Efek Mengunyah Permen Karet Terhadap Peningkatan Memori Jangka Pendek Dengan Menggunakan 3 Metode.

(1)

iv

ABSTRAK

EFEK MENGUNYAH PERMEN KARET TERHADAP

PENINGKATAN MEMORI JANGKA PENDEK DENGAN

MENGGUNAKAN 3 METODE

Indah Kurniawati, 2013.Pembimbing:Iwan Budiman,Dr.,dr. ,MS,MM,M.Kes.,AIF Latar belakang Manusia tidak lepas dari proses belajar yang sangat berkaitan dengan memori. Kapasitas otak dalam menyimpan informasi tidak terbatas. Informasi yang diterima dapat berupa verbal, visual,dan audio. Mengunyah permen karet merangsang sekresi hormon insulin, meningkatkan denyut jantung dan aliran darah ke otak sehingga meningkatkan kemampuan mengingat.

Tujuan Untuk mengetahui pengaruh mengunyah permen karet terhadap memori jangka pendek dengan cara visual gambar, visual tulisan, dan audio.

Metode Penelitian dilakukan terhadap 35 mahasiswa FK-UKM yang berumur 19-23 tahun. Memori jangka pendek diukur dengan menghitung skor pretest dan posttest yang didapat dari soal visual gambar, visual tulisan,dan audio. Penelitian dilakukan dengan tidak mengunyah permen karet dan dengan mengunyah permen karet.

Analisis data Memakai uji “t” tes berpasangan, uji ANAVA satu arah dilanjutkan dengan uji beda rata-rata LSD dengan α=0,05.

Hasil Skor rerata tes visual gambar, visual tulisan, dan audio sebelum dibandingkan setelah mengunyah permen karet mengalami peningkatan yang signifikan (p<0,01). Hasil dari uji ANAVA satu arah terhadap 3 pasang rerata perlakuan menunjukkan bahwa minimal terdapat sepasang perlakuan yang berbeda ( p< 0.01). Uji Beda Rata-rata Fisher’s LSD menunjukkan bahwa semua pasangan berbeda, kecuali pasangan preVisual tulisan dengan preVisual gambar dan PostVisual tulisan dan postVisual gambar (p>0,05). Perbandingan jumlah mahasiswa yang memiliki kemampuan belajar tipe visual dibanding dengan belajar tipe audio adalah sebesar 5:2.

Kesimpulan Mengunyah permen karet meningkatkan memori jangka pendek dengan cara visual gambar, visual tulisan, dan audio.


(2)

v

ABSTRACT

THE EFFECT OF GUM MASTICATION ON INCREASING

SHORT TERM MEMORY WITH 3 METHODS

Indah Kurniawati 1010019 Tutor : Iwan Budiman,Dr. ,dr. ,MS ,MM ,M.Kes. ,AIF Background In life, human beings can not be separated from the learning process that is associated with memory. The capacity of the brain in storing information is unlimited. The information accepted can be verbal, visual, and audio forms. Chewing gum stimulates the secretion of the insulin hormone, improves heart rate and blood flow to the brain which in turn improve the ability in remembering. Objective The aim of this study is to determine the effect of chewing gum on short-term memory by means of visual images, visual text, and audio.

Methods The study is conducted on 35 faculty of medicine MCU students range from 19 -23 years of age. Short-term memory is measured by calculating the pretest and post-test scores obtained from given tests of visual images, visual text, and audio. Research is done by not chewing gum and chewing gum.

Data analysis Using paired "t" test, one-way ANAVA test was continued with an

average difference test LSD at α = 0.05.

Results The mean test scores of visual images, visual text, and audio before and after chewing gum significantly increased (p <0.01). Results of one-way ANOVA test on the average 3 pairs of treatment suggests that there is at least a pair of different treatment (p <0.01). In Fisher's LSD test of different average showed that all the pairs are different, except for a pair of Visual writing and pre-Visual with pictures and post pre-Visual writing and post-pre-Visual with images (p> 0.05). The comparison between number of students who have types of visual learning ability compared with the type of audio learning is at 5:2.

Conclusion Chewing gum increases short-term memory by means of visual images, visual text, and audio.


(3)

viii

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

SURAT PERNYATAAN ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR DIAGRAM ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 2

1.3 Tujuan Penelitian ... 2

1.4 Manfaat Penelitian ... 2

1.5 Kerangka Pemikiran ... 2

1.6 Hipotesis Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Belajar ... 6

2.1.1 Lateralisasi otak ... 6

2.1.2 Macam-macam gaya belajar ... 8

2.1.2.1 Visual learners ... 8

2.1.2.2 Auditory learners ... 9

2.1.2.3 Kinesthetic Learners ... 10

2.1.3 Imagery ... 11


(4)

ix

2.2.1 Penyaluran dan integrasi impul ... 15

2.2.2 Saraf motoris/efferent ... 19

2.3 Histologi sel saraf ... 21

2.3.1 Neuron ... 21

2.3.2 Sel glia ... 26

2.3.3 Astrosit ... 26

2.3.4 Oligodendroglia ... 27

2.3.5 Microglia ... 27

2.3.6 Sel ependym ... 27

2.4 Sinaps dan mekanisme penghantaran impuls ... 27

2.4.1 Potensial Aksi Pelepasan Transmiter dari Ujung Presinaps ... 28

2.5 Neurotransmitter ... 30

2.5.1 Asetilkolin ... 30

2.5.2 Norepinefrin dan epinefrin ... 31

2.5.3 Dopamin ... 31

2.5.4 Serotonin ... 31

2.5.5 Glutamat ... 32

2.5.6 Gama Aminobutirat ... 32

2.6 Faal Otak ... 32

2.6.1 Jaras Penglihatan ... 32

2.6.1.1 Pengaturan otonom parasimpatis ... 34

2.6.1.2 Pengaturan otonom simpatis ... 34

2.6.2 Jaras Pendengaran ... 35

2.7. Memori ... 36

2.7.1 Anatomi otak yang berhubungan dengan memori ... 36

2.7.1.1 Pikiran, kesadaran, dan ingatan ... 36

2.7.1.2 Area asosiasi (prefrontal) ... 38

2.7.1.3 Peran hyphothalamus ... 38

2.7.1.4 Fungsi hippocampus ... 38

2.7.1.5 Fungsi amigdala ... 39


(5)

x

2.7.1.7 RAS (Reticular Actication System) ... 40

2.7.2 Pengertian memori ... 40

2.7.3 Klasifikasi memori ... 41

2.7.4 Proses konsolidasi ingatan ... 44

2.7.5 Faktor yang mempengaruhi memori ... 44

2.7.6 Penyimpanan memori ... 44

2.7.7 Dasar molekular memori ... 46

2.8 Mengunyah ... 47

2.8.1 Anatomi otot pengunyah ... 47

2.8.2 Temporomandibular joint ... 48

2.9 Mengunyah dengan tekanan darah dan aliran darah ke otak ... 49

2.10 Mengunyah dengan mekanisme neuronal dan humoral ... 52

2.11 Insulin ... 55

2.11.1 Struktur, biosintesis, sekresi insulin ... 55

2.11.2 Reseptor insulin ... 55

2.12 Insulin dan memori ... 57

2.13 Permen karet... 61

2.13.1 Sejarah permen karet ... 61

2.13.2 Xylitol ... 64

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan, Alat, dan Subjek Penelitian ... 66

3.1.2 Subjek Penelitian ... 66

3.1.3 Ukuran Sampel ... 66

3.2. Waktu dan Tempat Penelitian ... 67

3.3. Metode Penelitian ... 67

3.3.1 Desain Penelitian ... 67

3.3.2 Data yang Diukur ... 67

3.3.3 Analisis Data ... 67

3.3.4 Variabel Penelitian ... 67


(6)

xi

3.3.4.2 Definisi Operasional Variabel ... 68

3.4. Prosedur Kerja ... 68

3.4.1 Persiapan Sebelum Tes ... 68

3.4.2 Persiapan Pada Hari Tes ... 68

3.4.3 Prosedur Penelitian ... 69

3.4.3.1 Pre Test ... 69

3.4.3.2 Post Test ... 70

3.5 Uji Pendahuluan ... 71

BAB IV HASIL, PEMBAHASAN DAN PENGUJIAN HIPOTESIS PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian dan Pembahasan ... 72

4.2 Pengujian Hipotesis Penelitian ... 76

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 79

5.2 Saran ... 79

DAFTAR PUSTAKA ... 80

LAMPIRAN ... 83


(7)

xii

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2.1 Perbedaan Memori Jangka Pendek dan Memori Jangka

Panjang ... 43 Tabel 2.2 Kandungan Berbagai Macam Pemanis ... 64 Tabel 4.1 Skor Rerata Tes Visual, Audio, dan Gambar Sebelum dan

Sesudah Mengunyah Permen Karet ... 72 Tabel 4.2 ANAVA Satu Arah ... 73 Tabel 4.3 Uji Beda Rata-Rata Fisher’s LSD ... 74


(8)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Lateralisasi Otak ... 8

Gambar 2.2 Pembagian Area Broadmann ... 12

Gambar 2.3 Homunculus Sensoris ... 15

Gambar 2.4 Jaras Sensoris Posteromedial Lemniscus ... 16

Gambar 2.5 Homunculus Motoris ... 18

Gambar 2.6 Perjalanan Motorik ... 21

Gambar 2.7 Struktur Neuron ... 23

Gambar 2.8 Tipe Neuron... 25

Gambar 2.9 Mekanisme Penghantaran Impul ... 29

Gambar 2.10 Penghantaran Impul secara Molekular ... 29

Gambar 2.11 Jaras Penglihatan ... 33

Gambar 2.12 Sistem Limbik ... 36

Gambar 2.13 Daerah yang Aktif Saat Mengunyah ... 49

Gambar 2.14 Mekanisme Neuronal dan Humoral dari Rongga Mulut pada Hippocampus ... 54


(9)

xiv

DAFTAR DIAGRAM

Halaman Diagram 1.5 Kerangka Pemikiran Pengaruh Mengunyah Permen Karet

Terhadap Peningkatan Memori Jangka Pendek ... 5

Diagram 2.1 Jaras Anterolateral Spinothalamicus... 17

Diagram 2.2 Traktus Piramidalis ... 20

Diagram 2.3 Pembentukan Memori ... 46

Diagram 2.4 Insulin di Otak ... 60


(10)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 INFORMED CONSENT ... 83

Lampiran 2 Analisis Statistik ... 84

Lampiran 3 Soal Visual Tulisan dan Audio ... 87

Lampiran 4 Soal Gambar Pretest 1 ... 88

Lampiran 5 Soal Gambar Pretest 2 ... 89

Lampiran 6 Soal Gambar Post test 1 ... 91

Lampiran 7 Soal Gambar Post test 2 ... 92

Lampiran 8 Surat Ijin Peminjaman Ruangan ... 94


(11)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Otak membentuk pemikiran manusia, memahami peristiwa, dan menyimpan kenangan dalam memori. Memori memungkinkan setiap individu belajar dari pengalaman terdahulu dan menggunakan kemampuan memprediksi untuk memutuskan kejadian-kejadian di masa depan. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia tidak lepas dari proses belajar dan mengingat, yang sangat berkaitan dengan memori (Sousa, 2012).Terdapat dua macam memori, diantaranya memori jangka pendek dan memori jangka panjang yang masing-masing mempunyai waktu di dalam memori yang berbeda-beda (Ganong, 2008).

Kapasitas otak dalam menyimpan informasi tidak terbatas. Dengan sekitar 100 milyar neuron, yang masing-masing memiliki ribuan dendrit, maka otak hampir tidak mungkin kehabisan ruang untuk menyimpan apa saja yang dipelajari individu selama hidupnya (Sousa, 2012). John Griffith, ahli matematika, menyebutkan bahwa kemampuan rata-rata memori manusia untuk menyimpan informasi adalah 10¹¹ (seratus triliun) bit. John von Neumann, ahli teori informasi, menghitungnya sampai 2.8 x 101² (280 kuintriliun) bit. Asimov menerangkan bahwa otak manusia selama hidupnya sanggup menyimpan sampai satu kuidriliun bit informasi. Informasi yang diterima dapat berupa verbal, visual, dan audio yang akan disimpan sesuai dengan areanya masing-masing di otak (Jensen, 2011; Sousa, 2012).

Mengunyah permen karet ternyata tidak hanya sekedar sebagai kegiatan tak bermanfaat. Ada banyak manfaat selain sering digunakan sebagai makanan sambilan, permen karet juga berefek mempengaruhi memori jangka pendek, relaksasi, menyegarkan mulut, mengurangi plak gigi, pengganti rokok, dan netralisasi asam lambung (Leveille, Alcantara, McMahon, & Zibell, 2008).


(12)

2 1.2 Identifikasi Masalah

Mengunyah permen karet meningkatkan memori jangka pendek.

1.3 Tujuan Penelitian

Ingin mengetahui apakah mengunyah permen karet meningkatan memori jangka pendek.

1.4 Manfaat penelitian

1.4.1 Manfaat akademis

Memberi pengetahuan mengenai :

Manfaat mengunyah permen karet dalam meningkatkan memori jangka pendek.

1.4.2 Manfaat praktis

Mengunyah permen karet saat beraktivitas dapat meningkatkan produktivitas kerja serta kemampuan dalam mengingat bagi para pelajar.

1.5 Kerangka pemikiran

Otak manusia mempunyai volume sekitar 1300 ml, beratnya 3% dari berat badan dan merupakan bagian yang cukup besar bila dibandingkan dengan ukuran tubuh kita. Untuk berfungsi dengan baik, jaringan otak memerlukan jumlah oksigen dan glukosa yang relatif lebih besar daripada bagian lain tubuh manusia. Otak menggunakan 20 % oksigen yang diperlukan seluruh badan dan 65% dari keseluruhan glukosa yang digunakan oleh seluruh badan. Memori disimpan sebagian besar pada cortex cerebri, sedangkan regio basal otak dan medulla spinalis menyimpan sebagian kecilnya (Guyton & Hall, 2008).


(13)

3 Pada otak terdapat pemetaan bagian tubuh secara sensorik dan motorik yang disebut dengan Homonculus. Homonculus motorik untuk daerah mulut menempati 30% seluruh area tubuh, sehingga, mengunyah mengaktifkan area yang luas di otak. Pengaktifan ini menyebabkan metabolisme neuronal meningkat sehingga otak membutuhkan lebih banyak konsumsi oksigen dan nutrisi yang berasal dari darah perifer. Hal ini menyebabkan peningkatan curah jantung yang dipompakan ke otak, sehingga denyut jantung dan aliran darah ke otak meningkat (Guyton & Hall, 2008 ; Matuura, Taniguchi, Sugiura, Miyao, & Takada, 2012).

Mengunyah permen karet menghasilkan kontraksi otot yang ritmis. Mengunyah dapat meningkatkan kecepatan dalam mengerjakan tes dengan meningkatkan aktifitas hippocampus dan area prefrontal cortex cerebri , yang penting untuk proses kognisi. Mengunyah mengaktifkan regio orris dari cortex sensorimotor primer, area motoric, insula, dan cerebellum. Pada penelitian terdahulu, kehilangan gigi dan penurunan kekuatan otot pengunyah karena proses penuaan, mengakibatkan penurunan aktivitas input sensori ke sensorimotor system, terutama meningkatkan aktifitas cortex prefrontal kanan (Quintero, Ichesco, Myers, Schutt, & Gerstner, 2012 ; Onozuka, et al., 2008;Saito, Sakata, & Onozuka, 2003).

Para peneliti membuktikan bahwa peran dari mengunyah meningkatkan memori jangka pendek yang dipercaya meningkatkan denyut nadi dan aliran darah yang kemudian menambah asupan jumlah oksigen ke dalam otak. Hal inilah yang meningkatkan fungsi otak (Matuura, Taniguchi, Sugiura, Miyao, & Takada, 2012). Mengunyah permen karet dapat meningkatkan pengiriman glukosa untuk memperbaiki kognitif (Stephens & Tunney, 2004).

Oral sensory stimulation seperti mengunyah bisa merupakan suatu stimulus bagi aktivitas sel beta pankreas sehingga pada waktu mengunyah sel pankreas akan mensekresikan insulin untuk mengantisipasi makanan yang akan dicerna (Hashimoto, Ito, Yoshida, Matsuda, & Takada, 2004 ; Hideto, Kazuyoshi, & Toshio, 2004). Dahulu insulin dianggap tidak berperan pada otak, tetapi sekarang banyak penelitian menunjukkan bahwa insulin dan reseptornya pada otak


(14)

4 mempunyai peran penting dalam proses pembentukan memori (Zhao, Chen, Quon, & Alkon, 2004).

Insulin diproduksi oleh pankreas dan telah diketahui bahwa insulin dapat melewati sawar darah otak melalui reseptor spesifik dengan mekanisme transport aktif /receptor-mediated transcytosis (Hirvonen, et al., 2011;Feng, Lui, & Li, 2010). Pada hippocampus dan cortex cerebri, insulin berhubungan dengan fungsi kognisi. Insulin memodulasi aktivitas dari reseptor eksitasi dan inhibisi, termasuk glutamat dan reseptor asam -aminobutirat (GABA) dan mengaktivasi 2 proses biokimia: jalur shc-ras-MAPK (mitogen-activated protein kinase) dan jalur PI3K (phosphoinositide 3-kinase)/PKC, keduanya ini terlibat dalam proses pembentukan memori (Zhao, Chen, Quon, & Alkon, 2004 ; Chiu & Cline, 2010). Pelepasan insulin juga memicu peningkatan denyut nadi dan tekanan darah serta asupan glukosa dan oksigen ke otak. Glukosa dan oksigen di otak membantu meningkatkan memori dalam belajar (Mateti, Adla, Rajakannan, & Valakkathala, 2011).


(15)

5 Diagram 1.1 Kerangka Pemikiran Pengaruh Mengunyah Permen Karet

Terhadap Peningkatan Memori Jangka Pendek

1.6 Hipotesis Penelitian


(16)

79

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Mengunyah permen karet meningkatkan memori jangka pendek.

5.2. Saran

 Untuk pelajar dan mahasiswa dapat dibiasakan mengunyah permen karet pada waktu belajar agar memori jangka pendek meningkat.

 Dalam belajar, sebaiknya mahasiswa membuat rangkuman sendiri dengan menulis dan menyertakan gambar.

 Para dosen pengajar hendaknya memberikan materi tidak hanya berupa kuliah lisan tetapi juga memberikan tulisan beserta gambar.

 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan metode yang lebih canggih dan subyek penelitian dengan usia berbeda.


(17)

EFEK MENGUNYAH PERMEN KARET TERHADAP PENINGKATAN MEMORI JANGKA PENDEK DENGAN

MENGGUNAKAN 3 METODE Indah Kurniawati1, Iwan Budiman2

1. Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha, Bandung 2. Bagian Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha, Bandung Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha

Jl. Prof. Drg. Suria Sumantri MPH No.65 Bandung 40164 Indonesia

ABSTRAK

Latar belakang Manusia tidak lepas dari proses belajar yang sangat berkaitan dengan memori. Kapasitas otak dalam menyimpan informasi tidak terbatas. Informasi yang diterima dapat berupa verbal, visual, dan audio. Mengunyah permen karet merangsang sekresi hormon insulin, meningkatkan denyut jantung dan aliran darah ke otak sehingga meningkatkan kemampuan mengingat.

Tujuan Untuk mengetahui pengaruh mengunyah permen karet terhadap memori jangka pendek dengan cara visual gambar, visual tulisan, dan audio.

Metode Penelitian dilakukan terhadap 35 mahasiswa FK-UKM yang berumur 19-23 tahun. Memori jangka pendek diukur dengan menghitung skor pretest dan posttest yang didapat dari soal visual gambar, visual tulisan,dan audio. Penelitian dilakukan dengan tidak mengunyah permen karet dan dengan mengunyah permen karet.

Analisis dataMemakai uji “t” tes berpasangan, uji ANAVA satu arah dilanjutkan dengan uji beda rata-rata LSD dengan α=0,05.

Hasil Skor rerata tes visual gambar, visual tulisan, dan audio sebelum dibandingkan setelah mengunyah permen karet mengalami peningkatan yang signifikan (p<0,01). Hasil dari uji ANAVA satu arah terhadap 3 pasang rerata perlakuan menunjukkan bahwa minimal terdapat sepasang perlakuan yang berbeda ( p< 0.01). Uji Beda Rata-rata Fisher’s LSD menunjukkan bahwa semua pasangan berbeda, kecuali pasangan preVisual tulisan dengan preVisual gambar dan PostVisual tulisan dan postVisual gambar (p>0,05). Perbandingan jumlah mahasiswa yang memiliki kemampuan belajar tipe visual dibanding dengan belajar tipe audio adalah sebesar 5:2.

Kesimpulan Mengunyah permen karet meningkatkan memori jangka pendek dengan cara visual gambar, visual tulisan, dan audio.

Kata kunci: Mengunyah permen karet, Memori jangka pendek, Visual, Audio.

ABSTRACT

Background In life, human beings can not be separated from the learning process that is associated with memory. The capacity of the brain in storing information is unlimited. The information accepted can be verbal, visual, and audio forms. Chewing gum stimulates the secretion of the insulin hormone, improves heart rate and blood flow to the brain which in turn improve the ability in remembering.

Objective The aim of this study is to determine the effect of chewing gum on short-term memory by means of visual images, visual text, and audio.

Methods The study is conducted on 35 faculty of medicine MCU students range from 19 -23 years of age. Short-term memory is measured by calculating the pretest and post-test scores obtained from given tests of visual images, visual text, and audio. Research is done by not chewing gum and chewing gum.

Data analysis Using paired "t" test, one-way ANAVA test was continued with an average


(18)

Results The mean test scores of visual images, visual text, and audio before and after chewing gum significantly increased (p <0.01). Results of one-way ANOVA test on the average 3 pairs of treatment suggests that there is at least a pair of different treatment (p <0.01). In Fisher's LSD test of different average showed that all the pairs are different, except for a pair of pre-Visual writing and pre-Visual with pictures and post Visual writing and post-Visual with images (p> 0.05). The comparison between number of students who have types of visual learning ability compared with the type of audio learning is at 5:2.

Conclusion Chewing gum increases short-term memory by means of visual images, visual text, and audio.


(19)

PENDAHULUAN

Otak membentuk pemikiran

manusia, memahami peristiwa, dan

menyimpan kenangan dalam

memori. Manusia tidak lepas dari proses belajar dan mengingat, yang sangat berkaitan dengan memori(1). Terdapat dua macam memori, diantaranya memori jangka pendek dan memori jangka panjang yang masing-masing mempunyai waktu di dalam memori yang berbeda-beda (2).

Kapasitas otak dalam

menyimpan informasi tidak terbatas. Dengan sekitar 100 milyar neuron,

yang masing-masing memiliki

ribuan dendrit, maka otak hampir tidak mungkin kehabisan ruang untuk menyimpan apa saja yang

dipelajari individu selama

hidupnya(1). Informasi yang diterima dapat berupa verbal, visual, dan audio yang akan disimpan sesuai dengan areanya masing-masing di otak (1), (3).

Mengunyah permen karet

ternyata tidak hanya sekedar

sebagai kegiatan tak bermanfaat. Ada banyak manfaat selain sering

digunakan sebagai makanan

sambilan, permen karet juga berefek

mempengaruhi memori jangka

pendek, relaksasi, menyegarkan

mulut, mengurangi plak gigi,

pengganti rokok, dan netralisasi asam lambung (4).

Mengunyah permen karet

merangsang sekresi hormon insulin, meningkatkan denyut jantung dan aliran darah ke otak sehingga

meningkatkan kemampuan

mengingat (5), (6), (7). TUJUAN PENELITIAN

Ingin mengetahui apakah

mengunyah permen karet

meningkatan memori jangka

pendek.

ALAT DAN CARA

Penelitian ini bersifat

eksperimental semu (Quasi

experimental design).

Penelitian dilakukan terhadap 35 mahasiswa FK-UKM yang berumur 19-23 tahun.

Memori jangka pendek diukur dengan menghitung skor pretest dan posttest yang didapat dari soal visual gambar, visual tulisan, dan audio. Penelitian dilakukan dengan tidak mengunyah permen karet dan dengan mengunyah permen karet.

Analisis data menggunakan uji t berpasangan dan ANAVA satu arah dilanjutkan dengan uji beda rata-rata LSD dengan = 5%.

Alat penelitian yang digunakan adalah lampiran soal tes visual

gambar dan visual tulisan,

mikrofon, stopwatch, alat tulis. Bahan yang digunakan adalah permen karet xylitol.

Cara kerja

Pertama-tama subjek penelitian diberi penjelasan tentang tujuan, prosedur dan manfaat penelitian. Setelah bersedia menjadi subjek penelitian, subjek menandatangani informed consent.

Sehari sebelum tes dilakukan, subyek penelitian cukup istirahat

dan cukup tidur, tidak

mengkonsumsi obat-obatan/zat

yang dapat mengingkatkan maupun mendepresi SSP, tidak merokok.

Pada hari tes dilakukan, subyek penelitian tidak makan minimal 2 jam setelah makan ringan dan 4 jam setelah makan berat, tidak boleh merokok, tidak mengkonsumsi


(20)

mengingkatkan maupun mendepresi SSP.

1. Pretest

Prosedur pretest visual tulisan,

subyek penelitian beristirahat

selama 10 menit sebelum melakukan tes, kemudian menghapalkan kata yang diberikan sesuai waktu yang telah ditentukan (1 kata 3 detik, terdapat 10 kata) dan menulis kembali kata yang telah dihapalkan dalam waktu maximal 1 menit dan catat nilai yang diperoleh.

Prodesur pretest visual gambar,

subyek penelitian beristirahat

selama 10 menit sebelum melakukan

tes, kemudian menghapalkan

gambar (lampiran gambar 1) yang diberikan sesuai waktu yang telah ditentukan (12 gambar , masing-masing gambar 2 detik), lalu

menyebutkan gambar (lampiran

gambar 2 , yang terdiri dari 25 gambar) ada atau tidak pada gambar yang telah perlihatkan sebelumnya dalam waktu maximal 1 menit dan catat nilai yang diperoleh. Prosedur pretest audio, subyek penelitian beristirahat selama 10 menit sebelum melakukan tes, kemudian mendengarkan sampai selesai kata yang diucapkan oleh peneliti (diucapkan dengan nada datar, tiap kata selang 2 detik), lalu menulis kata yang telah disebutkan dalam waktu maximal 1 menit dan catat nilai yang diperoleh.

2. Posttest

Prosedur postest visual tulisan,

subyek penelitian beristirahat

selama 10 menit sebelum melakukan tes, subyek penelitian mengunyah permen karet (selama 5 menit

sebelum postest dimulai sampai

postest selesai dikerjakan), kemudian

menghapalkan kata yang diberikan sesuai waktu yang telah ditentukan (1 kata 3 detik, terdapat 10 kata) dan menulis kembali kata yang telah dihapalkan dalam waktu maximal 1 menit dan catat nilai yang diperoleh. Prodesur postest visual gambar,

subyek penelitian beristirahat

selama 10 menit sebelum melakukan tes, subyek penelitian mengunyah permen karet (selama 5 menit

sebelum postest dimulai sampai

postest selesai dikerjakan), kemudian menghapalkan gambar (lampiran gambar 1) yang diberikan sesuai waktu yang telah ditentukan (12 gambar , masing-masing gambar 2 detik), lalu menyebutkan gambar (lampiran gambar 2 , yang terdiri dari 25 gambar) ada atau tidak pada gambar yang telah perlihatkan sebelumnya dalam waktu maximal 1 menit dan catat nilai yang diperoleh. Prosedur postest audio, subyek penelitian beristirahat selama 10 menit sebelum melakukan tes,

subyek penelitian mengunyah

permen karet (selama 5 menit

sebelum postest dimulai sampai

postest selesai dikerjakan), kemudian mendengarkan sampai selesai kata

yang diucapkan oleh peneliti

(diucapkan dengan nada datar, tiap kata selang 2 detik), lalu menulis kata yang telah disebutkan dalam waktu maximal 1 menit dan catat nilai yang diperoleh.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan hasil sebagai berikut:


(21)

Tabel 4. 1 Skor Rerata Tes Visual, Audio, dan Gambar Sebelum dan

Sesudah Mengunyah Permen Karet

Mean N Std.

Deviation Uji t

Pair 1

PostTulisan 95.14 35 6.585 p<0.01 PreTulisan 79.14 35 12.919

Pair 2

PostAudio 82.57 35 14.419 p<0.01 PreAudio 63.14 35 13.884

Pair 3

PostGambar 90.97 35 11.302 p<0.01 PreGambar 76.17 35 15.957

Hasil percobaan menunjukkan bahwa :

 Skor rerata tes visual tulisan setelah mengunyah permen karet

(95.14) dibandingkan sebelum

mengunyah permen karet (79.14)

mengalami peningkatan yang

signifikan (p<0,01).

 Skor rerata tes audio setelah mengunyah permen karet (82.57) dibandingkan sebelum mengunyah permen karet (63.14) mengalami

peningkatan yang signifikan

(p<0,01).

 Skor rerata tes visual gambar setelah mengunyah permen karet

(90.97) dibandingkan sebelum

mengunyah permen karet (76.17)

mengalami peningkatan yang

signifikan (p<0,01).

Tabel 4. 2 Uji ANAVA Satu Arah Sum of

Squares Df

Mean

Square F Sig. Between

Groups 22657.01 5 4531.4

27.37 .000 Within

Groups 33771.37 204 1,999 Total 56428.38 209

Tabel 4.2 menggambarkan hasil dari uji ANAVA satu arah terhadap 3 pasang rerata di atas adalah

berbeda sangat nyata p=0.000

(p<0,01). Hal ini menunjukkan bahwa minimal terdapat sepasang perlakuan yang berbeda.

Tabel 4. 3 Uji Beda Rata-rata

Fisher’s LSD

Sig. PreVisual

Tulisan preAudio .000

preGambar .335

PostVisual

Tulisan postAudio .000

postGambar .177 preAudio

preTulisan .000

preGambar .000

postAudio

postTulisan .000

postGambar .007 preVisual

Gambar preTulisan .335

preAudio .000

postVisual

Gambar postTulisan .177

postAudio .007

Tabel 4.3 Uji Beda Rata-rata Fisher’s LSD menunjukkan bahwa semua pasangan berbeda, kecuali pasangan preVisual tulisan dengan preVisual Gambar dan postVisual


(22)

tulisan dengan postVisual gambar (p>0,05), hal ini mengartikan bahwa kemampuan OP dalam hal visual tulisan dan Gambar adalah sama, sementara dalam hal visual dan audio berbeda.

Data skor hasil percobaan

menunjukkan bahwa mayoritas

mahasiswa kedokteran FK UKM yang menjadi orang percobaan memiliki kemampuan belajar tipe visual yang lebih mudah mengingat

melalui tulisan dan gambar,

daripada ucapan (tipe audio).

Perbandingan jumlah mahasiswa yang memiliki kemampuan belajar tipe visual dibanding dengan jumlah

mahasiswa yang memiliki

kemampuan belajar tipe audio adalah sebesar 5:2.

Menurut Neisser, penyimpanan ikonik menyimpan input visual dan bekerja terpisah dari faktor-faktor

pengendali subjek (atensi).

Penyimpanan ikonik (bekerja seperti

kamera snapshoot) memiliki

kapasitas sekurang-kurangnya 9 item dengan jangka waktu sekitar 250 milidetik hingga 4 detik. Sedangkan penyimpanan ekhoik menyimpan input auditorik 1 item dengan jangka waktu 4 detik (8).

Pada percobaan, visual tulisan memiliki rata-rata yang lebih baik (pretest 79.14 dan posttest 95.14) daripada visual gambar (pretest 76.17 dan posttest 90.97) hal ini di sebabkan terjadinya synesthesia, yaitu suatu kondisi di mana informasi sensorik dari sebuah modalitas (tulisan) memicu sensasi

modalitas lainnya (gambar).

Seharusnya, hasil tes visual gambar lebih baik daripada visual tulisan. sesuai dengan kutipan Makoto Schichida yang menyatakan bahwa

otak kanan mampu merekam

sesuatu secara tidak sadar seperti kamera foto (9).

DISKUSI

Belajar dapat diartikan sebagai

kemampuan untuk mengubah

perilaku berdasarkan pengalaman,

sedangkan mengingat adalah

mempertahankan (retensi) dan

menyimpan informasi (2).

Gaya belajar adalah kombinasi dari menyerap, mengatur, dan mengolah informasi. Terdapat tiga

jenis gaya belajar berdasarkan

modalitas yang digunakan individu

dalam memproses informasi

(perceptual modality) yaitu Visual learners yang menitik beratkan pada

ketajaman penglihatan, Auditory

learners yang mengandalkan pada pendengaran untuk bisa memahami dan mengingatnya, dan Kinesthetic learners yang mengharuskan

individu yang bersangkutan

menyentuh sesuatu yang

memberikan informasi tertentu agar ia bisa mengingatnya (10).

Ingatan (memory) adalah retensi dan penyimpanan dari informasi yang diperoleh dari proses belajar (2).

Memori merupakan suatu

penyimpanan dari pengetahuan

yang didapat untuk kemudian

mengalami proses pemanggilan

(recall) kembali. Terdapat tiga jenis

memori, yaitu memori jangka

pendek, memori jangka menengah, dan memori jangka panjang (11).

Memori Jangka Pendek

merupakan ingatan yang

berlangsung beberapa detik atau paling lama beberapa menit. Ingatan jangka pendek terjadi pada sinaps-sinaps yang terletak pada fibril-fibril saraf terminal segera sebelum fibril-fibril tersebut bersinapss dengan neuron berikutnya. Bahan-bahan


(23)

kimiawi neurotransmitter yang disekresikan pada terminal seperti

itu seringkali menyebabkan

fasilitasi/inhibisi selama beberapa detik-menit. Lintasan inilah yang

menyebabkan ingatan jangka

pendek (12).

Proses memori terdiri dari

beberapa tahapan. Pertama,

informasi diterima oleh modalitas sensorik khusus (misalnya raba, auditif, atau visual) kemudian diregistrasi. Informasi ini akan disimpan sebentar di memori jangka pendek (memori kerja). Kemudian, menyimpan dan mempertahankan informasi dalam bentuk yang lebih permanen (memori jangka panjang). Proses penyimpanan ini dapat

ditingkatkan oleh beberapa

pengulangan (repetisi) atau oleh penggabungan dengan informasi lainnya yang sudah berada di dalam simpanan. Penyimpanan merupakan proses aktif yang membutuhkan upaya melalui praktek dan latihan (rehearsal). Langkah akhir pada proses memori ialah memanggil kembali (recall) atau menjumput (retrieval) informasi yang disimpan. Langkah ini merupakan proses aktif, memobilisasi informasi yang telah disimpan (3).

Pikiran adalah hasil dari pola

perangsangan berbagai bagian

sistem saraf pada saat yang

bersamaan, mungkin terutama

melibatkan cortex cerebri, thalamus, sistem limbik, dan bagian atas formatio reticularis batang otak. Proses ini disebut teori holistik pikiran (13).

Otak manusia mempunyai

volume sekitar 1300 ml, beratnya 3% dari berat badan dan merupakan bagian yang cukup besar bila dibandingkan dengan ukuran tubuh

kita. Untuk berfungsi dengan baik, jaringan otak memerlukan jumlah oksigen dan glukosa yang relatif lebih besar daripada bagian lain tubuh manusia. Otak menggunakan 20 % oksigen yang diperlukan seluruh badan dan 65% dari

keseluruhan glukosa yang

digunakan oleh seluruh badan (12). Pada otak terdapat pemetaan bagian tubuh secara sensorik dan

motorik yang disebut dengan

Homonculus. Homonculus motorik untuk daerah mulut menempati 30%

seluruh area tubuh, sehingga,

mengunyah mengaktifkan area yang luas di otak. Pengaktifan ini menyebabkan metabolisme neuronal

meningkat sehingga otak

membutuhkan lebih banyak

konsumsi oksigen dan nutrisi yang berasal dari darah perifer. Hal ini menyebabkan peningkatan curah jantung yang dipompakan ke otak, sehingga denyut jantung dan aliran darah ke otak meningkat (12), (14).

Mengunyah (mastikasi) adalah memecahkan partikel makanan yang besar dan mencampur makanan dengan sekret kelenjar air liur (2).

Mengunyah permen karet

menghasilkan kontraksi otot yang

ritmis. Mengunyah dapat

meningkatkan kecepatan dalam

mengerjakan tes dengan

meningkatkan aktifitas hippocampus dan area prefrontal cortex cerebri , yang penting untuk proses kognisi. Mengunyah mengaktifkan regio orris dari cortex sensorimotor primer, area motoric, insula, dan cerebellum (15), (5), (16).

Para peneliti membuktikan

bahwa peran dari mengunyah

meningkatkan memori jangka

pendek yang dipercaya


(24)

aliran darah yang kemudian menambah asupan jumlah oksigen ke dalam otak. Hal inilah yang

meningkatkan fungsi otak (14).

Mengunyah permen karet dapat meningkatkan pengiriman glukosa untuk memperbaiki kognitif (17) . Oral sensory stimulation seperti mengunyah bisa merupakan suatu stimulus bagi aktivitas sel beta pankreas sehingga pada waktu mengunyah sel pankreas akan

mensekresikan insulin untuk

mengantisipasi makanan yang akan dicerna(18), (19). Dahulu insulin dianggap tidak berperan pada otak, tetapi sekarang banyak penelitian menunjukkan bahwa insulin dan reseptornya pada otak mempunyai

peran penting dalam proses

pembentukan memori (7).

Insulin diproduksi oleh pankreas dan telah diketahui bahwa insulin dapat melewati sawar darah otak melalui reseptor spesifik dengan mekanisme transport aktif /receptor-mediated transcytosis (20),(21). Pada hippocampus dan cortex cerebri, insulin berhubungan dengan fungsi

kognisi. Insulin memodulasi

aktivitas dari reseptor eksitasi dan inhibisi, termasuk glutamat dan

reseptor asam -aminobutirat

(GABA) dan mengaktivasi 2 proses

biokimia: jalur shc-ras-MAPK

(mitogen-activated protein kinase) dan

jalur PI3K (phosphoinositide

3-kinase)/PKC, keduanya ini terlibat dalam proses pembentukan memori (7).

SIMPULAN

Mengunyah permen karet

meningkatkan memori jangka

pendek.

SARAN

1. Untuk pelajar dan mahasiswa

dapat dibiasakan mengunyah permen karet pada waktu belajar agar memori jangka pendek meningkat.

2. Dalam belajar, sebaiknya

mahasiswa membuat

rangkuman sendiri dengan

menulis dan menyertakan

gambar.

3. Para dosen pengajar hendaknya memberikan materi tidak hanya berupa kuliah lisan tetapi juga

memberikan tulisan beserta

gambar.

4. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan metode yang lebih canggih dan subyek penelitian dengan usia berbeda.

DAFTAR PUSTAKA

1. Sousa, David A. Bagamana Otak Belajar. 4. Jakarta Barat : Indeks, 2012. 2. Ganong, William F. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. 22. Jakarta : EGC, 2008.

3. Jensen, Eric. Pembelajaran Berbasis Otak. Jakarta Barat : Indeks, 2011. 4. Benefits of Chewing Gum: Oral Health and Beyond. Leveille, Gilbert, et al., et al. April 2008, FOOD SCIENCE, pp. 75-81.

5. Onozuka, Minoru, et al., et al. Interactions Between Chewing and Brain Activity in Humans. Minoru Onozuka and Chen Tung Yen. Novel Trends in Brain Science. Switzerland : springer, 2008, pp. 99-113.

6. Occlusion and brain function: mastication as a prevention of cognitive dysfunction. Ono, Y., et al., et al. 2010, Journal of Oral Rehabilitation, Vol. 37, pp. 624-640.

7. Insulin and the insulin receptor in experimental models of learning and memory. Zhao, Wei Qin, et al., et al. 2004, European Journal of


(25)

8. Solso, Robert L., Maclin, Otto H. and

Maclin, M. Kimberly. Psikologi Kognitif.

Jakarta : Erlangga, 2007.

9. Shichida, Makoto. Misteri Otak Kanan.

Jakarta : PT Elex Media Komputindo, 2013.

10. Windura, Sutanto. 88 Cemilan Otak Sehat. Jakarta : PT Elex Media

Komputindo, 2012.

11. Sherwood, Lauralee. Fisiologi Manusia. Jakarta : EGC, 2001.

12. Guyton, Arthur Cliffton and Hall, John. Buku Ajar Fisiologi. New york : elsevier, 2008.

13. Wibowo, Daniel S. Neuroanatomi untuk Mahawiswa Kedokteran. Malang : Bayumedia, 2011.

14. Distribution of Cerebral Blood Flow during Gum-Chewing. Matuura,

Yasuyuki, et al., et al. 2012, Forma, Vol. 27, pp. 1-4.

15. Brain Activity and Human Unilateral Chewing. Quintero, A., et al., et al. 2012, JDR, Vol. 92, pp. 136-142.

16. Effect of Mastication on Human Brain Activity. Sakamoto, Kiwako, et al., et al. 2010, JAAM, pp. 153-160.

17. Role of glucose in chewing gum-related facilitation of cognitive function. Stephens, Richard and Tunney, Richard J. 2004, Appetite, Vol. 43, pp. 211-213.

18. Effect of oral sensory stimulation on C-peptide density. Hashimoto, K., et al., et al. Hawaii : s.n., 2004. the

neuroscience/TMJ program.

19. The Effects of Mastication on Insulin Secretion-Examination from the Ability to Masticate. Hideto, Matsuda, Kazuyoshi, Hashimoto and Toshio, Takiguchi. 2004, Japanese Journal of Clinical Physiology, Vol. 34, pp. 183-190. 20. Effects of Insulin on Brain Glucose Metabolism in Impaired Glucose Tolerance.

Hirvonen, Jussi, et al., et al. 2011, Diabetes, pp. 443-447.

21. Feng, Ji Ming, Lui, Philip C.W. and Li, Jian Yi. Receptor-Mediated

Transport of Drugs Across the BBB.

Drug Delivery to the Central Nervous System. Switzerland : Humana Press, 2010, Vol. 45, pp. 15-34.


(26)

80

DAFTAR PUSTAKA

Wilkinson, L., Scholey, A., & Wesnes, K. 2002. Chewing gum selectively improves aspects of memory. Appetite, 235-236.

Chewing gum facts. 2013 . Retrieved from

http://www.chewinggumfacts.com/chewing-gum-history/history-of-chewing-gum/

lotteconfectionery pilipinas,corp. 2013 . Retrieved from lottexylitolgum: http://www.lottexylitolgum.com/about.php

Xylitol. 2013 . Retrieved from Xylitol: http://www.xylitol.org/questions-about-xylitol

Chiu, S. L., & Cline, H. T. 2010 . Insulin receptor signaling in the development of neuronal structure and function. Neuronal Development, 5-7. Retrieved from http://www.neuraldevelopment.com/content/5/1/7

Drake, R. L., Vogl, A. W., & Mitchell, A. W. 2010 . Gray's Anatomy for students. Canada: Churchill Livingstone Elsevier.

Dubuc, B. 2013 . mcgill. Retrieved from http://thebrain.mcgill.ca

Feng, J. M., Lui, P. C., & Li, J. Y. 2010. Receptor-Mediated Transport of Drugs Across the BBB. In Drug Delivery to the Central Nervous System (Vol. 45, pp. 15-34). Switzerland: Humana Press. doi:10.1007/978-1-60761-529-3_2

Ganong, W. F. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 22. Jakarta: EGC. Guyton, A. C., & Hall, J. 2008. Buku Ajar Fisiologi.Jakarta : EGC.

Hashimoto, K., Ito, Y., Yoshida, M., Matsuda, H., & Takada, K. 2004 . Effect of oral sensory stimulation on C-peptide density. the neuroscience/TMJ

program. Hawaii. Retrieved from

http://iadr.confex.com/iadr/2004Hawaii/techprogram/abstract_39785.htm Hideto, M., Kazuyoshi, H., & Toshio, T. 2004 . The Effects of Mastication on

Insulin Secretion-Examination from the Ability to Masticate. Japanese Journal of Clinical Physiology. 34, 183-190.

Hirvonen, J., Virtanen, K. A., Nummenmaa, L., Hannukainen, J. C., Honka, M. J., Bucci, M., Nuutila, P. 2011 . Effects of Insulin on Brain Glucose Metabolism in Impaired Glucose Tolerance. Diabetes, 443-447.


(27)

81 Junqueira, L. C., & Carneiro, J. 2007 . Histologi Dasar. Jakarta: EGC.

Leveille, G., Alcantara, E., McMahon , K., & Zibell, S. 2008 . Benefits of Chewing Gum: Oral Health and Beyond. FOOD SCIENCE, 75-81. Retrieved Descember 20, 2012, from http://www.nursingcenter.com Mateti, U. V., Adla, N., Rajakannan, T., & Valakkathala, R. 2011 . Insulin

chewing gum: Need of the day for diabetic patients. International Journal of Pharmaceutical Investigation, 1, 131-134.

Matuura, Y., Taniguchi, T., Sugiura, A., Miyao, M., & Takada, H. 2012 . Distribution of Cerebral Blood Flow during Gum-Chewing. Forma. 27,

1-4. Retrieved Descember 23, 2012, from

http://www.scipress.org/journals/forma/pdf/2701/27010001.pdf

Ono, Y., Yamamoto, T., Yakubo, K., & Onozuka, M. 2010. Occlusion and brain function: mastication as a prevention of cognitive dysfunction. Journal of Oral Rehabilitation. 37, 624-640.

Onozuka, M., Watanabe, K., Hirano, Y., Tachibana, A., Ono, Y., Kim, W., Kanematsu, K. 2008 . Interactions Between Chewing and Brain Activity in Humans. In M. Onozuka, & C. T. Yen, Novel Trends in Brain Science (pp. 99-113). Switzerland: springer.

Quintero, A., Ichesco, E., Myers, C., Schutt, R., & Gerstner, G. 2012 . Brain Activity and Human Unilateral Chewing. JDR. 92, 136-142. Retrieved from

http://jdr.sagepub.com/content/early/2012/10/25/0022034512466265.full Saito, S., Sakata, T., & Onozuka, M. 2003. Clearing up the mysterious

relationship between chewing and brain. Nature Interface. 14, 34-39. Sakamoto, K., Nakata, H., Yumoto, M., & Kakigi, R. 2010. Effect of Mastication

on Human Brain Activity. JAAM, 153-160. sherwoodd, l. l. 2001 . human physiology. Jakarta: EGC.

Sousa, D. A. 2012 . Bagamana Otak Belajar. Edisi 4 . Jakarta Barat: Indeks. Stephens, R., & Tunney, R. J. 2004 . Role of glucose in chewing gum-related

facilitation of cognitive function. Appetite. 43, 211-213. Thomson, H. 2007 . oklusi. Jakarta: EGC.

Tortora, G. J., & Derrickson, B. 2009 . Principles of Anatomy & Physiology. USA: John Wiley & Sons. Inc.

Wibowo, D. S. 2011 . Neuroanatomi untuk Mahawiswa Kedokteran. Malang: Bayumedia.


(28)

82 Windura, S. 2012 . 88 Cemilan Otak Sehat. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. wrigley. (n.d.)., from wrigley: http://www.wrigley.com/global/about-us.aspx Zhao, W. Q., Chen, H., Quon, M. J., & Alkon, D. L. 2004 . Insulin and the insulin

receptor in experimental models of learning and memory. European Journal of Pharmacology. 490, 71-81.

Benner, M. T. 2006. Effects of Chewing Gum on Memory of Studied Words. The Journal of the Honors Program.

Shichida, M. 2013. Misteri Otak Kanan. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Solso, R. L., Maclin, O. H., & Maclin, M. K. 2007. Psikologi Kognitif. Jakarta:


(1)

kimiawi neurotransmitter yang disekresikan pada terminal seperti itu seringkali menyebabkan fasilitasi/inhibisi selama beberapa detik-menit. Lintasan inilah yang menyebabkan ingatan jangka pendek (12).

Proses memori terdiri dari beberapa tahapan. Pertama, informasi diterima oleh modalitas sensorik khusus (misalnya raba, auditif, atau visual) kemudian diregistrasi. Informasi ini akan disimpan sebentar di memori jangka pendek (memori kerja). Kemudian, menyimpan dan mempertahankan informasi dalam bentuk yang lebih permanen (memori jangka panjang). Proses penyimpanan ini dapat ditingkatkan oleh beberapa pengulangan (repetisi) atau oleh penggabungan dengan informasi lainnya yang sudah berada di dalam simpanan. Penyimpanan merupakan proses aktif yang membutuhkan upaya melalui praktek dan latihan (rehearsal). Langkah akhir pada proses memori ialah memanggil kembali (recall) atau menjumput (retrieval) informasi yang disimpan. Langkah ini merupakan proses aktif, memobilisasi informasi yang telah disimpan (3).

Pikiran adalah hasil dari pola perangsangan berbagai bagian sistem saraf pada saat yang bersamaan, mungkin terutama melibatkan cortex cerebri, thalamus, sistem limbik, dan bagian atas formatio reticularis batang otak. Proses ini disebut teori holistik pikiran (13).

Otak manusia mempunyai volume sekitar 1300 ml, beratnya 3% dari berat badan dan merupakan bagian yang cukup besar bila dibandingkan dengan ukuran tubuh

kita. Untuk berfungsi dengan baik, jaringan otak memerlukan jumlah oksigen dan glukosa yang relatif lebih besar daripada bagian lain tubuh manusia. Otak menggunakan 20 % oksigen yang diperlukan seluruh badan dan 65% dari keseluruhan glukosa yang digunakan oleh seluruh badan (12).

Pada otak terdapat pemetaan bagian tubuh secara sensorik dan motorik yang disebut dengan Homonculus. Homonculus motorik untuk daerah mulut menempati 30% seluruh area tubuh, sehingga, mengunyah mengaktifkan area yang luas di otak. Pengaktifan ini menyebabkan metabolisme neuronal meningkat sehingga otak membutuhkan lebih banyak konsumsi oksigen dan nutrisi yang berasal dari darah perifer. Hal ini menyebabkan peningkatan curah jantung yang dipompakan ke otak, sehingga denyut jantung dan aliran darah ke otak meningkat (12), (14).

Mengunyah (mastikasi) adalah memecahkan partikel makanan yang besar dan mencampur makanan dengan sekret kelenjar air liur (2). Mengunyah permen karet menghasilkan kontraksi otot yang ritmis. Mengunyah dapat meningkatkan kecepatan dalam mengerjakan tes dengan meningkatkan aktifitas hippocampus dan area prefrontal cortex cerebri , yang penting untuk proses kognisi. Mengunyah mengaktifkan regio orris dari cortex sensorimotor primer, area motoric, insula, dan cerebellum (15), (5), (16).

Para peneliti membuktikan bahwa peran dari mengunyah meningkatkan memori jangka pendek yang dipercaya meningkatkan denyut nadi dan


(2)

aliran darah yang kemudian menambah asupan jumlah oksigen ke dalam otak. Hal inilah yang meningkatkan fungsi otak (14). Mengunyah permen karet dapat meningkatkan pengiriman glukosa untuk memperbaiki kognitif (17) . Oral sensory stimulation seperti mengunyah bisa merupakan suatu stimulus bagi aktivitas sel beta pankreas sehingga pada waktu mengunyah sel pankreas akan mensekresikan insulin untuk mengantisipasi makanan yang akan dicerna(18), (19). Dahulu insulin dianggap tidak berperan pada otak, tetapi sekarang banyak penelitian menunjukkan bahwa insulin dan reseptornya pada otak mempunyai peran penting dalam proses pembentukan memori (7).

Insulin diproduksi oleh pankreas dan telah diketahui bahwa insulin dapat melewati sawar darah otak melalui reseptor spesifik dengan mekanisme transport aktif / receptor-mediated transcytosis (20),(21). Pada

hippocampus dan cortex cerebri, insulin berhubungan dengan fungsi kognisi. Insulin memodulasi aktivitas dari reseptor eksitasi dan inhibisi, termasuk glutamat dan reseptor asam -aminobutirat (GABA) dan mengaktivasi 2 proses biokimia: jalur shc-ras-MAPK (mitogen-activated protein kinase) dan jalur PI3K (phosphoinositide 3-kinase)/PKC, keduanya ini terlibat dalam proses pembentukan memori (7).

SIMPULAN

Mengunyah permen karet meningkatkan memori jangka pendek.

SARAN

1. Untuk pelajar dan mahasiswa dapat dibiasakan mengunyah permen karet pada waktu belajar agar memori jangka pendek meningkat.

2. Dalam belajar, sebaiknya

mahasiswa membuat

rangkuman sendiri dengan menulis dan menyertakan gambar.

3. Para dosen pengajar hendaknya memberikan materi tidak hanya berupa kuliah lisan tetapi juga memberikan tulisan beserta gambar.

4. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan metode yang lebih canggih dan subyek penelitian dengan usia berbeda.

DAFTAR PUSTAKA

1. Sousa, David A. Bagamana Otak

Belajar. 4. Jakarta Barat : Indeks, 2012.

2. Ganong, William F. Buku Ajar

Fisiologi Kedokteran. 22. Jakarta : EGC, 2008.

3. Jensen, Eric. Pembelajaran Berbasis Otak. Jakarta Barat : Indeks, 2011. 4. Benefits of Chewing Gum: Oral Health and Beyond. Leveille, Gilbert, et al., et al. April 2008, FOOD SCIENCE, pp. 75-81.

5. Onozuka, Minoru, et al., et al.

Interactions Between Chewing and Brain Activity in Humans. Minoru Onozuka and Chen Tung Yen. Novel Trends in Brain Science. Switzerland : springer, 2008, pp. 99-113.

6. Occlusion and brain function: mastication as a prevention of cognitive dysfunction. Ono, Y., et al., et al. 2010, Journal of Oral Rehabilitation, Vol. 37, pp. 624-640.

7. Insulin and the insulin receptor in experimental models of learning and memory. Zhao, Wei Qin, et al., et al.

2004, European Journal of


(3)

8. Solso, Robert L., Maclin, Otto H. and

Maclin, M. Kimberly. Psikologi Kognitif.

Jakarta : Erlangga, 2007.

9. Shichida, Makoto. Misteri Otak Kanan.

Jakarta : PT Elex Media Komputindo, 2013.

10. Windura, Sutanto. 88 Cemilan Otak

Sehat. Jakarta : PT Elex Media Komputindo, 2012.

11. Sherwood, Lauralee. Fisiologi

Manusia. Jakarta : EGC, 2001.

12. Guyton, Arthur Cliffton and Hall,

John. Buku Ajar Fisiologi. New york :

elsevier, 2008.

13. Wibowo, Daniel S. Neuroanatomi

untuk Mahawiswa Kedokteran. Malang : Bayumedia, 2011.

14. Distribution of Cerebral Blood Flow during Gum-Chewing. Matuura,

Yasuyuki, et al., et al. 2012, Forma, Vol.

27, pp. 1-4.

15. Brain Activity and Human Unilateral Chewing. Quintero, A., et al., et al. 2012, JDR, Vol. 92, pp. 136-142.

16. Effect of Mastication on Human Brain Activity. Sakamoto, Kiwako, et al., et al.

2010, JAAM, pp. 153-160.

17. Role of glucose in chewing gum-related facilitation of cognitive function. Stephens,

Richard and Tunney, Richard J. 2004,

Appetite, Vol. 43, pp. 211-213.

18. Effect of oral sensory stimulation on C-peptide density. Hashimoto, K., et al., et al. Hawaii : s.n., 2004. the

neuroscience/TMJ program.

19. The Effects of Mastication on Insulin Secretion-Examination from the Ability to Masticate. Hideto, Matsuda, Kazuyoshi, Hashimoto and Toshio, Takiguchi.

2004, Japanese Journal of Clinical Physiology, Vol. 34, pp. 183-190. 20. Effects of Insulin on Brain Glucose Metabolism in Impaired Glucose Tolerance.

Hirvonen, Jussi, et al., et al. 2011, Diabetes, pp. 443-447.

21. Feng, Ji Ming, Lui, Philip C.W. and

Li, Jian Yi. Receptor-Mediated

Transport of Drugs Across the BBB. Drug Delivery to the Central Nervous System. Switzerland : Humana Press, 2010, Vol. 45, pp. 15-34.


(4)

80

DAFTAR PUSTAKA

Wilkinson, L., Scholey, A., & Wesnes, K. 2002. Chewing gum selectively

improves aspects of memory. Appetite, 235-236.

Chewing

gum

facts.

2013

.

Retrieved

from

http://www.chewinggumfacts.com/chewing-gum-history/history-of-chewing-gum/

lotteconfectionery pilipinas,corp. 2013 . Retrieved from lottexylitolgum:

http://www.lottexylitolgum.com/about.php

Xylitol. 2013 . Retrieved from Xylitol:

http://www.xylitol.org/questions-about-xylitol

Chiu, S. L., & Cline, H. T. 2010 . Insulin receptor signaling in the development of

neuronal structure and function. Neuronal Development, 5-7. Retrieved

from http://www.neuraldevelopment.com/content/5/1/7

Drake, R. L., Vogl, A. W., & Mitchell, A. W. 2010 . Gray's Anatomy for

students. Canada: Churchill Livingstone Elsevier.

Dubuc, B. 2013 . mcgill. Retrieved from http://thebrain.mcgill.ca

Feng, J. M., Lui, P. C., & Li, J. Y. 2010. Receptor-Mediated Transport of Drugs

Across the BBB. In Drug Delivery to the Central Nervous System (Vol.

45, pp. 15-34). Switzerland: Humana Press.

doi:10.1007/978-1-60761-529-3_2

Ganong, W. F. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 22. Jakarta: EGC.

Guyton, A. C., & Hall, J. 2008. Buku Ajar Fisiologi.Jakarta : EGC.

Hashimoto, K., Ito, Y., Yoshida, M., Matsuda, H., & Takada, K. 2004 . Effect of

oral sensory stimulation on C-peptide density. the neuroscience/TMJ

program.

Hawaii.

Retrieved

from

http://iadr.confex.com/iadr/2004Hawaii/techprogram/abstract_39785.htm

Hideto, M., Kazuyoshi, H., & Toshio, T. 2004 . The Effects of Mastication on

Insulin Secretion-Examination from the Ability to Masticate. Japanese

Journal of Clinical Physiology. 34, 183-190.

Hirvonen, J., Virtanen, K. A., Nummenmaa, L., Hannukainen, J. C., Honka, M. J.,

Bucci, M., Nuutila, P. 2011 . Effects of Insulin on Brain Glucose

Metabolism in Impaired Glucose Tolerance. Diabetes, 443-447.


(5)

81

Junqueira, L. C., & Carneiro, J. 2007 . Histologi Dasar. Jakarta: EGC.

Leveille, G., Alcantara, E., McMahon , K., & Zibell, S. 2008 . Benefits of

Chewing Gum: Oral Health and Beyond. FOOD SCIENCE, 75-81.

Retrieved Descember 20, 2012, from http://www.nursingcenter.com

Mateti, U. V., Adla, N., Rajakannan, T., & Valakkathala, R. 2011 . Insulin

chewing gum: Need of the day for diabetic patients. International Journal

of Pharmaceutical Investigation, 1, 131-134.

Matuura, Y., Taniguchi, T., Sugiura, A., Miyao, M., & Takada, H. 2012 .

Distribution of Cerebral Blood Flow during Gum-Chewing. Forma. 27,

1-4.

Retrieved

Descember

23,

2012,

from

http://www.scipress.org/journals/forma/pdf/2701/27010001.pdf

Ono, Y., Yamamoto, T., Yakubo, K., & Onozuka, M. 2010. Occlusion and brain

function: mastication as a prevention of cognitive dysfunction. Journal of

Oral Rehabilitation. 37, 624-640.

Onozuka, M., Watanabe, K., Hirano, Y., Tachibana, A., Ono, Y., Kim, W.,

Kanematsu, K. 2008 . Interactions Between Chewing and Brain Activity in

Humans. In M. Onozuka, & C. T. Yen, Novel Trends in Brain Science (pp.

99-113). Switzerland: springer.

Quintero, A., Ichesco, E., Myers, C., Schutt, R., & Gerstner, G. 2012 . Brain

Activity and Human Unilateral Chewing. JDR. 92, 136-142. Retrieved

from

http://jdr.sagepub.com/content/early/2012/10/25/0022034512466265.full

Saito, S., Sakata, T., & Onozuka, M. 2003. Clearing up the mysterious

relationship between chewing and brain. Nature Interface. 14, 34-39.

Sakamoto, K., Nakata, H., Yumoto, M., & Kakigi, R. 2010. Effect of Mastication

on Human Brain Activity. JAAM, 153-160.

sherwoodd, l. l. 2001 . human physiology. Jakarta: EGC.

Sousa, D. A. 2012 . Bagamana Otak Belajar. Edisi 4 . Jakarta Barat: Indeks.

Stephens, R., & Tunney, R. J. 2004 . Role of glucose in chewing gum-related

facilitation of cognitive function. Appetite. 43, 211-213.

Thomson, H. 2007 . oklusi. Jakarta: EGC.

Tortora, G. J., & Derrickson, B. 2009 . Principles of Anatomy & Physiology.

USA: John Wiley & Sons. Inc.

Wibowo, D. S. 2011 . Neuroanatomi untuk Mahawiswa Kedokteran. Malang:

Bayumedia.


(6)

82

Windura, S. 2012 . 88 Cemilan Otak Sehat. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

wrigley. (n.d.)., from wrigley: http://www.wrigley.com/global/about-us.aspx

Zhao, W. Q., Chen, H., Quon, M. J., & Alkon, D. L. 2004 . Insulin and the insulin

receptor in experimental models of learning and memory. European

Journal of Pharmacology. 490, 71-81.

Benner, M. T. 2006. Effects of Chewing Gum on Memory of Studied Words. The

Journal of the Honors Program.

Shichida, M. 2013. Misteri Otak Kanan. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Solso, R. L., Maclin, O. H., & Maclin, M. K. 2007. Psikologi Kognitif. Jakarta: