ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH FISIKA PADA MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PBM) DENGAN PEMBELAJARAN LANGSUNG MENGGUNAKAN BANTUAN PETA KONSEP.

(1)

ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH FISIKA PADA MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS

MASALAH (PBM) DENGAN PEMBELAJARAN LANGSUNG MENGGUNAKAN BANTUAN PETA KONSEP

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Pada

Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh

MAKMUR HARTONO NIM: 8106175011

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN

2013


(2)

ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH FISIKA PADA MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS

MASALAH (PBM) DENGAN PEMBELAJARAN LANGSUNG MENGGUNAKAN BANTUAN PETA KONSEP

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Pada

Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh

MAKMUR HARTONO NIM: 8106175011

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN

2013


(3)

(4)

(5)

ABSTRAK

MAKMUR HARTONO : “Analisis Pemahaman Konsep Dan Kemampuan Pemecahan Masalah Fisika Pada Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) dengan Pembelajaran Langsung Menggunakan Bantuan Peta Konsep”. Tesis Medan. Program Studi Pendidikan Fisika Pascasarjana Universitas Negeri Medan 2012.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis : (1) Perbedaan kemampuan pemecahan masalah Fisika siswa pada model pembelajaran berbasis masalah dan pembelajaran langsung, (2) Perbedaan kemampuan pemecahan masalah Fisika siswa yang memiliki pemahaman konsep rendah dan pemahaman konsep tinggi, (3) Interaksi antara model pembelajaran dengan pemahaman konsep untuk meningkatkan pemecahan masalah Fisika. Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperimen. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas XII SMA N 1 Kutacane. Pemilihan sampel dilakukan secara cluster random class. Instrumen yang digunakan terdiri dari : 1). Tes Pemahaman Konsep, dan 2). Kemampuan pemecahan masalah fisika siswa. Adapun tes yang digunakan untuk memperoleh data adalah berbentuk essay. Data dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan ANAVA dua jalur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa : 1). Kemampuan pemecahan masalah Fisika menggunakan model pembelajaran berbasis masalah lebih baik dibandingkan dengan kemampuan pemecahan masalah Fisika menggunakan pembelajaran langsung pada materi sifat-sifat gelombang cahaya, 2). Kemampuan pemecahan masalah Fisika pada kelompok siswa konsep tinggi lebih baik dibandingkan kemampuan pemecahan masalah Fisika pada kelompok siswa konsep rendah pada materi sifat-sifat gelombang cahaya, 3). Tidak terdapat intraksi antara model pembelajaran berbasis masalah dan model pembelajaran langsung dengan pemahaman konsep untuk meningkatkan pemecahan masalah fisika siswa pada materi sifat-sifat gelombang cahaya kelas XII SMA N 1 Kutacane.

Kata Kunci : Model Pembelajaran Berbasis Masalah, Pemahaman Konsep, Kemampuan Pemecahan Masalah Fisika, Pembelajaran langsung.


(6)

ABSTRACT

MAKMUR HARTONO : The analysis of concept understanding and ability to problem solving through problem based learning model and direct Instruction model by using maping concept. Thesis Medan. Physics Education Study Program. Postgraduate School of state Universty of Medan, 2012.

This research was aimed to analyze : (1) Differences ability to problem solving of student physics by using problem based learning model and direct instruction model, (2) Differences ability to problem solving of student physics has low and high concept understanding, and (3) Interaction between of learning model and concept understanding to problem solving physics. This research was quasi exprimental research. The population this research is twelve year at senior high school one Kutacane by using cluster random class. The instrument is used consist of: (1) Test of concept understanding. And (2) The ability of problem solving to physics students. The test was essay test. This research data was analyze by using two way ANAVA. The result of this research showed that: (1) The problem solving ability of Physics using problem-based learning model better than problem solving ability of physics using direct instruction the natures of ligh wave, (2). problem solving ability of physics in the students' high concept better than problem solving ability of physics in the low concept students the natures of ligh wave, (3) There were no interaction between problem based learning model and direct instruction model to concept understanding and problem solving of physics the nature light wave to class XII Senior high school 1 Kutacane.

Keywords : Problem Based Learning, Understanding concept, Problem solving of Physics, Direct instruction.


(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus yang maha pengasuh juga maha penyayang, yang telah memberikan anugrah-Nya kepada penulis sehingga peneliti dapat menyelesaiakan penelitian dan penulisan ini tepat pada waktunya. Adapun judul skripsi ini adalah”Eksistensi Upacara Nengget pada Masyarakat Karo”..

Skripsi ini dibuat untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan. Peneliti sadar akan ketidak sempurnaan skripsi ini, baik dalam tulisan maupun kata-kata. Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca agar skripsi ini dapat menjadi lebih baik dikemudian hari. Selama proses penelitian peneliti selalu menyelesaikan skripsi ini peneliti menghadapi hambatan dan rintangan, akan tetapi berkat dorongan dan semangat serta bantuan dari berbagai pihak membuat peneliti termotivasi untuk menyelesaikan skripsi ini. Maka dari itu peneliti ingin mengucapkan terimakasih kepada

1. Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar Damanik, M.Si., sebagai Rektor Universitas Negeri Medan

2. Ibu Dr. Isda Pramuniati, M.Hum., sebagai Dekan Fakultas Bahasa Dan Seni

3. Ibu Dra. Tuti Rahayu, M.Si., sebagai Ketua Jurusan Sendratasik.

4. Ibu Nurwani,S.S.T.M.Hum selaku Ketua Prodi Pendidikan Seni Tari yang banyak memberikan informasi dan layanan kepada penulis demi terselesainya skripsi ini.

5. Ibu Dra. Rr. RHD. Nugrahaningsih, M.Si selaku dosen Pembimbing I yang senantiasa memberikan arahan, masukan sera motivasi untuk menyelesaikan skripsi ini.


(8)

6. Bapak Drs. Inggit Prastiawan, M,Sn selaku Pembimbing II yang senantiasa memberikan arahan dan masukan dan bantuan untuk menyelesaikan skripsi ini.

7. Semua dosen dan staff pengajar khususnya program studi seni tari yang telah banyak memberikan ilmu pengetahuan kepada peneliti selama studi kuliah.

8. Terkusus dan teristimewa kepada orang tua yang sangat saya sayangi dan cintai ayahanda T. Ginting dan ibunda L. Situmorang yang tiada henti-hentinya memberikan doa, semangat, motivasi dan materi sehingga penulis dapat termotivasi untuk segera menyelesaikan skripsi ini dengan tepat waktu dan meraih gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Negeri Medan, karna tanpa doa-doa mereka penulis tidak bisa seperti sekarang ini.

9. Kepada kakak dan abang saya, bebereku kerina ras impal canggih nd Tiganyang selalu mendoakan saya, memberi semangat, motivasi serta dukungan moril sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

10.Bapak narasumber Seter Ginting yang banyak memberikan informasi kepada penulis tentang eksistensi upacara nengget Pada Masyarakat Karo sehinga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

11.Bapak narasumber Wardin Ginting yang banyak memberikan informasi kepada penulis tentang eksistensi upacara nengget Pada Masyarakat Karo sehinga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

12.Kepada Bapak Tommy Heriko. M.AP Camat Kecamatan Juhar dan Bapak Jahari Karo-Karo sekertaris Camat atas izin dan saran sehingga penulis dapat melaksanakan penelitian di kecamatan Juhar Kabupaten Karo

13.Kepada Poda papa Gery sekeluarga, bang Antha Pryma, bang Neo, ma Hery, Bp sella sekeluarga , teman-teman seniman Karo dan keluarga besar Mehaga Salon atas bantuannya selama ini, didikannya dan motivasi sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini.


(9)

14.Kepada Pimpinan Dura Creative Production (Heriandi Surbakti) atas bantuanya selama ini motivasi dan didikan kepada penulis untuk dapat menyelesaikan Pendidikanya.

15.Kepada Emma Record, Sella Record, Saren Record Serta Produser yang telah mendukung penulis untuk menyelesaikan Pendidikan.

16.Seluruh staf administrasi FBS UNIMED yang telah memberikan informasi dan layanan kepada penulis demi terselesainya penelitian dan skripsi ini. 17.Semua teman-teman Program Studi Seni Tari yang tidak dapat saya

sebutkan namanya satu per satu yang sama-sama berjuang untuk mendapatkan gelar S-1 pendidikan seni tari.

18.Seluruh pihak yang turut berperan membantu dan mendukung saya dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, untuk itu penulismengharapkan kritik dan saran yang membangun. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Maret 2013 Peneliti


(10)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GRAFIK ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Identifikasi Masalah ... 7

1.3. Batasan Masalah... 7

1.4. Rumusan Masalah ... 8

1.5. Tujuan Penelitian ... 9

1.6. Manfaat Penelitian ... 9

1.7. Definisi Oprasional ... 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 13

2.1. Tinjauan Teori ... 13

2.1.1. Teori Belajar ... 13

2.1.2. Kemampuan Pemecahan Masalah ... 28

2.1.3. Pemahaman Konsep ... 33

2.1.4. Pembelajaran Berbasis Masalah ... 51

2.1.5. Pembelajaran Langsung ... 63

2.1.6. Peta Konsep ... 69

2.1.7. Penelitian yang Relevan ... 76

2.2. Kerangka Konseptual ... 78

2.3. Hipotesis Penelitian ... 83

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 85

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ... 85

3.2. Populasi dan Sampel ... 85

3.2.1. Populasi ... 85

3.2.2. Sampel ... 85

3.3. Variabel Penelitian ... 87

3.4. Rancangan Penelitian ... 88

3.5. Prosedur dan Pelaksanaan Penelitian ... 90

3.6. Desain Penelitian ... 90

3.7. Alat Pengumpul Data ... 92

3.8. Validitas Ahli Terhadap Instrumen ... 92


(11)

3.9.1. Validitas Tes ... 93

3.9.2. Releabilitas Tes ... 96

3.9.3. Tingkat Kesukaran Tes ... 98

3.9.4. Daya Pembeda ... 99

3.10. Prosedur Penelitian... 101

3.11. Teknik Pemecahan Data ... 101

3.12. Hipotesis Statistik ... 103

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 105

4.1 Analisis Data ... 105

4.1.1 Deskripsi hasil melalui butir soal ... 110

4.1.2 Deskripsi hasil melalui kelompok konsep ... 113

4.1.3 Analisis kemampuan pemecahan masalah melalui indikator ... 116

4.1.3 Uji hipotesis ... 120

4.2 Pembahasan ... 127

4.2.1 Perbedaan pemecahan masalah Fisika dengan PBM dan PL ... 127

4.2.2 Perbedaan pemecahan masalah dengan konsep tinggi dan rendah .. 131

4.2.3 Interaksi antara model dengan pemahaman konsep ... 133

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 137

5.1 Kesimpulan ... 137

5.2 Saran ... 138


(12)

DAFTAR GAMBAR

Grafik Halaman

Gambar 2.1 Model pemahaman konsep ... 49 Gambar 4.1 Intraksi kedua kelas ... 122


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

Lampiran I. Silabus ... 144

Lampiran II. RPP ... 146

Lampiran II. RPP II ... 156

Lampiran II. RPP III ... 173

Lampiran III. LKS I ... 186

Lampiran III. LKS II ... 190

Lampiran IV. Pedoman peyekoran pemecahan masalah ... 192

Lampiran V. Pedoman peyekoran pemahan konsep ... 193

Lampiran VI. Bahan ajar fisika ... 194

Lampiran VII. Soal dan jawaban instrumen penelitian ... 204

Lampiran VIII. Soal instrumen pemecahan masalah ... 207

Lampiran IX. Soal dan jawaban instrumen konsep ... 210

Lampiran X. Instrumen pemahaman konsep ... 212

Lampiran XI. Instrumen pretes ... 213

Lampiran XII. Peta konsep ... 216

Lampiran XIII. Kisi-kisi konsep ... 217

Lampiran XIV. Reliabilitas dan validitas tes instrumen ... 218

Lampiran XV. Kisi-kisi pemecahan masalah... 228


(14)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi manusia, manusia yang berpendidikan tidak diperoleh begitu saja dalam waktu yang singkat, namun memerlukan suatu proses pembelajaran sehingga menimbulkan hasil atau efek yang sesuai dengan proses yang telah dilalui. Sumber daya manusia yang berpendidikan akan mampu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni (IPTEKS). Untuk mengemban fungsi pendidikan tersebut pemerintah menyelenggarakan suatu sistem pendidikan nasional sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2006 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Menteri pendidikan nasional, 23 Mei 2006). Maka pencapian standar isi yang telah ditetapkan oleh menteri pendidikan harus dilaksanakan dengan tujuan tercapainya pendidikan secara kritis, dan mandiri dari proses belajar mengajar (Permendiknas 2006).

Pembelajaran merupakan pokok utama dalam pencapaian tujuan pendidikan yang dituntun oleh tenaga pengajar, sehingga pengajar memiliki tanggung jawab yang besar dalam mengemban pendidikan ini, dimana peran guru akan memberi gambaran atas keberhasilan siswa baik secara kognitif, afektif dan, psikomotorik. Tugas tenaga pengajar tersebut bukan mudah, karena banyak guru yang masih mengeluh pada saat mengajar di dalam kelas disebabkan faktor pengelolaan kelas dan pengajaran yang dianggap sangat berat seakan menjadi beban ketika siswa yang diajar tidak kompeten. Jika prosos pembelajaran tersebut


(15)

terjadi maka akan banyak kritik yang ditujukan kepada cara guru mengajar yang terlalu menekankan pada penguasaan sejumlah informasi belaka. Penumpukan informasi pada subjek didik dapat saja kurang bermanfaat bahkan tidak bermanfaat jika hanya dikomunikasikan guru dalam satu arah. Informasi pengetahuan yang kita berikan memang sangat penting tetapi bukan hanya dalam masalah itu saja, namun guru masih perlu memperhatikan sikap, cara mengambil keputusan dan cara pemecahan masalah siswa. Untuk itu perlu pembelajaran yang relevan yaitu pembelajaran yang bermakna (Sagala, 2010).

Dampak pada masalah sistem pembelajaran dapat dilihat dari prestasi siswa pada Trend of iternational on mathematics and science study (TIMSS) Fisika, tampak jelas bahwa kemampuan siswa secara rata-rata masih dibawah standar internasional, pada ruang lingkup asia tenggara, indonesia masih jauh tertinggal dari Singapura, Malaysia, dan Brunai Darussalam, tetapi yang sangat mengejutkan adalah bukan dengan kemampuan siswa untuk menyelesaikan Fisika secara matematis namun karena rendahnya kemauan siswa dalam pemecahan masalah Fisika dan pemahaman konsep. Maka terdapat data secara rerata bahwa siswa indonesia hanya berada diranking ke 37 dari 44 negara. Tantangan inilah menjadi tugas bersama khususnya tugas guru sebagai pendidik dan pengajar (Efendi, 2010).

Ditinjau secara khusus pendidikan di kabupaten aceh tenggara, dimana kekawatir siswa dan guru pada saat datangnya ujian nasional masih menjadi dilema karena banyaknya kalangan siswa dan guru yang menginginkan agar ujian nasional tidak dilaksanakan oleh pusat tetapi sepenuhnya oleh pihak sekolah,


(16)

sementara kegiatan belajar mengajar terus berjalan. Maka perlu diperhatikan faktor internal (guru) dan external (siswa) dalam arti kemampuan guru mengajar, cara belajar dan hasil belajar siswa di kabupaten tersebut.

Peneliti telah melakukan wawancara pada salah satu sekolah di kabupaten aceh tenggara yakni dengan melakukan intervew terhadap salah satu guru Fisika SMA N 1 Kutacane (Saniman, S.Pd). Ternyata sangat penting jika seorang pendidik memikirkan faktor intern yang biasa datang dari sistem mengajar seperti kemampuan guru dalam penggunaan model pembelajaran khususnya model PBM yang mampu meningkatkan kemampuan pemecahan masalah Fisika siswa dalam pembelajaran disekolah, karena selama ini dalam proses evaluasi Fisika, siswa masih merasa kawatir tentang kehadiran ujian formatif dan ujian pertengahan serta ujian diakhir semester. Bukan hanya hal tersebut, namun masih banyak siswa yang mencoba curang, baik mencontek dari teman maupun membuka catatan saat ujian berlangsung. Dimana siswa masih merasakan bahwa ilmu yang mereka dapat belum berupa konsep Fisika yang terkonstruk secara teratur dan kokoh dalam pikiran siswa, sehingga ilmu atau pengetahuan yang mereka dapat dibangku sekolah tidak bertahan lama.

Berdasarkan hasil temuan dan intervew terhadap siswa, ternyata di kalangan siswa masih membudaya cara belajar hafalan, yang dilakukan siswa saat menjelang ujian formatif. Siswa hanya akan belajar ketika dikelas dan malas untuk mengerjakan pekerjaan rumah (PR). Dari keadaan tersebut siswa belum belajar untuk mengerti, tetapi baru dalam tahap menghafal. Keadaan ini dibuktikan dengan hasil ulangan formatif yang menunjukkan bahwa, siswa yang


(17)

memiliki daya ingat kuat mendapat nilai yang baik, sedangkan siswa yang memiliki daya ingat lemah mendapatkan nilai yang kurang memuaskan. Temuan hasil belajar siswa ini ditinjau dari tingkat indikator rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) guru yang sesuai dengan tingkat indikator soal yang dibuat guru untuk mengukur pencapaian kompetensi siswa.

Untuk tindak lanjut nilai atau hasil belajar siswa, pada tanggal 14 Mei 2012 dilakukan tes observasi pada siswa kelas XII SMA N 1 Kutacane. Hasil atau nilai tes observasi tersebut masih tergolong rendah bila dibandingkan dengan nilai KKM (kriteria ketuntasan minimal) yang telah ditetapkan sekolah tersebut untuk mata pelajaran Fisika. Dimana rata-rata nilai yang mereka dapat adalah 4,00 yang jauh berbeda dari nilai KKM yakni 6,50. Rata-rata hasil belajar ini dinilai dari pedoman penyekoran pemecahan masalah dan pemahaman konsep Fisika siswa.

Persoalan sekarang adalah bagaimana menemukan cara yang terbaik untuk menyampaikan materi yang diajarkan sehingga siswa dapat memahami dan mengingat lebih lama materi yang diajar tersebut serta kemampuan pemecahan masalah Fisika siswa yang tinggi. Bagaimana guru dapat menyampaikan cara yang baik kepada siswa, bagaimana guru dapat membuka wawasan yang beragam dari seluruh siswa, sehingga dapat mempelajari berbagai materi ajar dan cara mengkaitkannya dalam kehidupan nyata. Maka sebagai guru yang baik dan bijaksana harus mampu mengubah kesulitan pembelajaraan tersebut menjadi pembelalajaran aktif, kritis, efektif, dan menyenangkan. Tentu dengan kemapuan pemecahan masalah Fisika yang autentik dalam proses pembelajaran sangat perlu untuk ditonjolkan mengingat bahwa berusaha sendiri untuk mencari pemecahan


(18)

masalah serta pengetahuan yang menyertainya, menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna, dan berusaha untuk mencari pemecahan masalah secara mandiri akan memberikan suatu pengalaman konkrit, dengan pengalaman tersebut dapat digunakan pula memecahkan masalah-masalah lain yang serupa, karena pengalaman itu memberikan makna tersendiri bagi peserta didik (Trianto 2009).

Untuk mengatasi permasalahan-permasalahan pembelajaran tersebut perlu diusahakan suatu model pembelajaran yang lebih bermakna pula. Salah satunya dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah, yaitu model pembelajaran konstruktivisme yang menekankan perlunya siswa untuk menyelidiki dan membangun pengetahuan mereka sendiri, mempunyai keterampilan berpikir

tingkat tinggi, mengembangkan kemandirian dan rasa percaya diri. Dalam arti bahwa

siswa harus aktif, saling berinteraksi dengan teman-temannya, saling tahu informasi, pemahaman konsep, dan berpikir kritis dengan cara pemecahkan masalah. Desain dari berbasis masalah bertujuan untuk mengembangkan pemikiran siswa dalam pemecahan masalah dan kemampuan intelektual melalui pembelajaran yang autentik dan memiliki kemandirian dalam belajar, serta kemauan belajar secara simulasi kelompok. Maka model pembelajaran berbasis masalah baik digunakan terhadap siswa yang memiliki kemandirian yang tinggi, (Arends, 2007).

Model pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu model pembelajaran yang didasarkan pada banyaknya permasalahan yang membutuhkan penyelidikan autentik yakni penyelidikan yang menggunakan penyelesaian nyata. Dari permasalahan yang nyata sehingga memungkinkan siswa untuk memecahan masalah Fisika bukan hanya untuk menghafal rumus Fisika.


(19)

Terdapat pada penelitian terdahulu yaitu peneilitian (Yumira Simamora, 2011) yang berjudul perbedaan kemampuan berfikir kreatif dan pemecahan masalah matematika antara siswa yang diberi pembelajaran berbasis masalah dengan pembelajaran langsung, mengalami peningkatan pola jawaban siswa dengan berbasis masalah lebih baik dari pembelajaran langsung sehingga berdampak pada kemampuan kognitif siswa dimana dengan model berbasis masalah siswa mendapatkan nilai rata-rata 46,65, sedangkan pembelajaran langsung hanya 22,31. Penelitian (Santyasa I, 2010) memberikan kesimpulan penelitiannya bahwa pengembangan pemahaman konsep dan kemampuan pemecahan masalah mampu meningkatkan kemampuan investigasi cara belajar Fisika siswa karena dilandaskan oleh konsep siswa dan pembelajaran konstruktivis pemecahan masalah Fisika. Penelitian (Cahyaningrum N, 2010) bahwa dengan menggunakan problem based learning dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah 10,81%, dari siklus I ke siklus II, peningkatan ini dipengaruhi dengan meningkatnya kemampuan siswa pada pemahaman masalah, merencanakan penyelesaian masalah, menyelesaikan masalah, dan memeriksa penyelesaian masalah. Hal inilah yang mendorong peneliti untuk dilakukannya sebuah penelitian yang difokuskan pada: Analisis Pemahaman Konsep dan Kemampuan Pemecahan Masalah Fisika Pada Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) Dengan Pembelajaran Langsung Menggunakan Bantuan Peta Konsep.


(20)

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, dapat di identifikasikan beberapa masalah sebagai berikut :

1. Hasil belajar Fisika siswa rendah mulai dari tingkat Penerapan (C3) sampai

Evaluasi (C6).

2. Pemahaman konsep Fisika siswa masih rendah

3. Kemampuan pemecahan masalah Fisika siswa masih rendah

4. Model pembelajaran berbasis masalah (PBM) belum diterapkan di sekolah 5. Guru lebih sering menggunakan pembelajaran langsung dalam proses

belajar mengajar di dalam kelas.

6. Siswa kurang aktif dalam kegiatan belajar mengajar

7. Guru kurang memahami penerapan model pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar.

1.3. Pembatasan Masalah

Setiap aspek dalam pembelajaran Fisika mempunyai ruang lingkup yang sangat luas, agar tidak terlalu melebar, perlu pembatasan masalah dalam penelitian ini agar lebih fokus, maka batasan masalahnya adalah:

1. Pemahaman konsep Fisika siswa masih rendah pada materi sifat-sifat gelombang cahaya di SMA N 1 Kutacane.

2. Kemampuan pemecahan masalah Fisika siswa masih rendah pada materi sifat-sifat gelombang cahaya di SMA N 1 Kutacane.


(21)

3. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) belum diterapkan di SMA N 1 Kutacane.

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah yang telah diuraikan di atas, maka masalah penelitian yang diselidiki dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah terdapat perbedaan kemampuan pemecahan masalah Fisika siswa malalui model pembelajaran berbasis masalah dan pembelajaran langsung menggunakan bantuan peta konsep pada materi sifat-sifat gelombang cahaya di SMA N 1 Kutacane?

2. Apakah terdapat perbedaan kemampuan pemecahan masalah Fisika siswa yang memiliki pemahaman konsep rendah dan pemahaman konsep tinggi menggunakan bantuan peta konsep pada materi sifat-sifat gelombang cahaya di SMA N 1 Kutacane?

3. Apakah terdapat interaksi antara model pembelajaran berbasis masalah dan pembelajaran langsung dengan pemahaman konsep untuk meningkatkan pemecahan masalah Fisika pada materi sifat-sifat gelombang cahaya di SMA N 1 Kutacane?


(22)

1.5. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan di atas, tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk menganalisis perbedaan kemampuan pemecahan masalah Fisika siswa yang diberi model pembelajaran berbasis masalah dan pembelajaran langsung menggunakan bantuan peta konsep pada materi sifat-sifat gelombang cahaya di SMA N 1 Kutacane.

2. Untuk menganalisis perbedaan kemampuan pemecahan masalah Fisika antara siswa yang memiliki pemahaman konsep rendah dan pemahaman konsep tinggi menggunakan bantuan peta konsep pada materi sifat-sifat gelombang cahaya di SMA N 1 Kutacane.

3. Untuk menganalisis interaksi antara model pembelajaran berbasis masalah dan pembelajaran langsung dengan pemahaman konsep untuk meningkatkan pemecahan masalah Fisika pada materi sifat-sifat gelombang cahaya di SMA N 1 Kutacane.

1.6. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah:

1. Bagi guru, untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan mengembangkan profesi guru serta mengubah pola dan sikap guru dalam mengajar yang semula berperan sebagai pemberi informasi menjadi berperan sebagai fasilitator dan mediator yang dinamis dengan menerapkan pembelajaran berbasis masalah sehingga kegiatan belajar


(23)

mengajar yang dirancang dan dilaksanakan menjadi efektif, efisien, kritis dan inovatif.

2. Bagi siswa, melalui model pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan pemecahan masalah Fisika siswa.

3. Bagi peneliti, memberikan gambaran atau informasi tentang pemahaman konsep dan pemecahan masalah Fisika selama pembelajaran berlangsung.

1.7.Definisi Oprasional.

a)Kemampuan pemahaman konsep

Kemampuan pemahaman konsep Fisika adalah kemampuan mengungkap konsep-konsep materi Fisika dan melakukan pemahaman materi Sifat-sifat gelombang cahaya secara luwes, akurat, efisien dan tepat. Kemampuan pemahaman konsep Fisika siswa diukur berdasarkan jawaban soal tes. Kemampuan pemahaman konsep Fisika berbentuk uraian yang terdiri dari tiga kemampuan, 1) Menuliskan konsep, 2) memberi contoh konsep, 3) penerapkan konsep dalam pemecahan masalah.

b) Kemampuan pemecahan masalah

Kemampuan pemecahan masalah Fisika adalah kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah Fisika dengan memperhatikan proses menemukan jawaban berdasarkan langkah-langkah pemecahan masalah.

a. Memahami masalah


(24)

c. Melakukan perhitungan

d. Memeriksa kembali kebenaran jawaban.

c) Pembelajaran Berbasis masalah

Pembelajaran berbasis masalah merupakan salah satu model pembelajaran untuk mengaitkan konten dengan konteks. Yang dimaksud dengan konten adalah isi materi pelajaran, sedangkan konteks adalah situasi dunia nyata yang dihadapi siswa sehari-hari. Konteks memberikan makna pada isi, yang semakin banyak keterkaitan yang ditemukan siswa dalam suatu konteks yang luas, semakin bermaknalah isinya bagi mereka. Jadi sebagaian besar tugas guru menyediakan konteks. Semakin mampu para siswa mengaitkan pelajaran-pelajaran akademis mereka dengan konteks ini, semakin banyak makna yang akan mereka dapatkan dari pelajaran tersebut.

d) Pembelajaran Langsung

Pembelajaran langsung adalah pembelajaran yang digunakan dengan memberikan keterangan terlebih dahulu, definisi, prinsip dan konsep materi pelajaran serta memberikan contoh-contoh latihan pemecahan masalah dalam bentuk ceramah, demonstrasi, tanya jawab dan penugasan. Siswa mengikuti pola yang ditetapkan oleh guru secara cermat. Penggunaan pembelajaran Langsung merupakan pembelajaran mengarah kepada tersampaikannya isi pelajaran kepada siswa secara langsung.


(25)

e) Peta Konsep

Peta konsep adalah suatu ilustrasi grafis yang konkrit yang dapat menunjukkan bagaimana suatu konsep berhubungan atau terkait dengan konsep-konsep lain yang termasuk kategori yang sama. Peta konsep-konsep dapat merupakan suatu skema atau ringkasan


(26)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 1.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dikemukakan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Kemampuan pemecahan masalah Fisika menggunakan model pembelajaran berbasis masalah lebih baik dibandingkan dengan kemampuan pemecahan masalah Fisika menggunakan pembelajaran langsung pada materi sifat-sifat gelombang cahaya kelas XII SMA N 1 Kutacane. Dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah dapat menjadikan siswa lebih berkreatifiatas, mampu meningkatkan berpikir tingkat tinggi, belajar dewasa dan belajar aktif.

2. Kemampuan pemecahan masalah Fisika pada kelompok siswa konsep tinggi lebih baik dibandingkan kemampuan pemecahan masalah Fisika pada kelompok siswa konsep rendah pada materi sifat-sifat gelombang cahaya kelas XII SMA N 1 Kutacane. Dengan konsep tinggi siswa akan mampu menggambarkan, memprediksi, dan memahami indikator kemampuan pemecahan masalah dengan kemampuan kognitif.

3. Tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran dengan pemahaman konsep dalam meningkatkan pemecahan masalah Fisika siswa pada materi sifat-sifat gelombang cahaya kelas XII SMA N 1 Kutacane. Tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran dengan konsep karena model dan


(27)

konsep tidak saling memberi pengaruh terhadap kemampuan pemecahan masalah Fisika siswa.

Hasil temuan penelitian menjelaskan bahwa kelompok siswa yang mendapat konsep tinggi menggunkan model pembelajaran berbasis masalah lebih baik dari pada kelompok siswa konsep tinggi menggunakan model pembelajaran langsung, konsep rendah pembelajaran berbasis masalah, dan konsep rendah pembelajaran langsung. Kelompok siswa konsep tinggi pembelajaran langsung lebih baik daripada konsep rendah pembelajaran berbasis masalah, dan konsep rendah pembelajaran langsung. Konsep rendah pembelajaran berbasis masalah lebih baik daripada konsep rendah pembelajaran langsung.

1.2 Saran

Berdasarkan hasil dan kesimpulan dalam penelitian ini, maka peneliti mempunyai beberapa saran, yaitu :

1. Kepada guru Fisika

a. Pada pelaksanaan pembelajaran berbasis masalah, hendaknya guru memberi masalah kepada siswa yang berifat kompleks dan mendidik siswa untuk menganalisis masalah secara konsep dan secara khusus, serta menuntun siswa memecahakan masalah secara matematis yang kompleks dan juga mendalam.

b. Sebaiknya siswa yang diajar telah memahami pembelajaran secara kooperatif, karena pembelajara PBM akan baik jika siswa belajar secara kooperatif.


(28)

c. Kebiasaan pembelajaran langsung masih memberi bias kepada siswa yang akan diajar dengan pembelajaran berbasis masalah, maka hendaknya guru harus menceritakan terlebih dahulu skenario pembelajaran pertemuan berikutnya serta menambahkan evaluasi kemampuan Afektip dan kemampuan Psikomotorik.

2. Kepada lembaga terkait

a. Model pembelajaran berbasis masalah dengan menekankan pemahaman konsep dan kemampuan pemecahan masalah Fisika masih sangat asing bagi guru maupun siswa, oleh karenanya perlu disosialisasikan oleh sekolah atau lembaga terkait dengan harapan dapat meningkatkan hsil belajar Fisika siswa, khusunya pemahaman konsep dan kemampuan pemecahan masalah Fisika.

b. Model pembelajaran berbasis masalah dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah Fisika siswa pada pokok bahasan sifat-sifat gelombang cahaya sehingga dapat dijadikan masukan bagi sekolah untuk dikembangkan sebagai model pembelajaran yang efektif untuk pokok bahasan yang lain.

3. Kepada peneliti lanjutan

a. Dapat dilakukan penelitian lanjutan dengan model pembelajaran berbasis masalah dalam pemahaman konsep untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah Fisika siswa secara maksimum untuk memperoleh hasil penelitian yang maksimal.


(29)

b. Dapat dilakukan penelitian lanjutan dengan model pembelajaran berbasis masalah dalam pemahaman konsep untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah Fisika siswa dengan materi-materi Fisika dan sekolah-sekolah yang lain secara mendalam.


(30)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, B. 2011. Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) Sebagai Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Dan Komunikasi Siswa Sekolah Menengah. Medan : Sekolah Pascasarjana Unimed.

Arends, R. 2008. Learning To Teach Belajar Untuk Mengajar. Yokyakarta : pustaka pelajar.

Arikunto, S. 2006. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara. Cahyaningrum. N. 2010. Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika

melalui penerapan problem based learning. Universitas Negeri Yogyakarta :

Yokyakarta.

Dahar, R.W. 1989. Teori-Teori Belajar. Jakarta : Erlangga.

Depdiknas. 2006. Peraturan Meteri Pendidikan Nasional No 22 Tahun 2006 Tentang Standart Isi Sekolah Manengah Atas. Jakarta : Depdiknas.

Dimyati dan Mudjiono, (2002), Belajar dan Pembelajaran, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta

Efendi. R. 2010. Kemampuan Fisika Siswa Indonesia dalam TIMSS. FPMIPA, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Hamalik, O. 2003. Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara. Hamzah. U. 2004. Model Pembelajaran. Gorontalo : Nurul Zannah.

Joyce, B. 2009. Model Of Teaching Model-model Pembelajaran. Yokyakarta : pustaka Pelajar.

Lubis, N. 2011. Dengan Judul Penelitian Penerapan Pembelajaran Berbsis Masalah Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Dan Pengetahuan Prosedural Siswa Sekolah Menengah Pertama. Medan : Sekolah Pascasarjana Unimed.

Mohan, R. 2007. Innovative Science Teaching. New Delhi.

Munandar, U. 2009. Perkembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta, Reneka : Cipta.


(31)

Ruseffendi. E.T. 1991. Pengantar kepada guru mengembangkan kompetensinya dalam pengajaran matematika untuk meningkatkan CBSA. Bandung: Tarsito

Rusilowati, 2009. Pengembangan kreativitas siswa dalam membuat karya ipa melalui model pembelajaran problem based Intraction. Unnes Semarang. Jurnal pendidikan Fisika.

Sagala, S. 2011. Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Pendidik. Bandung : ALFABETA

Sagala, S. 2011. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung : ALFABETA Santyasa. I. 2010. Pengembangan pemahaman konsep dan kemampuan

pemecahan masalah fisika bagi siswa SMA dengan pemberdayaan model perubahan konseptual berseting investigasi kelompok. Jurusan Pendidikan Fisika. Universitas Pendidikan Ganesha

Setyosari. P. 2010. Metodelogi Penelitian dan Pengembangan. Jakarta : Prenada media Group.

Sedarmayanti. 2011. Metodologi penelitian. Bandung: Munandar maju.

Simamora, 2011. Perbedaan Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Dan Pemecahan Masalah Antara Siswa Yang Diberi Pembelajaran Berbasis Masalah Dengan Pembelajaran Langsung. Medan : Sekolah Pascasarjana Unimed.

Slavin, R.E. 1995. Cooperative Learning. Teori Researh and Practice, Second Edition.

Suci. 2007. Penerapan model pembelajaran problem based learning untuk meningkatkan partisipasi dan hasil belajar. Undiksha, Jurnal penelitian dan pengembang pendidikan.

Sudjana, N. 1992. Metode Statistik edisik ke-5. Bandung : Tarsito. Sugiono. 2002. Statistik Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Suharsimi, A. 2002. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi aksara. Sukardi. 2009. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.

Sumarmo. 2005. Pengembangan berfikir matematika tingkat tinggi siswa SLTP dan SMU serta mahasiswa strata satu (S1) melalui berbagai pendekatan belajar. UPI Bandung.


(32)

Tarwiyah, 2011. Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah yang menekankan pada presentasi melalui pembelajaran berbasis masalah untuk siswa sekolah menengah. Medan : Sekolah Pascasarjana Unimed.

Tim PLPG. 2008. Materi Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG). Medan : Fisika, Fmipa, Unimed.

Tipler. 1991. Fisika untuk sains dan teknik. Jakarta: Erlangga

Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana Pranada Media Group.

Panjaitan, P. 2011. Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) Dengan Bantuan Peta Konsep Sebagai Upaya Meningkatkan Pemahaman Konsep Dan Pemecahan Masalah Sekolah Menengah Atas. Medan : Sekolah Pascasarjana Unimed.

Wahyudin. 2008. Pembelajaran dan model-model pembelajaran. Jakarta: Ipa Abong.


(33)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 2.1. Hubungan antara cara belajar dan pembelajaran ... 22

Tabel 2.2. Struktur pencapaian konsep ... 47

Tabel 2.3. Sintaks pembelajaran berbasis masalah ... 58

Tabel 2.4. Sintaks model pembelajaran langsung ... 68

Tabel 2.5. Langkah-langkah pembuatan peta konsep ... 73

Tabel 3.1 Rancangan penelitian ... 91

Tabel 3.2 Metode rancangan penelitian ... 91

Tabel 3.3 Validitas soal pemecahan masalah Fisika ... 93

Tabel 3.4 Validitas soal pemahaman konsep ... 95

Tabel 3.5. Reliabilitas kemampuan pemecahn masalah Fisika ... 97

Tabel 3.6 Reliabilitas pemahaman konsep ... 97

Tabel 3.7 Kriteria tingkat kesukaran soal pemecahan masalah ... 99

Tabel 3.8 Kriteria tingkat kesukaran soal pemahaman konsep ... 99

Tabel 3.9 Daya pembeda butir soal pemecahan masalah fisika ... 100

Tabel 3.10 Daya pembeda butir soal pemahaman konsep ... 100

Tabel 4.1 Nilai pretes kemampuan pemecahan masalah ... 106

Tabel 4.2 Uji normalitas pretes kedua kelas ... 106

Tabel 4.3 Uji homogenitas pretes... 107

Tabel 4.4 Uji beda kedua sampel ... 108

Tabel 4.5 Nilai pemahaman konsep siswa ... 108

Tabel 4.6 Nilai postes kemampuan pemecahan masalah ... 109

Tabel 4.7 Hasil pemecahan masalah Fisika melalui butir soal ... 110

Tabel 4.8 Kemampuan pemecahan masalah melalui konsep ... 113

Tabel 4.9 Deskripsi kemampuan pemecahan masalah Fisika ... 114

Tabel 4.10 Kemampuan memahami masalah ... 117

Tabel 4.11 Perencanaan penyelesaian masalah ... 118

Tabel 4.12 Penyelesaian masalah ... 119

Tabel 4.13 Memeriksa kembali ... 120

Tabel 4.14 Uji normalitas postes ... 121

Tabel 4.15 Uji homogenitas postes ... 121

Tabel 4.16 Hasil uji intraksi kedua kelas ... 122


(1)

c. Kebiasaan pembelajaran langsung masih memberi bias kepada siswa yang akan diajar dengan pembelajaran berbasis masalah, maka hendaknya guru harus menceritakan terlebih dahulu skenario pembelajaran pertemuan berikutnya serta menambahkan evaluasi kemampuan Afektip dan kemampuan Psikomotorik.

2. Kepada lembaga terkait

a. Model pembelajaran berbasis masalah dengan menekankan pemahaman konsep dan kemampuan pemecahan masalah Fisika masih sangat asing bagi guru maupun siswa, oleh karenanya perlu disosialisasikan oleh sekolah atau lembaga terkait dengan harapan dapat meningkatkan hsil belajar Fisika siswa, khusunya pemahaman konsep dan kemampuan pemecahan masalah Fisika.

b. Model pembelajaran berbasis masalah dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah Fisika siswa pada pokok bahasan sifat-sifat gelombang cahaya sehingga dapat dijadikan masukan bagi sekolah untuk dikembangkan sebagai model pembelajaran yang efektif untuk pokok bahasan yang lain.

3. Kepada peneliti lanjutan

a. Dapat dilakukan penelitian lanjutan dengan model pembelajaran berbasis masalah dalam pemahaman konsep untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah Fisika siswa secara maksimum untuk memperoleh hasil penelitian yang maksimal.


(2)

b. Dapat dilakukan penelitian lanjutan dengan model pembelajaran berbasis masalah dalam pemahaman konsep untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah Fisika siswa dengan materi-materi Fisika dan sekolah-sekolah yang lain secara mendalam.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, B. 2011. Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) Sebagai Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Dan Komunikasi Siswa Sekolah Menengah. Medan : Sekolah Pascasarjana Unimed.

Arends, R. 2008. Learning To Teach Belajar Untuk Mengajar. Yokyakarta : pustaka pelajar.

Arikunto, S. 2006. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara. Cahyaningrum. N. 2010. Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika

melalui penerapan problem based learning. Universitas Negeri Yogyakarta :

Yokyakarta.

Dahar, R.W. 1989. Teori-Teori Belajar. Jakarta : Erlangga.

Depdiknas. 2006. Peraturan Meteri Pendidikan Nasional No 22 Tahun 2006 Tentang Standart Isi Sekolah Manengah Atas. Jakarta : Depdiknas.

Dimyati dan Mudjiono, (2002), Belajar dan Pembelajaran, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta

Efendi. R. 2010. Kemampuan Fisika Siswa Indonesia dalam TIMSS. FPMIPA, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Hamalik, O. 2003. Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara. Hamzah. U. 2004. Model Pembelajaran. Gorontalo : Nurul Zannah.

Joyce, B. 2009. Model Of Teaching Model-model Pembelajaran. Yokyakarta : pustaka Pelajar.

Lubis, N. 2011. Dengan Judul Penelitian Penerapan Pembelajaran Berbsis Masalah Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Dan Pengetahuan Prosedural Siswa Sekolah Menengah Pertama. Medan : Sekolah Pascasarjana Unimed.

Mohan, R. 2007. Innovative Science Teaching. New Delhi.

Munandar, U. 2009. Perkembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta, Reneka : Cipta.


(4)

Ruseffendi. E.T. 1991. Pengantar kepada guru mengembangkan kompetensinya dalam pengajaran matematika untuk meningkatkan CBSA. Bandung: Tarsito

Rusilowati, 2009. Pengembangan kreativitas siswa dalam membuat karya ipa melalui model pembelajaran problem based Intraction. Unnes Semarang. Jurnal pendidikan Fisika.

Sagala, S. 2011. Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Pendidik. Bandung : ALFABETA

Sagala, S. 2011. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung : ALFABETA Santyasa. I. 2010. Pengembangan pemahaman konsep dan kemampuan

pemecahan masalah fisika bagi siswa SMA dengan pemberdayaan model perubahan konseptual berseting investigasi kelompok. Jurusan Pendidikan Fisika. Universitas Pendidikan Ganesha

Setyosari. P. 2010. Metodelogi Penelitian dan Pengembangan. Jakarta : Prenada media Group.

Sedarmayanti. 2011. Metodologi penelitian. Bandung: Munandar maju.

Simamora, 2011. Perbedaan Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Dan Pemecahan Masalah Antara Siswa Yang Diberi Pembelajaran Berbasis Masalah Dengan Pembelajaran Langsung. Medan : Sekolah Pascasarjana Unimed.

Slavin, R.E. 1995. Cooperative Learning. Teori Researh and Practice, Second Edition.

Suci. 2007. Penerapan model pembelajaran problem based learning untuk meningkatkan partisipasi dan hasil belajar. Undiksha, Jurnal penelitian dan pengembang pendidikan.

Sudjana, N. 1992. Metode Statistik edisik ke-5. Bandung : Tarsito. Sugiono. 2002. Statistik Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Suharsimi, A. 2002. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi aksara. Sukardi. 2009. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.

Sumarmo. 2005. Pengembangan berfikir matematika tingkat tinggi siswa SLTP dan SMU serta mahasiswa strata satu (S1) melalui berbagai pendekatan belajar. UPI Bandung.


(5)

Tarwiyah, 2011. Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah yang menekankan pada presentasi melalui pembelajaran berbasis masalah untuk siswa sekolah menengah. Medan : Sekolah Pascasarjana Unimed.

Tim PLPG. 2008. Materi Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG). Medan : Fisika, Fmipa, Unimed.

Tipler. 1991. Fisika untuk sains dan teknik. Jakarta: Erlangga

Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana Pranada Media Group.

Panjaitan, P. 2011. Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) Dengan Bantuan Peta Konsep Sebagai Upaya Meningkatkan Pemahaman Konsep Dan Pemecahan Masalah Sekolah Menengah Atas. Medan : Sekolah Pascasarjana Unimed.

Wahyudin. 2008. Pembelajaran dan model-model pembelajaran. Jakarta: Ipa Abong.


(6)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 2.1. Hubungan antara cara belajar dan pembelajaran ... 22

Tabel 2.2. Struktur pencapaian konsep ... 47

Tabel 2.3. Sintaks pembelajaran berbasis masalah ... 58

Tabel 2.4. Sintaks model pembelajaran langsung ... 68

Tabel 2.5. Langkah-langkah pembuatan peta konsep ... 73

Tabel 3.1 Rancangan penelitian ... 91

Tabel 3.2 Metode rancangan penelitian ... 91

Tabel 3.3 Validitas soal pemecahan masalah Fisika ... 93

Tabel 3.4 Validitas soal pemahaman konsep ... 95

Tabel 3.5. Reliabilitas kemampuan pemecahn masalah Fisika ... 97

Tabel 3.6 Reliabilitas pemahaman konsep ... 97

Tabel 3.7 Kriteria tingkat kesukaran soal pemecahan masalah ... 99

Tabel 3.8 Kriteria tingkat kesukaran soal pemahaman konsep ... 99

Tabel 3.9 Daya pembeda butir soal pemecahan masalah fisika ... 100

Tabel 3.10 Daya pembeda butir soal pemahaman konsep ... 100

Tabel 4.1 Nilai pretes kemampuan pemecahan masalah ... 106

Tabel 4.2 Uji normalitas pretes kedua kelas ... 106

Tabel 4.3 Uji homogenitas pretes... 107

Tabel 4.4 Uji beda kedua sampel ... 108

Tabel 4.5 Nilai pemahaman konsep siswa ... 108

Tabel 4.6 Nilai postes kemampuan pemecahan masalah ... 109

Tabel 4.7 Hasil pemecahan masalah Fisika melalui butir soal ... 110

Tabel 4.8 Kemampuan pemecahan masalah melalui konsep ... 113

Tabel 4.9 Deskripsi kemampuan pemecahan masalah Fisika ... 114

Tabel 4.10 Kemampuan memahami masalah ... 117

Tabel 4.11 Perencanaan penyelesaian masalah ... 118

Tabel 4.12 Penyelesaian masalah ... 119

Tabel 4.13 Memeriksa kembali ... 120

Tabel 4.14 Uji normalitas postes ... 121

Tabel 4.15 Uji homogenitas postes ... 121

Tabel 4.16 Hasil uji intraksi kedua kelas ... 122