PERKEMBANGAN STRUKTUR KERUANGAN KOTA TANJUNGBALAI PASCA OTONOMI DAERAH.
PERKEMBANGAN STRUKTUR KERUANGAN KOTA
TANJUNGBALAI PASCA OTONOMI DAERAH
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi
Sebagian Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh :
MUHAMMAD ARIFIN SIRAIT
NIM. 3101331005
JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2015
(2)
(3)
(4)
vii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Muhammad Arifin Sirait
Nim : 3101331005
Jurusan : Pendidikan Geografi
Fakultas : Ilmu Sosial
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya tulis ini adalah benar-benar
merupakan hasil karya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau
pikiran orang lain yang saya akui sebagai hasil tulisan atau pikiran saya sendiri.
Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan hasil jiblakan/plagiasi, maka
saya bersedia menerima sanksi atau hukuman atas perbuatan tersebut.
Medan, 20 Maret 2015 Saya yang membuat pernyataan,
Muhammad Arifin Sirait NIM. 3101331005
(5)
vi
ABSTRAK
Muhammad Arifin Sirait. Nim. 3101331005. Perkembangan Struktur Keruangan
Kota Tanjungbalai Pasca Otonomi Daerah. Skripsi. Jurusan Pendidikan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan, 2015.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) Perkembangan Struktur Ruang di Kota Tanjungbalai Pasca Otonomi Daerah , (2) Tata guna lahan yang memiliki keterkaitan terhadap struktur ruang.
Penelitian ini dilakukan di Kota Tanjungbalai. Populasi penelitian ini adalah seluruh wilayah Kota Tanjungbalai. Sampel penelitian ini terdiri dari lahan pemukiman serta lahan sarana dan prasarana kota yang berhubungan secara fungsional . Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah mengambil data dari instansi yang terkait dan mendownload data spasial melalui jasa penyedia data U.S
Geological Survey. Teknik analisis data yang dilakukan yaitu analisis deskriptif
kualitatif.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan : (1) Berdasarkan penggunaan lahannya, Struktur Ruang Kota Tanjungbalai Pasca Otonomi Daerah pada tahun 2013 mengalami perkembangan pada lahan pemukiman sebesar 0,342 Ha dengan persentase 0,005%, lahan pendidikan 2,588 Ha dengan persentase 0,042%, lahan perdagangan dan jasa sebesar 0,990 dengan persentase 0.016%, lahan fasilitas umum sebesar 0,761 Ha dengan persentase 0,012 dan lahan peribadahan sebesar 0,177 Ha dengan persentase 0,002%. Jalan di Kota Tanjungbalai mengalami perkembangan dari panjang 228,21 Km menjadi 335,500 Km dengan kedaan baik sepanjang 215,607, kondisi sedang sepanjang 79,358 Km, kondisi rusak sepanjang 20,252 Km, dan sangat rusak sepanjang 10,995 Km. (2) Tata guna lahan di Kota Tanjungbalai di tahun 2013 dibagi kedalam 6 zona bagian yang terdiri dari daaerah pusat kegiatan, pemukiman kelas rendah, pemukiman kelas menengah, pemukiman kelas atas, idustri dan meiliki pola perkembangan linear bermanik. Adapun perubahan lahan yang paling banyak mengalami bentuk perubahan penggunaan terdapat di Bagian Wilayah Kota III Kecamatan Sei Tualang Raso denngan berubahnya lahan pertanian menjadi lahan kosong, berubahnya lahan pertanian menjadi fasilitas umum, berubahnya lahan perkebunan menjadi lahan fasilitas pendidikan dan berubahnya lahan kosong menjadi lahan pemukiman.
(6)
iii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbila’lamin, segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa dengan segala rahmat-Nya, sehingga penulis
dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini yang berjudul: Perkembangan Struktur
Keruangan Kota Tanjungbalai Pasca Otonomi Daerah. Penulisan skripsi ini bertujuan
untuk memenuhi sebagian syarat memperoleh Gelar Sarjana bagi Mahasiswa S-1
Jurusan Pendidikan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan.
Dalam penyelesaian skripsi ini penulis menyadari banyak mengalami
rintangan, namun karena bantuan dan motivasi dari berbagai pihak akhirnya dapat
diselesaikan. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis dengan kerendahan hati
mengucapan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar Damanik, M.Si selaku Rektor Universitas Negeri
Medan beserta stafnya.
2. Bapak Dr. H. Restu, M.S, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial Universitas
Negeri Medan beserta stafnya.
3. Bapak Drs. Ali Nurman, M.Si, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Geografi
Universitas Negeri Medanbeserta stafnya.
4. Bapak Darwin P. Lubis, S.Si, M.Si, selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang
telah banyak memberikan waktu dan bimbingan serta memberikan ilmu yang
tidak ternilai harganya selama menyelesaikan skripsi ini.
5. Ibu Dra.Rosni, M.Pd selaku Dosen Pembimbing Akademik terima kasih
banyak atas motivasi dan bimbingannya.
6. Bapak Drs. M. Sirait, S.U selaku dosen penguji terima kasih banyak atas
(7)
iv
7. Ibu Dra.Minah Sinuhaji, M.Si selaku dosen penguji terima kasih banyak atas
bimbingannya.
8. Bapak M. Ridha Syafi’i Damanik, S.Pi, M.Sc selaku dosen Jurusan Pendidikan Geografi yang telah banyak memberi bimbingan dan motivasi dalam kelas
konsentrasi teknik.
9. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Pendidikan Geografi yang telah membekali
penulis dengan ilmu pengetahuan selama di bangku perkuliahan.
10. Bapak Hajat Siagian selaku administrasi di Jurusan Pendidikan Geografi yang
telah banyak membantu saya dalam menyelesaikan skripsi ini.
11. Bapak Ir. Tengku Mirzal , M.Si selaku kepala Bappeda Kota Tanjungbalai dan
stafnya.
12. Kepala Bina Marga, kepala BPS, kepala Balitbang yang telah membantu
penulis dalam melengkapi data penelitian.
13. Yang terkhusus dan teristimewa terima kasih yang sebesar-besarnya buat yang
tercinta Ayahanda Alm. Amiruddin Sirait dan Ibunda Halimatun Saddiah
Sinaga, adik dan kakanda-kakanda tersayang (Haris Padillah Sirait, Leni
Marlina Sirait, dan Susanti Sirait) dan kerabat-kerabat dekat serta keluarga
yang sepanjang waktu terus memberikan do’a, dorongan, motivasi serta
dukungan baik dalam segi materil maupun moril kepada penulis selama
menjalankan perkuliahan hingga menyelesaikan skripsi ini.
14. Keluarga besar mahasiswa Jurusan Pendidikan Geografi khususnya
sahabat-sahabatku tercinta (abangda M. Yuliansyah Amini, S.Pd, Indra Rachmat
Setiawan, Wirawan Masyhuri, Dewi M. Siagian, Kartiko Hardo, Dedi Satria,
Nazaria Susanty, Nurjannah Harahap, Mentari Tawarniate, Farouq Ghazali
(8)
v
adinda Debby Desniwati Samosir) dan khususnya kelas B Reguler 2010 dan
kelas konsentrasi teknik Jurusan Pendidikan Geografi – Getekers 2010, yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih banyak telah membantu,
memberi motivasi baik dalam segi moril maupun materil bagi penulis dan mau
mendengarkan keluh kesah penulis dalam menyusun skripsi.
15. Untuk sahabat-sahabat seperjuangan tercinta, Ari, Riski, Ulong, Ibnu, Candra,
Ilham, Dian, Kijup, Lasita, kak Ade, kak Julita, dan kawan-kawan Alumni
SMP Negeri 9 Tanjung Balai Tahun 2007, yang tidak dapat disebutkan satu
persatu, terima kasih atas kerjasamanya, pengalaman dan motivasi selama ini.
Akhir kata hanya do’a yang dapat penulis ucapkan kiranya mereka mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT. Semoga skripsi ini besar manfaatnya bagi
pembaca khususnya di Jurusan Pendidikan Geografi Universitas Negeri Medan.
Medan, Maret 2015
Muhammad. Arfin Sirait NIM.3101331005
(9)
viii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ... i
LEMBAR PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
ABSTRAK ... vi
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... vii
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 4
C. Pembatasan Masalah ... 5
D. Rumusan Masalah ... 5
E. Tujuan Penelitian ... 5
F. Manfaat Penelitian ... 5
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori ... 6
B. Penelitian Relevan ... 19
C. Kerangka Berpikir ... 23
BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian ... 24
B. Populasi dan Sampel ... 24
C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 24
D. Teknik Pengumpulan Data ... 26
E. Teknik Analis Data ... 26
F. Tempat Pengerjaan ... 27
(10)
ix
BAB IV DESKRIPSI WILAYAH
A. Kondisi Fisik ... 29 B. Kondisi Non Fisik ... 36
BAB V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ... 40 B. Pembahasan ... 60
BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ... 71 B. Saran ... 74
DAFTAR PUSTAKA ... 75 LAMPIRAN
(11)
x
DAFTAR TABEL
Tabel Judul Halaman
Tabel 1 Luas Wilayah Kota Tanjungbalai Tahun 2012 ... 29
Tabel 2 Persentase Penggunaan Lahan Kota Tanjungbalai Tahun 2012 ... 35
Tabel 3 Daerah Aliran Sungai Kota Tanjungbalai ... 36
Tabel 4 Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk Kota Tanjungbalai Menurut Kecamatan Tahun 2012 ... 37
Tabel 5 Angka Partisipasi Sekolah di Kota Tanjungbalai Tahun Tahun 2012 ... 37
Tabel 6 Angka Partisipasi Murni (APM) dan Angka Partisipasi Kasar (APK) Menurut Jenjang Pendidikan di Kota Tanjungbalai Tahun 2012 ... 38
Tabel 7 Banyaknyak Sekolah Negeri dan Swasta menurut Jenisnya di Kota Tanjungbalai Tahun 2012 ... 38
Tabel 8 Banyaknya Fasilitas Kesehatan di Kota Tanjungbalai Tahun 2102 ... 39
Tabel 9 Banyaknya Fasilitas Ibadah di Kota Tanjungbalai Tahun 2102 ... 39
Tabel 10 Penggunaan Lahan Kota Tajungbalai Tahun 2004 dan 2014 ... 44
Tabel 11 Perubahan Bentuk Guna Lahan Tahun 2004 dan Tahun2013 ... 50
Tabel 12 Perkembangan Jalan Menurut Permukaan Jalan Tahun 2004 Tahun 2013. ... 58
Tabel 13 Panjang Jalan Menurut Status Jenis Permukaan dan Kondisi Tahun 2013 ... 58
(12)
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Gambar 1 Skema Kerangka Berfikir ... 23
Gambar 2 Diagram Alir Penelitaian ... 28
Gambar 3 Peta Administrasi Wilayah ... 30
Gambar 4 Penggunaan Lahan di Kecamatan Tanjungbalai Selatan ... 45
Gambar 5 Penggunaan Lahan di Kecamtan Sei Tualang Raso ... 45
Gambar 6, 7 Penggunaan Lahan di Kecamatan Teluk Nibung dan Tanjungbalai Utara ... 46
Gambar 8 Peta Penggunaan Lahan Tahun 2004 ... 47
Gambar 9 Peta Penggunaan Lahan Tahun 2013 ... 48
Gambar 10 Bentuk Guna Lahan di BWK III ... 51
Gambar 11 Bentuk Guna Lahan di BWK Pusat Kota ... 52
Gambar 12 Peta Perubahan Guna Lahan Tahun 2013 ... 53
Gambar 13 Pembagian Zonasi Lahan Tahun 2013 ... 55
Gambar 14 Peta Tata Guna Lahan Tahun 2013 ... 56
(13)
xii
DAFTAR LAMPIRAN
No Uraian Hal
1. Peta Lokasi Penelitian ... 78
2. Citra Kota Tanjungbalai Tahun 2004 ... 79
(14)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Undang - Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan
Undang - Undang Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat
dan Daerah merupakan dasar hukum pelaksanaan dimana otonomi memberikan
kebebasan pada pemerintahan kabupaten atau pemerintahan kota untuk mengatur
wilayahnya sendiri. Otonomi daerah pada dasarnya merupakan upaya untuk
mewujudkan tercapainya salah satu tujuan negara, yaitu peningkatan
kesejahteraan masyarakat melalui pemerataan pelaksanaan pembangunan dan
hasil-hasilnya. Daerah memilki kewenangan membuat kebijakan daerah untuk
memberi pelayanan, peningkatan peran serta, prakarsa dan pemberdayaan
masyarakat yang bertujuan pada peningkatan kesejahteraan rakyat. Otonomi
mendorong daerah untuk memberdayakan sumber daya baik fisik ataupun non
fisik yang ada di wilayahnya. Pemberdayaan sumber daya fisik bertujuan untuk
kelangsungan dan kemajuan daerahnya sendiri, sehingga Pemerintah Daerah
melakukan pembangunan ruang kota karena seiring dengan perkembangannya.
Sejak Januari 2001 Negara Indonesia memberlakukan kebijakan otonomi
daerah. Menurut UU No. 22/1999 yang kemudian direvisi oleh UU No. 32/2004
tentang Pemerintah Daerah menyebutkan bahwa, dengan adanya kebijakan
otonomi daerah pemerintah pada tingkat kabupaten dan kota diberikan
kewenangan yang lebih untuk mengelola dan mengatur wilayahnya
masing-masing. Pengaturan pemanfaatan ruang merupakan salah satu kewenangan
(15)
2
pemerintah, mulai tingkat pusat sampai tingkat daerah. Oleh karena itu, dalam
proses pengaturan dan pemanfaatan ruang kota harus dilaksanakan secara
bersama-sama, terpadu dan menyeluruh, dalam upaya mencapai tujuan
pembangunan. seperti yang diamanahkan dalam Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, dalam Pasal 1 ayat 9
yang menyatakan bahwa: “Pengaturan Penataan Ruang adalah upaya
pembentukan landasan hukum bagi pemerintah, pemerintah daerah,dan
masyarakat dalam penataan ruang.”
Hal ini tentu berdampak pada perkembangan struktur kota yang meliputi
susunan pusat – pusat pemukiman, penggunaan lahan di kawasan tertentu, dan jaringan sarana prasarana yang saling berhubungan secara fungsional. Kota
merupakan suatu sistem jaringan kehidupan yang ditandai dengan kepadatan
penduduk yang tinggi dan diwarnai dengan strata sosial ekonomi yang heterogen
(Bintarto, 1983). Perkembangan kota didasari oleh adanya aktivitas masyarakat yang selalu berkembang dan tuntutan kebutuhan yang selalu meningkat.
Keramaian dan kepadatan penduduk di perkotaan terjadi akibat banyak dan
lengkapnya fasilitas publik yang berkenaan dengan sarana dan prasana kota
seperti pasar, rumah sakit, sekolah, tempat hiburan, supermarket, dan lain
sebagainya. Sehingga kota diidentikan dengan suatu daerah yang mampu
mencukupi kebutuhannya secara mandiri.
Pertumbuhan penduduk kota yang semakin meningkat mengakibatkan
timbulnya masalah bagi kehidupan warga kota. Diantaranya ketidakseimbangan
antara jumlah sarana dan prasarana dengan jumlah penduduk, bertambahnya
(16)
3
seperti banyak kota di Indonesia di antaranya Medan, Jakarta, Bandung,
Semarang, Surabaya dan beberapa kota besar lainnya. Meskipun kota kota pada
umumnya telah dilengkapi dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota (RTRWK),
bahkan dengan perencanaan yang lebih detail dalam bentuk Rencana Tata Ruang
Wilayah Kota dan Rencana Detail Tata Ruang Kota (RTRWK, RDTRK) serta
perencanaannya yang kedalamannya sudah sampai pada Rencana Tata Bangunan
dan Lingkungan (RTBL) dan Zoning Regulation, namun pengalaman
membuktikan bahwa rencana yang telah diundangkan tidak dijadikan sebagai
rujukan dalam pemanfaatan ruang berupa pembangunan sarana gedung,
perumahan maupun pembangunan sarana dan prasana kota lainnya.
Kota Tanjungbalai adalah salah satu kota yang berada di Provinsi
Sumatera Utara. Kota ini merupakan sebuah kota yang perkembangannya tumbuh
tidak di rencanakan melainkan tumbuh secara alami. Hal tersebut dapat dilihat
pada susunan pusat pemukiman yang tidak teratur dan banyak melanggar aturan
bermukim di bantaran sungai tepatnya berada dipinggiran sungai Asahan dan
sungai Silau. Sebelum terealisasinya otonomi daerah, beberapa kegiatan di
perkotaan hanya terkonsentrasi pada 1 kecamatan saja yaitu kecamatan
Tanjungbalai Selatan di antaranya aktivitas pemerintahan, pendidikan, kesehatan,
serta padatnya jumlah pemukiman yang tidak tertata dan berdampak pada
kesemerautan kota. Setelah terlaksananya otonomi daerah, terjadi perubahan
susunan ruang kota. Kegiatan perkantoran tidak terkonsentrasi lagi pada
Kecamatan Tanjungbalai Selatan tetapi sudah di alihkan di Kecamatan Datuk
Bandar. Begitu juga halnya dengan aktivitas pendidikan, kesehatan, serta
(17)
4
dalam Arahan Rencana Umum Tata Ruang Wilayah Kota Tanjungbalai Tahun
2004 – 2014 disampaikan pada seminar master plan Kota Tanjungbalai di hotel Tresya Senin tanggal 18 Desember Tahun 2006 yang mana dalam konsep
regenarasi kota bahwa Tanjungbalai merencanakan daerah pemukiman diluar
pusat kota. Dalam hal pemanfaatan ruang kota, kecamatan Sei Tualang Raso
direncanakan sebagai akses utama perkembangan serta tumbuhnya pemukiman
dan kecamtan datuk Bandar direncanakan sebagai kawasan pusat pemerintahan.
Tentunya dalam perkembangan fasilitas ini akan timbul masalah seperti tata guna
lahan di perkotaan, aksesibilitas bagi warga kota, ruang terbuka hijau yang
berubah menjadi ruang terbangun.
Melihat kondisi yang demikian maka penulis sangat tertarik untuk
melakukan penelitian dan ingin melihat bagaimana sebenarnya perkembangan
struktur keruangan Kota Tanjungbalai setelah bergulirnya Otonomi Daearah.
B. Identifikasi Masalah
Dalam sudut pandang ilmu perencanaan wilayah dan kota, kajian
mengenai analisis struktur ruang kota Tanjungbalai penting untuk dibahas,
karena struktur ruang mempengaruhi perkembangan kota Tanjungbalai.
Perkembangan struktur ruang kota tentunya tidak terlepas dari aktivitas penduduk
yang meningkat sehingga perlunya pengkajian di lakukan pada zona - zona
wilayah tertentu. Setelah otonomi daerah di laksanakan terjadi perubahan secara
signifikan pada susunan pusat pemukiman dan jaringan sarana dan prasarana yang
saling berhubungan secara fungsional di kota Tanjungbalai. Namun
perkembangan itu akan memberikan masalah pada penggunaan lahan di
(18)
5
dan rendahnya respon masyarakat terhadap kondisi keruangan kota yang tidak
sesuai dengan aturan Rencana Tata Ruang Wilayah.
C. Pembatasan Masalah
Pada penelitian ini penulis akan membatasi objek penelitian agar lebih
terarah. Maka penulis hanya membatasi masalah pada perkembangan struktur
keruangan kota meliputi susunan pusat pemukiman dan jaringan sarana dan
prasarana yang berhubungan secara fungsional dan tata guna lahan.
D. Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana perkembangan struktur ruang kota Tanjungbalai setelah otonomi
daerah pada tahun 2013 ?
2. Bagaimana tata guna lahan di perkotaan terkait dengan perkembangan struktur
ruang kota tahun 2013 ?
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui perkembangan struktur ruang kota Tanjungabalai setelah
otonomi daerah.
2. Untuk mengetahui kondisi tata guna lahan di perkotaan terkait dengan
perkembangan struktur ruang kota.
F. Manfaat Penelitian
1. Sebagai bahan perbandingan bagi pemerintah Kota Tanjungbalai dalam
melaksanakan penelitian dan pengembangan di bidang struktur ruang kota.
2. Sebagai referensi bagi peneliti lain yang menliti masalah yang sama namun
(19)
73
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Berdasarkan penggunaan lahannya, Struktur Ruang Kota Tanjungbalai Pasca
Otonomi Daerah pada tahun 2013 mengalami perkembangan pada lahan
pemukiman sebesar 0,342 Ha dengan persentase 0,005%, lahan pendidikan
2,588 Ha dengan persentase 0,042%, lahan perdagangan dan jasa sebesar
0,990 dengan persentase 0.016%, lahan fasilitas umum sebesar 0,761 Ha
dengan persentase 0,012 dan lahan peribadahan sebesar 0,177 Ha dengan
persentase 0,002%. Jalan di Kota Tanjungbalai mengalami perkembangan
dari panjang 228,21 Km menjadi 335,500 Km dengan kedaan baik sepanjang
215,607, kondisi sedang sepanjang 79,358 Km, kondisi rusak sepanjang
20,252 Km, dan sangat rusak sepanjang 10,995 Km.
2. Tata guna lahan di Kota Tanjungbalai di tahun 2013 dibagi kedalam 6 zona
bagian yang terdiri dari daaerah pusat kegiatan, pemukiman kelas rendah,
pemukiman kelas menengah, pemukiman kelas atas, idustri dan meiliki pola
perkembangan linear bermanik. Adapun perubahan lahan yang paling
banyak mengalami bentuk perubahan penggunaan terdapat di Bagian
Wilayah Kota III Kecamatan Sei Tualang Raso denngan berubahnya lahan
pertanian menjadi lahan kosong, berubahnya lahan pertanian menjadi
fasilitas umum, berubahnya lahan perkebunan menjadi lahan fasilitas
(20)
74
B. Saran
1. Sisa lahan kosong yang ada di Kota Tanjungbalai sebaiknya dimanfaatkan
untuk mewujudkan rencana struktur ruang kota yang sudah disusun dalam
Rencana Umum Tata Ruang Wilayah tahun 2005-2015 dan kondisi jalan
yang rusak dan sangat rusak harus mendapatkan perhatian yang serius dari
pemerintah kota.
2. Sebaiknya Bagian Wilayah Kota yang belum mengalami perubahan guna
lahan yang sesuai dengan Rencana Umum Tata Ruang Wilayah haruslah
segera diwujudkan agar tidak terjadi tumpang tindih pembangunan tiap
(21)
75
DAFTAR PUSTAKA Buku
Adisasmita, R. 2010. Pembangunan Kota Optimum, Efisien dan Mandiri. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Arnold, H. F. 1993. Trees in Urban Design 2nd Edition. New York : VanNostrad.
Bintarto, R. 1983. Interaksi Desa-Kota dan Permasalahannya. Jakarta : Ghalia Indonesia.
Branch, M. C. 1995. Perencanaan Kota Komprehensif, Pengantar & Penjelasan . (diterjemahkan oleh Bambang Hari Wibisono). Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Budihardjo, Eko. 1997. Tata Ruang Perkotaan. Bandung : Alumni.
D Sinulingga, Budi. 1999. Pembangunan Kota Tinjauan Regional dan Lokal. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan.
Daljoeni, N. 1987. Geografi Desa Kota. Bandung : Alumni.
Dirjen Cipta Karya Departemen PU dan IAP. 1997. Kamus Tata Ruang. Jakarta : IAP.
Eni, Maulida. 2011. Perkembangan Fasilitas Kota Banda Aceh Pasca Tsunami Tahun 2005 – 2009. Skripsi. Medan. : Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan.
Ginting, Elvira. 2011. Perkembangan Fasilitas Perkotaan di Kota Tebing Tinggi Dari Tahun 2005 – 2010. Skripsi. Medan. : Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan.
Hartshorn, Truman. 1980. Interpreting The City Urban : An Urban Geography. Jhon Canada : Willey and Sons Inc.
Jayadinata. 1987. Tata Guna Tanah dalam Perencanaan Pedesaan Perkotaan dan
Wilayah. Bandung : ITB.
Kusliansjah, K & Ramadhan, A. 2012. Struktur Pesisir (Waterfront) Kota Cirebon - Jawa Barat Studi Kasus: Telaah Morfologi kawasan Pesisir Kelurahan Panjunan, Lemahwungkuk, Kasepuhan, Kasunean - Kota Cirebon. Penelitian Arsitektur Kota. Bandung : LPPM Universitas Katolik Parahyangan.
(22)
76
Koestor, R. H. 2001. Dimensi Keruangan Kota : Teori dan Kasus. Jakarta : UI-Press.
Kuncoro, Mudrajad. 2002. Analisis Spasial dan Regional Studi Aglomerasi dan
Kluster Industri Indonesia. Yogyakarta : Unit Penerbit dan Percetakan AMP
YKPN.
Muta’ali, Lutfi. 2000. Teknik Analisis Regioanl. Yogyakarta : UGM-Press
Sadyohutomo, M. 2009. Menejemen Kota dan Wilayah. Jakarta : Bumi Aksara.
Tarigan, R. 2005. Perencanaan Pembangunan Wilayah. Jakarta : Bumi Aksara.
Theresiana,E&Dewi, S.P. 2013. Analisis Perkembangan Struktur Ruang Kawasan Bersejarah Kampung Kauman Kota Semarang. http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/pwk. Semarang : Jurnal Teknik PWK Volume 2 Nomor 3 2013.
Trisutomo. 1997. Urban Waterfront: the Spatial Characteristics of Ujung Pandang.
Skripsi. Surabaya : Fakultas Teknil Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi
Sepuluh November.
Yunus, H.S. 2000.Struktur Tata ruang Kota. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Zahnd, Markus. 2007. Model Baru Perancangan Kota yang Kontekstual. Yogyakarta : Soegijpranata University Press.
Peraturan dan Undang – Undang
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia. Nomor 25 Tahun 1999 tentang
Pencabutan Izin Usaha, Pembubaran Dan Likuidasi Bank.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia. Nomor 25 Tahun 2000 tentang
Kewenangan Pemerintah Dan Propinsi Sebagai Daerah Otonom.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia. Nomor 26 Tahun 2008 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional.
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang PenataanRuang.
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Kewenangan Daerah.
(23)
77
Instansi
Bappeda Provinsi Sumatera Utara Tahun 2014. Fakta dan Analisa Kota
Tanjungbalai.
Bappeda Kota Tanjungbalai Tahun 2006. Rencana Umum Tata Ruang Wilayah
Kota Tanjungbalai Tahun 2005-2015.
Bappeda Kota Tanjungbalai Tahun 2013. Struktur Ruang Kota Tanjungbalai.
Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Tanjungbalai Tahun 20014. Tanjungbalai
Dalam Angka 2013.
(1)
5
dan rendahnya respon masyarakat terhadap kondisi keruangan kota yang tidak sesuai dengan aturan Rencana Tata Ruang Wilayah.
C. Pembatasan Masalah
Pada penelitian ini penulis akan membatasi objek penelitian agar lebih terarah. Maka penulis hanya membatasi masalah pada perkembangan struktur keruangan kota meliputi susunan pusat pemukiman dan jaringan sarana dan prasarana yang berhubungan secara fungsional dan tata guna lahan.
D. Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana perkembangan struktur ruang kota Tanjungbalai setelah otonomi
daerah pada tahun 2013 ?
2. Bagaimana tata guna lahan di perkotaan terkait dengan perkembangan struktur ruang kota tahun 2013 ?
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui perkembangan struktur ruang kota Tanjungabalai setelah otonomi daerah.
2. Untuk mengetahui kondisi tata guna lahan di perkotaan terkait dengan perkembangan struktur ruang kota.
F. Manfaat Penelitian
1. Sebagai bahan perbandingan bagi pemerintah Kota Tanjungbalai dalam melaksanakan penelitian dan pengembangan di bidang struktur ruang kota. 2. Sebagai referensi bagi peneliti lain yang menliti masalah yang sama namun
(2)
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Berdasarkan penggunaan lahannya, Struktur Ruang Kota Tanjungbalai Pasca Otonomi Daerah pada tahun 2013 mengalami perkembangan pada lahan pemukiman sebesar 0,342 Ha dengan persentase 0,005%, lahan pendidikan 2,588 Ha dengan persentase 0,042%, lahan perdagangan dan jasa sebesar 0,990 dengan persentase 0.016%, lahan fasilitas umum sebesar 0,761 Ha dengan persentase 0,012 dan lahan peribadahan sebesar 0,177 Ha dengan persentase 0,002%. Jalan di Kota Tanjungbalai mengalami perkembangan dari panjang 228,21 Km menjadi 335,500 Km dengan kedaan baik sepanjang 215,607, kondisi sedang sepanjang 79,358 Km, kondisi rusak sepanjang 20,252 Km, dan sangat rusak sepanjang 10,995 Km.
2. Tata guna lahan di Kota Tanjungbalai di tahun 2013 dibagi kedalam 6 zona bagian yang terdiri dari daaerah pusat kegiatan, pemukiman kelas rendah, pemukiman kelas menengah, pemukiman kelas atas, idustri dan meiliki pola perkembangan linear bermanik. Adapun perubahan lahan yang paling banyak mengalami bentuk perubahan penggunaan terdapat di Bagian Wilayah Kota III Kecamatan Sei Tualang Raso denngan berubahnya lahan pertanian menjadi lahan kosong, berubahnya lahan pertanian menjadi fasilitas umum, berubahnya lahan perkebunan menjadi lahan fasilitas pendidikan dan berubahnya lahan kosong menjadi lahan pemukiman.
(3)
74
B. Saran
1. Sisa lahan kosong yang ada di Kota Tanjungbalai sebaiknya dimanfaatkan untuk mewujudkan rencana struktur ruang kota yang sudah disusun dalam Rencana Umum Tata Ruang Wilayah tahun 2005-2015 dan kondisi jalan yang rusak dan sangat rusak harus mendapatkan perhatian yang serius dari pemerintah kota.
2. Sebaiknya Bagian Wilayah Kota yang belum mengalami perubahan guna lahan yang sesuai dengan Rencana Umum Tata Ruang Wilayah haruslah segera diwujudkan agar tidak terjadi tumpang tindih pembangunan tiap kecamatan di pusat-pusat kegiatan yang telah di rencanakan.
(4)
Adisasmita, R. 2010. Pembangunan Kota Optimum, Efisien dan Mandiri. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Arnold, H. F. 1993. Trees in Urban Design 2nd Edition. New York : VanNostrad. Bintarto, R. 1983. Interaksi Desa-Kota dan Permasalahannya. Jakarta : Ghalia
Indonesia.
Branch, M. C. 1995. Perencanaan Kota Komprehensif, Pengantar & Penjelasan . (diterjemahkan oleh Bambang Hari Wibisono). Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Budihardjo, Eko. 1997. Tata Ruang Perkotaan. Bandung : Alumni.
D Sinulingga, Budi. 1999. Pembangunan Kota Tinjauan Regional dan Lokal. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan.
Daljoeni, N. 1987. Geografi Desa Kota. Bandung : Alumni.
Dirjen Cipta Karya Departemen PU dan IAP. 1997. Kamus Tata Ruang. Jakarta : IAP.
Eni, Maulida. 2011. Perkembangan Fasilitas Kota Banda Aceh Pasca Tsunami Tahun 2005 – 2009. Skripsi. Medan. : Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan.
Ginting, Elvira. 2011. Perkembangan Fasilitas Perkotaan di Kota Tebing Tinggi Dari Tahun 2005 – 2010. Skripsi. Medan. : Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan.
Hartshorn, Truman. 1980. Interpreting The City Urban : An Urban Geography. Jhon Canada : Willey and Sons Inc.
Jayadinata. 1987. Tata Guna Tanah dalam Perencanaan Pedesaan Perkotaan dan Wilayah. Bandung : ITB.
Kusliansjah, K & Ramadhan, A. 2012. Struktur Pesisir (Waterfront) Kota Cirebon - Jawa Barat Studi Kasus: Telaah Morfologi kawasan Pesisir Kelurahan Panjunan, Lemahwungkuk, Kasepuhan, Kasunean - Kota Cirebon.
Penelitian Arsitektur Kota. Bandung : LPPM Universitas Katolik
(5)
76
Koestor, R. H. 2001. Dimensi Keruangan Kota : Teori dan Kasus. Jakarta : UI-Press.
Kuncoro, Mudrajad. 2002. Analisis Spasial dan Regional Studi Aglomerasi dan Kluster Industri Indonesia. Yogyakarta : Unit Penerbit dan Percetakan AMP YKPN.
Muta’ali, Lutfi. 2000. Teknik Analisis Regioanl. Yogyakarta : UGM-Press Sadyohutomo, M. 2009. Menejemen Kota dan Wilayah. Jakarta : Bumi Aksara. Tarigan, R. 2005. Perencanaan Pembangunan Wilayah. Jakarta : Bumi Aksara. Theresiana,E&Dewi, S.P. 2013. Analisis Perkembangan Struktur Ruang Kawasan
Bersejarah Kampung Kauman Kota Semarang. http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/pwk. Semarang : Jurnal Teknik PWK Volume 2 Nomor 3 2013.
Trisutomo. 1997. Urban Waterfront: the Spatial Characteristics of Ujung Pandang. Skripsi. Surabaya : Fakultas Teknil Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh November.
Yunus, H.S. 2000.Struktur Tata ruang Kota. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Zahnd, Markus. 2007. Model Baru Perancangan Kota yang Kontekstual.
Yogyakarta : Soegijpranata University Press. Peraturan dan Undang – Undang
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia. Nomor 25 Tahun 1999 tentang Pencabutan Izin Usaha, Pembubaran Dan Likuidasi Bank.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia. Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah Dan Propinsi Sebagai Daerah Otonom.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia. Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional.
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang PenataanRuang. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Kewenangan Daerah. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.
(6)
Instansi
Bappeda Provinsi Sumatera Utara Tahun 2014. Fakta dan Analisa Kota Tanjungbalai.
Bappeda Kota Tanjungbalai Tahun 2006. Rencana Umum Tata Ruang Wilayah Kota Tanjungbalai Tahun 2005-2015.
Bappeda Kota Tanjungbalai Tahun 2013. Struktur Ruang Kota Tanjungbalai. Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Tanjungbalai Tahun 20014. Tanjungbalai
Dalam Angka 2013.