Kerjasama Indonesia Cina di Bidang Ekono

MAKALAH
Kerjasama Indonesia dengan Cina dalam Bidang Ekonomi Sektor Pertanian
Diajukan dalam rangka pemenuhan tugas makalah Hubungan Internasional

Disusun oleh:
Kelompok I
Kelas E
Iqsan Dinata
M.Anwar Adhitama
Intan Permatasari
Anifah Khoirun Nisa
Nonik Dwi P.

ILMU ADMINISTRASI PUBLIK
FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2014

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmat dan hidayah-Nya, sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Kerjasama Indonesia Cina Bidang Ekonomi Pada Sektor Pertanian”. Makalah ini
diajukan untuk memenuhi tugas yang diberikan dalam mata kuliah Hubungan
Internasioanl. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini tidak
terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak oleh karena itu, penulis
menyampaikan ucapan terimakasih kepada seluruh pihak yang telah membantu
hingga terseelesaikannya makalah ini.
Dalam kesempurnaan makalah ini, saran dan kritik yang sifatnya
membangun sangat penulis harapkan. Semoga makalah ini bermanfaat dan dapat
memberikan sumbangan yang berarti bagi pihak yang membutuhkan.
Penulis

ii

DAFTAR ISI
NO. HALAMAN..................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI......................................................................................................... iii
Bab I Pendahuluan.................................................................................................1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................3
1.3 Tujuan Penulisan .........................................................................................3
Bab II Kajian Pustaka ...........................................................................................4
2.1 Kebijakan Publik ..........................................................................................4
2.2 Kebijakan Luar Negeri .................................................................................4
2.2 Kerjasama Indonesia Cina............................................................................5
2.2 Kerjasama Bilateral Indonesia Cina .............................................................7
Bab III Pembahasan ............................................................................................10
3.1 Kerjasama Bilateral Indonesia Cina...........................................................10
3.2 Damapak Kejasama Indonesia CIna ..........................................................19
Bab III Penutup....................................................................................................20
4.1 Kesimpulan ...............................................................................................20
4.2 Saran .........................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................21

iii

1.1 Latar Belakang

B


BI

A

PENDAHULUAN
Di era globalisasi seperti sekarang ini persaingan di dunia akan semakin
ketat. Persaingan dari segi ekonomi ideologi dan keamanan makin gencar
terjadi. Ukuran pertumbuhan/ perkembangan suatu negara akan berbeda
dengan negara lain. Faktor yang sangat mempengaruhi adalah ketersediaan
sumber daya manusia dan sumber daya alam. Untuk sumber daya alam
merupakan sebuah kekayaan yang sudah ada, sedangkan untuk sumberdaya
manusia perlu untuk membangun atau melakukan pembentukan untuk
masing-masing negara yang berbeda.
Cina merupakan negara yang berada di Asia timur dan berbatasan
dengan negara negara seperti Jepang, India, Pakistasn, Uzbekistan. Dengan
julukan negara yang memiliki kepadatan penduduk tertinggi di dunia, dan
wilayahnya yang sangat luas. Kegiatan penduduknya yang terpusat pada
perdagangan, industri, dan berbagai pelayanan jasa, dikenal sebagai
masyarakat yang gigih, ulet dan pantanag menyerah. Perkembangan dan

pertumbuhan ekonomi Cina yang terus mengalami perkembangan ke arah
yang lebih baik membuat negara ini menjadi salah satu tolak ukur ekonomi
dunia.
Selanjutnya tentang Indonesia, negara yang memiliki posisi strategis
dan kekayaan alam yang melimpah serta sejarahnya yang panjang. Bagian
dari negara berkembang di kawasan ASEAN. Dengan jumlah penduduk yang
besar dan bisa dikatakan rendah dalam sisi SDM. Kekayaan alam yang
melimpah tidak semerta-merta bisa menjadikan Indonesia sebagai negara
Maju, karena dalam sistem pengelolaannya masih lemah. Dalam artian bahwa
Indonesia sampai saat ini baru bisa melakukan penggalian/eksploitasi
tambang tanpa mengolahnya menjadi barang jadi.
Melihat gambaran umum antara Cina dan Indonesia, dalam melakukan
kegiatan ekonomi pada suatu negara dua unsur yakni SDA dan SDM sangat
diperlukan. Ada negara dengan SDA yang melimpah tetapi tidak bisa
mengolahnya karena tingkat SDM yang rendah, dan ada yang sebaliknya

1

2


negara dengan tingkat SDM tetapi tidak memiliki SDA yang melimpah.
Hubungan kerjasama antarnegara antara yang membutuhkan SDM dan yang
membutuhkan SDA telah lama terjalin. Fenomena diatas identik SDM tinggi
berada pada negara maju sedangkan SDA yang melimpah berada di negara
berkembang. Tidak ada negara yang mampu memenuhi kebutuhan negaranya
tanpa ada bantuan dari negara lain. Seperti yang telah diketahui, tiap negara
mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing.
Timbul adanya rasa saling membutuhkan antara keduanya, oleh sebab
itu rasa saling membutuhkan tersebut dapat dijangkau dengan adanya
hubungan/kerjasama bilateral/multirateral negara-negara. Kita ambil contoh
hubungan kerjasama yang dilakukan antara Cina dan Indonesia. Bntukbentuk kerjasama yang dilakukan baik dari segi ekonomi, sosial dan budaya
serta keamanan menjadi isu penting. Dari sisi ekonomi hubungan Indonesia
Cina adalah saling ketergantungan, Cina membutuhkan bahan mentah sebagai
alat produksi yang tentunya didapat dari ekspor yang dilakukan Indonesia.
Sedangkan Indonesia dengan jumlah penduduk yang besar dan kebutuhan
penduduknya yang besar pula belum bisa memenuhi kebutuhan secara
mandiri.
Kerjasama Indonesia dan China dalam memenuhi kebutuhan negara
salah satunya berupa kerjasama di bidang pertanian. Kerjasama yang
termasuk dalam bidang pertanian antara lain: perkebunan, perikanan,

kehutanan, tanaman pangan, dan hortikultura. Dalam bidang pertanian, antara
Indonesia dan China telah terbrntuk forum kerjasama bilateral di bidang
pertanian yang diharpkan mampu menjembatani kebutuhan kedua negara
seperti dalam hal pertukaran teknologi, kerjasama dalam pengembangan riset
dan penelitian bidang pertanian ataupun kepentingan pengembangan
agrobisnis seperti peningkatan ekspor-impor produk-produk pertanian kedua
negara. Oleh sebab itu dilakukan impor barang jadi dari Cina, dengan harga
yang rendah sesuai dengan kemampuan penduduk Indonesia umumnya.
Kerjasama ekonomi yang dilakukan juga mencakup pada bidang pertanian.
Dari fenomena diatas kami tertarik membahas tentang hubungan kerjasama
ekonomi antara Indonesia dan Cina. Kerjasama ekonomi merupakan suatu isu

3

yang paling banyak dibicarakan, dan umumnya kerjasama dilakukan berawal
dari sisi ekonomi untuk kemudian berlanjut pada bidang-bidang yang lain.
Dengan mengambil judul “
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana kerjasama bilateral Indonesia dengan Cina di bidang ekonomi
dan perdagangan pada sektor pertanian?

2. Apa dampak dari kerjasama Indonesia dengan China (Tiongkok) di bidang
ekonomi pada sektor pertanian
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui sejauh mana kerjasama kedua negara di bidang
ekonomi dan perdagangan pada sektor pertanian
2. Agar kita mengetahui dampak yang ditimbulkan dari kerjasama antara
Indonesia dan Cina

BAB II KAJIAN
PUSTAKA
2.1 Kebijakan Publik
Kebijakan publik dapat diartikan sebagai sesuatu yang dibuat oleh pemerintah
yang berupa tindakan-tindakan pemerintah. Kebijakan publik baik untuk
melakukan

atau

tidak

meiakukan


sesuatu

itu

mempunyai

tujuan

tertentu.Kebijakan publik adalah kebijakan yang ditujukan untuk kepentingan
masyarakat.
1. Jenis-jenis Kebijakan Publik.
James

E.

Anderson

(1970)


dalam

Riant

Nugroho

(2008:

197)

pengelompokkan jenis-jenis kebijakan publik sebagai berikut:
Substantive and Procedural Policies
a. Distributive, Redistributive, and Regulatory Policies
b. Material PolicyPublic Goods and Private Goods Policies
2. Tingkat-tingkat Kebijakan Publik
Mengenai tingkat-tingkat kebijakan publik ini, Lembaga Administrasi Negara
(1997), mengemukakan sebagai berikut:
a. Lingkup Nasional
1. KebijakanNasional : UUD, Ketetapan MPR, Undang-undang (UU),
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang (PERPU).

2. Kebijakan Umum : Peraturan Pemerintah (PP), Keputusan Presiden
(KEPPRES), Instruksi Presiden (INPRES).
3. Kebijakan Pelaksanaan merupakan penjabaran dari kebijakan umum sebagai
strategi pelaksanaan tugas di bidang tertentu.
b. Lingkup Wilayah Daerah
1. Kebijakan Umum : Peraturan Daerah (PERDA) Provinsi dan PERDA
Kabupaten/Kota.
2. Kebijakan Pelaksanaan
2.2 Kebijakan Luar Negeri
Kebijakan luar negeri menurut Breuning (2007) merupakan jalan untuk
mengerti perilaku suatu negara terhadap negara lain ataupun lingkungan

4

5

internasional. Dalam perkembangannya sendiri kebijakan luar negeri tidak hanya
berbicara tentang masalah perang. Ketika awal studi ini ada memang
dilaterbelakangi


oleh

peristiwa

Perang

Dunia

Kedua.

Namun

seiring

perkembangan zaman perang kemudian tidak lagi menjadi perhatian utama dalam
kebijakan luar negeri. Banyak faktor kemudian mempengaruhi seperti ekonomi,
budaya, feminisme, dan faktor-faktor lain. Selain itu kemunculan berbagai aktor
baru membuat kebijakan luar negeri yang dirancang dan diputuskan akan semakin
kompleks. Sebagai contoh adalah munculnya jaringan teroris Al-Qaeda.
Fenomena ini membuat negara mau tidak mau harus menaruh organisasi ini
sebagai pertimbangan dalam kebijakan luar negerinya. Negara kemudian tidak
hanya menjadi aktor tunggal dalam kancah politik internasional, NGO dan MNC
terus berkembanng dan mempengaruhi perilaku negara.
Breuning (2004) juga mengutarakan analisisnya terhadap masa depan kebijakan
luar negeri. Yang pertama adalah bidang ini akan membalikkan perhatian kepada
ranah yang lebih luas dari subyek yang sebelumnya berfokus sempit dari
pembuatan keputusan. Kemudian, yang kedua ia meganggap analisis kebijakan
luar negeri akan menguntungkan bagi usaha pada pemahaman hubungan antara
berbagai macam hambatan pada penelitian. Kemudian yang ketiga analisis
kebijakan luar negeri akan menguntungkan jika peneliti melakukan berbagai
macam strategi penelitian, seperti studi kasus, metode statistik, model matematis,
dan studi pengalaman. Disini Breuning menekankan peran penting para ilmuwan
untuk terus mengembangkan pemikirannya agar analisis kebijakan luar negeri
tetap relevan dalam era kekinian.Yang terakhir adalah analis kebijakan luar negeri
harus dapat membantu mencapai bahasa dan lingkungan dari para ahli yang akan
memfasilitasi penilaian dari ranah kasus yang lebih besar.
2.3 China
RRC merupakan Negara dengan jumlah penduduk nomor satu di bumi,
karena luas wilayahnya yang sangat luas. RRC merupakan Republik Komunis
yang beribukota di Beijing.
1) Luas Wilayah : 9.600.000 KM2.
http://sejarah-andychand.blogspot.com/2012/06/letak-geografis-negaracina.html

2) Letak
a) Letak Astronomis : 180 LU – 540 dan 750 – 1350 BT.
b) Letak Geografis :
 Sebelah utara berbatasan dengan Mongolia dan Rusia.
 Sebelah timur berbatasan dengan Kore dan Jepang.
 Sebelah Selatan berbatasan dengan Myanmar, Los dan Vietnam.
 Sebelah barat berbatasan barat berbasan dengan Paristan dan India.
Penduduk
3) Kuantitas Penduduk
a) Jumlah Penduduk : 1,349,585,838 jiwa
b) Rasio : 19% dari Jumlah Penduduk Dunia
c) Pertumbuhan penduduk negara ini adalah 0,8% setiap tahun.
d) Sebagaian besar penduduk tinggal di wilayah pedesaan.
e) Komposisi penduduknya termasuk dalam kategori stasioner
4) Kualitas Penduduk
a) Pendidikan penduduknya sebagian besar sudah tamat SLTA.
b) Angka harapan hidup penduduknya adalah 71 tahun
c) Penduduknya mempunyai pendapatan perkapita US$ 3. 950.
5) Perekonomian
Mata pencaharian penduduknya sebagian besar pada sektor industry :
a) Pertanian
 Sektor pertanian sudah dikerjakan dengan menggunakan teknologi
tinggi.
 Daerah pertaniannya meliputi: Padi di selatan Peg. Qinling,
Guangdong, Guangxi dan Yunnan. Gandum di sekitar S. Huang dan
Cekungan Tarim.
 Hasil pertaniannya terdiri dari: Padi, gandum, kapas, jagung, murbei,
bit gula dan tebu.
b) Peternakan
 Daerah

peternakannya

Pertambangan.

meliputi:

Cina

Utara

dan

Barat.

 Daerah pertambangan meliputi: Biji besi terbesar terdapat di Anshan,
Daye Bautou, dan Lungyan. Batubara berada di utara S. Yangtse.
Minyak

bumi

terdapat

di

jungaria

dan

lembah

Tsaidam.

Industri.
 daerah

industrinya

meliputi:

Shanghai,

Beijing

dan

Tianjin.

Hasil industrinya terdiri dari :Sepeda, radio, mesin jahit dan jam.
c) Perdagangaan
 Ekspor:

tekstil,

teh

dan

buah-buahan

dan

sayur-sayuran.

Impor: mesin, barang-barang logam, kapas, biji-bijian dan pupuk.
2.4 Kerjasama Bilateral antara Indonesia dengan China
2.4.1

Pengertian Kerjasama Bilateral
Kerjasama antarnegara dapat pula diartikan sebagai terjalinnya

hubungan antara satu negara dengan negara lainnya melalui
kesepakatan

untuk

mencapai

tujuan.

bentuknya

bermacam-macam,

mulai

Kerjasama
kerjasama

antarnegara
ekonomi,

perdagangan, industri, maritim dan masih banyak bentuk kerjasama
yang lain.
Ada dua bentuk kerjasama yang bisa terjadi dalam hubungan
internasional antar bangsa di duna, yakni kerjasama Bilateral dan
Multilateral. Dalam Kerja sama bilateral mengandung pengertian
bahwa kerja sama ini dilakukan antara dua negara yang biasanya
dalam bentuk hubungan diplomatik, perdagangan, pendidikan, dan
kebudayaan. Sedangkan dalam Kerjasama Multirateral yang memiliki
pengertian bahwa kerja sama ini dilakukan oleh beberapa negara
meliputi regional dan internasional. Pertama, kerja sama regional
adalah kerja sama yang dilakukan oleh beberapa negara dalam suatu
kawasan atau wilayah. Kerja sama ini biasanya dilakukan karena
adanya kepentingan bersama baik dalam bidang politik, ekonomi, dan
pertahanan. Kedua, kerja sama internasional adalah perdagangan yang
dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain
atas dasar kesepakatan bersama. Penduduk yang dimaksud dapat
berupa antarperorangan (individu dengan individu), antara individu

dengan pemerintah suatu negara atau pemerintah suatu negara dengan
pemerintah negara lain. (Maharaindra, Raka Bintang. 2014).
Dalam kajian pustaka ini, membahas tentang Kerjasama
Bilateral yang terjadi antara dua negara. Kerjasama Bilateral
merupakan suatu hubungan diplomatik yang bersifat idealis dan
kompetitif dan banyak hal yang menguntungkan dari kerjasama ini,
karena dapat menciptakan suatu hubungan bilateral yang dinamis,
baik kerjasama melaui persaingan produk antara kedua negara
maupun antar pendapatan dari kedua negara yang terikat dalam bentuk
kerjasama itu.
Hubungan Bilateral berdasarkan pendapat yang dikemukakan
oleh Plano dan Olton adalah Hubungan kerjasama yang terjadi antara
dua negara di dunia ini pada dasarnya tidak terlepas dari kepentingan
nasional masing-masing negara. Kepentingan nasional merupakan
unsur yang sangat vital mencakup kelangsungan hidup bangsa dan
negara, kemerdekaan, keutuhan wilayah, keamanan, militer dan
kesejahteraan ekonomi”. (Plane, 1990, 7). Hubungan bilateral
mengandung dua unsur pemaknaan, yakni konflik dan kerjasama.
Kedua unsur tersebut dapat memiliki arti penting secara bergantian
menurut motivasi-motivasi internal dan opini yang melingkupi pada
kedua negara. Hubungan bilateral yang tercipta pada dua negara
dimaksudkan untuk mengatasi permasalahan yang terjadi diantara
keduanya. Seperti yang dikemukakan oleh Coplin bahwa Melalui
adanya

kerjasama internasional negara-negara berusaha untuk

memecahkan permasalahan ekonomi, sosial dan politik. Terdapat dua
tipe di dalam kerja sama internasional. Tipe pertama, terkait kondisi di
lingkungan internasional sehingga dibutuhkan pengaturan khusus
sehingga tidak akan menimbulkan ancaman pada negara-negara yang
terlibat. Tipe kedua, mencakup keadaan ekonomi, sosial dan politik
tertentu yang dianggap membawa konsekuensi luas terhadap sistem
internasional sehingga dipersepsikan sebagai masalah internasional
bersama. (Coplin, 1992, 263).

Secara general hubungan bilateral mengandung arti sebagai
konsep interaksi hubungan kerjasama antar dua negara yang saling
menguntungkan. Berdasarkan letak geografis yang saling berjauhan,
tidak lagi menjadi hambatan bagi kedua negara. Karena semakin
tinggi tingkat ketergantungan kedua negara, maka semakin kecilnya
hambatan kedua negara untuk melakukan hubungan termasuk letak
geografis. Hubungan bilateral akan terjalin sesuai dengan tujuan
spesifik serta bidang bidang khusus yang menjadi tolak ukur bagi
suatu negara dengan negara lain. Di dalam hubungan tersebut sangat
ditentukan oleh hasil interaksi kedua negara dalam berbagai bidang.
Dalam ilmu hubungan internasional, pola interaksi timbal balik
antara dua negara didefinisikan sebagai hubungan bilateral. Kemudian
hubungan bilateral menjadi sebuah konsep yang memiliki makna yang
lebih kompleks serta mengandung pengertian yang berkaitan dengan
dinamika hubungan internasional itu sendiri. Beberapa bidang yang
meliputi hubungan bilateral secara umum terdiri dari bidang politik,
ekonomi, sosial, budaya, pendidikan, perdagangan hingga pertahanan
keamanan.

Kerjasama

akan

menghasilkan

kesepakatan

yang

merupakan kebijakan yang akan menguntungkan kedua belah pihak
sesuai tujuan masing-masing. Kesepakatan berupa ketentuan yang
harus dipatuhi bersama demi tercipta harmonisasi
3.

Macam-Macam Kerjasama antara Indonesia dengan China
Hubungan antara Indonesia dan China adalah satu hal yang amat
penting, baik bagi Indonesia maupun untuk China sendiri. Hubungan
Bilateral

Indonesia-China

yang

pernah

membeku

sepanjang

pemerintahan Orde Baru, kini makin membaik, dan bahkan China
merupakan salah satu mitra yang penting bagi Indonesia. Secara
geopolitik, posisi Indonesia sangat strategis di kawasan Asia Pasifik
dan Selat Malaka. Sedangkan secara ekonomi, Indonesia adalah
negara yang sangat kaya dengan sumberdaya alam dan mineral, baik
di darat maupun di laut. Dalam Kerjasama yang terjadi antara
Indonesia dengan China, ada beberapa bentuk kerjasama yang sudah

terjalin saat kepemimpinan presiden Soekarno dan terus berkembang
sampai kepemimpinan presiden Susilo Bambang Yudhoyono. MacamMacam Kerjama tersebut adalah Bidang Ekonomi, Bidang Politik,
Bidang Sosial Budaya dan Pariwisata, Bidang Pertahanan dan
Keamanan serta Bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Dimana
disetiap bidang memiliki bentuk kerjasama yang lebih rinci dan
mendasar lagi.
4.

Kerjasama Bilateral antara Indonesia dengan China di Bidang Ekonomi
Perdagangan
Kekayaan alam Indonesia memang sangat luar biasa dan sangat
menggoda negara-negara industri yang sedang maju saat ini seperti China
untuk menguasainya, secara langsung ataupun tidak langsung. Disamping itu,
dengan jumlah penduduk lebih dari 243 juta jiwa, Indonesia adalah pasar
potensial bagi produk-produk negara-negara industri. Sedangkan China
sendiri adalah dulunya merupakan negara berkembang yang dimana
pemerintahnya masih menerapkan sistem tertutup dan belum terbuka dengan
negara lainnya, akan tetapi kini sudah berubah menjadi negara maju yang
perekonomiannya terus berkembang pesat bahkan sudah mengalahkan
perkembangan negara-negara diu kawasan Eropa, dan China sekarang adalah
negara yang sangat terbuka dengan investasi asing semenjak liberalisasi
ekonomi yang dibawa pada tahun 1979 oleh Den Xioping.
Hubungan bilateral antara China dan Indonesia terutama dalam bidang
ekonomi saat ini terus meningkat. Hal ini tercermin dari meningkatnya nilai
perdagangan kedua negara, yang pada tahun 2008 mencapai US$ 31 miliar.
Dalam lima tahun ke depan, Presiden Republik Indonesia (RI) Bapak Susilo
B. Yudhoyono memperkirakan nilai perdagangan Indonesia-China akan
mencapai US$ 50 miliar. Peningkatan hubungan bilateral tersebut,
diungkapkan oleh Dubes China, tidak terlepas dari terjalinnya Free Trade
Asean-China. Selain itu, China menganggap Indonesia adalah negara yang
mempunyai potensi sangat besar. Namun untuk merealisasikan potensi itu
diperlukan penghapusan beberapa hambatan, baik dari pihak China maupun
dari pihak Indonesia. Indonesia berharap lambannya realisasi dana pinjaman

China agar bisa cepat terealisasikan sehingga bisa dioptimalkan dengan baik
oleh pemerintah Indonesia. Sebaliknya, dunia usaha China yang ingin
berinvestasi di Indonesia juga memerlukan jaminan dari pemerintah RI untuk
menghadapi risiko perubahan kebijakan pemerintah daerah.
Tampilnya Cina sebagai kekuatan besar di dunia, dianggap bisa
membantu Indonesia mengimbangi pengaruh Amerika Serikat, Uni Eropa dan
Jepang di kawasan Asia Pasifik. Bagi Indonesia yang menginginkan kondisi
stabil di kawasan, bermitra dengan China menjadi sesuatu yang tak terelakan
sekaligus langkah strategis bagi kepentingan nasional.
Salah satu cara untuk mempererat hubungan satu negara dengan negara
lainnya dalah dengan melakukan perdagangan internasional. Perdagangan
internasional merupakan salah satu aspek penting dalam perekonomian setiap
negara di dunia. Dengan perdagangan internasional, perekonomian akan
saling terjalin dan tercipta suatu hubungan ekonomi

yang saling

mempengaruhi suatu negara dengan negara lain serta lalu lintas barang dan
jasa akan membentuk perdagangan antar bangsa. Perdagangan internasional
pada saat ini secara tidak langsung mendorong terjadinya globalisasi, hal
ini ditandai dengan semakin berkembangnya sistem inovasi teknologi
informasi,

perdagangan,

reformasi

politik,

transnasionalisasi

sistem

keuangan, dan investasi. Dan ini bisa menjadi modal yang penting bagi suatu
negara untuk menarik investor masuk ke dalam negerinya untuk menanam
investasi di negarnya. Apalagi didukung dengan situasi politik yang kondusif
dan lingkungan bisnis yang kompetitif di dalam negara tersebut, maka bukan
tidak mungkin perkembangan ekonomi negara tersebut akan tumbuh semakin
cepat.

BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Kerjasama Bilateral Indonesia dengan China (Tiongkok) di Bidang
Ekonomi dan Perdagangan pada Sektor Pertanian
3.1.1 Hubungan Kerjasama Bilateral Indonesia dan China (Tiongkok)
Berdasar pendapat yang dikemukakan oleh Plano dan Olton
Hubungan Bilateral merupakan : “Hubungan kerjasama yang terjadi antara
dua negara di dunia ini pada dasarnya tidak terlepas dari kepentingan
nasional masing-masing negara. Kepentingan nasional merupakan unsur
yang sangat vital mencakup kelangsungan hidup bangsa dan negara,
kemerdekaan, keutuhan wilayah, keamanan, militer dan kesejahteraan
ekonomi”. (Plane, 1990, 7 dalam jurnal Nahdia, 2014:5)
Kerjasama bilateral yang dilakukan Indonesia dengan negara lain,
salah satunya ialah dengan negara China (Thiongkok). Kerjasama kedua
negara ini dimulai pada 13 April 1950, dibekukan pada 30 Oktober 1967,
kemudian dilanjutkan kembali dengan ditandatanganinya MOU on the
Resumption of Diplomatic Relations RI-RRC di Jakarta, pada tanggal 8
Agustus 1990 hingga saat ini. Hubungan bilateral Indonesia dengan
Republik Rakyat China mengalami peningkatan dalam beberapa periode
terakhir ini. Dengan peningkatan hubungan bilateral kedua negara telah
terbentuk : Konsultasi Bilateral Tingkat Pejabat Tinggi, Komisi Bersama
Ekonomi dan Perdagangan, Dialog Bilateral Mengenai Keamanan
Regional, Konsultasi Masalah Imigrasi dan Konsuler.
Kerjasama Indonesia dan China dalam memenuhi kebutuhan negara
salah satunya berupa kerjasama di bidang pertanian. Kerjasama yang
termasuk dalam bidang pertanian antara lain: perkebunan, perikanan,
kehutanan, tanaman pangan, dan hortikultura. Dalam bidang pertanian,
antara Indonesia dan China telah terbrntuk forum kerjasama bilateral di
bidang pertanian yang diharpkan mampu menjembatani kebutuhan kedua
negara seperti dalam hal pertukaran teknologi, kerjasama dalam
pengembangan riset dan penelitian bidang pertanian ataupun kepentingan
pengembangan agrobisnis seperti peningkatan ekspor-impor produk-

12

13

produk pertanian kedua negara. Ada beberapa dasar kerjasama Indonesia
dan China di bidang pertanian antara lain (Sumber : Kementrian Luar
Negeri (http://treaty.kemlu.go.id/ )):
1. Memorandum Saling Pengertian Kerja Sama Perikanan antara
Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia dan
Kementerian Pertanian Republik Rakyat Tiongkok. Jakarta, 02
Oktober 2013
2. Memorandum

Saling

Pengertian

antara

Departemen

Pertanian

Republik Indonesia dan Administrasi Umum Pengawasan Mutu,
Inspeksi dan Karantina Republik Rakyat Cina mengenai Kerja Sama
dan Konsultasi bidang Sanitari dan Fitosanitari. Beijing, 11 Desember
2008
3. Pengaturan Bilateral antara Departemen Kelautan dan Perikanan
Republik Indonesia dan Kementerian Pertanian Republik Rakyat
China mengenai Pemanfaatan sebagian dari Jumlah Tangkapan yang
diperbolehkan di Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia. Beijing, 19
Desember 2001
4. Memorandum

Saling

Pengertian

antara

Departemen

Pertanian

Republik Indonesia dan Departemen Pertanian Republik Rakyat China
tentang Kerjasama di bidang Pertanian. Jakarta, 07 November 2001
3.1.2 Ekspor Komoditas Pertanian Indonesia ke China
Selama periode Januari – Juni 2013, Indonesia melakukan ekspor
komoditas pertanian ke berbagai negara. Negara tujuan ekspor komoditas
pertanian kedua Setelah India adalah China, dimana sub sektor perkebunan
kembali memberikan kontribusi nilai ekspor terbesar mencapai US$ 1,83
milyar. Komoditas utama sub sektor perkebunan yang diekspor ke China
adalah kelapa sawit yang mencapai US$ 997,84 juta dan karet sebesar US$
724,17 juta. Komoditas perkebunan lainnya yang juga banyak diekspor ke
China adalah kelapa dan kakao walaupun dalam jumlah yang tidak terlalu
besar, yakni masing-masing sebesar US$ 42,97 juta dan US$ 19,89 juta.

Sementara, ekspor komoditas sub sektor lainnya relatif lebih kecil
dibandingkan dengan ekspor komoditas perkebunan.
Tabel 1. Negara Utama Tujuan Ekspor Komoditas Pertanian Indonesia,
Januari – Juni 2013

Ekspor sub sektor peternakan ke China hanya menyumbang devisa
Indonesia sebesar US$ 16,00 juta dengan komoditas utamanya adalah kulit
& jangat serta lemak masing-masing sebesar US$ 11,04 juta dan US$ 3,34
juta. Sub sektor hortikultura menyumbang devisa dari ekspor ke China
dengan urutan berikutnya, yakni sebesar US$ 5,53 juta, dengan komoditas
utamanya adalah anggur dan nenas. Komoditas tanaman pangan yang
diekspor ke China mencapai US$ 2,61 juta dengan komoditas utamanya
adalah ubi kayu dan jagung masing-masing sebesar US$ 1,25 juta dan US$
796 ribu. Komoditas pertanian utama yang diekspor ke China pada periode
Januari-Juni 2013 secara rinci tersaji pada Tabel 2.

Tabel 2. Ekspor komoditas pertanian Indonesia ke China, Januari-Juni
2013

3.1.3 Impor Komoditas Pertanian China Ke Indonesia
China merupakan salah satu negara yang mengekspor komoditas
pertaniannya ke Indonesia. Negara “Tirai Bambu” ini menduduki urutan
ke empat dari negara asal impor komoditas pertanian Indonesia,. Seperti
pada tabel 3 di bawah ini.
Tabel 3. Impor Produk Holtikultura Indonesia dari China 2008-2013

Dapat kita ketahui bahwa Indonesia memang anyak melakukan
impor produk hortikultura (pertanian) dari China. Terutama kebutuhan
rumah tangga didominasi oleh produk-produk hortikultura (pertanian),
oleh karena itu impor ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan rumah
tangga masyarakat Indonesia yang kurang terpeuhi oleh produk dalam
negeri.
3.1.4 Analisis SWOT Mengenai Perdagangan Internasional Indonesia dan
China
Dalam perdagangan internasional antar negara faktor kekuatan,
kelemahan, peluang dan hambatan ikut mempengaruhi keberhasilan dan
keuntungan suatu negara dalam perdagangan internasional tersebut.
Berdasarkan analisis yang biasa disebut analisis SWOT (Strenght,
Weakness, Opportunity, dan Threat) tersebut, kekuatan dari perdagangan
internasional, dalam hal ini perdagangan bilateral antara Indonesia-China
adalah sebagai berikut:

1. Ketersediaan sumber daya yang beragam, baik mentah maupun bahan
jadi untuk diekspor mempunyai peluang yang besar.
2. Prosedur dan perijinan yang terus dipermudah demi menjamin
kelancaran perdagangan Indonesia-China.
3. Dapat terjadi alih teknologi dari China ke Indonesia maupun
sebaliknya.
4. Pasar yang luas di kedua negara dengan jumlah penduduk melimpah,
mebuat peluang keuntungan kedua negara meningkat.
5. Harga barang-barang impor China yang lebih murah dari negara
produsen lainnya.
6. Peningkatan jumlah devisa negara dari hasil ekspor.
Sedangkan berdasarkan kajian analisis SWOT, faktor kelemahan
dari usaha perdagangan bahan bangunan antara lain: Mengancam pasar
dalam negeri; Kesiapan mental dan sumber daya manusia sangat
menentukan keberhasilan perdagangan, jika tidak terpenuhi ancamannya
stabilitas ekonomi nasional; Perbandingan kurs Rupiah-Yuan juga menjadi
sorotan; Perijinan yang terlalu longgar sangat merugikan produsen lokal.
Faktor peluang yang terdapat pada usaha perdagangan internasional
adalah keadaan di mana masih tingginya permintaan terhadap produk
China dalam pasar di Indonesia berkaitan dengan harga yang lebih
terjangkau.

Sedangkan

faktor

ancaman

dari

usaha

perdagangan

internasional adalah berkaitan dengan sangat rentannya negara mengalami
kerugian, dalam artian negara lebih banyak mengimpor produk jadi dari
China dengan harga yang lebih mahal daripada Indonesia yang mayoritas
mengekspor bahan mentah ke negara tirai bambu tersebut. Untuk lebih
jelasnya, analisis SWOT diuraikan pada tabel berikut.
Tabel 4. Analisa SWOT Perdagangan Internasional Indonesia-China
Aspek SWOT per bagian untuk
Kriteria dari SWOT dianalisis
perdagangan
internasional
per bagian
antara Indonesia-China

18

Kekuatan(Strength)

Kelemahan(Weakness)

Peluang(Opportunities)

Ancaman(Threat)

3.2 Dampak dari Kerjasama Indonesia dengan China (Tiongkok) di
Bidang Ekonomi pada Sektor Pertanian
Dampak positif kerjasama dari sisi konsumen atau masyarakat,
kesepakatan ini membuat pasar dibanjiri oleh produk-produk dengan harga
lebih murah dan banyak pilihan. Dengan demikian akan berdampak pada
meningkatnya daya beli masyarakat sehingga diharapkan kesejahteraan
pun dapat ditingkatkan. Namun, kesepakatan tersebut juga memberikan
dampak negatif yang justru membuat industri petanian lokal gelisah. Hal
ini dikarenakan industri petanian lokal dinilai belum cukup siap
menghadapi serbuan produk-produk China yang berharga murah. Produkproduk dalam negeri masih memiliki biaya produksi yang cukup tinggi
sehingga

harga pasaran

dikhawatirkan

akan

pun

memicu

masih

sulit

pemutusan

ditekan.
hubungan

Keadaan
kerja

ini

(PHK)

dikarenakan ditutupnya perusahaan dalam negeri akibat kalah bersaing.
Dari keseluruhan ekspor dan impor yang ada, bisa dikatakan
Indonesia lebih banyak mengimpor. Jika melihat dari keseluruhan total
impor yang ada. Dari subsektor hotikultura Indonesia bisa dikatakan masih
bergantung pada impor. Misalnya buah-buahan dan sayur-sayuran
Indonesia sampai sekarang masih dikatakan ketergantungan akan impor
dari Cina. Tetapi disisi lain, kenaikan ekspor yang ada dinikmati oleh
subsektor perkebunan, yaitu minyak sawit.

20

Ini membuktikan, produk unggulan ekspor kita dalam sektor
pertanian hanya minyak sawit dan produk unggulan impor kita dari Cina
adalah buah-buahan yang bisa dilihat baik pasar modern maupun
tradisional, lebih banyak buah yang diimpor daripada buah lokal. Hal ini
memberikan dampak yang tidak baik bagi perkembangan sektor pertanian
di Indonesia, karena dengan membanjirnya impor dari Cina, hal ini sangat
merugikan petani Indonesia yang mempunyai pekerjaan di sektor
pertanian. Dan hasilnya, lahan untuk pertanian dibuka menjadi lahan
perkebunan kelapa sawit karena permintaan ekspor yang semakin
meningkat.
Ini menunjukkan peran pemerintah Indonesia yang bisa dikatakan
lebih mementingkan produk unggulan seperti kelapa sawit untuk dibuka
selebar- lebarnya agar dapat mengekspor sebanyak mungkin dan produk
yang ekspornya menurun dibiarkan tanpa tindakan yang menudukung
untuk ditingkatkan perannya dalam ekspor pertanian.

BAB IV
PENUTUP
4.1
Kesimpulan
Kerjasama yang dilakukan negara-negara terdiri dari beberapa macam
seperti multirateral, bilateral dan regional. Aspek yang menjadi pola kerjasama
yakni ekonomi, sosial serta budaya. Suasana/ iklim dunia dapat memperngaruhi
pola kerjasama yang dilakukan. Adanya faktor saling membutuhkan dan saling
bergantung menjadikan suatu negara harus melakukan kerjasama dengan negara
lain. Negara kaya atau tentram sekaligus masih membutuhkan negara berkembang
untuk mereka jadikan sebagai pasar.
4.2 Saran
Agar terwujudnya suatu bentuk kerjasama yang sesuai dengan harapan
masyarakat masing-masing negara. Dan kerjasama baik bilateral, multelateral
maupun regional berjalan dengan baik maka pemimnpin dan masyarakat suatu
negara harus menyatukan visi dan misi agar memiliki tujuan akhir yang sama
yakni kerjasama yang meberikan dampak baik bagi kemajuan bangsa dan
negaranya.

21

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2012. Wilayah Negara Cina. (Online) Diambil melalui http://kulpulan-

materi.blogspot.com. Pada tanggal 09 November 2014
Anonim. 2011. Politik Luar Negeri. (Online) Diambil melalui http://rizkaperdanafisip11.web.unair.ac.id/Anonim.

1990.

(Online) Diakses melalui

Konsep

Hubungan

Bilateral”.

www.portalhi.net/index.php/teori-teori-

realisme/72-konsephubungan-bilateral. Pada tanggal 09 November 2014
Anonim. 1992.

Konsep Hubungan Bilateral. (Online)

Diakses

melalui

id.shvoong.com/social-sciences/politicalscience/
Anonim. 2012. Kerjasama Bilateral Indonesia dan China. (Online) diambil
melalui

http://demakblogger.blogspot.com/2012/02/kerjasama-bilateral-

indonesia-dan-china.html. Pada tanggal 08 November 2014
Anonim. 2014. Macam-Macam Kerjasama antar Negara, Keuntungan dan
Kerugiannya.

(Online)

Diambil

melaui

http://asagenerasiku.blogspot.com/2012/03/macam-macam-kerjasama-antarnegara.html. Pada Tanggal 09 November 2014
Maharaindra, Raka Bintang. 2014. Peta Asia Tenggara & Bentuk Kerjasama.
(Online)

Diambil

melalui

http://kumpulantugassekolahnyarakabintang.blogspot.com/2014/09/peta
asia-tenggara-kunci-jawaban-buku.html. Pada tanggal 08 November 2014
Nexzzon,

addhy.

2013.

Pengertian

Jenis-jenis

dan

tingkat.

Online

:

www.blogspot.com. Diakses tanggal 21 November 2012
Rachmayanti, Nahdia. 2013. Dinamika Hubungan Bilateral Indonesia-China
(Tiongkok) pada Era Pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
(2004-2013.
Tonny, Effendi. 2008. Hubungan Bilateral Indonesia – Republik Rakyat China.
(Online)

diambil

http://tonnyeffendi.wordpress.com/2008/08/11/hubungan-bilateralindonesia-republik-rakyat-china/. Pada tanggal 08 November 2014

22

melalui