EFEKTIVITAS MEWARNAI GAMBAR BENTUK GEOMETRI DALAM MENGURANGI PERILAKU MENGISAP JARI: Penelitian Eksperimen Single Subject Research Pada Peserta Didik Cerebral Palsy Athetoid Di SLB-D YPAC Bandung.

(1)

Eli Wibawati, 2013

No. Daftar: 032/PKh-FIP-UPI-S1/Juni/2013

EFEKTIVITAS MEWARNAI GAMBAR BENTUK

GEOMETRI DALAM MENGURANGI PERILAKU

MENGISAP JARI

(Penelitian Eksperimen Single Subject Research Pada Peserta Didik Cerebral Palsy Athetoid Di SLB-D YPAC Bandung)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Pendidikan Khusus

Oleh: Eli Wibawati

0907118

JURUSAN PENDIDIKAN KHUSUS

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2013


(2)

Eli Wibawati, 2013

EFEKTIVITAS MEWARNAI GAMBAR BENTUK

GEOMETRI DALAM MENGURANGI PERILAKU

MENGISAP JARI

(Penelitian Eksperimen Single Subject Research Pada Peserta Didik Cerebral Palsy Athetoid Di SLB-D YPAC Bandung)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Pendidikan Khusus

Oleh: Eli Wibawati

0907118

JURUSAN PENDIDIKAN KHUSUS

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2013


(3)

Eli Wibawati, 2013

Efektivitas Mewarnai Gambar Bentuk

Geometri Dalam Mengurangi Perilaku

Mengisap Jari

(Penelitian Eksperimen Single Subject Research Pada

Peserta Didik Cerebral Palsy Athetoid Di SLB-D YPAC

Bandung)

Oleh Eli Wibawati

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Eli Wibawati 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(4)

Eli Wibawati, 2013

ELI WIBAWATI

EFEKTIVITAS MEWARNAI GAMBAR BENTUK GEOMETRI DALAM MENGURANGI PERILAKU MENGISAP JARI

(Penelitian Eksperimen Single Subject Research Pada Peserta Didik Cerebral Palsy Athetoid Di SLB-D YPAC Bandung)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:

Pembimbing I

Dr. Nia Sutisna, M.Si NIP. 195701311986031001

Pembimbing II

Dra. Hj. Mimin Tjasmini, M.Pd NIP. 195403101988032001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Khusus Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia

Drs. Sunaryo, M.Pd NIP. 195607221985031001


(5)

Eli Wibawati, 2013

ABSTRAK

EFEKTIVITAS MEWARNAI GAMBAR BENTUK GEOMETRI DALAM MENGURANGI PERILAKU MENGISAP JARI

(Penelitian Eksperimen Single Subject Research Pada Peserta Didik Cerebral Palsy Athetoid Di SLB-D YPAC Bandung)

MP adalah seorang anak laki-laki berusia 13 tahun yang kini duduk di kelas lima SLB YPAC Bandung. Hal yang tampak tidak biasa pada MP adalah masih adanya perilaku mengisap jari diusianya saat ini. MP tidak hanya mengisap ibu jari tetapi jari telunjuk dan jari tengahnya pun ikut diisapnya. Perilaku mengisap jari termasuk perilaku yang buruk yang harus dikurangi agar tidak berkembang menjadi kebiasaan dan terbawa sampai dewasa. Perilaku mengisap jari ini dapat dikurangi dengan memperbanyak aktivitas yang menggunakan tangan. Mewarnai adalah salah satu aktivitas yang mempergunakan tangan sehingga diharapkan efektif untuk mengurangi perilaku mengisap jari. Prosedur intervensi yang dilakukan dengan cara peneliti memberikan aktivitas tangan berupa mewarnai untuk mengalihkan perilaku mengisap jarinya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dengan disain A-B-A. Metode eksperimen digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap variabel yang lain dalam kondisi terkendalikan. Pada disain A-B-A, mula-mula target behavior diukur pada kondisi baseline 1 (A1). Setelah data kondisi baseline 1 (A1) stabil, pengukuran dilanjutkan pada kondisi intervensi (B). Pada desain A-B-A terdapat fase baseline 2 (A2) sebagai kontrol untuk fase intervensi sehingga memungkinkan untuk menarik kesimpulan adanya hubungan fungsional antara variabel bebas dan variabel terikat. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes, wawancara, dan observasi. Observasi digunakan untuk mengamati frekuensi mengisap jari subyek. Pengamatan dilakukan selama 16 sesi. Hasil penelitian menunjukkan terdapat penurunan frekuensi mengisap jari yang dibuktikan dengan perubahan rata-rata frekuensi mengisap jari subyek. Pada kondisi baseline 1 (A1) rata-rata frekuensi mengisap jari sebesar 22 yang menurun pada kondisi intervensi (B) sebesar 19. Pada kondisi baseline 2 (A2) rata-rata frekuensi mengisap jari menurun sebesar 16,25. Estimasi kecenderungan arah menurun baik dari kondisi baseline 1 (A1) ke kondisi intervensi (B) dan dari kondisi intervensi (B) ke kondisi baseline 2 (A2). Kesimpulan dari penelitian ini adalah mewarnai gambar bentuk geometri efektif dalam mengurangi perilaku mengisap jari pada peserta didik cerebral palsy athetoid di SLB-D YPAC Bandung. Adapun rekomendasi untuk sekolah berdasarkan hasil penelitian ini adalah sekolah hendaknya menyiapkan lingkungan yang kondusif. Lingkungan kondusif yang dimaksud adalah lingkungan yang tidak terlalu banyak benda-benda disekitarnya karena hal ini akan membuat konsentrasi peserta didik terpecah serta lingkungan yang memungkinkan untuk peserta didik melakukan eksplorasi lingkungannya. Selain itu, perlunya variasi kegiatan aktivitas tangan untuk membantu peserta didik mengurangi perilaku mengisap jarinya misalnya dengan permainan, melipat atau meronce.


(6)

Eli Wibawati, 2013

ABSTRAK

EFEKTIVITAS MEWARNAI GAMBAR BENTUK GEOMETRI DALAM MENGURANGI PERILAKU MENGISAP JARI

(Penelitian Eksperimen Single Subject Research Pada Peserta Didik Cerebral Palsy Athetoid Di SLB-D YPAC Bandung)

MP is a boy aged 13 years in fifth grade at SLB YPAC Bandung. It seems unusual that the MP is still absorbing the finger behavior at the age of today. MP is not only absorbing his thumb and index finger but the middle finger too. Absorbing behavior including bad behavior should be reduced so as not to develop into a habit and carry into adulthood. Absorbing behavior can be reduced by increasing the activity of using hands. Coloring is one of activities that use the hand to reduce the effective behavior of finger absorbing. Interventional procedures are done by researchers to provide activities such as coloring hand to distract her absorbing behavior. The method used in this study is the experimental method with A-B-A design. Experimental methods used to search for a particular treatment effect on the other variables in controlled conditions. In the A-B-A design, the target behavior is initially measured at baseline condition 1 (A1). After data baseline condition 1 (A1) is stable, the measurement was continued in the intervention condition (B). In the A-B-A design contained baseline phase 2 (A2) as a control for the intervention phase making it possible to deduce the existence of a functional relationship between the independent variables and the dependent variable. Encode collection techniques used in this study was a test, interview, and observation. Observation is used to observe the frequency of the subject of finger absorbing. Observations were made during 16 sessions. The results showed there absorbing frequency decreased as evidenced by the change in the average frequency of absorbing the subject. In the baseline condition 1 (A1) mean absorbing frequency decreased by 22 in the intervention condition (B) is 19. In the baseline condition 2 (A2) mean absorbing frequency decreased by 16.25. Estimates of the trend toward decreased both baseline conditions 1 (A1) to the intervention condition (B) and of the intervention condition (B) to the baseline condition 2 (A2). Conclusions of this study are coloring pictures of geometric shapes are effective in reducing the sucking behavior of learners athetoid cerebral palsy in SLB-D YPAC Bandung. The recommendation for the school based on the results of this study were school should prepare a conducive environment. Conducive environment is an environment that is not too much of any nearby objects as this will make the split as well as the concentration of students to an environment that allows learners to explore their environment. In addition, the need for hand activity variation of activities to help students reduce behaviors such as sucking her finger with the game, folding or meronce.


(7)

vi

Eli Wibawati, 2013

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERSEMBAHAN

LEMBAR PERYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMAKASIH ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR GRAFIK ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Batasan Masalah ... 5

D. Rumusan Masalah ... 5

E. Pertanyaan Penelitian ... 5

F. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... 7

A. Deskripsi Teori ... 7

1. Konsep Cerebral Palsy ... 7

a Pengertian Cerebral Palsy ... 7

b Penggolongan Cerebral Palsy ... 8

c Cerebral Palsy Athetoid ... 10

2. Perilaku Mengisap Jari ... 11

3. Mewarnai Gambar Bentuk Geometri dalam Mengurangi Perilaku Mengisap Jari ... 14


(8)

vii

Eli Wibawati, 2013

a Konsep Mewarnai Gambar Bentuk Geometri ... 14

b Kaitan Mewarnai Gambar Bentuk Geometri dengan Perilaku Mengisap Jari ... 16

B. Kerangka Pemikiran ... 17

BAB III METODE PENELITIAN ... 18

A. Subyek dan Lokasi Penelitian ... 18

B. Metode dan Desain Penelitian ... 19

C. Definisi Operasional Variabel ... 21

D. Instrumen Penelitian ... 22

E. Teknik Pengumpulan Data ... 23

F. Analisis Data ... 24

1. Analisis Data dalam Kondisi ... 26

2. Analisis Data antar Kondisi ... 27

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 29

A. Hasil Penelitian ... 29

1. Analisis Data dalam Kondisi ... 30

2. Analisis Data antar Kondisi ... 41

B. Pembahasan ... 47

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 51

A. Kesimpulan ... 51

B. Saran ... 52

DAFTAR PUSTAKA ... 53


(9)

viii

Eli Wibawati, 2013

DAFTAR TABEL

Tabel

4.1. Perolehan Data Baseline 1 (A1), Intervensi (B), dan Baseline

2 (A2) Frekuensi Perilaku Mengisap Jari ... 29

4.2. Panjang Kondisi ...

31 4.3. Estimasi Kecenderungan Arah ...

33 4.4. Kecenderungan Stabilitas ...

37 4.5. Jejak Data ...

38 4.6. Level Stabilitas dan Rentang ...

38 4.7. Level Perubahan ...

39 4.8. Rangkuman Hasil Analisis Visual dalam Kondisi ...

40 4.9. Jumlah Variabel yang Diubah ...

41 4.10. Perubahan Kecenderungan Arah dan Efeknya ...

42 4.11. Perubahan Stabilitas ...

43 4.12. Perubahan Level ...

43 4.13. Persentase Overlap ...

45 4.14. Rangkuman Hasil Analisis Visual Antar Kondisi ...


(10)

ix

Eli Wibawati, 2013

DAFTAR GAMBAR

Gambar

2.1. Bentuk Geometri Dua Dimensi ... 16


(11)

x

Eli Wibawati, 2013

DAFTAR GRAFIK

Grafik

3.1. Disain A-B-A ... 25 4.1. Perolehan Data Baseline 1 (A1), Intervensi (B), dan Baseline

2 (A2) Frekuensi Mengisap Jari ... 30 4.2. Estimasi Kecenderungan Arah Kondisi Baseline 1 (A1) ...

31 4.3. Estimasi Kecenderungan Arah Kondisi Intervensi (B) ...

32 4.4. Estimasi Kecenderungan Arah Kondisi Baseline 2 (A2) ...

32 4.5. Kecenderungan Kondisi Baseline 1 (A1) ...

34 4.6. Kecenderungan Kondisi Intervensi (B) ...

35 4.7. Kecenderungan Kondisi Baseline 2 (A2) ...

36 4.8. Data Overlap Kondisi Baseline 1 (A1) dengan Kondisi

Intervensi (B) ... 44 4.9. Data Overlap Kondisi Intervensi (B) dengan Kondisi


(12)

xi

Eli Wibawati, 2013

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Menentukan Estimasi Kecenderungan Arah 56

Lampiran 2 Menentukan Kecenderungan Stabilitas 58

Lampiran 3 Menentukan Persentase Overlap 63

Lampiran 4 SK Pengangkatan Pembimbing 65

Lampiran 5 Surat Permohonan Izin Mengadakan Penelitian (FIP) 66 Lampiran 6 Surat Permohonan Izin Mengadakan Penelitian (BAAK) 67 Lampiran 7 Surat Permohonan Izin Mengadakan Penelitian (Kesbangpol

Linmasda) 68

Lampiran 8 Surat Permohonan Izin Mengadakan Penelitian (Dinas

Pendidikan) 69

Lampiran 9 Surat Keterangan Mengadakan Penelitian SLB D YPAC Bandung 70 Lampiran 10 Cover Expert Judgement Instrumen Penelitian 71 Lampiran 11 Surat Permohonan Kesediaan Memberikan Expert Judgement 1 72 Lampiran 12 Surat Pernyataan Kesediaan Memberikan Expert Judgement 1 73 Lampiran 13 Surat Permohonan Kesediaan Memberikan Expert Judgement 2 74 Lampiran 14 Surat Pernyataan Kesediaan Memberikan Expert Judgement 2 75 Lampiran 15 Surat Permohonan Kesediaan Memberikan Expert Judgement 3 76 Lampiran 16 Surat Pernyataan Kesediaan Memberikan Expert Judgement 3 77 Lampiran 17 Surat Permohonan Kesediaan Memberikan Expert Judgement 4 78 Lampiran 18 Surat Pernyataan Kesediaan Memberikan Expert Judgement 4 79

Lampiran 19 Kisi-kisi Instrumen Penelitian 80

Lampiran 20 Fomat A1 Wawancara Guru 81

Lampiran 21 Format A2 Wawancara Orang Tua 82

Lampiran 22 Kisi-Kisi Instrumen Tes 83

Lampiran 23 Format B1 Tes Subyek 84

Lampiran 24 Format C1 Pengamatan Subyek 85

Lampiran 25 Format C2 Pengamatan Subyek 87

Lampiran 26 Jadwal Kegiatan Penelitian 88

Lampiran 27 Program Intervensi Perilaku Mengisap Jari 90

Lampiran 28 Hasil Wawancara Guru 97

Lampiran 29 Hasil Wawancara Orang Tua 98

Lampiran 30 Hasil Pengamatan Perilaku Mengisap Jari Kondisi Baseline 1 99 Lampiran 31 Hasil Pengamatan Perilaku Mengisap Jari Kondisi Intervensi 100 Lampiran 32 Hasil Pengamatan Perilaku Mengisap Jari Kondisi Baseline 2 101

Lampiran 33 Tabel Rangkuman Hasil Mewarnai Subyek 102

Lampiran 34 Hasil Pengamatan Kemampuan Mewarnai Subyek Pre Test 1 104 Lampiran 35 Hasil Pengamatan Kemampuan Mewarnai Subyek Pre Test 2 106 Lampiran 36 Hasil Pengamatan Kemampuan Mewarnai Subyek Pre Test 3 108 Lampiran 37 Hasil Pengamatan Kemampuan Mewarnai Subyek Intervensi 1 110 Lampiran 38 Hasil Pengamatan Kemampuan Mewarnai Subyek Intervensi 2 112 Lampiran 39 Hasil Pengamatan Kemampuan Mewarnai Subyek Intervensi 3 114 Lampiran 40 Hasil Pengamatan Kemampuan Mewarnai Subyek Intervensi 4 116 Lampiran 41 Hasil Pengamatan Kemampuan Mewarnai Subyek Intervensi 5 118 Lampiran 42 Hasil Pengamatan Kemampuan Mewarnai Subyek Intervensi 6 120


(13)

xii

Eli Wibawati, 2013

Lampiran 43 Hasil Pengamatan Kemampuan Mewarnai Subyek Intervensi 7 122 Lampiran 44 Hasil Pengamatan Kemampuan Mewarnai Subyek Intervensi 8 124 Lampiran 45 Hasil Pengamatan Kemampuan Mewarnai Subyek Post Test 1 126 Lampiran 46 Hasil Pengamatan Kemampuan Mewarnai Subyek Post Test 2 128 Lampiran 47 Hasil Pengamatan Kemampuan Mewarnai Subyek Post Test 3 130

Lampiran 48 Hasil Karya Subyek Pre Test 1 132

Lampiran 49 Hasil Karya Subyek Pre Test 2 133

Lampiran 50 Hasil Karya Subyek Pre Test 3 134

Lampiran 51 Hasil Karya Subyek Intervensi 1 135

Lampiran 52 Hasil Karya Subyek Intervensi 2 136

Lampiran 53 Hasil Karya Subyek Intervensi 3 137

Lampiran 54 Hasil Karya Subyek Intervensi 4 138

Lampiran 55 Hasil Karya Subyek Intervensi 5 139

Lampiran 56 Hasil Karya Subyek Intervensi 6 140

Lampiran 57 Hasil Karya Subyek Intervensi 7 141

Lampiran 58 Hasil Karya Subyek Intervensi 8 142

Lampiran 59 Hasil Karya Subyek Post Test 1 143

Lampiran 60 Hasil Karya Subyek Post Test 2 144

Lampiran 61 Hasil Karya Subyek Post Test 3 145


(14)

1

Eli Wibawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan saat ini berorientasi pada peningkatan mutu lulusan yang berkreativitas baik secara kognitif, afektif maupun psikomotor. Hal ini termasuk pada sekolah luar biasa yang didalamnya terdapat peserta didik berkebutuhan khusus. Pendidikan adalah hak bagi semua anak tidak terkecuali bagi anak yang mengalami hambatan. Pernyataan ini sesuai dengan UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyatakan bahwa “warga negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, dan/atau sosial berhak memperoleh pendidikan.”

Istilah tunadaksa merupakan istilah lain dari cacat tubuh yaitu berbagai kelainan bentuk tubuh yang mengakibatkan kelainan fungsi dari tubuh untuk melakukan gerakan-gerakan yang dibutuhkan. Anak tunadaksa berdasarkan kelompok kelainan fungsi dan jenis serta sebab yang melatarbelakanginya dikelompokkan menjadi dua yaitu anak tunadaksa yang berhubungan dengan kerusakan pada alat gerak tubuh dan sistem persarafan. Kerusakan pada alat gerak tubuh terdiri dari kerusakan tulang dan sendi serta kerusakan otot. Sedangkan, kerusakan pada sistem persarafan terdiri dari kerusakan otak (cerebral palsy) dan kerusakan sumsum tulang belakang (medulla spinalis).

Cerebral palsy berasal dari kata cerebrum yang berarti „otak besar‟ dan palsy

yang berarti „kelumpuhan‟ atau dengan kata lain berarti kelumpuhan otak. Cerebral palsy adalah gangguan fungsi motor yang diakibatkan kerusakan otak sebelum, selama, atau setelah kelahiran. Dr. Winthrop Phelp (Sugiarmin dan Muslim, 1996:68) mengatakan bahwa „cerebral palsy adalah suatu kelainan pada gerak tubuh yang ada hubungannya dengan kerusakan otak yang menetap.‟ Penggolongan cerebral palsy menurut fisiologinya dibagi menjadi enam jenis yaitu spastik, athetoid, ataxia, rigid, tremor, dan mixed type.

Cerebral palsy athetoid terjadi dimana seseorang tidak bisa mengontrol gerak tubuhnya. Secara umum, ciri yang sering tampak dari cerebral palsy athetoid ini


(15)

2

Eli Wibawati, 2013

adalah gerakannya tidak terkoordinasi, adanya gerakan involunter, dan masalah koordinasi gerakan otot bicara. Pada sebagian besar kasus juga terdapat gerakan involunter pada otot muka dan lidah sehingga wajah tampak menyeringai dan mengeluarkan air liur. Selain itu, masalah koordinasi gerakan otot bicara mengakibatkan kesulitan dalam hal menghisap dan menelan.

MP adalah seorang anak laki-laki berusia 14 tahun yang kini duduk di kelas lima sekolah dasar luar biasa. MP termasuk dalam kategori cerebral palsy athetoid. MP tampak kurang mampu mengendalikan gerak tubuhnya sendiri. Hal ini terlihat pada tangan yang terkadang bergerak tak tentu arah. Ciri lain yang terdapat pada MP adalah adanya hambatan pendengaran, belum mampu mengunyah makanan dengan tekstur keras, belum mampu menelan dengan baik, dan terus mengeluarkan air liurnya. MP belum dapat berbicara. Namun, MP sudah mampu memberikan beberapa tanda seperti menutup mulut apabila merasa kenyang atau menunjuk warung apabila ingin jajan. Keterbatasan fungsi fisiknya membuat MP lebih banyak duduk di kursi roda. MP membutuhkan perawatan tetap dalam hal mengurus diri, ambulansi, dan aktivitas sehari-hari. MP tampaknya memiliki minat bersosialisasi dengan orang lain. MP akan memandang dengan cukup intens saat diajak berbicara dan menyambut uluran tangan orang lain. Hal yang tampak tidak biasa pada MP adalah masih adanya perilaku mengisap jari diusianya saat ini. MP tidak hanya mengisap ibu jari tetapi jari telunjuk dan jari tengahnya pun ikut dihisap. Perilaku mengisap jari ini membuat MP hanya terfokus pada perilakunya. Selama ini guru telah mengupayakan berbagai cara untuk mengurangi perilaku mengisap jari pada MP. Upaya yang telah dilakukan diantaranya tangan yang ditarik apabila masuk ke dalam mulut, tangan yang dibungkus dengan kaos kaki, tangan yang diolesi biji mahoni sehingga terasa pahit apabila termakan, dan menonton video. Namun, berbagai upaya pengalihan tersebut hanya bersifat sementara karena apabila lepas dari pengawasan perilaku tersebut muncul kembali.

Sabine Hack, M.D., asisten profesor psikiatri pada Departemen Psikiatri, New York University School of Medicine (Tim Parents Guide, 2012:15) menyatakan bahwa „lebih dari tiga perempat bayi di dunia ini mengisap jari di tahun


(16)

3

Eli Wibawati, 2013

pertamanya.‟ Mengisap jari pada anak usia bayi sangat wajar, tetapi jika ini terjadi pada anak diatas usia tiga tahun tentu sangat merisaukan orang tua dan guru. Menurut American Academy of Pediatric (Tim Parents Guide, 2012:16) bahwa:

Satu-satunya yang harus dikhawatirkan adalah jika kebiasaan itu berlangsung sampai anak berusia lebih dari enam atau delapan tahun atau jika sampai mempengaruhi bentuk mulut atau gigi anak. Belum lagi kemungkinan rusaknya kulit jari (lecet, korengan), infeksi kuku, serta risiko kerusakan gigi dan rahang.

Mengisap jari jelas merupakan suatu kebiasaan yang buruk. Aziz (2006: 11) mengatakan perilaku mengisap jari dapat dikurangi melalui aktivitas yang banyak menggunakan tangan, sebagaimana dikemukakannya bahwa “... diperbanyak aktivitas yang menggunakan tangannya, seperti motorik halus dalam menggunting, mewarnai, melipat, bermain puzzle, kreasi lazzy, atau lego sehingga anak tidak akan sering melarikan jarinya ke mulut.”

Mewarnai berarti memberi warna. Mewarnai adalah kegiatan yang menyenangkan dan mudah untuk dilakukan. Melalui mewarnai kita bisa mengungkapkan apa yang kita bayangkan melalui goresan pensil. Selain itu juga, mewarnai dapat meningkatkan daya kreativitas dengan mengamati suatu objek dan menuangkannya dalam gambar. Banyak sekali objek yang bisa diwarnai. Mulai dari objek yang sederhana dengan sedikit detail sampai pada objek yang rumit dengan penuh detail. Objek yang sederhana dengan sedikit detail salah satunya adalah bentuk-bentuk geometri. Bentuk geometri yaitu bentuk-bentuk tertentu yang terukur dan dapat didefinisikan. Bentuk-bentuk geometri yang dimaksud adalah bentuk geometri dua dimensi berupa lingkaran, segitiga, persegi empat, persegi panjang, jajaran genjang, belah ketupat, segi lima, segi enam, segi tujuh, dan segi delapan.

Berdasarkan uraian permasalahan di atas, peneliti merasa perlu untuk melakukan penelitian terhadap salah satu aktivitas tangan yaitu mewarnai gambar bentuk geometri untuk mengurangi perilaku mengisap jari. Objek mewarnai berupa gambar bentuk geometri dipilih karena bentuknya sederhana dan sedikit detail, selain itu kegiatan mewarnai dipilih untuk mengoptimalkan


(17)

4

Eli Wibawati, 2013

kemampuan motorik tangannya, karena berdasarkan hasil pengamatan terhadap MP serta wawancara kepada guru dan orang tua, MP dapat memegang pensil dan menggunakannya untuk mencoret-coret.

Keuntungan yang diharapkan dalam penelitian ini adalah peneliti dapat mengetahui efektivitas mewarnai gambar bentuk geometri dalam mengurangi perilaku mengisap jari pada peserta didik cerebral palsy athetoid di SLB-D YPAC Bandung. Kerugian apabila penelitian ini tidak dilakukan adalah tidak akan pernah diketahuinya kegiatan yang efektif untuk dapat mengurangi perilaku mengisap jari pada peserta didik cerebral palsy athetoid di SLB-D YPAC Bandung.

B. Identifikasi Masalah

Adapun yang menjadi identifikasi masalah dalam penelitian adalah sebagai berikut.

1. Permainan kreatif atau melibatkan anak dalam permainan yang mengharuskan memakai kedua tangan membuat anak tidak akan melarikan jarinya ke dalam mulut.

2. Memperbanyak aktivitas yang menggunakan tangan, seperti motorik halus dalam menggunting, mewarnai, melipat, bermain puzzle, kreasi lazzy, atau lego akan mengalihkan perhatian sehingga anak tidak akan melarikan jarinya ke dalam mulut.

3. Perasaan aman dalam diri anak yaitu merasa dicintai, dipahami, dan diterima apa adanya sehingga anak merasa bahagia dengan keadaannya, kemungkinan besar tidak akan membuat anak melarikan jarinya ke dalam mulut.

4. Anak yang terlihat stres harus ditelusuri apa yang menyebabkannya, keadaan apa yang membuat anak tertekan, atau siapa yang membuat anak tertekan dan bantulah anak dalam mengatasi konflik ini sehingga anak tidak akan melarikan jarinya ke mulut.

5. Menjaga suasana yang menyenangkan di dalam keluarga sangat mutlak dilakukan. Untuk menangani semua masalah, tingkatkan terus keharmonisan keluarga dengan menjalin komunikasi dua arah yang menyenangkan dan


(18)

5

Eli Wibawati, 2013

melibatkan semua anggota keluarga. Dari hal ini anak merasa tidak tertekan karena pendapat-pendapatnya juga didengar oleh orang tuanya sehingga tidak akan melarikan jarinya ke dalam mulut.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan banyak faktor yang dapat mengurangi perilaku mengisap jari, maka penelitian ini dibatasi pada efektivitas mewarnai gambar bentuk geometri dalam mengurangi perilaku mengisap jari pada peserta didik cerebral palsy athetoid di SLB-D YPAC Bandung.

D. Rumusan Masalah

Perilaku mengisap jari dapat berkurang apabila diberikan aktivitas yang banyak menggunakan tangan. Banyak sekali aktivitas yang menggunakan tangan untuk mengurangi perilaku menghisap jari namun dalam penelitian ini akan difokuskan pada kegiatan mewarnai. Objek yang diwarnai adalah objek sederhana dengan sedikit detail yaitu bentuk-bentuk geometri, selain itu kegiatan mewarnai dipilih karena saat ini MP dapat memegang pensil dan menggunakannya untuk mencoret-coret. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

Apakah mewarnai gambar bentuk geometri efektif dalam mengurangi perilaku mengisap jari pada peserta didik cerebral palsy athetoid?

E. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka pertanyaan penelitian yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimanakah frekuensi perilaku mengisap jari peserta didik cerebral palsy athetoid sebelum diberikan intervensi berupa mewarnai gambar bentuk geometri?

2. Bagaimanakah frekuensi perilaku mengisap jari peserta didik cerebral palsy athetoid setelah diberikan intervensi berupa mewarnai gambar bentuk geometri?


(19)

6

Eli Wibawati, 2013

3. Kendala-kendala apa saja yang didapat selama pelaksanaaan penelitian berlangsung?

F. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dan kegunaan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Tujuan

a. Secara Umum

Tujuan yang ingin di peroleh dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui kefektivitasan mewarnai gambar bentuk geometri dalam mengurangi perilaku mengisap jari pada peserta didik cerebral palsy athetoid.

b. Secara Khusus

Adapun tujuan secara khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1) Subyek penelitian dapat mengurangi perilaku mengisap jarinya. 2) Subyek penelitian dapat meningkatkan kemampuan motorik halusnya.

2. Kegunaan

Adapun yang menjadi kegunaan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. a. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan guru

dan orang tua untuk mengurangi perilaku mengisap jari pada peserta didik cerebral palsy athetoid di SLB-D YPAC Bandung.

b. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu cara penanganan pada peserta didik cerebral palsy athetoid dengan perilaku mengisap jari di SLB-D YPAC Bandung.


(20)

18

Eli Wibawati, 2013

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Subyek dan Lokasi Penelitian 1. Subyek Penelitian

Nama : MP

Jenis Kelamin : Laki-Laki

TTL : Bandung, 10 Februari 1999

Usia : 14 tahun.

Alamat : Jln. H.Anwar No.34/189A Cijerah Kecacatan Yang Tampak : Tidak Dapat Berjalan

Sekolah : SLB D YPAC Bandung

2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian berada di SLB-D YPAC Bandung. Pengamatan perilaku mengisap jari dilakukan di dalam kelas subyek pada saat jam pelajaran berlangsung selama dua jam pelajaran atau 60 menit.

B. Metode dan Desain Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen. Menurut Sugiyono (2012: 107) “metode penelitian eksperimen dapat diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap variabel yang lain dalam kondisi yang terkendalikan.” Metode ini digunakan karena peneliti ingin meneliti suatu perubahan yang muncul secermat mungkin, sehingga dapat diketahui hubungan sebab akibat munculnya perubahan tersebut. Metode eksperimen ini digunakan karena sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti yaitu untuk mengetahui efektivitas mewarnai gambar bentuk geometri dalam mengurangi perilaku mengisap jari pada peserta didik cerebral palsy athetoid.

Penelitian ini menggunakan disain subyek tunggal. Menurut Sunanto et al


(21)

19

Eli Wibawati, 2013

sampel penelitian.” Pada disain subyek tunggal pengukuran variabel terikat dilakukan berulang-ulang dalam periode waktu tertentu. Perbandingan dilakukan pada subyek yang sama dengan kondisi berbeda. Kondisi yang dimaksud disini adalah kondisi baseline dan kondisi intervensi. Kondisi baseline adalah kondisi dimana pengukuran target behavior dilakukan pada keadaan natural sebelum diberikan intervensi. Kondisi eksperimen adalah kondisi dimana suatu intervensi telah diberikan dan target behavior diukur dibawah kondisi tersebut. Disain penelitian yang akan digunakan pada penelitian ini adalah disain A-B-A.

Menurut Sunanto et al (2005: 61) “disain A-B-A menunjukkan adanya

hubungan sebab akibat antara variabel terikat dan variabel bebas”. Mula-mula target behavior diukur secara kontinu pada kondisi baseline (A) dengan periode waktu tertentu kemudian pada kondisi intervensi (B). Pada disain A-B-A setelah pengukuran pada kondisi intervensi, pengukuran pada kondisi baseline kedua diberikan. Penambahan pada kondisi baseline yang kedua ini dimaksudkan sebagai kontrol untuk fase intervensi sehingga memungkinkan untuk menarik kesimpulan adanya hubungan fungsional antara variabel bebas dan variabel terikat. Menurut Sunanto et al (2005: 62) pada saat melakukan eksperimen dengan disain A-B-A, peneliti memperhatikan hal-hal berikut.

a. Mendefinisikan target behavior sebagai perilaku yang dapat diukur secara akurat.

b. Mengukur dan mengumpulkan data pada kondisi baseline (A1) secara kontinu sekurang-kurangnya tiga atau lima atau sampai trend dan level menjadi stabil.

c. Memberikan trend intervensi setelah trend data baseline stabil.

d. Mengukur dan mengumpulkan data pada fase intervensi (B) dengan periode waktu tertentu sampai data menjadi stabil.

e. Setelah kecenderungan dan level data pada fase intervensi (B) stabil mengulang fase Baseline (A2).

Jenis ukuran yang digunakan untuk mengukur target behavior adalah frekuensi. Menurut Sunanto et al (2005: 15) “frekuensi menunjukkan berapa kali

suatu peristiwa terjadi pada periode waktu tertentu.” Frekuensi perilaku subyek mengisap jari dicatat dengan sistem observasi langsung pada lembar pengamatan yang telah disediakan sebelumnya selama 60 menit. Pengisian lembar


(22)

20

Eli Wibawati, 2013

pengamatan dilakukan dengan cara mentally setiap perilaku mengisap jari yang muncul. Hal ini dilakukan pada fase baseline 1 (A1), intervensi (B), dan baseline 2 (A2).

Pada fase baseline 1 (A1) frekuensi perilaku mengisap jari subyek diukur dalam kondisi natural sebelum diberikan intervensi. Pada fase baseline 1 (A1) ini diadakan pre test terhadap kemampuan mewarnai subyek. Hal ini dilakukan agar peneliti mengetahui kemampuan subyek dalam mewarnai sehingga dijadikan acuan untuk pemberian intervensi.

Pada fase intervensi (B) frekuensi perilaku mengisap jari subyek diukur dalam pengaruh pemberian intervensi. Pada fase intervensi (B) peneliti memberikan intervensi berupa mewarnai gambar bentuk geometri dengan bantuan papan geometri. Papan geometri adalah sebuah papan kayu dengan lubang berbentuk seperti bentuk-bentuk geometri untuk tempat mewarnai. Papan geometri berfungsi sebagai bingkai agar ketika mewarnai menjadi terarah sehingga hasil mewarnai tampak rapi. Pada saat mewarnai tangan kanan subyek akan memegang pensil dan tangan kiri subyek menahan papan. Kegiatan mewarnai ini akan menggunakan pensil warna karena merupakan media mewarna yang mudah digunakan sebelum media mewarna lainnya. Kertas yang digunakan adalah kertas cartridge karena teksturnya halus, lembut, tetapi kaku bagus untuk menggambar dengan menggunakan pensil atau pena. Bentuk-bentuk geometri yang diberikan adalah bentuk persegi panjang, persegi empat, lingkaran, dan segitiga. Bentuk-bentuk geometri ini berdasarkan standar kompetensi mata pelajaran matematika kelas satu semester dua sekolah dasar luar biasa (BSNP, 2006:4). Subyek saat ini duduk di kelas lima sekolah dasar luar biasa namun mata pelajaran yang diberikan adalah mata pelajaran kelas satu sekolah dasar luar biasa karena disesuaikan dengan kemampuannya.

Tabel 3.1. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Matematika Kelas I Semester II

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

6. Mengenal bangun datar sederhana 6.1 Mengenal segitiga, segi empat, dan lingkaran


(23)

21

Eli Wibawati, 2013

Peneliti juga membantu mengarahkan subyek untuk memperbaiki cara memegang pensil, memperbaiki arah mewarnai, dan mewarnai keseluruhan gambar dengan mencontohkan terlebih dahulu dan terlibat langsung saat mewarnai. Hal ini dilakukan sebagai upaya mengalihkan perhatian subyek dari perilaku menghisap jarinya sehingga diharapkan subyek dapat mengurangi perilakunya tersebut.

Pada fase baseline 2 (A2) frekuensi perilaku mengisap jari subyek diukur setelah diberikan intervensi sebagai kontrol terhadap fase intervensi. Pada fase baseline 2 (A2) ini diadakan post test terhadap kemampuan mewarnai subyek. Hal ini dilakukan agar peneliti mengetahui kemampuan subyek dalam mewarnai setelah diberikan intervensi.

C. Definisi Operasional Variabel

Penelitian tidak terlepas dari variabel. Variabel adalah suatu hal yang ditetapkan oleh peneliti untuk diteliti. Menurut Hatch dan Farhady (Sugiyono,

2012: 60) „ ... variabel dapat didefinisikan sebagai atribut seseorang, atau obyek, yang mempunyai “variasi” antara satu orang dengan yang lain atau objek dengan objek yang lain.‟ Selanjutnya, menurut Kidder (Sugiyono, 2012: 61) „variabel

adalah suatu kualitas (qualities) dimana peneliti mempelajari dan menarik

kesimpulan darinya.‟ Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat.

Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi variabel terikat. Variabel bebas dikenal dengan istilah intervensi atau perlakuan. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah mewarnai gambar bentuk geometri. Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian kasus tunggal dikenal dengan nama target behavior (perilaku sasaran). Variabel terikat ini mempunyai sifat yang dapat diobservasi dan dihitung. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah perilaku mengisap jari.

Mewarnai gambar bentuk geometri ini ditujukan untuk mengurangi perilaku mengisap jari. Mewarnai berarti memberi berwarna. Selama intervensi subyek akan mewarnai gambar bentuk geometri untuk mengalihkan perilaku mengisap


(24)

22

Eli Wibawati, 2013

jarinya. Mengisap jari berarti memasukan jari ke dalam mulut. Frekuensi perilaku subyek mengisap jari dicatat dengan sistem observasi langsung pada lembar pengamatan yang telah disediakan sebelumnya selama 60 menit. Adapun tahapan-tahapan yang akan dilakukan dalam pengamatan terhadap perilaku mengisap jari adalah:

a. Mengamati frekuensi subjek mengisap jari sebelum diberikan intervensi selama 60 menit.

b. Mengamati frekuensi subjek mengisap jarinya selama diberikan intervensi selama 60 menit.

c. Mengamati frekuensi subjek mengisap jari setelah diberikan intervensi selama 60 menit.

D. Instrumen penelitian

Penelitian membutuhkan data untuk mengetahui apakah variabel bebas dan variabel terikat terdapat hubungan yang fungsional. Data diperoleh menggunakan teknik tes, wawancara, dan observasi. Dalam pengumpulan data dibutuhkan alat untuk mengumpulkan data atau instrumen. Menurut Arikunto (2010: 203):

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah.

Peneliti membutuhkan suatu alat bantu dalam proses pengumpulan data. Dalam penelitian alat bantu yang digunakan untuk membantu proses pengumpulan data disebut instrumen. Tentunya sebelum membuat instrumen, peneliti terlebih dahulu membuat „kisi-kisi‟. Menurut Arikunto (2010: 205) “kisi -kisi adalah sebuah tabel yang menunjukkan hubungan antara hal-hal yang disebutkan dalam baris dengan hal-hal yang disebutkan dalam kolom”. Dalam penelitian ini kolom berisi tujuan penelitian, fokus penelitian, jenis data, sember data, metode, instrumen, dan kode format.

Instrumen yang baik adalah instrumen yang valid. Menurut Arikunto (2010:


(25)

23

Eli Wibawati, 2013

atau kesahihan suatu instrumen”. Suatu instrumen yang dikatakan valid mempunyai validitas tinggi dan mampu mengukur apa yang diinginkan atau mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Penelitian ini menggunakan pendapat para ahli (expert judgement) untuk menentukan kevalidan dari instrumen yang dibuat oleh peneliti. Sugiyono (2012: 177) mengemukakan bahwa “para ahli diminta pendapatnya tentang instrumen yang telah disusun itu. Mungkin para ahli akan memberikan keputusan: instrumen dapat digunakan tanpa perbaikan, ada perbaikan dan mungkin dirombak total.”

E. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian untuk mengetahui efektivitas mewarnai gambar bentuk geometri dalam mengurangi perilaku mengisap jari pada peserta didik cerebral palsy athetoid ini akan menggunakan metode pengumpulan data berupa tes, wawancara, dan observasi (pengamatan).

a Tes

Tes adalah serentetan pertanyaan untuk mengetahui kemampuan seseorang.

Menurut Arikunto (2010: 193) “tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan inteligensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.” Tes yang diberikan berupa latihan yaitu subyek diminta untuk mewarnai. Teknik pengumpulan data berupa tes digunakan untuk mengetahui perkembangan kemampuan subyek dalam mewarnai. Hasil tes ini digunakan sebagai kelengkapan data penelitian.

b Wawancara

Wawancara adalah proses tanya jawab antar pewawancara dan orang yang diwawancarai. Sesuai yang dikemukakan oleh Bungin (2010: 108) bahwa:

Wawancara mendalam secara umum adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara, dimana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama.


(26)

24

Eli Wibawati, 2013

Teknik pengumpulan data berupa wawancara digunakan untuk mengetahui latar belakang kemampuan subyek dalam mewarnai dan perilaku mengisap jarinya. Hasil wawancara ini digunakan sebagai kelengkapan data penelitian.

c Observasi

Observasi atau pengamatan adalah kegiatan keseharian manusia dengan menggunakan panca indra mata sebagai alat bantu utamanya selain panca indra lainnya seperti telinga, penciuman, mulut, dan kulit. Bungin (2010:115)

mengemukakan bahwa “observasi adalah kemampuan seorang untuk menggunakan pengamatannya melalui hasil kerja panca indra mata serta dibantu panca indra lainnya”. Menurut Arikunto (2010: 200) observasi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:

1) Observasi non-sistematis, yang dilakukan oleh pengamat dengan tidak menggunakan instrumen pengamatan.

2) Observasi sistematis, yang dilakukan oleh pengamat dengan menggunakan pedoman sebagai instrumen pengamatan.

Observasi yang digunakan pada penelitian ini adalah observasi sistematis karena menggunakan instrumen pengamatan pada saat observasi. Teknik pengumpulan data berupa observasi atau pengamatan ini digunakan untuk mengetahui frekuensi subyek mengisap jari selama 60 menit.

F. Analisis Data

Penelitian dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh dari suatu intervensi. Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh dari suatu intervensi, maka dilakukan pengamatan dengan membandingkan hasil subjek penelitian pada waktu sebelum, selama, dan sesudah mendapatkan intervensi. Setelah semua data terkumpul, kemudian data diolah dan dianalisis agar diperoleh gambaran secara jelas tentang hasil intervensi dalam jangka waktu tertentu. Penggunaan grafik dalam penyajian data memiliki dua tujuan utama, seperti yang dikemukakan oleh Sunanto et al (2005: 36), yaitu:


(27)

25

Eli Wibawati, 2013

a. Untuk membantu mengorganisasikan data sepanjang proses pengumpulan data yang nantinya akan mempermudah untuk mengevaluasi.

b. Untuk memberikan rangkuman data kuantitatif serta mendeskripsikan target behavior yang akan membantu dalam proses menganalisis hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat.

Menurut Sunanto et al (2005: 37) terdapat beberapa komponen penting dalam penyajian data berbentuk grafik, yaitu:

a. Absis adalah sumbu X yang merupakan sumbu mendatar yang

menunjukkan satuan untuk variabel bebas (misalnya sesi, hari, tanggal). b. Ordinat adalah sumbu Y merupakan sumbu vertikal yang menunjukkan

satuan untuk variabel terikat (misalnya persen, frekuensi, durasi).

c. Titik Awal merupakan pertemuan antara sumbu X dengan sumbu Y

sebagai titik awal satuan variabel bebas dan terikat.

d. Skala garis-garis pendek pada sumbu X dan sumbu Y yang menunjukkan

ukuran (misalnya 0%, 25%, 50%, 75%).

e. Label Kondisi yaitu keterangan yang menggambarkan kondisi

eksperimen misalnya baseline atau intervensi.

f. Garis Perubahan Kondisi yaitu garis vertikal yang menunjukkan adanya

perubahan kondisi ke kondisi lainnya.

g. Judul Grafik, judul yang mengarahkan perhatian pembaca agar segera

diketahui hubungan antara variabel bebas dan terikat.

Grafik 3.1. Disain A-B-A

Setelah data di lapangan diperoleh, selanjutnya data tersebut divisualisasikan ke dalam bentuk grafik yang dilanjutkan dengan menganalisis data tersebut. Komponen-komponen analisis data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18

O rd in at (Y) Absis (X) Baseline 1

(A1) Intervensi (B)

Baseline 2 (A2)


(28)

26

Eli Wibawati, 2013

a. Analisis Data dalam Kondisi

Analisis data dalam kondisi adalah menganalisis perubahan data dalam suatu kondisi misalnya kondisi baseline atau kondisi intervensi, sedangkan komponen yang akan dianalisis adalah sebagai berikut.

1) Panjang Kondisi

Menurut Sunanto et al (2006: 96) “panjangnya kondisi dilihat dari

banyaknya data point atau skor setiap kondisi.” Panjang kondisi ini menggambarkan banyaknya sesi pada setiap kondisi.

2) Kecenderungan Arah

Menurut Sunanto et al (2006: 68) “kecenderungan arah digambarkan oleh garis lurus yang melintasi semua data dalam suatu kondisi dimana banyak data

yang berada di atas dan di bawah garis tersebut sama banyak.” Menentukan

estimasi kecenderungan arah menggunakan metode middle. Metode split-middle adalah menentukan kecenderungan arah grafik berdasarkan median data poin nilai ordinatnya (Sunanto et al, 2005: 98). Langkah-langkah untuk menentukan kecenderungan arah dengan menggunakan metode split-middle adalah sebagai berikut.

a) Membagi data menjadi dua bagian yaitu bagian kanan dan bagian kiri. b) Membagi data bagian kanan dan bagian kiri masing-masing menjadi dua

bagian.

c) Menentukan posisi median dari masing-masing belahan.

d) Menarik garis sejajar dengan absis yang menghubungkan titik temu antara median data bagian kanan dan data bagian kiri.

3) Tingkat Stabilitas

Menurut Sunanto et al (2006: 68) “tingkat stabilitas menunjukkan tingkat

homogenitas data dalam suatu kondisi.” Tingkat stabilitas ini berdasarkan jumlah data point yang berada dalam rentang diantara batas atas, mean dan batas bawah.


(29)

27

Eli Wibawati, 2013 4) Jejak Data

Menurut Sunanto et al (2006: 70) “jejak data merupakan perubahan dari

data satu ke data lain dalam suatu kondisi.” Terdapat tiga kemungkinan dalam

jejak data ini yaitu menaik, menurun, dan mendatar. Menentukan kecenderungan jejak data sama dengan menentukan estimasi kecenderungan arah.

5) Rentang

Menurut Sunanto et al (2006: 70) “rentang dalam sekelompok data pada suatu kondisi merupakan jarak antara data pertama dengan data terakhir.”

6) Tingkat Perubahan

Menurut Sunanto et al (2006: 70) “tingkat perubahan data dalam suatu

kondisi merupakan selisih antara data pertama dengan data terakhir.” Langkah -langkah untuk menentukan tingkat perubahan adalah sebagai berikut.

a) Menentukan data point pertama dan data point terakhir dalam suatu kondisi.

b) Kurangi data point yang besar dengan data point yang kecil.

c) Tentukan apakah selisihnya menunjukkan arah membaik atau memburuk sesuai dengan tujuan intervensi.

b. Analisis Data antar Kondisi

Analisis data antar kondisi adalah perubahan data antar kondisi, misalnya dari kondisi baseline ke kondisi intervensi. Komponen-komponen analisis antar kondisi meliputi:

1) Variabel yang diubah

Analisis data antar kondisi sebaiknya difokuskan pada satu variabel terikat dan ditekankan pada efek intervensi terhadap perilaku sasaran.

2) Perubahan kecenderungan arah dan efeknya

Menurut Sunanto et al (2006: 72) “perubahan kecenderungan arah grafik antar kondisi baseline dan intervensi menunjukkan makna perubahan perilaku sasaran


(30)

28

Eli Wibawati, 2013

(target behavior) yang disebabkan oleh intervensi.” Perubahan kecenderungan arah dan efeknya ditentukan dengan cara mengambil data estimasi kecenderungan arah pada analisis visual dalam kondisi.

3) Perubahan stabilitas dan efeknya

Menurut Sunanto et al (2006: 73) “sabilitas data menunjukkan tingkat

kestabilan perubahan dari serentetan data.” Perubahan stabilitas dapat ditentukan dengan cara mengambil data kecenderungan stabilitas pada analisis visual dalam kondisi.

4) Perubahan level data

Menurut Sunanto et al (2006: 73) “perubahan level data menunjukkan

seberapa besar data berubah.” Perubahan level data ini ditunjukkan dengan selisih antara data point terakhir dalam kondisi baseline dengan data point pertama dalam kondisi intervensi.

5) Data yang Tumpang Tindih

Menurut Sunanto et al (2006: 72) “data yang tumpang tindih antara dua kondisi

adalah terjadinya data yang sama pada kedua kondisi tersebut.” Langkah-langkah untuk menentukan persentase overlap adalah dengan cara sebagai berikut.

a) Melihat batas atas dan batas bawah pada kondisi baseline 1 (A1).

b) Menghitung banyaknya data pada fase intervensi (B) yang berada pada rentang fase baseline 1 (A1).

c) Banyaknya data yang diperoleh pada langkah b dibagi banyaknya data dalam fase intervensi (B) kemudian dikalikan 100%.

Jika data pada fase baseline 1 (A1) lebih dari 90% yang tumpang tindih pada fase intervensi (B), ini berarti bahwa pengaruh intervensi terhadap target behavior tidak dapat diyakinkan.


(31)

51

Eli Wibawati, 2013

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Peneliti melakukan penelitian terhadap salah satu aktivitas tangan yaitu mewarnai untuk mengurangi perilaku mengisap jari. Berdasarkan hasil penelitian di lapangan terhadap MP siswa kelas V SLB D YPAC Bandung diperoleh hasil bahwa terdapat penurunan frekuensi mengisap jari setelah diberikan intervensi yang berupa kegiatan mewarnai gambar bentuk geometri. Hasil dari penelitian mewarnai gambar bentuk geometri dalam mengurangi perilaku mengisap jari menunjukkan kefektivitasannya. Hasil penelitian menunjukkan adanya penurunan frekuensi mengisap jari ini dibuktikan dengan adanya penurunan frekuensi rata-rata mengisap jari subjek pada kondisi baseline 1 (A1), intervensi (B) dan baseline 2 (A2). Frekuensi rata-rata MP mengisap jari pada kondisi baseline 1 (A1) sebesar 22 yang menurun pada kondisi intervensi (B) sebesar 19 dan menurun kembali pada kondisi baseline 2 (A2) sebesar 16,25. Selain itu juga, estimasi kecenderungan arah pada kondisi intervensi (B) dan baseline 2 (A) menunjukkan kecenderungan arah menurun. Persentase data overlap sebesar 0% yang berarti adanya pengaruh dari kegiatan intervensi ini terhadap target behavior.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah mewarnai gambar bentuk geometri efektif dalam mengurangi perilaku mengisap jari pada peserta didik cerebral palsy athetoid di SLB D YPAC Bandung. Hasil kesimpulan ini juga sekaligus menjawab rumusan masalah dalam penelitian ini setelah diketahui bahwa mewarnai gambar bentuk geometri efektif untuk mengurangi perilaku mengisap jari pada peserta didik cerebral palsy athetoid di SLB D YPAC Bandung. Selain itu, konsentrasi subyek meningkat ketika frekuensi mengisap jari berkurang. Hal ini terlihat dari hasil mewarnai yang semakin baik setiap sesinya. Grafik hasil penelitian menunjukkan penurunan perilaku mengisap jari.


(32)

52

Eli Wibawati, 2013 B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian terhadap perilaku mengisap jari pada salah satu peserta didik di SLB D YPAC Bandung, maka peneliti menyarankan kepada:

1. Sekolah

Berdasarkan hasil penelitian, khususnya yang berkaitan dengan penurunan perilaku mengisap jari, sebaiknya sekolah menyiapkan lingkungan yang kondusif. Lingkungan kondusif yang dimaksud adalah lingkungan yang tidak terlalu banyak benda-benda disekitarnya karena hal ini akan membuat konsentrasi peserta didik terpecah serta lingkungan yang memungkinkan untuk peserta didik melakukan eksplorasi lingkungannya. Selain itu, perlunya variasi kegiatan aktivitas tangan untuk membantu peserta didik mengurangi perilaku mengisap jarinya misalnya dengan permainan, melipat atau meronce.

2. Orang Tua

Kepada orang tua hendaknya upaya penanggulangan perilaku mengisap jari yang telah dilakukan di sekolah diteruskan di rumah sehingga peserta didik terbiasa dengan kondisi demikian dan perilaku mengisap jari dapat berkurang.

3. Peneliti Selanjutnya

Apabila ingin melanjutkan penelitian maka dapat memberikan intervensi variasi kegiatan aktivitas tangan. Pengkondisian waktu serta lokasi penelitian perlu lebih diperhatikan agar tujuan dari intervensi menjadi lebih baik. Selain itu, diperlukannya bentuk-bentuk pengalihan baru agar memberikan pengaruh signifikan.


(33)

53

Eli Wibawati, 2013

DAFTAR PUSTAKA

Akatsuki, Z. Z. (2011). Askep Klien Dengan Cerebral Palsy. [Online]. Tersedia:h- ttp://akatsuki-ners.blogspot.com/2011/02/askep-klien-dengan cerebral pal- sy.html [03 Maret 2013]

Alamsyah, Y.W. dan Wulanike, S. (2011). Ayo Mewarnai dengan Pensil Warna. Yogyakarta: ANDI.

Amrie.(2011).Cerebral Palsy. [Online]. Tersedia:http://amriemanthovanie.blogsp ot.com/2011/02/cerebral palsy.html [08 April 2012]

Arifien. Koko K. (2009). Menggambar dengan Pensil Warna. Bandung: Yrama Widya

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rin- eka Cipta.

Aziz, R. U. (2006). Jangan Biarkan Anak Kita Tumbuh dengan Kebiasaan Buruk. Solo: Tiga Serangkai.

Bungin, B. (2010). Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana.

BSNP. (2006). Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Matematika Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa Sedang (SDLB-D1). Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional

Ilma, dkk.(2009).Asuhan Keperawatan Anak Dengan Cerebral Palsy. [Online]. T ersedia:http://viasyasivaelfira.blogspot.com/2009/06/asuhan-keperawatan anak-dengan-cerebral.html [08 April 2012]

Junior, D. (2012). Little Einstein: Belajar Warna dan Bentuk. Mahameru: Erlang- ga.

Kuswanto. (2011). Menggambar Bentuk. [Online]. Tersedia:http://teknologi/men ggambarbentuk/&q=bentuk+geometri+adalah&sa=X&eiDSUaqN14vRrQ g10D4CQ&ved=OCCwQFjAH [06 Februari 2013]

Masyhuri dan Zainuddin, M. (2008). Metodologi Penelitian Pendekatan Praktis dan Aplikatif. Bandung: Refika Aditama.

Muhammad, Jamila K. A. (2008). Special Education For Special Children. Jakar- ta: Hikmah.


(34)

54

Eli Wibawati, 2013

Robins, D. (2007). Menggambar dan Membuat Sketsa. Solo: Tiga Serangkai. Sugiarmin, M. dan Muslim, A.T. (1996). Ortopedi Dalam Pendidikan Anak Tuna-

daksa. Jakarta: Depdikbud.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualita- tif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sunanto, J., Takeuchi, K. dan Nakata, H. (2005). Pengantar Penelitian dengan Subjek Tunggal. Japan: University Of Tsukuba.

Susetyo, B. (2012). Statistika Untuk Analisis Data Penelitian. Bandung: Refika Aditama.

Tim Parents Guide. (2012). Growing Up Usia 3-4 Tahun. Solo: Tiga Serangkai. Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. (1995). Ka-

mus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kedua. Jakarta: Balai Pustaka,

Wahyudin, U. dan Agustin, M. (2012). Penilaian Perkembangan Anak Usia Dini. Bandung: Refika Aditama


(1)

4) Jejak Data

Menurut Sunanto et al (2006: 70) “jejak data merupakan perubahan dari data satu ke data lain dalam suatu kondisi.” Terdapat tiga kemungkinan dalam jejak data ini yaitu menaik, menurun, dan mendatar. Menentukan kecenderungan jejak data sama dengan menentukan estimasi kecenderungan arah.

5) Rentang

Menurut Sunanto et al (2006: 70) “rentang dalam sekelompok data pada suatu kondisi merupakan jarak antara data pertama dengan data terakhir.”

6) Tingkat Perubahan

Menurut Sunanto et al (2006: 70) “tingkat perubahan data dalam suatu kondisi merupakan selisih antara data pertama dengan data terakhir.” Langkah -langkah untuk menentukan tingkat perubahan adalah sebagai berikut.

a) Menentukan data point pertama dan data point terakhir dalam suatu kondisi.

b) Kurangi data point yang besar dengan data point yang kecil.

c) Tentukan apakah selisihnya menunjukkan arah membaik atau memburuk sesuai dengan tujuan intervensi.

b. Analisis Data antar Kondisi

Analisis data antar kondisi adalah perubahan data antar kondisi, misalnya dari kondisi baseline ke kondisi intervensi. Komponen-komponen analisis antar kondisi meliputi:

1) Variabel yang diubah

Analisis data antar kondisi sebaiknya difokuskan pada satu variabel terikat dan ditekankan pada efek intervensi terhadap perilaku sasaran.


(2)

28

(target behavior) yang disebabkan oleh intervensi.” Perubahan kecenderungan arah dan efeknya ditentukan dengan cara mengambil data estimasi kecenderungan arah pada analisis visual dalam kondisi.

3) Perubahan stabilitas dan efeknya

Menurut Sunanto et al (2006: 73) “sabilitas data menunjukkan tingkat kestabilan perubahan dari serentetan data.” Perubahan stabilitas dapat ditentukan dengan cara mengambil data kecenderungan stabilitas pada analisis visual dalam kondisi.

4) Perubahan level data

Menurut Sunanto et al (2006: 73) “perubahan level data menunjukkan seberapa besar data berubah.” Perubahan level data ini ditunjukkan dengan selisih antara data point terakhir dalam kondisi baseline dengan data point pertama dalam kondisi intervensi.

5) Data yang Tumpang Tindih

Menurut Sunanto et al (2006: 72) “data yang tumpang tindih antara dua kondisi adalah terjadinya data yang sama pada kedua kondisi tersebut.” Langkah-langkah untuk menentukan persentase overlap adalah dengan cara sebagai berikut.

a) Melihat batas atas dan batas bawah pada kondisi baseline 1 (A1).

b) Menghitung banyaknya data pada fase intervensi (B) yang berada pada rentang fase baseline 1 (A1).

c) Banyaknya data yang diperoleh pada langkah b dibagi banyaknya data dalam fase intervensi (B) kemudian dikalikan 100%.

Jika data pada fase baseline 1 (A1) lebih dari 90% yang tumpang tindih pada fase intervensi (B), ini berarti bahwa pengaruh intervensi terhadap target behavior tidak dapat diyakinkan.


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Peneliti melakukan penelitian terhadap salah satu aktivitas tangan yaitu mewarnai untuk mengurangi perilaku mengisap jari. Berdasarkan hasil penelitian di lapangan terhadap MP siswa kelas V SLB D YPAC Bandung diperoleh hasil bahwa terdapat penurunan frekuensi mengisap jari setelah diberikan intervensi yang berupa kegiatan mewarnai gambar bentuk geometri. Hasil dari penelitian mewarnai gambar bentuk geometri dalam mengurangi perilaku mengisap jari menunjukkan kefektivitasannya. Hasil penelitian menunjukkan adanya penurunan frekuensi mengisap jari ini dibuktikan dengan adanya penurunan frekuensi rata-rata mengisap jari subjek pada kondisi baseline 1 (A1), intervensi (B) dan baseline 2 (A2). Frekuensi rata-rata MP mengisap jari pada kondisi baseline 1 (A1) sebesar 22 yang menurun pada kondisi intervensi (B) sebesar 19 dan menurun kembali pada kondisi baseline 2 (A2) sebesar 16,25. Selain itu juga, estimasi kecenderungan arah pada kondisi intervensi (B) dan baseline 2 (A) menunjukkan kecenderungan arah menurun. Persentase data overlap sebesar 0% yang berarti adanya pengaruh dari kegiatan intervensi ini terhadap target behavior.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah mewarnai gambar bentuk geometri efektif dalam mengurangi perilaku mengisap jari pada peserta didik cerebral palsy athetoid di SLB D YPAC Bandung. Hasil kesimpulan ini juga sekaligus menjawab rumusan masalah dalam penelitian ini setelah diketahui bahwa mewarnai gambar bentuk geometri efektif untuk mengurangi perilaku mengisap jari pada peserta didik cerebral palsy athetoid di SLB D YPAC Bandung. Selain itu, konsentrasi subyek meningkat ketika frekuensi mengisap jari berkurang. Hal ini terlihat dari hasil mewarnai yang semakin baik setiap sesinya. Grafik hasil penelitian menunjukkan penurunan perilaku mengisap jari.


(4)

52

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian terhadap perilaku mengisap jari pada salah satu peserta didik di SLB D YPAC Bandung, maka peneliti menyarankan kepada:

1. Sekolah

Berdasarkan hasil penelitian, khususnya yang berkaitan dengan penurunan perilaku mengisap jari, sebaiknya sekolah menyiapkan lingkungan yang kondusif. Lingkungan kondusif yang dimaksud adalah lingkungan yang tidak terlalu banyak benda-benda disekitarnya karena hal ini akan membuat konsentrasi peserta didik terpecah serta lingkungan yang memungkinkan untuk peserta didik melakukan eksplorasi lingkungannya. Selain itu, perlunya variasi kegiatan aktivitas tangan untuk membantu peserta didik mengurangi perilaku mengisap jarinya misalnya dengan permainan, melipat atau meronce.

2. Orang Tua

Kepada orang tua hendaknya upaya penanggulangan perilaku mengisap jari yang telah dilakukan di sekolah diteruskan di rumah sehingga peserta didik terbiasa dengan kondisi demikian dan perilaku mengisap jari dapat berkurang.

3. Peneliti Selanjutnya

Apabila ingin melanjutkan penelitian maka dapat memberikan intervensi variasi kegiatan aktivitas tangan. Pengkondisian waktu serta lokasi penelitian perlu lebih diperhatikan agar tujuan dari intervensi menjadi lebih baik. Selain itu, diperlukannya bentuk-bentuk pengalihan baru agar memberikan pengaruh signifikan.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Akatsuki, Z. Z. (2011). Askep Klien Dengan Cerebral Palsy. [Online]. Tersedia:h- ttp://akatsuki-ners.blogspot.com/2011/02/askep-klien-dengan cerebral pal- sy.html [03 Maret 2013]

Alamsyah, Y.W. dan Wulanike, S. (2011). Ayo Mewarnai dengan Pensil Warna. Yogyakarta: ANDI.

Amrie.(2011).Cerebral Palsy. [Online]. Tersedia:http://amriemanthovanie.blogsp ot.com/2011/02/cerebral palsy.html [08 April 2012]

Arifien. Koko K. (2009). Menggambar dengan Pensil Warna. Bandung: Yrama Widya

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rin- eka Cipta.

Aziz, R. U. (2006). Jangan Biarkan Anak Kita Tumbuh dengan Kebiasaan Buruk. Solo: Tiga Serangkai.

Bungin, B. (2010). Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana.

BSNP. (2006). Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Matematika Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa Sedang (SDLB-D1). Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional

Ilma, dkk.(2009).Asuhan Keperawatan Anak Dengan Cerebral Palsy. [Online]. T ersedia:http://viasyasivaelfira.blogspot.com/2009/06/asuhan-keperawatan anak-dengan-cerebral.html [08 April 2012]

Junior, D. (2012). Little Einstein: Belajar Warna dan Bentuk. Mahameru: Erlang- ga.

Kuswanto. (2011). Menggambar Bentuk. [Online]. Tersedia:http://teknologi/men ggambarbentuk/&q=bentuk+geometri+adalah&sa=X&eiDSUaqN14vRrQ g10D4CQ&ved=OCCwQFjAH [06 Februari 2013]

Masyhuri dan Zainuddin, M. (2008). Metodologi Penelitian Pendekatan Praktis dan Aplikatif. Bandung: Refika Aditama.


(6)

54

Robins, D. (2007). Menggambar dan Membuat Sketsa. Solo: Tiga Serangkai.

Sugiarmin, M. dan Muslim, A.T. (1996). Ortopedi Dalam Pendidikan Anak Tuna- daksa. Jakarta: Depdikbud.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualita- tif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sunanto, J., Takeuchi, K. dan Nakata, H. (2005). Pengantar Penelitian dengan Subjek Tunggal. Japan: University Of Tsukuba.

Susetyo, B. (2012). Statistika Untuk Analisis Data Penelitian. Bandung: Refika Aditama.

Tim Parents Guide. (2012). Growing Up Usia 3-4 Tahun. Solo: Tiga Serangkai.

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. (1995). Ka- mus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kedua. Jakarta: Balai Pustaka,

Wahyudin, U. dan Agustin, M. (2012). Penilaian Perkembangan Anak Usia Dini. Bandung: Refika Aditama