Pengaruh Variabel Free Cash Flow, Profitabilitas, dan Kebijakan Hutang Terhadap Kebijakan Pembayaran Dividen Pada Perusahaan yang Tergabung dalam Indeks Saham LQ45

(1)

SKRIPSI

PENGARUH VARIABEL FREE CASH FLOW, PROFITABILITAS DAN KEBIJAKAN HUTANG TERHADAP KEBIJAKAN PEMBAYARAN

DIVIDEN PADA PERUSAHAAN YANG TERGABUNG DALAM INDEKS SAHAM LQ45

OLEH

HARDIANSYAH P.T 100501055

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2014


(2)

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Free Cash Flow (FCF), Profitabilitas (ROA) dan Kebijakan Hutang (DER) terhadap Kebijakan Pembayaran Dividen (DPR) pada perusahaan-perusahaan yang membayarkan dividennya secara berturut-turut tahun 2009 sampai 2013 dan tergabung dalam indeks saham LQ45.

Sampel dalam penelitian ini berjumlah 12 perusahaan yang dipilih dengan tehnik purposive sampling. Jenis data pada penelitian ini adalah data sekunder yang diperolah dari website BEI yaitu www.idx.co.id. Metode pengerjaan yang digunakan adalah pengolahan model regresi data panel, tepatnya metode Random Effect Model (REM), dengan menggunakan program eviews untuk mengolah datanya.

Hasil Estimasi data panel menunjukkan bahwa secara parsial, free cash flow dan profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan pembayaran dividen, sedangkan kebijakan hutang mempunyai pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap kebijakan pembayaran dividen. Dan secara simultan free cash flow, profitabilitas dan kebijakan hutang tidak mempunyai pengaruh terhadap kebijakan pembayaran dividen.

Kata Kunci: free cash flow, profitabilitas, kebijakan hutang, kebijakan pembayaran dividen, random effect model


(3)

ABSTRACT

The purpose of this study is to investigate and analyze the effect of free cash flow, profitability and debt policy to dividend policy at companys which paying its dividend by successively year 2009 until 2013 and listed in LQ45 index.

Sampel in this research amount to 12 selected company choosed by sampling purposive technic. The type data at this research is secondary data which is collection from BEI website, www.idx.co.id. This study employs panel regression model with Random Effect Model (REM), by using eviews program to process its data.

The estimation result of panel data indicate that by parsial, free cash flow and profitability don’t have effect on significant to dividend policy, while debt policy have negative effect and significant to dividend policy. And by simultan, free cash flow, profitability and debt policy have no effect on dividend policy.

Keywords : free cash flow, profitability, debt policy, dividend policy, random effect model


(4)

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmatNya yang diberikan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelasaikan skripsi berjudul “Pengaruh variabel free cash flow, profitabilitas, dan kebijakan hutang terhadap kebijakan pembayaran dividen pada perusahaan yang tergabung dalam indeks saham LQ45“ ini.

Dalam penulisan skripsi ini penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah ikut membantu didalam memberikan bimbingan, motivasi dan saran kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Azar Maksum, M.Ec., Ac., Ak., CA sebagai Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec sebagai Ketua Departemenn Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. 3. Bapak Drs. Coki Ahmad Syahwier Hsb, MP sebagai Dosen Pembimbing

yang telah banyak memberikan arahan dan bimbingan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

4. Bapak Syarief Fauzie, SE, M.Ak, Ak dan ibu Ilyda Sudardjat, S.Si M.Si sebagai Dosen Pembanding yang telah banyak memberikan petunjuk, saran dan kritik yang membangun pada penulis.


(5)

5. Seluruh Staff Pengajar dan Staff Administrasi Fakultas Ekonomi USU yang selama ini telah mendidik dan membimbing penulis dengan baik.

6. Kedua orangtua penulis, Ayahanda Syaharuddin Tanjung dan Ibunda Aidah, saya ingin mengucapkan terima kasih banyak atas dukungan, semangat, perhatian, dan bantuan materil yang diberikan kepada penulis dalam menyelesaikan perkuliahan dan skripsi ini.

7. Seluruh teman-teman di Ekonomi Pembangunan angkatan 2010 dan pihak-pihak yang telah banyak membantu baik secara langsung ataupun tidak langsung dalam penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari sepenuhnya skripsi ini masih memiliki kekurangan maupun keterbatasan dalam penyusunannya. Oleh karena itu, saran dan kritik diharapakan oleh penulis guna memperbaiki kekurangan yang ada. Semoga skripsi ini bisa bermanfaat, serta dapat menambah ilmu pengetahuan kita semua.

Medan, 01-09-2014 Penulis,

Hardiansyah P.T NIM : 100501055


(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah... 1

1.2 Rumusan Masalah... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori mengenai kebijakan pembayaran dividen ... 8

2.2 Free Cash Flow... 16

2.3 Profitabilitas... 17

2.4 Kebijakan Hutang ... 18

2.5 Penelitian Terdahulu ... 19

2.6 Kerangka Konseptual ... 22

2.7 Hipotesis Penelitian... 23

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 24

3.2 Populasi dan Sampel ... 25

3.3 Jenis dan Sumber Data ... 26

3.4 Tehnik Pengumpulan Data ... 27

3.5 Analisis Statistik Deskriptif... 27

3.6 Uji Akar Unit ... 27

3.7 Metode Analisis ... 28

3.7.1 Metode Analisis Regresi Panel... 28

3.7.2 Uji Signifikansi... 30

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Sejarah Bursa Efek Indonesia dan Indeks LQ45 ... 32

4.2 Analisis Statistik Deskriptif... 37

4.3 Hasil Estimasi Uji Akar Unit. ... 39

4.4 Analisis Regresi Data Panel ... 41


(7)

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan... 46

5.2 Saran ... 46

DAFTAR PUSTAKA... 48


(8)

DAFTAR TABEL

No. Tabel

2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu ... 19

2.2 Perbedaan Arah Hasil Variabel Temuan Peneliti ... 22

3.1 Daftar Sampel Perusahaan ... 26

4.1 Deskripsi Variabel Penelitian. ... 37

4.2 Hasil Uji Akar Unit FCF ... 40

4.3 Hasil Uji Akar Unit ROE ... 40

4.4 Hasil Uji Akar Unit DER ... 40

4.5 Hasil Uji Akar Unit DPR ... 41

4.6 Hasil Uji Hausman ... 42


(9)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar

1.1 Dividen Payout Ratio 12 Perusahaan ... 3 2.3 Kerangka Konseptual ... 22


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran

1 Data Keuangan Perusahaan Yang Menjadi Sampel ... 50

2 Uji Akar Unit FCF ... 52

3 Uji Akar Unit ROE ... 53

4 Uji Akar Unit DER ... 54

5 Uji Akar Unit DPR ... 55

6 Hasil Uji Hausman ... 56


(11)

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Free Cash Flow (FCF), Profitabilitas (ROA) dan Kebijakan Hutang (DER) terhadap Kebijakan Pembayaran Dividen (DPR) pada perusahaan-perusahaan yang membayarkan dividennya secara berturut-turut tahun 2009 sampai 2013 dan tergabung dalam indeks saham LQ45.

Sampel dalam penelitian ini berjumlah 12 perusahaan yang dipilih dengan tehnik purposive sampling. Jenis data pada penelitian ini adalah data sekunder yang diperolah dari website BEI yaitu www.idx.co.id. Metode pengerjaan yang digunakan adalah pengolahan model regresi data panel, tepatnya metode Random Effect Model (REM), dengan menggunakan program eviews untuk mengolah datanya.

Hasil Estimasi data panel menunjukkan bahwa secara parsial, free cash flow dan profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan pembayaran dividen, sedangkan kebijakan hutang mempunyai pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap kebijakan pembayaran dividen. Dan secara simultan free cash flow, profitabilitas dan kebijakan hutang tidak mempunyai pengaruh terhadap kebijakan pembayaran dividen.

Kata Kunci: free cash flow, profitabilitas, kebijakan hutang, kebijakan pembayaran dividen, random effect model


(12)

ABSTRACT

The purpose of this study is to investigate and analyze the effect of free cash flow, profitability and debt policy to dividend policy at companys which paying its dividend by successively year 2009 until 2013 and listed in LQ45 index.

Sampel in this research amount to 12 selected company choosed by sampling purposive technic. The type data at this research is secondary data which is collection from BEI website, www.idx.co.id. This study employs panel regression model with Random Effect Model (REM), by using eviews program to process its data.

The estimation result of panel data indicate that by parsial, free cash flow and profitability don’t have effect on significant to dividend policy, while debt policy have negative effect and significant to dividend policy. And by simultan, free cash flow, profitability and debt policy have no effect on dividend policy.

Keywords : free cash flow, profitability, debt policy, dividend policy, random effect model


(13)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Pasar modal telah tumbuh menjadi bagian penting dari tumbuh dan berkembangnya perekonomian suatu negara, termasuk Indonesia. Bahkan maju tidaknya ekonomi suatu negara dapat diukur dari maju tidaknya pasar modal di negara tersebut. Kehadiran pasar modal menjadi tempat dan alternatif bagi orang-orang dalam berinvestasi. Pasar modal diharapkan mampu menjadi alternatif pendanaan bagi perusahaan-perusahaan yang ada di Indonesia.

Dengan berinvestasi pada surat berharga, seorang investor berharap mendapatkan keuntungan, pendapatan ataupun tingkat kembali investasi baik berupa pendapatan dividen maupun pendapatan dari selisih harga jual saham terhadap harga belinya (capital gain). Namun biasanya investor lebih menyukai dividen daripada capital gain, alasannya adalah dividen merupakan penerimaan yang lebih pasti dibanding dengan capital gain. Mereka menganggap bahwa dividen sekarang lebih berharga dari capital gainyang diterima kemudian hari.

Dari sisi investor, dividen merupakan salah satu penyebab timbulnya motivasi investor menanamkan dananya di pasar modal. Menurut Hanafi (dalam Abdul Kadir, 2010:10), dividen berbicara mengenai besarnya keuntungan yang dibagikan kepada pemegang saham. Dividen yang dibagikan perusahaan dapat berupa dividen tunai, artinya kepada setiap pemegang saham diberikan dividen berupa uang tunai dalam jumlah rupiah tertentu untuk setiap saham, atau dapat


(14)

pula berupa dividen saham yang berarti kepada setiap pemegang saham diberikan dividen sejumlah saham sehingga jumlah saham yang dimiliki seorang investor akan bertambah dengan adanya pembagian dividen saham tersebut (Fakhruddin dan Hadianto, 2001:7). Pembagian dividen dalam bentuk saham (stock dividen) memiliki biaya yang lebih tinggi daripada pembayaran secara tunai. Menurut Sartono (dalam Bram Hadianto dan Herlina 2010:54), lebih tingginya biaya terletak pada biaya emisi/penerbitan saham yang mahal. Terdapat manfaat dengan dikeluarkannya biaya tersebut. Perusahaan memberikan sesuatu kepada pemilik perusahaan atau pemegang saham tanpa harus menggunakan kas perusahaan. Namun bagi pemegang saham, kebijakan dividen saham tidak memberikan nilai bagi mereka, kecuali tambahan saham. Oleh karena itu, dividen saham tidak memberikan pengaruh bagi kemakmuran pemegang saham. Dividen saham baru meningkatkan kemakmuran pemegang saham apabila perusahaan juga membayarkan dividen secara tunai.

Secara umum investor menginginkan pembagian dividen yang relatif stabil. Oleh karena itu, investasi cenderung ditanamkan pada perusahaan-perusahaan yang mempunyai kebijakan dividen stabil atau cenderung naik dari waktu ke waktu. Perusahaan yang cenderung membayarkan dividen dalam jumlah relatif besar mampu memotivasi investor untuk membeli saham perusahaan. Menurut Suharli (dalam Bram Hadianto dan Herlina 2010), perusahaan yang memiliki kemampuan membayar dividen diasumsikan masyarakat sebagai perusahaan yang menguntungkan. Besar kecilnya dividen tergantung atas besarnya laba yang diperoleh perusahaan dan kebijakan dividennya. Calon investor ataupun


(15)

pemegang saham biasanya sangat memperhatikan rasio kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba (profitabilitas), karena akan berkaitan dengan harga saham serta dividen yang akan dibagikan.

Kebijakan pembayaran dividen merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dengan keputusan pendanaan perusahaan. Kebijakan dividen adalah keputusan untuk menentukan besarnya bagian pendapatan (earning) yang akan dibagikan kepada para pemegang saham dan bagian yang akan ditahan di perusahaan (Weston and Coopeland, 1996:125).

Gambar 1.1

Sumber: diolah oleh peneliti, 2014

Gambar 1.1 menunjukkan Rasio Pembayaran Dividen (Dividend Payout Ratio) 12 perusahaan dalam indeks LQ45 yang membagikan dividennya berturut-turut mulai tahun 2009 sampai 2013. Dividend Payout Ratio (DPR) mengukur

0 50 100 150 200 250

AALI ASII BBCA BBNI BBRI BMRI ITMG PGAS PTBA SMGR UNTR

R

a

si

o

(

%

)

Dividend Payout Ratio


(16)

persentase dividen yang dibayar dari laba bersih dan dijadikan proksi untuk kebijakan pembayaran dividen pada penelitian ini. Dari gambar 1.1 kita bisa melihat bahwa persentasi pembayaran dividen perusahaan secara umum dibawah 100%, artinya tidak semua laba bersih dibagikan kepada pemegang saham, sebagian laba ditahan oleh perusahaan.

Kebijakan pembayaran dividen perusahaan biasanya dipengaruhi oleh adanya konflik keagenan. Konflik ini terjadi karena perbedaan tujuan antara pemegang saham dengan pihak manajemen perusahaan. Pemegang saham menginginkan peningkatan nilai perusahaan melalui peningkatan kesejahteraan mereka, sementara pihak manajemen memiliki tujuan lain yang seringkali bertentangan dengan tujuan pemegang saham. Konflik keagenan dalam perusahaan terjadi berkenaan dengan pembuatan keputusan yang berhubungan dengan pencarian dana serta penginvestasian atas dana yang diperoleh.

Free cash flow (arus kas bebas) merupakan sumber konflik bagi pemegang saham dan pengelola perusahaan, terutama karena perbedaan kepentingan antara kedua pihak tersebut. Pemegang saham menginginkan kas bebas atau sisa dana dibagikan untuk meningkatkan kesejahteraannya melalui pembayaran dividen, sedangkan pihak manajemen menginginkan kas bebas tersebut digunakan untuk investasi pada proyek-proyek yang menguntungkan. Karenanya, menurut Ali dan Tuasikal (dalam Fauz dan Rosidi, 2007:260), penggunaan free cash flow oleh manajer kurang disenangi oleh pemegang saham.


(17)

Pengambilan keputusan dalam kebijakan hutang juga menjadi konflik bagi pemegang saham dan pengelola perusahaan. Kebijakan ini dilakukan perusahaan untuk menambah dana perusahaan yang akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan operasional perusahaan. Hutang mempunyai pengaruh penting bagi perusahaan, karena mempengaruhi kelangsungan hidup maupun kesempatan berkembang perusahaan. Namun penggunaan hutang yang terlalu besar juga dapat meningkatkan risiko perusahaan. Saat perusahaan tidak mampu melunasi hutangnya maka perusahaan tersebut akan terancam dilikuidasi.

Indeks saham LQ45 sendiri merupakan salah satu indeks saham yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia. Indeks LQ45 hanya terdiri dari 45 saham perusahaan yang telah dipilih setelah melalui beberapa kriteria pemilihan pada periodenya, sehingga akan terdiri dari saham-saham dengan likuiditas (LiQuid) tinggi dan juga mempertimbangkan kapitalisasi pasar sahamnya. Penelitian menggunakan indeks ini, mengingat bahwa indeks ini memuat saham-saham unggulan dan menyajikan cermin yang akurat akan perubahan nilai pasar dari seluruh saham yang aktif diperdagangkan di BEI (Katoppo, 1997).

Untuk menciptakan citra pada masyarakat bahwa perusahaan yang memiliki kemampuan membayar dividen adalah perusahaan yang menguntungkan, maka beberapa faktor yang mempengaruhinya menjadi sangat penting untuk diidentifikasi dan dikaji. Mengingat banyaknya faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen, maka penelitian ini hanya memfokuskan pada tiga faktor penjelas saja untuk diteliti, yaitu arus kas bebas (free cash flow), kemampulabaan (profitabilitas), dan kebijakan hutang. Ketiga faktor penjelas ini digunakan


(18)

mengingat pada hasil-hasil penelitian terdahulu, terdapat perbedaan arah hasil temuan penelitian.

Berdasarkan penjelasan diatas maka judul yang diambil dalam penelitian ini adalah “PENGARUH VARIABEL FREE CASH FLOW, PROFITABILITAS, DAN KEBIJAKAN HUTANG TERHADAP KEBIJAKAN PEMBAYARAN DIVIDEN PADA PERUSAHAAN YANG TERGABUNG DALAM INDEKS SAHAM LQ45”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah free cash flow berpengaruh terhadap kebijakan pembayaran dividen pada perusahaan-perusahaan yang tergabung dalam Indeks LQ45?

2. Apakah Profitabilitas berpengaruh terhadap kebijakan pembayaran dividen pada perusahaan-perusahaan yang tergabung dalam Indeks LQ45?

3. Apakah kebijakan hutang berpengaruh terhadap kebijakan pembayaran dividen pada perusahaan-perusahaan yang tergabung dalam Indeks LQ45? 4. Apakah free cash flow, profitabilitas dan kebijakan hutang, secara simultan

(bersama-sama) berpengaruh terhadap kebijakan pembayaran dividen pada perusahaan-perusahaan yang tergabung dalam Indeks LQ45?


(19)

1.3 Tujuan Penelitian

Melalui rumusan masalah yang telah dibuat, maka yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui pengaruh free cash flow terhadap kebijakan pembayaran dividen pada perusahaan-perusahaan yang tergabung dalam Indeks LQ45. 2. Untuk mengetahui pengaruh profitabilitas terhadap kebijakan pembayaran

dividen pada perusahaan-perusahaan yang tergabung dalam Indeks LQ45. 3. Untuk mengetahui pengaruh kebijakan hutang terhadap kebijakan

pembayaran dividen pada perusahaan-perusahaan yang tergabung dalam Indeks LQ45.

4. Untuk mengetahui secara simultan pengaruh variabel free cash flow, profitalilitas dan kebijakan hutang terhadap kebijakan pembayaran dividen pada perusahaan-perusahaan yang tergabung dalam Indeks LQ45.

1.4 Manfaat Penelitian

Dalam penelitian ini, manfaat yang diharapkan adalah:

1. Memberikan pengetahuan serta wawasan kepada penulis ataupun pembaca mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan pembayaran dividen pada suatu perusahaan.

2. Memberikan masukan kepada investor mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan pembayaran dividen untuk dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan keputusan investasi.


(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori mengenai kebijakan pembayaran dividen

Menurut Eugene F. Brigham (2001; 66), ada beberapa teori mengenai kebijakan dividen, diantaranya:

1. Teori Ketidakrelevanan Dividen

Teori ini menyatakan bahwa pembayaran dividen tidak berpengaruh terhadap kemakmuran pemegang saham. Jika kebijakan dividen tidak mempunyai pengaruh yang signifikan, maka tersebut tidak relevan. Untuk memahami argumen Modigliani dan Miller bahwa kebijakan dividen adalah tidak relevan, perlu diketahui bahwa setiap pemegang saham dapat menyusun kebijakan dividennya sendiri. Sebagai contoh, jika suatu perusahaan tidak membayarkan dividen, seorang pemegang saham yang menginginkan dividen sebesar 5% dapat “menciptakan” hal itu dengan menjual 5% dari sahamnya. Sebaliknya jika perusahaan membayarkan dividen lebih tinggi daripada yang diinginkan investor, dia dapat menggunakan dividen yang tidak diinginkan itu untuk membeli lebih banyak saham dari perusahaan tersebut. Jika para investor dapat membeli dan menjual saham, sehingga menciptakan kebijakan dividennya sendiri tanpa mengeluarkan biaya, kebijakan dividen perusahaan menjadi benar-benar tidak relevan. Kesimpulannya adalah bahwa kebijakan dividen tidak mempengaruhi tingkat pengembalian yang disyaratkan atas ekuitas (modal).


(21)

2. Teori Bird-In-The-Hand

Gordon dan Lintner berpendapat bahwa ekuitas (modal sendiri) akan turun apabila rasio pembagian dividen dinaikkan karena para investor jauh lebih menghargai pendapatan yang diharapkan dari dividen daripada pendapatan yang diharapkan dari keuntungan modal.

Menurut Modigliani dan Miller, pendapat Gordon dan Lintner tersebut merupakan suatu kesalahan, karena akhirnya investor akan kembali menginvestasikan dividen yang diterima pada perusahaan yang sama atau perusahaan yang memiliki risiko yang hampir sama.

Teori ini dapat disimpulkan bahwa terdapat pernyataan yang bertentangan antara Gordon dan Lintner dengan Modigliani dan Miller. Gordon dan Lintner menyatakan bahwa investor lebih menyukai pembayaran dividen daripada capital gain karena pembayaran dividen merupakan penerimaan yang pasti dibandingkan capital gain. Mereka mengkiaskan bahwa satu burung ditangan (Bird-In-The-Hand) lebih berharga daripada seribu burung di udara.

3. Teori Preferensi Pajak

Ada tiga alasan yang berkaitan dengan pajak untuk beranggapan bahwainvestor mungkin lebih menyukai pembagian dividen yang rendah daripada yang tinggi:

 Jika keuntungan modal dikenakan pajak dengan tarif maksimum 28%, sedangkan pendapatan dividen dikenakan pajak dengan tarif efektif mencapai 39,6%. Oleh karena itu, investor yang kaya


(22)

mungkin lebih suka perusahaan menahan dan menanamkan kembali laba kedalam perusahaan. Pertumbuhan laba mungkin dianggap menghasilkan kenaikan harga saham, dan keuntungan modal yang pajaknya rendah akan menggantikan dividen yang pajaknya lebih tinggi.

 Pajak atas keuntungan tidak dibayarkan sampai saham terjual. Karena adanya efek nilai waktu, satu dolar pajak yang dibayarkan di masa mendatang mempunyai biaya efektif yang lebih rendah daripada satu dolar yang dibayarkan hari ini.

 Jika selembar saham dimiliki oleh seseorang sampai ia meninggal, sama sekali tidak ada pajak keuntungan modal yang terutang. Ahli waris yang menerima saham itu dapat menggunakan nilai saham pada hari kematian sebagai dasar biaya mereka, dengan demikian mereka terhindar dari pajak keuntungan modal.

Karena adanya keuntungan-keuntungan pajak ini, para investor mungkin lebih suka perusahaan menahan sebagian besar laba perusahaan. Jika demikian para investor akan mau membayar lebih tinggi untuk perusahaan yang pembagian dividennya rendah daripada untuk perusahaan sejenis yang pembagian dividennya tinggi.

Menurut Agus Sartono (dalam Trianto, 2011: 12), ada beberapa bentuk dividen yang akan dibagikan kepada pemegang saham antara lain:


(23)

1. Pembagian dividen secara tunai atau cash dividend. Pembagian dividen secara tunai terdiri dari beberapa bentuk yaitu:

a. Kebijakan Pemberian Dividen Stabil

Kebijakan pemberian yang stabil ini artinya dividen akan diberikan secara tetap per lembarnya untuk jangka tertentu walaupun laba yang diperoleh perusahaan berfluktuasi. Dividen stabil ini dipertahankan untuk beberapa tahun, dan kemudian bila laba yang diperoleh meningkat dan peningkatannya mantap dan stabil, maka dividen juga akan ditingkatkan untuk selanjutnya dipertahankan selama beberapa tahun. Kebijakan pemberian dividen yang stabil ini banyak dilakukan oleh perusahaan, karena beberapa alasan, yaitu: (1) dapat meningkatkan harga saham, sebab dividen yang stabil dan dapat diprediksi dianggap mempunyai risiko lebih kecil, (2) dapat memberikan kesan kepada para investor bahwa perusahaan mempunyai prospek yang baik di masa yang akan datang, (3) dapat menarik investor yang memanfaatkan dividen untuk keperluan konsumsi, sebab dividen selalu dibayarkan.

b. Kebijakan Dividen Meningkat

Dengan kebijakan ini perusahaan akan membayarkan dividen kepada pemegang saham dengan jumlah yang selalu meningkat dengan pertumbuhan yang stabil.


(24)

c. Kebijakan Dividen dengan Ratio yang Konstan

Kebijakan ini memberikan dividen yang besarnya mengikuti besarnya laba yang diperoleh oleh perusahaan. Semakin besar laba yang diperoleh semakin besar dividen yang dibayarkan, demikian pula sebaliknya bila laba kecil dividen yang dibayarkan juga kecil. Dasar yang digunakan sering disebut dividend payout ratio.

d. Kebijakan Pemberian Dividen Reguler yang Rendah ditambah Ekstra

Kebijakan dengan cara ini, perusahaan menentukan jumlah pembayaran dividen per lembar yang dibagikan kecil, kemudian ditambahkan dengan ekstra dividen bila keuntungannya mencapai jumlah tertentu.

2. Pembagian Stock Dividen

Salah satu kebijakan yang bisa diambil oleh perusahaan adalah dengan dengan memberikan dividen tidak dalam bentuk uang, tetapi dividen diberikan dalam bentuk saham. Artinya pemegang saham akan diberi tambahan saham sebagai pengganti cash dividen. Pemberian stock dividentidak akan mengubah besarnya jumlah modal sendiri, tetapi akan mengubah komposisi modal sendiri perusahaan yang bersangkutan. Karena pada dasarnya pemberian stock dividen ini akan mengurangi pos laba ditahan di neraca dan akan ditambahkan ke pos modal saham.


(25)

3. Kebijakan Stock Split

Apabila harga pasar saham suatu perusahaan terlalu tinggi, mengakibatkan banyak investor kurang berminat terhadap saham perusahaan. oleh karena itu perusahaan bisa mengambil kebijaksanaan untuk meningkatkan jumlah lembar saham melalui stock split yaitu pemecahan nilai nominal saham kedalam nilai nominal yang lebih kecil. Dengan stock split ini jumlah lembar saham menjadi lebih banyak, maka mengakibatkan harga saham turun. Oleh karena itu dengan stock split harga saham menjadi lebih murah, sehingga harga pasar masih dalam trading range tertentu.

4. Kebijakan Repurchase Stock

Repurcahse stock adalah pembelian kembali saham-saham perusahaan yang dimiliki oleh pemegang saham atau investor.

Menurut Sutrisno (dalam Trianto, 2011: 21), faktor-faktor yang mempengaruhi besar kecilnya dividen yang akan dibayarkan oleh perusahaan kepada pemegang saham antara lain adalah:

1. Posisi Solvabilitas Perusahaan

Apabila perusahaan dalam kondisi insolvensi atau solvabilitasnya kurang menguntungkan, biasanya perusahaan tidak membagikan laba. Hal ini disebabkan laba yang diperoleh lebih banyak digunakan untuk memperbaiki posisi struktur modal perusahaan.


(26)

Cash dividend merupakan arus kas keluar bagi perusahaan, oleh karena itu bila perusahaan membayarkan dividen berarti harus bisa menyediakan uang kas yang cukup banyak dan ini akan menurunkan tingkat likuiditasperusahaan. Bagi perusahaan yang kondisi likuiditasnya kurang baik, biasanya dividend payout rationya kecil, sebab sebagian laba digunakan untuk menambah likuiditas. Namun perusahaan yang sudah mapan denganlikuiditas yang baik cenderung memberikan dividen lebih besar.

3. Kebutuhan Untuk Melunasi Hutang

Salah satu sumber dana perusahaan adalah dari kreditor berupa hutang, yaitu hutang jangka pendek maupun jangka panjang. Hutang-hutang ini harus segera dibayar pada saat jatuh tempo, dan untuk membayar hutang-hutang tersebut harus disediakan dana. Semakin banyak hutang yang harus dibayar, semakin besar dana yang harus disediakan sehingga akan mengurangi jumlah dividen yang akan dibayarkan kepada pemegang saham. Disamping itu dengan jatuh temponya hutang, berarti dana hutang tersebut harus diganti. Alternatif mengganti dana hutang bisa dengan mencari hutang baru atau meroll-over hutang, dan juga bisa dengan sumber dana intern dengan cara memperbesar laba ditahan. Hal ini tentunya akan memperkecil dividend payout ratio.


(27)

Perusahaan yang berkembang ditandai dengan semakin pesatnya pertumbuhan perusahaan, dan hal ini bisa dilihat dari perluasan yang dilakukan oleh perusahaan. Semakin pesat pertumbuhan perusahaan, semakin pesat perluasan yang dilakukan. Konsekuensinya semakin besar kebutuhan dana untuk membiayai perluasan tersebut. Kebutuhan dana dalam rangka ekspansi tersebut bisa dipenuhi baik dari hutang, menambah modal sendiri, yang berasal dari pemilik, dan juga bisa diperoleh dariinternal resources berupa memperbesar laba yang ditahan. Dengan demikian, semakin pesat perluasan yang dilakukan perusahaan, semakin kecil dividend payoutnya.

5. Kesempatan Investasi

Kesempatan investasi juga merupakan faktor yang mempengaruhi besar kecilnya dividen yang akan dibagi. Semakin terbuka kesempatan investasi, semakin kecil dividen yang dibayarkan sebab dananya digunakan untuk memperoleh kesempatan investasi. Namun bila kesempatan investasi kurang baik, maka dananya lebih banyak digunakan untuk membayar dividen.

6. Stabilitas Pendapatan

Bagi perusahaan yang pendapatannya stabil, dividen yang akan dibayarkan kepada pemegang saham lebih besar dibanding dengan perusahaan yang pendapatannya tidak stabil. Perusahaan yang pendapatannya stabil tidak perlu menyediakan kas yang banyak untuk


(28)

berjaga-jaga, sedangkan perusahaan yang pendapatannya tidak stabil harus menyediakan uang kas yang cukup besar untuk berjaga-jaga.

7. Pengawasan Terhadap Perusahaan

Kadang-kadang pemilik tidak mau kehilangan kendali terhadap perusahaan. Apabila perusahaan mencari sumber dana dari modal sendiri, kemungkinan akan masuk investor baru dan ini tentunya akan mengurangi kekuasaan pemilik lama dalam mengendalikan perusahaan. Jika dibelanjai dari hutang resikonya cukup besar. Oleh karena itu perusahaan cenderung tidak membagi dividennya agar pengendalian tetap berada ditangannya.

2.2 Free Cash Flow

Free cash flow merupakan sisa uang sesungguhnya setelah perusahaan memperhitungkan seluruh kebutuhan re-investasi dan merupakan jumlah yang tersedia untuk membayar hutang, membeli kembali saham, membayar dividen, atau mengembangkan operasi perusahaan. (Koch, Edward T., at al 2008:107). Free cash flow adalah kas dari aktivitas operasi dikurangi capital expenditures yang dibelanjakan perusahaan untuk memenuhi kapasitas produksi saat ini. Semakin besar free cash flow yang tersedia dalam suatu perusahaan, maka semakin sehat perusahaan tersebut karena memiliki kas yang tersedia untuk pertumbuhan, pembayaran hutang, dan dividen.

Hasil penelitian Achmad Fauz Rosidi (2007), dan Bram Hadianto dan Herlina (2010), menemukan bahwafree cash flow, hasilnya tidak signifikan dalam


(29)

memprediksi kemungkinan perusahaan dalam membayarkan dividen. Sehingga free cash flow (arus kas bebas) tidak dapat mempengaruhi perusahaan dalam membayarkan dividen.

2.3 Profitabilitas

Profitabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri (Fakhruddin & Sopian, 2001:64). Profitabilitas merupakan tingkat keuntungan bersih yang mampu diraih oleh perusahaan pada saat menjalankan opperasionalnya. Dividen merupakan bagian dari laba bersih yang dicapai perusahaan. Perusahaan akan dapat melakukan pembagian dividen jika perusahaan memperoleh profit. Semakin besar profitabilitas perusahaan, maka kemampuan perusahaan untuk membayar dividen kepada investor akan semakin besar.

Untuk mengukur profitabilitas dapat menggunakan 2 rasio, yaitu Return On Investment (ROI/ROA) dan Return On Equity (ROE). ROI/ROA menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari aktiva yang dipergunakan. Sedangkan ROE mengukur kemampuan perusahaan memperoleh laba atas ekuitas pemilik perusahaan (modal sendiri). Penelitian ini menggunakan proksi ROE sebagai ukuran profitabilitas perusahaan. Pertimbangannya karena ROE mengukur kemampuan perusahaan memperoleh laba yang tersedia bagi pemegang saham perusahaan dalam bentuk penyertaan modal sendiri yang ditanamkan oleh pemegang saham. Pertimbangan lainnya karena ROE merupakan turunan dari ROI sehingga hasilnya merupakan hasil yang dapat lebih menggambarkan profitabilitas. (Suharli, 2007:11).


(30)

Hasil penelitian Suharli (2007), Bram Hadianto dan Herlina (2010), Abdul Kadir (2010), dan Mafizatun Nurhayati (2013), sama-sama menemukan bahwa profitabilitas perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan dalam pembayaran dividen. Sedangkan Eva Rahmawati (2011) menemukan bahwa profitabilitas tidak berpengaruh terhadap kebijakan pembayaran dividen pada suatu perusahaan. Dari hasil-hasil penelitian terdahulu itu, hampir semua peneliti menggunakan ROI/ROA sebagai proksi untuk profitabilitasnya. Hanya Suharli yang menggunakan ROE sebagai proksi untuk profitabilitas.

2.4 Kebijakan Hutang

Menurut Jensen, Solberg, dan Zorn (dalam Kartika Nuringsih 2005:13), terdapat hubungan kausal yang negatif atau substitusi antara tingkat hutang dengan dividen. Penggunaan hutang tinggi menyebabkan perusahaan menurunkan pembayaran dividen dan sebagian besar keuntungan dialokasikan sebagai cadangan pelunasan hutang.

Keputusan pendanaan dengan kebijakan hutang bertujuan untuk memperoleh dana dengan biaya yang paling murah. Menurut Husnan (dalam Bram Hadianto dan Herlina 2010:58), sumber dana tersebut dapat berasal dari bank ataupun pasar modal. Ketika perusahaan melakukan peminjaman uang lewat bank ataupun penerbitan obligasi lewat masyarakat, maka perusahaan harus berkomitmen untuk membayarkan bunga beserta pokok pinjamannya secara periodik. Namun kenyataannya, semakin tinggi hutang maka semakin tinggi kemungkinan perusahaan mengalami kebangkrutan. Risiko yang tinggi ini


(31)

mendorong perusahaan untuk menjaga aliran kasnya untuk membayar hutang beserta pokok pinjamannya sehingga perusahaan menurunkan pembayaran dividen pada pemegang saham. Kebijakan hutang diproksikan dengan debt to equity ratio (DER). Rasio ini mengukur perbandingan hutang dengan ekuitas (modal sendiri). Perusahaan yang tidak membayar dividen diprediksi memiliki rasio hutang yang tinggi karena harus berkonsentrasi dalam membayar bunga dan pokok pinjamannya, sebaliknya perusahaan yang membayarkan dividen diperkirakan memiliki rasio hutang yang rendah.

Achmad Fauz Rosidi (2007), Bram Hadianto dan Herlina (2010), Abdul Kadir (2010), dan Eva Rahmawati (2001) menemukan bahwa kebijakan hutang berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen.

2.5 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu mengenai pengaruh variabel-variabel yang mempengaruhi kebijakan pembayan dividen dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 2.1

Ringkasan Penelitian Terdahulu

Peneliti Judul Penelitian Metode

Penelitian

Variabel Penelitian Hasil Penelitian Michell

Suharli (2007)

Pengaruh Profitability dan Investment Opportunity Set Terhadap Kebijakan Dividen Tunai dengan Likuiditas Sebagai Variabel Penguat Model analisis Regresi berganda dengan variabel moderator.

Variabel bebas (variabel X) adalah Profitabilitas

(ROI) sebagai X1, dan kesempatan investasi sebagai

X2, variabel terikat (variabel Y) yaitu kebijakan

jumlah dividen tunai, dan variabel moderator yaitu likuiditas (CR)

likuiditas dapat digunakan sebagai variabel

penguat (variabel moderator) karena memberikan

hasil yang signifikan pada α = 0.10 dalam mempengaruhi

profitabilitas dan kesempatan investasi, tetapi dari kedua variabel


(32)

independen hanya profitabilitas yang dapat mempengaruhi kebijakan jumlah pembagian dividen perusahaan. Dengan

demikian penelitian ini menyimpulkan bahwa kebijakan jumlah pembagian dividen perusahaan

dipengaruhi oleh profitabilitas dan diperkuat oleh

likuiditas perusahaan. Achmad

Fauz Rosidi (2007)

Pengaruh aliran kas bebas, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, kebijakan hutang dan collateral asset terhadap kebijakan dividen.

Model analisis Regresi berganda

Variabel terikat: kebijakan dividen. Variabel bebas: free cash flow , kepemilikan

manajerial, kepemilikan

institusional, kebijakan hutang dan collateral asset

Secara simultan terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel-variabel free cash flow, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, kebijakan hutang dan collateral asset terhadap kebijakan dividen. Secara parsial, free cash flow dan kepemilikan manajerial menunjukkan pengaruh positif terhadap kebijakan dividen, tetapi tidak signifikan. Kebijakan hutang menunjukkan pengaruh negative dan signifikan terhadap kebijakan dividen. collateral asset menunjukkqn pengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan dividen. Dan variabel kepemilikan institusional menunjukkan pengaruh negative dan tidak signifikan terhadap kebijakan dividen. Bram

Hadianto dan Herlina

(2010)

Prediksi Arus Kas Bebas, Kebijakan utang dan Profitabilitas terhadap kemungkinan dibayarkannya dividen

Model Regresi Logistik

Variabel bebas: Arus Kas Bebas (FCF), Kebijakan utang

(DER), dan

Profitabilitas (ROA). Variabel terikat: Kebijakan dividen (DIV).

Arus kas bebas tidak signifikan dalam memprediksi

kemungkinan perusahaan dalam membayarkan dividen. Kebijakan Utang dan Profitabilitas menunjukkan hasil yang signifikan dengan arah positif.


(33)

Abdul Kadir (2010)

Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi Kebijakan dividen pada perusahaan credit agencies go public di BEI

Model analisis Regresi berganda

Variabel terikat: Kebijakan Dividen (DPR).

Variabel bebas: Profitabilitas (ROI), Likuiditas (CR), hutang (DER), dan rasio aktivitas (ATO).

Variabel Profitabilitas (ROI), Likuiditas (CR), hutang (DER), dan rasio aktivitas (ATO), secara simultan mempengaruhi Dividend Payout Ratio. Secara parsial variabel profitabilitas mempunyai hubungan positif dan signifikan terhadap dividen. Variabel likuiditas tidak mempengaruhi kebijakan dividen. Variabel hutang berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Variabel aktivitas menunjukkan pengaruh positif terhadap kebijakan dividen. Eva

Rahmawati (2011)

Pengaruh current ratio, ROA, kebijakan hutang dan ukuran perusahaan terhadap kebijakan dividen dengan menggunakan regresi logistik

Model regresi logistik

Variabel terikat: kebijakan dividen. Variabel bebas: current ratio, ROA, kebijakan hutang dan ukuran perusahaan

Variabel current ratio dan ROA tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen. Kebijakan hutang mempunyai pengaruh negative dan signifikan terhadap kebijakan dividen. Dan variabel ukuran perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan dividen.

Mafizatun Nurhayati

(2013)

Profitabilitas, Likuiditas dan

Ukuran Perusahaan

Pengaruhnya terhadap Kebijakan Dividend an nilai perusahaan sector non jasa

Analisis Jalur (Path Analysis)

Variabel terikat: Kebijakan Dividen (DPO) dan nilai perusahaan (PBV). Variabel bebas: Ukuran perusahaan (SIZE), Profitabilitas (ROA), dan Liquiditas

Ukuran perusahaan berpengaruh negative tetapi signifikan terhadap kebijakan dividen. Profitabilitas

berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan dividen. Likuiditas mempunyai koefisien negative. Profitabilitas dan ukuran perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan.


(34)

Tabel 2.2

Perbedaan Arah Hasil Variabel Temuan Peneliti Peneliti Free Cash Flow

(Arus Kas Bebas)

Profitabilitas Kebijakan Hutang Michell Suharli (2007) n.a. Positif (Signifikan) n.a. Achmad Fauz Rosidi

(2007)

Positif (Tidak Signifikan)

n.a. Positif

(Signifikan) Bram Hadianto dan

Herlina (2010) Negatif (Tidak Signifikan) Positif (Signifikan) Positif (Signifikan) Abdul Kadir (2010) n.a. Positif (Signifikan) Positif (Signifikan) Eva Rahmawati (2011) n.a. Negatif (Tidak Signifikan) Positif (Signifikan) Mafizatun Nurhayati (2013) n.a. Positif (Signifikan) n.a

Keterangan: n.a.= variable tidak diteliti,

tidak signifikan = tidak berpengaruh sekalipun memiliki tanda positif dan negative

Sumber: diolah oleh peneliti, 2014

Table 2.2 menunjukkan perbedaan arah hasil temuan para peneliti terdahulu pada ketiga faktor penjelas yang mempengaruhi kebijakan pembayaran dividen.

2.6 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual yaitu menjelaskan hubungan antara free cash flow, profitabilitas dan kebijakan hutang terhadap kebijakan pembayaran dividen. Kerangka konseptual dari penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.3 Kerangka Konseptual

H1

H2

H3

Free Cash Flow

Kebijakan Hutang

Kebijakan pembayaran dividen


(35)

2.7 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan landasan teori dan empiris di atas, maka hipotesis penelitian yang dapat dirumuskan adalah:

H1: free cash flow berpengaruh terhadap kebijakan dividen pada

perusahaan-perusahaan yang tergabung dalam Indeks saham LQ45

H2: profitabilitas berpengaruh terhadap kebijakan dividen pada

perusahaan-perusahaan yang tergabung dalam Indeks saham LQ45

H3: Kebijakan hutang berpengaruh terhadap kebijakan dividen pada

perusahaan-perusahaan yang tergabung dalam Indeks saham LQ45

H4: free cash flow, profitabilitas dan kebijakan hutang secara bersama-sama

berpengaruh terhadap kebijakan dividen pada perusahaan-perusahaan yang tergabung dalam Indeks saham LQ45.


(36)

BAB III

METODE PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara tiga variabel bebas terhadap satu variabel terikat, untuk melihat dan membuktikan pengaruh free cash flow, profitabilitas dan kebijakan hutang terhadap kebijakan pembayaran dividen pada perusahaan yang tergabung dalam indeks saham LQ45.

3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas dua, yaitu variabel terikat (dependen) dan variabel bebas (independen).

1. Variabel terikat

Variabel terikat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kebijakan pembayaran dividen, dan diproksikan dengan Dividend Payout Ratio (DPR), yang merupakan bagian laba bersih setelah pajak yang ditetapkan oleh pihak perusahaan untuk membayar dividen kepada para pemegang saham atau rasio yang mengukur pendapatan bersih yang dibayarkan dalam bentuk dividen. Dapat diukur dengan:

ܦ ݅ ݒ ݅ ݀ ݁ ݊ ݀ ܲ ܽ ݕ ݋ ݑ ݐ ܴ ܽ ݐ ݅ ݋=ܦ ݅ ݒ ݅ ݀ ݁ ݊ ݀ ݌ ݁ ݎ ݏℎܽ ݎ ݁

ܧ ܽ ݎ ݊ ݅ ݊ ݃ ݌ ݁ ݎ ݏℎܽ ݎ ݁

2. Variabel bebas dalam penelitian ini terdiri atas: a. Free cash flow(FCF) / arus kas bebas

Free cash flow yaitu sisa arus kas setelah perusahaan membayar semua beban operasi dan melakukan investasi.


(37)

Rumus singkat untuk menghitung arus kas bebas adalah: Arus kas bebas = Arus kas dari Operasi – Belanja modal b. Profitabilias

Profitabilitas diproksikan dengan Return on Equity (ROE), yang mengukur kemampuan perusahaan memperoleh laba yang tersedia bagi pemegang saham perusahaan.

ROE = ௅ ௔ ௕ ௔ ௦ ௘ ௧ ௘ ௟ ௔ ௛ ௉ ௔ ௝ ௔ ௞ ் ௢ ௧ ௔ ௟ ெ ௢ ௗ ௔ ௟ ௌ ௘ ௡ ௗ ௜ ௥ ௜x 100 % c. Kebijakan hutang

Kebijakan hutang diproksikan dengan DER (debt equity ratio), yaitu rasio hutang yang diukur dari perbandingan hutang dengan ekuitas (modal sendiri), dengan rumus:

DER = ୘ ୭ ୲ ୟ ୪ ୈ ୣ ୠ ୲ ୘ ୭ ୲ ୟ ୪ ୉ ୯ ୳ ୧ ୲ ୷x 100 %

3.2 Populasi dan sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah semua perusahaan yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan tergabung dalam indeks saham LQ45 periode Februari 2009 sampai dengan Agustus 2013 (10 periode), yaitu sebanyak 84 perusahaan. Penentuan sampel menggunakan teknik purposive sampling, dengan beberapa kriteria pemilihan, yaitu:

1. Perusahaan terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia dan konsisten tergabung dalam indeks saham LQ45 dari Februari 2009 sampai Agustus 2013 (10 periode),


(38)

2. Perusahaan telah menyampaikan laporan keuangan secara rutin dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2013,

3. Perusahaan membagi dividen (cash dividend) selama lima tahun periode pengamatan secara berturut-turut (2009-2013).

Berdasarkan kriteria-kriteria diatas, maka perusahaan-perusahaan yang memenuhi kriteria untuk dijadikan sampel adalah:

Tabel 3.1 No. Kode Nama Perusahaan 1 AALI Astra Agro Lestari Tbk. 2 ASII Astra International Tbk. 3 BBCA Bank Central Asia Tbk.

4 BBNI Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. 5 BBRI Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. 6 BMRI Bank Mandiri (Persero) Tbk.

7 ITMG Indo Tambangraya Megah Tbk. 8 JSMR Jasa Marga (Persero) Tbk.

9 PGAS Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk.

10 PTBA Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk. 11 SMGR Semen Indonesia (Persero) Tbk.

12 UNTR United Tractors Tbk. Sumber: diolah oleh peneliti, 2014

3.3 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu perusahaan-perusahaan yang tergabung dalam indeks saham LQ45 periode Februari 2009 sampai Agustus 2013 (10 periode). Data bersumber dari situs resmi Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id).


(39)

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik dokumentasi, yaitu laporan keuangan yang telah dipublikasikan dalam periode pengamatan kemudian dikumpulkan, dicatat dan dikaji.

Penelitian ini menggunakan data panel, yaitu penggabungan data antara cross section dan time series. Sehingga jumlah observasi yang dilakukan sebanyak 60 data, yaitu jumlah data time series sebanyak 5 tahun dikalikan dengan banyaknya perusahaan yang diobservasi yaitu 12 perusahaan.

3.5 Analisis Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif merupakan proses transformasi data penelitian dalam bentuk tabulasi sehingga mudah dipahami dan diinterpretasikan. Adapun analisis statistik deskriptif ini memiliki tujuan untuk memberikan gambaran (deskripsi) mengenai suatu data agar data yang tersaji menjadi mudah dipahami dan informatif bagi orang yang membacanya. Statistika deskriptif menjelaskan berbagai karakteristik data seperti rata-rat, jumlah, simpangan baku, varians, rentang, nilai minimum dan maximum dan sebagainya.

3.6 Uji Akar Unit (Unit Root Test)

Untuk mengetahui apakah data panel yang digunakan stasioner atau tidak stasioner, salah satu cara yang dapat dilakukan adalah menggunakan uji akar unit. Data yang stasioner adalah data yang nilai rata-rata dan varian dari data tersebut tidak mengalami perubahan secara sistematik sepanjang waktu atau sebagian ahli menyatakan rata-rata dan variannya konstan (Pratomo dan Hidayat : 2010).


(40)

Dalam menganalisis data time series, uji kestasioneran data merupakan tahap yang sangat penting. Hal ini dilakukan untuk melihat ada atau tidaknya akar unit yang terkandung diantara variable, sehingga hubungan diantara variable menjadi valid, karena apabila data yang diperoleh tidak stasioner maka dikhawatirkan regresi yang dibuat adalah regresi palsu. Terutama untuk data panel, karena merupakan kombinasi antara data time seriesdan cross section.

Dalam menentukan apakah data yang kita analisis telah stasioner atau tidak adalah dengan membandingkan antara nilai statistic dengan nilai kritisnya (tabel). Apabila nilai absolute statistik lebih besar dari nilai kritisnya, maka data yang dianalisis menunjukkan data stasioner dan jika sebaliknya, apabila nilai absolute statistic lebih kecil dari nilai kritisnya maka data tidak stasioner.

3.7 Metode Analisis

Penelitian ini menggunakan program Eviews 6.0. Metode yang digunakan dalam pengolahan data penelitian ini adalah metode panel regression karena tipe dari data yang akan digunakan nantinya berbentuk panel data. Panel data merupakan kumpulan data yang merupakan gabungan dari jenis data cross section dan time series.

3.7.1 Metode Analisis Regresi Panel

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Uji Regresi Panel. Ada beberapa keuntungan yang diperoleh dengan menggunakan data panel. Pertama, data panel mampu menyediakan data yang lebih banyak sehingga akan menghasilkan Degree Of Freedom yang lebih besar. Kedua,


(41)

menggabungkan informasi dari data time series dan cross section dapat mengatasi masalah yang timbul ketika ada masalah penghilangan variabel.

Dalam mengestimasi parameter dari persamaan dengan data panel, ada tiga model persamaan yang dapat dibuat, yaitu:

1. Ordinary Least Square (OLS)

Metode ini menggabungkan data cross section dengan data time series. Kemudian data tersebut diregresikan dengan metode OLS. Penggunaan estimasi dengan metode ini tidak realistis. Misalkan kita ingin menganalisis pengaruh pengeluaran pemerintah daerah terhadap pertumbuhan daerah. Dengan menggunakan OLS maka kita akan memperoleh nilai intercept dan koefisien parameter yang konstan untuk seluruh daerah. Apakah mungkin setiap daerah memiliki intercept yang sama? Oleh karena itu, penggunaan FEM dan REM lebih baik.

2. Fixed Effect Model(FEM)

Model ini memiliki interceptpersamaan yang tidak konstan atau terdapat perbedaan pada setiap individu (data cross section). Sementara itu, slope koefisien dari regresi tidak berbeda pada setiap individu dan waktu. 3. Random Effect Model(REM)

Pada model ini, perbedaan antar individu terdapat di error term dari persamaan. Model ini memperhitungkan bahwa error term mungkin berkorelasi sepanjang time seriesdan cross section.

Oleh karena ada dua metode yang sesuai untuk data panel, beberapa pakar ekonometrika membuat kesimpulan dari pembuktian untuk menentukan


(42)

metode apa yang paling sesuai untuk digunakan, yaitu Jika jumlah runtun waktu lebih besar dibandingkan jumlah individu, maka disarankan untuk menggunakan metode FEM, Jika jumlah runtun waktu lebih sedikit dibandingkan jumlah individu, menggunakan metode REM.

Pengujian lain yang disarankan dalam menentukan metode apa yang paling sesuai untuk digunakan pada data panel adalah Uji Hausman. Jika nilai statistic hausman lebih kecil dari nilai kritisnya atau hausman test tidak signifikan maka H0diterima, maka model yang tepat adalah REM. Sedangkan

apabila nilai statistic Hausman lebih besar dari nilai kritisnya maka H0

ditolak, sehingga dipakai model FEM.

Berdasarkan kesimpulan dari pembuktian diatas, maka penelitian ini menggunakan Random Effect Model (REM), dengan modelnya yaitu:

DPRit =α + β1FCFit +β2ROEit+β3DERit+ε

Keterangan:

DPRit: pembayaran dividen untuk cross section ke-i dan waktu ke-t

FCFit : free cash flowuntuk cross section ke-i dan waktu ke-t

ROEit : profitabilitascross section ke-i dan waktu ke-t

DERit : rasio hutang untuk cross section ke-i dan waktu ke-t

i : menunjukkan jumlah perusahaan dalam sampel (unit cross section) t : menunjukkan waktu yaitu tahun amatan (unit time series)

ε : error term

3.7.2 Uji Signifikansi a. Uji-F

Uji F dilakukan untuk melihat apakah semua variabel bebas mempengaruhi variabel terikat secara bersama-sama. Untuk menentukan nilai F-tabel, tingkat signifikansi yang digunakan sebesar 5% dengan derajat kebebasan (degree of freedom) df = (n-k) dan (k-1) dimana n


(43)

adalah jumlah observasi, k adalah jumlah variabel termasuk intersep dengan kriteria uji yang digunakan adalah :

Jika F-hitung > F-tabel (α ; n-k; k-1), maka H0 ditolak menerima Ha

Jika F-hitung < F-tabel (α ; n-k; k-1), maka H0 diterima menolak Ha

b. Uji-t

Uji-t digunakan untuk melihat signifikansi dari pengaruh variabel bebas secara individual terhadap variabel terikat, dengan asumsi variabel bebas yang lain konstan. Tanda (+) dan minus (-) menunjukkan arah hubungan yang terjadi, apakah perubahan variabel terikat searah (positif) dengan perubahan variabel bebas atau berlawanan arah (negatif).

Untuk menentukan t-tabel ditentukan tingkat signifikansi 5% dengan derajat kebebasan df = (n – k – 1) dimana n adalah jumlah observasi dan k adalah jumlah variabel termasuk intersep dengan kriteria uji sebagai berikut :

Jika t-hitung > t-tabel (α,n–k1), maka H0 ditolak atau menerima Ha

Jika t-hitung < t-tabel (α, n–k–1), maka H0 diterima atau menolak Ha

c. Determinasi (Adjusted R2)

Untuk menentukan seberapa besar variabel independen dapat menjelaskan variabel dependen, maka perlu diketahui nilai koefisien determinasi (Adjusted R2). Nilai koefisien determinasi dapat menjelaskan

kebaikan dari regresi dalam memprediksi variabel dependen. Semakin tinggi nilai koefisien determinasi maka semakin baik kemampuan variabel independen dalam menjelaskan perilaku variabel dependen.


(44)

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1 Sejarah Bursa Efek Indonesia dan Indeks LQ45

Pasar modal atau bursa efek telah lahir sejak zaman kolonial Belanda, tepatnya pada tanggal 14 Desembar 1912 dengan nama Vereniging Voor de Effectenhandel didirikan di Batavia (Jakarta). Bursa Efek Jakarta dulu disebut Call-Efek. Pada masa itu pasar modal didirikan oleh pemerintahan Hindia Belanda untuk kepentingan pemerintah kolonial atau VOC. Sejak tahun 1912, perkembangan pasar modal tidak berjalan seperti yang diharapkan, bahkan mengalami kevakuman. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, seperti perang dunia I dan II, perpindahan kekuasaan dari pemerintah kolonial kepada pemerintah RI, dan berbagai kondisi yang menyebabkan operasi bursa efek tidak berjalan sebagaimana mestinya.

Selain Bursa Efek Jakarta, pemerintah kolonial juga mengoperasikan bursa parallel di Surabaya dan Semarang. Namun kegiatan bursa ini di hentikan lagi ketika terjadi pendudukan tentara Jepang di Batavia.

Bursa Efek Jakarta kembali dibuka pada tanggal 10 Agustus 1977 dan ditangani oleh Badan Pelaksana Pasar Modal (BAPEPAM), institusi baru di bawah Departemen Keuangan. Kegiatan perdagangan dan kapitalisasi pasar saham pun mulai meningkat seiring dengan perkembangan pasar finansial dan sektor swasta, yang puncak perkembangannya pada tahun 1990. Pada tahun 1991, bursa saham diswastanisasi menjadi PT. Bursa Efek Jakarta dan menjadi salah


(45)

satu bursa saham yang dinamis di Asia. Swastanisasi bursa saham ini menjadi PT. Bursa Efek Jakarta mengakibatkan beralihnya fungsi BAPEPAM menjadi Badan Pengawas Pasar Modal.

Bursa efek terdahulu bersifat demand-following, namun setelah tahun 1977 bersifat supplay-leading, artinya bursa dibuka saat pengertian mengenai bursa pada masyarakat sangat minim sehingga pihak BAPEPAM harus berperan aktif langsung dalam memperkenalkan bursa.

Pada tahun 1977 hingga 1978 masyarakat umum tidak atau belum merasakan kebutuhan akan bursa efek. Perusahaan tidak antusias untuk menjual sahamnya kepada masyarakat. Tidak satupun perusahaan yang memasyarakatkan sahamnya pada periode ini. Baru pada tahun 1979 hingga 1984 dua puluh tiga perusahaan lain menyusul menawarkan sahamnya di Bursa Efek Jakarta. Namun sampai tahun 1988 tidak satu pun perusahaan baru menjual sahamnya melalui Bursa Efek Jakarta.

Untuk lebih mengairahkan kegiatan di Bursa Efek Jakarta, maka pemerintah telah melakukan berbagai paket deregulasi, antaralain seperti: paket Desember 1987, paket Oktober 1988, paket Desember 1988, paket Januarti 1990, yang prinsipnya merupakan langkah-langkah penyesuaian peraturan-peraturan yang bersifat mendorong tumbuhnya pasar modal secara umum dan khususnya Bursa Efek Jakarta.

Setelah dilakukan paket-paket deregulasi tersebut Bursa Efek Jakarta mengalami kemajuan pesat. Harga saham bergerak naik cepat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya yang bersiafat tenang. Perusahaan-perusahaanpun


(46)

akhirnya melihat bursa sebagai wahana yang menarik untuk mencari modal, sehingga dalam waktu relative singkat sampai akhir tahun 1997 terdapat 283 emiten yang tercatat di Bursa Efek Jakarta.

Tahun 1955 adalah tahun Bursa Efek Jakarta memasuki babak baru, karena pada tanggal 22 Mei 1995 Bursa Efek Jakarta meluncurkan Jakarta Automated Trading System (JATS). JATS merupakan suatu sistim perdagangan manual. Sistim baru ini dapat memfasilitasi perdagangan saham dengan frekuensi yang lebih besar dan lebih menjamin kegiatan pasar yang fair dan transparan di banding sistim perdagangan manual.

Pada bulan Juli 2000, Bursa Efek Jakarta merupakan perdagangan tanpa warkat (ckripess trading) dengan tujuan untuk meningkatkan likuiditas pasar dan menghindari peristiwa saham hilang dan pemalsuan saham, serta untuk mempercepat proses penyelesaian transaksi.

Tahun 2001 Bursa Efek Jakarta mulai menerapkan perdagangan jarak jauh (Remote Trading), sebagai upaya meningkatkan akses pasar, efisiensi pasar, kecepatan dan frekuensi perdagangan.

Tahun 2007 menjadi titik penting dalam sejarah perkembangan Pasar Modal Indonesia. Dengan persetujuan para pemegang saham kedua bursa, BES digabungkan ke dalam BEJ yang kemudian menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan tujuan meningkatkan peran pasar modal dalam perekonomian Indonesia. Pada tahun 2008, Pasar Modal Indonesia terkena imbas krisis keuangan dunia menyebabkan tanggal 8-10 Oktober 2008 terjadi penghentian sementara perdagangan di Bursa Efek Indonesia.. IHSG, yang sempat menyentuh titik


(47)

tertinggi 2.830,26 pada tanggal 9 Januari 2008, terperosok jatuh hingga 1.111,39 pada tanggal 28 Oktober 2008 sebelum ditutup pada level 1.355,41 pada akhir tahun 2008. Kemerosotan tersebut dipulihkan kembali dengan pertumbuhan 86,98% pada tahun 2009 dan 46,13% pada tahun 2010.

Untuk memberikan informasi yang lebih lengkap tentang perkembangan bursa kepada publik, BEI menyebarkan data pergerakan harga saham melalui media cetak dan elektronik. Satu indikator pergerakan harga saham tersebut adalah indeks harga saham. Saat ini, BEI mempunyai tujuh macam indeks saham, salah satunya yaitu Indeks LQ45.

Indeks LQ45 adalah perhitungan dari 45 saham, yang diseleksi melalui beberapa kriteria pemilihan. Selain penilaian atas likuiditas, seleksi atas saham-saham tersebut mempertimbangkan kapitalisasi pasar. Indeks LQ 45 berisi 45 saham yang disesuaikan setiap enam bulan (setiap awal bulan Februari dan Agustus). Dengan demikian saham-saham yang terdapat dalam indeks tersebut akan selalu berubah.

Tujuan dibentuknya indeks LQ45 adalah sebagai pelengkap IHSG dan khususnya untuk menyediakan sarana yang obyektif dan terpercaya bagi analisis keuangan, manajer investasi, investor dan pemerhati pasar modal lainnya dalam memonitor pergerakan harga dari saham-saham yang aktif diperdagangkan.

Sejak diluncurkan pada bulan Februari 1997 ukuran utama likuiditas transaksi adalah nilai transaksi di pasar reguler. Sesuai dengan perkembangan pasar, dan untuk lebih mempertajam kriteria likuiditas, maka sejak review bulan Januari 2005, jumlah hari perdagangan dan frekuensi transaksi dimasukkan


(48)

sebagai ukuran likuiditas. Sehingga kriteria suatu saham untuk dapat masuk dalam perhitungan indeks LQ45 adalah sebagai berikut:

 Telah tercatat di BEI minimal 3 bulan

 Masuk dalam 60 saham berdasarkan nilai transaksi di pasar regular

 Dari 60 saham tersebut, 30 saham dengan nilai transaksi terbesar secara otomatis akan masuk dalam perhitungan indeks LQ45.

Untuk mendapatkan 45 saham akan dipilih 15 saham lagi dengan menggunakan kriteria Hari Transaksi di Pasar Reguler, Frekuensi Transaksi di Pasar Reguler dan Kapitalisasi Pasar. Metode pemilihan 15 saham tersebut adalah:

 Dari 30 sisanya, dipilih 25 saham berdasarkan Hari Transaksi di Pasar Reguler.

 Dari 25 saham tersebut akan dipilih 20 saham berdasarkan Frekuensi Transaksi di Pasar Reguler

 Dari 20 saham tersebut akan dipilih 15 saham berdasarkan Kapitalisasi Pasar, sehingga akan didapat 45 saham untuk perhitungan indeks LQ45 Selain melihat kriteria likuiditas dan kapitalisasi pasar tersebut di atas, akan dilihat juga keadaan keuangan dan prospek pertumbuhan perusahaan tersebut.

Bursa Efek Indonesia secara rutin memantau perkembangan kinerja komponen saham yang masuk dalam penghitungan indeks LQ45. Setiap tiga bulan sekali dilakukan evaluasi atas pergerakan urutan saham-saham tersebut. Penggantian saham akan dilakukan setiap enam bulan sekali, yaitu pada awal bulan Februari dan Agustus.


(49)

Indeks LQ45 diluncurkan pada bulan Februari 1997. Akan tetapi untuk mendapatkan data historikal yang cukup panjang, hari dasar yang digunakan adalah tanggal 13 Juli 1994.

4.2 Analisis Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif merupakan proses transformasi data penelitian dalam bentuk tabulasi sehingga mudah dipahami dan diinterpretasikan. Table 4.1 dibawah ini adalah statistic deskriptif dari variabel-variabel penelitian. Nilai minimum, median, maksimum, rata-rata, standar deviasi dari masing-masing variabel secara rinci dapat dilihat pada table 4.1 berikut.

Tabel 4.1

Deskripsi Variabel Penelitian

DPR FCF ROE DER

Mean 47.20600 5270023. 32.30950 320.8000 Median 45.03000 2453551. 32.25500 102.5000 Maximum 210.9900 46005755 70.30000 1088.000 Minimum 5.610000 -39645910 9.400000 18.00000 Std. Dev. 30.93580 11248044 15.24757 367.1801 Skewness 2.568402 0.389158 0.504466 0.843709 Kurtosis 14.28323 9.086784 2.744764 1.980041 Jarque-Bera 384.2451 94.13679 2.707726 9.719239 Probability 0.000000 0.000000 0.258241 0.007753 Sum 2832.360 3.16E+08 1938.570 19248.00 Sum Sq. Dev. 56464.39 7.46E+15 13716.82 7954454.

Observations 60 60 60 60

Cross sections 12 12 12 12

Sumber: Hasil Pengolahan data


(50)

ini adalah 60, dengan cross sections sebanyak 12 perusahaan dan tahun amatan 2009 sampai 2013.

Berdasarkan table 4.1 diatas, maka Indo Tambangraya Megah (ITMG) merupakan perusahaan yang membayar dividen dengan persentase paling tinggi, yaitu 210,99 % dari laba bersih perusahaan tahun 2013. Penambahan persentase mungkin terjadi karena penambahan laba yang ditahan dari tahun-tahun sebelumnya. Sedangkan perusahaan yang membayar persentase dividen dari laba bersih paling rendah adalah Bank Mandiri (BMRI) tahun 2009 yaitu 5,61 %. Persentase pembayaran dividen rata-rata perusahaan secara keseluruhan adalah 47,206 %, sisanya (52,794 %) ditahan oleh perusahaan.

Untuk variabel free cash flow, Bank Rakyat Indonesia (BBRI) pada tahun 2010 memiliki free cash flow atau arus kas bebas paling tinggi yaitu 46.005.755 (dalam jutaan rupiah), sedangkan Bank Sentral Asia (BBCA) tahun 2011 memiliki free cash flow paling rendah yaitu -39.645.910. Free cash flow untuk rata-rata perusahaan secara keseluruhan adalah 5.270.023.

Perusahaan Gas Negara (PGAS) pada tahun 2009, memiliki nilai Profitabilitas (ROE) paling tinggi yaitu 70,30, artinya perusahaan mampu memperoleh laba sebesar 70,30% dari total modal sendiri, yang tersedia bagi para investor. Sedangkan perusahaan United Tractors (UNTR) pada tahun 2013, memiliki nilai ROE paling rendah yaitu 9,40 %. Dan untuk nilai rata-rata ROE perusahaan secara keseluruhan adalah 32,30 %.

Nilai dari DER untuk proksi variabel kebijakan hutang, merupakan ukuran rasio hutang terhadap modal suatu perusahaan. Pada table 4.1, dapat kita lihat


(51)

bahwa rasio DER rata-rata perusahaan sebesar 320,8%, sangat jauh dari tingkat DER yang aman (dibawah 50%). Hal ini menunjukkan besarnya tingkat ketergantungan perusahaan terhadap pihak kreditur ataupun investor dan tingginya resiko yang dihadapi oleh perusahaan. Bank Negara Indonesia (BBNI) tahun 2009 memiliki nilai DER paling tinggi yaitu 1088%. Nilai yang mencapai 1088% ini dikarenakan bahwa sebagian besar dana operasional bank berasal dari masyarakat. Perusahaan Astra Agro Lestari (AALI) sendiri pada tahun 2009 memiliki nilai DER paling rendah yaitu 18%, dan tergolong DER yang aman.

4.3 Hasil Estimasi Uji Akar Unit (Unit Root Test)

Uji akar unit (unit root test) dengan menggunakan program Eviews, dilakukan untuk menguji apakah variable free cash flow, profitabilitas, kebijakan hutang dan kebijakan dividen stasioner atau tidak. Data yang stasioner adalah data yang nilai rata-rata dan varian dari data tersebut tidak mengalami perubahan secara sistematik sepanjang waktu atau sebagian ahli menyatakan rata-ratadan variannya konstan (Pratomo dan Hidayat : 2010).

Dalam menentukan apakah data yang kita analisis telah stasioner atau tidak adalah dengan membandingkan antara nilai statistic dengan nilai kritisnya (tabel). Apabila nilai absolute statistik lebih besar dari nilai kritisnya, maka data yang dianalisis menunjukkan data stasioner dan jika sebaliknya, apabila nilai absolute statistic lebih kecil dari nilai kritisnya maka data tidak stasioner.


(52)

Tabel 4.2

Hasil Uji Akar Unit Variabel Free Cash Flow (FCF)

Method Statistic Prob.**

ADF - Fisher Chi-square 29.3378 0.2077 ADF - Choi Z-stat -1.37075 0.0852 Sumber: hasil pengolahan data

Dari table 4.1 hasil pengujian stasioner diatas, dapat kita lihat bahwa variabel free cash flow memiliki nilai absolute statistic 29,3378, lebih besar dari nilai kritisnya (-1,37). sehingga data variable free cash flow yang dianalisis menunjukkan data stasioner atau tidak memiliki akar unit.

Tabel 4.3

Hasil Uji Akar Unit Variabel Profitabilitas (ROE)

Method Statistic Prob.**

ADF - Fisher Chi-square 9.79163 0.9954 ADF - Choi Z-stat 3.72355 0.9999 Sumber: hasil pengolahan data

Hasil pengujian stasioner pada table 4.2 diatas menunjukkan bahwa variabel profitabilitas memiliki nilai statistik sebesar 9,79163, lebih besar dari nilai kritisnya (3,72). Sehingga data variable profitabilitas yang dianalisis menunjukkan data stasioner atau tidak memiliki akar unit.

Tabel 4.4

Hasil Uji Akar Unit Variabel Debt Kebijakan Hutang (DER)

Method Statistic Prob.**

ADF - Fisher Chi-square 32.8678 0.1069 ADF - Choi Z-stat 0.78568 0.7840 Sumber: hasil pengolahan data


(53)

Hasil pengujian stasioner pada table 4.3 diatas menunjukkan bahwa variable kebijakan hutang memiliki nilai statistic sebesar 32,8678, lebih besar dari nilai kritisnya (0,78). Sehingga data variable kebijakan hutang yang dianalisis menunjukkan data stasioner atau tidak memiliki akar unit.

Tabel 4.5

Hasil Uji Akar Unit Variabel Kebijakan Pembayaran Dividen (DPR)

Method Statistic Prob.**

ADF - Fisher Chi-square 35.2561 0.0647 ADF - Choi Z-stat -0.74119 0.2293 Sumber: hasil pengolahan data

Hasil pengujian stasioner pada table 4.4 diatas menunjukkan bahwa variable kebijakan pembayaran dividen memiliki nilai statistik sebesar 35,2561, lebih besar dari nilai kritisnya (-0,74). Sehingga data variable kebijakan pembayaran dividen yang dianalisis menunjukkan data stasioner atau tidak memiliki akar unit.

Dari hasil-hasil pengujian stasioneritas diatas, dapat kita lihat bahwa keempat variable yaitu free cash flow, profitabilitas, kebijakan hutang dan kebijakan dividen adalah stasioner, atau dengan kata lain keempat variable tersebut tidak mengalami masalah akar unit.

4.4 Analisis Regresi Data Panel

Dalam analisis data panel yang dilakukan, yang berfungsi sebagai variable tetap adalah kebijakan pembayaran dividen (DPR), sedangkan variable bebasnya adalah free cash flow(FCF), profitabilitas (ROE) dan kebijakan hutang (DER).


(54)

Pada bab III, sudah ditentukan bahwa metode yang sesuai untuk digunakan pada penelitian ini yaitu menggunakan Random Effect Model (REM). Untuk lebih memastikan apakah pemilihan model Random Effect Model (REM) tepat, maka akan dilakukan uji Hausman test. Uji ini akan memberikan penilaian dengan menggunakan Chi-square statistic.

Tabel 4.6 Hasil Uji Hausman Correlated Random Effects - Hausman Test

Pool: Untitled

Test cross-section random effects

Test Summary

Chi-Sq.

Statistic Chi-Sq. d.f. Prob. Cross-section random 1.917562 3 0.5897 Sumber: hasil pengolahan data

Hasil diatas menunjukkan bahwa nilai Chi-Square statistik lebih kecil dibandingkan dengan Chi-Square table (1,917562 < 9,49) dan nilai probabilitasnya 0,5897 > 5% (0,05), maka H0diterima sehingga model estimasi

yang dipakai yaitu Effect Model (REM).

4.4 Hasil Estimasi Random Effect Model (REM)

Berdasarkan hasil estimasi dengan menggunakan metode Random Effect Model (REM), maka diperoleh nilai Koefisien Determinasi (R-Squared) sebesar 0,111018 yang berarti secara keseluruhan variable bebas yang ada dalam model persamaan tersebut hanya mampu menjelaskan variabel kebijakan pembayaran dividen sebesar 11,1018 % saja, dan sisanya 88,8982 % dijelaskan oleh variabel lain diluar model persamaan.


(55)

Tabel 4.7

Hasil Estimasi Random Effect Model Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 69.26495 11.77211 5.883820 0.0000 FCF? 1.82E-09 3.39E-07 0.005389 0.9957 ROE? -0.307589 0.257127 -1.196253 0.2366 DER? -0.037813 0.016740 -2.258829 0.0278 Random Effects (Cross)

_AALI--C -2.724357 _ASII--C -19.86431 _BBCA--C -1.758644 _BBNI--C -4.776224 _BBRI--C -2.237295 _BMRI--C -4.082975 _ITMG--C 28.40722 _JSMR--C 21.86542 _PGAS--C 3.879789 _PTBA--C 1.679492 _SMGR--C -6.260258 _UNTR--C -14.12787

Effects Specification

S.D. Rho Cross-section random 17.87924 0.3693 Idiosyncratic random 23.36485 0.6307

Weighted Statistics

R-squared 0.111018 Mean dependent var 23.81893 Adjusted R-squared 0.063394 S.D. dependent var 23.90816 S.E. of regression 23.13794 Sum squared resid 29980.39 F-statistic 2.331126 Durbin-Watson stat 1.464469 Prob(F-statistic) 0.084013

Sumber: hasil pengolahan data

Dari hasil estimasi pada tabel diatas, dapat dijelaskan bahwa pengaruh variabel free cash flow (FCF), profitabilitas (ROE) dan kebijakan hutang (DER) terhadap kebijakan pembayaran dividen (DPR) adalah sebagai berikut:

1. free cash flow(FCF)

free cash flow memiliki pengaruh positif terhadap kebijakan pembayaran dividen dengan koefisien 1,82E-09. Hal ini berarti bahwa


(56)

apabila terjadi kenaikan 1 satuan pada variabel free cash flow, ceteris paribusmaka kebijakan pembayaran dividen akan meningkat sebesar 1,82E-09. Hasil pengujian menunjukkan bahwa free cash flow tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan pembayaran dividen, yang ditunjukkan oleh nilai probability dari FCF sebesar 0,9957 > 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa variabel free cash flowtidak dapat digunakan untuk memprediksi kebijakan pembayaran dividen pada perusahaan-perusahaan dalam indeks LQ45 yang membayarkan dividennya secara berturut-turut tahun 2009 sampai 2013. Hal ini sejalan denganhasil penelitian yang dilakukan oleh Achmad Fauz Rosidi (2007), dan Bram Hadianto dan Herlina (2010).

2. Profitabilitas (ROE)

Tingkat profitabilitas memiliki pengaruh yang negatif terhadap kebijakan pembayaran dividen dengan koefisien -0,307589. Hal ini berarti apabila terjadi kenaikan 1 satuan pada variabel free cash flow, ceteris paribusmaka akan menurunkan kebijakan pembayaran dividen sebesar 0,307589.

Nilai probability 0,2366 yang lebih besar dari 0,05 menunjukkan bahwa profitabilitas (ROE) tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan pembayaran dividen pada perusahaan-perusahaan dalam indeks LQ45 yang membayarkan dividennya secara berturut-turut tahun 2009 sampai 2013, sama dengan hasil penelitian yang dilakukan Eva Rahmawati (2011), namun dengan proksi yang berbeda.


(57)

3. Kebijakan hutang (DER)

Hutang juga memiliki pengaruh negatif terhadap kebijakan pembayaran dividen dengan koefisien -0,037813. Hal ini berarti apabila terjadi kenaikan 1 satuan pada variabel kebijakan hutang, ceteris paribusmaka akan menurunkan kebijakan pembayaran dividen sebesar 0,037813. Dapat kita lihat bahwa bilai probability 0,0278 yang lebih kecil dari 0,05 menunjukkan bahwa kebijakan hutang (DER) berpengaruh signifikan terhadap kebijakan pembayaran dividen pada perusahaan-perusahaan dalam indeks LQ45 yang membayarkan dividennya secara berturut-turut tahun 2009 sampai 2013. Hasil ini juga sejalan dengan hasil yang ditemukan oleh Achmad Fauz Rosidi (2007), Bram Hadianto dan Herlina (2010), Abdul Kadir (2010), dan Eva Rahmawati (2001).

4. Berdasarkan hasil estimasi pada table 4.6 diatas, untuk melihat hasil uji F (simultan), diperoleh melalui perbandingan F-statistic/F-hitung dengan F-tabel, yakni F-hitung < F-tabel (2.331126 < 2,76 ), yang berarti bahwa variabel free cash flow (FCF), profitabilitas (ROE) dan kebijakan hutang (DER) tidak berpengaruh secara simultan terhadap kebijakan pembayaran dividen (DPR).


(58)

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa free cash flow (FCF) mempunyai pengaruh yang positif, tetapi tidak signifikan terhadap kebijakan pembayaran dividen.

2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa profitabilitas (ROE) mempunyai pengaruh yang negatif dan tidak signifikan terhadap kebijakan pembayaran dividen.

3. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebijakan hutang (DER) mempunyai pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap kebijakan pembayaran dividen.

4. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel free cash flow (FCF), profitabilitas (ROE) dan kebijakan hutang (DER) tidak berpengaruh secara simultan terhadap kebijakan pembayaran dividen (DPR).

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diberikan saran atau masukan sebagai berikut:


(59)

1. Penelitian selanjutnya disarankan untuk mencari dan menggunakan variabel-variabel bebas lainnya yang lebih mampu menjelaskan variabel kebijakan pembayaran dividen sebagai variabel terikat.

2. Memperluas penelitian dengan menambah periode tahun penelitian dari seluruh perusahaan yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia sehingga hasil yang diperoleh akan lebih dapat digeneralisasi dan akan lebih menggambarkan kondisi sesungguhnya selama jangka panjang.


(60)

DAFTAR PUSTAKA

Agrawal, A. & Jayaraman, N., 1994. The Dividend Policies of All Equity Firms: Direct Test of Free Cash Flow Theory. Managerial and Decission Economics,Vol 15, No. 2, 139-148.

Fakhruddin, M dan Sopian Hadianto, 2001. Perangkat & Model Analisis Investasi di Pasar Modal. PT Elex Media Komputindo, Jakarta.

Fauz, Achmad, 2007. Pengaruh Aliran Kas Bebas, Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Kebijakan Utang dan Collateral Asset terhadap Kebijakan Dividen. Jurnal Ekonomi dan Manajemen, Vol 8, 259-267. Ghozali, Imam, 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS,

Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.

Hadianto, Bram dan Herlina, 2010. Prediksi Arus Kas Bebas, Kebijakan Hutang dan Profitabilitas terhadap Kemungkinan Dibayarkannya Dividen.Integritas - Jurnal Manajemen Bisnis. Vol. 3 No.1, 53-74.

Hatta, Atika Jauhari, 2002. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Deviden: Investigasi Pengaruh Teori Stakeholder. JAAI Volume 6 No.2, 1-22.

Jensen, Michael C., 1986. Agency Costs of Free Cash Flow, Corporate Finance, and Takeovers. American Economic Review, May 1986, Vol. 76, No. 2, pp. 323-329.

Kadir, Abdul, 2010. Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi Kebijakan Dividen pada Perusahaan Credit Agencies Go Public di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Manajemen dan Akuntansi. Vol. 11, Nomor1, 10-20. Katoppo, Aristides dkk, 1997. Pasar Modal Indonesia: Retrospeksi Lima Tahun

Swastanisasi BEJ / Aristides Katoppo dkk. Pustaka Sinar Harapan, Jakarta. Koch, Edward T., at al, 2008. The Complete Ideal’s Guides: Investing, Edisi

Ketiga. Prenada, Jakarta.

Kouki, M., 2009. Stock Option and Firm Dividend Policy: Evidence from Toronto Stock Exchange. International Research Journal of Finance and Economics, Vol.25, 97-133.

Noviana, Nur Lailiyah, 2013. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal pada Bank Persero. Skripsi: Jakarta, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.


(1)

Uji Akar Unit Variabel Kebijakan Hutang (DER)

Null Hypothesis: Unit root (individual unit root process)

Series: DER_AALI, DER_ASII, DER_BBCA, DER_BBNI, DER_BBRI, DER_BMRI, DER_ITMG, DER_JSMR, DER_PGAS, DER_PTBA, DER_SMGR, DER_UNTR

Date: 09/09/14 Time: 22:08 Sample: 2009 2013

Exogenous variables: Individual effects Automatic selection of maximum lags Automatic selection of lags based on SIC: 0 Total (balanced) observations: 48

Cross-sections included: 12

Method Statistic Prob.**

ADF - Fisher Chi-square 32.8678 0.1069

ADF - Choi Z-stat 0.78568 0.7840

** Probabilities for Fisher tests are computed using an asymptotic Chi -square distribution. All other tests assume asymptotic normality. Intermediate ADF test results DER?

Series Prob. Lag Max Lag Obs

DER_AALI 0.9839 0 0 4

DER_ASII 0.0455 0 0 4

DER_BBCA 0.8850 0 0 4

DER_BBNI 0.0000 0 0 4

DER_BBRI 0.7327 0 0 4

DER_BMRI 0.6138 0 0 4

DER_ITMG 0.3563 0 0 4

DER_JSMR 0.6857 0 0 4

DER_PGAS 0.6802 0 0 4

DER_PTBA 0.9888 0 0 4

DER_SMGR 0.7194 0 0 4


(2)

Lampiran 5

Uji Akar Unit Variable Kebijakan Pembayaran Dividen (DPR)

Null Hypothesis: Unit root (individual unit root process)

Series: DPR_AALI, DPR_ASII, DPR_BBCA, DPR_BBNI, DPR_BBRI, DPR_BMRI, DPR_ITMG, DPR_JSMR, DPR_PGAS, DPR_PTBA, DPR_SMGR, DPR_UNTR

Date: 09/09/14 Time: 22:26 Sample: 2009 2013

Exogenous variables: Individual effects Automatic selection of maximum lags Automatic selection of lags based on SIC: 0 Total (balanced) observations: 48

Cross-sections included: 12

Method Statistic Prob.**

ADF - Fisher Chi-square 35.2561 0.0647 ADF - Choi Z-stat -0.74119 0.2293 ** Probabilities for Fisher tests are computed using an asymptotic Chi -square distribution. All other tests assume asymptotic normality. Intermediate ADF test results DPR?

Series Prob. Lag Max Lag Obs

DPR_AALI 0.9645 0 0 4

DPR_ASII 0.3989 0 0 4

DPR_BBCA 0.9585 0 0 4

DPR_BBNI 0.2806 0 0 4

DPR_BBRI 0.7194 0 0 4

DPR_BMRI 0.0167 0 0 4

DPR_ITMG 0.3731 0 0 4

DPR_JSMR 0.1185 0 0 4

DPR_PGAS 0.7663 0 0 4

DPR_PTBA 0.0023 0 0 4

DPR_SMGR 0.5179 0 0 4


(3)

Hasil Uji Hausman (

Hausman Test

)

Correlated Random Effects - Hausman Test Pool: Untitled

Test cross-section random effects

Test Summary

Chi-Sq.

Statistic Chi-Sq. d.f. Prob. Cross-section random 1.917562 3 0.5897

Cross-section random effects test comparisons:

Variable Fixed Random Var(Diff.) Prob. FCF? -0.000000 0.000000 0.000000 0.3317 ROA? -0.441037 -0.307589 0.017028 0.3065 DER? 0.014944 -0.037813 0.001608 0.1883

Cross-section random effects test equation: Dependent Variable: DPR?

Method: Panel Least Squares Date: 09/09/14 Time: 23:39 Sample: 2009 2013

Included observations: 5 Cross-sections included: 12

Total pool (balanced) observations: 60

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 57.27911 15.21730 3.764078 0.0005 FCF? -1.17E-07 3.60E-07 -0.325283 0.7465 ROA? -0.441037 0.288343 -1.529555 0.1331 DER? 0.014944 0.043451 0.343916 0.7325

Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables)

R-squared 0.564925 Mean dependent var 47.20600 Adjusted R-squared 0.429569 S.D. dependent var 30.93580 S.E. of regression 23.36485 Akaike info criterion 9.352661 Sum squared resid 24566.23 Schwarz criterion 9.876247 Log likelihood -265.5798 Hannan-Quinn criter. 9.557464 F-statistic 4.173606 Durbin-Watson stat 1.715285 Prob(F-statistic) 0.000125


(4)

Lampiran 7

Hasil Estimasi

Random Effect Model

(REM)

Dependent Variable: DPR?

Method: Pooled EGLS (Cross-section random effects) Date: 09/09/14 Time: 23:33

Sample: 2009 2013 Included observations: 5 Cross-sections included: 12

Total pool (balanced) observations: 60

Swamy and Arora estimator of component variances

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 69.26495 11.77211 5.883820 0.0000 FCF? 1.82E-09 3.39E-07 0.005389 0.9957 ROE? -0.307589 0.257127 -1.196253 0.2366 DER? -0.037813 0.016740 -2.258829 0.0278 Random Effects (Cross)

_AALI--C -2.724357 _ASII--C -19.86431 _BBCA--C -1.758644 _BBNI--C -4.776224 _BBRI--C -2.237295 _BMRI--C -4.082975 _ITMG--C 28.40722 _JSMR--C 21.86542 _PGAS--C 3.879789 _PTBA--C 1.679492 _SMGR--C -6.260258 _UNTR--C -14.12787

Effects Specification

S.D. Rho Cross-section random 17.87924 0.3693 Idiosyncratic random 23.36485 0.6307

Weighted Statistics

R-squared 0.111018 Mean dependent var 23.81893 Adjusted R-squared 0.063394 S.D. dependent var 23.90816 S.E. of regression 23.13794 Sum squared resid 29980.39 F-statistic 2.331126 Durbin-Watson stat 1.464469 Prob(F-statistic) 0.084013

Unweighted Statistics

R-squared 0.232477 Mean dependent var 47.20600 Sum squared resid 43337.71 Durbin-Watson stat 1.013098


(5)

LS(CX=R) DPR? C FCF? ROE? DER? Estimation Equations:

=====================

DPR_AALI = C(5) + C(1) + C(2)*FCF_AALI + C(3)*ROE_AALI + C(4)*DER_AALI DPR_ASII = C(6) + C(1) + C(2)*FCF_ASII + C(3)*ROE_ASII + C(4)*DER_ASII DPR_BBCA = C(7) + C(1) + C(2)*FCF_BBCA + C(3)*ROE_BBCA + C(4)*DER_BBCA DPR_BBNI = C(8) + C(1) + C(2)*FCF_BBNI + C(3)*ROE_BBNI + C(4)*DER_BBNI DPR_BBRI = C(9) + C(1) + C(2)*FCF_BBRI + C(3)*ROE_BBRI + C(4)*DER_BBRI DPR_BMRI = C(10) + C(1) + C(2)*FCF_BMRI + C(3)*ROE_BMRI + C(4)*DER_BMRI DPR_ITMG = C(11) + C(1) + C(2)*FCF_ITMG + C(3)*ROE_ITMG + C(4)*DER_ITMG DPR_JSMR = C(12) + C(1) + C(2)*FCF_JSMR + C(3)*ROE_JSMR + C(4)*DER_JSMR DPR_PGAS = C(13) + C(1) + C(2)*FCF_PGAS + C(3)*ROE_PGAS + C(4)*DER_PGAS DPR_PTBA = C(14) + C(1) + C(2)*FCF_PTBA + C(3)*ROE_PTBA + C(4)*DER_PTBA DPR_SMGR = C(15) + C(1) + C(2)*FCF_SMGR + C(3)*ROE_SMGR + C(4)*DER_SMGR DPR_UNTR = C(16) + C(1) + C(2)*FCF_UNTR + C(3)*ROE_UNTR + C(4)*DER_UNTR

Substituted Coefficients: =====================

DPR_AALI = -2.72435656125 + 69.2649533865 + 1.82472085139e-09*FCF_AALI -0.307588830201*ROE_AALI - 0.0378133678246*DER_AALI

DPR_ASII = -19.8643078146 + 69.2649533865 + 1.82472085139e-09*FCF_ASII -0.307588830201*ROE_ASII - 0.0378133678246*DER_ASII

DPR_BBCA = 1.75864443738 + 69.2649533865 + 1.82472085139e09*FCF_BBCA -0.307588830201*ROE_BBCA - 0.0378133678246*DER_BBCA

DPR_BBNI = -4.77622396431 + 69.2649533865 + 1.82472085139e09*FCF_BBNI -0.307588830201*ROE_BBNI - 0.0378133678246*DER_BBNI

DPR_BBRI = -2.23729451456 + 69.2649533865 + 1.82472085139e09*FCF_BBRI -0.307588830201*ROE_BBRI - 0.0378133678246*DER_BBRI

DPR_BMRI = 4.08297547311 + 69.2649533865 + 1.82472085139e09*FCF_BMRI -0.307588830201*ROE_BMRI - 0.0378133678246*DER_BMRI

DPR_ITMG = 28.4072237753 + 69.2649533865 + 1.82472085139e-09*FCF_ITMG -0.307588830201*ROE_ITMG - 0.0378133678246*DER_ITMG


(6)

-DPR_PTBA = 1.6794918425 + 69.2649533865 + 1.82472085139e-09*FCF_PTBA -0.307588830201*ROE_PTBA - 0.0378133678246*DER_PTBA

DPR_SMGR = 6.26025822283 + 69.2649533865 + 1.82472085139e09*FCF_SMGR -0.307588830201*ROE_SMGR - 0.0378133678246*DER_SMGR

DPR_UNTR = 14.1278655669 + 69.2649533865 + 1.82472085139e09*FCF_UNTR -0.307588830201*ROE_UNTR - 0.0378133678246*DER_UNTR


Dokumen yang terkait

Pengaruh Free Cash Flow, Profitabilitas dan Invesment Oportunity Set Terhadap Kebijakan Dividen Pada Perusahaan yang Terdaftar Di LQ45

5 113 99

Pengaruh Free Cash Flow, Kepemilikan Institusional, Ukuran Perusahaan, Dan Kebijakan Dividen Terhadap Kebijakan Hutang Pada Perusahaan LQ45 Yang Terdaftar Pada Bursa Efek Indonesia

3 69 98

PENGARUH FREE CASH FLOW, KEPEMILIKAN MANAJERIAL, KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL DAN PROFITABILITAS TERHADAP KEBIJAKAN HUTANG PERUSAHAAN

0 0 2

Pengaruh Free Cash Flow, Profitabilitas dan Invesment Oportunity Set Terhadap Kebijakan Dividen Pada Perusahaan yang Terdaftar Di LQ45

0 1 14

Pengaruh Variabel Free Cash Flow, Profitabilitas, dan Kebijakan Hutang Terhadap Kebijakan Pembayaran Dividen Pada Perusahaan yang Tergabung dalam Indeks Saham LQ45

0 1 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori mengenai kebijakan pembayaran dividen - Pengaruh Variabel Free Cash Flow, Profitabilitas, dan Kebijakan Hutang Terhadap Kebijakan Pembayaran Dividen Pada Perusahaan yang Tergabung dalam Indeks Saham LQ45

0 0 16

PENGARUH FREE CASH FLOW, KEBIJAKAN DIVIDEN, PROFITABILITAS DAN LIKUIDITAS TERHADAP KEBIJAKAN HUTANG (Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI Tahun 2014-2016) ARTIKEL ILMIAH

0 0 16

PENGARUH KEPEMILIKAN MANAJERIAL, KEBIJAKAN DIVIDEN, PROFITABILITAS, DAN FREE CASH FLOW TERHADAP KEBIJAKAN HUTANG - Perbanas Institutional Repository

0 0 18

PENGARUH KEPEMILIKAN MANAJERIAL, KEBIJAKAN DIVIDEN, PROFITABILITAS, DAN FREE CASH FLOW TERHADAP KEBIJAKAN HUTANG - Perbanas Institutional Repository

0 1 16

FREE CASH FLOW TERHADAP KEBIJAKAN HUTANG

1 10 126