Artbook Baratayudha.

(1)

iv

ABSTRAK

Budaya baca tidak dapat dilepaskan dari budaya visual, karena visual bisa meningkatkan daya tarik kepada pembaca untuk membaca dan juga meningkatkan daya ingat pembaca. Maka dari itu penulis membuat “Artbook Baratayudha” untuk menunjang buku Baratayudha.

“Baratayudha” adalah adalah yuda (yudha = perang) dahsyat antara dua pihak keturunan darah Bharata yakni para Pandawa dan para Korawa di medan Kuru atau Kurukshetra. Peperangan ini berlangsung selama 18 hari. Kisah ini diceritakan dalam epos Mahabharata yang ditulis Vyasa Krisna Dwipayana di India kira kira 400 Tahun Sebelum Masehi.

Penulis memilih untuk memvisualisasikan “Baratayudha” ini dikarenakan semakin memudarnya cerita keagamaan ini dalam masyarakat Indonesia, semakin sedikitnya orang yang mengetahui mengenai cerita ini, selain itu cerita “Baratayudha” sendiri memiliki nilai-nilai moral yang baik bagi perkembangan moril masyarakat. Media pemvisualisasian diinterpretasikan dalam sebuah Artbook, karena budaya visual lebih kuat daripada budaya tulisan.

Selain membuat Artbook dari cerita Baratayudha, penulis juga membuat promosi terhadap Artbook ini dengan menerapkannya dalam beberapa media ( Poster, X-Banner ), Penulis juga membuat beberapa merchandise untuk dibagikan kepada pembeli yaitu Pin dan T-Shirt. Semua hal diatas dibuat oleh penulis untuk meningkatkan jumlah pembaca dan pecinta Baratayudha sebagai salah satu nilai kebudayaan nasional Indonesia.


(2)

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK………..iv

KATA PENGANTAR……….v

DAFTAR ISI……….vii

DAFTAR TABEL………....x

DAFTAR GAMBAR………..xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang...1

1.2 Identifikasi Masalah………...3

1.3 Rumusan Masalah………..3

1.4 Tujuan Perancangan………...3

1.5 Ruang Lingkup………...4

1.6 Sumber dan Tehnik Pengumpulan Data……… …...4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka………...5

2.1.1 Definisi dan Istilah………..5

2.1.1.2 Ilustrasi………...5

2.1.1.3 Artbook………6

2.1.2 Persepsi Visual………7

2.1.3 Psikologi Orang Dewasa Terhadap Visual……….7

2.2 Wayang………..8

2.3 Baratayudha………...9

BAB III KONSEP PENCIPTAAN DAN VISUALISASI KARYA 3.1 Metodologi Penelitian………..13

3.1.1 Penjelasan Tabel 3.1……….13

3.1.1.1 Permasalahan……….13


(3)

vi

3.1.1.2.1 Istilah dan Definisi………..14

3.1.1.2.2 Target Audience………..14

3.1.1.2.3 Teknis………..14

3.1.1.2.3.1 Bentuk Visual………...14

3.1.1.2.3.2 Jumlah Produksi………...15

3.2. Konsep Berkarya……….15

3.2.1 Tujuan Penciptaan……….15

3.2.2 Referensi Penciptaan Karya………..15

3.2.3 Strategi dan Taktik………16

3.2.4 Kerangka Kerja……….16

3.2.5 Strategi Komunikasi………..16

3.3 Visualisasi Karya……….17

3.3.1 Konsep Visual………...17

3.3.2 Karakter……….18

3.3.2.1 Bima………...19

3.3.2.2 Arjuna………20

3.3.2.3 Yudhistira………...20

3.3.2.4 Nakula dan Sadewa………21

3.3.2.5 Gatotkaca………...21

3.3.2.6 Kresna………22

3.3.2.7 Suyudana………23

3.3.2.8 Karna………..23

3.3.3 Gambar Visual dan Layout………...25

3.3.3.1 Cover Depan dan Cover Belakang……….25

3.3.3.2 Halaman Pembuka……….26

3.3.3.3 Halaman 1………..26

3.3.3.4 Halaman 2………..27

3.3.3.5 Halaman 3………..27

3.3.3.6 Halaman 4………..28

3.3.3.7 Halaman 5………..28


(4)

vii

3.3.3.9 Halaman 7………..29

3.3.3.10 Halaman 8………30

3.3.3.11 Halaman 9………30

3.3.3.12 Halaman 10………..31

3.3.3.13 Halaman 11………..31

3.3.4 Fisik Buku……….32

3.4 Media Publikasi………...…32

3.4.1 Poster……….32

3.4.2 X Banner………...33

3.4.3 Gimmick………...33

3.4.3.1 Pin………..33

3.4.3.2 T Shirt………34

BAB IV KESIMPULAN………...35

DAFTAR PUSTAKA………36

LAMPIRAN………...37

KOMENTAR DOSEN PENGUJI……….38


(5)

viii

DAFTAR TABEL


(6)

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Karakter Bima………19

Gambar 3.2 Karakter Bima (wayang purwa).………19

Gambar 3.3 Karakter Arjuna..………20

Gambar 3.4 Karakter Arjuna (wayang purwa).……….………20

Gambar 3.5 Karakter Yudhistira………20

Gambar 3.6 Karakter Yudhistira (wayang purwa).……….…...………20

Gambar 3.7 Karakter Nakula dan Sadewa….………21

Gambar 3.8 Karakter Nakula dan Sadewa (wayang purwa).……….…………21

Gambar 3.9 Karakter Gatotkaca………...….………22

Gambar 3.10 Karakter Gatotkaca (wayang purwa)………....…..……….…………22

Gambar 3.11 Karakter Kresna…...……...….………22

Gambar 3.12 Karakter Kresna (wayang purwa)…….……....…..……….…………22

Gambar 3.13 Karakter Suyudana...……...….………23

Gambar 3.14 Karakter Suyudana (wayang purwa)…….……....…..………….…………23

Gambar 3.15 Karakter Karna...……...….………..………24

Gambar 3.16 Karakter Karna (wayang purwa)………...……....…..………….…………24

Gambar 3.17 Cover Depan...……...….………..………25

Gambar 3.18 Cover Belakang………..………...……....…..………….…………25

Gambar 3.19 Halaman Pembuka………...…….……....…..………….…………26

Gambar 3.20 Halaman 1…...……...….………..………26

Gambar 3.21 Halaman 2…...……...….………..………27

Gambar 3.22 Halaman 3…...……...….………..………27

Gambar 3.23 Halaman 4…...……...….………..………28

Gambar 3.24 Halaman 5…...……...….………..………28

Gambar 3.25 Halaman 6…...……...….………..………29

Gambar 3.26 Halaman 7…...……...….………..………29

Gambar 3.27 Halaman 8…...……...….………..………30


(7)

x

Gambar 3.29 Halaman 10...……...….………..………31

Gambar 3.30 Halaman 11...……...….………..………31

Gambar 3.31 Poster……...……...….………..………32

Gambar 3.32 X Banner...……...….………..………33

Gambar 3.33 Pin………...……...….………..………33


(8)

xi

DATA PENULIS

Nama Mahasiswa : Martin

Alamat : Jl. Cijerah, Saluyu II No.14 Bandung No Telp : 022-6071140

No Handphone : 08122303535

Alamat email : chuenhaw@yahoo.com Pendidikan : SD Dwisakti

SLTP Waringin

SMUK II BPK Penabur Nilai Tugas Akhir : B


(9)

1

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mahabharata adalah sebuah karya sastra kuno yang konon ditulis oleh Begawan Byasa atau Vyasa dari India. Buku ini terdiri dari delapan belas kitab, maka

dinamakan Astadasaparwa (asta = 8, dasa = 10, parwa = kitab). Namun, ada pula yang meyakini bahwa kisah ini sesungguhnya merupakan kumpulan dari banyak cerita yang semula terpencar-pencar, yang dikumpulkan semenjak abad ke-4 sebelum Masehi.

Secara singkat, Mahabharata menceritakan kisah konflik para Pandawa lima dengan saudara sepupu mereka sang seratus Korawa, mengenai sengketa hak pemerintahan tanah negara Astina. Puncaknya adalah perang Bharatayuddha di medan Kurusetra dan pertempuran berlangsung selama delapan belas hari.

Selain berisi cerita kepahlawanan (wiracarita), Mahabharata juga mengandung nilai-nilai Hindu, mitologi dan berbagai petunjuk lainnya. Oleh sebab itu kisah

Mahabharata ini dianggap suci, teristimewa oleh pemeluk agama Hindu. Kisah yang semula ditulis dalam bahasa Sansekerta ini kemudian disalin dalam berbagai bahasa, terutama mengikuti perkembangan peradaban Hindu pada masa lampau di Asia, termasuk di Asia Tenggara.

Di Indonesia, salinan berbagai bagian dari Mahabharata, seperti Adiparwa,

Wirataparwa, Bhismaparwa dan mungkin juga beberapa parwa yang lain, diketahui telah digubah dalam bentuk prosa bahasa Kawi (Jawa Kuno) semenjak akhir abad ke-10 Masehi. Yakni pada masa pemerintahan raja Dharmawangsa Teguh (991-ke-1016 M) dari Kadiri. Karena sifatnya itu, bentuk prosa ini dikenal juga sebagai sastra parwa.

Yang terlebih populer dalam masa-masa kemudian adalah penggubahan cerita itu dalam bentuk kakawin, yakni puisi lawas dengan metrum India berbahasa Jawa Kuno. Salah satu yang terkenal ialah kakawin Arjunawiwaha (Arjunawiwāha, perkawinan Arjuna) gubahan mpu Kanwa. Karya yang diduga ditulis antara 1028-1035 M ini (Zoetmulder, 1984) dipersembahkan untuk raja Airlangga dari kerajaan Medang Kamulan, menantu raja Dharmawangsa.


(10)

2

Karya sastra lain yang juga terkenal adalah kakawin Bharatayuddha, yang digubah oleh mpu Sedah dan belakangan diselesaikan oleh mpu Panuluh (Panaluh). Kakawin ini dipersembahkan bagi Prabu Jayabhaya (1135-1157 M), ditulis pada sekitar akhir masa pemerintahan raja Daha (Kediri) tersebut. Di luar itu, mpu Panuluh juga menulis kakawin Hariwangśa di masa Jayabaya, dan diperkirakan pula menggubah

Gaţotkacāśraya di masa raja Kertajaya (1194-1222 M) dari Kediri.

Beberapa kakawin lain turunan Mahabharata yang juga penting untuk disebut, di antaranya adalah Kŗşņāyana (karya mpu Triguna) dan Bhomāntaka (pengarang tak dikenal) keduanya dari jaman kerajaan Kediri, dan Pārthayajña (mpu Tanakung) di akhir jaman Majapahit. Salinan naskah-naskah kuno yang tertulis dalam lembar-lembar daun lontar tersebut juga diketahui tersimpan di Bali.

Di samping itu, mahakarya sastra tersebut juga berkembang dan memberikan inspirasi bagi berbagai bentuk budaya dan seni pengungkapan, terutama di Jawa dan Bali, mulai dari seni patung dan seni ukir (relief) pada candi-candi, seni tari, seni lukis hingga seni pertunjukan seperti wayang kulit dan wayang orang. Di dalam masa yang lebih belakangan, kitab Bharatayuddha telah disalin pula oleh pujangga kraton Surakarta Yasadipura ke dalam bahasa Jawa modern pada sekitar abad ke-18.

Dalam dunia sastera popular Indonesia, cerita Mahabharata juga disajikan melalui bentuk komik yang membuat cerita ini dikenal luas di kalangan awam. Salah satu yang terkenal adalah karya dari R.A. Kosasih.

Sampai saat ini cerita mahabharata sendiri hanya diceritakan, dituliskan dan

digambarkan oleh media-media diatas (puisi lawas, patung, seni tari, seni lukis, dan seni pertunjukan)

Buku yang menceritakan mahabharata masih sangat sulit ditemukan di toko-toko buku, buku-buku Mahabharata karangan M.Saleh dan buku Bharatayudha oleh Sunardi D.M yang terakhir diterbitkan pada tahun 1991 sulit untuk diperoleh, adapun buku yang terakhir diterbitkan adalah buku mahabharata karangan Nyoman S. Pendit yang diterbitkan oleh PT Gramedia Pustaka Utama pada tahun 2003 dan keadaan buku ini pun sama seperti dua buku yang lainnya.


(11)

3

Kehadiran Mahabharata di Indonesia semakin memudar seiring berjalannya waktu, hal ini dapat dilihat dari sulit diperolehnya buku Mahabharata di pasaran. Saya

berencana untuk membuat sebuah artbook ( Artbook adalah kumpulan dari kertas atau material lain yang dikemas menjadi sebuah buku. Artbook merupakan kumpulan gambar dan grafis.) mahabharata, buku ini ditujukan untuk semua kalangan usia dan gender, diharapkan buku ini mampu menyampaikan kembali cerita, unsur

kepahlawanan, dan nilai-nilai norma yang ada didalamnya.

1.2 Identifikasi Masalah

• Melengkapi literasi Indonesia mengenai mahabharata

• Semakin sedikit masyarakat kita yang mengetahui mengenai mahabharata. Padahal nilai-nilai yang terkandung didalamnya sangat banyak dan sangat baik untuk diceritakan ulang.

• Masih belum adanya artbook mahabharata

1.3 Rumusan Masalah

• Mengapa perlunya melengkapi literasi Indonesia mengenai mahabharata? • Mengapa semakin sedikit masyarakat kita yang mengetahui mengenai

mahabharata khususnya baratayudha?

• Mengapa masih belum adanya artbook baratayudha?

1.4 Tujuan Perancangan

Diharapkan melalui artbook akan mampu mengangkat cerita Mahabharata kembali kepada khalayak umum, dan dapat menerapkan nilai-nilai yang terkandung

didalamnya, pada intinya dapat memuaskan masyarakat umum melalui berbagai aspek. Turut melengkapi literasi Indonesia mengenai mahabharata yang semakin memudar


(12)

4

1.5 Ruang Lingkup

Cerita mahabharata merupakan cerita yang panjang dan kompleks, karena itu maka saya memfokuskan pembuatan artbook pada puncak cerita mahabharata, yaitu bharatayuddha. Bharatayuddha adalah perang dahsyat antara dua pihak keturunan darah Bharata yakni para Pandawa dan para Korawa di medan Kuru atau

Kurukshetra. Peperangan ini berlangsung selama 18 hari.

1.6 Sumber dan Tehnik Pengumpulan Data

1.6.1 Sumber Data

• Mahabharata oleh Nyoman S.Pendit • Mahabharata oleh M.Saleh

• Bharatayudha oleh Sunardi D.M. • Arjuna Wiwaha oleh Sunardi D.M.

• Nilai-nilai Etis Dalam Wayang oleh Dr.Hazim Amir, M.A. • www.wikipedia.com

1.6.2 Teknik Pengumpulan Data


(13)

35 BAB IV KESIMPULAN

Kesimpulan dan Saran

Dari hasil analisis dan interpretasi pembacaan novel Mahabharata, khususnya Baratayudha selama tugas akhir ini saya mendapatkan beberapa masukan, seperti pentingnya visual bagi kehidupan kita sehari-hari menurut Prof.Dr.Primadi Tabrani, hal itu memberikan pandanganbahwa perlunya diperbanyak Artbook agar budaya baca dan keinginan untuk membaca orang dewasa maupun masyarakat Indonesia semakin meningkat.

Masyarakat Indonesia memiliki akar budaya visual yang sangat kuat, hal ini diketahui dari sejarah-sejarah prasasti-prasasti yang menampilkan relief-relief ukiran. Seringkali budaya baca tidak terlalu berhasil walaupun publikasi telah dilakukan secara gencar. Penulis mengambil kesimpulan bahwa dibutuhkan visual sebagai daya tarik minat baca yang kuat.

Sesuai dengan yang sudah diutarakan diatas, buku Mahabharata secara umum tidak memilii daya tarik, karena hanya berupa teks saja, apabila digabungkan dengan visual sebagai unsur daya tariknya, masyarakat akan semakin tertarik akan Mahabharata khususnya Bharatayudha.

Semoga apa yang telah dilakukan dalam tugas akhir ini penulis bisa memberikan sumbangsih pada kehidupan nyata maupun untuk keperluan studi selanjutnya. Saran untuk FSRD Universitas Kristen Maranatha

Penulis menyampaikan beberapa saran kepada pihak FSRD Universitas Kristen Maranatha, yaitu :

1. Fasilitas dan Pelayanan bisa semakin baik sehingga mahasiswa bisa merasakan kondisi pembelajaran yang kondusif.

2. Sering diadakan seminar-seminar yang bisa menunjang pembelajaran. 3. Pihak fakultas dan Universitas diharapkan mampu menjembatani mahasiswa


(14)

DAFTAR PUSTAKA

2005. “Bahasa Rupa”, Prof Dr. Primadi Tabrani, Penerbit Kelir

2000. “Tanda-tanda dalam kebudayaan” Berger, Artur Asa, penerjemah, M dwi Marianto, Sunarto; penyunting, Sunarto, Imron Rosyidi, Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 2000

1995 “Psikologi Orang Dewasa” Dr Dadang Sulaeman Editor Prof.Dr.Oemar Hamalik, Penerbit Cv. Mandar Maju

1993. “Mahabharata” Nyoman S.Pendit, Penerbit Bhratara-Jakarta

1992. “Mengenal Wayang Kulit” Soekatno, B.A. ,Penerbit Aneka Ilmu-Semarang 1991. “Mahabarata” M. Saleh, Penerbit Balai Pustaka-Jakarta

1991. “Baratayudha” Sunardi D.M., Penerbit Balai Pustaka-Jakarta 1991. “Nilai-nilai Etis Dalam Wayang” Dr.Hazim Amir, M.A. Penerbit Pustaka Sinar Harapan-Jakarta

1989. “Sejarah Wayang Purwa” Hardjowirogo, Penerbit Balai Pustaka-Jakarta Encarta 2007

www.Wikipedia.com www.Yahoo.com www.Google.com


(1)

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mahabharata adalah sebuah karya sastra kuno yang konon ditulis oleh Begawan Byasa atau Vyasa dari India. Buku ini terdiri dari delapan belas kitab, maka

dinamakan Astadasaparwa (asta = 8, dasa = 10, parwa = kitab). Namun, ada pula yang meyakini bahwa kisah ini sesungguhnya merupakan kumpulan dari banyak cerita yang semula terpencar-pencar, yang dikumpulkan semenjak abad ke-4 sebelum Masehi.

Secara singkat, Mahabharata menceritakan kisah konflik para Pandawa lima dengan saudara sepupu mereka sang seratus Korawa, mengenai sengketa hak pemerintahan tanah negara Astina. Puncaknya adalah perang Bharatayuddha di medan Kurusetra dan pertempuran berlangsung selama delapan belas hari.

Selain berisi cerita kepahlawanan (wiracarita), Mahabharata juga mengandung nilai-nilai Hindu, mitologi dan berbagai petunjuk lainnya. Oleh sebab itu kisah

Mahabharata ini dianggap suci, teristimewa oleh pemeluk agama Hindu. Kisah yang semula ditulis dalam bahasa Sansekerta ini kemudian disalin dalam berbagai bahasa, terutama mengikuti perkembangan peradaban Hindu pada masa lampau di Asia, termasuk di Asia Tenggara.

Di Indonesia, salinan berbagai bagian dari Mahabharata, seperti Adiparwa,

Wirataparwa, Bhismaparwa dan mungkin juga beberapa parwa yang lain, diketahui telah digubah dalam bentuk prosa bahasa Kawi (Jawa Kuno) semenjak akhir abad ke-10 Masehi. Yakni pada masa pemerintahan raja Dharmawangsa Teguh (991-ke-1016 M) dari Kadiri. Karena sifatnya itu, bentuk prosa ini dikenal juga sebagai sastra parwa.

Yang terlebih populer dalam masa-masa kemudian adalah penggubahan cerita itu dalam bentuk kakawin, yakni puisi lawas dengan metrum India berbahasa Jawa Kuno. Salah satu yang terkenal ialah kakawin Arjunawiwaha (Arjunawiwāha, perkawinan Arjuna) gubahan mpu Kanwa. Karya yang diduga ditulis antara 1028-1035 M ini (Zoetmulder, 1984) dipersembahkan untuk raja Airlangga dari kerajaan Medang


(2)

Karya sastra lain yang juga terkenal adalah kakawin Bharatayuddha, yang digubah oleh mpu Sedah dan belakangan diselesaikan oleh mpu Panuluh (Panaluh). Kakawin ini dipersembahkan bagi Prabu Jayabhaya (1135-1157 M), ditulis pada sekitar akhir masa pemerintahan raja Daha (Kediri) tersebut. Di luar itu, mpu Panuluh juga menulis kakawin Hariwangśa di masa Jayabaya, dan diperkirakan pula menggubah

Gaţotkacāśraya di masa raja Kertajaya (1194-1222 M) dari Kediri.

Beberapa kakawin lain turunan Mahabharata yang juga penting untuk disebut, di antaranya adalah Kŗşņāyana (karya mpu Triguna) dan Bhomāntaka (pengarang tak dikenal) keduanya dari jaman kerajaan Kediri, dan Pārthayajña (mpu Tanakung) di akhir jaman Majapahit. Salinan naskah-naskah kuno yang tertulis dalam lembar-lembar daun lontar tersebut juga diketahui tersimpan di Bali.

Di samping itu, mahakarya sastra tersebut juga berkembang dan memberikan inspirasi bagi berbagai bentuk budaya dan seni pengungkapan, terutama di Jawa dan Bali, mulai dari seni patung dan seni ukir (relief) pada candi-candi, seni tari, seni lukis hingga seni pertunjukan seperti wayang kulit dan wayang orang. Di dalam masa yang lebih belakangan, kitab Bharatayuddha telah disalin pula oleh pujangga kraton Surakarta Yasadipura ke dalam bahasa Jawa modern pada sekitar abad ke-18.

Dalam dunia sastera popular Indonesia, cerita Mahabharata juga disajikan melalui bentuk komik yang membuat cerita ini dikenal luas di kalangan awam. Salah satu yang terkenal adalah karya dari R.A. Kosasih.

Sampai saat ini cerita mahabharata sendiri hanya diceritakan, dituliskan dan

digambarkan oleh media-media diatas (puisi lawas, patung, seni tari, seni lukis, dan seni pertunjukan)

Buku yang menceritakan mahabharata masih sangat sulit ditemukan di toko-toko buku, buku-buku Mahabharata karangan M.Saleh dan buku Bharatayudha oleh Sunardi D.M yang terakhir diterbitkan pada tahun 1991 sulit untuk diperoleh, adapun buku yang terakhir diterbitkan adalah buku mahabharata karangan Nyoman S. Pendit yang diterbitkan oleh PT Gramedia Pustaka Utama pada tahun 2003 dan keadaan buku ini pun sama seperti dua buku yang lainnya.


(3)

Kehadiran Mahabharata di Indonesia semakin memudar seiring berjalannya waktu, hal ini dapat dilihat dari sulit diperolehnya buku Mahabharata di pasaran. Saya

berencana untuk membuat sebuah artbook ( Artbook adalah kumpulan dari kertas atau material lain yang dikemas menjadi sebuah buku. Artbook merupakan kumpulan gambar dan grafis.) mahabharata, buku ini ditujukan untuk semua kalangan usia dan gender, diharapkan buku ini mampu menyampaikan kembali cerita, unsur

kepahlawanan, dan nilai-nilai norma yang ada didalamnya.

1.2 Identifikasi Masalah

• Melengkapi literasi Indonesia mengenai mahabharata

• Semakin sedikit masyarakat kita yang mengetahui mengenai mahabharata. Padahal nilai-nilai yang terkandung didalamnya sangat banyak dan sangat baik untuk diceritakan ulang.

• Masih belum adanya artbook mahabharata 1.3 Rumusan Masalah

• Mengapa perlunya melengkapi literasi Indonesia mengenai mahabharata?

• Mengapa semakin sedikit masyarakat kita yang mengetahui mengenai mahabharata khususnya baratayudha?

• Mengapa masih belum adanya artbook baratayudha? 1.4 Tujuan Perancangan

Diharapkan melalui artbook akan mampu mengangkat cerita Mahabharata kembali kepada khalayak umum, dan dapat menerapkan nilai-nilai yang terkandung

didalamnya, pada intinya dapat memuaskan masyarakat umum melalui berbagai aspek. Turut melengkapi literasi Indonesia mengenai mahabharata yang semakin memudar


(4)

1.5 Ruang Lingkup

Cerita mahabharata merupakan cerita yang panjang dan kompleks, karena itu maka saya memfokuskan pembuatan artbook pada puncak cerita mahabharata, yaitu bharatayuddha. Bharatayuddha adalah perang dahsyat antara dua pihak keturunan darah Bharata yakni para Pandawa dan para Korawa di medan Kuru atau

Kurukshetra. Peperangan ini berlangsung selama 18 hari.

1.6 Sumber dan Tehnik Pengumpulan Data

1.6.1 Sumber Data

• Mahabharata oleh Nyoman S.Pendit

• Mahabharata oleh M.Saleh

• Bharatayudha oleh Sunardi D.M.

• Arjuna Wiwaha oleh Sunardi D.M.

• Nilai-nilai Etis Dalam Wayang oleh Dr.Hazim Amir, M.A.

• www.wikipedia.com 1.6.2 Teknik Pengumpulan Data


(5)

BAB IV

KESIMPULAN

Kesimpulan dan Saran

Dari hasil analisis dan interpretasi pembacaan novel Mahabharata, khususnya

Baratayudha selama tugas akhir ini saya mendapatkan beberapa masukan, seperti

pentingnya visual bagi kehidupan kita sehari-hari menurut Prof.Dr.Primadi Tabrani, hal

itu memberikan pandanganbahwa perlunya diperbanyak Artbook agar budaya baca dan

keinginan untuk membaca orang dewasa maupun masyarakat Indonesia semakin

meningkat.

Masyarakat Indonesia memiliki akar budaya visual yang sangat kuat, hal ini diketahui

dari sejarah-sejarah prasasti-prasasti yang menampilkan relief-relief ukiran. Seringkali

budaya baca tidak terlalu berhasil walaupun publikasi telah dilakukan secara gencar.

Penulis mengambil kesimpulan bahwa dibutuhkan visual sebagai daya tarik minat baca

yang kuat.

Sesuai dengan yang sudah diutarakan diatas, buku Mahabharata secara umum tidak

memilii daya tarik, karena hanya berupa teks saja, apabila digabungkan dengan visual

sebagai unsur daya tariknya, masyarakat akan semakin tertarik akan Mahabharata

khususnya Bharatayudha.

Semoga apa yang telah dilakukan dalam tugas akhir ini penulis bisa memberikan

sumbangsih pada kehidupan nyata maupun untuk keperluan studi selanjutnya.

Saran untuk FSRD Universitas Kristen Maranatha

Penulis menyampaikan beberapa saran kepada pihak FSRD Universitas Kristen

Maranatha, yaitu :

1.

Fasilitas dan Pelayanan bisa semakin baik sehingga mahasiswa bisa merasakan

kondisi pembelajaran yang kondusif.

2.

Sering diadakan seminar-seminar yang bisa menunjang pembelajaran.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

2005. “Bahasa Rupa”, Prof Dr. Primadi Tabrani, Penerbit Kelir

2000. “Tanda-tanda dalam kebudayaan” Berger, Artur Asa, penerjemah, M dwi

Marianto, Sunarto; penyunting, Sunarto, Imron Rosyidi, Yogyakarta: Tiara Wacana

Yogya, 2000

1995 “Psikologi Orang Dewasa” Dr Dadang Sulaeman

Editor Prof.Dr.Oemar Hamalik, Penerbit Cv. Mandar Maju

1993. “Mahabharata” Nyoman S.Pendit, Penerbit Bhratara-Jakarta

1992. “Mengenal Wayang Kulit” Soekatno, B.A. ,Penerbit Aneka Ilmu-Semarang

1991. “Mahabarata” M. Saleh, Penerbit Balai Pustaka-Jakarta

1991. “Baratayudha” Sunardi D.M., Penerbit Balai Pustaka-Jakarta

1991. “Nilai-nilai Etis Dalam Wayang” Dr.Hazim Amir, M.A.

Penerbit Pustaka Sinar Harapan-Jakarta

1989. “Sejarah Wayang Purwa” Hardjowirogo, Penerbit Balai Pustaka-Jakarta

Encarta 2007

www.Wikipedia.com

www.Yahoo.com

www.Google.com