Paparan Hasil FGD Standar Akademi Komunitas AKOM

RUMUSAN REKOMENDASI
STANDAR AKADEMI
KOMUNITAS

BAGIAN I

FGD menghasilkan rekomendasi pada aspek:
I. PENGUATAN KOMITMEN
PEMANGKU KEPENTINGAN
II. REKOMENDASI UNTUK
REVISI ISI DRAFT
STANDAR
III TINDAK LANJUT

3

A. PENGUATAN KOMITMEN
PEMANGKU KEPENTINGAN
1. kebutuhan terhadap Standar Akademi
Komunitas(AK) sangat diperlukan di
masyarakat untuk memperluas akses

pendidikan, sehingga terjadi peningkatan APK
Pendidikan Tinggi, Lapangan pekerjaan,
pemberdayaan daerah, dan meningkatkan
kualitas pendidikan, oleh karena itu draft
Standar AK perlu segera ditetapkan menjadi
Peraturan Menteri.
4

A. PENGUATAN KOMITMEN
PEMANGKU KEPENTINGAN
2. Kebutuhan terhadap standar AK didasarkan
pada kearifan lokal dan kebutuhan khusus
yang dapat memenuhi kebutuhan daerah dan
atau nasional.
3. Keberadaan AK perlu disertai dengan
kemitraan yang kuat dari dunia usaha dan
industri(DUDI) dan pemerintah daerah.
5

A. PENGUATAN KOMITMEN

PEMANGKU KEPENTINGAN

4. Sertivikasi kompetensi lulusan AK
dilakukan bekerjasama dengan asosiasi
profesi yang relevan.
5. Pendirian AK perlu memperhatikan
keberlangsungan dan transformasi
kebudayaan yang sesuai dengan tuntutan
zaman dan kebutuhan masyarakat
6

A. PENGUATAN KOMITMEN
PEMANGKU KEPENTINGAN
Standar AK sangat diperlukan untuk
dasar berbagai peraturan tentang
perijinan dan mekanisme pendirian bagi
AK yang belum ada,
• Standar AK dapat dijadikan pedoman bagi
politeknik-politeknik yang mendapat
mandat untuk membina ‘calon’ AK, dan

• Standar AK merupakan pedoman dalam
pengelolaan/operasionalisasi AK yang
sudah berdiri.
7

A. PENGUATAN KOMITMEN
PEMANGKU KEPENTINGAN
Standar AK sudah lama ditunggu
kehadirannya guna memayungi institusi
yang sudah menyelenggarakan Akademi
Komunitas
Pendidikan yang sangat khusus untuk
kebutuhan pelayanan/ibadah agama yang
selama ini pada jenjang D1 atau D2 (dalam
pembinaan Direktorat Pendidikan Agama
Kristen, Kementrian Agama) dapat menjadi AK
8

BAGIAN B


B. REKOMENDASI UNTUK REVISI DRAFT
STANDAR AK
LANDASAN HUKUM






KETENTUAN UMUM

Standar AK merupakan lex specialis dari SN
dikti.
Penulisan dasar hukum yang dirujuk perlu
ditata kembali (misal UUD 45 tidak perlu
dicantumkan karena secara otomatis sudah
menjadi dasar hukum bagi seluruh undangundang).
Isi peraturan menteri dipastikan selaras
dengan Permen tentang SN Dikti


pengertian kebutuhan khusus bukan hanya
dibatasi kebutuhan daerah, melainkan juga
perlu menakomodasi kebutuhan nasional

B. REKOMENDASI UNTUK REVISI DRAFT
STANDAR AK
SKL

• Standar Kompetensi Lulusan diselaraskan
dengan SKL jenjang D1 dan D2 pada SNDikti.
• Berdasarkan KKNI, SKL pada jenjang
diploma 1 dan diploma 2 belum mencapai
kompetensi kreatif dan inovatif, sehingga
SKL untuk AK juga harus menyesuaikan
dengan SN Dikti dan KKNI.
• Penjelasan tentang leading to higher
learning perlu lebih dipertegas.
• Penekanan kompetensi Learning Outcomes
sebagai ukuran keberhasilan pembelajaran


11

B. REKOMENDASI UNTUK REVISI DRAFT
STANDAR AK
Pada jenjang diploma 1, keterampilan
STANDAR ISI

operasional "lengkap", sebaiknya
dikuantifikasikan dengan menyebutkan jumlah
keterampilan.
Beban belajar program D1 (36 sks) dan D2 (72
sks) perlu mempertimbangkan empat mata
kuliah wajib berdasarkan UU (agama, bahasa
indonesia, PPKN, bahasa inggris).
Standar isi sebaiknya menggunakan rasio
bukan proporsi

12

B. REKOMENDASI UNTUK REVISI DRAFT

STANDAR AK
STANDAR
PENILAIAN

.Uji kompetensi oleh asosiasi profesi
atau lembaga sertifikasi yang relevan
sebagai salah satu bentuk penilaian
dalam penentuan kelulusan juga harus
dimasukkan.
perlu diberikan peluang pemberian
sertifikasi dengan nama atau gelar
sesuai dengan bidang keahlian.

13

B. REKOMENDASI UNTUK REVISI DRAFT
STANDAR AK
STANDAR
PENILAIAN


.Standar penilaian, hanya mengatur
mekanisme prosedur dan prinsip belum
ada penjelasan yang jelas dan masih
bercampur antar mekanisme, prosedur,
dan prindip sehingga perlu disinkronkan

14

B. REKOMENDASI UNTUK REVISI DRAFT
STANDAR AK
STANDAR
PENDIDIK DAN
TENAGA
KEPENDIDIKAN

Perlu ada mekanisme penyetaraan
kualifikasi untuk memenuhi standar
tenaga pendidik.
Perumusan standar tenaga pendidik
perlu diperbaiki terutama ketentuan

mengenai linearitas bidang keahlian.
Pada standar pendidik ada klausul
yang tertukar antara dosen dan
instruktur.

15

B. REKOMENDASI UNTUK REVISI DRAFT
STANDAR AK
STANDAR
SARANA
PRASARANA

 PERLU KONSISTENSI, APABILA DI STANDAR
PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN
DISYARATKAN ADANYA PENGELOLA, MAKA
DALAM SARANA PRASARANA JUGA HARUS
MENYESUAIKAN, BUKAN HANYA LAHAN, RUANG
KELAS, PERPUSTAKAAN, LABORATORIUM, DAN
TEMPAT MAGANG YANG HARUS ADA NAMUN

PERLU DITAMBAHKAN RUANG MANAJEMEN

16

B. REKOMENDASI UNTUK REVISI DRAFT
STANDAR AK
STANDAR
PENGELOLAAN

SISTEMATIKA HARUS KONSISTEN, BILA ADA SUB
JUDUL "STANDAR KELMEBAGAAN" MAKA HARUS
ADA SUB JUDUL "STANDAR PENGELOLAAN".
Perlu dirumuskan kriteria pada standar untuk
menjaga keberlanjutan pendidikan pada institusi
AK.
perlu diatur mengenai Sustainability dan
transformasi.
+ kerjasama dengan mitra harus dipertegas dalam
MoU.
+ tempat magang harus bermitra


17

B. REKOMENDASI UNTUK REVISI DRAFT
STANDAR AK
 Perlu adanya keseimbangan
STANDAR
BIAYA
setiap standar, ada yang detail,
tetapi ada yang hanya berupa
pedoman, untuk standar biaya
harus terukur.

18

B. REKOMENDASI UNTUK REVISI DRAFT
STANDAR AK
STANDAR
REDAKSI MASIH BERSIFAT
BIAYA
DEFINISI, PERLU DIRUMUSKAN
SECARA LEBIH SPESIFIK AGAR
DAPAT DIJADIKAN ACUAN
DALAM PENYUSUNAN
STANDAR BIAYA

19

B. REKOMENDASI UNTUK REVISI DRAFT
STANDAR AK
STANDAR BIAYA

RUMUSAN SEBAIKNYA BERSIFAT
NORMATIF YANG PENTING TERJANGKAU
DARI SEGI KEPATUTAN LEARNING OUT
COMES

20

BAGIAN C

A. TINDAK LANJUT
1. Perlu dilakukan revisi draft standar ak sebelum direkomendasikan kepada

menteri untuk ditetapkan menjadi peraturan menteri
2. Perlu dilakukan sosialisasi kepada pemerintah daerah dan masyarakat untuk
Meningkatkan kesadaran dan pemahaman terhadap pentingnya ak.
3. Standar pembiayaan ak ditetapkan dengan mempertimbangkan program
keahlian, capaian pembelajaran, dan indeks kemahalan daerah.
4. Standar pendidik ak sebaiknya menggunakan istilah "pada bidang yang
relevan dengan bidang keahlian sebagai pengganti "pada bidang kompetensi
sebidang"
5. Dalam pengembangan kemitraan di daerah perlu diberdayakan kembali
peranan dan fungsi balai latihan kerja(blk)

22