MENGGALI MAKNA IDENTITAS ETIK DARI BANK

MENGGALI MAKNA IDENTITAS ETIK DARI BANK SYARIAH: ANALISIS SEMIOTIKA PADA LAPORAN TAHUNAN BANK MUAMALAT INDONESIA SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Sarjana (S1) pada Program Sarjana Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro

HALAMAN JUDUL

Disusun oleh :

MUHAMMAD UBAIDILLAH NIM. 12030111130043 FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2016

MENGGALI MAKNA IDENTITAS ETIK DARI BANK SYARIAH: ANALISIS SEMIOTIKA PADA LAPORAN TAHUNAN BANK MUAMALAT INDONESIA SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Sarjana (S1) pada Program Sarjana Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro

HALAMAN JUDUL

Disusun oleh :

MUHAMMAD UBAIDILLAH NIM. 12030111130043 FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2016

PERSETUJUAN SKRIPSI

Nama Penyusun

: Muhammad Ubaidillah

Nomor Induk Mahasiswa : 12030111130043 Fakultas / Jurusan

: Ekonomika dan Bisnis / Akuntansi Judul Skripsi

: MENGGALI MAKNA IDENTITAS ETIK

DARI BANK SYARIAH: ANALISIS SEMIOTIKA PADA LAPORAN TAHUNAN

BANK MUAMALAT INDONESIA Dosen Pembimbing

: Dr. Jaka Isgiyarta, M.Si., Akt.

Semarang, 24 Maret 2016

Dosen Pembimbing,

(Dr. Jaka Isgiyarta, M.Si., Akt.) NIP. 19680121 199303 1001

PENGESAHAN KELULUSAN UJIAN

Nama Penyusun

: Muhammad Ubaidillah

Nomor Induk Mahasiswa : 12030111130043 Fakultas / Jurusan

: Ekonomika dan Bisnis / Akuntansi Judul Skripsi

: MENGGALI MAKNA IDENTITAS ETIK

DARI BANK SYARIAH: ANALISIS SEMIOTIKA PADA LAPORAN TAHUNAN BANK MUAMALAT INDONESIA

Telah dinyatakan lulus ujian pada tanggal 20 April 2016

Tim Penguji

1. Dr. Jaka Isgiyarta, M.Si., Akt. (

2. Fuad, S.E.T., M.Si., Akt., Ph.D.

3. Agung Juliarto, S.E., M.Si., Akt., Ph.D.

PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI

Yang bertandatangan di bawah ini saya, Muhammad Ubaidillah, menyatakan bahwa skripsi dengan judul: Menggali Makna Identitas Etik dari

Bank Syariah: Analisis Semiotika pada Laporan Tahunan Bank Muamalat

Indonesia , adalah hasil tulisan saya sendiri. Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau simbol yang menunjukkan gagasan atau pendapat atau pemikiran dari penulis lain, yang saya akui seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri, dan/atau tidak terdapat bagian atau keseluruhan tulisan yang saya salin itu, atau yang saya ambil dari tulisan orang lain tanpa memberikan pengakuan penulis aslinya.

Apabila saya melakukan tindakan yang bertentangan dengan hal tersebut di atas, baik disengaja maupun tidak, dengan ini saya menyatakan menarik skripsi yang saya ajukan sebagai hasil tulisan saya sendiri ini. Bila kemudian terbukti bahwa saya melakukan tindakan menyalin atau meniru tulisan orang lain seolah- olah hasil pemikiran saya sendiri, berarti gelar dan ijasah yang telah diberikan oleh universitas batal saya terima.

Semarang, 24 Maret 2016 Yang membuat pernyataan,

(Muhammad Ubaidillah) NIM: 12030111130043

MOTTO DAN PERSEMBAHAN MOTTO

Dan berjihadlah kamu di jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya. Dia

telah memilih kamu dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan. (Ikutilah) agama orang tuamu Ibrahim. Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian orang-orang muslim dari dahulu, dan (begitu pula)

dalam (Al Quran) ini, supaya Rasul itu menjadi saksi atas dirimu dan supaya kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia. Maka dirikanlah sholat, tunaikanlah zakat dan berpeganglah kamu pada tali Allah. Dia adalah Pelindungmu, Dialah sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik Penolong.

(QS Al Hajj: 78)

Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia yang lainnya.

(HR. Thabrani dan Daruquthni)

Ajining diri saka lathi, ajining salira saka busana.

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan untuk: Rasulullah Muhammad SAW beserta sahabat-sahabatnya,

istri, keluarga dan anak-anak keturunannya Ibu dan Bapakku tercinta, Turisnanik Rokhfiatun dan Mustaghfirin, Serta Adikku Muhammad Isymam, Juga teruntuk Sahabat KSEI FEB UNDIP & seluruh pejuang ekonomi Islam

ABSTRACT

This study is a qualitative study that raised the issue of discrepancy between the communicated ethical identity to the ideal ethical identity. The focus of this study describes the practice of disclosure of ethical identity values of PT Bank Muamalat Indonesia Tbk. Bank Muamalat is the first Islamic bank, who was born in Indonesia, which is supposed to be a role model of Islamic banks were born afterwards. This study aims to analyze and understand whether Islamic banks in presenting the annual report is in conformity with the ethical ideal identity and how the Islamic banks in disclosing information of ethical identity in the annual report.

This study is a qualitative study conducted in the interpretive paradigm. The approach used in this study is semiotics approach. This research was conducted by analyzing and understanding the disclosure of ethical identity values in the annual report of Bank Muamalat in 2014.

The results showed that the annual report of Bank Muamalat in 2014 has contained some ethical identity values. However, the communicated ethical identity in the annual report is not yet fully in accordance with the ideal ethical identity. The mean of this study is Bank Muamalat has not shown any overall compliance in their responsibility which is not only addressed to the public but should also to God.

Keywords: Bank Muamalat, annual reports, identity, ethics, semiotics

ABSTRAK

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang mengangkat masalah ketidaksesuaian antara identitas etik yang diungkapkan dengan identitas etik yang ideal. Fokus dari penelitian ini menjelaskan praktik pengungkapan nilai-nilai identitas etik dari PT Bank Muamalat Indonesia Tbk. Bank Muamalat merupakan bank syariah pertama yang lahir di Indonesia yang seharusnya dapat menjadi contoh dari bank-bank syariah yang lahir setelahnya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan memahami apakah bank syariah dalam menyajikan laporan tahunan sudah sesuai dengan identitas etik yang ideal dan bagaimana bank syariah dalam mengungkapkan informasi identitas etiknya dalam laporan tahunan.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang dilakukan dalam paradigma interpretif. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan semiotika. Penelitian ini dilakukan dengan menganalisis dan memahami pengungkapan nilai-nilai identitas etik dalam laporan tahunan Bank Muamalat tahun 2014.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam laporan tahunan Bank Muamalat tahun 2014 telah terkandung sebagian nilai-nilai identitas etik. Namun, identitas etik yang diungkapkan dalam laporan tahunan belum sepenuhnya sesuai dengan identitas etik yang ideal. Makna dari penelitian ini adalah Bank Muamalat belum menunjukkan kepatuhan secara keseluruhan dalam tanggung jawabnya yang tidak hanya ditujukan kepada masyarakat melainkan seharusnya juga kepada Allah SWT.

Kata kunci: Bank Muamalat, laporan tahunan, identitas etik, semiotika

KATA PENGANTAR

Assalamu‟alaikum warahmatullah wabarakatuh. Bismillahirrahmanirrahim.

Alhamdulillah, puji serta syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan nikmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Menggali Makna Identitas Etik dari Bank Syariah: Analisis Semiotika pada Laporan Tahunan Bank Muamalat Indonesia ”. Selawat serta salam semoga Allah limpahkan kepada baginda Rasulullah Muhammad SAW. Seseorang yang harus dijadikan panutan umat manusia karena keteladanannya yang luar biasa.

Penulisan skripsi ini dimaksudkan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Sarjana (S1) Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro. Skripsi ini juga menjadi wujud syukur penulis atas ilmu yang telah didapatkan hingga saat ini.

Dalam penelitian ini, penulis banyak menemui rintangan dan hambatan. Namun, alhamdulillah penelitian ini dapat terselesaikan dengan baik juga berkat bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, perkenankanlah penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada,

1. Bapak Dr. Suharnomo, S.E., M.Si. selaku Dekan Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro Semarang.

2. Bapak Fuad, S.E.T., M.Si., Akt., Ph.D. selaku Ketua Jurusan Akuntansi.

3. Bapak Dr. Jaka Isgiyarta, S.E., M.Si, Akt. yang telah berkenan dan sabar menjadi pembimbing skripsi hingga ke titik akhir.

4. Bapak Adityawarman, S.E., M.Acc., Ak. selaku dosen wali yang telah membimbing penulis sejak semester 1.

5. Bapak Anis Chariri, S.E., M. Com., Ph.D., Akt, selaku Pembantu Dekan I yang juga telah banyak membantu dalam penyusunan skripsi ini.

6. Ibu dan Bapak dosen yang telah banyak memberikan ilmu dan nasihat selama menempuh pendidikan S1 di Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro.

7. Segenap karyawan tata usaha Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro atas segala bantuan yang diberikan kepada penulis.

8. Ibu dan Ayah tercinta, Turisnanik Rokhfiatun, S.Pd. dan Mustaghfirin, S.Pd.I atas kasih sayang yang tulus yang tiada henti-hentinya. Ananda mohon maaf yang sebesar-besarnya karena belum bisa menjadi anak yang berbakti, salah satunya skripsi yang lama selesainya. :’(

9. Adik tercinta dan satu-satunya, Muhammad Isymam yang selalu memotivasi kakaknya dengan caranya yang unik.

10. Sahabat-sahabat di Kelompok Studi Ekonomi Islam (KSEI) yang banyak menginspirasi. Mohon maaf belum bisa menjadi contoh yang baik terutama bagi adik-adik. Semoga skripsi ini dapat menjadi warisan yang berharga.

11. Sohib-sohib di Mizan, BPMAI, Peduli Dhuafa dan ZIS yang banyak mewarnai kehidupan penulis.

12. Teman-teman seperjuangan, Amri, Rifqi, Nizar, Hilman, Erwin, Aurum, Akbar, Geys, Novan, Vena, Jabil, ana ukhibbukum fillah.

13. Mas Rizky, Mas Maul, Mas Dipta yang telah menjadi kakak-kakak pembimbing.

14. Tim LKTEI Roma, Naris, Kusti, Tika yang sudah menjadi partner dalam mengukir prestasi di bidang karya ilmiah.

15. Teman-teman KKN Desa Mranggen Kec Srumbung Kab Magelang yang banyak menginspirasi penulis.

16. Teman-teman seperjuangan akuntansi 2011 yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

17. Ibu kos, Bapak kos dan teman-teman kos tercinta yang memberikan kenyamanan di tempat tinggal kedua.

18. Dan semua pihak yang telah banyak membantu dalam penulisan skripsi ini. Tiada gading yang tak retak, begitulah kata pepatah yang sesuai dengan

skripsi ini. Kritik dan saran yang membangun semoga dapat melengkapi dan menjadikan penelitian selanjutnya lebih baik.

Penulis mohon maaf atas segala kekurangan dalam skripsi ini karena berbagai keterbatasan dan ketidaktahuan penulis. Akhir kata semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membaca.

Wassalamu‟alaikum warahmatullah wabarakatuh.

Penulis,

Muhammad Ubaidillah

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2.1.

Perbandingan Bank Syariah dengan Bank Konvensional .......... 19 Tabel 2.2.

Ringkasan Penelitian Terdahulu ............................................... 27 Tabel 4.1.

Latar Belakang Pendidikan Direksi Bank Muamalat ................. 82 Tabel 4.2.

Pengalaman Kerja Direksi Bank Muamalat .............................. 84 Tabel 4.3.

Latar Belakang Pendidikan Dewan Pengawas Syariah Bank Muamalat ................................................................................. 181

Tabel 4.4. Pengalaman Kerja Dewan Pengawas Syariah Bank Muamalat .. 183

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran A. Tujuan Penggunaan Pendapatan Non-halal Bank Muamalat ..... 200

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Islam merupakan agama yang hak yang diturunkan oleh Allah subhanahu wa taala, Sang Maha Pencipta. Islam bukan hanya agama yang mengatur tentang ibadah saja tetapi juga merupakan sebuah ideologi. Hal ini karena agama Islam mengatur seluruh aspek kehidupan manusia sejak bangun tidur sampai tidur lagi, mulai dari tingkat individu hingga kehidupan berbangsa dan bernegara. Salah satu yang diatur Islam adalah kehidupan dalam bermuamalah termasuk di dalamnya aktivitas ekonomi dan akuntansi.

Manusia dalam menjalani hidup membutuhkan Allah sebagai tempat bergantung (hablum minallah), juga membutuhkan sesamanya sebagai mitra dalam menjalani hidup (hablum minannas). Manusia saling membutuhkan satu sama lain dengan tujuan untuk dapat bertahan hidup dan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Salah satu aktivitas yang dilakukan manusia adalah aktivitas ekonomi. Allah juga mendorong manusia untuk melakukan aktivitas ekonomi sebagaimana Dia mendorong manusia untuk bekerja. Allah telah berfirman dalam Al Quran Surat At Taubah ayat 105 yang artinya sebagai berikut.

Dan katakanlah: “Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui akan yang gaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan. ”

Manusia tidak dapat lepas dari aktivitas perbankan dalam menjalankan berbagai aktivitasnya di abad modern sekarang ini. Menurut Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, definisi bank adalah.

Badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak;

Fungsi utama dari didirikannya bank yaitu sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat atau biasa disebut sebagai lembaga intermediary. Dalam menjalankan operasinya, bank menggunakan sistem bunga sebagai pemompa dari aliran dana masyarakat. Hal ini disebabkan landasan yang digunakannya adalah sistem ekonomi kapitalisme (Antonio, 2009).

Sistem perbankan yang ada saat ini jelas bertentangan dengan Islam. Hal ini karena digunakannya sistem bunga yang termasuk riba serta prinsip-prinsip perbankan yang landasan filosofisnya berasal dari sistem ekonomi kapitalisme. Keharaman riba sudah disebutkan Al Quran dalam Surat Al Baqarah ayat 275 yang artinya “...padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba...”. Di samping sudah disebutkan bahwa riba haram dalam Al Quran, Majelis Ulama Indonesia (MUI) juga menegaskan bahwa praktik perbankan konvensional termasuk riba. MUI telah menjelaskan bunga termasuk riba dalam Fatwa MUI Nomor 1 Tahun 2004 tentang bunga. Kutipan dari hukum bunga (interest) di dalam fatwa MUI tersebut adalah sebagai berikut.

1. Praktek pembungaan uang saat ini telah memenuhi kriteria riba yang terjadi pada zaman Rasulullah SAW, yakni riba nasi‟ah. Dengan demikian, praktek pembungaan uang termasuk salah satu bentuk riba, dan riba haram hukumnya.

2. Praktek pembungaan tersebut hukumnya adalah haram, baik dilakukan oleh Bank, Asuransi, Pasar Modal, Pegadaian, Koperasi, dan Lembaga Keuangan lainnya maupun dilakukan oleh individu.

Penerapan sistem ekonomi Islam khususnya perbankan Islam memulai babak baru sejak dicetuskan kembali gagasan bank Islam oleh cendekiawan- cendekiawan muslim. Pada tahun 1974 negara-negara yang tergabung dalam Organisasi Konferensi Islam (OKI) sepakat untuk mendirikan sebuah lembaga keuangan yang menyediakan jasa keuangan untuk negara-negara anggota OKI yang berbasis fee and profit sharing. Lembaga tersebut diberi nama Islamic Development Bank (IDB) yang didirikan di Jeddah, Arab Saudi.

Islamic Development Bank utamanya adalah bank antarpemerintah yang mempunyai tujuan menyediakan dana untuk proyek-proyek pembangunan di negara-negara anggotanya. Meskipun demikian, IDB menerapkan prinsip-prinsip Islam dalam mengelola keuangannya. Oleh karena itu, IDB dikukuhkan sebagai institusi keuangan internasional pertama yang berbasis Islam (Antonio, 2009).

Bank Islam berkembang semakin cepat seiring dengan berdirinya bank- bank Islam di berbagai negara di dunia. Negara-negara yang menyusul mendirikan bank Islam antara lain Dubai, Mesir, Sudan, Kuwait, Pakistan, Iran, Malaysia, Bangladesh, Turki hingga negara yang bukan mayoritas muslim seperti Amerika Serikat, Singapura, hingga Inggris. Bahkan Inggris bertekad untuk menjadi pusat keuangan dan perbankan Islam di dunia (republika.co.id, 2015).

Perkembangan bank Islam di Indonesia dimulai secara jelas pada tahun 1991. Hal ini ditandai dengan didirikannya bank Islam pertama di Indonesia yaitu Bank Muamalat Indonesia (BMI). Pendirian bank ini diprakarsai oleh MUI dan Perkembangan bank Islam di Indonesia dimulai secara jelas pada tahun 1991. Hal ini ditandai dengan didirikannya bank Islam pertama di Indonesia yaitu Bank Muamalat Indonesia (BMI). Pendirian bank ini diprakarsai oleh MUI dan

Indonesia merupakan satu-satunya negara yang menggunakan terminologi “syariah” daripada “Islam” secara langsung dalam istilah ekonomi. Hal ini berimbas kepada penyebutan turunan lembaga keuangan yang lain seperti asuransi syariah, pasar modal syariah, pegadaian syariah, hotel syariah, hingga pariwisata syariah. Pemilihan kata syariah ini setidaknya ada dua alasan yang melatarbelakanginya.

Dua alasan yang melatarbelakangi penggunaan kata syariah yaitu alasan historis dan legal formal. Secara historis pendirian bank syariah ini disetujui oleh Presiden Soeharto yang ketika itu Islam masih dianggap sesuatu yang radikal. Islam dikhawatirkan dapat menimbulkan konflik dan memecah belah sebagaimana kondisi awal pembentukan Pancasila pada tahun 1945. Alasan kedua yaitu alasan legal formal. Alasan historis yang telah ada mengharuskan adanya payung hukum sebagai landasan operasional bank syariah, pasar modal syariah, dan lain-lain, sehingga istilah “syariah”-lah yang dipakai sampai sekarang (Beik, 2010).

Menurut Undang-undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, bank syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah. Bank syariah menurut jenisnya dibagi menjadi dua yaitu Bank Umum Syariah (BUS) dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS). Selain BUS dan BPRS, ada juga Unit Usaha Syariah (UUS). UUS merupakan unit kerja dari kantor pusat Bank Umum Konvensional. UUS berfungsi sebagai kantor Menurut Undang-undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, bank syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah. Bank syariah menurut jenisnya dibagi menjadi dua yaitu Bank Umum Syariah (BUS) dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS). Selain BUS dan BPRS, ada juga Unit Usaha Syariah (UUS). UUS merupakan unit kerja dari kantor pusat Bank Umum Konvensional. UUS berfungsi sebagai kantor

Banyaknya jumlah BUS, UUS maupun BPRS di Indonesia belum menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap perekonomian. Hal ini disebabkan market share bank syariah dari dulu hingga sekarang hanya mencapai angka 5% saja dengan jumlah nasabah masih di bawah 10 juta orang (sindonews.com, 2015).

Gerak perkembangan ekonomi syariah yang lambat di Indonesia menurut Antonio (2015) dikarenakan adanya dualisme antara kaum ulama dan para ekonom yang sibuk di bidangnya masing-masing. Para ekonom mempunyai keahlian di bidang moneter, fiskal, dan masalah keuangan lainnya, tetapi minim mempelajari syariah. Sementara ulama hanya berfokus pada masalah akidah, ibadah, munakahat, dan jinayah, tetapi pengetahuan mengenai muamalah dan transaksi bisnis sangat minim.

Masalah dualisme ulama dan ekonom diperparah dengan kurang beraninya Indonesia mendirikan bank Islam, padahal Indonesia adalah negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia. Hal ini sangat berbeda dengan yang dilakukan Inggris. Inggris, negara yang umat muslimnya minoritas justru berani mendirikan Islamic Bank of Britain. Negara tersebut berani menyematkan secara

eksplisit kata “Islamic” pada bank yang merupakan representasi lembaga keuangan dengan sistem syariah yang mengharamkan riba di dalamnya.

Indonesia masih ketakutan dalam menyematkan kata “islam” dan hanya berani menggunakan kata “syariah”. Walaupun Bank Indonesia telah memiliki

Islamic Bank, tetapi kata tersebut masih diterjemahkan sebagai “bank syariah”. Oleh karena itu, tantangan Indonesia ke depan adalah menggerakkan bank syariah menjadi bank Islam (Antonio, 2015).

Perbankan syariah di Indonesia selain mempunyai kekurangan seperti yang dijelaskan sebelumnya, juga mempunyai keistimewaan dibandingkan dengan negara lain. Karim (2013) menyatakan bahwa Indonesia memiliki posisi strategis sebagai pemimpin pasar keuangan syariah dikarenakan empat alasan. Pertama, Indonesia mempunyai lembaga keuangan syariah dengan jumlah terbanyak di dunia. Indonesia memiliki puluhan bank syariah, puluhan asuransi syariah, ratusan BPRS, dan ribuan BMT. Kedua, Indonesia mempunyai jumlah bankir syariah terbanyak di dunia (30.000 bankir syariah bersertifikat). Ketiga, Indonesia mempunyai Dewan Pengawas Syariah (DPS) terbanyak di dunia (250 ulama bersertifikat keuangan syariah). Keempat, Indonesia mempunyai jumlah nasabah syariah terbanyak di dunia. Indonesia punya 13,5 juta nasabah perbankan syariah dan 3,5 juta nasabah asuransi syariah.

Pencapaian posisi strategis bank syariah di Indonesia menjadi istimewa karena tiga hal. Pertama, Indonesia bukan negara Islam. Kedua, Indonesia adalah negara yang demokratis dengan masyarakat yang heterogen. Ketiga, pemerintah mengambil peran Tut Wuri Handayani dalam pengembangan keuangan syariah. Hal ini berbeda dengan negara Malaysia yang mempunyai intervensi khusus terhadap bank syariahnya (Karim, 2013).

Bank syariah merupakan salah satu komponen dari ekonomi Islam yang banyak bersinggungan dengan kehidupan masyarakat. Institusi yang menjadikan agama sebagai landasan filosofi bisnisnya sudah seharusnya menampilkan identitas etik (Haniffa & Hudaib, 2007). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008), identitas mempunyai arti ciri-ciri atau keadaan khusus seseorang, dapat pula bermakna jati diri. Sementara etik didefinisikan sebagai kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak. Etik juga berarti nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat. Dengan demikian, identitas etik adalah keadaan dari suatu perusahaan yang mempunyai ciri-ciri khusus sesuai dengan etika atau akhlak yang Islami. Identitas etik ini ditampakkan melalui berbagai aspek dari perusahaan di dalam beroperasional sehari-hari maupun dalam pelaporannya.

Terdapat beberapa penelitian yang membahas aspek identitas etik bank syariah. Haniffa dan Hudaib (2007) mencoba meneliti bank Islam di negara- negara teluk Arab untuk mengetahui apakah ada ketidaksesuaian antara identitas etik yang dikomunikasikan dengan identitas etik yang ideal. Identitas etik yang dikomunikasikan yaitu berdasarkan pada informasi yang diungkapkan dalam laporan tahunan. Sementara identitas etik yang ideal yaitu pengungkapan dari informasi yang dianggap vital berdasarkan kerangka etika bisnis Islam.

Penelitian Haniffa dan Hudaib dilakukan dengan mengembangkan instrumen penelitian yaitu Ethical Identity Index (EII) yang berguna untuk memenuhi tujuan penelitian. Dari penelitian Haniffa dan Hudaib (2007) ditemukan bahwa ada enam dari tujuh bank Islam di Timur Tengah yang Penelitian Haniffa dan Hudaib dilakukan dengan mengembangkan instrumen penelitian yaitu Ethical Identity Index (EII) yang berguna untuk memenuhi tujuan penelitian. Dari penelitian Haniffa dan Hudaib (2007) ditemukan bahwa ada enam dari tujuh bank Islam di Timur Tengah yang

Penelitian dengan tema identitas etik dilakukan oleh Said, dkk pada tahun 2014. Said dkk meneliti perusahaan yang bersifat syariah ( Shari‟ah Compliant companies) di Malaysia yang jumlahnya meningkat secara ekstrem dari tahun ke tahun. Perusahaan yang bersifat syariah harus menggambarkan ketulusan dan kesungguhan dalam memenuhi nilai-nilai Islam jika ingin memenangkan persaingan dalam mendapatkan kepercayaan dan keyakinan investor muslim dan pemangku kepentingan. Penelitian tersebut mempunyai tujuan untuk mengukur sejauh mana identitas etik perusahaan (Corporate Ethical Identity-CEI) yang sedang dibangun oleh perusahaan yang bersifat syariah di Malaysia.

Hasil dari penelitian Said dkk (2014) menunjukkan bahwa tingkat identitas etik yang dikomunikasikan dalam laporan tahunan perusahaan yang bersifat syariah untuk akhir tahun 2008 relatif rendah dengan rata-rata 23,66%. Secara keseluruhan, temuan penelitian menunjukkan bahwa perusahaan- perusahaan yang bersifat syariah mengungkapkan lebih banyak identitas etik yang dikomunikasikan dari tema yang pertama (filosofi dan nilai-nilai yang mendasari).

Selain itu, pada tahun yang sama, temuan menunjukkan bahwa dimensi pembangunan dan tujuan sosial mempunyai pengaruh yang paling banyak terhadap identitas etik perusahaan yang bersifat syariah.

Bank syariah dalam menjalankan kegiatan operasionalnya tidak terlepas dari praktik akuntansi. Akuntansi adalah serangkaian proses dari kegiatan pencatatan, pengklasifikasian, pengolahan, penyajian data, transaksi serta kejadian yang berhubungan dengan keuangan (Kieso, Weygandt, & Warfield, 2012). Informasi hasil olahan akuntansi ditujukan kepada pihak-pihak yang berkepentingan seperti manajer, investor, pemerintah, karyawan, hingga masyarakat umum. Tujuan dari penyampaiannya adalah sebagai pertimbangan bagi pemakai informasi tersebut dalam pengambilan keputusan. Akuntansi juga disebut sebagai bahasa bisnis karena kemampuannya untuk mengkomunikasikan informasi keuangan dari sebuah organisasi.

Output dari ilmu akuntansi adalah laporan keuangan dan laporan tahunan. Laporan tahunan (annual report) adalah laporan yang menyeluruh tentang perkembangan dan pencapaian suatu perusahaan dalam satu tahun. Laporan tahunan biasanya memuat laporan keuangan dan laporan dalam bentuk narasi dari pihak manajemen. Laporan keuangan (financial report) adalah catatan informasi keuangan suatu perusahaan pada suatu periode akuntansi yang dapat digunakan untuk menggambarkan kinerja perusahaan tersebut. Laporan keuangan mempunyai lima komponen yang membangunnya. Lima komponen tersebut antara lain laporan neraca, laporan laba rugi komprehensif, laporan perubahan Output dari ilmu akuntansi adalah laporan keuangan dan laporan tahunan. Laporan tahunan (annual report) adalah laporan yang menyeluruh tentang perkembangan dan pencapaian suatu perusahaan dalam satu tahun. Laporan tahunan biasanya memuat laporan keuangan dan laporan dalam bentuk narasi dari pihak manajemen. Laporan keuangan (financial report) adalah catatan informasi keuangan suatu perusahaan pada suatu periode akuntansi yang dapat digunakan untuk menggambarkan kinerja perusahaan tersebut. Laporan keuangan mempunyai lima komponen yang membangunnya. Lima komponen tersebut antara lain laporan neraca, laporan laba rugi komprehensif, laporan perubahan

Menurut Thomas (1997) laporan tahunan adalah sebuah dokumen yang kontroversial. Laporan tahunan mempunyai audiens yang beragam, seperti stockholder dan komunitas keuangan. Laporan tahunan juga mempunyai tujuan yang bervariasi, mulai dari pertanyaan penatalayanan hingga promosi langsung dari perusahaan (Hill & Knowlton dalam Thomas, 1997). Sementara menurut Vergoossen (1993), pengguna utama dari laporan tahunan antara lain shareholder, bankir, dan analis investasi.

Bazerman et al, (2002) menyatakan bahwa laporan tahunan telah lama dikenal tidak lengkap dan tidak mewakili “kebenaran” dari laporan masa lalu. Namun, sebuah perusahaan terutama yang telah go public seharusnya menyajikan laporan tahunan yang mempunyai akuntabilitas yang tinggi. Melalui laporan tahunan, perusahaan akan berkomunikasi dengan audiensnya. Selain itu, penyajian laporan tahunan bertujuan untuk membentuk citra yang bagus di mata masyarakat.

Penelitian terdahulu terkait identitas etik yang dilakukan oleh Haniffa dan Hudaib (2007) serta Said dkk (2014) merupakan penelitian dengan metode komparatif dan kuantitatif. Penelitian yang dilakukan dengan metode tersebut kurang mampu untuk mengungkapkan makna di balik identitas etik serta laporan tahunan perusahaan secara mendalam. Di Indonesia, penelitian dengan tema identitas etik belum banyak dilakukan padahal Indonesia mempunyai bank syariah terbanyak di dunia. Oleh karena itu, penelitian ini mencoba mengangkat tema identitas etik dikaitkan dengan kondisi bank syariah di Indonesia.

Penelitian ini dimaksudkan untuk memahami dan menganalisis nilai-nilai identitas etik yang terkandung dalam laporan tahunan serta media yang lain seperti situs web dan publikasi lain dari bank syariah. Objek yang diteliti adalah PT Bank Muamalat Indonesia yang merupakan bank syariah pertama di Indonesia. Bank Muamalat didirikan pada tanggal 1 November 1991 dan mulai beroperasi tanggal 1 Mei 1992.

Bank Muamalat mempunyai tagline “pertama murni syariah” karena satu-satunya bank di Indonesia yang lahir bukan dari bank umum. Ketika terjadi krisis moneter tahun 1998, bank ini terbukti mampu bangkit dari keterpurukan yang menimpa industri perbankan di Indonesia. Dengan segala prestasinya hingga sekarang, Bank Muamalat banyak mendapatkan penghargaan baik dari dalam maupun luar negeri.

Fokus yang membedakan penelitian ini dengan penelitian yang sudah ada yaitu pada penggalian makna identitas etik. Topik tersebut merupakan topik yang berkaitan dengan aspek kultural lebih-lebih keagamaan sehingga lebih sesuai dilakukan dengan pendekatan kualitatif. Penelitian ini bukan didasarkan pada anggapan realita yang berada di luar sana dan bebas dari pikiran manusia (ontologi realisme) melainkan sebagai mental construct yaitu realita yang terbentuk di dalam pikiran manusia (ontologi idealisme).

Penelitian ini dilakukan dalam paradigma interpretif atas dasar ontologi idealisme yang digunakan. Paradigma interpretif adalah sebuah cara pandang yang bertolak pada tujuan untuk memahami dan menjelaskan dunia sosial dari kacamata subjek peneliti yang terlibat di dalamnya. Penelitian ini menggunakan Penelitian ini dilakukan dalam paradigma interpretif atas dasar ontologi idealisme yang digunakan. Paradigma interpretif adalah sebuah cara pandang yang bertolak pada tujuan untuk memahami dan menjelaskan dunia sosial dari kacamata subjek peneliti yang terlibat di dalamnya. Penelitian ini menggunakan

1.2. Rumusan Masalah

Penelitian mengenai nilai-nilai identitas etik bank syariah yang ada di Indonesia masih jarang dilakukan, apalagi penelitian dengan memfokuskan makna dalam laporan tahunan. Laporan tahunan bank syariah tidak hanya menampilkan angka-angka ekonomi saja, aspek-aspek non-ekonomi pun dilampirkan. Hal ini berarti laporan tahunan menyimpan banyak pesan yang ingin disampaikan kepada pembaca dalam bentuk tanda-tanda (signs). Di samping itu, akuntansi bukan hanya ilmu yang berisi angka saja, tetapi juga menjadi media komunikasi yang dapat menyampaikan informasi kepada pembaca tentang seluk-beluk perusahaan.

Bank syariah sebagai lembaga keuangan yang mempunyai landasan filosofis Islam berbeda dengan bank konvensional. Bank syariah berusaha untuk menggambarkan realitas islami seutuhnya dalam laporan tahunannya.

Penelitian akuntansi pada umumnya meneliti aspek-aspek ekonomi yang ada dalam laporan tahunan daripada aspek-aspek non-ekonomi, seperti aspek kinerja keuangan, manajemen laba, audit delay, dan sebagainya. Penelitian ini menjadi menarik karena berusaha menganalisis realitas non-ekonomi yaitu nilai- nilai identitas etik yang ada di laporan tahunan bank syariah. Oleh sebab itu, penelitian ini berusaha untuk menjawab pertanyaan penelitian sebagai berikut.

1. Apakah bank syariah menyajikan laporan tahunan yang sesuai dengan identitas etik yang ideal?

2. Bagaimana bank syariah mengungkapkan informasi identitas etik dalam laporan tahunan?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk:

1. Menganalisis dan memahami apakah bank syariah dalam menyajikan laporan tahunan sudah sesuai dengan identitas etik yang ideal.

2. Menganalisis dan memahami bank syariah dalam mengungkapkan informasi identitas etik dalam laporan tahunan.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memiliki kegunaan yaitu

1. Bagi ilmu pengetahuan, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pada wacana, perkembangan teori serta dapat menjadi salah

satu referensi bagi pengembangan penelitian selanjutnya. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai penelitian kualitatif agar penelitian akuntansi selanjutnya tidak hanya terbatas pada penelitian kuantitatif.

2. Bagi perusahaan, data yang ada dapat dijadikan sebagai acuan bagi perusahaan dalam menampilkan identitas etik mereka sebagai bank syariah.

3. Bagi para shareholder, investor dan kreditur, maupun masyarakat, penelitian ini diharapkan mampu memberikan masukan dalam mempertimbangkan informasi yang terkandung dalam annual report untuk pengambilan keputusan investasi dan kredit serta khususnya informasi mengenai identitas etik.

1.5. Sistematika Penulisan

Penelitian ini disusun menggunakan metode kualitatif dengan analisis semiotika. Penelitian ini terdiri atas lima bab yang disusun secara deskriptif. Susunan masing-masing bab adalah sebagai berikut. BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini berisi latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisi penjelasan tentang landasan teori yang berkaitan dengan perbankan syariah, identitas etik, laporan tahunan, dan semiotika, penelitian-penelitian terdahulu yang sejenis, serta kerangka pemikiran.

BAB III : METODE PENELITIAN Bab ini menjelaskan tentang desain penelitian, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data, objek penelitian, serta analisis data kualitatif yang digunakan.

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini berisi penjelasan profil singkat Bank Muamalat, pembahasan pengungkapan identitas etik dari Bank Muamalat serta kesesuaiannya dengan identitas etik yang ideal.

BAB V : PENUTUP Bab ini menjelaskan simpulan penelitian, keterbatasan penelitian, serta saran baik bagi Bank Muamalat maupun bagi penelitian selanjutnya sebagai solusi atas keterbatasan penelitian ini.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Konsep Perbankan Syariah

Perbankan syariah atau perbankan Islam (Islamic banking) merupakan sebuah sistem perbankan yang pelaksanaannya berdasarkan syariat (hukum Islam). Pembentukan sistem ini berlandaskan adanya larangan riba dan aktivitas investasi yang tidak halal. Larangan riba yang dimaksud terdapat dalam praktik utang piutang di bank yang mengenakan bunga pinjaman (interest). Selain itu, investasi yang dilakukan oleh bank konvensional tidak memandang apakah dibolehkan atau dilarang oleh syariat. Contohnya bank konvensional yang dapat memberikan dana investasi kepada usaha yang berkaitan dengan produksi makanan atau minuman haram, usaha media atau hiburan yang tidak Islami, dan sebagainya (Arifin, 2009).

Prinsip-prinsip Islam dalam perbankan telah diterapkan dalam sejarah perekonomian Islam. Namun, upaya penerapan kembali prinsip Islam di perbankan dimulai kembali pada akhir abad ke-20. Hal ini ditandai dengan berdirinya bank-bank Islam yang menerapkan hukum Islam bagi lembaga- lembaga komersial swasta atau semi-swasta dalam komunitas muslim di dunia (Rammal & Zurbruegg, 2007).

Menurut Antonio (2009) bank syariah mempunyai sisi persamaan juga perbedaan dengan bank konvensional. Persamaannya terlihat dalam hal-hal teknis Menurut Antonio (2009) bank syariah mempunyai sisi persamaan juga perbedaan dengan bank konvensional. Persamaannya terlihat dalam hal-hal teknis

2.1.1.1. Akad dan Aspek Legalitas

Akad (perjanjian/kontrak) yang dilakukan bank syariah mempunyai konsekuensi duniawi maupun ukhrawi. Akad di bank syariah tersebut dilakukan berdasarkan hukum Islam. Hal ini berbeda dengan kontrak di bank konvensional yang mempunyai konsekuensi hukum positif saja. Seringkali nasabah bank konvensional berani melanggar kesepakatan/perjanjian yang telah dibuat. Namun, tidak akan terjadi demikian bila perjanjian tersebut mempunyai pertanggungjawaban hingga hari kiamat nanti.

2.1.1.2. Lembaga Penyelesai Sengketa

Perbedaan atau perselisihan yang terjadi antara bank syariah dengan nasabahnya tidak diselesaikan di peradilan negeri melainkan diselesaikan sesuai tata cara dan hukum materi syariah. Lembaga yang dapat menyelesaikan perselisihan tersebut adalah Badan Arbitrase Muamalah Indonesia (BAMUI). BAMUI merupakan lembaga yang didirikan oleh Kejaksaan Agung Republik Indonesia bersama Majelis Ulama Indonesia.

2.1.1.3. Struktur Organisasi

Bank syariah mempunyai sisi persamaan juga perbedaan dalam hal struktur organisasi dengan bank konvensional. Contoh persamaannya terdapat dalam struktur komisaris dan direksi. Sementara perbedaan mendasar struktur organisasi bank syariah yaitu adanya struktur Dewan Pengawas Syariah (DPS) bagi masing-masing bank syariah dan Dewan Syariah Nasional (DSN) yang ada di tingkat nasional. DPS dan DSN mempunyai tugas yang sama yaitu mengawasi operasional dan produk-produk bank syariah agar sesuai dengan prinsip syariah.

2.1.1.4. Usaha yang Dibiayai

Sebuah keharusan bagi bank syariah adalah menyaring bisnis atau usaha yang didukung dan dibiayainya. Bank syariah tidak boleh membiayai usaha yang terkandung di dalamnya hal-hal yang diharamkan. Prinsip-prinsip usaha yang dibiayai antara lain objek pembiayaannya harus halal, tidak boleh menimbulkan kemudaratan bagi masyarakat, bukan kegiatan mesum/asusila, bukan kegiatan perjudian, dan tidak berpotensi merugikan syiar Islam.

2.1.1.5. Lingkungan Kerja

Bank syariah seharusnya mempunyai lingkungan kerja yang sejalan dengan syariah. Bank syariah harus meneladani sifat dari Rasulullah yang berupa sidik, amanah, tablig dan fatanah. Seluruh karyawan bank syariah harus mencerminkan integritas eksekutif muslim yang baik dengan berkata jujur (sidik) dan dapat dipercaya (amanah). Selain itu, para karyawan bank syariah juga harus skillful dan profesional (fatanah) dan mampu bekerja sama tim dalam menyebarkan informasi yang merata baik internal maupun eksternal organisasi.

Perbedaan bank syariah dengan bank konvensional selain yang telah dijelaskan dalam paragraf sebelumnya juga dirangkum dalam tabel 2.1. berikut.

Tabel 2.1. Perbandingan Bank Syariah dengan Bank Konvensional

Bank Syariah Bank Konvensional

1. Melakukan investasi-investasi yang halal Investasi yang halal dan haram saja

2. Berdasarkan prinsip bagi hasil, jual beli, Menggunakan perangkat bunga atau sewa

3. Profit dan falah (kebahagiaan di dunia Profit oriented dan akhirat) oriented

4. Hubungan dengan nasabah dalam bentuk Hubungan dengan nasabah kemitraan

dalam bentuk debtor-creditor

5. Penghimpunan dan penyaluran dana Tidak terdapat dewan sejenis harus sesuai dengan fatwa DPS Sumber: Antonio (2009)

2.1.2. Konsep Identitas Etik

Identitas etik yang dimaksud dalam penelitian ini adalah identitas etik yang berdasarkan aturan Islam. Oleh karena istilah ini terdiri atas gabungan beberapa kata maka berikut ini akan dijelaskan pengertian dari masing-masing kata juga ketika kata-kata tersebut digabungkan.

Kata identitas dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) diartikan sebagai ciri-ciri khusus seseorang atau jati diri. Identitas juga dapat ditafsirkan sebagai adanya kesamaan yang mutlak atau sebuah kesatuan. Suatu keadaan atau fakta bahwa seseorang atau suatu benda merupakan dirinya sendiri dan bukan sesuatu yang lain dinamakan identitas.

Etik merupakan kumpulan asas atau nilai yang berkaitan dengan akhlak. Kata etik juga mengacu pada nilai mengenai benar dan salah yang dianut oleh suatu golongan atau masyarakat (KBBI, 2008). Apabila kata etik ini diberi akhiran

-a sehingga menjadi etika maka ia akan berarti sebuah ilmu. Oleh karena itu, etika didefinisikan sebagai sebuah ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral atau akhlak (KBBI, 2008).

Menurut Khan (2009), Islam menempatkan kepentingan utama kepada nilai etika dalam segala aspek kehidupan manusia. Dalam Islam, etika juga mengarah kepada semua aspek yang ada dalam hidup. Norma-norma, etika dan kode moral yang dianut dalam Islam berasal dari ayat-ayat suci Al Quran dan Hadis Nabi Muhammad Saw. Prinsip-prinsip moral, etika dan norma tersebut berjumlah sangat banyak, jangkauannya luas dan komprehensif.

Sistem etika Islam berbeda dari sistem etika sekuler. Kata sekuler mempunyai arti bersifat duniawi atau memisahkan agama dari kehidupan. Paham atau pandangan yang meyakini bahwa moralitas tidak perlu didasarkan kepada ajaran agama disebut sekularisme. Dengan demikian sistem etika sekuler didefinisikan sebagai sebuah cabang dari filsafat moral yang bukan diambil dari wahyu supranatural dari Tuhan melainkan hanya mendasarkan etika kepada kemampuan manusia yaitu logika, alasan atau intuisi moral.

Identitas etik merupakan gabungan dari dua kata yaitu identitas dan etik yang sudah dijelaskan di bagian sebelum ini. Dari penjelasan masing-masing kata tersebut dapat disimpulkan bahwa identitas etik mempunyai arti keadaan dari suatu perusahaan yang mempunyai ciri-ciri khusus sesuai dengan etika atau akhlak yang Islami. Identitas etik ini ditampakkan melalui berbagai aspek dari perusahaan di dalam beroperasional sehari-hari maupun dalam pelaporannya.

Menurut Haniffa dan Hudaib (2007), identitas etik bank syariah ditandai dengan lima ciri-ciri atau karakter. Kelima karakteristik tersebut antara lain:

1. Islam sebagai filsafat dan nilai-nilai dasar;

2. penyediaan produk dan jasa yang bebas bunga;

3. pembatasan penawaran transaksi-transaksi yang diterima secara islami;

4. fokus pada tujuan-tujuan pembangunan dan sosial; dan

5. ulasan dari Dewan Pengawas Syariah. Bank syariah sebagai lembaga ekonomi dan sosial harus menggambarkan kelima aspek kekhasan tersebut. Kekhasan identitas etik yang didasarkan dari syariah dan etika bisnis harus tercermin dalam pelaksanaan kegiatan operasional maupun pelaporan bank syariah. Fitur-fitur khas inilah yang membentuk tolok ukur identitas etik yang ideal. Tolok ukur ini akan digunakan dalam mengevaluasi sejauh mana identitas etik yang sudah ditampilkan oleh perbankan syariah. Deskripsi dari masing-masing karakteristik khas identitas etik dari perbankan syariah tersebut dijelaskan dalam paragraf berikut ini.

2.1.2.1. Islam sebagai Filsafat dan Nilai-nilai Dasar

Karakteristik atau sifat khas yang pertama ini dapat digali maknanya dari tiga aspek. Aspek-aspek tersebut antara lain visi dan misi bank syariah, kover laporan tahunan, serta foto dan profil direksi bank syariah. Haniffa dan Hudaib (2007) mengungkapkan bahwa setidaknya karakteristik Islam sebagai filsafat dan nilai-nilai dasar harus tercermin dari tiga aspek tersebut dalam laporan tahunan bank syariah.

2.1.2.2. Penyediaan Produk dan Jasa yang Bebas Bunga

Landasan bank syariah berbeda dengan landasan bank konvensional yang berdasarkan sistem bunga. Bank syariah harus mencegah praktik bunga karena bunga termasuk riba dan riba dilarang dalam Islam. Sebagai konsekuensinya, variasi instrumen keuangan yang dibangun oleh bank syariah harus berdasarkan dua prinsip yaitu prinsip bagi hasil-bagi rugi (profit and loss sharing) serta prinsip margin keuntungan (mark up). Selain itu, produk bank syariah baik dari segi nama maupun deskripsinya harus mencakup identitas etik bank syariah.

2.1.2.3. Pembatasan Penawaran Transaksi-transaksi yang Diterima Secara Islami

Bank syariah harus lebih jauh dari sekadar menawarkan produk yang bebas bunga. Bank syariah harus hanya membiayai proyek-proyek atau produk- produk yang diizinkan (halal) dan menghindari aktivitas yang tidak disukai dalam Islam. Aktivitas yang tidak boleh dibiayai bank syariah antara lain aktivitas yang mengandung ribawi (unsur bunga), maysir (unsur judi), gharar (unsur ketidakjelasan), dzalim (unsur aniaya) serta investasi tidak halal seperti narkoba, babi, minuman keras, dan barang terlarang lain dalam Islam.

2.1.2.4. Fokus pada Tujuan-tujuan Pembangunan dan Sosial

Bank syariah diharapkan mempunyai tanggung jawab sosial yang lebih besar daripada bank konvensional. Hal ini karena Islam merupakan agama yang tidak mengurusi aspek ibadah ritual saja tetapi juga menekankan kepada keadilan sosial. Karakteristik identitas etik keempat ini harus diungkapkan dalam tiga aspek yaitu tanggung jawab bank syariah atas dana zakat, dana sedekah dan dana kebajikan (qardhul hasan).

2.1.2.5. Ulasan dari Dewan Pengawas Syariah (DPS)

Semua bank syariah memiliki Dewan Pengawas Syariah (DPS). DPS berperan untuk memastikan bahwa setiap formulasi (produk) baru dan praktiknya dilakukan bank syariah sesuai dengan prinsip-prinsip syariah dan dalam lingkup norma-norma Islam. Dengan kata lain, DPS bertindak sebagai mekanisme pengendalian internal. Karakteristik identitas etik yang kelima ini harus diungkapkan dalam tiga aspek berikut yaitu foto dan profil DPS, laporan yang ditandatangani DPS dan aktivitas yang dilakukan DPS.

2.1.3. Konsep Laporan Tahunan

Laporan tahunan (annual report) merupakan laporan hasil perkembangan dan pencapaian yang telah berhasil diraih perusahaan. Laporan tersebut biasanya dilaporkan dalam periode satu tahun kalender. Isi dari laporan tahunan meliputi laporan keuangan (ekonomi) dan prestasi dari kinerja perusahaan serta laporan naratif lain nonkeuangan (non-ekonomi) selama satu tahun.

Tujuan dari pelaporan keuangan menurut Ikatan Akuntan Indonesia yang disingkat IAI (2013) dalam Standar Akuntansi Keuangan yaitu menyediakan informasi yang berkaitan dengan posisi keuangan, kinerja, dan perubahan posisi keuangan suatu entitas. Informasi ini diharapkan dapat bermanfaat bagi sebagian besar pemakai laporan tersebut dalam pengambilan keputusan ekonomi. Keputusan ini mencakup keputusan untuk menahan atau menjual investasi pemiliknya dalam entitas, atau keputusan untuk mengangkat kembali atau bahkan mengganti manajemen.

Esensi dari pelaporan keuangan adalah sebuah proses pengkomunikasian dari informasi. Selain kesuksesan dari komunikasi ini tergantung pada kewajaran dari prinsip-prinsip akuntansi yang diikuti juga tergantung pada tingkatan dari pemahaman pembaca dari laporan keuangan. Komunikasi tersebut juga tergantung pada keluasan dan kejelasan dari presentasi dan pengungkapan dari laporan keuangan.

Laporan keuangan diaudit oleh akuntan independen untuk tujuan peningkatan kepercayaan kehandalan pembuat laporan keuangan. Beberapa pelaporan keuangan dikeluarkan oleh manajemen di luar laporan keuangan yang diaudit, atau ditinjau tetapi tidak diaudit oleh akuntan independen atau tenaga ahli lainnya. Beberapa laporan yang lain bahkan dikeluarkan oleh manajemen tanpa audit dan ditinjau ulang oleh orang di luar perusahaan (FASB, 2008).