hutang berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Variabel aktivitas menunjukkan pengaruh positif terhadap kebijakan dividen. Eva Rahmawati

  (2011) Pengaruh current ratio, ROA, kebijakan hutang dan ukuran perusahaan terhadap kebijakan dividen dengan menggunakan regresi logistik

  Model regresi logistik Variabel terikat: kebijakan dividen. Variabel bebas: current ratio , ROA, kebijakan hutang dan ukuran perusahaan

  Variabel current ratio dan ROA tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen. Kebijakan hutang mempunyai pengaruh negative dan signifikan terhadap kebijakan dividen. Dan variabel ukuran perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan dividen. Mafizatun Nurhayati

  (2013) Profitabilitas, Likuiditas dan Ukuran Perusahaan Pengaruhnya terhadap Kebijakan Dividend an nilai perusahaan sector non jasa

  Analisis Jalur (Path Analysis) Variabel terikat:

  Kebijakan Dividen (DPO) dan nilai perusahaan (PBV). Variabel bebas: Ukuran perusahaan (SIZE), Profitabilitas (ROA), dan Liquiditas

  Ukuran perusahaan berpengaruh negative tetapi signifikan terhadap kebijakan dividen. Profitabilitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan dividen. Likuiditas mempunyai koefisien negative. Profitabilitas dan ukuran perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan.

Tabel 2.2 Perbedaan Arah Hasil Variabel Temuan Peneliti Peneliti Free Cash Flow (Arus Kas Bebas) Profitabilitas Kebijakan Hutang

  Michell Suharli (2007) n.a. Positif (Signifikan) n.a.

  Achmad Fauz Rosidi (2007) Positif (Tidak Signifikan) n.a. Positif (Signifikan)

  Bram Hadianto dan Herlina (2010) Negatif (Tidak Signifikan)

  Positif (Signifikan) Positif (Signifikan)

  Abdul Kadir (2010) n.a. Positif (Signifikan)

  Positif (Signifikan) Eva Rahmawati (2011) n.a. Negatif (Tidak Signifikan)

  Positif (Signifikan) Mafizatun Nurhayati (2013) n.a. Positif (Signifikan) n.a

  Keterangan: n.a.= variable tidak diteliti, tidak signifikan = tidak berpengaruh sekalipun memiliki tanda positif dan negative Sumber: diolah oleh peneliti, 2014

Table 2.2 menunjukkan perbedaan arah hasil temuan para peneliti terdahulu pada ketiga faktor penjelas yang mempengaruhi kebijakan pembayaran dividen.

2.6 Kerangka Konseptual

  Kerangka konseptual dari penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.3 Kerangka Konseptual

  H

  1 H

  2 H

  3 Free Cash Flow

  Kebijakan Hutang Kebijakan pembayaran dividen

  Profitabilitas

  Kerangka konseptual yaitu menjelaskan hubungan antara free cash flow, profitabilitas dan kebijakan hutang terhadap kebijakan pembayaran dividen.

2.7 Hipotesis Penelitian

  Berdasarkan landasan teori dan empiris di atas, maka hipotesis penelitian yang dapat dirumuskan adalah:

  1 H : free cash flow berpengaruh terhadap kebijakan dividen pada perusahaan-

  perusahaan yang tergabung dalam Indeks saham LQ45

  2 H : profitabilitas berpengaruh terhadap kebijakan dividen pada perusahaan-

  perusahaan yang tergabung dalam Indeks saham LQ45 H

  3 : Kebijakan hutang berpengaruh terhadap kebijakan dividen pada perusahaan-

  perusahaan yang tergabung dalam Indeks saham LQ45

  4 H : free cash flow, profitabilitas dan kebijakan hutang secara bersama-sama

  berpengaruh terhadap kebijakan dividen pada perusahaan-perusahaan yang tergabung dalam Indeks saham LQ45.

Dokumen yang terkait

Pengaruh Free Cash Flow, Struktur Kepemilikan dan Ukuran Perusahaan terhadap Kebijakan Hutang dengan Investment Opportunity Set sebagai Variabel Moderating

6 130 144

Pengaruh Free Cash Flow, Profitabilitas dan Invesment Oportunity Set Terhadap Kebijakan Dividen Pada Perusahaan yang Terdaftar Di LQ45

5 113 99

Pengaruh Variabel Free Cash Flow, Profitabilitas, dan Kebijakan Hutang Terhadap Kebijakan Pembayaran Dividen Pada Perusahaan yang Tergabung dalam Indeks Saham LQ45

2 95 71

Pengaruh Free Cash Flow, Kepemilikan Institusional, Ukuran Perusahaan, Dan Kebijakan Dividen Terhadap Kebijakan Hutang Pada Perusahaan LQ45 Yang Terdaftar Pada Bursa Efek Indonesia

3 69 98

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Signalling Theory (Teori Sinyal) - Analisis Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas, Leverage, Free Cash Flow dan Ukuran Perusahaan terhadap Kebijakan Dividen pada Perusahaan Industri Barang Konsumsi yang Terda

0 1 25

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kebijakan Hutang 2.1.1 Pengertian Hutang dan Jenis-jenis Hutang - Pengaruh Free Cash Flow, Struktur Kepemilikan dan Ukuran Perusahaan terhadap Kebijakan Hutang dengan Investment Opportunity Set sebagai Variabel Moderating

0 0 24

Pengaruh Free Cash Flow, Profitabilitas dan Invesment Oportunity Set Terhadap Kebijakan Dividen Pada Perusahaan yang Terdaftar Di LQ45

0 1 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Kebijakan Dividen - Pengaruh Free Cash Flow, Profitabilitas dan Invesment Oportunity Set Terhadap Kebijakan Dividen Pada Perusahaan yang Terdaftar Di LQ45

1 1 22

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang - Pengaruh Free Cash Flow, Profitabilitas dan Invesment Oportunity Set Terhadap Kebijakan Dividen Pada Perusahaan yang Terdaftar Di LQ45

0 0 8

Pengaruh Variabel Free Cash Flow, Profitabilitas, dan Kebijakan Hutang Terhadap Kebijakan Pembayaran Dividen Pada Perusahaan yang Tergabung dalam Indeks Saham LQ45

0 1 10