PENGARUH PROSES BELAJAR MELALUI INKUIRI SOSIAL TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP DAN INTERNALISASI NILAI PEDULI LINGKUNGAN.

(1)

PENGARUH PROSES BELAJAR MELALUI INKUIRI SOSIAL TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP DAN INTERNALISASI NILAI

PEDULI LINGKUNGAN DALAM PEMBELAJARAN IPS

(Studi Eksperimen Kuasi pada Siswa Kelas IV SDN 14 Sungailiat Kabupaten Bangka)

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan Dasar

Oleh Tri Suryani NIM. 1103301

PROGRAM MAGISTER PENDIDIKAN DASAR SEKOLAH PASCASARJANA


(2)

Tri Suryani, 2013

BANDUNG 2013

Pengaruh Proses Belajar Melalui

Inkuiri Sosial Terhadap Pemahaman

Konsep dan Internalisasi Nilai Peduli

Lingkungan

Oleh

Tri Suryani

S.Pd SD Universits Terbuka 2009

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Fakultas Pendidikan Dasar

© Tri Suryani 2013 Universitas Pendidikan Indonesia


(3)

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,

dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING

Pembimbing I,

Prof. Dr. H. Sapriya, M.Ed NIP. 196308201988031001

Pembimbing II,

Prof. Dr. H. Disman, M.S NIP 195902091984121001

Mengetahui


(4)

Tri Suryani, 2013

Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia

Dr.Hj. Ernawulan Syaodih, M.Pd. NIP. 196510011998022001


(5)

ABSTRAK

Tri Suryani, Pengaruh Proses Belajar Melalui Inkuiri Sosial Terhadap Pemahaman Konsep dan Internalisasi Nilai Peduli Lingkungan.

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh proses belajar melalui inkuiri sosial dibandingkan dengan metode pembelajaran konvensional terhadap pemahaman konsep dan internalisasi nilai peduli lingkungan dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial siswa kelas IV SD Negeri 14 dan SD Negeri 13 Sungailiat Kabupaten Bangka. Metode penelitian yang digunakan yaitu kuasi eksperimen dengan desain Nonequivalent (Pretest and Posttest) Control Grup Design. Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah alat tes pilihan ganda pemahaman konsep, angket sikap nilai kepedulian lingkungan, lembar kerja siswa (LKS), dan lembar observasi. Data penelitian berupa tes dianalisis menggunkaan program SPSS dengan rumus Paired-Samples T Test dan Independent-Samples T Test. Sedangkan data non tes dianalisis secara deskriptif. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling.

Jumlah sampel sebanyak 30 siswa untuk kelas eksperimen dan 30 siswa untuk kelas kontrol. Hasil temuan pertama, terdapat perbedaan pemahaman konsep lingkungan siswa yang signifikan pada kelas eksperimen setelah diterapkan metode pembelajaran inkuiri sosial pada pengukuran awal (pretest) dan pengukuran akhir (posttest) dalam pembelajaran IPS. Kedua, tidak terdapat perbedaan pemahaman konsep lingkungan siswa yang signifikan pada kelas kontrol setelah diterapkan metode pembelajaran konbvensional pada pengukuran awal (pretest) dan pengukuran akhir (posttest) dalam pembelajaran IPS. Ketiga, terdapat perbedaan yang signifikan antara pemahaman konsep lingkungan siswa kelompok eksperimen yang menggunakan metode pembelajaran inkuiri sosial lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol yang menggunakan metode konvensional. Keempat, terdapat perbedaan yang signifikan antara internalisasi peduli lingkungan siswa kelompok eksperimen yang menggunakan metode pembelajaran inkuiri sosial lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol yang menggunakan metode konvensional. Saran dalam penelitian ini diharapkan metode pembelajaran inkuiri sosial dapat dijadikan salah satu alternatif dalam mengembangkan metode pembelajaran di kelas dan sekolah.

Kata Kunci : Pengaruh, Proses Belajar Melalui Inkuiri Sosial, Konvensional, Pemahaman Konsep, dan Internalisasi Nilai Peduli Lingkungan.


(6)

v

Tri Suryani, 2013

ABSTRACT

Tri Suryani, Influence of Teaching Learning Process Through Social Inquiry Toward the Understanding of Concepts and Internalization of Environmental Care Value

This study aims to examine the influence of learning process through the social inquiry compared with conventional learning methods toward the Understanding of concepts and internalization of environmental care value in the subject of Social Science of Fourth Grade students of SD Negeri 14 and SD Negeri 13 Sungailiat in the regency of Bangka. The research method used is quasi-experimental design with Nonequivalent (pretest and posttest) Control Group Design. Instruments to be used in this study is multiple-choice test aimed at conceptual understanding, questionnaires of environmental care value attitude, student worksheet (LKS), and the observation sheet. Research data in the form of a test is analyzed using SPSS program with Paired-Samples T Test formula and Independent-Samples T Test. While the non-test data is analyzed descriptively. Sampling is done with purposive sampling technique. The total sample is 30 students for experimental class and 30 students for control class. First finding, there are significant differences in students' understanding of environmental concepts in the experimental class after social inquiry learning method applied in the initial measurement (pretest) and the end of the measurement (posttest) in social studies learning. Second, there are no differences in students' understanding of environmental concept in the control class after conventional learning method applied at initial measurement (pretest) and at the end of the measurement (posttest) in social studies learning. Third, there are significant differences between students' understanding of environmental concept at experimental group using the social inquiry learning method which is higher compared with the control group using conventional methods. Fourth, there are significant differences between the internalization of student’s environmental care value which use social inquiry learning method which is higher compared with the control group using conventional methods. Recommendation in this research is that the social inquiry learning method can be used as an alternative in developing teaching methods in the classroom and schools.


(7)

Keywords : Influence, Social Inquiry Learning Process, Conventional, Conceptual Understanding, and the Internalization of Environmental Care Value.


(8)

x

Tri Suryani, 2013

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN... ii

PERNYATAAN ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

KATA PENGANTAR ... vi

UCAPAN TERIMA KASIH ... vii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GRAFIK... xiv

DAFTAR GAMBAR... xv

DAFTAR BAGAN... xvi

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 8

E. Struktur Organisasi Tesis ………... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hakikat Pendidikan IPS di Sekolah Dasar ... 11


(9)

1. Konsep Dasar IPS ……… 11

2. Hakikat IPS sebagai Program Pendidikan ……… 16

3. Ruang Lingkup Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar …………... 17

B. Inkuiri Sosial ... ... 22

1. Pengertian Inkuiri Sosial ……….. 22

2. Langkah-langkah Pendekatan Inkuiri Sosial ……… 23

3. Jenis-jenis Metode Inkuiri dalam Pendekatan Inkuiri Sosial …… 28

4. Manfaat dan Kelebihan Inkuiri Sosial ……….. 29

C. Pemahaman Konsep ... 31

D. Internalisasi Nilai Peduli Lingkungan ... 39

1. Peran Sekolah dalam Menginternalisasikan Nilai Peduli Lingkungan 45 2. Peran Lingkungan Tempat Tinggal dalam Pendidikan, Lingkungan Hidup ... 52

3. Perilaku Sosial Siswa dalam Upaya Pelestarian Lingkungan, Hidup………. 53

E. Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 55

F. Hipotesis Penelitian ... 57

BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian ... 58

B. Desain Penelitian ... 59

C. Metode Penelitian ………... 60

D. Definisi Operasional ………... 60

E. Instrumen Penelitian ………... 62

F. Proses Pengembangan Instrumen ………... 63

G. Teknik Pengumpulan Data ………. 71

H. Teknik Analisis Data ……….. 73

I. Prosedur Penelitian ………. 74


(10)

xii

Tri Suryani, 2013

A. Deskripsi Hasil Penelitian ………. 76

1. Hasil Penelitian Pemahaman Konsep Lingkungan Siswa pada Kelas Eksperimen ……..……... 76

2. Hasil Penelitian Pemahaman Konsep Lingkungan Siswa pada Kelas Kontrol …….………... 78

3. Hasil Penelitian Pemahaman Konsep Lingkungan Siswa antara Kelas Eksperimen dengan Kelas Kontrol ………..……... 79

4. Hasil Penelitian Internalisasi Nilai Peduli Lingkungan Siswa antara Kelas Eksperimen dengan Kelas Kontrol ……..…... 81

5. Uji Normalitas Data ……… 83

B. Pengujian Hipotesis ……….. 84

1. Pengujian Hipotesis Pemahaman Konsep Lingkungan Siswa Kelas Eksperimen ……….……….… 84

2. Pengujian Hipotesis Pemahaman Konsep Lingkungan Siswa Kelas Kontrol ………..……..…….……… 86

3. Pengujian Hipotesis Pemahaman Konsep Lingkungan Siswa Kelas Eksperimen dengan Kelas Kontrol ………..…… 87

4. Pengujian Hipotesis Internalisasi Nilai Peduli Lingkungan Kelas Eksperimen dengan Kelas Kontrol ………..…... 89

C. Pembahasan Hasil Penelitian ……….... 91

1. Pembahasan Pemahaman Konsep Lingkungan Siswa Kelas Eksperimen ……….……….…... 91

2. Pembahasan Pemahaman Konsep Lingkungan Siswa Kelas Kontrol ………..……..…….…...…… 93

3. Pembahasan Pemahaman Konsep Lingkungan Siswa Kelas Eksperimen dengan Kelas Kontrol ………...…… 95

4. Pembahasan Internalisasi Nilai Peduli Lingkungan Siswa Kelas Eksperimen dengan Kelas Kontrol ………..…... 98

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ……….…..…... 102

A. Kesimpulan ... 102

B. Saran ... 103


(11)

LAMPIRAN...

DAFTAR TABEL

Tabel

2.1 Klasifikasi Objek Operasional Pemahaman ... 36

2.2 Indikator Pemahaman Konsep ... 36

3.1 Desain Penelitian ... 59

3.2 Hasil Uji Validitas Alat Pengumpul Data ... 65

4.1 Pretes dan Postes Pemahaman Konsep Lingkungan Siswa Kelas aaaaa Eksperimen ... 76

4.2 Pretes dan Postes Pemahaman Konsep Lingkungan Siswa Kelas Eksperimen ... 78

4.3 Pemahaman Konsep Lingkungan Gain Kelas Kontrol-Gain Kelas a Eksperimen ... 80

4.4 Internalisasi Nilai Peduli Lingkungan Gain Kelas Kontrol- Gain Kelas Eksperimen ... 82


(12)

xiv

Tri Suryani, 2013

4.6 Uji Normalitas Data Pemahaman Konsep Lingkungan Kelas Eksperimen ... 85 4.7 Hasil Paired-Samples T Test Pemahaman Konsep Lingkungan

Eksperimen ... 85 4.8 Uji Normalitas Data Pemahaman Konsep Lingkungan Kelas

Kontrol ... 86 4.9 Hasil Paired-Samples T Test Pemahaman Konsep Lingkungan

Kontrol ... 87 4.10 Uji Normalitas Data Pemahaman Konsep Lingkungan ... 88

4.11 Hasil Independent-Samples T Test Pemahaman Konsep Lingkungan ... 88

4.12 Uji Normalitas Data Internalisasi Nilai Peduli Lingkungan ... 89 4.13 Hasil Independent-Samples T Test Internalisasi Nilai Peduli s Lingkungan ... 90


(13)

DAFTAR GRAFIK

Grafik Hal

4.1 Grafik rata-rata pretes dan postes kelas eksperimen ... 77

4.2 Grafik rata-rata pretes dan postes kelas kontrol ... 79

4.3 Grafik rata-rata gain kelas kontrol-eksperimen ... 80


(14)

xvi

Tri Suryani, 2013

DAFTAR GAMBAR

2.1 Metode Inkuiri Sosial ... 24

2.2 Alur Pikir ... 45

3.1 Gambar Rumus Reabilitas Teknik Spearman–Brown ………... 67


(15)

DAFTAR BAGAN


(16)

Tri Suryani, 2013

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Lingkungan merupakan segala sesuatu yang ada disekitar manusia yang mempengaruhi perkembangan kehidupan manusia baik secara langsung maupun tidak langsung. Lingkungan mempunyai arti penting bagi manusia, dengan lingkungan fisik manusia dapat menggunakannya untuk memenuhi kebutuhan materilnya, dengan lingkungan biologi manusia dapat memenuhi kebutuhan jasmaninya, dan dengan lingkungan sosial manusia dapat memenuhi kebutuhan spiritualnya. Lingkungan dipandang sebagai tempat beradanya manusia dalam melakukan segala aktivitas kesehariannya.

Lingkungan hidup menyediakan kebutuhan-kebutuhan hidup manusia. Begitupun sebaliknya, kehidupan manusia sangat tergantung pada tersedianya sumber daya alam yang memadai dalam lingkungan hidup. Manusia dan lingkungan hidup akan selalu terjadi interaksi timbal balik. Manusia mempengaruhi lingkungan atau sebaliknya, manusia dipengaruhi oleh lingkungan hidupnya. Demikian pula manusia membentuk lingkungan hidupnya dan manusia dibentuk oleh lingkungan hidupnya. Lingkungan hidup memegang peranan penting dalam kebudayaan manusia, mulai dari manusia primitif sampai pada yang modern.

Persoalan lingkungan mulai menjadi topik dunia ketika manusia dapat merasakan dampak negatif yang semakin meluas. Hal ini terlihat pada banyaknya bencana yang terjadi di muka bumi akibat berbagai aktivitas manusia itu sendiri seperti banjir, tanah longsor, pencemaran air akibat limbah industri, dan lain sebagainya. Dalam kondisi seperti ini, lingkungan hidup perlu diatur dan dikelola dengan baik sehingga dapat memberikan manfaat yang optimal. Mencukupi


(17)

2

kebutuhan generasi saat ini tanpa harus mengurangi kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan kehidupan generasi yang akan datang.

Salah satu isu global yang sangat penting dan mendapat perhatian serius saat ini adalah masalah lingkungan. Masyarakat dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) barsama-sama pemerintah, baik di negara maju maupun di negara berkembang terus memberikan perhatian terhadap masalah lingkungan. Bukti kepedulian pemerintah terhadap lingkungan terlihat pada Konferensi Lingkungan Hidup yang di selenggarakan pada 24 Februari 2010 yang lalu di Nusa Dua Bali. Dalam kesempatan tersebut, Presiden Republik Indonesia, bapak Susilo Bambang Yudhoyono mengajak masyarakat dunia menyelamatkan bumi dari ancaman kerusakan lingkungan (www.setneg.go.id/index. diakses pada tanggal 18 Pebruari 2013 pukul 10.49 WIB).

Setiap orang diharapkan peduli akan lingkungan hidup, namun kenyataannya masih banyak anggota masyarakat atau oknum-oknum tertentu yang belum sadar akan makna lingkungan hidup itu sendiri. Mereka melakukan hal-hal yang memberikan dampak buruk pada lingkungan hidup. Hal ini telihat dengan banyaknya alam rusak dan memberikan dampak yang buruk terhadap ekosistem yang ada. Mulai dari pembukaan lahan pertambangan dengan merambah hutan lindung menjadi daerah kawasan pertambangan sampai kepada kerusakan lingkungan pasca tambang. Lahan yang dulunya asri, sekarang telah berubah menjadi lobang-lobang kecil dan besar sulit untuk dimanfaatkan kembali.

Kerusakan alam akibat dari pertambangan dapat kita lihat di Propinsi Kepulauan Bangka Belitung, yaitu legalitas pemanfaatan lahan yang tidak berkelanjutan dan pengeksploitasian sumber daya alam berlebihan tanpa mengindahkan keseimbangan ekosistem yang merupakan salah satu pemicu kerusakan alam. Keadaan ini merupakan imbas dari krisis ekonomi berkepanjangan yang berakibat pada krisis sosial. Selain itu pelaksanaan otonomi daerah yang kurang siap mengakibatkan ekploitasi sumber daya yang tidak


(18)

3

Tri Suryani, 2013

terbendung. Kerusakan akibat penambangan timah di Pulau Bangka semakin meningkat, terutama sejak berkembangnya Tambangan Inkonvensional yang dilakukan oleh masyarakat itu sendiri.

Dampak kegiatan penambangan timah baik yang bersifat tambang konvensional maupun inkonvensional terlihat secara lingkungan fisik dengan bertambahnya lahan kritis akibat berkurangnya hutan, rusaknya lahan pertanian dan kebun. Menurut hasil penelitian Bapedalda Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (2005), luas hutan di Propinsi Kepulauan Bangka Belitung ± 690.092 Ha, seluas ± 97.159,10 Ha (14%) telah mengalami kerusakan. Sementara diperkirakan pada tahun 2013 sekitar 65 persen dari 657,510 hektare hutan di Bangka Belitung sudah masuk kategori kritis, rusak dan sudah sangat memprihatinkan (bangkapos.com, tanggal 18 Pebruari 2013).

Masalah lingkungan hidup merupakan persoalan kolektif yang membutuhkan partisipasi bersama dari semua komponen bangsa dan harus ada upaya serius untuk mengatasinya. Terutama kalangan pendidikan, karena ada hubungan saling mempengaruhi antara semua unsur lingkungan dengan pendidikan yang dapat menciptakan keseimbangan. Dengan mempelajari tentang seluk beluk serta pemanfaatan lingkungan ternyata siswa bukan hanya diajak untuk memahami konsep tentang lingkungan. Melalui institusi pendidikan diharapkan dapat menginternalisasikan dan menanamkan nilai-nilai budaya peduli akan lingkungan hidup. Internalisasi nilai-nilai cinta lingkungan dapat berimplikasi bahwa seseorang yang telah menginternalisasikan nilai-nilai cinta lingkungan di dalam dirinya akan tetap mencintai lingkungan, selalu berusaha memelihara, dan melestarikan lingkungan, serta konsisten dan konsekuen dengan segala perilakunya.

Kedudukan IPS mempunyai tugas mulia dan menjadi fondasi penting bagi pengembangan intelektual, karakter, emosional, kultural, dan sosial peserta didik, yaitu mampu menumbuhkembangkan cara berpikir, bersikap, dan berperilaku


(19)

4

yang bertanggung jawab selaku individual, warga masyarakat, warga negara, dan warga dunia. Selain itu, IPS pun bertugas mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat memiliki sikap mental positif untuk perbaikan segala ketimpangan, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari baik yang menimpa dirinya sendiri maupun di masyarakat. Tujuan tersebut dapat dicapai manakala program-program pelajaran IPS di sekolah diorganisasikan secara baik.

IPS merupakan bagian dari kurikulum sekolah yang tanggung jawab utamanya adalah membantu siswa dalam mengembangkan pengetahuan, keterampilan, sikap, nilai yang diperlukan untuk berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat baik tingkat lokal, nasional maupun global. Hal ini sejalan dengan tujuan mata pelajaran IPS di SD/MI menurut Permendiknas No. 22 tahun 2006 ditetapkan sebagai berikut:

1. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungan;

2. Menilai kemampuan dasar untuk berfikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan mengambil keputusan dalam kehidupan sosial;

3. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan;

4. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama, dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, ditingkat lokal, nasional, dan global. Menyikapi butir-butir tujuan di atas, implementasinya mengarahkan siswa untuk menjadi warga negara demokratis yang memiliki kemampuan berfikir logis, kritis, kreatif dan keterampilan sosial yang dilandasi dengan nilai, moral, dan norma untuk menjadi masyarakat demokratis yang cinta damai dan mampu berkompetisi dalam era globalisasi. Seperti yang dipaparkan oleh NCSS (National Council for The Social Studies) mengenai tujuan dari pembelajaran IPS adalah


(20)

5

Tri Suryani, 2013

ability to make informed and reasoned decision for the public good as citizens of

a culturally diverse, democratic society in an interdependent world”.

Namun berdasarkan temuan hasil survey sebagai penelitian pendahuluan di lapangan, dan analisis dari berbagai sumber, serta simpulan dari beberapa penelitian sebelumnya, ternyata kelemahan pengelolaan pembelajaran IPS di Sekolah Dasar, antara lain bersumber pada rendahnya kreatifitas guru dalam memilih, menentukan dan memvariasikan penerapan berbagai metode pembelajaran dan penggunaan berbagai media, serta pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar yang terdapat di sekitar lingkungan keseharian hidup siswa, yang sesungguhnya kaya dengan sejumlah pesan pembelajaran karena itu proses pembelajaran IPS belum mampu menyentuh kebutuhan perkembangan belajar siswa, baik berkenaan dengan peningkatan aktifitas, kreatifitas belajar, serta pemahaman konsep dan mengembangkan sikap peduli lingkungan siswa secara optimal terhadap lingkungannya.

Akibat dari kondisi tersebut, siswa merasa mengalami kesulitan dalam menyerap isi pesan pembelajaran yang dikelola guru, motivasi belajar siswa menjadi rendah, proses pembelajaran menjadi monoton dan membosankan, sehingga berpengaruh terhadap hasil dan kebermaknaan belajar itu sendiri. Karena itu pula siswa merasakan bahwa mata pelajaran IPS sangat membosankan dan menjemukan, bahkan dirasakan siswa sebagai mata pelajaran yang membebani, sehingga pada akhirnya IPS cenderung dianggap sebagai mata pelajaran yang tidak penting dan dijadikan mata pelajaran nomor dua setelah mata pelajaran Matematika, Bahasa Indonesia, dan IPA, bahkan dari mata pelajaran lainnya. Padahal, idealnya melalui pembelajaran IPS, siswa dapat mengembangkan semua potensi yang dimilikinya dan memiliki keterampilan sosial yang akan mereka butuhkan untuk menghadapi tantangan masa depan.

Seiring dengan tanggung jawab profesional pengajar dalam proses pembelajaran, maka dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran setiap guru


(21)

6

dituntut untuk selalu menyiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan program pembelajaran yang akan berlansung. Tujuannya adalah agar kegiatan pembelajaran dapat berjalan secara efektif dan efisien yaitu tujuan akhir yang diharapkan dapat dikuasai oleh semua peserta didik.

Melihat kondisi ini, menuntut guru untuk melakukan perbaikan dalam proses pembelajaran agar dapat menarik perhatian siswa untuk mengikuti proses belajar mengajar secara sungguh-sungguh. Perbaikan tersebut diharapkan dapat menumbuhkan kepedulian dan keterampilan sosial pada siswa, hal atau cara yang dapat dilakukan oleh guru untuk memperbaiki kegiatan pembelajaran salah satunya dengan mengembangkan keterampilan mengajarnya, diantaranya adalah dengan menggunakan metode inkuiri sosial. Alasan peneliti memilih inkuiri sosial adalah karena inkuiri sosial lebih menekankan pada proses yang digunakan dalam memperoleh suatu pengalaman. Proses untuk memperoleh pengetahuan digunakan oleh siswa untuk memperoleh fakta-fakta, konsep-konsep, dan generalisasi yang dibutuhkan untuk membuat keputusan (Banks, 1985:67). Atau dengan kata lain inkuiri sosial memberikan kesempatan pada siswa untuk menggali sendiri potensi yang dimilikinya. Pembelajaran yang didasarkan pada pengalaman yang langsung dialami oleh siswa, akan meningkatkan pemahaman konsep siswa itu sendiri, membuat pembelajaran terasa lebih bermakna bagi siswa dan tidak hanya terpaku pada teori saja.

Dalam proses penerapan pendekatan inkuiri sosial ini, peneliti lebih menitikberatkan siswa dalam proses pencarian informasi melalui wawancara atau observasi langsung, maka melalui proses tersebut kita bisa melatih siswa dalam hal memilih pertanyaan yang baik, melakukan investigasi dan mengumpulkan sejumlah informasi dari berbagai sumber, bekerja sama saat mengumpulkan informasi, menghargai pendapat atau temuan orang lain, belajar mengontrol diri ketika terdapat perbedaan pendapat, bertukar pendapat dan keterampilan sosial lainnya yang bisa ditumbuhkan melalui inkuiri sosial tersebut.


(22)

7

Tri Suryani, 2013

Peneliti menggunakan salah satu jenis dari metode inkuiri, yaitu inkuiri terbimbing dalam pelaksanaan di lapangan. Menurut Bonnstetter (Ibrahim, 2010) Inkuiri terbimbing (guided inquiry) disesuaikan dengan tingkat kemampuan berpikir siswa sekolah dasar, karena di dalam proses inkuiri terbimbing ini siswa tidak diharuskan dapat merumuskan masalah sendiri untuk dipecahkan, tetapi masalah tersebut disajikan oleh guru bersama-sama dengan siswa melalui pertanyaan-pertanyaan yang diajukan berdasarkan materi yang telah dipaparkan sebelumnya. Berdasarkan pertanyaan-pertanyaan tersebut siswa dibimbing untuk memperoleh jawabannya. Kemudian, dalam menerapkan inkuiri sosial siswa tidak hanya mengingat atau menghafal fakta-fakta, nama, dan gejala-gejala sosial, tapi juga harus berfikir mengenai aspek sikap apa yang dihasilkan dan keterampilan sosial apa yang dapat dimiliki siswa setelah pelajaran selesai. Jika pendekatan ini dikembangkan dengan baik, maka aspek ingatan, sikap, keterampilan, dan nilai dapat dikembangkan bersama-sama. Selain itu penilaian dapat dilakukan saat kegiatan tersebut berlangsung. (http:/www,justsciencenow.com/inquiry, diakses pada tanggal 27 maret 2013).

Berdasarkan permasalahan di atas, peneliti tertarik membahas permasalahan tersebut, peneliti menyadari akan keluasan dan kompleksitas materi kajian IPS, karena itu dalam penelitian ini peneliti akan memfokuskan pada pengaruh proses belajar melalui inkuiri sosial terhadap pemahaman konsep dan internalisasi nilai peduli lingkungan. Pemilihan fokus penelitian tersebut dilandasi oleh pemikiran bahwa siswa kelas empat SD telah mengalami hidup dalam ketiga lingkungan belajar, yakni di lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat, serta sesuai dengan tahap perkembangan siswa, yang kemampuannya masih terbatas pada konsep konkret. Dengan harapan siswa mampu memahami konsep-konsep lingkungan secara komprehensif dan pada akhirnya akan berdampak terhadap tumbuhkembang sikap kepedulian lingkungan siswa terhadap lingkungan di sekitarnya.


(23)

8

B.Identifikasi dan Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka permasalahan dalam penelitian

ini dirumuskan sebagai berikut: “Bagaimana pengaruh proses belajar melalui

inkuiri sosial terhadap pemahaman konsep dan internalisasi nilai peduli lingkungan pada mata pelajaran IPS?”

Agar permasalahan di atas dapat terarah, maka akan dijabarkan masalah tersebut dalam beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Apakah terdapat perbedaan pemahaman konsep lingkungan siswa pada kelas eksperimen yang menerapkan metode pembelajaran inkuiri sosial pada pengukuran awal (pretest) dan pengukuran akhir (posttest) ?

2. Apakah terdapat perbedaan pemahaman konsep lingkungan siswa pada kelas kontrol yang menerapkan metode konvensional pada pengukuran awal (pretest) dan pengukuran akhir (posttest) ?

3. Apakah terdapat perbedaan pemahaman konsep lingkungan siswa dalam pembelajaran IPS antara yang menggunakan metode pembelajaran inkuiri sosial dengan yang menerapkan metode konvensional?

4. Apakah terdapat perbedaan internalisasi nilai peduli lingkungan siswa dalam pembelajaran IPS antara yang menggunakan metode pembelajaran inkuiri sosial dengan yang menerapkan metode konvensional?

C.Tujuan Penelitian

Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai pengaruh proses belajar melalui inkuiri sosial terhadap pemahaman konsep dan internalisasi nilai peduli lingkungan.

Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:


(24)

9

Tri Suryani, 2013

1. Untuk mengetahui perbedaan pemahaman konsep lingkungan siswa pada kelas eksperimen yang menerapkan metode pembelajaran inkuiri sosial pada pengukuran awal (pretest) dan pengukuran akhir (posttest).

2. Untuk mengetahui perbedaan pemahaman konsep lingkungan siswa pada kelas kontrol yang menerapkan metode konvensional pada pengukuran awal (pretest) dan pengukuran akhir (posttest).

3. Untuk mengetahui perbedaan pemahaman konsep lingkungan siswa dalam pembelajaran IPS antara yang menggunakan metode pembelajaran inkuiri sosial dengan yang menerapkan metode konvensional.

4. Untuk mengetahui perbedaan pemahaman konsep lingkungan siswa dalam pembelajaran IPS antara yang menggunakan metode pembelajaran inkuiri sosial dengan yang menerapkan metode konvensional.

D.Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi siswa sekolah dasar maupun bagi guru dan peneliti sendiri dalam pembelajaran IPS. Manfaat dari penelitian tersebut dibagi manjadi dua macam, yaitu:

1. Manfaat Teoritis

Secara teori pembelajaran dengan pendekatan inkuiri sosial, siswa dapat secara langsung mendapatkan pengalaman belajarnya yang akan membuat pembelajaran tersebut bermakna dengan cara mencari sendiri dan mengembangkan informasi yang didapatnya. Dengan begitu keterampilan sosial dalam memperoleh informasi hingga memecahkan suatu masalah dengan informasi yang didapatnya bisa diperoleh oleh siswa. Selain itu, siswa juga akan memperoleh keterampilan sosial dalam hal mendengarkan, keterampilan mengemukakan pendapat, keterampilan memecahkan masalah, keterampilan sosial lainnya yang dapat bermanfaat bagi siswa dalam menjelankan tugasnya sebagai warga negara yang baik.


(25)

10

2. Manfaat Praktis

Secara praktis, manfaat dari penelitian tersebut dapat dirasakan oleh berbagai pihak yang bersangkutan, diantaranya bagi peneliti, sekolah, guru dan siswa.

a. Bagi guru, sebagai referensi dalam melakukan pembelajaran, bahwa pembelajaran IPS tidak hanya menekankan pada aspek pengetahuan dan pemahaman saja, melainkan penanaman sikap, internalisasi nilai-nilai moral dan keterampilan sosial juga harus mulai ditumbuhkan dan diberdayakan pada diri siswa.

b. Bagi siswa, dapat menumbuhkan, melatih dan mengembangkan keterampilan sosial dan intelektual siswa dengan mengajukan pertanyaan kritis dan keterampilan mencari informasi dalam memecahkan suatu masalah serta dapat meningkatkan hubungan kerjasama dengan orang lain. Dapat pula digunakan sebagai modal dasar untuk beradaptasi dan mempertahankan kelangsungan hidup di berbagai situasi global ataupun lokal yang selalu berubah.

c. Bagi peneliti sendiri, dapat dijadikan sebagai acuan ataupun pembelajaran dengan mengembangkan pendekatan inkuiri sosial dalam pembelajaran IPS pada masa selanjutnya.

E.Struktur Organisasi Tesis

Laporan hasil penelitian pada penelitian ini disampaikan dalam lima bab sebagai berikut: Bab I, terdiri atas latar belakang masalah, rumusan masalah, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan struktur organisasi tesis. Bab II, terdiri atas kajian teori landasan yang digunakan dalam penelitian ini, penelitian yang relevan, hipotesis, dan variabel penelitian. Bab III, terdiri atas uraian mengenai tahapan-tahapan yang dilakukan dalam proses penyusunan tesis. Bagian tersebut meliputi lokasi dan subjek penelitian, desain penelitian, metode penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian,


(26)

11

Tri Suryani, 2013

proses pengembangan instrumen, teknik pengumpulan data serta analisis data. Bab IV, terdiri atas gambaran umum mengenai bagaimana peneliti menganalisis data yang ditemukan dalam penelitian yang kemudian akan dilanjutkan dengan pembahasan atau anlisis temuan. Bab V, terdiri atas penafsiran data dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian yang berkaitan dengan hasil analisis penelitian tersebut.


(27)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 14, yang beralamatkan di Jalan Pantai Tanjung Pesona, Rambak, Kecamatan Sungailiat, Kabupaten Bangka dan SD Negeri 13, yang beralamatkan di Jalan Pantai Tanjung Pesona, Parit Pekir, Kecamatan Sungailiat, Kabupaten Bangka. Adapun menurut Arikunto (2006:115) bahwa “populasi adalah keseluruhan subjek”. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Negeri 14 Sungailiat Bangka, yang berjumlah 30 siswa terdiri dari 18 siswi perempuan dan 12 siswa laki-laki dan SD Negeri 13 Sungailiat Bangka, dengan jumlah siswa 30 orang terdiri dari 19 siswi perempuan dan 11 siswa laki-laki.

Menurut Arikunto (2006:117) bahwa “sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti” (Arikunto,2006:117). Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling (Sugiyono,2006:124) atau sampel bertujuan. Pengambilan sampel purposif ini dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut: (1) Hal ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa pada waktu pembagian kelas, sekolah telah mengacak siswa tiap kelas berdasarkan nilai kelas III dengan kategori siswa dengan kemampuan tinggi, sedang, dan rendah jumlahnya mendekati sama tiap kelas. Penentuan kelas eksperimen dan kontrol berdasarkan pertimbangan tertentu oleh guru (Sugiyono, 2006:124). (2) Sekolah ini berada di lingkungan UPTD Pendidikan Kecamatan Sungailiat Kabupaten Bangka Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Sebagai kelas eksperimen adalah siswa kelas IV SD Negeri 14 Sungailiat sebanyak 30 siswa yang diberi perlakuan dengan menggunakan metode inkuiri sosial. Sedangkan kelas kontrol adalah siswa kelas IV SD


(28)

59

Tri Suryani, 2013

Negeri 13 Sungailiat sebanyak 30 siswa. Materi yang dipelajari adalah mengenal permasalahan sosial di daerahnya, tentang lingkungan hidup.

B. Desain Penelitian

Menurut Sugiyono (2006:3) bahwa metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen kuasi dengan menggunakan pendekatan kuantitatif, ini dilakukan untuk mengetahui keefektifan suatu model pembelajaran atau hubungan sebab akibat variabel penelitian. Data diperoleh melalui tes tetulis untuk

digunakan desain “Control Group Pretes-Postest Design” (Arikunto,2006). Tabel 3.1

Desain Penelitian

No Kelompok Tes Awal Perlakuan Tes Akhir

1. Kontrol X P1 X

2. Eksperimen X P2 X

Keterangan:

X : Pemberian tes awal (pre-test), pemberian tes akhir (post-tes).

P1 : Perlakuan dengan pemebelajaran konvensional (sebagai pembanding) P2 : Perlakuan dengan pembelajaran metode inkuiri sosial

Pada kelompok eksperimen siswa kelas IV SD Negeri 14 Sungailiat, peneliti memberi perlakuan pembelajaran dengan pendekatan inkuiri sosial, yang bertujuan untuk melihat adanya peningkatan ditimbulkan pada diri anak terkait dengan pemahaman konsep dan internalisasi nilai peduli lingkungan. Sedangkan untuk melihat gejala yang muncul pada subjek yang diberi perlakuan, diperlukan kelompok subjek pembanding yang disebut kelompok kontrol.


(29)

60

Pada kelompok kontrol siswa kelas IV SD Negeri 13 Sungailiat, peneliti memberikan perlakuan berupa model pembelajaran konvensional dengan materi yang sama tentang permasalahan sosial yang ada di daerahnya tentang lingkungan hidup.

C. Metode Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh proses belajar melalui inkuiri sosial terhadap pemahaman konsep dan internalisasi nilai peduli lingkungan. Karena itu, metode yang akan digunakan dalam penelitian ini ialah metode eksperimen kuasi dengan pendekatan kuantitatif.

Menurut Ruseeffendi (2003:52) penelitian eksperimen kuasi merupakan penelitian eksperimen semu di mana subjek penelitian tidak dikelompokkan secara acak, tetapi menerima keadaan subjek apa adanya. Oleh karena itu pelaksanaannya menggunakan siswa kelompok eksperimen dan siswa kelompok kontrol yang dilaksanakan di dua sekolah.

Perlakuan eksperimen terutama pada penerapan pendekatan inkuiri sosial dan pengamatan (observasi). Kemudian pendekatan kuantitatif digunakan untuk mengetahui besaran pengaruh proses belajar melalui inkuiri sosial terhadap pemahaman konsep dan internalisasi nilai peduli lingkungan.

Informasi-informasi untuk keperluan tersebut dihimpun/dijaring melalui alat tes pemahaman konsep berbentuk pilihan ganda. Kemudian instrumen angket (kuisioner) digunakan untuk menggali sikap kepedulian siswa terhadap lingkungan. Sedangkan untuk mengetahui penanaman/internalisasi nilai peduli lingkungan siswa terhadap lingkungan sekitar, digali melalui aspek-aspek kepedulian lingkungan yang dikemas dalam bentuk panduan observasi secara tertutup. Data yang diperoleh melalui panduan observasi


(30)

61

Tri Suryani, 2013

tersebut digunakan sebagai data faktual untuk mendukung/menguatkan sikap kepedulian siswa terhadap lingkungan yang digali melalui kuisioner sebelumnya.

D. Definisi Operasional

Dalam penelitian ini terdapat beberapa istilah yang sering digunakan, dan untuk menghindari terjadi salah tafsir, maka perlu diberikan definisi operasional terhadap istilah-istilah tersebut.

1. Pendekatan Inkuiri Sosial adalah pendekatan mengajar untuk menghasilkan fakta, konsep, generalisasi, dan teori. Menurut Banks (Sapriya,2011:92) tujuan utama inkuiri sosial adalah untuk membangun teori, selain itu tujuan lainnya inkuiri sosial diharapkan dapat membantu masyarakat dalam memecahkan masalah-masalah sosial sehingga mereka dapat memperoleh kehidupan yang lebih baik. Teori dapat digunakan untuk memahami, menjelaskan, memprediksi, dan mengontrol perilaku masyarakat. Metode inkuiri sosial diimplementasikan dalam bentuk pembelajaran dengan model inkuiri. Model inkuiri sosial adalah merupakan perwujudan dari pelaksanaan metode inkuiri sosial dalam pembelajaran IPS. Menurut Banks (Affandi,2012) model inkuiri sosial memiliki prosedur dalam beberapa tahapan, yaitu: (1) perumusan masalah, (2) perumusan hipotesis, (3) definisi (konseptualisasi) masalah, (4) pengumpulan data, (5) evaluasi dan analisis data, (6) pengujian hipotesis untuk membentuk generalisasi dan teori, serta (7) kembali ke awal secara siklus melakukan inkuiri sekali lagi. Model pendidikan inkuiri sosial pada pendidikan dasar untuk membantu anak membiasakan diri berpikir kritis dan sistematis. Ada tiga aktivitas utama dalam pendekatan inkuiri, yakni: (1) investigation, (2) communication, dan (3) participation.


(31)

62

2. Pemahaman Konsep

Pemahaman Konsep adalah kemampuan siswa untuk

mengkonseptualisasi, menginterprestasi, menggeneralisasi, menganalisis, dan mengaplikasikan pengetahuan, serta mengevaluasi pengetahuannya Banks (Affandi,2012). Atau secara singkat dimaksudkan dengan istilah lain sebagai perilaku hasil belajar siswa yang menunjukkan kemampuan pengetahuan dan pemahaman siswa terhadap pesan pembelajaran IPS. 3. Internalisasi Nilai Peduli Lingkungan

Internalisasi kepedulian terhadap lingkungan adalah upaya mengubah perilaku dan sikap yang dilakukan oleh berbagai pihak atau elemen masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan kesadaran tentang nilai-nilai lingkungan. Isu-isu permasalahan lingkungan yang pada akhirnya dapat menggerakkan seluruh stakeholder untuk berperan aktif dalam upaya pelestarian dan keselamatan lingkungan untuk kepentingan generasi sekarang dan yang akan datang. Menurut Lickona (2012:11) karakter berkaitan dengan konsep moral, sikap moral, dan perilaku moral. Karakter yang baik didukung oleh pengetahuan tentang kebaikan, keinginan untuk berbuat baik, dan melakukan hal-hal yang positif.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), yaitu rencana tertulis yang

dipersiapkan guru untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas yang didesain sesuai dengan skenario pembelajaran dengan pendekatan inkuiri sosial melalui kerja kelompok. RPP ini disusun mengacu pada Standar Isi Kurikulum 2006 dengan materi mengenal permasalahan sosial


(32)

63

Tri Suryani, 2013

di daerahnya, tentang lingkungan hidup untuk instrumen ini terdapat pada lampiran 3.1.

2. Instrumen Tes, yaitu kumpulan butir soal yang digunakan untuk mengetahui kemampuan penguasaan konsep siswa sebelum dan setelah pembelajaran dilakukan. Tes ini dirancang dan diberikan kepada seluruh siswa baik untuk kelas eksperimen maupun kelas kontrol, untuk instrumen ini terdapat pada lampiran 3.2.

3. Pedoman Observasi, yaitu berupa lembar skala pengamatan yang dipersiapkan untuk mengetahui perubahan sikap siswa yang berkaitan dengan pemahaman konsep setelah proses belajar mengajar dengan menggunakan pendekatan inkuiri sosial melalui diskusi kelompok dan internalisasi nilai peduli lingkungan, untuk instrumen ini terdapat pada lampiran 3.3.

4. Angket skala Likert, yaitu berupa lembar kuisioner untuk memperoleh informasi mengenai respon siswa dan guru terhadap penggunaan metode pembelajaran inkuiri sosial. Guru dan siswa diminta untuk melakukan persetujuan terhadap setiap pernyataan yang diberikan sesuai dengan yang mereka alami, rasakan, dan lakukan dengan cara memberi tanda checklist

pada setiap pernyataan. Bentuk pertanyaan dan pernyataan yang terdapat pada angket berupa pilihan jawaban yang berjumlah sesuai dengan aspek yang akan diukur, untuk instrumen ini terdapat pada lampiran 3.4.

F. Proses Pengembangan Instrumen

Instrumen (alat pengumpul data) yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah menyusun perangkat pembelajaran dan instrumen penelitian pemahaman konsep dan pedoman pengamatan (lembar observasi) untuk internalisasi nilai peduli lingkungan. Pertanyaan-pertanyaan yang dibuat dalam pedoman pengamatan merupakan penjabaran dari indikator variabel


(33)

64

penelitian, sehngga mendapatkan data yang akurat dan dapat menemukan jawaban dari masalah penelitian. Pengembangan instrumen pada penelitian ini terdiri dari beberapa langkah yaitu:

1. Menentukan topik dan subyek penelitian

2. Menyusun kisi-kisi instrumen penelitian agar butir-butir yang dikembangkan sesuai definisi operasional yang telah dirumuskan.

3. Membuat butir-butir instrumen penelitian sesuai dengan kisi-kisi yang telah dibuat. Butir-butir instrumen penelitian ini harus mencakup semua variabel penelitian, setelah itu peneliti berdiskusi dengan pembimbing mengenai instrumen penelitian tersebut. Langkah ini menjadi amat penting terutama untuk memeriksa ketepatan butir dengan variabel yang akan diukur.

4. Mengujicobakan instrumen penelitian. Pada tahap ini instrumen yang dikembangkan untuk semua variabel penelitian diujicobakan terlebih dahulu sesuai dengan karakteristik populasi yang akan teliti.

5. Selanjutnya hasil uji coba dianalisis baik daya pembeda, tingkat kesulitan soal, validitas maupun reliabilitasnya dari semua item pertanyaan. Kemudian item yang dinyatakan valid dan reliabel dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya. Sedangkan untuk item yang dianggap tidak valid, dibuang atau diperbaiki menyesuaikan dengan tingkat validitasnya.

a. Validitas

Pengolahan validitas soal tes bentuk pilihan ganda, peneliti menggunakan uji korelasi menggunakan rumus Product Moment dari Pearson sebagaimana dijelaskan oleh Arikunto (2006:76), bahwa

“kesejajaran dapat diartikan sebagai korelasi, sehingga untuk mengetahui validitas item digunakan teknik korelasi”. Lebih lanjut

dikatakan bahwa koefisien korelasi selalu terdapat antara -1,00 sampai + 1.00. Bila koefisiennya negatif menunjukkan hubungan kebalikan


(34)

65

Tri Suryani, 2013

sedangkan koefisiennya positif menunjukkan adanya kesejajaran untuk mengadakan interpretasi mengenai besarnya koefisien korelasi adalah sebagai berikut:

- Antara 0,801 sampai dengan 1,00 : sangat tinggi - Antara 0,601 sampai dengan 0,800 : tinggi - Antara 0,401 sampai dengan 0,600 : cukup - Antara 0,201 sampai dengan 0,400 : rendah

- Antara 0,00 sampai dengan 0,200 : sangat rendah (Arikunto,2006:76)

Dengan demikian interpretasi untuk validitas suatu instrumen menurut tingkatan yaitu sangat tinggi, tinggi, cukup, rendah, dan sangat rendah. Sebagaimana dijelaskan pula oleh Sukmadinata (2006:229) bahwa validitas menunjukkan suatu derajat atau tingkatan, validitasnya tinggi, sedang atau rendah, bukan valid atau tidak valid.

Perhitungan validitas yaitu dengan mengkorelasikan jumlah skor Soal ganjil dengan soal genap, berdasarkan hasil perhitungan diatas, maka diperoleh data sebagai berikut:

XY = 2773 N = 30

X = 292 Y = 277

 2

X = 2982  2

Y = 2675

 2

) X

( = 85264  2

) Y

( = 76729

r

xy =



 2 2 2 2 ) ( ) ( ) ).( ( Y Y N X X N Y X XY N =

2



2

) 277 ( ) 2675 )( 30 ( ) 292 ( ) 2982 )( 30 ( )] 277 )( 292 [( ) 2773 ( 30    = 3521 4196 80884 83190 x


(35)

66

=

3844 2306

= 0.599

Koefisien korelasi di atas di uji tingkat signifikansinya dengan rumus

t = 2 1 2 r n r   maka t = 2 ) 599 . 0 ( 1 2 30 0.599  

t = 3.958

Dari hasil perhitungan data hasil ujicoba alat pengumpul data dengan menggunakan rumus korelasi product moment dan kemudian diuji tingakat signifikansinya, sehingga diperoleh data pada tabel berikut:

Tabel 3.2

Hasil Uji Validitas Alat Pengumpul Data

r Kriteria t-hitung t-tabel Keterangan

0.599 Cukup 3.958 1.699 Signifikan

Koefisien korelasi r = 0.599 diperoleh dari hasil perhitungan korelasi antara jumlah skor benar soal ganjil dengan skor benar soal genap dari alat pengumpul data pada saat ujicoba, maka berdasarkan kriteria koefisien korelasi r = 0.599 berada pada korelasi cukup. Berdasarkan hasil uji signifikansi yang menggunakan uji-t dengan uji pihak kanan t > t - α, diperoleh t 3.958 dan t dengan df (n-1)


(36)

67

Tri Suryani, 2013

dengan α = 0.05 (5%) adalah 1.699. Alat pengumpul data dikatakan

memiliki validitas jika thitung>ttabel (3.958 > 1.699). Berdasarkan hasil pengujian tersebut maka, dapat disimpulkan bahwa uji signifikansi alat pengumpul data adalah validitasnya cukup.

b. Reliabilitas

Selain uji validitas. tes juga memerlukam uji reliabilitas. Sebagaimana Anderson dkk. (Arikunto,2006:87) menyatakan bahwa

“persyaratan bagi sebuah tes yaitu validitas dan reliabilitas ini penting.

Validitas ini penting dan reliabilitas itu perlu karena menyokong terbentuknya validitas. Lebih lanjut dikatakan bahwa sebuah tes yang

valid biasanya reliabel.”

Sukmadinata (2006:229) menyatakan bahwa “reliabilitas

berkenaan dengan tingkat keajegan atau ketetapan hasil pengukuran”.

Hal sama dikatakan oleh Arikunto (2006:86) bahwa” reliabilitas tes berhubungan dengan masalah ketetapan hasil tes. Lebih lanjut dikatakan bahwa suatu tes dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap. Dengan demikian suatu instrumen memiliki tingkat reliabilitas yang memadai, bila instrumen itu digunakan mengukur aspek yang diukur tentunya ditandai dengan ketetapan hasil.

Metode yang digunakan untuk menguji reliabilitas instrumen dalam penelitian ini adalah metode belah dua atau split-half method . Dikatakan oleh Sukmadinata dengan istilah metode paruh (Arikunto, 2006:230). Peneliti hanya melakukan uji coba sekali, dilanjutkan dengan menskor nomor-nomor butir soal ganjil dikorelasikan dengan skor dari butir-butir soal genap. Sebagaimana dikatakan oleh Arikunto (2006:92) bahwa “dalam menggunakan metode pengetes hanya menggunakan sebuah tes dan dicobakan satu kali. Salah satu cara


(37)

68

yang digunakan dalam metode ini adalah membelah item-item genap dan item-item ganjil yang disebut dengan ganjil genap”.

Untuk mengetahui reliabilitas seluruh tes dengan metode belah dua peneliti menggunakan teknik Spearman-Brown sebagai berikut :

r11 =

) 1 ( 2 2 / 21 / 1 2 / 21 / 1 r xr  Gambar 3.1

Rumus Realibilitas teknik Spearman-Brown Keterangan:

r½½ = Korelasi antara skor-skor setiap belahan tes r11 = Koefisien reliabilitas yang sudah disesuaikan r11 =

) 1 ( 2 2 / 21 / 1 2 / 21 / 1 r xr

r11 =

) 0.599 1 ( 0.599 2  x

r11 = 60 . 1 20 . 1 r11 = 0.750

Hasil ujicoba reliabilitas dengan menggunakan split half dari spearman - brown diperoleh indeks sebesar 0.750. Alat pengumpul data dikatakan reliable jika rhitung > rtabel pada taraf signifikasi 0,05 dengan dk = n-2. Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, maka dapat dilihat bahwa rhitung>rtabel (0.750>0.361) maka, berdasarkan kriteria tersebut dapat dikatakan bahwa item yang digunakan reliabel.

Untuk mengadakan identifikasi soal-soal yang baik, kurang baik dan soal yang jelek maka perlu diadakan analisis butir soal. Hal ini sejalan dengan pendapat Arikunto (2006: 206-207) bahwa “analisis soal antara lain bertujuan untuk mengidentifikasi soal-soal yang baik,


(38)

69

Tri Suryani, 2013

diperoleh informasi tentang kejelekan sebuah soal dan petunjuk untuk

mengadakan perbaikan. Lebih lanjut dikatakan bahwa “ada dua masalah yang berhubungan dengan analisis soal, yaitu taraf kesukaran dan daya pembeda” (Arikunto,2006:207).

c. Indeks Kesukaran

“Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar” (Arikunto,2006:207). “Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk mempertinggi usaha siswa untuk memecahkannya. Sebaliknya soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak mempunyai

semangat untuk mencoba lagi karena di luar jangkauannya”. Di lain pihak Arikunto (2006:210) mengatakan bahwa “soal-soal yang terlalu

mudah dan atau terlalu sukar bukan berarti tidak boleh digunakan”.

Lebih lanjut dikatakan bahwa soal-soal yang terlalu mudah akan membangkitkan semangat kepada siswa yang lemah sementara soal yang sukar akan menambah gairah belajar bagi siswa yang pandai. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa soal-soal dengan tingkat kesukaran mudah dan sukar dapat digunakan.

Arikunto (2006:207) menjelaskan bahwa “bilangan yang menunjukkan sukar mudahnya sesuatu soal disebut indeks kesukaran (difficulty index). Besarnya indeks kesukaran antara 0,00 sampai dengan 1,0. Soal dengan indeks kesukaran 0,0 menunjukkan bahwa soal itu terlalu sukar, sebaliknya indeks 1,0 menunjukkan bahwa soalnya terlalu mudah.

Indeks kesukaran dalam penilaian ini diberi simbol P (p besar),

singkatan dari “proporsi”. Rumus yang digunakan untuk mencari

indeks kesukaran atau rumus mencari P adalah

N

B

P


(39)

70

Gambar 3.2

Rumus Indeks Kesukaran Arikunto

Di mana :

P = indeks tingkat kesukaran butir soal

B = banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan benar

N = jumlah seluruh siswa peserta tes

Menurut Fernandes (Suryanto,2012:5.23), indeks tingkat kesukaran diklasifikasikan sebagai berikut:

- Soal dengan P < 0,24 : sukar - Soal dengan P 0,25 sampai 0,74 : sedang - Soal dengan P > 0,75 : mudah

Berdasarkan hasil pengujian indeks kesukaran dapat diketahui bahwa dari 30 item soal yang diuji 90% termasuk soal - soal dengan indeks kesukaran sedang karena mempunyai indeks kesukaran antara 0,25 sampai dengan 0,75 sedangkan 10% masuk dalam ketegori soal mudah dengan rentang 0,75sampai 1,00, untuk data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 3.5.

d. Daya Pembeda

Menurut Arikunto (2006:211) menyatakan bahwa “daya pembeda soal adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang kurang (berkemampuan rendah). Lebih lanjut dijelaskan bahwa angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi yang disingkat D (d besar). Indeks diskriminasi ini berkisar antara 0,00 sampai 1,00. Berikut adalah rumus untuk menentukan indeks diskriminasi (D):


(40)

71

Tri Suryani, 2013

Keterangan:

= Daya Pembeda

= Banyaknya peserta kelompok atas

= Banyaknya peserta kelompok bawah

= Banyaknya peserta tes kelompok atas menjawab benar

= Banyaknya peserta tes kelompok bawah yang menjawab benar

= Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar

= Proporsi peserta keompok bawah yang menjawab benar Untuk menentukan berapa persen siswa yang termasuk kelompok atas dan kelompok bawah, maka peneliti menggunakan rambu-rambu menurut Nitko dan Hanna (Suryanto,2012:5.25) sebagai berikut :

a. Jika jumlah siswa 20 maka jumlah kelompok atas dan kelompok bawah masing-masing 50%.

b. Jika jumlah siswa 21-40 maka jumlah kelompok atas dan kelompok bawah masing-masing 33,3%.

c. Jika jumlah siswa ≥ 41 maka jumlah kelompok atas dan kelompok bawah masing-masing 27%.

Berdasarkan kelas ujicoba yang digunakan peneliti berjumlah 30 siswa, maka menggunakan untuk jumlah kelompok atas dan kelompok bawah masing-masing sebanyak 33,3%.

Menurut Fernandes (Suryanto,2012:5.24) hasil penghitungan daya pembeda diklasifikasikan seperti pada tabel di bawah ini:

D ≥ 0,40 = sangat baik 0,30 D < 0,40 = baik


(41)

72

0,20 D < 0,30 = sedang D < 0,20 = tidak baik

Berdasarkan hasil perhitungan daya pembeda maka dari 30 item soal yang diuji ternyata 30% (9 soal) memiliki daya pembeda baik,

43,3% (13 soal) memiliki daya pembeda baik, dan sisanya 20% (6 soal) memiliki daya pembeda sangat baik, untuk data selengkapnya

dapat dilihat pada lampiran 3.6.

G. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan alat ukur yang diperlukan dalam melaksanakan suatu penelitian (Nazir,2003:328). Data yang dikumpulkan dapat berupa angka-angka, keterangan tertulis, informasi lisan dan beragam fakta yang berhubungan dengan fokus penelitian yang diteliti.

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan instrumen alat tes, kuisioner/angket, Lembar Kerja Siswa dan lembar observasi yang telah disetujui pembimbing dan hasil konfirmasi dengan guru kelas IV yang akan bertindak sebagai subyek pengelola pembelajaran untuk keperluan penelitian ini. Keempat alat pengumpul data tersebut adalah sebagai berikut:

1. Alat Tes Pilihan Ganda untuk Mengukur Tingkat Pemahaman Konsep: Tes ini dikonstruksi dalam jenis tes obyektif berbentuk pilihan ganda dengan empat option sebagai alternatif jawaban siswa (a, b, c dan d). Tes digunakan dua kali pada masing-masing kelompok, yaitu sebagai tes awal dan tes akhir. Tes awal dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan awal (entry behavior) siswa terhadap materi pembelajaran yang dipelajari sedangkan tes akhir dimaksudkan untuk mengetahui tingkat perkembangan pemahaman siswa terhadap konsep-konsep yang telah dikaji melalui proses belajar melalui inkuiri sosial dan pengamatan


(42)

73

Tri Suryani, 2013

selama proses pembelajaran. Dengan demikian pada akhirnya dapat diketahui perbedaan tingkat pemahaman konsep pada kelas eksperimen dan kelas kontrol, sehingga dapat diketahui dan disimpulkan besarnya pengaruh proses belajar melalui inkuiri sosial terhadap pemahaman konsep dan internalisasi nilai peduli lingkungan.

2. Instrumen kuisioner/Angket Sikap Nilai Kepedulian Lingkungan:

Instrumen kuisioner/angket ini dikonstruksi dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan sikap untuk mengetahui bagaimana sikap peduli lingkungan siswa terhadap lingkungan sekolah dan di masyarakat. Adapun angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala Likert, di mana setiap siswa pada kedua kelompok sampel tersebut diminta menjawab pertanyaan atau pernyataan dengan cara menentukan pilihan jawaban yang telah disediakan seperti berikut:

Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Ragu-ragu (R), Sangat Setuju (SS), Sangat Tidak Setuju (STS).

3. Lembar Kerja Siswa (LKS):

Lembar Kerja Siswa digunakan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap konsep-konsep lingkungan sesuai dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang menjadi bahan kajian dan dilakukan secara kelompok sesuai dengan obyek pengamatan yang telah ditetapkan guru.

4. Lembar Observasi/Pengamatan:

Instrumen ini digunakan untuk mengumpulkan data-data yang berhubungan dengan sejumlah perilaku siswa dalam kegiatan kelompok, perilaku perduli lingkungan terhadap lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat, dan berfungsi sebagai penguat data afeksi sikap peduli lingkungan siswa yang digali melalui kuisioner/angket, sehingga


(43)

74

diketahui relevansi antara jawaban angket dengan implementasi perilaku kongkret internalisasi nilai peduli lingkungan.

Tes yang digunakan sebagai alat pengumpul data dalam suatu penelitian diperlukan instrumen atau alat tes yang baik, yaitu tes yang memenuhi kriteria-kriteria tertentu, seperti memiliki tingkat kesukaran yang memadai/seimbang, memiliki daya pembeda yang baik, memiliki validitas dan reliabilitas yang tinggi. Karena itu sebelum alat tes tersebut digunakan dalam penelitian, maka terlebih dahulu diujicobakan dan diolah /dianalisa. Kemudian dilakukan perbaikan pada aspek-aspek yang dianggap lemah, misalnya pada aspek pernyataan, kualitas pengecoh, tingkat kesukaran, validitas, reliabilitas soal dan sebagainya.

H. Teknik Analisis Data

Moleong (2003:102) menyatakan bahwa analisis data merupakan proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya dalam suatu pola, kategori dan satuan dasar.

Dalam penelitian ini data yang diperoleh berupa data kuantitatif, yaitu berupa data-data hasil pretest dan posttest tentang pemahaman konsep yang telah dipelajari dan sikap peduli lingkungan siswa. Selanjutnya data diolah melalui tahap sebagai berikut:

1) Instrumen Tes

Data yang akan diperoleh dalam penelitian ini adalah data kuantitatif. Data diperoleh dari hasil pre-tes dan pos-tes untuk mengetahui pemahaman konsep IPS sebelum dan sesudah perlakuan, baik pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Data yang terkumpul diolah dengan


(44)

75

Tri Suryani, 2013

menggunakan uji-t. Pengolahan data dilakukan untuk mengetahui tingkat pemahaman konsep terhadap konsep-konsep yang telah dipelajari. Sebagai langkah awal, dilakukan uji normalitas dan homogenitas data hasil pre-tes kelas eksperimen dan kelas kontrol. Uji normalitas, uji homogenitas dan uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan perangkat lunak (software) SPSS.

2) Pedoman Observasi

Sebagaimana dijelaskan di atas, ada 2 (dua) pedoman observasi yang diaalisis hasil dari penelitian ini. Analisis hasil observasi yang pertama dilakukan untuk mengetahui sejauh mana guru menggunakan skenario pembelajaran pendekatan inkuiri sosial pada kelas eksperimen. Kemudian analisis selanjutnya hasil observasi yang kedua dilakukan untuk mengetahui pemahaman konsep. Dalam menilai internalisasi nilai peduli lingkungan digunakan skala sikap yang diberikan kepada siswa. Pedoman observasi ini dibuat dalam daftar cek. Selanjutnya hasil daftar cek dibuat komulatif nilai dan dikonversi ke dalam angka yang menghasilkan penilaian: A = 4 (sangat Baik), B = 3 (Baik), C = 2 (Cukup), dan D = 1 (kurang) , untuk data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 3.7 (guru) dan 3.8 (siswa).

I. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi tiga tahap, yaitu: tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap analisis data. Prosedur penelitian ini dirancang untuk mempermudah dalam pelaksanaannya, di sajikan pada bagan 3.1, berikut.


(45)

76

Tri Suryani, 2013

Pengaruh Proses Belajar Melalui Inkuiri Sosial Terhadap Pemahaman Konsep Dan Internalisasi Nilai Identifikasi Masalah Pembelajaran SD

Studi Literatur:

- Kurikulum IPS SD

- Buku IPS SD Kelas IV

- Buku-buku yang relevan

Studi Lapangan Pengaruh Proses Belajar Melalui Inkuiri Sosial Terhadap


(46)

77


(47)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Setelah melakukan penelitian dan menganalisis hasil penelitian tentang penggunaan metode pembelajaran inkuiri sosial dalam pembelajaran IPS, maka dengan ini peneliti menarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Pada kelas eksperimen yang menerapkan metode pembelajaran inkuiri sosial terjadi peningkatan hasil yang sangat signifikan terhadap pemahaman konsep lingkungan peserta didik. Hal ini didasariatas perkembangan nilai pengukuran awal (pretest) dan pengukuran akhir (posttest) dalam pembelajaran IPS dan hasil uji hipotesis yang dilakukan peneliti. Maka peneliti berkesimpulan bahwa metode pembelajaran inkuiri sosial mampu meningkatkan pemahaman konsep lingkungan peserta didik dalam pembelajaran IPS kelas IV di SDN 14 Sungailiat Kabupaten Bangka.

2. Pada kelas kontrol yang menerapkan metode pembelajaran konvensional terjadi peningkatan hasil belajar terhadap pemahaman konsep lingkungan peserta didik. Hal ini didasari atas perkembangan nilai pengukuran awal (pretest) dan pengukuran akhir (posttest) serta hasi uji hipotesis yang dilakukan peneliti dalam pembelajaran IPS. Maka peneliti berkesimpulan bahwa metode pembelajaran konvensional mampu meningkatkan pemahaman konsep peserta didik dalam pembelajaran IPS kelas IV di SDN 13 Sungailiat Kabupaten Bangka.

3. Terdapat perbedaan yang signifikan antara pemahaman konsep lingkungan yang menggunakan metode pembelajaran inkuiri sosial dengan kelompok kontrol yang menggunakan metode konvensional, di mana hasil akhir pemahaman konsep pada kompetensi dasar permasalahan sosial tentang


(48)

103

Tri Suryani, 2013

lingkungan, untuk kelompok eksperimen yang menggunakan metode inkuiri sosial lebih tinggi dari hasil akhir pemahaman konsep kelompok kontrol yang menggunakan metode konvensional.

4. Terdapat perbedaan yang signifikan antara internalisasi nilai peduli lingkungan peserta didik pada kelompok eksperimen yang menggunakan metode pembelajaran inkuiri sosial dengan kelompok kontrol yang menggunakan metode konvensional, dimana hasil akhir internalisasi nilai peduli lingkungan siswa pada kompetensi dasar permasalahan sosial tentang lingkungan, untuk kelas eksperimen yang menggunakan menggunakan metode pembelajaran inkuiri sosial lebih tinggi dari hasil akhir internalisasi peduli lingkungan peserta didik kelompok kontrol yang menggunakan metode konvensional.

B. Saran

Berdasarkan temuan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, maka peneliti mengemukakan saran sebagai berikut.

1. Bagi Guru pengaruh proses belajar melalui inkuiri sosial memberikan pengaruh positif terhadap peningkatan pemahaman konsep dan internalisasi nilai peduli lingkungan dalam pembelajaran IPS, serta mampu menunjukkan perbedaan peningkatan hasil belajar antara kelompok peserta didik yang mendapat perlakuan dengan menggunakan inkuiri social dengan kelompok peserta didik yang tidak memperoleh perlakuan yang sama. Hal ini dibuktikan dengan kemampuan hampir seluruh peserta didik kelas IV SD Negeri 14 Sungailiat Bangka dalam mengelompokkan, menganalisis, dan menyimpulkan sejumlah konsep melalui pengamatan, observasi pada kegiatan diskusi kelompok.

Guru sebagai pengelola pembelajaran yang langsung bertanggung jawab terhadap proses dan perubahan perilaku hasil belajar peserta didik, hendaknya


(49)

104

senantiasa berupaya meningkatkan kualifikasi dan kompetensi akademik berhubungan dengan kemampuan dan keterampilan mengelola proses pembelajaran yang aktif, kreatif, menyenangkan, dan bermakna, serta selalu berorientasi dan berpusat pada aktivitas belajar peserta didik. Untuk kepentingan itu, maka diharapkan guru menjadikan metode pembelajaran inkuiri social sebagai salah satu alternatif pilihan dalam pembelajaran IPS. Di samping itu guru sebagai panutan yang menjadi tauladan hendaknya tidak segan-segan menyampaikan informasi tentang pentingnya kebersihan dan pengaruhnya terhadap kesehatan, keindahan lingkungan, serta selalu menanamkan pembiasaan sikap peduli lingkungan, karena belajar pembiasaan diri secara terus menerus memberikan dampak positif bagi perkembangan peserta didik.

2. Bagi peserta didik temuan penelitian ini menyatakan bahwa: terdapat sikap yang ditunjukkan oleh hampir seluruh siswa kelas IV SD Negeri 14 Sungailiat Bangka terhadap kebersihan, menerapkan prinsip kebersihan sebagian dari iman, kebiasaan membuang sampah pada tempatnya, dan peduli terhadap lingkungan di sekitarnya. Atas dasar pendapat dan temuan penelian, maka peserta didik hendaknya terus menerus belajar dan menunjukka sikap kepedulian terhadap lingkungan di sekitarnya, sehingga setiap peserta didik menjadi tauladan sehari-hari bagi peserta didik lainnya dalam memperlakukan lingkungannya.

3. Bagi peneliti selanjutnya diupayakan lebih mendalami lagi penelitian yang telah dilakukan peneliti, apabila dalam penelitian ini terjadi kesalahan-kesalahan, penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu rujukan untuk memahami metode pembelajaran inkuiri sosial dengan melibatkan variabel lain dan pengambilan populasi dengan skala lebih besar.


(50)

105

DAFTAR PUSTAKA

Adisutasilo, Sutarjo. (2012). Pembelajaran Nilai Karakter. Jakarta: PT Grafindo Persada.

Ahmadi, I.K. dan Sofan Amri. (2011). Mengembangkan Pembelajaran IPS Terpadu. Jakarta: PT. Prestasi Pustakaraya.

Afrizon, Renol dkk. (2012). Peningkatan Perilaku Berkarakter Peduli Lingkungan dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Kelas IX MTsN Model Padang pada Mata Pelajaran IPS Menggunakan Model Inkuiri Sosial. (Online) Tersedia: http://ejournal.unp.ac.id/index.php/ippf /article/download/5987/517. (16 Juli 2013).

Akhmad, Bakhrudin. (2012). Implementasi PendidikanLingkungan Hidup di Sekolah Menggunakan Pendekatan Inkuiri Sosial. (Online) Tersedia: http://www.bakharuddin.net/2012 /06/pengembangan-bahan-ajar-dan-media.html. (15 Juli 2013)

Amri, Sofyan dkk. (2011). Implementasi Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Arikunto. S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Renika Cipta.

Aulia, Akbar. (2013). Pengembangan Nilai Karakter Siswa dan Kepedulian Terhadap Lingkungan. (Online) Tersedia: http://fkip.unira.ac.id/wp-content/uploads/2012/05/jurnal-portal-3.pdf. (13 Juli 2013).

Bangka pos.com/serumpun sebalai/read/ 32029.html. (18 Maret 2013)

Banks, J.A. (1995). Teaching Strategis for the Social Studies: Inquiry, Valuing, and Decision Making, Reading: Addison-Wesley Publising.

Banks, J.A. (2012). Teaching Strategis for the Social Studies: Inquiry, Valuing, and Decision Making, Reading. Terjemahan : Idrus Affandi. Bandung: UPI Press.


(51)

106

Barnawi dan M. Arifin. (2012). Strategi dan Kebijakan Pembelajaran Pendidikan Karakter. Jogjakarta: Arruz Media.

Departemen Pendidikan Nasional. (2006). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 22 Tahun 2006 tentang Standar Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan . Jakarta.

Desy. (2013). Strategi Pembelajaran Inquiri Sosial untuk Meningkatkan Kepedulian Lingkungan. (Online) Tersedia: http :/www , justsciencenow.com/inquiry. (14 Juli 2013).

Eni, K. Dkk. (2013). Implementasi Metode Inkuiri Dalam Peningkatan Aktivitas Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial. Tersedia online : http://jurnal.untan.ac.id/index.php/jpdpb/article/view/1444.

Erni, Sukma. (2009). Implementasi Strategi Pembelajaran Inkuiri Sosial dalam MataPelajaran IPS SD Kurikulum KTSP. (Online) Tersedia: http://www.uinsuska.info/tarbiyah/images/jurnal/2009/sukma_imp.pd f11. (15 Juni 2013).

Gunawan, Rudi. (2011). Pendidikan IPS Filosofi, konsep dan Aplikasi. Bandung: Alfabeta.

Hasan, S.H. (2004). Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial: Buku Satu Jiwa Pendidikan Sejarah, FPIPS. UPI. Bandung.

Ibrahim, Muslimin. (2010). Pembelajaran Inkuiri. Jakarta: Rineka Cipta.

Permana, Indri. (2012). Pengaruh Penggunaan Model Project Citizen dalam Pendidikan Kewarganegaraan Terhadap Kesadaran Lingkungan Siswa. Universitas Pendidikan Indonesia.

Popham,W. James & Eva L. Baker.(2005). Teknik Mengajar Secara Sistematis. Jakarta : Rineka Cipta

Joyce, B. And Weil, M. (2007). Model of Teaching First Education. New Jersey. Pratice Hall Inc. Englewood Cliffs.


(52)

107

Kamarga, H. (2009). Manajemen E-Learning: Mengelola Pengetahuan sebagai Komoditas. Mimbar Pendidikan, Jurnal Pendidikan, No.3 Tahun XX 2009.

Kamus Besar Bahasa Indonesia. (2009). Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa: Balai Pustaka.

Lickona, Thomas. (2012). Educating For Character: Bagaimana Sekolah Memberikan Pendidikan Tentang Sikap Hormat dan Tanggung Jawab. (Terjemahan oleh Juma AbduWamaungu).

Maftuh, Bunyamin. (2009). Bunga Rampai, Pendidikan Umum dan Pendidikan Nilai. Bandung:CV Yasindo Multi Aspek.

Megawangi, Ratna. (2003). Pendidikan Karakter untuk Membangun Masyarakat Madani. IIPK Indo Heritage Foundation.

Moleong, J L. (2003). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosdakarya. Muhaimin. (2012). Urgensi Pendidikan Karakter di Indonesia. Yogyakarta:

Ar-Ruzz.

Mulyana, Rohmat. (2004). Mengartikulasikan Pendidikan Nilai. Bandung: Alfabeta.

Mutakin, Awan. (2004). Konsep Dasar Pengorganisasian Program Pengajaran IPS di Sekolah Dasar. Bandung: Bina Siswa.

Nasution, S. (2004). Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Edisi Pertama. Jakarta: Bina Aksara

Najimudin. (2004). Pendekatan Inkuiri Dalam Pembelajaran IPS untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Siswa (Penelitian Tindakan Kelas pada Pembelajaran Sosiologi, di SMU Negeri 7 Kotamadya Cirebon, Tesis: Program Pascasarjana UPI).

Nuryani. (2012). Efektivitas penggunaan metode inkuiri dalam Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Siswa Kelas IV SD N Tegalpanggung Danurejan Yogyakarta Tahun Ajaran 2011/2012. Tersedia online : http://eprints.uny.ac.id/5510/1/Nuryani.pdf .


(53)

108

NCSS. (2004). Curriculum Standar for Social Studies: Expectations of Exellens Washington DC: NCSS.

Phillips, C. Thomas. (2007). Family as the School of Love. Makalah pada National Conference on Character Building. Jakarta 25-26 Nofember 2000.

Priadi, M.A dkk. (2012). Pembelajaran Menggunakan Model Inkuiri Sosial dam Lapangan Ditinjau dari Keberagaman Kemampuan Berpikir Analitis dan Sikap Peduli Lingkungan. (Online) Tersedia: http://jurnal.pasca. uns.ac.id/index.php/ink/article/download/149/139.

Puskur Baklitbang. (2003). Pengembangan Silabus Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Balitbang Depdiknas.

Rachmad, K. (2012). Sosiologi Lingkungan dan Sumber Daya Alam. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Riduwan. (2008). Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung: Alfabeta.

Ruseffendi, E. T. (2003). Dasar- dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non Eksata Lainnya. Semarang: UNNES Press.

Rustini, T. (2009). Penerapan Model Inkuiri Dalam Meningkatkan Pembelajaran IPS di Kelas IV Sekolah Dasar. Tersedia online :

http://file.upi.edu/Direktori/jurnal/pendidikan_dasar/Nomor_11-April_2009.

Sanjaya, Wina. (2007). Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Kencana.

Santrock, John. (2007). Perkembangan Anak.Child Development. Mc Grawa Hill. Sapriya. (2003). Studi Sosial: Konsep dan Model Pembelajaran. Bandung: Buana

Nusantara.

Sapriya. (2011). Pendidikan IPS. Bandung: PT. Remaja Rosda.

Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.


(54)

109

Sudarisman. (2010). Pembelajaran dengan Pendekatan Inkuiri Sosial pada Mata Pelajaran IPS. (Online) Tersedia: http://journal.unnes.ac.id/nju/index .php/JG/article/view/1655. (13 Juli 2013).

Sudjana, N. (2005). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.a.

Sudjana, N. (2005). Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Sudrajat. (2010). Menyoal Pengajaran IPS. (Online) Tersedia: http:blog.uny.ac.id /sudrajat/menyoal-pengajaran-ips/(7januari2013).

Sugiyono. (2006). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Sukmadinata, N.S. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Sumaatmadja, Nursit. (2005). Konsep Dasar IPS. Jakarta:UT.

Supriyatna, Nana. (2007). Mengajarkan dapat Keterampilan Sosial yang Diperlukan Siswa Era Global, JPIS No 19.

Titin. (2012). Model Pembelajaran Inkuiri Sosial pada Mahasiswa Program Studi IPS Semester II Tahun 2011/2012 dapat Meningkatkan Kepedulian Lingkungan dan Perolehan Hasil Belajar. (Online) Tersedia:

http://titin-rhoel.blogspot.com/2011/10/materi-pendidikan-ilmu-sosial.html.

Undang-Undang No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Universitas Pendidikan Indonesia. (2011). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI.

Wena, Made. 2009. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontomporer. Jakarta : PT. Bumi Aksara.

Wibowo. (2012). Pendidikan Karakter: Strategi Membangun Karakter Bangsa Berperadaban. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Winataputra, U.S. (2007). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Depdikbud. Yulaewati. (2004). Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung: Pakar Raya.


(55)

110

Yusmantara, U. Uus. (2009). Tesis Pengaruh Pemanfaatan Lingkungan Sebagai Sumber Belajar IPS Terhadap Pemahaman Konsep dan Pengembangan Sikap Kepedulian Sosial Siswa Sekolah Dasar. Universitas Pendidikan Indonesia.


(1)

DAFTAR PUSTAKA

Adisutasilo, Sutarjo. (2012). Pembelajaran Nilai Karakter. Jakarta: PT Grafindo Persada.

Ahmadi, I.K. dan Sofan Amri. (2011). Mengembangkan Pembelajaran IPS Terpadu. Jakarta: PT. Prestasi Pustakaraya.

Afrizon, Renol dkk. (2012). Peningkatan Perilaku Berkarakter Peduli Lingkungan dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Kelas IX MTsN Model Padang pada Mata Pelajaran IPS Menggunakan Model Inkuiri Sosial. (Online) Tersedia: http://ejournal.unp.ac.id/index.php/ippf /article/download/5987/517. (16 Juli 2013).

Akhmad, Bakhrudin. (2012). Implementasi PendidikanLingkungan Hidup di Sekolah Menggunakan Pendekatan Inkuiri Sosial. (Online) Tersedia: http://www.bakharuddin.net/2012 /06/pengembangan-bahan-ajar-dan-media.html. (15 Juli 2013)

Amri, Sofyan dkk. (2011). Implementasi Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Arikunto. S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Renika Cipta.

Aulia, Akbar. (2013). Pengembangan Nilai Karakter Siswa dan Kepedulian Terhadap Lingkungan. (Online) Tersedia: http://fkip.unira.ac.id/wp-content/uploads/2012/05/jurnal-portal-3.pdf. (13 Juli 2013).

Bangka pos.com/serumpun sebalai/read/ 32029.html. (18 Maret 2013)

Banks, J.A. (1995). Teaching Strategis for the Social Studies: Inquiry, Valuing, and Decision Making, Reading: Addison-Wesley Publising.

Banks, J.A. (2012). Teaching Strategis for the Social Studies: Inquiry, Valuing, and Decision Making, Reading. Terjemahan : Idrus Affandi. Bandung:


(2)

Barnawi dan M. Arifin. (2012). Strategi dan Kebijakan Pembelajaran Pendidikan Karakter. Jogjakarta: Arruz Media.

Departemen Pendidikan Nasional. (2006). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 22 Tahun 2006 tentang Standar Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan . Jakarta.

Desy. (2013). Strategi Pembelajaran Inquiri Sosial untuk Meningkatkan Kepedulian Lingkungan. (Online) Tersedia: http :/www , justsciencenow.com/inquiry. (14 Juli 2013).

Eni, K. Dkk. (2013). Implementasi Metode Inkuiri Dalam Peningkatan Aktivitas Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial. Tersedia online : http://jurnal.untan.ac.id/index.php/jpdpb/article/view/1444.

Erni, Sukma. (2009). Implementasi Strategi Pembelajaran Inkuiri Sosial dalam MataPelajaran IPS SD Kurikulum KTSP. (Online) Tersedia: http://www.uinsuska.info/tarbiyah/images/jurnal/2009/sukma_imp.pd f11. (15 Juni 2013).

Gunawan, Rudi. (2011). Pendidikan IPS Filosofi, konsep dan Aplikasi. Bandung: Alfabeta.

Hasan, S.H. (2004). Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial: Buku Satu Jiwa Pendidikan Sejarah, FPIPS. UPI. Bandung.

Ibrahim, Muslimin. (2010). Pembelajaran Inkuiri. Jakarta: Rineka Cipta.

Permana, Indri. (2012). Pengaruh Penggunaan Model Project Citizen dalam Pendidikan Kewarganegaraan Terhadap Kesadaran Lingkungan Siswa. Universitas Pendidikan Indonesia.

Popham,W. James & Eva L. Baker.(2005). Teknik Mengajar Secara Sistematis. Jakarta : Rineka Cipta

Joyce, B. And Weil, M. (2007). Model of Teaching First Education. New Jersey. Pratice Hall Inc. Englewood Cliffs.


(3)

Kamarga, H. (2009). Manajemen E-Learning: Mengelola Pengetahuan sebagai Komoditas. Mimbar Pendidikan, Jurnal Pendidikan, No.3 Tahun XX 2009.

Kamus Besar Bahasa Indonesia. (2009). Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa: Balai Pustaka.

Lickona, Thomas. (2012). Educating For Character: Bagaimana Sekolah Memberikan Pendidikan Tentang Sikap Hormat dan Tanggung Jawab. (Terjemahan oleh Juma AbduWamaungu).

Maftuh, Bunyamin. (2009). Bunga Rampai, Pendidikan Umum dan Pendidikan Nilai. Bandung:CV Yasindo Multi Aspek.

Megawangi, Ratna. (2003). Pendidikan Karakter untuk Membangun Masyarakat Madani. IIPK Indo Heritage Foundation.

Moleong, J L. (2003). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosdakarya. Muhaimin. (2012). Urgensi Pendidikan Karakter di Indonesia. Yogyakarta:

Ar-Ruzz.

Mulyana, Rohmat. (2004). Mengartikulasikan Pendidikan Nilai. Bandung: Alfabeta.

Mutakin, Awan. (2004). Konsep Dasar Pengorganisasian Program Pengajaran IPS di Sekolah Dasar. Bandung: Bina Siswa.

Nasution, S. (2004). Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Edisi Pertama. Jakarta: Bina Aksara

Najimudin. (2004). Pendekatan Inkuiri Dalam Pembelajaran IPS untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Siswa (Penelitian Tindakan Kelas pada Pembelajaran Sosiologi, di SMU Negeri 7 Kotamadya Cirebon, Tesis: Program Pascasarjana UPI).

Nuryani. (2012). Efektivitas penggunaan metode inkuiri dalam Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Siswa Kelas IV SD N Tegalpanggung Danurejan Yogyakarta Tahun Ajaran 2011/2012. Tersedia online :


(4)

NCSS. (2004). Curriculum Standar for Social Studies: Expectations of Exellens Washington DC: NCSS.

Phillips, C. Thomas. (2007). Family as the School of Love. Makalah pada National Conference on Character Building. Jakarta 25-26 Nofember 2000.

Priadi, M.A dkk. (2012). Pembelajaran Menggunakan Model Inkuiri Sosial dam Lapangan Ditinjau dari Keberagaman Kemampuan Berpikir Analitis dan Sikap Peduli Lingkungan. (Online) Tersedia: http://jurnal.pasca. uns.ac.id/index.php/ink/article/download/149/139.

Puskur Baklitbang. (2003). Pengembangan Silabus Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Balitbang Depdiknas.

Rachmad, K. (2012). Sosiologi Lingkungan dan Sumber Daya Alam. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Riduwan. (2008). Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung: Alfabeta.

Ruseffendi, E. T. (2003). Dasar- dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non Eksata Lainnya. Semarang: UNNES Press.

Rustini, T. (2009). Penerapan Model Inkuiri Dalam Meningkatkan Pembelajaran IPS di Kelas IV Sekolah Dasar. Tersedia online :

http://file.upi.edu/Direktori/jurnal/pendidikan_dasar/Nomor_11-April_2009.

Sanjaya, Wina. (2007). Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Kencana.

Santrock, John. (2007). Perkembangan Anak.Child Development. Mc Grawa Hill. Sapriya. (2003). Studi Sosial: Konsep dan Model Pembelajaran. Bandung: Buana

Nusantara.

Sapriya. (2011). Pendidikan IPS. Bandung: PT. Remaja Rosda.

Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.


(5)

Sudarisman. (2010). Pembelajaran dengan Pendekatan Inkuiri Sosial pada Mata Pelajaran IPS. (Online) Tersedia: http://journal.unnes.ac.id/nju/index .php/JG/article/view/1655. (13 Juli 2013).

Sudjana, N. (2005). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.a.

Sudjana, N. (2005). Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Sudrajat. (2010). Menyoal Pengajaran IPS. (Online) Tersedia: http:blog.uny.ac.id /sudrajat/menyoal-pengajaran-ips/(7januari2013).

Sugiyono. (2006). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Sukmadinata, N.S. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Sumaatmadja, Nursit. (2005). Konsep Dasar IPS. Jakarta:UT.

Supriyatna, Nana. (2007). Mengajarkan dapat Keterampilan Sosial yang Diperlukan Siswa Era Global, JPIS No 19.

Titin. (2012). Model Pembelajaran Inkuiri Sosial pada Mahasiswa Program Studi IPS Semester II Tahun 2011/2012 dapat Meningkatkan Kepedulian Lingkungan dan Perolehan Hasil Belajar. (Online) Tersedia:

http://titin-rhoel.blogspot.com/2011/10/materi-pendidikan-ilmu-sosial.html.

Undang-Undang No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Universitas Pendidikan Indonesia. (2011). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI.

Wena, Made. 2009. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontomporer. Jakarta : PT. Bumi Aksara.

Wibowo. (2012). Pendidikan Karakter: Strategi Membangun Karakter Bangsa Berperadaban. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Winataputra, U.S. (2007). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Depdikbud. Yulaewati. (2004). Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung: Pakar Raya.


(6)

Yusmantara, U. Uus. (2009). Tesis Pengaruh Pemanfaatan Lingkungan Sebagai Sumber Belajar IPS Terhadap Pemahaman Konsep dan Pengembangan Sikap Kepedulian Sosial Siswa Sekolah Dasar. Universitas Pendidikan Indonesia.