Pengaruh Free Cash Flow, Profitabilitas dan Invesment Oportunity Set Terhadap Kebijakan Dividen Pada Perusahaan yang Terdaftar Di LQ45

(1)

SKRIPSI

PENGARUH FREE CASH FLOW, PROFITABILITAS DAN INVESMENT OPPORTUNITY SET TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN

PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI LQ-45

OLEH

FARIDA MEYLINA S 110502036

PROGRAM STUDI STRATA-1 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(2)

i ABSTRAK

PENGARUH FREE CASH FLOW, PROFITABLITAS DAN INVESMENT OPPORTUNITY SET TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN

PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI LQ45

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh dari

free cash flow, profitabilitas dan invesment opportunity set terhadap kebijakan dividen pada perusahaan yang terdaftar di LQ45. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari website Bursa Efek Indonesia yaitu www.idx.co.id dengan menggunakan sampel sebanyak 20 perusahaan dari 45 populasi perusahaan yang terdaftar di LQ45 pada tahun 2011-2013. Variabel penelitian ini terdiri dari kebijakan dividen sebagai variabel terikat dan free cash flow, profitabilitas dan invesment opportunity set sebagai variabel bebas. Penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa free cash flow, profitabilitas dan invesment opportunity set secara serempak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen pada perusahaan yang terdaftar di LQ45. Hasil uji parsial free cash flow dan profitabilitas berpengaruh positif signifikan terhadap kebijakan dividen. Invesment opportunity set berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap kebijakan dividen.

Kata Kunci : Free Cash Flow, Profitabilitas, Invesment opportunity set, Kebijakan Dividen


(3)

ii ABSTRACT

THE EFFECT OF FREE CASH FLOW, PROFITABILITY AND INVESMENT OPPORTUNITY SET ON DIVIDEND POLICY

ON COMPANIES LISTED IN LQ45 INDEX

The purpose of this research is to identify and analize the effect of free cash flow, profitability and invesment opportunity set on dividend policy on companies listed in LQ45 index. This study used the secondary from data from website of the Indonesia Stock Exchange, www.idx.co.id using 20 of 45 companies listed in LQ45 index during 2011-2013. The variables of this study consisted of dividend policy as dependent variable, and free cash flow, profitability and invesment opportunity set as independent variables. This research used multiple linier regression analysis. The result showed that free cash flow, profitability and invesment opportunity set simultaneously have significant effect to dividend policy on companies listed in LQ45 index. The partial test showed that free cash flow and profitability have positive and significant effect to dividend policy. Invesment opportunity set have negative and not significant effect to dividend policy.

Keywords : Free Cash Flow, Profitability,Invesment Opportunity Set, Dividend Policy


(4)

1 BAB I

PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

Salah satu cara untuk melihat perkembangan ekonomi suatu negara adalah

dengan melihat tingkat perkembangan dunia pasar modal. Pasar modal juga

mempunyai peranan penting untuk dapat memenuhi kebutuhan modal bagi dunia

usaha agar tetap eksis dan sebagai wahana investasi bagi investor dalam maupun

luar negeri (Sartono, 2010:23). Pasar modal adalah pasar yang memperjualbelikan

sekuritas yang umumnya memiliki umur lebih satu tahun seperti saham dan

obligasi (Tandelilin, 2001:13).

Aktivitas investasi yang dilakukan para investor pada pasar modal

dihadapkan pada kondisi yang tidak pasti dan penuh dengan resiko para investor

akan mempertimbangkan dengan sebaik-baiknya ke perusahaan mana ia harus

menanamkan modalnya sehingga keputusan investasi yang mereka lakukan sesuai

dengan yang diharapkan.

Dari kegiatan investasi yang dilakukan oleh para investor tentunya

memiliki tujuan yaitu untuk mendapatkan return. Return tersebut dapat berupa pendapatan dividen maupun pendapatan dari selisih harga jual saham terhadap

harga belinya (capital gain). Dalam hal pendapatan dividen perusahaan dihadapkan pada sebuah keputusan besar yaitu kebijakan dividen. Kebijakan

dividen adalah keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan

kepada pemegang saham sebagai dividen atau akan ditahan dalam bentuk laba


(5)

2

2013:267). Keputusan tersebut merupakan salah satu cara untuk meningkatkan

kesejahteraan pemegang saham, karena salah satu tujuan perusahaan adalah

memaksimumkan kesejahteraan pemilik perusahaan melalui kebijakan dividen.

Kebijakan dividen memiliki pengaruh terhadap pemegang saham dan

perusahaan yang membayar dividen. Bagi para pemegang saham, dividen

merupakan tingkat pengembalian dari investasi mereka, sedangkan bagi pihak

manajemen dividen merupakan arus kas keluar yang akan mengurangi kas

perusahaan. Penetapan pembagaian dividen menjadi masalah menarik karena

disatu sisi akan memenuhi harapan investor dan sisi lain jangan sampai kebijakan

dividen tersebut dapat menghambat bagi pertumbuhan dan kelangsungan hidup

perusahaan.

Pada umumnya pemegang saham mengharapkan pembagian dividen yang

relatif stabil karena hal tersebut akan mengurangi ketidakpastian akan hasil yang

diharapkan dari investasi yang mereka lakukan dan juga dapat meningkatkan

kepercayaan pemegang saham terhadap perusahaan sehingga nilai saham juga

dapat meningkat dan investasi cenderung ditanamkan pada

perusahaan-perusahaan yang mempunyai kebijakan dividen stabil atau cenderung naik dari

waktu ke waktu. Pembayaran dividen yang tinggi dapat menarik para investor

untuk menanamkan modalnya kepada perusahaan (Arilaha, 2009).

Besar kecilnya dividen yang akan dibagikan oleh perusahaan tergantung

pada kebijakan dari masing-masing perusahaan, sehingga dalam hal ini

pertimbangan manajemen sangat di perlukan. Manajemen perusahaan sebaiknya


(6)

3

kebijakan yang menciptakan keseimbangan antara dividen saat ini dan

pertumbuhan dimasa mendatang yang memaksimumkan harga saham (Brigham

dan Houtson, 2005:66). Besar kecilnya dividen tergantung atas besarnya laba

yang diperoleh perusahaan dan kebijakan dividennya, selain itu manajemen

dalam menentukan besarnya dividen yang dibagikan juga dihadapkan oleh

peluang untuk berinvestasi (Nugroho, 2010).

Kebijakan dividen suatu perusahaan akan melibatkan dua pihak yang

berkepentingan namun saling bertentangan yaitu kepentingan perusahaan dengan

laba ditahannya dan kepentingan para pemegang saham dengan dividennya. Dari

kondisi ini menunjukkan bahwa adanya perbedaan kepentingan antara manajer

dan pemegang saham, perbedaan kepentingan inilah yang dapat menimbulkan

konflik keagenan (agency conflict). Konflik kepentingan yang terjadi antara manajer dan pemegang saham akan mengakibatkan munculnya biaya keagenan

(agency cost). Konflik kepentingan dan biaya keagenan ini dapat dikurangi dengan berbagai cara salah satunya adalah dengan peningkatan pembayaran

dividen.

Manajemen perusahaan akan membuat pertimbangan-pertimbangan untuk

membuat kebijakan dividen, hal ini dikarenakan adanya faktor –faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen, faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan

dividen adalah posisi solvabilitas dan likuiditas perusahaan, rencana perluasan,

kebutuhan untuk melunasi hutang, stabilitas dividen, kesempatan investasi

(Syahyunan, 2013:267). Penelitian ini hanya memfokuskan pada faktor-faktor


(7)

4 Free cash flow (arus kas bebas) menurut Ross et al. (2003:606) adalah kas perusahaan yang dapat didistribusikan kepada kreditor atau pemegang saham

yang tidak digunakan untuk modal kerja atau investasi pada aset tetap. Free cash flow merupakan salah satu pemicu timbulnya konflik keagenan karena pada saat perusahaan menghasilkan arus kas bebas yang besar, manajer menginginkan kas

tersebut diinvestasikan kembali pada aset-aset perusahaan yang bertujuan untuk

ekspansi perusahaan, sedangkan pemegang saham menginginkan kas tersebut

dibagikan sebagai dividen sehingga hal ini akan mempengaruhi dalam hal

pembagian dividen (Hanafi, 2004:367).

Profitabilitas merupakan kemampuan suatu perusahaan dalam memperoleh

laba. Kemampuan perusahaan untuk membayar dividen merupakan fungsi dari

keuntungan. Dengan demikian profitabilitas diperlukan untuk perusahaan apabila

hendak membayar dividen dan laba tersebut akan menjadi acuan dalam

pembayaran dividennya (Haryetti dan Ekayanti, 2012). Profitabilitas dapat

dijadikan tolak ukur untuk mengetahui keberhasilan suatu perusahaan dan bagi

investor, profitabilitas berfungsi sebagai pemberi sinyal dalam melakukan

investasi. Maka dari itu profitabilitas akan dapat mempengaruhi besar-kecilnya

dividen.

Invesment opportunity set (IOS) berkaitan dengan peluang pertumbuhan perusahaan dimasa yang akan datang dan pilihan untuk membuat investasi dimasa

yang akan datang. Perusahaan dengan pertumbuhan yang tinggi sering dikatakan

juga memiliki kesempatan investasi (IOS) tinggi. Untuk semakin meningkatkan


(8)

5

dari sumber internal sehingga hal ini akan dapat mempengaruhi pembayaran

dividen, semakin besar kesempatan investasi maka dividen yang bisa dibagikan

akan sedikit (Hanafi, 2004:375).

Dengan adanya faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen

tersebut, ini kemungkinan dapat membuat pembagian dividen tidak stabil,

mempengaruhi besar kecilnya pembagian dividen dan bisa pula suatu perusahaan

tidak membagikan dividen. Penelitian ini memfokuskan pada perusahaan yang

masuk dalam indeks LQ-45 yang merupakan salah satu kelompok indeks di

Bursa Efek Indonesia (pasar modal) dengan 45 perusahaan yang memiliki kinerja

perusahaan yang baik dan hanya terdiri dari 45 saham perusahaan yang telah

dipilih setelah melalui beberapa kriteria pemilihan,

Tabel 1.1

Total Dividen, Arus Kas, Laba Bersih dan Closing price Pada Perusahaan yang Terdaftar di Indeks LQ-45 Periode 2011-2013

No Nama Perusahaan

Periode Dividen (Rp) Arus Kas (Jutaan) Laba bersih (Jutaan) Closing Price (Rp)

1 PT Jasa Marga Tbk.

2011 78.88 3,764,009 1,318,824 4,200 2012 94.24 4,302,382 1,535,812 5,450 2013 78.61 3,514,061 1,237,821 4,725 2 PT AKR Corporindo

Tbk.

2011 225.00 1,329,789 2,284,080 3,025 2012 105.00 1,884,943 618,83 4,150 2013 115.00 820,065 615,63 4,375 3 PT Harum Energy

Tbk.

2011 380.00 1,660,807 1,778,984 6,850 2012 252.00 1,569,658 1,563,350 6,000 2013 110.00 2,225,266 608,35 2,750 4 PT Indofood Sukses

Makmur Tbk.

2011 175.00 13,049,048 4,891,673 4,600 2012 185.00 13,343,028 4,779,446 5,850 2013 142.00 13,666,194 3,416,635 6,600 Sumber : www.idx.co.id


(9)

6

Dari Tabel 1.1 dapat dilihat bahwa dividen, arus kas, profitabilitas dan

closing price berfluktuasi setiap tahun. Ini dapat dilihat pada arus kas PT Jasa Marga Tbk pada tahun 2012 mengalami kenaikan dan hal ini diikuti dengan

kenaikan dividen pada tahun 2012, tetapi hal ini berbeda pada PT AKR

Corporindo Tbk pada tahun 2012 dan PT Harum Energy Tbk, PT Indofood

Sukses Makmur Tbk pada tahun 2013 dimana kenaikan arus kas diikuti dengan

penurunan dividen.

Pada sisi laba bersih PT Jasa Marga Tbk mengalami kenaikan pada tahun

2012 yang diikuti oleh kenaikan dividen pada tahun 2012, hal yang sama juga

terjadi pada PT Harum Energy Tbk dimana penurunan laba bersih juga diikuti

oleh penurunan dividen. Hal yang berbeda justru terlihat pada PT AKR

Corporindo Tbk pada tahun 2013 dan PT Indofood Sukses Makmur Tbk pada

tahun 2012 dimana penurunan laba bersih diikuti dengan kenaikan dividen.

Pada sisi closing price PT Indofood Sukses Makmur Tbk mengalami kenaikan pada tahun 2013, kenaikan ini diikuti oleh penurunan dividen pada tahun

2013, hal yang sama juga terjadi pada PT AKR Corporindo Tbk. Hal yang

berbeda justru terlihat pada PT Jasa Marga Tbk pada tahun 2012 mengalami

kenaikan closing price yang diikuti oleh kenaikan dividen di tahun 2012 begitupula pada closing price PT Harum Energy Tbk yang menurun pada tahun 2012 dan diikuti oleh penurunan dividen pada tahun 2012.

Berdasarkan uraian penjelasan dari Tabel 1.1 terjadinya kenaikan dan

penurunan pada arus kas, laba bersih dan closing price akan dapat mempengaruhi dividen. Dari fenomena yang diungkapkan diatas maka peneliti tertarik untuk


(10)

7

melakukan penelitian tentang dividen. Selain itu hal ini menjadi menarik untuk

diteliti mengingat bahwa masih banyaknya perbedaan hasil penelitian yang

menunjukkan ketidakkonsistenan hasil penelitian, hal ini dapat dilihat dari

penelitian Rosdini (2009) yang menyatakan free cash flow berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen sedangkan Parsian dan Koloukhi (2013) berpengaruh

negatif, pada penelitian Natalia (2013) menyatakan bahwa profitabilitas

berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen sedangkan pada penelitian

Islamiyah (2012) dan Rizqi et al. ( 2013) menyatakan profitabilitas tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen, pada penelitian Rizqi et al. (2013), Natalia (2013) menyimpulkan bahwa IOS berpengaruh negatif terhadap kebijakan

dividen tetapi penelitian oleh Haryetti dan Ekayanti (2012) menyimpulkan IOS

tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen.

Penelitian ini hanya memfokuskan pada faktor seperti free cash flow, profitablitias dan invesment opportunity set. Dari penjelasan tersebut maka diperlukan penelitian lebih lanjut yan berjudul ”Pengaruh Free Cash Flow, Profitabilitas dan Invesment Opportunity Set Terhadap Kebijakan Dividen Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di LQ-45”

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka perumusan masalah dalam

penelitian ini adalah "Apakah free cash flow, profitabilitas dan invesment oppurtunity set berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen pada perusahaan yang terdaftar dalam indeks LQ-45 ? ”


(11)

8 1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian dari ini adalah untuk mengetahui dan

menganalisis bagaimana pengaruh free cash flow, profitabilitas dan investment opportunity set terhadap kebijakan dividen pada perusahaan yang terdaftar dalam indeks LQ-45.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Bagi pihak perusahaan, hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu acuan

pengambilan keputusan dividen dan memberikan pemahaman bagi

manajer agar dapat membuat kebijakan keuangan yang baik dalam hal

kebijakan dividen

2. Bagi investor, hasil penelitian ini mampu memberikan informasi yang

dapat dijadikan bahan pertimbangan investor terkait dengan pengambilan

keputusan investasi terkait dengan tingkat pengembalian yang berupa

dividen perusahaan.

3. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan dapat memperluas pengetahuan

dan wawasan, serta menjadi kesempatan yang baik dalam mengaplikasikan

teori yang didapat ke dalam masalah-masalah praktis khususnya mengenai

tingkat pengembalian deviden.

4. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan penelitian ini dapat digunakan

sebagai referensi dasar perluasan penelitian dan penambahan wawasan


(12)

9 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis

2.1.1 Kebijakan Dividen

Dividen adalah pembayaran dari perusahaan kepada pemegang

saham atas keuntungan yang diperolehnya. Menurut Ross et al. (2003:606) dividen adalah suatu bentuk pembayaran yang dilakukan oleh perusahaan

kepada para pemiliknya baik dalam bentuk kas maupun saham. Dividen

dikatakan juga komponen pendapatan dari return investasi dari saham. Besar kecilnya dividen akan sangat bergantung pada besar kecilnya laba

yang diperoleh serta proporsi laba yang akan dibagikan kepada pemegang

saham.

Kebijakan dividen merupakan keputusan apakah laba yang

diperoleh perusahaan pada akhir tahun akan dibagi kepada pemegang

saham dalam bentuk dividen atau akan ditahan untuk menambah modal

guna pembiayaan investasi dimasa yang akan datang (Martono dan

Harjito, 2001: 253). Apabila perusahaan memilih untuk membagikan laba

sebagai dividen, maka akan megurangi laba yang ditahan dan selanjutnya

mengurangi total sumber dana internal, sebaliknya jika perusahaan

memilih untuk menahan laba yang diperoleh, maka kemampuan

pembentukan dana internal akan semakin besar (Rosdini, 2009).

Kebijakan dividen optimal menurut Brigham dan Houston (2005:

66) yaitu kebijakan dividen yang dapat menciptakan keseimbangan antara


(13)

10

memaksimumkan harga saham perusahaan. Keputusan mengenai jumlah

laba yang ditahan dan deviden yang dibagikan diputuskan dalam Rapat

Umum Pemegang Saham (RUPS).

Besar kecilnya deviden sangat tergantung pada besar kecilnya laba

yang diperoleh dan proporsi laba yang dibagikan dalam bentuk deviden

atau dividend payout ratio (Sartono, 2010:292)

Menurut Warsono (2003:272), terdapat beberapa jenis dividen yang

dapat dibayarkan kepada pemegang saham yaitu :

1. Dividen Tunai (Cash Dividend)

Dividen tunai merupakan jenis dividen yang umum digunakan oleh

banyak perusahaan. Dividen tunai diterima oleh pemegang saham

biasa melalui cek atau terakadang para pemegang saham

menginvestasikan kembali dividen yang diperoleh ke dalam saham

biasa perusahaan.

2. Dividen Saham (Stock Dividend)

Dividen saham merupakan dividen yang dibagikan oleh perusahaan

dalam bentuk lembar saham tambahan dan tidak berbentuk uang tunai

3. Dividen Kekayaan (Property Divdend)

Property Dividend adalah dividen yang diberikan kepada para pemegang saham dalam bentuk aset fisik, aset tersebut biasanya

berupa produk yang dihasilkan perusahaan.

Dari berbagai jenis dividen diatas cash dividend merupakan jenis dividen yang paling umum dan banyak digunakan oleh perusahaan.


(14)

11

Terdapat bebrapa teori kebijakan dividen menurut Brigham dan Houtson

(2005:66) diantaranya adalah :

1. Teori Ketidakrelevanan Dividen

Teori ini menyatakan bahwa kebijakan dividen perusahaan tidak

mempunyai pengaruh terhadap nilai perusahaan maupun biaya

modalnya. Dijelaskan bahwa pendukung utama teori

ketidakrelevanan ini adalah Miller dan Modiglani, mereka

berpendapat bahwa nilai suatu perusahaan tergantung pada

pendapatan yang dihasilkan oleh aktivanya, bukan pada bagaimana

pendapatan tersebut dibagi diantara dividen dan laba yang ditahan.

2. Teori Bird in the Hand

Teori ini menyatakan bahwa nilai perusahaan akan dimaksimumkan

oleh rasio pembayarn dividen yang tinggi karena investor

menganggap bahwa dividen lebih kecil risikonya dibandingankan

keuntungan modal (capital gain) 3. Teori Preferensi Pajak

Ada tiga alasan yang berkaitan dengan pajak untuk beranggapan

bahwa investor mungkin lebih menyukai pembagaian dividen yang

rendah daripada yang tinggi sehingga investor lebih suka perusahaan

menahan laba daripada memberi dividen yaitu :

a. Keuntungan modal (capital gain) dikenakan tarif pajak lebih rendah daripada pendapatan dividen. Untuk itu, investor yang


(15)

12

menahan dan menanam kembali laba ke dalam perusahaan.

Pertumbuhan laba mungkin dianggap menghasilkan kenaikkan

harga saham, dan keuntungan modal yang pajaknya rendah akan

menggantikan dividen yang pajaknya tinggi.

b. Pajak atas keuntungan tidak dibayarkan sampai sahamnya terjual,

sehingga ada efek nilai waktu.

c. Jika selembar saham dimiliki oleh seseorang sampai ia

meninggal, sama sekali tidak ada pajak keuntungan modal yang

terutang.

Selain teori diatas ada terdapat beberapa teori lain mengenai

kebijakan dividen yaitu :

a. Signalling hypothesis ( Hipotesis Kandungan Informasi )

Teori yang menyatakan bahwa investor menggap perubahan dividen

sebagai isyarat dari prakiraan manajemen atas laba. Modigliani-Miller

yang menyatakan bahwa kenaikan deviden merupakan suatu sinyal

kepada para investor bahwa manajemen meramalkan suatu

penghasilan yang baik dimasa yang akan datang.

b. Clientele effect (Pengaruh Klientele)

Pengaruh ini merupakan kecenderungan suatu perusahan untuk

menarik sekelompok investor yang menyukai kebijakan dividennya.

Clientle/kelompok dari pemegang saham yang berbeda, menyukai kebijakan dividen yang berbeda pula.


(16)

13

c. Residual Dividend Policy

Kebijakan ini menyatakan perusahaan membayarkan deviden hanya

jika terdapat kelebihan dana atas laba perusahaan yang digunakan

untuk membiayai proyek yang telah direncanakan. Dasar dari

kebijakan ini adalah bahwa investor lebih menyukai perusahaan

menahan dan menginvestasikan kembali laba daripada

membagikannya dalam bentuk dividen apabila laba yang

diinvestasikan kembali tersebut dapat menghasilkan return yang lebih tinggi daripada return rata rata yang dapat dihasilkan investor dari investasi lain dengan risiko yang sebanding.

Berikut beberapa faktor yang mempengaruhi besar kecilnya

dividen menurut Syahyunan (2013:267) yaitu :

1. Posisi Solvabilitas Perusahaan

Apabila perusahaan dalam kondisi solvabilitasnya kurang menguntungkan, biasanya perusahaan tidak membagikan laba. Hal

ini disebabkan laba yang diperoleh lebih banyak digunakan untuk

memperbaiki posisi struktur modal perusahaan.

2. Posisi Likuiditas Perusahaan

Perusahaan membayarkan dividen berarti harus bisa menyediakan

uang kas yang cukup banyak dan ini akan menurunkan tingkat

likuiditas perusahaan. Bagi perusahaan yang kondisi likuiditasnya

kurang baik, biasanya dividend payout rationya kecil, sebab sebagian laba digunakan untuk menambah likuiditas.


(17)

14

3. Kebutuhan Untuk Melunasi Hutang

Hutang-hutang harus segera dibayar pada saat jatuh tempo, dan

untuk membayar hutang hutang tersebut harus disediakan dana.

Semakin banyak hutang yang harus dibayar, semakin besar dana

yang harus disediakan sehingga akan mengurangi jumlah dividen

yang akan dibayarkan kepada pemegang saham.

4. Rencana Perluasan

Perusahaan yang berkembang ditandai dengan semakin pesatnya

pertumbuhan perusahaan, dan hal ini bisa dilihat dari perluasan

yang dilakukan oleh perusahaan. Semakin pesat pertumbuhan

perusahaan, semakin pesat perluasan yang dilakukan.

Konsekuensinya semakin besar kebutuhan dana untuk membiayai

perluasan tersebut.

5. Kesempatan Investasi

Semakin terbuka kesempatan investasi, semakin kecil dividen yang

dibayarkan sebab dananya digunakan untuk memperoleh

kesempatan investasi. Namun bila kesempatan investasi kurang

baik, maka dananya lebih banyak digunakan untuk membayar

dividen.

6. Stabilitas Dividen

Perusahaan yang pendapatannya stabil tidak perlu menyediakan kas


(18)

15

pendapatannya tidak stabil harus menyediakan uang kas yang

cukup besar untuk berjaga-jaga.

7. Pengawasan Terhadap Perusahaan

Perusahaan mencari sumber dana dari modal sendiri, kemungkinan

akan masuk investor baru dan ini tentunya akan mengurangi

kekuasaan pemilik lama dalam mengendalikan perusahaan. Jika

dibelanjai dari hutang resikonya cukup besar. Oleh karena itu

perusahaan cenderung tidak membagi dividennya agar

pengendalian tetap berada ditangannya.

Menurut Syahyunan (2013:268) ada beberapa macam bentuk

kebijakan dividen yang dilakukan oleh perusahaan yaitu :

1. Kebijakan dividen yang stabil

Yaitu dividen akan diberikan secara tetap per lembarnya untuk jangka

waktu tertentu walaupun laba yang diperoleh perusahhaan

berfluktuasi.

2. Kebijakan dividen meningkat

Yaitu perusahaan akan membayarkan dividen kepada pemegang

saham dengan jumlah yang selalu meningkat dengan pertumbuhan

yang stabil.

3. Kebijakan dividen dengan rasio konstan

Pemberian dividen dengan kebijakan ini mengikuti besarnya laba

yang diperoleh perusahaan. Dasar yng digunakan sering disebut


(19)

16

4. Kebijakan pemberian dividen regular yang ditambah ekstra

Pemberian dividen dilakukan dengan menentukan pembayaran

dividen per lembar saham yang dibagikan kecil. Kemudian

ditambahkan dengan ekstra dividen bila keuntungan perusahaan

mencapai jumlah tertentu.

2.1.2 Teori Keagenan ( Agency Theory )

Pemegang saham, kreditor dan manajemen adalah pihak-pihak

yang mempunyai kepentingan masing-masing dalam perusahaan.

Penyatuan kepentingan semua pihak tersebut seringkali menimbulkan

masalah-masalah yang dalam bidang keuangan dibahas melalui agency theory. Agency theory merupakan teori yang mengatur hubungan antara pemegang saham (principal) dengan manajer (agent). Pemegang saham memberikan wewenang kepada manajer untuk menjalankan bisnis

perusahaan demi kepentingan principal. Dengan demikian, setiap keputusan manajer adalah keputusan yang bertujuan untuk

memaksimalkan sumber daya perusahaan. Apabila manajer mementingkan

kepentingan individunya daripada pemegang saham maka perusahaan akan

dirugikan. Keadaan inilah yang memunculkan konflik keagenan antara

manajer dengan pemilik perusahaan. Agency problem muncul juga dapat diakibatkan oleh perusahaan yang menghasilkan free cash flow yang besar, ketika free cash flow tersedia, manajer disinyalir akan menghamburkan


(20)

17

Jensen dan Meckling (1976) dalam Sari (2010) mengemukakan

teori keagenan yang menjelaskan bahwa kepentingan manajemen dan

pemegang saham seringkali bertentangan, sehingga bisa terjadi konflik

diantara keduanya. Hal tersebut disebabkan manajer mengutamakan

kepentingan pribadi, sebaliknya pemegang saham tidak menyukai

kepentingan pribadi manajer tersebut, karena pengeluaran tersebut akan

menambah cost perusahaan yang menyebabkan penurunan keuntungan perusahaan dan penurunan dividen yang akan diterima. Salah satu cara

untuk mengurangi terjadinya konflik keagenan adalah adanya kebijakan

dividen.

2.1.3 Free Cash Flow

Menurut Ross et al. (2003:606) Free cash flow (aliran kas bebas) merupakan kas lebih perusahaan yang dapat didistribusikan kepada

kreditor atau pemegang saham yang tidak diperlukan lagi untuk modal

kerja atau investasi pada aset tetap. Free cash flow berasal dari arus kas yang berasal dari kegiatan operasi perusahaan (Rosdini, 2009). Free cash flow adalah aliran kas yang merupakan sisa dari pendanaan seluruh proyek yang menghasilkan net present value (NPV) positif (Hanafi, 2004:12).

Whiteet al. (2003) dalam Rosdini (2009) mendefinisikan free cash flow sebagai aliran kas diskresioner yang tersedia bagi perusahaan. Free cash flow dapat digunakan untuk penggunaan diskresioner seperti akuisisi dan pembelanjaan modal dengan orientasi pertumbuhan pembayaran


(21)

18

dividen. Semakin besar free cash flow yang tersedia dalam suatu perusahaan, maka semakin sehat perusahaan tersebut karena memiliki kas

yang tersedia untuk ekspansi perusahaan, pembayaran hutang dan dividen.

Jika free cash flow suatu perusahaan meningkat maka perusahaan akan meningkatkan dividen (Hanafi, 2004:371).

Free cash flow ini juga sering menjadi pemicu timbulnya perbedaan kepentingan antara pemegang saham dan manajer. Manajer

lebih menginginkan kas tersebut diinvestasikan kembali pada aset-aset

perusahaan untuk meningkatkan insentif yang diterima dan meningkatkan

omzet penjualan, sedangkan pemegang saham lebih menginginkan kas

tersebut dibagikan sebagai dividen. Free cash flow lebih baik dibagikan ke pemegang saham, bukannya ditahan dengan cara seperti ini maka akan

dapat memaksimumian kemakmuran pemegang saham (Hanafi, 2004:12).

Semakin kuat posisi kas perusahaan semakin besar kemampuan

perusahaan untuk pembayaran deviden kepada pemegang saham. Semakin

banyak free cash flow yang dimiliki perusahaan maka dividen yang dibayar juga semakin tinggi (Islamiyah, 2012). Jensen (1986) dalam

Rosdini (2009) mendefinisikan mengenai free cash flow menyatakan bahwa tekanan pasar akan mendorong manajer untuk mendistribusikan

free cash flow kepada pemegang saham.

2.1.4 Profitabilitas

Tujuan akhir yang ingin dicapai suatu perusahaan yang terpenting


(22)

hal-19

hal lainnya. Dengan memperoleh laba yang maksimal seperti yang telah

ditargetkan, perusahaan dapat berbuat banyak bagi kesejahteraan pemilik,

karyawan, serta meningkatkan mutu produk.

Profitabilitas merupakan kemampuan suatu perusahaan dalam

memperoleh laba. Laba perusahaan tersebut akan menjadi acuan dalam

pembayaran dividennya. Besarnya tingkat laba akan mempengaruhi

besarnya tingkat pembayaran dividen yang dibagikan kepada pemegang

saham. Menurut Sartono (2010:112) profitabilitas adalah kemampuan

perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total

aktiva maupun modal sendiri. Perusahaan yang mempunyai profitabilitas

yang baik bisa membayar dividen atau meningkatkan dividen. Bagi

pimpinan perusahaan profitabilitas dijadikan sebagai tolak ukur untuk

mengetahui keberhasilan perusahaannya dan bagi investor profitabilitas

dapat dijadikan sebagai sinyal dalam berinvestasi pada perusahaan.

Perusahaan yang mampu mengelola asetnya secara efektif dan

efisien cenderung menghasilkan kinerja keuangan yang baik. Hal ini

direalisasikan dengan adanya laba yang tinggi. Profitabilitas dalam

penelitian ini diukur dengan menggunakan ROA. Return on asset (ROA) menunjukkan perusahaan menghasilkan laba dari aktiva yang

dipergunakan (Sartono, 2010). . Investor akan menyukai nilai ROA yang

tinggi, karena perusahaan dengan nilai ROA yang tinggi mampu


(23)

20 2.1.5 Invesment Opportunity Set (IOS)

Investment Opportunity Set menurut Myers (1977) dalam Natalia (2013) merupakan kombinasi antara aktiva yang dimiliki dan pilihan

investasi dimasa yang akan datang dengan NPV positif. Menurut Gaver

dan Gaver (1993) dalam Andriyani (2008) IOS merupakan nilai

perusahaan yang besarnya tergantung pada pengeluaran-pengeluaran yang

ditetapkan manajemen dimasa yang akan datang, yang pada saat ini

merupakan pilihan-pilihan investasi yang diharapkan akan menghasilkan

return yang lebih besar.

Menurut Sari (2010) Investment Opportunity Set (IOS) adalah kesempatan investasi yang merupakan pilihan investasi di masa yang akan

datang dan mencerminkan adanya pertumbuhan aktiva dan ekuitas. IOS

tidak hanya menunjuk pada peluang investasi tradisional, tetapi juga

pilihan pembelanjaan lainnya seperti periklanan, yang akan digunakan di

masa depan untuk menjamin keberhasilan perusahaan. Semakin besar

kesempatan investasi maka dividen yang bisa dibagikan akan semakin

sedikit (Hanafi, 2004:375). Menurut Sartono (2010:281) pembayaran

dividen yang semakin besar akan mengurangi kemampuan perusahaan

untuk investasi sehingga akan menurunkan tingkat pertumbuhan

perusahaan dan selanjutnya akan menurunkan harga saham.

IOS adalah suatu variabel yang tidak dapat diobeservasi secara

langsung. Karena itu IOS dapat diukur dengan menggunakan


(24)

21

dimiliki perusahaan. Andriyani (2008) mengemukakan bahwa proksi

pertumbuhan perusahaan dengan nilai IOS yang telah digunakan oleh para

peneliti seperti Gaver dan Gaver (1993), Jones dan Sharna (2001) dan

Kallapur dan Trombley (2001) secara umum dapat diklasifikasikan

menjadi tiga kelompok berdasarkan faktor-faktor yang digunakan dalam

mengukur nilai-nilai IOS tersebut. Klasifikasi IOS tersebut adalah sebagai

berikut :

1. Proksi berdasarkan harga, proksi ini percaya pada gagasan bahwa

prospek yang tumbuh dari suatu perusahaan sebagian dinyatakan dalam

harga pasar. Proksi berdasarkan anggapan yang menyatakan bahwa

prospek pertumbuhan perusahaan secara parsial dinyatakan dalam

harga-harga saham . Perusahaan yang tumbuh akan mempunyai nilai

pasar yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan aktiva riilnya (assets in place). Rasio-rasio yang berkaitan dengan proksi pasar adalah market to book value of equity, market to bookvalue of asset, Tobin.s Q, earnings to price ratios, ratio of property, plant, andequipment to firm value, ratio of depreciation to firm value.

2. Proksi berdasarkan investasi, proksi ini percaya pada gagasan bahwa satu

level kegiatan investasi yang tinggi berkaitan secara posistif pada nilai

IOS suatu perusahaan. Kegiatan investasi ini diharapakan dapat

memberikan peluang investasi di masa berikutnya yang semakin besar

pada perusahaan yang bersangkutan. Rasio yang berkaitan dengan


(25)

22 sales, ratio of capitalexpenditure to firm value,investment intensity, ratio of capital expenditure to bookvalue of assets, investment to sales ratio.

3. Proksi berdasarkan varian, proksi ini percaya pada gagasan bahwa suatu

opsi akan menjadi lebih bernilai jika menggunakan variabilitas ukuran

untuk memperkirakan besarnya opsi yang tumbuh, seperti variabilitas

return yang mendasari peningkatan aktiva. Rasio dalam proksi tersebut

adalah variance of returns, assetbetas, the variance of asset deflated sales. Dalam peneltian ini proksi yang digunakan adalah proksi

berdasarkan harga dengan rasio market to book value of equity (MBVE) Rasio ini mencerminkan bahwa pasar menilai return dari investasi

perusahaan di masa depan dari return yang diharapkan dari ekuitasnya.

Berdasarkan penelitian Kallapur dan Trembley (1999) dalam Fajar (2010),

variabel tersebut merupakan proksi yang paling valid digunakan. Selain itu

variabel yang paling banyak digunakan oleh peneliti di bidang keuangan.

2.2 Penelitian Terdahulu

Penelitian-penelitian terdahulu yang digunakan sebagai bahan

perbandingan dan referensi dalam penelitian ini adalah:

Rosdini (2009), dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Free Cash Flow terhadap Dividen Payout Ratio”. Variabel dependen yang digunakan adalah kebijakan dividen (DPR) dan variabel independennya

adalah free cash flow. Penelitian ini dilakukan pada perusahaan manufaktur periode 2000-2002 dan hasil penelitian ini menunjukann


(26)

23

bahwa free cash flow berpengaruh positif dan signifikan terhadap dividen payout ratio

Arilaha (2009), penelitiannya yang berjudul “ Pengaruh Free Cash Flow, Profitabilitas, Likuiditas dan Leverageterhadap Kebijakan Dividen”

penelitian ini dilakukan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI

periode 2004-2007. Variabel dependennya adalah kebijakan dividen

(DPR) dan variabel independen pada penelitiajn ini yaitu free cash flow, profitabilitas, likuiditas, leverage. Penelitian ini dilakukan pada perusahaan manufaktur dan hasil dari penelitian ini menyimpulkan bahwa

free cash flow, likuiditas dan leverage tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen sedangkan profitabilitas berpengaruh positif

dan signifikan terhadap kebijakan dividen.

Haryetti dan Ekayanti (2012), dengan judul penelitian “Pengaruh

Profitabilitas, Invesment Opportunity Set dan Pertumbuhan Perusahaan terhadap Kebijakan Dividen Pada Perusahaan LQ-45 yang Terdaftar di

BEI”. Variabel dependen penelitian ini yatu kebijakan dividen dan

variabel independennya adalah profitabilitas, invesment opportunity set, pertumbuhan perusahaan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

profitabilitas berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen sedangkan

invesment opportunity set tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen.

Islamiyah (2012), penelitin ini berjudul “ Pengaruh Free Cash flow, Profitabilitas,Likuiditas, Leverage dan Growth terhadap Kebijakan Dividen pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI” periode


(27)

24

penelitan dari 2006-2010. Penelitian ini menggunkan variabel

dependennya adalah kebijakan dividen dan variabel independennya adalah

free cash flow,profitabilitas, likuditas, leverage,growth. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa free cash flow, profitabilitas, likuiditas, leverage dan

growth tidak mempunyai pengaruh secara parsial terhadap kebijakan dividen.

Parsian dan Koloukhi (2013), dalam penelitiannya yang berjudul

“A Study on the Effect of Free Cash Flow and Profitability current ratio on Dividend Payout Ratio: Evidence from Tehran Stock Exchange” ,periode penelitian ini dimulai dari tahun 2005-2010. Variabel dependen yang digunakan adalah kebijakan dividen (DPR) dan variabel

independennya adalah leverage ratio, free cash flow, growth opportunity, systematic risk,profitability current ratio,frirm size. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa free cash flow, profitability current ratio

berpengaruh negatif dan signifikan terhadap dividen payout ratio.

Rizqi et al. (2013), dalam penelitiannya yang berjudul “ Effect of Managerial Ownership, Financial Leverage, Profitability, Firm Size, Invesment Opportunity Set on Dividend Policy and Firm Value”,

penelitian ini dilakukan pada perusahaan manufaktur yang go-public

periode 2006-2011. Variabel dependennya adalah dividen policy (DPR) dan firm value dan variabel independennya adalah managerial ownership, financial leverage, profitability, firm size, invesment opportunity set.


(28)

25 leverage tidak berpengaruh terhadap kebijkan dividen sedangkan variabel

invesment opportunity set dan managerial ownership berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen.

Natalia (2013), dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh

Profitabilitas dan Kesempatan Investasi terhadap Kebijakan Dividen pada

Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI”. Periode penelitian 2008 -2010. Variabel dependen penelitian yatu kebijakan dividen dan variabel

independennya adalah profitabilitas dan kesempatan investasi. Penelitian

ini menunjukkan profitabilitas berpengaruh positif terhadap kebijakan

dividen sedangkan variabel kesempatan investasi berpengaruh negatif

terhadap kebijakan dividen.

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No Peneliti Judul Penelitian Variabel Penelitian Metode Analisis Hasil Penelitian 1 Rosdini

(2009)

Pengaruh Free Cash Flow terhadap Dividend payout ratio Variabel dependen: dividend payout ratio Variabel independen: free cash flow

Analisis Regresi Linier Sederhana

Free cash flow berpengaruh positif dan signifikan terhadap dividend payout ratio 2 Arilaha

(2009)

Pengaruh Free

Cash Flow,

Profitabilitas, Likuiditas dan Leverage terhadap Kebijakan Dividen Variabel dependen : Kebijakan dividen Variabel independen : -Free cash flow -Likuiditas -Leverage Analisis Regresi Linier Berganda

Free cash

flow,leverage dan likuiditas tidak

berpengaruh signifikan terhadap kebjakan dividen dan profitabilitas


(29)

26 berpengaruh positif signifikan terhadap kebijakan dividen 3. Haryetti

dan Ekayanti (2012) Pengaruh Profitabilitas, Invesment Opportunity Set dan Pertumbuhan Perusahaan terhadap Kebijakan Dividen Pada Perusahaan LQ-45 yang Terdaftar di BEI Variabel dependen : Kebijakan dividen Variabel independen : -Profitabilitas -Invesment opportunity set -Pertumbuhan perusahaan Analisis Regresi Linier Berganda Profitabilitas berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen dan IOS

berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap kebijakan dividen 4 Islamiyah

(2012)

Pengaruh Free Cash flow, Profitabilitas,L ikuiditas, Leverage dan Growth terhadap Kebijakan Dividen pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Variabel dependen : Kebijakan dividen Variabel independen : -Free cash flow -Likuiditas -Leverage -Growth Analisis Regresi Linier Berganda

Free cash flow profitabilitas, likuiditas,lever age,growth tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen

5 Parsian dan Koloukhi (2013)

A Study on the Effect of Free Cash Flow and Profitability current ratio on Dividend Payout Ratio: Evidence from Tehran Stock Exchange Variabel dependen : Dividen payout ratio Variabel independen : -Free cash flow -Profitability current ratio Analisis Regresi Linier Berganda

Free cash

flow, profitability current ratio berpengaruh negatif signifikan terhadap dividen payout ratio


(30)

27 2.3 Kerangka Konseptual

Para pemegang saham menginvestasikan dananya pada suatu

perusahaan memiliki harapan untuk mendapatkan return. Return tersebut berupa pendapatan dividen. Dalam hal ini perusahaan dihadapkan pada

kebijakan dividen. Kebijakan dividen ini dapat dipengaruhi oleh free cash flow, invesment opportunity set dan profitabilitas.

6 Rizqi et al (2013)

Effect of Managerial Ownership, Financial Leverage, Profitability, Firm Size, Invesment Opportunity Set on Dividend Policy and Firm Value Variabel dependen : -Dividen policy Variabel independen : -Managerial ownership -Financial leverage -Profitability -Firm size -Invesment opportunity set Path Coefficient Analysis Profitability, financial leverage, firm size tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen, invesment opportunity set, managerial ownership berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen 7 Natalia

(2013) Pengaruh Profitabilitas dan Kesempatan Investasi terhadap Kebijakan Dividen pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Variabel dependen : Kebijakan dividen Variabel independen : -Profitabilitas -Kesempatan investasi Analisis Regresi Linier Berganda Profitabilitas berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen , kesempatan investasi berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap kebijakan dividen


(31)

28 Free cash flow dapat mempengaruhi kebijakan dividen, pembayaran dividen adalah arus kas keluar, jika free cash flow suatu perusahaan meningkat maka hal ini menunjukkan kemampuan perusahaan

dalam membayar dividen juga semakin meningkat hal ini sesuai dengan

teori yang dikemukakan oleh Hanafi (2004:317) yaitu jika arus kas

meningkat maka dividen juga akan meningkat begitupun sebaliknya. Suatu

perusahaan yang memiliki aliran kas bebas yang tinggi akan memiliki

kinerja yang baik. Dengan dibagikannya free cash flow kepada pemegang saham maka akan mengurangi agency problem. Maka dari hal ini free cash flow dapat mempengaruhi kebijakan dividen.

Keuntungan perusahaan merupakan faktor utama yang menjadi

bahan pertimbangan dalam pembagian dividen. Profitabilitas akan

mempengaruhi jumlah dividen yang akan dibayarkan karena profitabilitas

merupakan kemampuan dalam menghasilkan laba sedangkan dividen

adalah bagian dari laba yang akan dibagikan kepada pemegang saham

(Pradana dan Sanjaya, 2014). Maka dari itu jika profitabilitas suatu

perusahaan meningkat maka jumlah dividen yang dibagikan juga akan

meningkat (Hanafi, 2004:375) dan hal ini juga didukung oleh penelitian

Arilaha (2009) dan Natalia (2013) yaitu profitabilitas berpengaruh positif

terhadap kebijakan dividen. Profitabilitas perusahaan yang tinggi dapat

menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya.

Investment opportunity set ini merupakan nilai kesempatan investasi dan merupakan pilihan untuk membuat investasi dimasa yang


(32)

29

akan datang. Kesempatan investasi yang tinggi di masa depan, bisa

dihubungkan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi, jika tingkat

pertumbuhan perusahaan tinggi maka perusahaan akan membagikan

dividen yang kecil. Hal ini dikarenakan laba yang didapatkan perusahaan

akan digunakan sebagai dana internal untuk keperluan investasi.

Pihak manajemen akan cenderung lebih memilih investasi baru

daripada membayar dividen yang tinggi jika kondisi perusahaan sangat

baik, karena perusahaan yang memiliki kinerja yang baik akan

meningkatkan ekspansi dan mengembangkan perusahaan dengan

berinvestasi yang dapat menghasilkan keuntungan besar bagi perusahaan

maka dari itu semakin besar kesempatan investasi maka dividen yang

akan dibagikan semakin sedikit (Hanafi, 2004:375). Maka dari hal ini

invesment opportunity set dapat mempengaruhi kebijakan dividen.

Berdasarkan uraian diatas maka dapat disusun gambar kerangka

konseptual pada penelitian ini yang berjudul “Pengaruh free cash flow, profitabilitas dan invesment opportunity set terhadap kebijakan dividen.

Gambar 3.1 Kerangka Konseptual Free Cash Flow

Profitabilitas Kebijakan Dividen


(33)

30 2.4 Hipotesis

Berdasarkan kerangka konseptual dan teori yang mendasari dapat

dirumuskan hipotesis penelitian yaitu free cash flow, profitabilitas dan

invesment opportunity set berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen.


(34)

31 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Berdasarkan tujuan dan hipotesis yang telah disebutkan diatas

maka penelitian ini digolongkan penelitian asosiatif kausal yang bertujuan

untuk melihat hubungan sebab akibat dari satu variabel dengan variabel

lainnya atau bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lainnya.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui

situs www.idx.co.id. Waktu penelitian ini dilakukan mulai dari November

2014 sampai Februari 2015.

3.3 Batasan Operasional

Batasan operasional penelitian ini adalah :

1. Variabel Terikat atau dependen pada penelitian ini adalah kebijakan

dividen yang diproksikan dengan dividend payout ratio

2. Variabel Bebas atau independen pada penelitian ini adalah free cash flow yang diproksikan dengan rasio Free cash flow, profitabilitas diproksikan dengan ROA dan invesment opportunity set diproksikan dengan MBVE.


(35)

32 3.4 Defenisi Operasional

1. Variabel Dependen (Y)

Variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi

akibat karena adanya variabel bebas, yang menjadi variabel dependen

dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen yang diukur dengan

dividend payout ratio (DPR). DPR adalah rasio yang menunjukkan persentase laba perusahaan dibayarkan sebagai deviden kepada pemegang

saham secara tunai pada periode tertentu. Secara matematis dividend payout ratio diformulasikan sebagai berikut :

share per Earning share per Dividend DPR Ratio Payout

Dividend ( )

2. Variabel Independen (X)

Variabel Bebas atau independen merupakan variabel yang

mempengaruhi atau menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel

terikat. Variabel independen pada penelitian ini adalah free cash flow, profitabilitas dan invesment opportunity set.

a. Free Cash flow

Free cash flow merupakan kas lebih perusahaan yang dapat didistribusikan kepada pemegang saham atau kreditor yang tidak

diperlukan untuk modal kerja atau investasi pada asset tetap. Free cash flow dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Asset Total it MKB it PM it AKO


(36)

33

Keterangan :

FCF = Free cash flow

AKO = Aliran kas operasi pada tahun t

PM = Pengeluaran modal pada tahun t

MKB = Modal kerja bersih pada tahun t

Aliran kas operasi adalah nilai bersih kenaikan/penurunan.

Pengeluaran arus kas dari aktivitas operasi perusahaan. Pengeluaran

modal adalah nilai perolehan aktiva tetap akhir dikurangi dengan nilai

perolehan aktiva tetap awal, sedangkan modal kerja bersih adalah selisih

antara jumlah asset tetap lancar dengan hutang lancar pada tahun yang

sama

b. Profitabilitas

Profitabilitas merupakan kemampuan suatu perusahaan dalam

memperoleh laba. Profitabilitas diproksikan dengan ROA (Return on Asset). ROA merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari aktiva yang dipergunakan yang dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Asset Total

Tax After Earning


(37)

34 c. Invesment Opportunity Set (IOS)

Investment Opportunity Set (IOS) diproksikan dengan Market to Book Value of Equity yaitu return dari investasi perusahaan di masa depan dari return yang diharapkan dari ekuitasnya yang dapat dihitung

dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

TE MC BVE /

MVE 

Keterangan :

MC: jumlah lembar saham beredar x harga penutupan saham


(38)

35 Tabel 3.1

Defenisi Operasional Variabel Jenis

Variabel

Nama Variabel Defenisi Pengukuran Skala

Independen

Free Cash Flow Kas lebih

perusahaan yang didistribusikan kepada

kreditur/pemegan g saham yg tidak digunakan untuk modal

kerja/investasi pada aset tetap

Asset Total it MKB it PM it AKO

FCF  

Rasio

Return on Asset Rasio yang

menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari aktiva yang dipergunakan Asset Total Tax After Earning ROA Rasio

MBVE Return dari

investasi

perusahaan di masa depan dari return yang diharapkan dari ekuitasnya TE MC BVE / MVE  Rasio Dependen

Dividend pay out ratio

Rasio laba yang dibayarkan perusahaan sebagai deviden kepada investor pada periode tertentu. share per Earning share per Dividend

DPR Rasio

3.5 Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar dalam

indeks LQ-45 Bursa Efek Indonesia yang berjumlah 45 perusahaan.


(39)

36

beberapa kriteria tertentu. Adapun kriteria yang ditentukan oleh penulis

adalah sebagai berikut:

1. Perusahaan yang terdaftar dalam Indeks LQ-45 periode Agustus 2013

2. Perusahaan yang berturut-turut terdaftar dalam Indeks LQ-45 periode

Agustus 2011 hingga Agustus 2013

3. Perusahaan yang memberikan laporan keuangan yang lengkap

4. Perusahaan yang memberikan deviden tunai secara berturut-turut

periode 2011 -2013

Tabel 3.2

Kriteria Pengambilan Sampel

No Kriteria Sampel Jumlah

1 Perusahaan yang masuk dalam indeks LQ-45 periode Agustus 2013

45

2 Perusahaan yang tidak terdaftar dalam indeks LQ-45 periode Agustus 2011 sampai Agustus 2013 berturut-turut.

(19)

3 Perusahaan yang tidak memberikan laporan keuangan yang lengkap

0

4 Perusahaan yang tidak membagikan dividen tunai secara berturut-turut periode 2011-2013

(6)

Jumlah Sampel 20


(40)

37 Tabel 3.3

Daftar Sampel Perusahaan

No Nama Perusahaan

1 PT Astra Agro Lestari Tbk. 2 PT Astra Internasional Tbk. 3 PT Bank Central Asia Tbk. 4 PT Bank Negara Indonesia Tbk. 5 PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. 6 PT Bank Danamon Tbk.

7 PT Bank Mandiri Tbk.

8 PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk. 9 PT XL Axiata Tbk.

10 PT Gudang Garam Tbk.

11 PT Indofood Sukses Makmur Tbk. 12 PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. 13 PT Jasa Marga Tbk.

14 PT Kalbe Farma Tbk.

15 PT PP London Sumatra Indonesia Tbk. 16 PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk. 17 PT Semen Indonesia Tbk.

18 PT Telekomunikasi IndonesiaTbk. 19 PT United Tractors Tbk.

20 PT Unilever Indonesia Tbk. Sumber: www.idx.co.id & ICMD


(41)

38 3.6 Jenis Data

Jenis Data dalam penelitian ini adalah data kuantitatif, dimana

penggunaan data dalam bentuk angka. Sumber data menurut cara

memperoleh datanya menggunakan data sekunder, data sekunder adalah

“sumber data yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau dokumen”. Data yang digunakan

merupakan laporan keuangan yang dipublikasikan oleh Bursa Efek

Indonesia melalui situs www.idx.co.id, dan Indonesian Capital Market Directory (ICMD) periode 2011-2013, jurnal, buku-buku referensi dan literatur ilmiah lainnya.

3.7 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan studi

dokumentasi atas data sekunder berupa laporan keuangan masing-masing

perusahaan LQ45 yang dipublikasikan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI)

melalui situs www.idx.co.id, finance.yahoo.com, data pendukung literatur,

jurnal, dan buku-buku referensi untuk memperoleh gambaran masalah

yang akan diteliti.

3.8 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis dalam

penelitian ini adalah analisis regresi berganda (multiple regression analysis). Untuk menjamin keakuratan data, maka sebelum dilakukan analisis regresi untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini dilakukan


(42)

39

kelayakan model regresi untuk menilai model regresi. Berikut ini

penjelasan mengenai metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut.

3.8.1 Analisis Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi

masing-masing variabel yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, range, kurtosis, dan skewness

(Ghozali, 2013:19). Standar deviasi, varian, maksimum, dan minimum

menunjukkan hasil analisis terhadap dispersi variabel. Sedangkan

skewness dan kurtosis menunjukkan bagaimana variabel terdistribusi. Varian dan standar deviasi menunjukkan penyimpangan variabel terhadap

nilai rata-rata.

3.8.2 Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik digunakan untuk mengetahui apakah model yang

digunakan dalam regresi benar-benar menunjukkan hubungan yang

signifikan dan representatif maka model yang digunakan tersebut harus

memenuhi uji asumsi klasik regresi. Dengan pengujian ini diharapkan agar

model regresi yang diperoleh bisa dipertanggungjawabkan dan tidak bias

maka asumsi asumsi dasar berikut ini dipenuhi :

1. Uji Normalitas

Uji normalitas ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal atau


(43)

40

memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Pembuktian

apakah data tersebut memiliki distribusi normal atau tidak, bisa dilihat

pada normal probability plot (analisis grafik) dan analisis statistik . Pada normal probability plot data dikatakan normal jika ada penyebaran

titik-titik di sekitar garis diagonal dan penyebarannya mengikuti arah garis

diagonal. Sebaliknya, apabila data menyebar jauh dari garis diagonal maka

model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

Uji normalitas secara statistik dapat menggunakan alat analisis One Sample Kolmogorov-Smirnov dimana bila nilai signifikansi kolmogorov smirnov lebih besar dari 0,05 maka data normal atau tidak terdapat nilai

ekstrim yang menyebabkan hasil penelitian menjadi bias, dan bila nilai

signifikansinya lebih kecil dari 0,05 maka terjadi sebaliknya.

2. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas ini bertujuan untuk menguji apakah model

regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (Ghozali,

2013:105). Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas di dalam

model regresi dalam penelitian ini dengan melihat (1) matrik korelasi antar

variabelvariabel independen (termasuk variabel kontrol), (2) nilai

tolerance, dan (3) variance inflation factor (VIF). Indikator untuk menunjukkan adanya multikolinearitas adalah jika besaran korelasi matrik

antar variabel independen > 0,90, nilai tolerance ≤ 0,10, dan nilai VIF


(44)

41 3. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi

linear terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t

dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1. Jika terjadi korelasi, maka ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang

berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya (Ghozali,

2013:110).

Untuk mengetahui ada ada tidaknya autokorelasi dengan menggunakan

dua pengujian, yaitu Uji Durbin-Watson (DW test ) yaitu Pengujian

dilakukan dengan tingkat signifikansi 5% . Uji ini mensyaratkan adanya

konstanta dalam model regresi dan tidak ada variabel lagi di antara

variabel independen. Hipotesis yang akan diuji adalah:

H0 : tidak ada autokorelasi (r=0)

H1 : ada autokorelasi (r≠0)

Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi menurut Ghozali (2013)

adalah:

Tabel 3.4

Keputusan Ada Tidaknya Autokorelasi

Hipotesis 0 Keputusan Jika

Tidak ada autokorelasi positif Tolak 0 < d < dl Tidak ada autokorelasi positif No decision dl < d< du Tidak ada autokorelasi negatif Tolak 4-dl < d <4 Tidak ada autokorelasi negatif No decision 4-du < d <4-dl Tidak ada autokorelasi positif

atau negatif


(45)

42

Jika nilai Durbin-Watson tidak dapat memberikan kesimpulan apakah

data yang digunakan terbebas dari autokorelasi atau tidak, maka perlu

dilakukan Run Test. Pengambilan keputusan didasarkan pada acak atau tidaknya data, apabila bersifat acak maka dapat diambil kesimpulan bahwa

data tidak terkena autokorelasi. Jika antar residual tidak terdapat hubungan

korelasi maka dikatakan bahwa residual adalah random atau acak. Apabila

tingkat signifikansi hasil uji Run Test dibawah α (0,05) maka didalam

model terdapat autokorelasi. Tetapi apabila tidak signifikan pada α (0,05) maka tidak terdapat autokorelasi.

Hipotesis yang diajukan dalam uji Run Test.

H0 : residual random (acak) H1 : residual tidak random

4. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi

terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke

pengamatan lain . Jika varians dari residual satu pengamatan ke

pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda

disebut heteroskedastisitas (Ghozali, 2013:139).

Cara untuk mendeteksi adanya heterokedastisitas dapat dilakukan

dengan Glejser. Uji Glejser mengusulkan untuk meregresi nilai absolut

residual terhadap variabel independen. Jika variabel independen, maka

indikasi terjadi heterokedastisitas. Jika variabel independen tidak


(46)

43 3.8.3 Analisis Linier Berganda

Menurut Ghozali (2013:96) untuk menguji model pengaruh dan

hubungan variabel bebas yang lebih dari dua variabel terhadap variabel

tergantung digunakan persamaan regresi linier berganda (multiple linear regression method). Untuk mengetahui pengaruhnya, dapat dilakukan persamaan regresi berganda dengan model sebagai berikut :

Y = a + b1X1 + b2X2 +b3X3 + e

Keterangan:

Y = Kebijakan dividen (DPR)

a = Konstanta

b1,2,3 = Koefisien regresi

X1 = Free cash flow (Ratio Free Cash flow)

X2 = Profitabilitas (ROA)

X3 = Invesment opportunity set (MBVE) e = error

3.8.4 Pengujian Hipotesis 1. Uji Statistik t

Uji statistik t digunakan untuk menilai hubungan antara variabel

dependen dan variabel independen apakah memiliki pengaruh satu

dengan lainnya, dengan asumsi variabel bebas lainnya konstan. Uji t

dilakukan untuk melihat pengaruh variabel independen dan variabel


(47)

44

dibandingkan dengan t tabel, maka koefisien regresi variabel

independen adalah signifikan. Dengan bentuk pengujian :

a. H0 : b1 = b2 = b3 = b4 = b5 = 0, artinya variabel bebas tidak

berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat.

b. Ha : b1 ≠ b2 ≠ b3 ≠ b4 ≠ b5 ≠ 0, artinya variabel bebas berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat.

Untuk menguji hipotesis ini dilakukan dengan cara membandingkan

thitung dengan ttabel dengan ketentuan sebagai berikut :

Jika thitung < ttabel maka H0 diterima atau Ha ditolak.

Jika thitung > ttabel maka Ha diterima atau H0 ditolak.

2. Uji F Statistik

Pengujian uji f statistik merupakan pengujian regresi secara

keseluruhan yang menunjukkan apakah variabel bebas secara

keseluruhan mempunyai pengaruh terhadap variabel dependen.

Hipotesis :

H0 : b1 = b2 = b3 = 0, artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan

dari variabel-variabel independen secara simultan terhadap variabel

dependennya.

Ha : b1 ≠ b2 ≠ b3 ≠ 0, artinya terdapat pengaruh yang signifikan dari

variabel-variabel independen secara simultan terhadap variabel


(48)

45

Pada uji ini dilakukan uji satu sisi dengan tingkat signifikan sebesar 5%

untuk mendapatkan nilai F tabel, sedangkan untuk menarik kesimpulan

dari persamaan yang didapat digunakan pedoman sebagai berikut:

Jika Fhitung < Ftabel, maka H0 diterima atau Ha ditolak.


(49)

46 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan

1. PTAstra Agro Lestari Tbk. (AALI)

PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) didirikan tanggal 3 Oktober 1988 dan

memulai kegiatan usaha komersial pada tahun 1995. Kantor pusat AALI berlokasi

di Jl Pulo Ayang Raya Blok OR No. 1 Kawasan Industri Pulogadung Jakarta,

AALI bergerak di bidang management bahan-bahan perkebunan, seperti kelapa

sawit, karet, teh, cokelat dan minyak masak. Pada tahun 1997, AALI memperoleh

Pernyataan efektif BAPEPAM-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana

Saham AALI (IPO) kepada masyarakat sebanyak 125.800.000 saham dengan

nominal Rp500,- per saham, dengan Harga Penawaran Perdana Rp1.550,- per

saham.

2. PT Astra Internasional Tbk (ASII)

PT Astra Internasional Tbk didirikan pada tanggal 20 Februari 1957. Astra

memulai bisnisnya sebagai sebuah perusahaan perdagangan umum dengan nama

PT Astra International Inc. Perusahaan ASII bergerak di bidang perdagangan

umum, perindustrian, jasa pertambangan, pengangkutan, pertanian,

pembangunan dan jasa konsultasi. Ruang lingkup kegiatan utama entitas anak

meliputi perakitan dan penyaluran mobil, sepeda motor berikut suku cadangnya,

penjualan dan penyewaan alat berat, pertambangan dan jasa terkait,

pengembangan perkebunan, jasa keuangan, infrastruktur dan teknologi

informasi. Pada tahun 1990, ASII memperoleh Pernyataan efektif


(50)

47

masyarakat sebanyak 30.000.000 saham dengan nominal Rp1.000,- per saham,

dengan Harga Penawaran Perdana Rp14.850,- per saham

3. PT Bank Central Asia Tbk (BBCA)

PT Bank BCA adalah bank swasta terbesar di Indonesia. Bank ini didirikan

pada 21 Februari 1957 dengan nama Bank Central Asia NV dan pernah

merupakan bagian penting dari Salim Grup. Berdasarkan Anggaran Dasar Bank,

Bank beroperasi sebagai bank umum. BBCA bergerak di bidang perbankan dan

jasa keuangan lainnya. Pada tanggal 11 Mei 2000, BBCA memperoleh

pernyataan efektif dari BAPEPAM-LK untuk melakukan Penawaran Umum

Saham Perdana BBCA (IPO) sebanyak 662.400.000 saham dengan jumlah nilai

nominal Rp500,- dengan harga penawaran Rp1.400,- per saham, yang

merupakan 22% dari modal saham yang ditempatkan dan disetor, sebagai bagian

dari divestasi pemilikan saham Republik Indonesia yang diwakili oleh Badan

Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN). Penawaran umum ini dicatatkan pada

Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya pada tanggal 31 Mei 2000.

4. PT Bank Negara Indonesia Tbk. (BBNI)

PT Bank Negara Indonesia Tbk pada awalnya didirikan di Indonesia

sebagai bank sentral dengan nama Bank Negara Indonesia. Selanjutnya,

berdasarkan Undang-undang No. 17 tahun 1968, BNI ditetapkan menjadi Bank

Negara Indonesia 1946, dan statusnya menjadi Bank Umum Milik Negara.

Berdasarkan pasal 3 Anggaran Dasar BNI, ruang lingkup kegiatan BNI adalah

melakukan usaha di bidang perbankan umum. Kantor pusat BNI berlokasi di Jl.


(51)

48

usaha melalui anak usahanya. Pada tanggal 28 Oktober 1996, BBNI memperoleh

pernyataan efektif dari BAPEPAM-LK untuk melakukan Penawaran Umum

Perdana Saham BMRI (IPO) kepada masyarakat sebanyak 1.085.032.000 saham

Seri B dengan nilai nominal Rp500,- per saham dengan harga penawaran Rp850,-

per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI)

pada tanggal 25 November 1996.

5. PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BBRI)

PT Bank Rakyat Indonesia didirikan pada tanggal 18 Desember 1986.

Berdasarkan pasal 3 Anggaran Dasar BRI yang terakhir, ruang lingkup kegiatan

BRI adalah turut melaksanakan dan menunjang kebijakan dan program

Pemerintah dibidang ekonomi dan pembangunan nasional pada umumnya,

khususnya dengan melakukan usaha dibidang perbankan sesuai dengan

undang-undang dan peraturan yang berlaku, termasuk melakukan kegiatan operasi sesuai

dengan prinsip syariah. Kantor pusat BRI berlokasi di Gedung BRI I, Jl Jendral

Sudirman Kav 44-46, Jakarta. Pada tanggal 31 Oktober 2003, BBRI memperoleh

pernyataan efektif dari BAPEPAM-LK untuk melakukan Penawaran Umum

Perdana Saham BMRI (IPO) kepada masyarakat sebanyak 3.881.765.000 saham

dengan nilai nominal Rp500,- per saham dengan harga penawaran Rp875,- per

saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada

tanggal 10 November 2003.

6. PT Bank Danamon Tbk. (BDMN)

PT Bank Danamon Indonesia Tbk didirikan pada tanggal 16 Juli 1956 dengan


(52)

49

PT Bank Danamon Indonesia. Bank ini menjadi bank pertama yang memelopori

pertukaran mata uang asing pada tahun 1976 dan tercatat sahamnya di bursa sejak

tahun 1989. Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan

BDMN adalah menjalankan kegiatan usaha di bidang perbankan dan melakukan

kegiatan perbankan lainnya berdasarkan prinsip Syariah. BDMN mulai

melakukan kegiatan berdasarkan prinsip Syariah tersebut sejak tahun 2002 dan

pada tahun 2004 mulai melakukan kegiatan usaha mikro dengan nama Danamon

Simpan Pinjam. Pada tanggal 24 Oktober 1989, BDMN memperoleh pernyataan

efektif dari Menteri Keuangan untuk melakukan Penawaran Umum Perdana

Saham BDMN (IPO) kepada masyarakat sebanyak 12.000.000 dengan nilai

nominal Rp1.000,- per saham dengan harga penawaran Rp12.000,- per saham.

Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal

06 Desember 1989.

7. PT Bank Mandiri Tbk. (BMRI)

PT Bank Mandiri (Persero) Tbk didirikan pada tanggal 02 Oktober 1998 dan

mulai beroperasi pada tanggal 1 Agustus 1999. Bank Mandiri didirikan melalui

penggabungan usaha PT Bank Bumi Daya (Persero) (BBD), PT Bank Dagang

Negara (Persero) (BDN), PT Bank Ekspor Impor Indonesia (Persero) (Bank

Exim) dan PT Bank Pembangunan Indonesia (Persero) (Bapindo). Berdasarkan

Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan BMRI adalah melakukan

usaha di bidang perbankan. Selain itu, Bank Mandiri juga menjalankan kegiatan

usaha melalui anak usahanya. Pada tanggal 23 Juni 2003, BMRI memperoleh


(53)

50

Perdana Saham BMRI (IPO) kepada masyarakat sebanyak 4.000.000.000 saham

Seri B dengan nilai nominal Rp500,- per saham dengan harga penawaran Rp675,-

per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI)

pada tanggal 14 Juli 2003.

8. PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk. (CPIN)

PT Charoen Pokphan Indonesia Tbk didirikan di Indonesia tanggal 7 Januari

1972. Ruang lingkup kegiatan usaha Perusahaan meliputi produksi dan

perdagangan pakan ternak, peralatan perternakan dan pengolahan daging ayam

serta penyertaan saham pada perusahaan lain. Kantor pusat Perusahaan terletak di

Jalan Ancol VII No 1, Jakarta dengan cabang-cabangnya di Sidoarjo, Medan,

Tangerang, Balaraja, Serang, Lampung, Denpasar, Surabaya, Semarang, Makasar

dan Salatiga. Perusahaan mulai beroperasi secara komersial sejak tahun 1972.

Pada tahun 1991, CPIN memperoleh pernyataan efektif dari BAPEPAM-LK

untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham CPIN (IPO) kepada

masyarakat sebanyak 2.500.000.000 saham dengan nilai nominal Rp1.000,- per

saham dengan harga penawaran Rp5.100,- per saham. Saham-saham tersebut

dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 18 Maret 1991.

9. PT XL Axiata Tbk. (EXCL)

PT XL Axiata Tbk (dahulu PT Excelcomindo Pratama Tbk) adalah sebuah

perusahaan operator telekomunikasi seluler di Indonesia yang didirikan tanggal 06

Oktober 1989 dengan nama PT Grahametropolitan Lestari dan memulai kegiatan

usaha komersialnya pada tahun 1996. Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan,


(54)

51

jasa telekomunikasi dan/atau jaringan telekomunikasi dan/atau multimedia. Pada

tanggal 16 September 2005, EXCL memperoleh pernyataan efektif dari

Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham EXCL (IPO) kepada

masyarakat sebanyak 1.427.500.000 dengan nilai nominal Rp100,- per saham

dengan harga penawaran Rp2.000,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan

pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 29 September 2005.

10. PT Gudang Garam Tbk (GGRM)

PT Gudang Garam Tbk yang semula bernama PT Perusahaan Rokok Tjap

Gudang Garam Kediri (PT Gudang Garam), didirikan tanggal 30 Juni 1971.

Perseroan berdomisili di Indonesia dengan Kantor Pusat di Jl. Semampir II/1,

Kediri, Jawa Timur, serta memiliki pabrik yang berlokasi di Kediri, Gempol,

Karanganyar dan Sumenep. Perseroan juga memiliki Kantor-kantor Perwakilan

yaitu Kantor Perwakilan Jakarta di Jl. Jenderal A. Yani 79, Jakarta dan Kantor

Perwakilan Surabaya di Jl. Pengenal 7 – 15, Surabaya, Jawa Timur. Sesuai dengan pasal 3 Anggaran Dasarnya, Perseroan bergerak di bidang industri rokok dan yang

terkait dengan industri rokok. Pada tanggal 17 Juli 1990, GGRM memperoleh

pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana

Saham EXCL (IPO) kepada masyarakat sebanyak 57.807.800 dengan nilai

nominal Rp1.000,- per saham dengan harga penawaran Rp10.250,- per saham.

Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal


(55)

52 11. PT Indofood Sukses Makmur Tbk. (INDF)

PT Indofood Sukses Makmur Tbk didirikan tanggal 14 Agustus 1990 dengan

nama PT Panganjaya Intikusuma dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada

tahun 1990. Saat ini, Perusahaan memiliki anak usaha yang juga tercatat di Bursa

Efek Indonesia (BEI), antara lain: PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP)

dan PT Salim Ivomas Pratama Tbk (SIMP). Berdasarkan Anggaran Dasar

Perusahaan, ruang lingkup kegiatan INDF antara lain terdiri dari mendirikan dan

menjalankan industri makanan olahan, bumbu penyedap, minuman ringan,

kemasan, minyak goreng, penggilingan biji gandum dan tekstil pembuatan karung

terigu. Pada tahun 1994, INDF memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK

untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham INDF (IPO) kepada

masyarakat sebanyak 21.000.000 dengan nilai nominal Rp1.000,- per saham

dengan harga penawaran Rp6.200,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan

pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 14 Juli 1994.

12. PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP)

PT Indocement Tunggal Prakasa Tbk didirikan tanggal 16 Januari 1985 dan

memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1985. Berdasarkan Anggaran

Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan INTP antara lain pabrikasi semen dan

bahan-bahan bangunan, pertambangan, konstruksi dan perdagangan. Kelompok

Usaha INTP bergerak dalam beberapa bidang usaha yang meliputi pabrikasi dan

penjualan semen (sebagai usaha inti) dan beton siap pakai, serta tambang agregat

dan trass. Pada tahun 1989, INTP memperoleh pernyataan efektif dari


(56)

53

masyarakat sebanyak 89.832.150 dengan nilai nominal Rp1.000,- per saham

dengan harga penawaran Rp10.000,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan

pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 05 Desember 1989.

13. PT Jasa Marga Tbk (JSMR)

PT Jasa Marga (Persero) Tbk didirikan tanggal 01 Maret 1978 dan memulai

kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1978. Berdasarkan Anggaran Dasar

Perusahaan, ruang lingkup kegiatan JSMR adalah turut serta melaksanakan dan

menunjang kebijaksanaan dan program Pemerintah di bidang ekonomi dan

pembangunan nasional pada umumnya, khususnya pembangunan dibidang

pengusahaan jalan tol dengan sarana penunjangnya dengan menerapkan

prinsip-prinsip perusahaan terbatas. Pada tanggal 01 Nopember 2007, JSMR memperoleh

pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana

Saham JSMR (IPO) kepada masyarakat sebanyak 2.040.000.000 saham Seri B

dengan nilai nominal Rp500,- per saham dengan harga penawaran Rp1.700,- per

saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada

tanggal 12 Nopember 2007.

14. PT Kalbe Farma Tbk (KLBF)

PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) didirikan tanggal 10 September 1966 dan

memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1966. Berdasarkan Anggaran

Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan KLBF meliputi, antara lain usaha

dalam bidang farmasi, perdagangan dan perwakilan. Saat ini, KLBF terutama

bergerak dalam bidang pengembangan, pembuatan dan perdagangan sediaan


(57)

54

hingga alat-alat kesehatan termasuk pelayanan kesehatan primer. Pada tahun

1991, KLBF memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan

Penawaran Umum Perdana Saham (IPO) KLBF kepada masyarakat sebanyak

10.000.000 dengan nilai nominal Rp1.000,- per saham dengan harga penawaran

Rp7.800,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek

Indonesia (BEI) pada tanggal 30 Juli 1991.

15. PT PP London Sumatra Indonesia Tbk. (LSIP)

PT Perusahaan Perkebunan London Sumatera Indonesia didirikan di Republik

Indonesia tanggal 8 Oktober 1963. Perusahaan memulai operasi komersialnya

pada tahun 1963 dan bergerak di bidang usaha perkebunan yang berlokasi di

Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Jawa, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara dan

Sulawesi Selatan dengan lahan seluas 110.579 hektar pada tanggal 13 Desember

2013. Produk utama adalah minyak kelapa sawit dan karet, serta kakao, teh dan

benih dalam kuantitas yang lebih kecil. Perusahaan berdomisili di Jakarta dengan

kantor-kantor cabang operasional berlokasi di Medan, Palembang, Makasar,

Surabaya dan Samarinda. Kantor pusat beralamat di Prudential Tower Lantai 15,

Jl Jendral Sudirman Kav. 79, Setiabudi, Jakarta Selatan. Pada tanggal 07 Juni

1996, LSIP memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan

Penawaran Umum Perdana Saham (IPO) LSIP kepada masyarakat sebanyak

38.800.000 dengan nilai nominal Rp500,- per saham dengan harga penawaran

Rp4.650,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek


(58)

55 16. PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk. (PTBA)

PT Bukit Asam (Persero) Tbk didirikan tanggal 02 Maret 1981. Pada tahun

1993, PTBA ditunjuk oleh Pemerintah Indonesia untuk mengembangkan Satuan

Kerja Pengusahaan Briket. Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang

lingkup kegiatan PTBA adalah bergerak dalam bidang industri tambang batubara,

meliputi kegiatan penyelidikan umum, eksplorasi, eksploitasi, pengolahan,

pemurnian, pengangkutan dan perdagangan, pemeliharaan fasilitas dermaga

khusus batubara baik untuk keperluan sendiri maupun pihak lain, pengoperasian

pembangkit listrik tenaga uap baik untuk keperluan sendiri ataupun pihak lain dan

memberikan jasa-jasa konsultasi dan rekayasa dalam bidang yang ada

hubungannya dengan industri pertambangan batubara beserta hasil olahannya.

Pada tanggal 03 Desember 2002, PTBA memperoleh pernyataan efektif dari

Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham PTBA (IPO)

kepada masyarakat sebanyak 346.500.000 dengan nilai nominal Rp500,- per

saham dengan harga penawaran Rp575,- per saham disertai Waran Seri I

sebanyak 173.250.000. Saham dan Waran Seri I tersebut dicatatkan pada Bursa

Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 23 Desember 2002.

17. PT Semen Indonesia Tbk (SMGR)

PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (dahulu bernama PT Semen Gresik

(Persero) Tbk) SMGR didirikan 25 Maret 1953 dengan nama “NV Pabrik Semen

Gresik”. Kantor pusat SMGR berlokasi di Jl. Veteran, Gresik 61122, Jawa Timur, sedangkan lokasi pabrik semen Perusahaan dan anak usaha berada di Gresik dan


(1)

91

Uji Multikoliniearitas

Uji Heteroskedastisitas

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

T Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) .384 .043 8.891 .000

FCF .178 .067 .271 2.670 .011 .981 1.020

ROA 1.533 .231 .853 6.638 .000 .611 1.636

IOS -.034 .017 -.255 -1.986 .053 .611 1.637

a. Dependent Variable: DPR


(2)

92

Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

T Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) .069 .025 2.726 .009

FCF -.004 .039 -.016 -.113 .911

ROA .249 .136 .340 1.834 .073

IOS -.009 .010 -.163 -.881 .383

a. Dependent Variable: ABS_RES1

Uji Autokorelasi

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .745a .556 .525 .08929 1.982

a. Predictors: (Constant), IOS, FCF, ROA b. Dependent Variable: DPR

Analisis Regresi Linier Berganda

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) .384 .043 8.891 .000

FCF .178 .067 .271 2.670 .011

ROA 1.533 .231 .853 6.638 .000

IOS -.034 .017 -.255 -1.986 .053


(3)

93

Uji Statistik F

Uji Statistik t

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) .384 .043 8.891 .000

FCF .178 .067 .271 2.670 .011

ROA 1.533 .231 .853 6.638 .000

IOS -.034 .017 -.255 -1.986 .053

a. Dependent Variable: Kebijakan Dividen

ANOVAb

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression .439 3 .146 18.344 .000a

Residual .351 44 .008

Total .789 47

a. Predictors: (Constant), IOS, FCF, ROA b. Dependent Variable: Kebijakan Dividen


(4)

94

LAMPIRAN 4


(5)

(6)

96

Residuals Statisticsa

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N

Predicted Value 20.62 46.84 30.50 5.109 60

Std. Predicted Value -1.934 3.198 .000 1.000 60

Standard Error of Predicted Value

2.491 13.403 4.637 1.868 60

Adjusted Predicted Value -3.14 51.65 30.23 7.198 60

Residual -30.816 28.806 .000 16.700 60

Std. Residual -1.782 1.665 .000 .966 60

Stud. Residual -1.885 2.307 .004 1.027 60

Deleted Residual -34.507 63.136 .273 19.472 60

Stud. Deleted Residual -1.931 2.406 .005 1.038 60

Mahal. Distance .241 34.440 3.933 5.174 60

Cook's Distance .000 1.600 .042 .206 60

Centered Leverage Value .004 .584 .067 .088 60


Dokumen yang terkait

Pengaruh Profitabilitas, Free Cash Flow dan Investment Opportunity Set terhadap Cash Dividend dengan Likuiditas sebagai Variabel Moderating pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008 - 2011

1 64 141

Pengaruh Variabel Free Cash Flow, Profitabilitas, dan Kebijakan Hutang Terhadap Kebijakan Pembayaran Dividen Pada Perusahaan yang Tergabung dalam Indeks Saham LQ45

2 95 71

Analisis Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Investment Opportunity Set, Free Cash Flow, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kebijakan Hutang pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI)

1 46 91

Pengaruh Free Cash Flow, Kepemilikan Institusional, Ukuran Perusahaan, Dan Kebijakan Dividen Terhadap Kebijakan Hutang Pada Perusahaan LQ45 Yang Terdaftar Pada Bursa Efek Indonesia

3 69 98

PENGARUH INVESTMENT OPPORTUNITY SET, FREE CASH Pengaruh Investment Opportunity Set, Free Cash Flow, Struktur Modal, Profitabilitas Dan Likuiditas Terhadap Kebijakan Dividen (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 5 18

Pengaruh Free Cash Flow, Profitabilitas dan Invesment Oportunity Set Terhadap Kebijakan Dividen Pada Perusahaan yang Terdaftar Di LQ45

0 1 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Kebijakan Dividen - Pengaruh Free Cash Flow, Profitabilitas dan Invesment Oportunity Set Terhadap Kebijakan Dividen Pada Perusahaan yang Terdaftar Di LQ45

1 1 22

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang - Pengaruh Free Cash Flow, Profitabilitas dan Invesment Oportunity Set Terhadap Kebijakan Dividen Pada Perusahaan yang Terdaftar Di LQ45

0 0 8

PENGARUH PROFITABILITAS, FREE CASH FLOW, DAN INVESMENT

0 0 19

Pengaruh Variabel Free Cash Flow, Profitabilitas, dan Kebijakan Hutang Terhadap Kebijakan Pembayaran Dividen Pada Perusahaan yang Tergabung dalam Indeks Saham LQ45

0 1 10