Pengaruh Free Cash Flow, Kepemilikan Institusional, Ukuran Perusahaan, Dan Kebijakan Dividen Terhadap Kebijakan Hutang Pada Perusahaan LQ45 Yang Terdaftar Pada Bursa Efek Indonesia

(1)

S K R I P S I

PENGARUH FREE CASH FLOW, KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, UKURAN PERUSAHAAN, DAN KEBIJAKAN DIVIDEN TERHADAP

KEBIJAKAN HUTANG PADA PERUSAHAAN LQ45 YANG TERDAFTAR PADA BURSA EFEK INDONESIA

OLEH :

IKA RIZKI NIRWANA

0 7 0 5 0 3 1 3 2

PROGRAM STUDI STRATA I AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Pengaruh Free Cash

Flow, Kepemilikan Institusional, Ukuran Perusahaan, dan Kebijakan Dividen

Terhadap Kebijakan Hutang pada Perusahaan LQ45 yang Terdaftar pada Bursa Efek Indonesia” adalah benar hasil karya sendiri dan judul yang dimaksud belum pernah dimuat, dipublikasikan, atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan skripsi Program Reguler S-1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Semua sumber data dan informasi yang diperoleh telah dinyatakan dengan jelas, benar apa adanya. Apabila di kemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh Universitas Sumatera Utara.

Medan, 24 Februari 2011 Yang membuat pernyataan,

Ika Rizki Nirwana NIM: 070503132


(3)

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, serta senantiasa memberikan kesehatan, kemampuan, dan kekuatan kepada Penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Free Cash Flow, Kepemilikan Institusional, Ukuran Perusahaan, dan Kebijakan Dividen terhadap Kebijakan Hutang pada Perusahaan LQ45 yang Terdaftar pada Bursa Efek Indonesia”.

Penulisan skripsi ini diharapkan mampu menambah khasanah pustaka tentang akuntansi keuangan, khususnya analisa laporan keuangan dan manajemen keuangan. Selama penyusunan skripsi ini, penulis telah banyak mendapat bimbingan, pengarahan, bantuan, dan doa dari berbagai pihak. Untuk itu, dengan hati yang tulus penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan bantuan, terutama :

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara,

2. Bapak Drs. Firman Syarif, MSi, Ak. dan Ibu Dra. Mutia Ismail, MM, Ak selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara,

3. Bapak Drs. M. Zainul Bahri Torong, M.Si, Ak. selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.


(4)

4. Bapak Drs. Syahrul Rambe, MM, Ak. selaku dosen pembanding/penguji I yang telah banyak memberikan arahan bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Bapak Drs. Syahelmi, MSi, Ak. selaku dosen pembanding/penguji II yang telah banyak memberikan arahan bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

5. Secara khusus penulis persembahkan kepada kedua orang tua yang sangat penulis sayangi, Ayahanda Ir. Nasrun Sani Affandi dan Ibunda Dra. Asna Zainab Nasution, serta Adinda Irna Damayanti. Terimakasih atas doa, semangat, dan kasih sayang yang telah diberikan selama ini.

6. Semua dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara Medan, khususnya dosen S1 Akuntansi. Terimakasih untuk semua ilmu dan bantuan yang telah diberikan kepada Penulis selama masa perkuliahan.

7. Seluruh keluarga besarku baik dari keluarga Nasution maupun keluarga Hutasuhut yang telah menginspirasi untuk terus semangat sekolah dan mengejar cita-cita.

8. Sahabat terbaikku sampai kapanpun Double CS (Ayuca Zarry, Sylvia Youvella, Chandra Karina, Leni Florensa, Dian Hidayati), teman diskusiku selama skripsi (Fadmi Anafoni, Ikhwanisita, Nur Angelina, Rini Syafriani, dan Ronauli), pengurus Himpunan Mahasiswa Akuntansi khususnya periode 2008-2009, teman bermain selama kuliah (Faiza, Reihan, Nurgraha, Andi, Lisa, Tina, Wikky, Alqod, Sarah, Rahmadiani, Kak Ama, Riza, Disi, Indra, Wira, Maya), teman-teman VIDIES (Ka Dita, Ka Nana, dan Anggi), serta teman-teman AKS1 Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara yang tidak


(5)

bisa disebutkan satu persatu. Terimakasih atas bantuan, doa, dan semangat yang selalu kalian berikan sehingga skripsi ini akhirnya dapat diselesaikan dengan baik.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna karena keterbatasan kemampuan penulis, sehingga penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dalam penulisan ke depan. Akhir kata, penulis berharap agar skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.

Medan, 24 Februari 2011 Penulis,

Ika Rizki Nirwana NIM: 070503132


(6)

ABSTRAK

Penelitian ini melakukan pengkajian mengenai analisis pengaruh free cash

flow, kepemilikan institusional, ukuran perusahaan, dan kebijakan dividen terhadap

kebijakan hutang yang diwakili oleh debt to equity ratio pada perusahaan LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Free cash flow, kepemilikan institusional, ukuran perusahaan dan kebijakan dividen sebagai variabel independen sedangkan kebijakan hutang sebagai variabel dependen.

Sampel dalam peneltian ini menggunakan metode purposive sampling untuk pengambilan sampel, dimana diperoleh sampel sebanyak 19 emiten yang termasuk dalam Indeks LQ45 dengan periode penelitian 2008 sampai dengan 2009. Data yang digunakan adalah data sekunder berupa laporan keuangan dan

IDX Factbook yang diunduh melalui website Bursa Efek Indonesia. Teknik

analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya ukuran perusahaan secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan hutang sedangkan free

cash flow, kepemilikan institusional, dan kebijakan dividen secara parsial tidak

berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang yang diwakili oleh debt to

equity ratio. Secara simultan, free cash flow, kepemilikan institusional, ukuran

perusahaan, dan kebijakan dividen berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang.

Hasil analisis menunjukkan kemampuan prediksi dari keempat variabel independen (free cash flow, kepemilikan institusional, ukuran perusahaan, dan kebijakan dividen) terhadap kebijakan hutang adalah sebesar 52,1% yang ditunjukkan dari besarnya adjusted R2, sisanya sebesar 47,9% dipengaruhi oleh variabel lain diluar model.

Kata Kunci : Kebijakan Hutang, Free Cash Flow, Kepemilikan Institusional, Ukuran Perusahaan, Kebijakan Dividen


(7)

ABSTRACT

The research will study the impact of free cash flow, institutional ownership, firm size, and dividend policy toward debt policy which represented by debt to equity ratio on companies which its stocks included in LQ45 Index at Indonesian Stock Exchange. Free cash flow, institutional ownership, firm size, and dividend policy used as independent variables meanwhile debt policy used as dependent variable.

Samples in this research took by using purposive sampling method, 19 companies which included in LQ45 index were obtained as samples. Research period were began from 2008 through 2009. Data were secondary data consisted of financial statement and IDX’s factbook that downloaded from IDX’s website. Multiple regression technique used to analyse the data.

The results show that only firm size itself may have significant effect on debt policy which represented by debt to equity ratio. Free cash flow, institutional ownership, and dividend policy did not effect debt policy significantly. Simultaneously, free cash flow, institutional ownership, firm size, and dividend may have significant effect on debt policy which is represented by debt to equity ratio.

Result of analysis show that predictive ability of the four independent variables (Free cash flow, institutional ownership, firm size, and dividend policy) is 52,1% and it shown by adjusted R2 value, the rest 47,9% influenced by other variables outside the model.

Keyword : debt policy,free cash flow, institutional ownership, firmsize, dividend policy


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

ABSTRAK ... v

ABSTRACT ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis ... 8

1. Hutang ... 8

2. Free Cash Flow ... 12

3. Kepemilikan Institusional ... 14

4. Ukuran Perusahaan ... 15

5. Kebijakan Dividen ... 17


(9)

C. Kerangka Konseptual dan Hipotesis ... 26

1. Kerangka Konseptual ... 26

2. Hipotesis Penelitian ... 28

BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 29

B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 29

1. Populasi Penelitian ... 29

2. Sampel Penelitian ... 30

C. Jenis dan Sumber Data ... 32

D. Teknik Pengumpulan Data ... 32

D. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian ... 33

F. Model dan Teknik Analisis Data ... 34

1. Model Analisis Data ... 34

2. Pengujian Asumsi Klasik ... 35

a. Uji Normalitas ... 35

b. Uji Multikolinearitas ... 36

c. Uji Heteroskedastisitas ... 37

d. Uji Autokorelasi ... 38

G. Pengujian Hipotesis ... 38

1. Uji Signifikansi Parsial ... 38

2. Uji Simultan ... 39


(10)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 42

B. Statistik Deskriptif ... 43

C. Pengujian Asumsi Klasik ... 47

1. Uji Normalitas ... 47

2. Uji Multikolinearitas ... 49

3. Uji Heteroskedastisitas ... 50

4. Uji Autokorelasi ... 52

D. Model dan Teknik Analisis Data ... 53

E. Pengujian Hipotesis ... 55

1. Uji Simultan... 55

2. Uji Signifikansi Parsial ... 55

2. Koefisien Determinasi ... 57

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 57

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 61

B. Keterbatasan Penelitian ... 62

C. Saran ... 63

DAFTAR PUSTAKA ... 64


(11)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 24

Tabel 3.1 Sampel Penelitian ... 30

Tabel 3.2 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 33

Tabel 3.3 Ketentuan Interpretasi Durbin Watson ... 38

Tabel 4.1 Sampel Penelitian ... 43

Tabel 4.2 Hasil Statistik Deskriptif ... 44

Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov Test ... 49

Tabel 4.4 Hasil Uji Multikolinieritas ... 50

Tabel 4.5 Hasil Uji Autokorelasi ... 52

Tabel 4.6 Interpretasi Nilai Durbin Watson ... 52

Tabel 4.7 Hasil Regresi Linier Berganda ... 53

Tabel 4.8 Uji Simultan ... 55

Tabel 4.9 Uji Signifikansi Parsial ... 56


(12)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual ... 26 Gambar 4.1 Histogram-Dependent Variable: DER ... 47 Gambar 4.2 Normal P-P Plot of Regression Standarized

Residual-Dependent Variable: DER ... 48


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

Lampiran I Tabel Penentuan Sampel Penelitian ... 67

Lampiran II Jadwal Penelitian ... 69

Lampiran III Daftar Perhitungan Variabel Dependen ... 70

Lampiran IV Daftar Perhitungan Variabel Independen ... 71

Lampiran V Statistik Deskriptif ... 77

Lampiran V1 Output SPSS Atas Pengujian Asumsi Klasik ... 78

Lampiran VII Hasil Uji Simultan, Uji Signifikansi Parsial, Uji Determinasi ... 81

Lampiran VIII Tabel t dengan signifikansi 0,05 ... 82


(14)

ABSTRAK

Penelitian ini melakukan pengkajian mengenai analisis pengaruh free cash

flow, kepemilikan institusional, ukuran perusahaan, dan kebijakan dividen terhadap

kebijakan hutang yang diwakili oleh debt to equity ratio pada perusahaan LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Free cash flow, kepemilikan institusional, ukuran perusahaan dan kebijakan dividen sebagai variabel independen sedangkan kebijakan hutang sebagai variabel dependen.

Sampel dalam peneltian ini menggunakan metode purposive sampling untuk pengambilan sampel, dimana diperoleh sampel sebanyak 19 emiten yang termasuk dalam Indeks LQ45 dengan periode penelitian 2008 sampai dengan 2009. Data yang digunakan adalah data sekunder berupa laporan keuangan dan

IDX Factbook yang diunduh melalui website Bursa Efek Indonesia. Teknik

analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya ukuran perusahaan secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan hutang sedangkan free

cash flow, kepemilikan institusional, dan kebijakan dividen secara parsial tidak

berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang yang diwakili oleh debt to

equity ratio. Secara simultan, free cash flow, kepemilikan institusional, ukuran

perusahaan, dan kebijakan dividen berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang.

Hasil analisis menunjukkan kemampuan prediksi dari keempat variabel independen (free cash flow, kepemilikan institusional, ukuran perusahaan, dan kebijakan dividen) terhadap kebijakan hutang adalah sebesar 52,1% yang ditunjukkan dari besarnya adjusted R2, sisanya sebesar 47,9% dipengaruhi oleh variabel lain diluar model.

Kata Kunci : Kebijakan Hutang, Free Cash Flow, Kepemilikan Institusional, Ukuran Perusahaan, Kebijakan Dividen


(15)

ABSTRACT

The research will study the impact of free cash flow, institutional ownership, firm size, and dividend policy toward debt policy which represented by debt to equity ratio on companies which its stocks included in LQ45 Index at Indonesian Stock Exchange. Free cash flow, institutional ownership, firm size, and dividend policy used as independent variables meanwhile debt policy used as dependent variable.

Samples in this research took by using purposive sampling method, 19 companies which included in LQ45 index were obtained as samples. Research period were began from 2008 through 2009. Data were secondary data consisted of financial statement and IDX’s factbook that downloaded from IDX’s website. Multiple regression technique used to analyse the data.

The results show that only firm size itself may have significant effect on debt policy which represented by debt to equity ratio. Free cash flow, institutional ownership, and dividend policy did not effect debt policy significantly. Simultaneously, free cash flow, institutional ownership, firm size, and dividend may have significant effect on debt policy which is represented by debt to equity ratio.

Result of analysis show that predictive ability of the four independent variables (Free cash flow, institutional ownership, firm size, and dividend policy) is 52,1% and it shown by adjusted R2 value, the rest 47,9% influenced by other variables outside the model.

Keyword : debt policy,free cash flow, institutional ownership, firmsize, dividend policy


(16)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perusahaan menggunakan dana yang bersumber dari pihak internal dan eksternal untuk menjalankan operasinya. Sumber pendanaan internal dapat diperoleh dari modal pemilik perusahaan dan laba ditahan, sedangkan sumber dana eksternal berasal dari pemegang saham dan kreditur. Perusahaan cenderung lebih menyukai berhutang daripada menjual saham untuk kebutuhan dana jangka pendek, karena hutang memiliki biaya berupa tingkat bunga yang harus dibayarkan yang dapat mengurangi laba perusahaan yang kemudian akan mengurangi jumlah pajak yang harus dibayarkan kepada pemerintah. Namun, pada titik tertentu, hutang justru akan menimbulkan risiko, yaitu pada saat perusahaan berhutang lebih tinggi dari aktiva yang menjamin hutang tersebut, sehingga perusahaan tidak dalam keadaan likuid, dan terancam mengalami kesulitan keuangan.

Banyak penelitian sejenis yang dilakukan untuk meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan hutang suatu perusahaan. Manan (2004) menganalisis tujuh faktor yang diduga memiliki pengaruh terhadap kebijakan hutang suatu perusahaan, yaitu management ownership, institusional ownership, shareholder

dispersion, dividen payout ratio, ukuran perusahaan, struktur aset, earning

volatility, stock volatility, dan pertumbuhan perusahaan. Kurniati (2007) dan


(17)

kebijakan hutang. Penelitian Damayanti (2006), Bachtiar (2007), dan Shelly (2009) menambahkan variabel free cash flow sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi kebijakan hutang. Dari keenam penelitian yang dijadikan referensi oleh peneliti, ditemukan fenomena inkonsistensi untuk variabel free cash flow, kepemilikan institusional, ukuran perusahaan, dan kebijakan dividen dalam mempengaruhi kebijakan hutang.

Free Cash Flow biasanya menimbulkan konflik kepentingan antara

pemegang saham dan manajer. Konflik kepentingan ini dapat diminimalisasi dengan adanya hutang. Penambahan hutang dapat mengurangi free cash flow karena adanya pembayaran kembali bunga dan pokok pinjaman, serta dapat mengurangi kemampuan manajer dalam melakukan tindakan pemborosan. Hal ini membuat manajemen lebih disiplin sehingga penggunaan sumber daya perusahaan menjadi lebih produktif. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Damayanti (2006), Bachtiar (2007) dan Shelly (2009) menunjukkan terjadinya inkonsistensi. Hasil penelitian Damayanti (2006) dan Bachtiar (2007) menunjukkan bahwa free cash flow berpengaruh terhadap kebijakan utang, sedangkan hasil penelitian Shelly (2009) menunjukkan bahwa free cash flow tidak memiliki pengaruh terhadap kebijakan hutang.

Saham yang dijual perusahaan dapat dimiliki oleh pihak manajemen ataupun pihak diluar manajemen. Kepemilikan saham oleh pihak luar seperti investor institusi disebut dengan kepemilikan institusional. Kepemilikan institusional menyebabkan kinerja manajemen diawasi secara optimal dan akan meminimalisir perilaku opurtunistik. Penelitian Manan (2004) dan Kurniati (2007) menunjukkan


(18)

hasil bahwa kepemilikan institusional secara parsial memiliki pengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang, namun Damayanti (2006) menyatakan bahwa kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap kebijakan hutang.

Ukuran perusahaan dapat ditinjau dari dua aspek, yaitu besarnya tingkat penjualan pada suatu periode dan besarnya nilai aset yang dimiliki oleh perusahaan tersebut. Dalam kaitannya dengan ukuran perusahaan, semakin besarnya perusahaan dan luasan usahanya, secara logika, kebutuhan dana untuk menjalankan operasinya pasti akan semakin besar. Kebutuhan dana ini bisa dipenuhi dengan dua alternatif kebijakan, bisa dengan menjual saham sebagai tambahan modal, dan juga dengan melakukan kebijakan hutang. Menurut

Pecking Order Theory yang dikutip oleh Pithaloka (2009:39) menyatakan bahwa

semakin besar perusahaan maka kecenderungan menggunakan pendanaan eksternal juga semakin kecil, artinya perusahaan yang besar cenderung sedikit menggunakan hutang, namun hasil penelitian Manan (2004) dan Pithaloka (2009) justru menunjukkan hal yang berlainan. Hasil kedua penelitian tersebut menunjukkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap kebijakan hutang suatu perusahaan. Artinya, semakin besar ukuran suatu perusahaan maka perusahaan tersebut akan berhutang semakin banyak.

Kebijakan dividen dalam suatu perusahaan merupakan hal yang kompleks karena melibatkan kepentingan berbagai pihak seperti pemegang saham, manajer, kreditor dan pihak eksternal lain yang memiliki kepentingan terhadap informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan. Pembagian dividen menyebabkan berkurangnya laba ditahan sehingga perusahaan membutuhkan tambahan dana


(19)

dari sumber eksternal. Penambahan dana bisa dilakukan dengan menerbitkan saham baru atau mengajukan pinjaman kepada kreditor. Kreditor memerlukan informasi tentang kebijakan dividen suatu perusahaan untuk menilai dan menganalisa tentang kemungkinan return yang akan ia peroleh apabila memberikan pinjaman kepada suatu perusahaan. Penelitian Manan (2004) menunjukkan bahwa dividend payout ratio secara parsial tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang perusahaan, namun terjadi perbedaan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Kurniati (2007) yang menunjukkan bahwa dividen memiliki pengaruh signifikan dan positif terhadap kebijakan hutang.

Berdasarkan penjelasan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil penelitian dari penelitian terdahulu. Inkonsistensi hasil penelitian atas pengaruh free cash flow, kepemilikan institusional, dan kebijakan dividen terhadap kebijakan hutang disebabkan oleh adanya perbedaan objek dan waktu penelitian. Khusus untuk variabel ukuran perusahaan, terdapat perbedaaan antara teori Pecking Order dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Manan (2004) dan Pithaloka (2009).

Penelitian ini menggunakan data berupa laporan keuangan dari tahun 2008 sampai dengan 2009, dimana pada tahun tersebut merupakan tahun kebangkitan pasar modal pasca krisis keuangan global. Krisis keuangan global yang terjadi pada akhir tahun 2007 memiliki dampak yang cukup signifikan bagi pasar modal dan pasar saham, dimana harga saham anjlok yang menimbulkan kerugian yang dialami oleh investor. Selain itu, krisis keuangan global mengakibatkan perbankan di


(20)

Indonesia menaikkan suku bunga kredit, sehingga kebijakan perusahaan untuk berhutang pada saat kondisi tersebut akan menyulitkan perusahaan di masa depan mengingat semakin tingginya beban bunga yang akan ditanggung. Perbedaan lainnya adalah penelitian ini menggunakan variabel free cash flow, kepemilikan institusional, ukuran perusahaan, dan kebijakan dividen sebagai variabel independen ke dalam satu penelitian.

Fenomena inkonsistensi hasil penelitian yang telah dijelaskan sebelumnya memotivasi peneliti untuk melakukan penelitian lebih lanjut dengan memfokuskan objek penelitian pada perusahaan LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Peneliti menggunakan data dari perusahaan LQ45 sebagai objek penelitian karena saham-saham emiten yang masuk dalam perhitungan Indeks LQ45 merupakan saham yang aktif, memiliki fundamental yang baik dan masuk dalam kategori

blue chips yang diminati oleh investor dalam melakukan investasi saham di Bursa

Efek Indonesia.

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, peneliti tertarik untuk meneliti dan mendapatkan bukti empiris bagaimana faktor free cash flow, kepemilikan institusional, ukuran perusahaan, dan kebijakan dividen perusahaan mempengaruhi kebijakan hutang perusahaan LQ45 yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia dengan tahun penelitian 2008 sampai dengan tahun 2009.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang penelitian, maka dapat dirumuskan permasalahan dari penelitian ini adalah apakah free cash flow, kepemilikan


(21)

institusional, ukuran perusahaan, dan kebijakan dividen berpengaruh secara parsial maupun simultan terhadap kebijakan hutang pada perusahaan LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2009?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh free cash flow, kepemilikan institusional, ukuran perusahaan, dan kebijakan dividen terhadap kebijakan hutang pada perusahaan LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2009.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan tidak hanya bermanfaat bagi peneliti, melainkan juga kepada pihak-pihak lain yang terkait. Adapun, penelitian ini diharapkan dapat memberikan :

1. manfaat untuk peneliti, penelitian ini diharapkan mampu menambah wawasan tentang pengaruh free cash flow, kepemilikan institusional, ukuran perusahaan, dan kebijakan dividen terhadap kebijakan hutang pada perusahaan LQ 45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2009 2. manfaat untuk emiten, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan

pertimbangan dalam mengambil kebijakan hutang bagi perusahaan

3. manfaat untuk akademisi, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah pustaka tentang akuntansi keuangan khususnya mengenai analisa


(22)

laporan keuangan dan manajemen keuangan, serta dapat dijadikan sebagai referensi untuk penelitian sejenis berikutnya.


(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritis 1. Hutang

a. Definisi dan Pengklasifikasian Hutang

Keputusan pendanaan perusahaan akan mempengaruhi struktur modal perusahaan. Sumber pendanaan ini dapat diperoleh dari modal internal mapun modal eksternal. Sumber dana internal biasanya berasal dari laba ditahan, sedangkan sumber dana eksternal berasal dari kreditur dan pemegang saham. Dana dari kreditur inilah yang disebut dengan hutang.

FASB mendefinisikan kewajiban atau hutang sebagai kemungkinan pengorbanan manfaat ekonomi di masa depan yang muncul dari kewajiban saat ini dari suatu entitas tertentu untuk mengalihkan aktiva atau menyediakan jasa kepada entitas lain di masa depan sebagai hasil dari transaksi atau kejadian di masa lalu. (Stice, 2004:769).

Untuk tujuan pelaporan, hutang diklasifikasikan menjadi dua jenis utama, yaitu :

1) Hutang lancar merupakan kewajiban yang akan jatuh tempo dalam satu tahun dalam siklus operasi normal perusahaan. Selain itu, hutang lancar biasanya dibayar dengan aktiva lancar. Jika hutang yang telah diklasifikasikan sebagai tidak lancar akan jatuh


(24)

tempo di tahun depan, maka kewajiban tersebut harus dilaporkan sebagai hutang lancar.

2) Hutang tidak lancar merupakan kewajiban yang jatuh temponya lebih dari satu tahun. Selain itu, hutang tidak lancar akan dibayar dengan penyerahan aktiva tidak lancar yang telah diakumulasikan untuk tujuan pelunasan kewajiban.

Perbedaan pengklasifikasian hutang adalah hal penting karena berpengaruh terhadap pengukuran rasio lancar perusahaan. Rasio lancar ini menggambarkan kondisi likuiditas perusahaan yaitu kemampuan perusahaan dalam membayar hutang lancarnya. Selain itu, pengklasifikasian hutang juga diperlukan untuk pengukuran kewajiban.

b. Kebijakan Hutang

Kebijakan pendanaan suatu perusahaan ditentukan oleh tingkat kebutuhan investasi. Manajemen akan mencari dana untuk mendanai investasi tersebut. Higgins (2007:199) menyatakan bahwa kebijakan pendanaan harus dilakukan sesuai dengan kebutuhan perusahaan, apakah harus mengajukan pinjaman atau menerbitkan saham baru. Hal ini karena kebijakan pendanaan mempengaruhi nilai perusahaan.

Menurut Pecking Order Theory, perusahaan akan menggunakan pendanaan internal jika tersedia (Brealey dan Myers, 2004:516). Namun, jika dana internal tidak mencukupi, maka manajemen akan mencari sumber dana eksternal. Pada saat pendanaan eksternal dibutuhkan, perusahaan


(25)

terlebih dahulu akan menerbitkan sekuritas yang paling aman yaitu perusahaan akan mulai dari hutang kemudian sekuritas campuran seperti obligasi konvertibel, kemudian ekuitas sebagai langkah terakhir.

Kebijakan hutang merupakan kebijakan yang diambil oleh pihak manajemen dalam rangka memperoleh sumber pembiayaan bagi perusahaan sehingga dapat digunakan untuk membiayai aktivitas operasional perusahaan.

Menurut Brailsford yang dikutip Bachtiar (2007:45), kebijakan hutang dipandang sebagai mekanisme internal control yang dapat mengurangi konflik keagenan antara manajemen dan pemegang saham.

Chrurchley dan Hansen (1989) dalam Silvi et.al (2008:40) menyatakan bahwa penambahan hutang dalam struktur modal dapat mengurangi penggunaan saham sehingga mengurangi biaya keagenan ekuitas. Selain itu, perusahaan memiliki kewajiban untuk mengembalikan pinjaman dan membayar beban bunga secara periodik. Kondisi ini menyebabkan manajemen bekerja lebih keras untuk meningkatkan laba sehingga dapat memenuhi kewajibam dari penggunaan hutang

Selain mengurangi konflik keagenan, hutang dapat menguntungkan bagi perusahaan, terutama dalam hal pengurangan jumlah pajak yang harus dibayarkan kepada pemerintah. Higgins (2007:211) menyatakan penurunan jumlah pajak yang harus dibayarkan dapat meningkatkan jumlah kas yang tersedia untuk didistribusikan kepada pemegang saham dan kreditor.


(26)

Manajemen harus mempertimbangkan nilai manfaat pengajuan hutang dimana biaya hutang berupa biaya bunga harus lebih rendah daripada manfaat yang akan diperoleh perusahaan. Selain itu, manajemen juga perlu memperhitungkan distress cost yang akan ditimbulkan dari hutang yang semakin tinggi. Distress cost ini berkaitan dengan biaya-biaya yang akan dikeluarkan apabila terjadi kebangkrutan (bankruptcy costs), biaya tidak langsung (indirect cost) berupa biaya yang timbul akibat kehilangan penjualan atau pendapatan, serta konflik kepentingan yang akan terjadi dimana pihak kreditor dan pemegang saham akan mengkhawatirkan pengembalian atas dana mereka (Higgins, 2007:213).

Kebijakan pendanaan suatu perusahaan dapat dilihat dari rasio solvabilitas, yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya, baik jangka pendek maupun jangka panjang (Kasmir, 2009:151). Jenis rasio solvabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah debt to equity ratio (DER) dimana rasio ini membandingkan antara total hutang, termasuk hutang lancar dengan total ekuitas. Rasio ini berguna untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan kreditor dengan pemilik perusahaan yang berkaitan dengan kebijakan pendanaan perusahaan.

Bagi kreditor, semakin tinggi debt to equity ratio, akan semakin tidak menguntungkan karena risiko yang akan ditanggung atas kegagalan yang mungkin terjadi pada perusahaan akan semakin tinggi. Debt to equity ratio juga memberikan petunjuk umum tentang kelayakan dan risiko keuangan


(27)

perusahaan.

2. Free Cash Flow

Jensen (1986) mendefinisikan free cash flow sebagai aliran kas yang merupakan sisa dari pendanaan seluruh proyek yang menghasilkan net

present value (NPV) positif yang didiskontokan pada tingkat biaya modal

yang relevan. Free cash flow, menurut Penman yang dikutip oleh Mardiyah dan Nurwahyudi (2004:113), didefinisikan sebagai kas dari laba operasi setelah menahan laba tersebut sebagai aset dan merupakan kas bersih yang dihasilkan dari operasi yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar klaim atas hutang dan ekuitasnya. Pengertian free cash flow menurut Higgins (2007:22), “free cash flow extends cash flow from

operating activities by recognizing that some of the cash a business

generates must be flowed back into the business, in the form of capital

expenditures, to support growth”.Dari beberapa pengertian diatas, dapat

disimpulkan bahwa free cash flow merupakan aliran kas bebas yang diperoleh setelah digunakan sebagai modal kerja atau investasi pada aset.

Menurut Ross et.al (2000), free cash flow biasanya menimbulkan konflik kepentingan antara manajer dan pemegang saham. Manajer menginginkan dana tersebut disalurkan dalam proyek-proyek yang dapat memberikan tambahan keuntungan bagi perusahaan. Hal ini dapat menambah produktivitas manajemen dan insentif yang akan diterimanya. Namun di lain pihak, pemegang saham menginginkan kelebihan dana


(28)

tersebut dibagikan kepada mereka dalam bentuk dividen. Salah satu solusi untuk mengurangi konflik tersebut adalah dengan menambah hutang.

Jensen (1986) menyatakan bahwa peningkatan hutang dapat mengurangi free cash flow karena sebagian besar free cash flow dalam perusahaan digunakan oleh manajemen untuk membayar hutang, sehingga tidak ada free cash flow yang dapat dimanfaatkan oleh manajemen untuk melakukan tindakan-tindakan demi kepentingan manajemen yang merugikan pemegang saham. Penambahan hutang memerlukan komitmen pembayaran kembali bunga dan pokok pinjaman yang mengurangi free cash

flow dan mengurangi kemampuan manajer untuk melakukan tindakan

pemborosan, yang membuat manajer menjadi disiplin, sehingga penggunaan sumber daya perusahaan menjadi lebih produktif. Dengan demikian, perusahaan dengan free cash flow tinggi cenderung akan mempunyai level hutang yang tinggi.

Ukuran Free Cash Flow dengan merujuk kepada Ross et.al (2000) yang digunakan oleh Rosdini (2009 : 6) dalam penelitiannya adalah sebagai berikut :

dimana:

a. CFO (Cash flow from operations) merupakan nilai bersih

kenaikan/penurunan arus kas dari aktivitas operasi perusahaan,

b. NCE (Net capital expenditure) merupakan nilai perolehan aktiva tetap


(29)

c. Changes in working capital dihitung dengan cara modal kerja akhir

tahun dikurangi modal kerja awal tahun.

3. Kepemilikan Institusional

Komposisi kepemilikan saham dapat memiliki dampak penting dalam sistem pengendalian manajemen dalam perusahaan. Kepemilikan dalam suatu perusahaan dapat dilihat dari sisi manajerial dan sisi institusional. Kepemilikan manajerial merupakan presentase kepemilikan saham oleh pihak manajerial yang mensejajarkan kepentingan manajemen dan pemegang saham sehingga manajer akan merasakan langsung manfaat dari keputusan yang diambil salah terutama pada pengambilan keputusan mengenai hutang. Sedangkan kepemilikan institusional merupakan prosentase kepemilikan saham oleh investor-investor institusional seperti perusahaan investasi bank, perusahaan asuransi, maupun berupa kepemilikan lembaga dan perusahaan-perusahaan lain.

Pendapat Rozeff yang dikutip dalam Manan (2004: 15) menyatakan bahwa makin banyak pemegang saham, semakin tersebar kepemilikan, sehingga hubungan negatif atau tidak signifikan bisa diharapkan diantara banyaknya pemegang saham dan tingkat hutang. Grier dan Zychowics (1994) dalam penelitian Kurniati (2007:36) juga menyatakan bahwa kepemilikan saham oleh institusi dapat menggantikan peranan hutang dalam memonitor manajemen perusahaan.


(30)

Moh’d, Perry, dan Rimbey (1998) menemukan bahwa kepemilikan saham oleh institusional mempunyai hubungan yang signifikan dan negatif terhadap kebijakan hutang. Adanya kepemilikan institusional akan mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal terhadap kinerja manajemen. Semakin tinggi kepemilikan institusional, maka diharapkan pengendalian internal terhadap perusahaan akan semakin kuat sehingga dapat mengurangi agency cost pada perusahaan. Pengendalian ini akan membuat manajer menggunakan hutang pada tingkat rendah untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya financial distress dan kebangkrutan perusahaan. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Manan (2004) yang menyatakan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang untuk perusahaan yang termasuk industri keuangan yang go public di BEJ tahun 1999-2002.

4. Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan merupakan salah satu faktor yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan tingkat kebijakan hutang yang akan dilakukan perusahaan. Besar atau kecilnya ukuran suatu perusahaan dapat dilihat dari jumlah aset yang dimiliki perusahaan, tingkat penjualan yang terjadi dalam suatu periode tertentu, dan kapitalisasi pasar. Semakin besar jumlah aset yang dimiliki suatu perusahaan maka akan semakin besar pula modal yang tertanam dalam perusahaan tesebut, semakin banyak penjualan yang dapat dihasilkan oleh suatu perusahaan maka akan semakin tinggi pula


(31)

perputaran uang dan semakin besar kapitalisasi pasar. Ukuran perusahaan merupakan karakteristik perusahaan yang dapat mengklasifikasikan apakah suatu perusahaan termasuk kedalam ukuran perusahaan kecil, menengah, ataupun besar.

Perusahaan kecil sangat rentan terhadap perubahan kondisi ekonomi dan cenderung kurang menguntungkan sedangkan perusahaan besar dapat mengakses pasar modal dan dengan kemudahan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa perusahaan memiliki fleksibilitas dan kemampuan untuk mendapatkan dana atau permodalan (Wahidahwati dalam Pithaloka, 2009:22). Perusahaan-perusahaan dengan ukuran besar cenderung lebih mudah untuk memperoleh pinjaman dari pihak ketiga, karena kemampuan mengakses kepada pihak lain atau jaminan yang dimiliki berupa aset bernilai besar dibandingkan dengan perusahaan kecil. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Manan (2004) dan Pithaloka (2008) menunjukkan ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap kebijakan hutang yang mengindikasikan bahwa perusahaan dengan ukuran besar memiliki akses lebih mudah dalam memperoleh dana dari kreditor dibandingkan dengan perusahaan yang ukurannya lebih kecil.

Hasil penelitian tersebut ternyata bertentangan dengan Pecking Order

Theory yang dikutip oleh Pithaloka (2009:39) menyatakan bahwa semakin

besar perusahaan maka kecenderungan menggunakan pendanaan eksternal juga semakin kecil, artinya perusahaan yang besar cenderung sedikit menggunakan hutang. Hal ini disebabkan karena perusahaan besar


(32)

mempunyai resiko kebangkrutan yang lebih tinggi daripada perusahaan kecil. Perusahaan besar cenderung mendahulukan menggunakan dana internal untuk operasi perusahaannya dan berhati-hati dalam mengajukan pinjaman kepada pihak ketiga.

5. Kebijakan Dividen

a. Definisi dan Pengklasifikasian Dividen

Dividen adalah pembagian kepada pemegang saham dari suatu perusahaan secara proporsional sesuai dengan jumlah lembar saham yang dipegang oleh masing masing pemilik. Semua keuntungan ataupun kerugian yang diperoleh perusahaan selama berusaha dalam satu periode tersebut dilaporkan oleh direksi kepada para pemegang saham dalam suatu rapat pemegang saham. Pembagian dividen dapat berupa kas, aktiva lain, wesel (disebut juga dividen tunai ditangguhkan), dan deviden saham. Kebanyakan dividen menyebabkan pengurangan dalam laba ditahan.

Besar kecilnya dividen yang dibayarkan kepada pemegang saham tergantung dari pelaksanaan dividen masing-masing perusahaan dan ditentukan dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Menurut pandangan perusahaan, pembagian dividen kepada para investor memerlukan pertimbangan yang mendalam karena perusahaan juga harus memikirkan kelangsungan hidup dan pertumbuhan perusahaan.

Menurut Stice (2004 : 907), dividen diklasifikasikan menjadi empat jenis, yaitu :


(33)

1) dividen tunai (cash dividend) merupakan dividen yang diterima oleh investor dalam bentuk kas. Bagi perusahaan, dividen ini mengurangi akun Laba Ditahan dan Kas, sedangkan bagi investor dividen tunai ini menghasilkan kas dan mencatatnya sebagai Pendapatan Dividen.

2) dividen properti (property dividends) merupakan distribusi kepada pemegang saham yang terutang dalam bentuk aktiva selain kas. Properti yang biasa dijadikan sebagai dividen adalah efek dari perusahaan lain yang dimiliki oleh perusahaan.

3) dividen saham (stock dividends) merupakan saham tambahan dari perusahaan kepada pemegang saham sebagai pengembalian atas saham yang mereka miliki dalam perusahaan tersebut.

4) dividen likuidasi (liquidating dividend) merupakan suatu pembagian kepada pemegang sahan atas sebagian dari modal disetor. Dividen likuidasi dicatat oleh perusahaan dengan mengurangi Agio Saham.

b. Kebijakan Dividen

Kebijakan dividen merupakan penggunaan laba bersih setelah pajak yang akan dibagikan kepada para pemegang saham dan seberapa besar bagian laba bersih yang akan digunakan untuk membiayai investasi perusahaan. Apabila perusahaan memilih untuk membagikan laba yang diperolehnya dalam bentuk dividen, maka akan mengurangi laba ditahan perusahaan yang selanjutnya juga akan mengurangi total sumber dana internal. Sebaliknya, jika perusahaan memilih untuk menahan laba yang diperolehnya, maka kemampuan pembentukan dana internal akan semakin besar.

Kebijakan dividen penting bagi perusahaan dengan dua alasan. Pertama, pembayaran dividen mungkin akan mempengaruhi nilai perusahaan yang tercermin dari harga saham perusahaan tersebut. Kedua, laba ditahan biasanya merupakan sumber dana internal yang terbesar dan terpenting bagi pertumbuhan perusahaan.


(34)

Rozeff (1982) dan Easterbook (1984) dalam penelitian Kurniati (2008:28) menyatakan bahwa pembayaran dividen kepada pemegang saham akan mengurangi sumber-sumber dana yang dikendalikan oleh manajemen. Semakin tinggi dividen yang dibayarkan kepada pemegang saham maka free cash flow dalam perusahaan semakin kecil. Hal ini mengakibatkan manajemen harus memikirkan untuk memperoleh sumber dana dari luar yang bisa saja berupa hutang. Dengan demikian, semakin tinggi dividen yang dibayarkan maka kemungkinan perusahaan melakukan kebijakan hutang akan semakin tinggi. Selain itu, pihak kreditor memerlukan informasi tentang kebijakan dividen suatu perusahaan untuk menilai dan menganalisa tentang kemungkinan return yang akan ia peroleh apabila memberikan pinjaman kepada suatu perusahaan.

B. Tinjauan Penelitian Terdahulu 1. Abdul Manan (2004)

Abdul Manan (2004) melakukan penelitian untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan hutang perusahaan pada industri keuangan yang go public di BEJ tahun 1999-2002 dengan menggunakan pendekatan teori keagenan (agency theory). Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah management ownership, institusional

ownership, shareholder dispersion, dividen payout ratio, ukuran perusahaan,

struktur aset, earning volatility, stock volatility, dan pertumbuhan perusahaan yang merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan hutang,


(35)

sedangkan variabel dependennya adalah kebijakan hutang yang diukur dengan menggunakan debt ratio. Hasil penelitian Manan menunjukkan bahwa secara simultan terdapat pengaruh secara signifikan antara variabel independen terhadap variabel dependen. Namun, secara parsial, management ownership,

dividen payout ratio dan stock volatility tidak berpengaruh secara parsial

terhadap kebijakan hutang. Sedangkan variabel institusional ownership,

shareholder dispersion, ukuran perusahaan, struktur aset, pertumbuhan

perusahaan, earning volatility memiliki pengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang.

2. Isrina Damayanti (2006)

Penelitian yang dilakukan oleh Damayanti berjudul “Analisa Pengaruh

Free Cash Flow Dan Struktur Kepemilikan Saham Terhadap Kebijkan Utang

Pada Perusahaan Manufaktur Di Indonesia”. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah free cash flow, kepemilikan manajerial, dan kepemilikan institusional, sedangkan variabel dependennya adalah kebijakan utang yang diukur dengan menggunakan debt to equity ratio. Penelitian ini juga menggunakan variabel kontrol, yaitu dividen yield dan set kesempatan investasi Hasil penelitian Damayanti menunjukkan bahwa free

cash flow mempunyai pengaruh signifikan terhadap kebijakan utang

perusahaan, sedangkan kepemilikan manajerial dan kepemilikan institutional tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan utang perusahaan. Variabel kontrol yang digunakan yaitu rasio market to book value of asset (MVABVA)


(36)

dan dividen yield berpengaruh signifikan terhadap kebijakan utang perusahaan.

3. Wahyuning Kurniati (2007)

Penelitian yang dilakukan oleh Kurniati berjudul “Pengaruh Struktur Kepemilikan terhadap Kebijakan Hutang perusahaan (studi pada perusahaan

textile/garments di Bursa Efek Jakarta)”. Variabel independen yang digunakan

adalah managerial ownership dan institusional ownership, sedangkan variabel dependennya adalah kebijakan hutang yang diukur dengan menggunakan debt

ratio. Penelitian ini juga menggunakan variabel kontrol, yaitu dividen, struktur

aset, dan profitabilitas. Hasil penelitian Kurniati menunjukkan bahwa kepemilikan saham oleh manajemen, kepemilikan saham oleh institusi, dividen dan struktur aset berpengaruh terhadap kebijakan hutang perusahaan. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa dalam penentuan kebijakan pendanaan, maka perusahan yang menjadi sampel telah menggunakan kombinasi antara kebijakan hutang dan modal sendiri, dengan mempertimbangkan kepemilikan saham oleh manajerial dan kepemilikan saham oleh institusional serta variabel kontrol berupa struktur aset, dividen dan profitabilitas perusahaan.

4. Ahmad Bachtiar (2007)

Penelitian yang dilakukan oleh Bachtiar berjudul “Analisis Free Cash


(37)

hutang”. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah free

cash flow sedangkan variabel dependennya adalah dividen tunai dan kebijakan

hutang yang diukur dengan menggunakan debt to equity ratio. Sampel penelitian yang digunakan adalah perusahaan-perusahaan perseroan terbatas terbuka yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia untuk periode akhir tahun 2005, dimana sampel berjumlah 70 unit analisis. Hasil penelitian yang dilakukan Bachtiar menunjukkan bahwa free cash flow secara individu mempunyai pengaruh terhadap pembayaran deviden tunai dan kebijakan hutang perusahaan. Namun, pengaruh free cash flow terhadap kebijakan hutang lebih signifikan.

5. Shelly (2009)

Penelitian yang dilakukan oleh Shelly ini berjudul “Pengaruh Free Cash

Flow terhadap kebijakan hutang pada perusahaan food and beverages di BEI”.

Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah free cash

flow, sedangkan variable dependennya adalah kebijakan hutang yang diukur

dengan menggunakan debt to equity ratio. Hasil penelitian yang dilakukan Shelly menunjukkan bahwa free cash flow tidak memiliki pengaruh signifikan untuk α = 5% terhadap kebijakan hutang pada perusahaan food and beverage


(38)

6. Nina Diah Pithaloka (2009)

Penelitian yang dilakukan Pithaloka berjudul “Pengaruh Faktor-Faktor Intern Perusahaan terhadap Kebijakan Hutang : dengan Pendekatan Pecking

Order Theory”. Variabel independen yang digunakan adalah kepemilikan

manajerial, ukuran perusahaan, dan pertumbuhan penjualan, sedangkan variabel dependennya adalah kebijakan hutang yang diukur dengan menggunakan long term debt to equity ratio. Objek penelitian Pithaloka adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia dengan periode penelitian 2003-2007. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara bersama-sama variabel kepemilikan manajerial, ukuran perusahaan dan pertumbuhan penjualan memiliki pengaruh terhadap kebijakan hutang dengan pendekatan Pecking Order Theory pada perusahaan manufaktur di BEI. Secara parsial (individu) variabel kepemilikan manajerial dan pertumbuhan penjualan tidak berpengaruh terhadap kebijakan hutang sedangkan ukuran perusahaan berpengaruh terhadap kebijakan hutang.


(39)

Uraian tinjauan penelitian terdahulu yang telah dijelaskan tersebut dapat diringkas dalam bentuk tabel berikut ini :

Tabel 2.1

Tinjauan Penelitian Terdahulu

No

Peneliti (Tahun Penelitian)

Variabel Penelitian Hasil Penelitian 1. Manan

(2004)

Variabel Independen :

management ownership, institusional ownership, shareholder dispersion, dividen payout ratio,

ukuran perusahaan, struktur aset, earning

volatility, stock volatility

Variabel dependen : kebijakan hutang

Secara simultan terdapat pengaruh secara signifikan antara variabel independen terhadap variabel dependen. Namun, secara parsial,

management ownership, dividen payout ratio dan stock volatility

tidak berpengaruh secara parsial terhadap kebijakan hutang. Sedangkan variabel institusional

ownership, shareholder dispersion, ukuran perusahaan,

struktur aset memiliki pengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang.

2. Damayanti (2006)

Variabel independen:

free cash flow,

kepemilikan manajerial, kepemilikan

institusional, dan set kesempatan investasi, variabel dependen : kebijakan hutang

variabel kontrol :

dividen yield

Free cash flow berpengaruh

signifikan dan positif terhadap kebijakan hutang perusahaan,

kepemilikan manajerial berpengaruh negatif dan tidak

signifikan terhadap kebijakan hutang perusahaan, dan kepemilikan institusional tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang. Variabel

kontrol dividen yield

berpengaruh signifikan dan negatif terhadap kebijakan hutang, sedangkan variabel kontrol set kesempatan investasi berpengaruh signifikan dan positif terhadap kebijakan hutang


(40)

Sumber : diolah peneliti, 2010 3. Bachtiar

(2007)

Variabel Independen :

free cash flow

Variabel dependen : dividen tunai, kebijakan hutang

Hasil penelitian menunjukkan bahwa free cash flow secara individu mempunyai pengaruh terhadap pembayaran deviden tunai dan kebijakan hutang perusahaan. Namun, pengaruh

free cash flow terhadap kebijakan hutang lebih signifikan.

4. Kurniati (2007)

Variabel independen :

managerial ownership

dan institusional ownership

variabel dependen : kebijakan hutang. variabel kontrol :

dividen, struktur aset, dan profitabilitas.

Kepemilikan manajerial berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan

hutang. Kepemilikan institusional berpengaruh negatif

dan signifikan terhadap kebijakan hutang, Struktur asset berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan hutang, dividen berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan hutang dan profitabilitas berpengaruh negatif tetapi tidak signikan terhadap kebijakan hutang perusahaan..

5. Shelly (2009)

Variabel Independen :

Free cash flow

Variabel dependen : Kebijakan hutang

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa free cash flow tidak memiliki pengaruh terhadap kebijakan hutang perusahaan 6. Pithaloka

(2009)

Variabel Independen : kepemilikan manajerial, pertumbuhan penjualan, ukuran perusahaan,

Variabel dependen : kebijakan hutang

Hasil penelitian ini menunjukkan variabel ukuran perusahaan yang berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap kebijakan hutang. Sedangkan variabel lainnya yaitu pertumbuhan penjualan dan kepemilikan manajerial tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kebijakan hutang.


(41)

C. Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian 1. Kerangka Konseptual

“Kerangka konseptual merupakan sintesis atau ekstrapolasi dari tinjauan teori dan penelitian terdahulu yang mencerminkan keterkaitan antar variabel yang diteliti dan merupakan tuntunan untuk memecahkan masalah penelitian serta merumuskan hipotesis” (Jurusan Akuntansi, 2004:13). Untuk menggambarkan pengaruh antara free cash flow, kepemilikan institusional, ukuran perusahaan, dan kebijakan dividen terhadap kebijakan hutang, maka peneliti menyusun kerangka konseptual sebagai berikut :

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kebijakan hutang, dan variabel independennya adalah free cash flow, kepemilikan institusional, ukuran perusahaan, dan kebijakan dividen.

Kebijakan Dividen (Y)

Free Cash Flow (X1)

Kepemilikan Institusional (X2)

Ukuran Perusahaan (X3)

Kebijakan Dividen (X4)


(42)

Perusahaan dengan free cash flow tinggi cenderung akan memiliki level utang yang tinggi untuk menurunkan agency cost khususnya ketika perusahaan mempunyai kesempatan investasi rendah. Dengan demikian, hubungan antara free cash flow terhadap kebijakan hutang adalah hubungan positif.

Kepemilikan institusional menggambarkan kepemilikan saham oleh pihak di luar manajemen, diperlukan untuk mengawasi kinerja manajemen. Semakin tinggi porsi kepemilikan institusional dalam suatu perusahaan, maka pengawasan atas kinerja manajemen akan semakin tinggi sehingga manajemen akan mengurangi hutang untuk menghindari terjadinya financial distress. Dengan demikian, hubungan antara kepemilikan institusional terhadap kebijakan hutang adalah hubungan negatif.

Semakin besar ukuran suatu perusahaan, maka kebutuhan dana untuk menjalankan operasinya akan semakin besar. Kebutuhan dana ini dapat dipenuhi dengan menerbitkan saham baru ataupun melakukan hutang kepada pihak ketiga. Pihak manajemen lebih cenderung memilih untuk berhutang daripada menerbitkan saham baru. Dengan demikian, semakin besar ukuran suatu perusahaan, maka kecenderungannya untuk berhutang akan semakin tinggi.

Pembayaran dividen kepada pemegang saham akan mengurangi sumber-sumber dana yang dikendalikan oleh manajer, karena semakin tinggi dividen yang dibayarkan kepada pemegang saham maka free cash flow dalam perusahaan semakin kecil sehingga manajer harus memikirkan untuk


(43)

memperoleh sumber dana dari luar yang bisa saja berupa hutang. Dengan demikian, hubungan antara kebijakan dividen terhadap kebijakan hutang adalah positif.

2. Hipotesis Penelitian

Hipotesis menurut Erlina (2008:49) adalah “proposisi yang dirumuskan dengan maksud untuk diuji secara empiris”. Proposisi adalah pernyataan yang dapat dipercaya, disangkal, atau diuji kebenarannya mengenai konsep atau konstruk yang menjelaskan atau memprediksi fenomena-fenomena. Hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah free cash flow, kepemilikan institusional, ukuran perusahaan, dan kebijakan dividen berpengaruh baik secara parsial maupun simultan terhadap kebijakan hutang pada perusahaan LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2009.


(44)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian asosiatif hubungan kausal. Menurut Indriantoro dan Supomo (2002:90), ”desain kausal berguna untuk mengukur hubungan antara variabel X dengan variabel Y dimana variabel dependen (sebut:variabel Y) dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel independen tertentu (sebut: variabel X), maka dapat dinyatakan bahwa variabel X menyebabkan variabel Y”. Penelitian ini akan menjelaskan pengaruh free cash

flow, kepemilikan institusional, ukuran perusahaan, dan kebijakan dividen

terhadap kebijakan hutang.

B. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi Penelitian

Populasi adalah sekelompok orang, kejadian, sesuatu yang mempunyai karakteristik tertentu. (Erlina, 2008:74). Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan yang termasuk dalam indeks LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Saham – saham yang termasuk di dalam LQ45 terus dipantau dan setiap 6 bulan akan diadakan review (awal Februari dan Agustus). Populasi dalam penelitian ini adalah sebanyak 45 data perusahaan yang sahamnya termasuk dalam indeks LQ45 periode perdagangan Agustus 2010 sampai dengan Januari 2011.


(45)

2. Sampel Penelitian

Sampel adalah bagian populasi yang digunakan untuk memperkirakan karakteristik populasi (Erlina, 2008:74). Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik non-probability sampling dengan cara

purposive sampling yaitu “teknik penentuan sampel dengan pertimbangan

tertentu.” (Erlina, 2008:83). Adapun pertimbangan yang ditentukan oleh peneliti dalam pengambilan sampel adalah sebagai berikut :

a. perusahaan menerbitkan dan mempublikasikan laporan keuangannya secara lengkap yang terdiri atas laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, neraca, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan yang telah diaudit oleh Kantor Akuntan Publik pada tahun 2008 dan tahun 2009, b. perusahaan memiliki data tentang kepemilikan institusional selama tahun

2008 dan 2009,

c. perusahaan telah mengumumkan pembayaran dividen tunai pada tahun 2008 dan 2009.

Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka sampel dalam penelitian ini berjumlah 19 data perusahaan emiten dengan 38 unit analisis (19 x 2 tahun). Daftar perusahaan yang dijadikan sampel dapat dilihat dalam tabel 3.1.

Tabel 3.1 Sampel Penelitian

No Emiten Kriteria Sampel

1 2 3

1. Astra Agro Lestari Tbk.    1

2. Adaro Energy Tbk.   

3. Aneka Tambang (Persero) Tbk.    2

4. Astra Internasional Tbk.    3


(46)

6. Bank Central Asia Tbk.    4

7. Bank Negara Indonesia Tbk.   

8. Bank Rakyat Indonesia Tbk.   

9. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk.   

10. Bank Danamon Indonesia Tbk.    5

11. Benakat Petroleum Energy, Tbk.    12. Bank Mandiri (Persero) Tbk.   

13. Global Mediacom Tbk.   

14. Bakrie & Brothers Tbk.   

15. Barito Pacific Tbk.   

16. Bumi Serpong Damai Tbk.   

17. Bakrie Telecom Tbk.   

18. Bumi Resources Tbk.    6

19. Darma Henwa Tbk.   

20. Delta Dunia Makmur Tbk.   

21. Elnusa Tbk.    7

22. Bakrieland Development Tbk.   

23. Energi Mega Persada Tbk.   

24. Gudang Garam Tbk.   

25. International Nickel Indonesia Tbk.    8

26. Indofood Sukses Makmur Tbk.    8

27. Indika Energy Tbk.    9

28. Indocement Tunggal Prakasa Tbk.   

29. Indosat Tbk.    10

30. Indo Tambangraya Megah Tbk.    11

31. Jasa Marga (Persero) Tbk.    12

32. Kalbe Farma Tbk.    13

33. Lippo Karawaci Tbk.   

34. PP London Sumatra Indonesia Tbk.    35. Medco Energi International Tbk.   

36. Perusahaan Gas Negara Tbk.   

37. Tambang Batubara Bukit Asam Tbk.    14

38. Holcim Indonesia Tbk.   

39. Semen Gresik (Persero) Tbk.    15

40. Timah (Persero) Tbk.   

41. Telekomunikasi Indonesia Tbk.    16

42. Truba Alam Manunggal Engineering Tbk.   

43. Bakrie Sumatra Plantation Tbk.    17

44. United Tractors Tbk.    18

45. Unilever Indonesia Tbk.    19


(47)

C. Jenis Data dan Sumber Data

Data yang dikumpulkan berupa data kuantitatif, yaitu data yang diukur dalam suatu skala numerik (Kuncoro, 2003:124) dan merupakan data sekunder. Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan (Indriantoro dan Supomo, 2002:147).

Data yang diperoleh adalah data time series, yaitu data yang secara kronologis disusun menurut waktu pada suatu variabel tertentu (Kuncoro 2003:125). Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan keuangan dari perusahaan sampel dari tahun 2008-2009 yang diunduh dari situs

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik dokumentasi, yaitu dengan mengumpulkan data sekunder berupa laporan keuangan, dokumen-dokumen, catatan-catatan, dan informasi lainnya yang diunduh dengan menggunakan media internet, yaitu dengan mengakses situs

E. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian beserta definisi operasionalnya akan dijelaskan secara ringkas dalam tabel berikut :


(48)

Tabel 3.2 Definisi Operasional Jenis Variabel Nama

Variabel Definisi Pengukuran Skala

Independen Free cash

flow

Free cash flow

adalah kas

perusahaan yang dapat

didistribusikan

kepada kreditor

atau pemegang saham yang tidak diperlukan untuk modal kerja atau investasi pada aset.

Rasio Independen Kepemilikan Institusional kepemilikan institusional adalah prosentase kepemilikan saham oleh investor-investor institusional Rasio Independen Ukuran Perusahaan Ukuran perusahaan (firm size) mencerminkan ukuran perusahaan berdasarkan total aset yang dimiliki perusahaan

tersebut.

LnTA = Ln (Total asset) Rasio

Independen Kebijakan Dividen Kebijakan dividen mencerminkan seberapa besar jumlah dividen yang dibagikan untuk pemegang saham. Rasio Dependen Kebijakan Hutang Kebijakan hutang adalah kebijakan yang diambil oleh pihak manajemen dalam rangka memperoleh

sumber

pembiayaan dari pihak ketiga untuk membiayai

operasional perusahaan.


(49)

F. Metode Analisis Data 1. Model Analisis Data

Untuk menguji hipotesis, metode analisis yang digunakan adalah analisis regresi berganda, karena menyangkut empat variabel independen dan satu variabel dependen. Analisis regresi pada dasarnya adalah studi mengenai ketergantungan variabel dependen (terikat) dengan satu atau lebih variabel independen (penjelas/bebas), dengan tujuan untuk mengestimasi dan atau memprediksi rata-rata populasi atau nilai rata-rata variabel dependen berdasarkan nilai variabel independen yang diketahui. Model persamaan regresi untuk menguji hipotesis dengan formula sebagai berikut:

Y= a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + e

dimana :

Y = Kebijakan Hutang (DEBT) X1 = Free cash flow (FCF)

X2 = Kepemilikan Institusional (INST)

X3 = Ukuran Perusahaan (SIZE)

X4 = Kebijakan Dividen (DIVID)

a = konstanta

b1, b2, b3,b4= Koefisien regresi yang menunjukkan perubahan variabel

dependen berdasarkan pada variabel independen e = Error (Tingkat Kesalahan)


(50)

2. Pengujian Asumsi Klasik a. Uji Normalitas

Menurut Erlina (2008 :102), “uji ini berguna untuk tahap awal dalam metode pemilihan analisis data. Jika data normal, gunakan statistik parametrik dan jika data tidak normal gunakan statistik non parametrik atau lakukan treatment agar data normal”. Menurut Ghozali (2006:110), “uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal”. Seperti diketahui bahwa uji t dan F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Kalau asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil.”

Ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak menurut Ghozali (2006:110), yaitu :

1) Analisis grafik

Salah satu cara termudah untuk melihat normalitas residual adalah dengan melihat grafik histogram yang membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang mendekati distribusi normal. Metode yang lebih handal adalah dengan melihat normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus diagonal dan plotnya data residual akan dibandingkan dengan garis diagonal. Jika distribusi data residual normal, maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya.


(51)

2)Analisis statistik

Uji statistik sederhana dapat dilakukan dengan melihat nilai kurtosis dan skewness dari residual. Uji statistik lain yang dapat digunakan untuk menguji normalitas residual adalah uji statistik non parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S). Pedoman pengambilan keputusan tentang data tersebut mendekati atau merupakan distribusi normal berdasarkan uji Kolmogorov-Smirnov dapat dilihat dari nilai Sig. atau signifikan. Apabila nilai Sig. atau signifikan > 0,05, maka data residual berdistribusi normal.

Dalam penelitian ini, uji normalitas dilakukan dengan menggunakan grafik histogram, normal probability plot, dan uji Kolmogorov-Smirnov.

b. Uji Multikolinieritas

Multikolineritas adalah situasi adanya korelasi variabel-variabel independen antara yang satu dengan yang lainnya. Dalam hal ini, kita sebut variabel-variabel bebas ini tidak ortogonal (Erlina, 2008:105). Variabel-variabel bebas yang bersifat ortogonal adalah variabel bebas yang memiliki nilai korelasi diantara sesamanya sama dengan nol. Jika terjadi korelasi sempurna diantara sesama variabel bebas, maka konsekuensinya adalah koefisien-koefisien regresi menjadi tidak dapat ditaksir dan nilai standar error setiap koefisien regresi menjadi tak terhingga. Pengujian ini bermaksud untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Jika terjadi


(52)

korelasi, maka dinamakan terdapat problem multikolinieritas.

Pengujian multikolinearitas dilakukan dengan melihat nilai Variance

Inflation Factor (VIF) dan korelasi diantara variabel independen. Jika

nilai VIF lebih besar dari 10, maka terjadi multikolinearitas diantara variabel independen. Disamping itu, suatu model dikatakan terdapat gejala multikolinearitas, jika korelasi diantara variabel independen lebih besar dari 0,1 (Ghozali, 2006:92).

c. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain (Ghozali, 2006:105). Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskesdatisitas. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskesdatisitas (Erlina, 2008:106).

Salah satu cara mendeteksi terjadinya heterokedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik

Scatter-Plot. Dasar analisis (Ghozali, 2006 :105) adalah :

1) Jika ada pola tertentu, seperti titik yang ada membentuk pola

tertentu yang teratur (bergelombang, melebar, kemudian menyempit), maka mengindikasikan terjadinya heterokedastisitas 2) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik menyebar di atas dan di


(53)

bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heterokedastisitas.

d. Uji Autokorelasi

Menurut Erlina (2008:106), uji autokorelasi dilakukan bertujuan untuk melihat apakah dalam suatu model regresi linear ada korelasi antar kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang tahun yang berkaitan satu dengan lainnya.

Untuk mendeteksi adanya autokorelasi bisa digunakan tes Durbin Watson (DW). Deteksi autokorelasi dengan cara ini dimulai dengan menghitung nilai d, setelah nilai d diketemukan maka tahapan berikutnya adalah menentukan nilai du dan dl dengan menggunakan tabel Durbin Watson. Ketentuan yang dapat digunakan adalah sebagai berikut:

Tabel 3.3

Ketentuan Interpretasi Durbin Watson

Hipotesis nol Keputusan Jika

Tidak ada autokorelasi positif Tolak 0 < d < dl Tidak ada autokorelasi positif No decision dl ≤ d ≤ du Tidak ada korelasi negatif Tolak 4-dl < d < 4 Tidak ada korelasi negatif No decision 4-du ≤ d ≤ 4-dl Tidak ada autokorelasi, positif atau

negatif

Tidak

ditolak du < d < 4-du sumber : Ghozali (2006:96)

3. Pengujian Hipotesis

a. Uji Signifikansi Parsial (t-test)


(54)

satu variabel penjelas/independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel independen (Ghozali, 2006:84). Variabel independen dikatakan memiliki pengaruh terhadap variabel dependen apabila variabel tersebut memiliki thitung > ttabel dan nilai signifikansi (sig)

dibawah 0,05.

Hipotesis yang akan diuji dengan menggunakan uji signifikansi parsial dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Ha1 : free cash flow berpengaruh signifikan terhadap kebijakan

hutang

Ha2: kepemilikan institusional berpengaruh signifikan terhadap

kebijakan hutang

Ha3 : ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap kebijakan

hutang

Ha4 : kebijakan dividen berpengaruh signifikan terhadap kebijakan

hutang

b. Uji Simultan (Uji F statistik)

Secara simultan, pengujian hipotesis dilakukan dengan uji F-test. Uji F digunakan untuk menunjukkan apakah semua variabel independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen (Ghozali, 2006:84). Variabel-variabel independen tersebut dikatakan mempunyai pengaruh secara simultan dan signifikan terhadap variabel independen apabila memiliki nilai


(55)

signifikansi (sig) dibawah 0,05 (Ghozali, 2006:84). Pengujian juga dilakukan menggunakan uji distribusi F dengan cara membandingkan antara nilai kritis F (Ftabel) dengan nilai Fhitung yang terdapat pada tabel Analysis of Variance (Algifari, 2000:72). Hipotesis yang akan diuji

dalam penelitian ini adalah adalah sebagai berikut :

Ha : free cash flow, kepemilikan institusional, ukuran perusahaan, dan

kebijakan dividen berpengaruh secara simultan terhadap kebijakan hutang

c. Koefisien Determinasi (R2)

Menurut Situmorang et.al (2010:144).

Koefisien determinasi (R2) mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel independen atau

predictornya Range nilai dari R2 adalah 0 ≤ R2 ≤ 1. Nilai R2 yang semakin mendekati nol berarti bahwa model semakin terbatas dalam menjelaskan hubungan antar variabel. Jika nilai R2 semakin mendekati nilai satu maka model semakin baik.

Kelemahan mendasar dalam penggunaan koefisien determinasi R2 adalah bias terhadap jumlah variabel independen. Semakin banyak variabel independen yang digunakan dalam suatu model maka R2 akan meningkat walaupun variabel itu tidak berpengaruh secara signifikan terhadap suatu model.

Tidak seperti R2, nilai adjusted R2 dapat naik atau turun apabila satu

variabel independen ditambahkan ke dalam suatu model. Dalam kenyataan nilai adjusted R2 dapat bernilai negatif, jika hal ini terjadi


(56)

maka nilai adjusted R2 dianggap nol (Ghozali, 2006:83). Penelitian ini menggunakan nilai adjusted R2 untuk mengukur kemampuan model yang

digunakan dalam menjelaskan variabel dependen.


(57)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum

“Indeks LQ45 terdiri dari 45 emiten dengan likuiditas tinggi, yang diseleksi melalui beberapa kriteria pemilihan. Selain penilaian atas likuiditas, seleksi atas emiten-emiten tersebut juga mempertimbangkan kapitalisasi pasar” (BEI, 2010). Indeks LQ45 diluncurkan pada Februari 1997 dimana pada saat itu ukuran utama likuiditas transaksi saham dilihat dari nilai transaksi di pasar regular, namun sejak Januari 2005 ditetapkan kriteria perusahaan emiten yang masuk indeks LQ45 yaitu sebagai berikut :

a. Telah tercatat di Bursa Efek Indonesia minimal 3 bulan.

b. Aktivitas transaksi di pasar reguler yaitu nilai, volume dan frekuensi transaksi.

c. Jumlah hari perdagangan di pasar regulerKapitalisasi pasar pada periode waktu tertentu.

d. Selain mempertimbangkan kriteria likuiditas dan kapitalisasi pasar tersebut di atas, akan dilihat juga keadaan keuangan dan prospek pertumbuhan perusahaan tersebut. (BEI, 2010)

Saham – saham yang termasuk di dalam LQ45 terus dipantau dan setiap 6 bulan akan diadakan review (awal Februari dan Agustus). Apabila ada saham yang sudah tidak masuk kriteria maka akan diganti dengan saham lain yang memenuhi syarat. Pemilihan saham – saham LQ45 harus wajar, oleh karena itu Bursa Efek Indonesia mempunyai komite penasehat yang terdiri dari para ahli di BAPEPAM, Universitas, dan profesional di bidang pasar modal.


(58)

Penelitian ini menggunakan perusahaan emiten yang termasuk dalam indeks LQ45 periode Agustus 2010 hingga Januari 2011 sebagai populasi penelitian yang kemudian berdasarkan kriteria sampel yang telah ditentukan menghasilkan 19 sampel. Adapun emiten yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Tabel 4.1 Sampel Penelitian

Sumber : data yang diolah peneliti, 2010

B. Statistik Deskriptif

Analisis deskriptif merupakan analisis yang paling mendasar untuk menggambarkan keadaan data secara umum (Situmorang et.al, 2010:18). Statistik deskriptif meliputi nilai minimum, nilai maksimum, rata-rata, dan deviasi standar

No. Kode Emiten

1. AALI Astra Agro Lestari Tbk. 2. ASII Astra Internasional Tbk. 3. BBCA Bank Central Asia Tbk.

4. BDMN Bank Danamon Tbk

5. BUMI Bumi Resources Tbk.

6. ELSA Elnusa Tbk.

7. INDF Indofood Sukses Makmur Tbk. 8. INDY Indika Energy Tbk.

9. INTP Indocement Tunggal Prakasa Tbk. 10. ISAT Indosat Tbk.

11. ITMG Indo Tambangraya Megah Tbk. 12. JSMG Jasa Marga (Persero) Tbk. 13. KLBF Kalbe Farma Tbk.

14. PTBA Tambang Batubara Bukit Asam Tbk. 15. SMGR Semen Gresik (Persero) Tbk.

16. TLKM Telekomunikasi Indonesia Tbk. 17. UNSP Bakrie Sumatra Plantation Tbk. 18. UNTR United Tractors Tbk.


(59)

dari masing-masing variabel yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu free cash

flow, kepemilikan institusional, ukuran perusahaan, dan kebijakan hutang.

Berdasarkan hasil pengolahan data, dekripsi statistik dari data penelitian adalah sebagai berikut :

Tabel 4.2

Hasil Statistik Deskriptif Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

FCF 38 -.9087 .4279 -.013921 .2566837

INST 38 .0702 .8499 .511948 .2533137

SIZE 38 28.83 33.27 30.6349 1.22266

DIV 38 .0844 .8304 .385449 .1968067

DER 39 .184 9.545 1.79687 2.419042

Valid N (listwise)

38

sumber : diolah dengan SPSS, 2011

1. Statistik Dekriptif Variabel Free Cash Flow

Berdasarkan tabel 4.2 ditunjukkan bahwa variabel free cash flow memiliki nilai rata-rata -0.013921 yang bermakna bahwa secara umum perusahaan yang termasuk dalam indeks LQ45 selama periode penelitian memiliki arus kas bebas sebesar -0.013921 kali dari total aset yang dimiliki oleh perusahaan tersebut. Nilai minimum -0.9087 dimiliki oleh PT. Telekomunikasi Indonesia pada tahun 2008. Nilai maksimum 0.4279 dimiliki oleh PT Kalbe Farma pada tahun 2008.

2. Statistik Deskriptif Variabel Kepemilikan Institusional

Berdasarkan tabel 4.2 ditunjukkan bahwa perusahaan yang termasuk dalam indeks LQ45 di BEI secara rata-rata memiliki kepemilikan institusional sebesar


(60)

0.511948 atau 51,1948%. Hal ini disebabkan oleh perusahaan yang termasuk dalam indeks LQ45 memiliki saham yang likuid, artinya termasuk saham bluechip yang diminati oleh investor baik itu investor perseorangan maupun investor institusi di Bursa Efek Indonesia. Nilai kepemilikan institusional minimum 0.0702 dimiliki oleh PT Jasa Marga pada tahun 2008 yang merupakan Badan Usaha Milik Negara, artinya secara umum, kepemilikan perusahaan ini adalah milik pemerintah, sehingga wajar jika kepemilikan institusi diluar pemerintah kecil. Nilai kepemilikan institusional maksimum 0.8499 dimiliki oleh PT Unilever Indonesia pada tahun 2008 dan tahun 2009.

3. Statistik Deskriptif Variabel Ukuran Perusahaan

Berdasarkan tabel 4.2 ditunjukkan bahwa rata-rata ukuran perusahaan memiliki nilai Ln sebesar 30.6349 yaitu dengan kisaran total aset Rp. 20.126.359.769.000 yang artinya perusahaan yang cukup besar dari segi aset yang dimiliki. Nilai minimum untuk ukuran perusahaan adalah 28.83 yang dimiliki oleh PT. Elnusa pada tahun 2008. Jika dilihat dari total aset memang PT Elnusa paling kecil dibandingkan dengan perusahaan lain yang termasuk dalam indeks LQ45 selama periode penelitian, namun perusahaan ini mampu mengelola asetnya dengan baik jika ditinjau dari laba yang meningkat 30% pada tahun 2009. Nilai maksimum ukuran perusahaan adalah 33.27 yang dimiliki oleh PT Bank Central Asia pada tahun 2009. Bank Central Asia termasuk salah satu bank konvensional swasta terbesar di Indonesia, sehingga tidak mengherankan bank ini memiliki aset yang cukup besar, yaitu sekitar Rp. 282.392.294.000.000.


(61)

4. Statistik Deskriptif Variabel Kebijakan Dividen

Tabel 4.2 menunjukkan mean dari dividiend payout ratio yang menggambarkan kebijakan dividen sebesar 0.385449 yang berarti secara rata-rata perusahaan yang termasuk indeks LQ45 membagikan 0.385449 atau 38.55% laba perusahaan dibagikan ke dalam bentuk dividen. Nilai minimum 0.0844 dimiliki oleh PT Indocement Tunggal Prakarsa pada tahun 2008. Kondisi ini merupakan sinyal bahwa perusahaan menggunakan sisa labanya untuk menambah modal kerja atau melakukan investasi untuk mengembangkan usahanya. Nilai maksimum 0.8304 yang dimiliki oleh PT Unilever Indonesia. Kondisi ini cukup menarik perhatian investor karena tingkat pengembalian yang cukup tinggi dari saham yang mereka miliki, apalagi PT Unilever Indonesia termasuk perusahaan bidang cosmetics and household terdepan, dimana produk yang dihasilkan cukup banyak dan sangat dikenal oleh masyarakat.

5. Statistik Deskriptif Variabel Kebijakan Hutang

Tabel 4.2 menunjukkan nilai rata-rata dari debt to equity ratio yang merupakan proxy dari kebijakan hutang sebesar 1.79687 yang berarti total hutang perusahaan yang termasuk indeks LQ45 sebanyak 1.79687 dari total ekuitas. Hal ini menandakan bahwa selama periode penelitian, perusahaan yang termasuk indeks LQ45 cenderung berhutang dibandingkan menerbitkan saham baru untuk operasi perusahaan. Nilai minimum 0.184 dimiliki oleh PT Astra Agro Lestari pada tahun 2009. Nilai maksimum 9.549 dimiliki oleh Bank Central Asia pada tahun 2008.


(62)

C. Pengujian Asumsi Klasik

Pengujian asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari pengujian normalitas, multikolinearitas, autokorelasi, dan pengujian heterokedastisitas.

1. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Hasil uji normalitas dengan grafik histogram, normal probability plot serta Kolmogorov-Smirnov Test adalah sebagai berikut :

sumber : diolah dari SPSS, 2011

Gambar 4.1 Histogram


(63)

Hasil uji normalitas dengan menggunakan histogram yang dapat dilihat pada Gambar 4.1 menunjukkan bahwa data mengikuti kurva berbentuk lonceng yang tidak menceng ke kanan atau ke kiri. Hal ini berarti bahwa data yang digunakan dalam penelitian ini berdistribusi normal.

sumber : diolah dengan SPSS, 2011

Hasil uji normalitas dengan menggunakan normal probability plot dapat dilihat pada gambar 4.2 dimana terlihat bahwa titik-titik menyebar di sekitar garis

Gambar 4.2 Normal P-P Plot


(64)

diagonal serta penyebarannya mengikuti garis diagonal sehingga dapat disimpulkan bahwa data dalam model regresi terdistribusi secara normal.

Tabel 4.3

Hasil Uji Normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov Test One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 38

Normal Parametersa,b Mean .0000000

Std. Deviation 1.59355559 Most Extreme Differences Absolute .129

Positive .129

Negative -.072

Kolmogorov-Smirnov Z .798

Asymp. Sig. (2-tailed) .548

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. sumber : Data diolah SPSS, 2011

Nilai Kolmogorov – Smirnov sebesar 0.798 dan tidak signifikan pada 0.05 (karena asymp.sig. = 0.548 lebih besar dari 0.05). Hal ini menunjukkan bahwa residual terdistribusi secara normal.

Semua hasil pengujian melalui analisis grafik dan statistik yang dilakukan menunjukkan hasil yang sama yaitu normal. Dengan demikian, telah terpenuhi asumsi normalitas dan bisa dilakukan pengujian asumsi klasik berikutnya pada data penelitian.

2. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas dilakukan untuk menguji apakah variabel-variabel yang terdapat dalam model regresi memiliki korelasi antar variabel independen. Jika


(65)

terjadi korelasi, maka dapat dikatakan model regresi tersebut terdapat masalah multikolinearitas. Adanya multikolinearitas dapat dilihat dari tolerance value atau nilai Variance Inflation Factor (VIF). Hasil pengujian multikolinearitas adalah sebagai berikut :

Tabel 4.4

Hasil Uji Multikolinearitas

Model

Collinearity

Statistics Kesimpulan

Tolerance VIF 1 (Constant)

FCF .891 1.123 Tidak terjadi multikolinearitas INST .877 1.140 Tidak terjadi multikolinearitas SIZE .807 1.239 Tidak terjadi multikolinearitas DIV .922 1.084 Tidak terjadi multikolinearitas Sumber : data yang diolah SPSS, 2011

Nilai tolerance dari keempat variabel independen yaitu free cash flow, kepemilikan institusional, ukuran perusahaan, dan kebijakan dividen memiliki nilai diatas 0.1 serta VIF untuk semua variabel independen memiliki nilai lebih kecil dari 10, sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi terbebas dari masalah multikolinearitas.

3. Uji Heterokedastisitas

Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Hasil dari uji heteroskedastisitas dapat dilihat pada grafik scatterplot berikut ini :


(66)

Sumber : data diolah SPSS, 2011

Dari grafik scatterplot pada gambar 4.3, terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak, tidak membentuk sebuah pola tertentu, serta tersebar baik diatas maupun dibawah angka nol pada sumbu Y. Hal ini berarti tidak terjadi heterokedastisitas pada model regresi.

Gambar 4.3 Scatterplot


(1)

LAMPIRAN VI

OUTPUT SPSS ATAS PENGUJIAN ASUMSI KLASIK

1.

Uji Normalitas


(2)

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 38

Normal Parametersa,b Mean .0000000

Std. Deviation 1.59355559

Most Extreme Differences Absolute .129

Positive .129

Negative -.072

Kolmogorov-Smirnov Z .798

Asymp. Sig. (2-tailed) .548

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

2.

Uji Multikolinearitas

Coefficientsa

Model Unstandardized

Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant

)

-48.320 7.843 -6.161 .000

FCF 1.891 1.145 .199 1.652 .108 .891 1.123

INST 1.916 1.169 .199 1.639 .111 .877 1.140

SIZE 1.589 .253 .797 6.292 .000 .807 1.239

DIV 1.366 1.468 .110 .931 .359 .922 1.084


(3)

3.

Uji Heterokedastisitas

4.

Uji Autokorelasi

Model Summaryb

Model

R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .757a .573 .521 1.687373 1.781

a. Predictors: (Constant), DIV, FCF, INST, SIZE b. Dependent Variable: DER


(4)

LAMPIRAN VII

HASIL UJI SIMULTAN (F-test)

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 125.857 4 31.464 11.051 .000a

Residual 93.959 33 2.847

Total 219.815 37

a. Predictors: (Constant), DIV, FCF, INST, SIZE b. Dependent Variable: DER

HASIL UJI SIGNIFIKANSI PARSIAL (t-test)

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) -48.320 7.843 -6.161 .000

FCF 1.891 1.145 .199 1.652 .108

INST 1.916 1.169 .199 1.639 .111

SIZE 1.589 .253 .797 6.292 .000

DIV 1.366 1.468 .110 .931 .359

a. Dependent Variable: DER

UJI DETERMINASI (R

2

)

Model Summary

Model

R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .757a .573 .521 1.687373


(5)

LAMPIRAN VIII

Tabel statistik t dengan Signifikansi 0,05

Df

Tabel t one tail

Tabel t two tail

1

6.31375

12.7062

2

2.91999

4.30265

3

2.35336

3.18245

4

2.13185

2.77645

5

2.01505

2.57058

6

1.94318

2.44691

7

1.89458

2.36462

8

1.85955

2.30600

9

1.83311

2.26216

10

1.81246

2.22814

11

1.79588

2.20099

12

1.78229

2.17881

13

1.77093

2.16037

14

1.76131

2.14479

15

1.75305

2.13145

16

1.74588

2.11991

17

1.73961

2.10982

18

1.73406

2.10092

19

1.72913

2.09302

20

1.72472

2.08596

30

1.69726

2.04227

31

1.69552

2.03951

32

1.69389

2.03693

33

1.69236

2.03452

40

1.68385

2.02108


(6)

LAMPIRAN IX

Tabel Distribusi F dengan signifikansi 0,05


Dokumen yang terkait

Analsis Pengaruh Free Cash flow Dan Kepemilikan Manajerial Terhadap Kebijakan Hutang Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

3 40 90

Pengaruh Kepemilikan Institusional, Kepemilikan Manajerial dan Free Cash Flow Terhadap Kebijakan Hutang pada Perusahaan Industri Tekstil dan Garmen yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

3 99 107

PENGARUH KEPEMILIKAN MANAJERIAL, KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, KEBIJAKAN HUTANG, PROFITABILITAS, DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN PERUSAHAAN (STUDI PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA)

2 8 124

PENGARUH KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, FREE CASH FLOW DAN KEBIJAKAN DIVIDEN TERHADAP KEBIJAKAN UTANG PERUSAHAAN

0 3 44

PENGARUH FREE CASH FLOW, KEPEMILIKAN MANAJERIAL, UKURAN PERUSAHAAN DAN PROFITABILITAS TERHADAP KEBIJAKAN HUTANG PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 2 20

PENGARUH FREE CASH FLOW, KEPEMILIKAN MANAJERIAL, KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP KEBIJAKAN HUTANG PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSAEFEK INDONESIA BEI.

0 2 30

PENGARUH KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, UKURAN, FREE CASH FLOW, KEBIJAKAN DIVIDEN, DAN PROFITABILITAS TERHADAP KEBIJAKAN HUTANG PERUSAHAAN DI BURSA EFEK INDONESIA - Perbanas Institutional Repository

0 0 16

PENGARUH KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, UKURAN, FREE CASH FLOW, KEBIJAKAN DIVIDEN, DAN PROFITABILITAS TERHADAP KEBIJAKAN HUTANG PERUSAHAAN DI BURSA EFEK INDONESIA - Perbanas Institutional Repository

0 0 16

PENGARUH FREE CASH FLOW DAN KEPEMILIKAN MANAJERIAL TERHADAP KEBIJAKAN HUTANG PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

0 0 88

PENGARUH FREE CASH FLOW, PERTUMBUHAN PERUSAHAAN, KEBIJAKAN DIVIDEN, UKURAN PERUSAHAAN DAN PROFITABILITAS TERHADAP KEBIJAKAN HUTANG (Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2015)

0 0 17