Prevalensi Kasus Karsinoma Sel Skuamosa Rongga Mulut Di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung Tahun 2008-2012.

(1)

v ABSTRAK

Karsinoma sel skuamosa rongga mulut merupakan karsinoma yang berasal dari epitel berlapis gepeng dan menunjukkan gambaran morfologi yang sama dengan karsinoma sel skuamosa di bagian tubuh lain. Di rongga mulut, karsinoma ini dapat terjadi pada bibir, lidah, dasar mulut, mukosa bukal, gingiva dan palatum. Karsinoma sel skuamosa merupakan jenis karsinoma rongga mulut tersering pada laki-laki dibandingkan wanita dan penyebab tersering berupa penggunaan tembakau dan konsumsi alkohol.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan prevalensi karsinoma sel skuamosa rongga mulut. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif retrospektif dengan mencatat rekam medik di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung dari tahun 2008 sampai 2012.

Dari penelitian ini didapatkan hasil yaitu terdapat 52 kasus karsinoma sel skuamosa rongga mulut atau sebesar 81,2%, dari 64 kasus keganasan rongga mulut yang ditemukan pada periode tersebut. Karsinoma sel skuamosa lebih banyak ditemukan pada laki-laki dengan penderita paling banyak terdapat pada rentang umur 40-49 tahun dan 50-59 tahun, paling sering timbul di mukosa bukal dan lidah. Terapi yang paling banyak diberikan adalah tindakan bedah.


(2)

vi

ABSTRACT

Oral squamous cell carcinoma is derived from the stratified squamous epithelium and showed the same morphology of squamous cell carcinoma in other parts of the body. In the oral cavity, this carcinoma can occur on the lips, tongue, the floor of the mouth, buccal mucosa, gingiva, and palate. Oral squamous cell carcinoma is more common in men than in women and frequently caused by the use of tobacco and alcohol.

The aim of this research is to obtain the prevalence of oral squamous cell carcinoma. The method used is retrospective descriptive study from medical record at Hasan Sadikin Bandung Hospital from the year of 2008 to 2012.

The result of this research shows that there are 52 of 64 cases of oral squamous cell carcinoma or 81,2%, from malignancies of the oral cavity. Squamous cell carcinoma affects men much more often than women, appear most commonly between 40-49 and 50-59 years of age and the lesions arise on buccal mucosa and tongue. The general treatment is surgery.


(3)

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUANPENELITIAN ... ii

LEMBAR PERNYATAAN MAHASISWA ... iii

LEMBAR PERSETUJUANPERBAIKAN ... iv

ABSTRAK ... v

ABSTRACT ... vi

PRAKATA ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR DIAGRAM ...xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 2

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 3

1.4 Manfaat Penelitian ... 3

1.4.1 Manfaat Praktis ... 3

1.4.2 Manfaat Akademis ... 3

1.5 Landasan Teori ... 3


(4)

x

1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Anatomi dan Histologi Rongga Mulut ... 6

2.1.1 Anatomi Rongga Mulut ... 6

2.1.1.1 Persarafan ... 13

2.1.1.2 Vaskularisasi ... 14

2.1.2 Histologi Rongga Mulut ... 18

2.2 Karsinoma Rongga Mulut ... 20

2.2.1 Definisi ... 20

2.2.2 Etiologi ... 21

2.2.2.1 Faktor Ekstrinsik ... 22

2.2.2.1 Faktor Intrinsik ... 25

2.2.3 Gambaran Klinis ... 26

2.2.4 Gambaran Histopatologi ... 30

2.2.5 Klasifikasi ... 31

2.2.6 Prognosis ... 33

2.2.7 Terapi ... 33

2.2.7.1 Bedah Eksisi ... 33

2.2.7.2 Radioterapi ... 34

2.2.7.3 Kemoterapi ... 34

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 35


(5)

xi

3.3 Data yang Diteliti ... 35

3.4 Cara Penelitian ... 35

3.5 Cara Pengolahan dan Analisis Data ... 36

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 37

4.2 Pembahasan ... 42

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 46

5.2 Saran ... 46

DAFTAR PUSTAKA ... 47

LAMPIRAN ... 51


(6)

xii

DAFTAR TABEL

No Judul Halaman

Tabel 4.1 Jumlah Pasien Karsinoma Sel Skuamosa Rongga Mulut

Berdasarkan Tahun ... 37

Tabel 4.2 Persentase Penderita Karsinoma Sel Skuamosa Rongga

Mulut dari Seluruh Kasus Keganasan Rongga Mulut ... 38

Tabel 4.3 Jumlah Pasien Karsinoma Sel Skuamosa Rongga Mulut

Berdasarkan Jenis Kelamin ... 39

Tabel 4.4 Jumlah Pasien Karsinoma Sel Skuamosa Rongga Mulut

Berdasarkan Umur ... 40

Tabel 4.5 Jumlah Pasien Karsinoma Sel Skuamosa Rongga Mulut

Berdasarkan Lokasi ... 41

Tabel 4.6 Jumlah Pasien Karsinoma Sel Skuamosa Rongga Mulut


(7)

xiii

DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman

Gambar 2.1 Anatomi Rongga Mulut ... 13

Gambar 2.2 Suplai Saraf Rongga Mulut ... 14

Gambar 2.3 Suplai Arteri Rongga Mulut ... 16

Gambar 2.4 Vena Rongga Mulut ... 18

Gambar 2.5 Gambaran Klinis Karsinoma Sel Skuamosa Rongga Mulut ... 27

Gambar 2.6 Gambaran Histopatologis Karsinoma Sel Skuamosa Rongga Mulut... 31


(8)

xiv

DAFTAR DIAGRAM

No Judul Halaman

Diagram 4.1 Jumlah Pasien Karsinoma Sel Skuamosa Rongga Mulut

Berdasarkan Tahun ... 38

Diagram 4.2 Jumlah Pasien Karsinoma Sel Skuamosa Rongga Mulut

Berdasarkan Jenis Kelamin ... 39

Diagram 4.3 Jumlah Pasien Karsinoma Sel Skuamosa Rongga Mulut

Berdasarkan Umur ... 40

Diagram 4.4 Jumlah Pasien Karsinoma Sel Skuamosa Rongga Mulut

Berdasarkan Lokasi ... 41

Diagram 4.5 Jumlah Pasien Karsinoma Sel Skuamosa Rongga Mulut


(9)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Halaman

Lampiran 1 Surat Permohonan Izin Penelitian ... 50

Lampiran 2 Tabel Data Pasien Karsinoma Sel Skuamosa Rongga Mulut


(10)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Karsinoma rongga mulut merupakan ancaman besar bagi kesehatan masyarakat

di negara maju terlebih lagi bagi negara berkembang. Angka kematian akibat

kanker terus meningkat setiap tahun terutama pada negara berkembang. Angka

kejadian pada laki-laki lebih tinggi dibandingkan perempuan.1

Karsinoma sel skuamosa merupakan jenis karsinoma yang paling sering

ditemukan di rongga mulut dengan persentase 90% dari semua kanker mulut.

Angka harapan hidup 5 tahun pada karsinoma sel skuamosa rongga mulut kurang

lebih 50%.2

Meskipun karsinoma ini terdapat pada beberapa lokasi di dalam rongga mulut,

bibir bawah merupakan bagian yang paling sering. Daerah lain yang sering

terkena setelah bibir bawah adalah lidah, dasar mulut, dan bagian posterior

palatum lunak. Insidensi karsinoma sel skuamosa meningkat seiring

bertambahnya usia, umumnya terjadi setelah penderita berumur lebih dari 40

tahun.3

Insidensi karsinoma sel skuamosa di Eropa Tengah dan Eropa Timur masih terus meningkat menempati peringkat ke-4 penyakit yang menyebabkan kematian

pada laki-laki. Berdasarkan data yang didapatkan oleh bagian Bedah Mulut


(11)

2

Januari 1992 sampai dengan Desember 2001, jumlah kasus karsinoma sel

skuamosa pada rongga mulut meningkat sebesar 37,31%.4

Prevalensi nasional tumor/kanker rongga mulut di Indonesia tahun 2007 adalah

0,4%. Sebanyak 9 provinsi mempunyai prevalensi penyakit tumor/kanker diatas

prevalensi nasional yaitu Sumatera Barat, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah,

DI Yogyakarta, Banten, Bali, Sulawesi Utara, dan Sulawesi Selatan.5

Berdasarkan hal tersebut peneliti tertarik untuk mempelajari dan meneliti lebih

lanjut mengenai karsinoma rongga mulut dengan melakukan penelitian mengenai

prevalensi karsinoma sel skuamosa rongga mulut di bagian Bedah Mulut Rumah

Sakit Hasan Sadikin.

1.2Identifikasi masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat diidentifikasikan masalah sebagai

berikut:

1. Berapa jumlah kasus karsinoma sel skuamosa rongga mulut di Rumah

Sakit Hasan Sadikin pada periode 1 Januari 2008 hingga 31 Desember

2012?

2. Bagaimana distribusi frekuensi kasus karsinoma sel skuamosa rongga

mulut berdasarkan umur, jenis kelamin, lokasi, serta terapi yang diterima

oleh pasien di Rumah Sakit Hasan Sadikin pada 1 Januari 2008 hingga 31


(12)

3

1.3Maksud dan Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui jumlah kasus karsinoma sel

skuamosa rongga mulut dan distribusi frekuensinya berdasarkan umur, jenis

kelamin, lokasi, serta terapi yang diterima oleh pasien di Rumah Sakit Hasan

Sadikin pada perioede 1 Januari 2008 hingga 31 Desember 2012.

1.4Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Praktis

Memperoleh informasi mengenai distribusi frekuensi karsinoma sel skuamosa

rongga mulut pasien yang dirawat di Rumah Sakit Hasan Sadikin pada tahun

2008-2012 sehingga dapat dijadikan bahan informasi dan keperluan perencanaan

dalam meningkatkan pelayanan kesehatan gigi dan mulut.

1.4.2 Manfaat Akademis

Menambah informasi mengenai prevalensi karsinoma sel skuamosa rongga mulut dan dapat digunakan sebagai acuan pembanding bagi penelitian lain.

1.5Landasan Teori

Karsinoma dapat timbul pada system organ dan memiliki karakteristik unik

yaitu adanya proliferasi dari beberapa tipe sel.6 Tipe karsinoma diklasifikasikan

berdasarkan gambaran histologisnya.7

Karsinoma sel skuamosa atau sering juga disebut dengan karsinoma

epidermoid, merupakan tumor ganas yang berasal dari lapisan epitel skuamosa


(13)

4

ini berasal dari sel skuamosa tipis dan datar yang ditemukan di permukaan kulit

dan lapisan mukosa organ yang berongga seperti sistem pernafasan dan

pencernaan, termasuk rongga mulut.8

Karsinoma rongga mulut sulit terdeteksi secara dini karena pasien baru

menyadari adanya penyakit pada saat menemukan ulkus atau benjolan yang

menetap pada rongga mulutnya.7 Lesi sudah berkembang terlalu jauh ketika

pasien datang untuk melakukan pengobatan. Hal ini diakibatkan oleh rasa takut

dan kurangnya pengetahuan pasien.6

Faktor penyebab yang paling utama dari karsinoma sel skuamosa rongga mulut

adalah tembakau. Merokok dengan atau tanpa disertai konsumsi alkohol juga

berperan terhadap kejadian kanker mulut. Alkohol mempengaruhi perkembangan

karsinoma secara tidak langsung karena konsumsi alkohol dapat menyebabkan

kerusakan mukosa rongga mulut.1

Insidensi karsinoma sel skuamosa rongga mulut berbeda berdasarkan

lokasinya. Beberapa lokasi di rongga mulut lebih resisten, tetapi lokasi yang lain

cenderung lebih rentan.3 Lokasi yang paling sering terkena adalah bibir, lidah, dan

dasar mulut.1 Pada bibir, sel skuamosa menebal, mengeras, dan menyebabkan

ulserasi umumnya pada bibir bagian bawah. Pada tahap awal, karsinoma

memberikan gambaran klinis yang berbeda dan bervariasi. Lesi awal terlihat

sebagai area asimtomatik dengan perubahan superfisial berupa perubahan warna

dan tekstur. Pada tahap selanjutnya, akan terjadi ulser yang menetap dan pada


(14)

5

Perawatan yang dilakukan pada karsinoma sel skuamosa rongga mulut adalah

bedah eksisi, terapi radiasi, ataupun kemoterapi. Rencana perawatan yang

dilakukan terhadap karsinoma sel skuamosa rongga mulut tergantung pada

ukuran, lokasi, dan tingkatan lesi. Perawatan bedah yang dapat dilakukan berupa

eksisi lokal.10

1.6 Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif retrospektif dengan

mengumpulkan data dari rekam medis kasus karsinoma sel skuamosa rongga

mulut periode 1 Januari 2008 hingga 31 Desember 2012 yang terdapat di Rumah

Sakit Hasan Sadikin Bandung.

1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian


(15)

46 BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

1. Pada penelitian ini disimpulkan bahwa jumlah kasus karsinoma sel

skuamosa rongga mulut di Rumah Sakit Hasan Sadikin pada periode 1

Januari 2008 hingga 31 Desember 2012 adalah sebanyak 52 pasien.

2. Distribusi frekuensi kasus karsinoma sel skuamosa rongga mulut

berdasarkan umur, tersering didapatkan pada rentang umur 40-49 dan

50-59 tahun, lebih banyak ditemukan pada laki-laki, paling sering terjadi di

mukosa bukal dan lidah, dan terapi yang paling banyak diberikan adalah

tindakan bedah.

5.2 Saran

- Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai hubungan stadium

karsinoma sel skuamosa rongga mulut dengan terapi yang diberikan.

- Perlu dilakukan peningkatan kembali pelayanan kesehatan gigi dan mulut

dan upaya pemberian informasi pencegahan karsinoma sel skuamosa rongga


(16)

55

RIWAYAT HIDUP

Nama : Mutiara Turfa

NRP : 0912038

Tempat / Tanggal Lahir : Bandung, 29 Agustus 1991

Alamat : Jl. Kembar 1 No 36 - Bandung

Riwayat Pendidikan :  TK Assalaam Bandung  SDN Banjarsari Bandung  SMPN 5 Bandung

 SMAN 5 Bandung

 Program Studi Pendidikan Dokter Gigi Universitas Kristen Maranatha

(1994 – 1997) (1997 – 2003) (2003 – 2006) (2006 – 2009) (2009 – sekarang)


(17)

47

DAFTAR PUSTAKA

1. World Health Organization. Strengthening The Prevention of Oral Cancer: The WHO Perspective.

2. Pedlar J, Frame J. Oral and Maxillofacial Surgery. 2nd ed. Churchill Livingstone : Elsevier.2007.

3. Phillip JS, et al. Contemporary Oral and Maxillofacial Pathology. 2nd ed. St Louis : Mosby. 1997.

4. Stanko P, et al. Squamous Cell Carcinoma of the Oral Cavity; 2007; 108 (7); 292-296.

5. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan, Republik Indonesia. 2007.

6. Hong WK, Bast RC, Hait WN, Kufe DW, Pollock RE, Weichselbaum RR, et all. Cancer Medicine. 8th ed. People Medical Publishing House-USA. 2010.

7. Kruger GO. Textbook of Oral and Maxillofacial Surgery. 6th ed. St Louis : The C.V Mosby Company. 1984.

8. Terezhalmy GT, et al. Physical Evaluation in Dental Practice. 1st ed. Wiley-Blackwell. 2009.

9. Gandolfo S, Scully C, Carronzo M. Oral Medicine. 1st ed. Churchill livingstone : Elsevier. 2006.

10.Purkait KS. Essential of Oral Pathology. 2nd ed. Jaypee Brothers Medical Publishers. 2003.

11. Norton N. Netter’s Head and Neck Anatomy for Dentistry. Philadelphia : Elsevier. 2007.

12.Moore K, Agur AMR. Anatomi klinis dasar. Jakarta : Hipokrates. 2013.

13.Yousem DM, Chalian A. Oral cavity and pharynx. Department of Radiology, Neuroradiology Section University of Pennsylvania Medical Center. 1998. 967-981.

14.Berkovitz BKB, Holland GR, Moxham BJ. Oral anatomy,histology and embryology. 4th ed. Mosby. 2009.


(18)

48

15.Wibowo D, Paryana W. Anatomi tubuh manusia. Singapore :Elsevier. 2009.

16.Berkovitz BKB, Holland GR, Moxham BJ. Oral anatomy,histology and embryology. 3rd ed. Mosby. 2005.

17.Phinney DJ, Helen J. Dental Assisting : A Comprehensive Approach. 2nd ed. Delmar Learning. 2004.

18.Avery JK, Steele PF, Nancy A. Oral development and histology. 3rd ed. Thieme. 2002.

19.Gerard JT, Derrickson B. Principles of Anatomy and Physiology. 12th ed. John Wiley and Sons. 2009.

20.Singh I. Textbook of Human Histology: With Colour Atlas & Practical Guide. 6th ed. Jaypee. 2010.

21. Henrikson RC, Mazurkiewicz JE. NMS Histology volume 518. West Camden Street : Lippincot Williams and Wilkins. 1997.

22.Longo DL, et al. Harrison’s Principles of Internal Medicine. 18th ed. Mc Graw-Hill.

23.Ruddon RW. Cancer Biology.4th ed. Oxford University Press. 2007.

24.Metgud R, Astekar M, Verma M, Sharma A. Role of viruses in oral squamous cell carcinoma. Departmen of Oral and Maxillofacial Pathology, Pasific Dental College and Hospital, Debari, Udaipur (Rajasthan), India. Oncology Reviews; 2012; vol 6: e21.

25. Akbulut N, Oztas B, Kursun S, Evirgen S. Delayed diagnosis of oral squamous cell carcinoma : a case series. Journal of Medical Case Report; 2011; 5:291.

26.Neville BW, Damm DD, Allen CM, Bouqout JE. Oral and Maxillofacial Pathology. 3rd ed. St Louis : Saunders Elsevier. 2009.

27.Soames JV, Southam JC. Oral Pathology. 4th ed. Oxford University Press. 2005.

28. Regezi JA, Sciubba JJ, Jordan RCK. Oral Pathology: Clinical Pathologic correlations. 5th ed. St Louis, MO: Saunders Elsevier. 2008.

29.Markopoulos AK. Current Aspect on Oral Squamous Cell Carcinoma. The Open Dentistry Journal; 2012; 6:126-130.


(19)

49

30.Janti S, Budi K, Andhy H, Bing D. Penuntun Praktikum Patologi Anatomi. Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2001.

31.Rajendran R, Sivapathasundharam B. Shafer’s Textbook of Oral Pathology. 6th ed. Elsevier. 2009.

32.Rubin P, Hansen JT. TNM Staging Atlas. Lippincott Williams & Wilkins. 2008.

33.Scully C, Almeida OP, Bagan J, Taylor PD. Oral Medicine and Pathology at a Glance. Blackwell Publishing. 2010.

34.Pulino BFB, Santos MFJ, Pastore GP, Radiac P, Filho GPC, Pereira RA. Oral cancer: potentially malignant lesions and statistics of diagnosed cases in the municipalty of Santo Andre-SP. JHSI; 2011; 29(4): 231-4.

35.Coulthard P, Horner K, Sloan P, Elizabeth T. Master Dentistry Volume One Oral Maxillofacial Surgery, Radiology, Pathology and Oral Medicine. 2nd ed. Churchill livingstone : Elsevier. 2008.

36.Marocchio LS, Lima J, Sperandio FF, Correa L, Sousa SOM. Oral Squamous Cell Carcinoma: An Analysis of 1564 Cases Showing Advances in Early Detection. Journal of Science; 2010; Vol 52: No 2:267-273.

37.Zaib N, Sajjad M, Iltaf S, Abbas S, Shaheen S. Oral Biopsies; Study of 114 Cases. Pakistan Oral & Dental Journal; 2012; Vol 32: No 3: 416-420.

38.Cheng LYS, Wright J. Advances in Diagnostic Adjuncts for Oral Squamous Cell Carcinoma. The Open Pathology Journal; 2011; 5:3-7.

39.Essig H, Warraich R, Zulfiqar G, Rana M, Eckardt M, Gellrich NC, Rana M. Assessment of Cervical Lymph Node Metastasis for Therapeutic Decision-Making in Squamous Cell Carcinoma of Buccal Mucosa; Prospective Clinical Analysis. World Journal of Surgical Oncology; 2012; 10:253

40.Huang CH, Chu ST, Ger LP, Hou YY, Sun CP. Clinicopathologic Evaluation of Prognostic Factors for Squamous Cell Carcinoma of the Buccal Mucosa. JCMA; 2007; Vol 70: No 4: 164-170.


(1)

5

Perawatan yang dilakukan pada karsinoma sel skuamosa rongga mulut adalah bedah eksisi, terapi radiasi, ataupun kemoterapi. Rencana perawatan yang dilakukan terhadap karsinoma sel skuamosa rongga mulut tergantung pada ukuran, lokasi, dan tingkatan lesi. Perawatan bedah yang dapat dilakukan berupa eksisi lokal.10

1.6 Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif retrospektif dengan mengumpulkan data dari rekam medis kasus karsinoma sel skuamosa rongga mulut periode 1 Januari 2008 hingga 31 Desember 2012 yang terdapat di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung.

1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian


(2)

46

5.1 Simpulan

1. Pada penelitian ini disimpulkan bahwa jumlah kasus karsinoma sel skuamosa rongga mulut di Rumah Sakit Hasan Sadikin pada periode 1 Januari 2008 hingga 31 Desember 2012 adalah sebanyak 52 pasien.

2. Distribusi frekuensi kasus karsinoma sel skuamosa rongga mulut berdasarkan umur, tersering didapatkan pada rentang umur 40-49 dan 50-59 tahun, lebih banyak ditemukan pada laki-laki, paling sering terjadi di mukosa bukal dan lidah, dan terapi yang paling banyak diberikan adalah tindakan bedah.

5.2 Saran

- Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai hubungan stadium karsinoma sel skuamosa rongga mulut dengan terapi yang diberikan.

- Perlu dilakukan peningkatan kembali pelayanan kesehatan gigi dan mulut dan upaya pemberian informasi pencegahan karsinoma sel skuamosa rongga mulut.


(3)

RIWAYAT HIDUP

Nama : Mutiara Turfa

NRP : 0912038

Tempat / Tanggal Lahir : Bandung, 29 Agustus 1991 Alamat : Jl. Kembar 1 No 36 - Bandung Riwayat Pendidikan :

 TK Assalaam Bandung  SDN Banjarsari Bandung  SMPN 5 Bandung

 SMAN 5 Bandung

 Program Studi Pendidikan Dokter Gigi Universitas Kristen Maranatha

(1994 – 1997) (1997 – 2003) (2003 – 2006) (2006 – 2009) (2009 – sekarang)


(4)

47

DAFTAR PUSTAKA

1. World Health Organization. Strengthening The Prevention of Oral Cancer: The WHO Perspective.

2. Pedlar J, Frame J. Oral and Maxillofacial Surgery. 2nd ed. Churchill Livingstone : Elsevier.2007.

3. Phillip JS, et al. Contemporary Oral and Maxillofacial Pathology. 2nd ed. St Louis : Mosby. 1997.

4. Stanko P, et al. Squamous Cell Carcinoma of the Oral Cavity; 2007; 108 (7); 292-296.

5. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan, Republik Indonesia. 2007.

6. Hong WK, Bast RC, Hait WN, Kufe DW, Pollock RE, Weichselbaum RR, et all. Cancer Medicine. 8th ed. People Medical Publishing House-USA. 2010.

7. Kruger GO. Textbook of Oral and Maxillofacial Surgery. 6th ed. St Louis : The C.V Mosby Company. 1984.

8. Terezhalmy GT, et al. Physical Evaluation in Dental Practice. 1st ed. Wiley-Blackwell. 2009.

9. Gandolfo S, Scully C, Carronzo M. Oral Medicine. 1st ed. Churchill livingstone : Elsevier. 2006.

10.Purkait KS. Essential of Oral Pathology. 2nd ed. Jaypee Brothers Medical Publishers. 2003.

11. Norton N. Netter’s Head and Neck Anatomy for Dentistry. Philadelphia : Elsevier. 2007.

12.Moore K, Agur AMR. Anatomi klinis dasar. Jakarta : Hipokrates. 2013. 13.Yousem DM, Chalian A. Oral cavity and pharynx. Department of

Radiology, Neuroradiology Section University of Pennsylvania Medical Center. 1998. 967-981.

14.Berkovitz BKB, Holland GR, Moxham BJ. Oral anatomy,histology and embryology. 4th ed. Mosby. 2009.


(5)

48

15.Wibowo D, Paryana W. Anatomi tubuh manusia. Singapore :Elsevier. 2009.

16.Berkovitz BKB, Holland GR, Moxham BJ. Oral anatomy,histology and embryology. 3rd ed. Mosby. 2005.

17.Phinney DJ, Helen J. Dental Assisting : A Comprehensive Approach. 2nd ed. Delmar Learning. 2004.

18.Avery JK, Steele PF, Nancy A. Oral development and histology. 3rd ed. Thieme. 2002.

19.Gerard JT, Derrickson B. Principles of Anatomy and Physiology. 12th ed. John Wiley and Sons. 2009.

20.Singh I. Textbook of Human Histology: With Colour Atlas & Practical Guide. 6th ed. Jaypee. 2010.

21. Henrikson RC, Mazurkiewicz JE. NMS Histology volume 518. West Camden Street : Lippincot Williams and Wilkins. 1997.

22.Longo DL, et al. Harrison’s Principles of Internal Medicine. 18th ed. Mc Graw-Hill.

23.Ruddon RW. Cancer Biology.4th ed. Oxford University Press. 2007.

24.Metgud R, Astekar M, Verma M, Sharma A. Role of viruses in oral squamous cell carcinoma. Departmen of Oral and Maxillofacial Pathology, Pasific Dental College and Hospital, Debari, Udaipur (Rajasthan), India. Oncology Reviews; 2012; vol 6: e21.

25. Akbulut N, Oztas B, Kursun S, Evirgen S. Delayed diagnosis of oral squamous cell carcinoma : a case series. Journal of Medical Case Report; 2011; 5:291.

26.Neville BW, Damm DD, Allen CM, Bouqout JE. Oral and Maxillofacial Pathology. 3rd ed. St Louis : Saunders Elsevier. 2009.

27.Soames JV, Southam JC. Oral Pathology. 4th ed. Oxford University Press. 2005.

28. Regezi JA, Sciubba JJ, Jordan RCK. Oral Pathology: Clinical Pathologic correlations. 5th ed. St Louis, MO: Saunders Elsevier. 2008.

29.Markopoulos AK. Current Aspect on Oral Squamous Cell Carcinoma. The Open Dentistry Journal; 2012; 6:126-130.


(6)

30.Janti S, Budi K, Andhy H, Bing D. Penuntun Praktikum Patologi Anatomi. Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2001.

31.Rajendran R, Sivapathasundharam B. Shafer’s Textbook of Oral Pathology. 6th ed. Elsevier. 2009.

32.Rubin P, Hansen JT. TNM Staging Atlas. Lippincott Williams & Wilkins. 2008.

33.Scully C, Almeida OP, Bagan J, Taylor PD. Oral Medicine and Pathology at a Glance. Blackwell Publishing. 2010.

34.Pulino BFB, Santos MFJ, Pastore GP, Radiac P, Filho GPC, Pereira RA. Oral cancer: potentially malignant lesions and statistics of diagnosed cases in the municipalty of Santo Andre-SP. JHSI; 2011; 29(4): 231-4. 35.Coulthard P, Horner K, Sloan P, Elizabeth T. Master Dentistry Volume

One Oral Maxillofacial Surgery, Radiology, Pathology and Oral Medicine. 2nd ed. Churchill livingstone : Elsevier. 2008.

36.Marocchio LS, Lima J, Sperandio FF, Correa L, Sousa SOM. Oral Squamous Cell Carcinoma: An Analysis of 1564 Cases Showing Advances in Early Detection. Journal of Science; 2010; Vol 52: No 2:267-273. 37.Zaib N, Sajjad M, Iltaf S, Abbas S, Shaheen S. Oral Biopsies; Study of

114 Cases. Pakistan Oral & Dental Journal; 2012; Vol 32: No 3: 416-420. 38.Cheng LYS, Wright J. Advances in Diagnostic Adjuncts for Oral

Squamous Cell Carcinoma. The Open Pathology Journal; 2011; 5:3-7. 39.Essig H, Warraich R, Zulfiqar G, Rana M, Eckardt M, Gellrich NC, Rana

M. Assessment of Cervical Lymph Node Metastasis for Therapeutic Decision-Making in Squamous Cell Carcinoma of Buccal Mucosa; Prospective Clinical Analysis. World Journal of Surgical Oncology; 2012; 10:253

40.Huang CH, Chu ST, Ger LP, Hou YY, Sun CP. Clinicopathologic Evaluation of Prognostic Factors for Squamous Cell Carcinoma of the Buccal Mucosa. JCMA; 2007; Vol 70: No 4: 164-170.