Gambaran Faktor Sosial Ekonomi Terhadap Tingginya Kasus Tuberculosis Di Rumah Sakit Immanuel Selama Bulan Mei Sampai Juli Tahun 2003.

ABSTRAK
GAMBARAN FAKTOR SOSIAL EKONOMI TERHADAP
TINGGINY A KASUS TB DI RUMAH SAKIT IMMANUEL
SELAMA BULAN MEI SAMPAI JULI
TAHUN 2003
Lucia Palmaningrum lestari, 9910129
Pembimbing : Bastion, dr.
Latar belakang : Hingga sekarang TB tetap menjadi masalah kesehatan di
Indonesia, TB temyata tidak hanya menyerang pada masyarakat ekonomi rendah
tetapi juga pada masyarakat ekonomi kelas menengah keatas.
Tujuan : untuk mendapatkan gambaran tentang pengaruh faktor sosial
ekonomi dalam peningkatan kasus TB berdasarkan hasil observasi di Rumah Sakit
Immanuel selama bulan Mei sampai Juli tahun 2003.
Metode penelitian : penelitian bersifat survei dengan pengambilan data
dengan cara observasi terhadap penderita TB di Rumah sakit Immanuel selama
bulan Mei sampai Juli tahun 2003.
HasH: didapatkan 27 pasien bekerja sebagai pedagang(29,03%)(pekerjaan
terbanyak),dan terdapat 44 pasien (47,31 %) dengan pendapatan > 188.000
rupiah/kapita/bulan
Kesimpulan : tingginya kasus TB di Rumah Sakit Immanuel tidak mutlak
diderita oleh pasien golongan masyarakat ekonomi rendah. faktor penyebabnya


adalah ketidaktahuanakan penyakit TB , daya tahan tubuh yang menurun karena
aktivitas kerja yang tinggi, istirahat yang kurang dan tidur yang kurang .
Saran : mensosialisasikan penyakit TB pada masyarakat kelas menengah
keatas dengan penyuluhan-penyuluhan pada pada tiap-tiap lapisan masyarakat.

IV

ABSTRACT
THE DESCRIPTION OF SOCIAL ECONOMIC INFLUENCE
IN ESCALATION OF TUBERCULOSIS CASES IN IMMANUEL HOSPITAL
FROM MA Y TO JULY 2003
Lucia Palmaningrum Lestari, 9910129.
Tutor: Bastion, dr.
Background: TB is still a major health problem inindonesia.lnfact TB is
not only attack destitute society it is also attack middle up society.
Objectives: To get a description about thefactor of social economic
influence in escalation ofTB cases based on observation in Immanuel Hospital
from May to July 2003.
Methods: This is survey research study with taking data with observation

to patient in Immanuel Hospital from May to July 2003.
Result: most of patient have ajob as a trader
(29,03%),income/kapita/month is 47,31%( > 188.000 ),21,50%(94.000188.000),31,18%«94.000)
Conclutions : By highest Tb in Immanuel Hospital not always by suffer
destitute society with the caused is an understanding about TB, human immunity
are winding down because high activity, pressed from take arest, pressed from
sleep.

Recommendations: To socialize TB in middle up society with information
to people from all walks of life.

v

DAFTARISI
Halaman
IV
v
VI
VIlI
IX


ABSTRAK
ABSTRACT
PRAKA TA
DAFT AR ISI
DAFT AR TABEL
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Identifikasi Masalah
1.3. Maksud dan Tujuan
1.4. Kegunaan Penelitian
1.5. Kerangka Pemikiran
1.6. Metode Penelitian
1.7. Lokasi dan Waktu

1
3
3
3
3

4
4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi Tuberculosis
2.2. Kerentanan
2.3. Kesehatan Lingkungan

5
6
10

BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3. 1. Bahan Penelitian
3.2. Metode Penelitian
3.3. Analisis Hasil Penelitian

15
15
15


BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Pembahasan
4.2. Pembahasan

16
18

BAB V KESIMPULAN
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran

20
20

DAN SARAN

DAFT AR PUST AKA
KUISIONER
RIW A YAT PENYUSUN


21
22
23

Vlll

DAFT AR TABEL

Halaman
TabeI4.1. Pasien penderita TB berdasarkan
Pekerjaan
16
TabeI4.2.Pasien penderita TB rawat inap dan rawatjalan terhadap
pendapat perkapita
17
TabeI4.3.Pendapat pasien TB tentang faktor-faktor yang menyebabkan mereka
terkena TB
17


IX

BABt
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Penyakit Tuberculosis mempakan penyakit yang sudah lama dikenal di
dunia ini akan tetapi sampai saat ini Tuberculosis masih menjadi masalah
kesehatan yang utama, baik di dunia maupun di Indonesia, padahal program
pemberantasan Tuberculosis (khususnya TB pam) telah dimulai sejak tahun ] 969
dan pada tahun ] 993 mulai digariskan "Strategi bam pemberantasan TB pam".
Terdapat kriteria yang menyatakan bahwa di satu negara Tuberculosis tidak lagi
menjadi masalah kesehatan masyarakat adalah bila hanya terdapat satu kasus bam
BTA (+) per satu juta penduduk akan tetapi sampai saat ini belum ada satu
negarapun di dunia yang telah memenuhi kriteria tersebut, artinya belum ada satu
negarapun yang bebas Tuberculosa. Bahkan untuk negara maju yang pada
mulanya angka Tuberculosis telah menumn, tetapi belakangan angka ini naik lagi
sehingga Tuberculosis disebut sebagai salah satu reemerging disease (Tjandra
YA,2000). Untuk Indonesia Tuberculosis bukanlah reemerging disease ,karena
penyakit ini belum pemah menurun jumlahnya di negara kita, dan bukan tidak

mungkin bahkan meningkat.Laporan intemasional bahkan menunjukann bahwa
Indonesia adalah "penyumbang kasus penderita Tuberculosis terbesar ketigaa di
dunuia setelah Cina dan India ( Tjandra YA,2000). Menurut WHO terdapat 8 juta
kasus bam pertahun dan ada2,9 juta kematian pertahun akibat penyakit
Tuberculosis di dunia ini, kira -kira 95% kasus Tuberculosis tersebut terjadi di
negara berkembang dengan angka kesembuhan yang kurang memuaskan.

Sedangkandi Indonesia menurut WHO , prevalensi Tuberculosisyang menular
adalah 7]5.000 kasus pertahun. data epidemiologi dari Survei Kesehatan Rumah
Tangga (SKRT) 1986 yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan RI pada 7
propinsi terhadap 56.482 mmah yang terdiri dari 292.396 penduduk, menunjukan
bahwa Tuberculosis menduduki peringkat ke empat dari pola penyebab kematian
di Indonesia (Syarifuddin dkk,2000). Peringkat Tuberculosis sebagai penyebab
kematian temyata kemudian manjadi meningkat menjadi nomor 3 setelah penyakit

2

jantung dan penyakit saluran pemafasan, bahkan penelitian akhir-akhir ini
kembali mengingatkan kita tentang bahaya masalah ini, yaitu bahwa Tuberculosa
masih merupakan pembunuh penyakit infeksi nomor satu di dunia sebagai

patogen tunggal, yang menyerang anak-anak maupun dewasa.
Berkecamuknya penyakit Tuberculosis disebabkan oleh adanya sumber
penularan (penderita) dan adanya orang -orang yang rentan di dalam masyarakat.,
kerentanan akan Tuberculosis ini terjadi karena daya tahan tubuh yang rendah
yang disebabkan karena gizi yang buruk, terlalu lelah, kedinginan ,dan cara hidup
yang tidak teratur,selain hal diatas juga disebabkan oleh rendahnya pengetahuan
penderita tentang bahaya penyakit Tuberculosis untuk dirinya sendiri, keluarga
dan masyarakat disekitamya, hal ini dapat kita lihat dari kebiasaan orang-orang
membuang ludah sembarangan, padahal kita tahu bahwa Mycobacterium
tuberculosa yang berjuta-juta banyaknya yang keluar berasal dari dahak penderita
dan kemudian dahat tersebut mengering, beterbangan dalam debu-debu di
udara,dalam kereta api ,bus-bus umum , dan tempat-tempat lain bekas penderita
berada,sehingga bila terhirup oleh orang-orang dengan daya tahan tubuh yang
lemah maka akan menyebabkan jumlah penderita baru. Karena itulah penyakit
Tuberculosis lebih banyak terdapat pada golongan masyarakat sosial ekonomi
rendah, dimana terdapat kemiskinan dan kurangnya pengetahuan tentang cara
hidup yang sehat,tetapi jika dilihat pada kehidupan perkotaan saat ini yang
menuntut setiap orang untuk melakukan suatu aktivitas yang lebih daripada yang
lain untuk kehidupan yang lebih daripada cukup ataupun dari seseorang yang
senang melakukan suatu aktivitas yang menguras banyak energinya, sehingga

orang menjadi lupa untuk istirahat teratur,makan yang teratur ,hal diatas tersebut
juga merupakan faktor pemicu turunnya daya tahan tubuh yang dapat
mengakibatkan timbulnya penyakit TB

3

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat diidentifikasikan masalah
sebagai berikut:
Apakah benar pandangan bahwa mutlak angka penderita Tuberculosis itu

hanya mereka yang termasuk golongan ekonomi rendah .
1.3. Maksud dan Tujuan
Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh faktor sosial
ekonomi terhadap tingginya kasus Tuberculosis di Rumah Sakit Imanuel.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran tentang
pengaruh faktor sosial ekonomi dalam peningkatan kasus Tuberculosa
berdasarkan hasil observasi selama Mei sampai dengan Juli 2003 di Rumah Sakit
Imanuel.


1.4. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian tersebut dapat dijadikan sumbang saran penyusun
terhadap masyarakat untuk dipertimbangkan dalam rangka menyempurnakan
pandangan terhadap faktor sosial ekonomi, apakah mutlak sebagai faktor yang
mempengaruhi tingginya kasus Tuberculosis

1.5.Kerangka Pemikiran
Tuberculosis merupakan problem kesehatan masyarakat di negara-negara
berkembang , khususnya Indonesia. Di Indonesia penyakit Tuberculosis masih
merupakan masalah masyarakat yang cukup besar, karena tiga indeks
(petunjuk) utama yang berhubungan dengan penyakit ini adalah:

· Tuberculin index pada anak-anak umur 10-14 tahun di Indonesia
adalah 40,6%.

4

Menumt WHO, TBC tidak mempakan masalah kesehatan masyarakat

.

lagi bila indeks ini 1% atau kurang.
Prevalensi penderita dengan sputum positif0,3-0,4% di pedusunan
(Malang-Jawa Timur) dan 0,5-0,8% di kota (Yogyakarta-Jawa
Tengah).
Untuk angka ini, 1% ke atas dipandang tinggi, 0,2% sampai 1%

·

sedang; 0,2% ke bawah rendah.
Prevalensi kelainan pam-pam dengan sinar X adalah 3,3%.

Tentu saja dengan mengacu pada indeks tersebut dapat kita lihat bahwa
penderita Tuberculosis tidak hanya didominasi oleh masyarakat pedusunan,
melainkan juga oleh masyarakat kota yang kita tahu bahwa tingkat pendidikan dan

sosial ekonomi rata-rata mereka lebih tinggi dari masyarakat pedusunan (lndan , E
2000).

1.6. Metode Penelitian

Penelitian ini bersifat survei (studi kasus) .Pengambilan data dengan cara
observasi terhadap penderita Tuberculosis di Rumah Sakit lmanuel.

1.7.Lokasi dan Waktu
Dalam penyusunan KTI , penelitian dilakukan di Rumah Sakit lmanuel.
Adapun waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Mei-Juli 2003

20

BABV
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan

·

Tingginya kasus TB di RS lmanuel tidak mutlak diderita oleh pasien golongan

masyarakat ekonomi " rendah"

·

Faktor penyebab timbulnya penyakit TB pada masyarakat ekonimi menengah
keatas adalah aktivitas kerja yang tinggi sehingga istirahat berkurang ,tidur
berkurang yang menyebabkan daya tahan tubuh menurun,selain itujuga
ketidaktahuan mereka akan penyakit TB

5.2. Saran

Mensosialisasikan penyakit TB tidak hanya pada masyarakat kelas

"

rendah" saja , akan tetapi juga masyarakat dengan golongan ekonomi menengah

keatas, dengan penyuluhan

-

penyuluhan pada tiap lapisan masyarakat.

21

DAFTAR PUS TAKA

Aditama, T.Y. 1998. Tuberculosis-Diagnosis. Jakarta: yP IDI:46
Aditama, T.Y. 1998.Risk of Infection Sebagai Indeks Epidemiologi Tuberculosis
Paru da1ammaja1ah Kesehatan Masyarakat Indonesia:XVII, 271-2
Aditama, T.Y.2000. Sepu1uh Masa1ah Tuberculosis dan
Penanggu1angannyaJurnai Respirologi Indonesia, 1( 20)
Crofton,Horne,Miller ,KB. MB 1998.Clinical Tuberculosis.University of
Edinburgh:2-15
Djauzi S. 2003. Kesempatan Kerja Bagi Penderita Tuberculosis Paru da1am
konsu1tasi kesehatan, Maja1ah Kompas:40
Indan,E. 2000. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Bandung: Adytya Bakti.
Soekidjo,N, 1997.1lmu Kesehatan Masyarakat.Jakarta:Rineka Cipta

Tabrani,R.1996 . Ilmu Penyakit Paru .Jakarta : Hipokrates.