Bimbingan Teknis Manajemen Sarana dan Prasarana Berbasis Sekolah

BAHAN BACAAN
MANAJEMEN SARANA DAN PRASARANA
BERBASIS SEKOLAH
DI SEKOLAH DASAR

DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH DASAR
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
2015

1

BAGIAN I
PENDAHULUAN

Melalui kegiatan mengamati, menanya, mengumpulkan data dan
menginformasi, mengasosiasi, dan mengkomunikasi, peserta:
1. mampu memahami konsep manajemen sarana prasarana berbasis sekolah.
2. mampu menyusun strategi manajemen sarana dan prasarana berbasis
sekolah.
3. mampu mengaplikasikan manajemen sarana dan prasarana berbasis sekolah

dalam rangka peningkatan mutu pendidikan.
4. mampu memanfaatkan aplikasi ms-excel untuk implementasi SIM dalam
manajemen sarana prasarana.

2

BAGIAN II
URAIAN MATERI

A. Konsep Dasar Manajemen Sarana dan Prasana
Manajemen sarana dan prasarana berbasis sekolah adalah pengaturan
sarana dan prasarana yang meliputi kegiatan merencanakan, mengorganisir,
melaksanakan, dan mengevaluasi program kegiatan sarana dan prasarana di
sekolah, dengan berpedoman pada prinsip-prinsip implementasi manajemen
berbasis sekolah.
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun
2007 Tentang Standar Sarana dan Prasarana, yang dimaksud sarana adalah
perlengkapan pembelajaran yang dapat dipindah-pindah. Prasarana adalah
fasilitas dasar untuk menjalankan fungsi sekolah. Dapat pula dinyatakan bahwa
sarana di SD adalah perlengkapan yang secara langsung dapat digunakan untuk

proses belajar mengajar. Sedangkan prasarana yaitu perlengkapan yang secara
tidak langsung digunakan untuk proses belajar mengajar.
Pelaksanaan manajemen standar sarana dan prasarana berbasis sekolah
dilaksanakan untuk meningkatkan mutu pendidikan. Mutu sekolah dijamin
dengan kewajibannya memiliki dan memelihara sarana dan prasarana
pendidikan yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur
dan berkesinambungan.
Prinsip-prinsip manajemen sarana dan prasarana di sekolah meliputi: (1)
prinsip pencapaian tujuan, yaitu sarana dan prasarana selalu siap pakai jika
sewaktu-waktu diperlukan, hal ini untuk menunjang pencapaian tujuan secara
optimal; (2) prinsip efisiensi, berarti sarana dan prasarana dalam pengadaannya
harus dipertimbangkan nilai/ harga, kualitas/ mutu), dan penggunaannya
diupayakan yang efektif dan efisien; (3) prinsip administratif, bahwasannya
manajemen sarana dan prasarana di sekolah harus memperhatikan peraturan
perundangan yang berlaku; (4) prinsip kejelasan tanggungjawab, dimana
manajemen sarana dan prasarana harus diberikan kepada staf yang kompeten
dan bertanggungjawab, jika ada beberapa orang yang menanganinya, maka
harus jelas deskripsi tugasnya; dan (5) prinsip kekohesifan, dimana sarana dan
prasarana dikelola oleh tenaga yang proses kerjanya sistematis dan kompak.


3

B. Ruang Lingkup Manajemen Sarana dan Prasana
1. Analisis kebutuhan
Analisis kebutuhan sarana dan prasarana sekolah dilakukan bersama
antara pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah, wali murid, komite
sekolah dan stakeholders lainnya. Analisis kebutuhan dilakukan melalui:
1)

Mendata keperluan sarana dan prasarana saat menjelang tahun ajaran
baru; dan

2)

Mengidentifikasi/mendata sarana dan prasarana yang ada dan masih
dalam kondisi baik, yang perlu diperbaiki karena rusak ringan dan yang
perlu dihapus karena rusak berat.
Kepala sekolah harus memiliki proyeksi ke depan tentang kebutuhan

sarana dan prasarana dalam jangka pendek, menengah, dan panjang.

Proyeksi tersebut memperhatikan kebutuhan dan kemampuan sumber daya
untuk pengadaannya. Pengadaan gedung dan semua ruangannya dalam
perencanaan lebih baik dibuat maketnya agar dapat dibangun secara
bertahap dengan mudah. Untuk keperluan forecasting tersebut diperlukan
proyeksi peserta didik yang akan datang, ruang yang diperlukan untuk
pembelajaran di kelas dan praktik.
2. Pengadaan
Dalam pelaksanaan pengadaan sarana dan prasarana sekolah
dianjurkan sekolah membuat daftar cek, tentang sarana dan prasarana yang
sudah diadakan dan belum. Langkah-langkah pengadaan meliputi:
1)

Menampung usulan semua pengadaan dari berbagai sumber (kepala /
wakil kepala sekolah, guru, tenaga kependidikan, komite sekolah,
stakeholders);

2)

Menyesuaikan dengan analisis kebutuhan yang sudah dibuat
sebelumnya.


3)

Menyesuaikan antara kebutuhan sarana dan prasarana baru dengan
anggaran yang tersedia; dan

4)

Menyusun rencana kebutuhan sarana dan prasarana dalam kurun waktu
minimum 1 tahun.
Tata cara pengadaan mengacu kepada Peraturan Presiden Republik

Indonesia No. 70 Tahun 2012 tentang perubahan kedua atas Peraturan
Presiden No. 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/ Jasa Pemerintah,
yang diantaranya: (1) nilai pengadaan diatas Rp. 100 milyar ditetapkan
4

melalui lelang, (2) nilai sampai dengan Rp. 200 juta dapat dilakukan melalui
pengadaan langsung.
3.


Inventarisasi
Merupakan kegiatan pencatatan dan pembuatan kode barang serta
pembuatan laporan pengadaan barang. Pencatatan sarana dan prasarana di
sekolah dilakukan pada:
1)

Buku penerimaan barang, mencatat semua barang yang diterima
sekolah;

2)

Buku asal-usul barang, mencatat asal usul barang (pembelian,
hibah/hadiah/sumbangan, tukar menukar, dan meminjam/menyewa);

3)

Buku golongan inventaris, sebagai buku pembantu untuk mencatat
barang inventaris menurut golongan barang yang telah ditentukan;


4)

Buku induk inventaris, mencatat semua barang inventaris milik Negara
atau yayasan dalam lingkungan sekolah menurut urutan tanggal
penerimaannya;

5)

Buku bukan inventaris, mencatat semua barang habis pakai seperti:
kapur, pensil, penghapus papan tulis, kertas HVS, tinta, dsb; dan

6)

Buku stok barang,mencatat barang habis pakai yang masuk/ diterima
dan barang yang keluar/ digunakan dan sisa barang/stok barang.
Kode khusus diberikan terhadap barang yang tergolong barang

inventaris. Kode ditulis pada barang inventaris, diletakkan di tempat yang
mudah dibaca. Kode berbentuk numeric yang menunjukkan kementerian,
asal barang, sekolah, dan jenis barang. Keadaan dan jumlah sarana dan

prasarana sekolah harus dilaporkan secara berkala misalnya tiap 3 bulan, 1
semester, dan 1 tahun.
4.

Pendistribusian dan pemanfaatan
Sarana dan prasarana yang sudah diinventarisasi, didistribusikan sesuai
dengan penggunaannya, untuk selanjutnya dimanfaatkan sesuai keperluan
Pemanfaatan barang harus memperhatikan prinsip efisien dan efektif, serta
memperhatikan dan dibuatkan SOP nya agar ada pengaturan yang jelas
tentang pemanfaatan sarana dan prasarana tertentu.
Sekolah harus memiliki buku pengguna sarana dan prasarana agar
diketahui pendidik dan tenaga kependidikan siapa saja yang rajin dan tidak
rajin menggunakan/pinjam sarana dan prasarana sekolah, serta juga dapat

5

diketahui spesifikasi barang yang lebih sering dipinjam/digunakan dan mana
yang jarang atau tidak pernah.
5.


Pemeliharaan
Macam-macam pemeliharaan yang dapat dilakukan sekolah yaitu: (1)
pengecekan, (2) pencegahan dari kerusakan dan kehilangan, (3) perbaikan
ringan, dan (4) perbaikan karena rusak berat. Sedangkan waktu untuk
melaksanakan pemeliharaan ada yang setiap hari dan berkala (3 bulan, 1
semester, 1 tahun).
Pemeliharaan sarana dan prasarana ada yang sifatnya ringan ada yang
berat. Pemeliharaan dapat dilakukan sendiri oleh sekolah, dan bisa melalui
jasa orang lain atau agen tertentu. Kepala sekolah harus dapat
mempertimbangkan besar kecilnya pemeliharaan dan efektif tidaknya
pemeliharaan yang dilakukan sendiri atau melalui jasa orang/agen lain.
Dengan demikian pemeliharaan lebih efisien dari segi biaya dan waktu serta
tenaga.

6.

Penghapusan
Tujuan penghapusan adalah: (1) mencegah pengeluaran yang besar
untuk biaya pengamanan dan/atau pemeliharaan, (2) meringankan beban
inventarisasi, dan (3) efisiensi penggunaan ruang. Barang inventaris yang

boleh dihapus meliputi: (1) barang-barang yang rusak dan tidak ekonomis
apabila diperbaiki, (2) barang yang secara teknis tidak dapat dipergunakan
lagi akibat modernisasi, (3) barang telah melampui batas waktu kegunaan/
kadaluwarsa, (4) barang mengalami perubahan dalam spesifikasi karena
penggunaan, seperti terkikis, aus, dan lain sejenisnya, (6) berkurangnya
barang dalam timbangan/ ukuran disebabkan penggunaan/ susut dalam
penyimpanan/ pengangkutan

Tata Cara Penghapusan Barang Milik Negara atas Barang Milik Negara yang
berada pada Pengelola Barang, perlu dilakukan sebagai berikut.
1) Tahap persiapan penghapusan
Petugas yang bertanggung jawab menangani penghapusan pada Pengelola
Barang menyampaikan usulan penghapusan barang yang berada dalam
pengurusannya kepada Pengelola Barang dengan dilengkapi data : (1) identitas

6

dan kondisi barang; (2) tempat/ lokasi barang; (3) harga perolehan barang
bersangkutan; dan (4) alasan usulan penghapusan.
2) Tahap pelaksanaan penghapusan,

Tahap pelakasanaan penghapusan meliputi: (1) Pengelola Barang
menerbitkan keputusan penghapusan Barang Milik Negara yang berada dalam
kewenangannya; (2) berdasarkan keputusan penghapusan Pengelola Barang
melakukan tindak lanjut penghapusan sesuai ketentuan sebagaimana diatur dalam
Peraturan Menteri Keuangan ini dan dituangkan dalam berita acara; (3)
berdasarkan berita acara pelaksanaan tindak lanjut tersebut pada huruf (2)
Pengelola Barang melakukan penghapusan dari Daftar Barang Milik Negara; dan
(3) tahap pelaporan hasil pelaksanaan penghapusan. Pelaksanaan penghapusan
dari daftar Barang Milik Negara dicantumkan dalam Laporan Barang Milik
Negara Semesteran dan Tahunan (Permenkeu RI No.50/PMK.06/2014)
7.

Pengawasan dan Pertanggungjawaban (Pelaporan)
Sarana dan prasarana sekolah adalah milik lembaga bukan perorangan,

maka harus dilaporkan keadaannya kepada pihak berwenang untuk mengetahui
secara riil sarana dan prasarana yang ada di sekolah dan keadaannya.
Pengawasan ini dilakukan bersama antara pendidik dan tenaga kependidikan di
sekolah, orang tua/wali murid, komite sekolah, dan stakeholders lainnya. Hasil
dari pengawasan tersebut harus dilaporkan dalam kurun waktu tertentu (1
semester dan 1 tahun).
8.

SIM dalam Manajemen Sarana dan Prasarana
Sistem Informasi Manajemen (SIM) atau juga disebut Management

Information System (MIS) adalah jaringan prosedur pengolah data yang
dikembangkan dalam suatu sistem yang terpadu (terintegrasi) dengan maksud
memberikan informasi (yang bersifat intern maupun ekstern) kepada manajemen
sebagai dasar pengambilan keputusan (Formatik, 2010). SIM merupakan sebuah
sistem manusia/mesin yang terpadu (integrated) untuk menyajikan informasi
guna mendukung fungsi operasi, manajemen, dan pengambilan keputusan
dalam sebuah organisasi. Sistem ini menggunakan perangkat keras (hardware)

7

dan perangkat lunak (software) komputer, pedoman operasional, model
manajemen dan keputusan, dan sebuah data base.
Sistem informasi manajemen berbasis sekolah berkaitan erat dengan
pengambilan keputusan pada setiap satuan pendidikan. Informasi dalam SIM
dibutuhkan juga oleh stakeholders sekolah. Dalam upaya memfasilitasi
implementasi Manajemen Berbasis Sekolah berbasis IT, beberapa aplikasi
sederhana seperti: microsoft office, email, dan blog (web) dapat digunakan.
Pemanfaatan aplikasi tersebut dapat dikembangkan ke dalam beragam program
yang telah ditetapkan. Fungsinya sebagai alat komunikasi efektif dan efisien
yang bersifat multi, baik antar dan inter stakeholders, juga menjadi media
sosialisasi program guna menjaring respon dan masukan dari seluruh sistem
yang berkepentingan.

8