Pengaruh Pemberian Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia mangostana L.) dalam Mencegah Kerusakan Histopatologi Ginjal Tikus Putih (Rattus norvegicus) yang Diinduksi Gentamisin.

BAB I
PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah
Peningkatan

pemakaian

tanaman

obat

sejalan

dengan

berkembangnya industri jamu atau obat tradisional, farmasi, kosmetik,
makanan dan minuman (Syukur dan Hernani, 2002). Selain mudah dan
murah, tanaman obat memiliki efek samping yang jauh lebih rendah

efek sampingnya dibandingkan obat-obatan kimia, dikarenakan
kandungan alamiah yang dimilikinya (Muslihah, 2004). Salah satu
tanaman obat yang saat ini sedang banyak dikembangkan adalah
manggis. Manggis memiliki banyak khasiat, berbagai penelitian
menunjukkan bahwa ekstrak kulit buah manggis yang mengandung
senyawa xanthone

memiliki aktivitas antialergi,

antiinflamasi,

antioksidan, antikanker, antimikroorganisme, antiaterosklerosis, dan
bahkan anti-HIV (Nakatani et al., 2002; Suksamrarn et al., 2003;
Nugroho, 2008).
Zat yang paling bermafaat dalam kulit manggis bagi kesehatan
manusia adalah xanthone, terdapat 40 jenis xanthone, namun yang
paling baik adalah alfa-mangostin, gamma-mangostin dan garsinon-E,
karena merupakan senyawa xanhtone yang paling aktif. Manggis
memiliki nilai kandungan xanthone mencapai 17.000-20.000 ORAC
(Oxygen Radical Absorbance Capasity) per 100 ons (sekitar 2.835 g


1

2

kulit), lebih besar dari wortel dan jeruk yang kadarnya hanya 300
ORAC dan 2.400 ORAC. ORAC merupakan kemampuan antioxidan
menetralkan radikal bebas. Bedasarkan hal tersebut, manggis memilki
potensi dalam menangkal radikal bebas yang masuk ke dalam organ
tubuh manusia termasuk ginjal (Mardiana, 2011).
Ginjal memiliki fungsi yang sangat penting dalam proses
metabolisme tubuh. Tanpa adanya ginjal, tubuh manusia tidak dapat
menjaga keseimbangan normalnya (homeostasis) (Sherwood, 2001).
Selain itu, tubuh manusia juga tidak akan bisa membuang zat-zat racun
bagi tubuh, baik yang diproduksi tubuh manusia sendiri, maupun dari
zat asing, seperti obat-obatan, zat pewarna, pemanis, pengawet, dan
lain-lain (Guyton dan Hall, 2007).
Penyakit ginjal kronik adalah suatu proses patofisiologis dengan
etiologi yang beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang
progresif, dan pada umumnya berakhir dengan gagal ginjal bahkan

kematian. Penyakit gagal ginjal tersebut adalah penyakit yang sangat
berbahaya dikarenakan perubahan struktur yang irreversible (tidak
dapat kembali seperti struktur ginjal yang normal) (Suwitra, 2009).
Insidensi gagal ginjal kronik di Indonesia diduga sebesar 100-150
tiap 1 juta penduduk per tahun. Jika dibandingkan dengan penyakit
jantung koroner, stroke, Diabetes Mellitus dan kanker, angka gagal
ginjal kronik di Indonesia ini jauh lebih kecil, akan tetapi
menimbulkan masalah besar oleh karena biaya pengobatan yang mahal

3

dan berjangka lama. Pada tahun 2000 terdapat sebanyak 2.617 pasien
dengan hemodialisis dengan beban biaya yang ditanggung oleh Askes
sebesar Rp 32,4 milyar dan pada tahun 2004 menjadi 6.314 kasus
dengan biaya Rp 67,2 milyar (Bakri, 2005).
Saat ini, ada beberapa tata cara dalam penatalaksanaan gagal
ginjal kronik. Di antaranya, terapi spesifik terhadap penyakit dasarnya,
mencegah dan memperlambat perburukan fungsi ginjal, pencegahan
terhadap penyakit kardiovaskular dan komplikasi, dan transplantasi
ginjal pada tahap akhir. Dari semua pilihan terapi tersebut, semuanya

bertujuan untuk mencegah agar kondisi ginjal tidak semakin
memburuk. Karena pada penyakit gagal ginjal kronik, kondisi ginjal
yang sudah rusak tidak dapat kembali normal kembali (Suwitra, 2009).
Etiologi penyakit gagal ginjal kronik sangat beragam, hal tersebut
dipengaruhi oleh berbagai faktor pencetus yang umumnya berlangsung
dalam jangka panjang. Salah satu penyebab tersering adalah
penggunaan obat-obatan kimia yang berefek samping terhadap organ
ginjal dalam waktu lama. Menurut Francescato et al. (2012), penelitian
eksperimental dan klinis telah membuktikan bahwa pengobatan dengan
gentamisin dapat menimbulkan efek inflamasi yang menyebabkan
terjadinya nekrosis tubular yang dapat berakibat gagal ginjal yang
bersifat akut dan akhirnya dapat menjadi gagal ginjal kronis. Hal ini
dikarenakan salah satu efek samping dari gentamisin yang dapat
merusak sel nefron ginjal. Sedangkan, menurut Nakatani et al. (2002)

4

yang melakukan suatu percobaan terhadap manfaat kulit manggis,
menunjukkan bahwa kandungan zat xanthone pada kulit manggis dapat
menghambat terjadinya proses inflamasi pada sel tubular ginjal.

Teknik dalam mendiagnosis pada penyakit gagal ginjal kronis
salah satunya adalah dengan biopsi ginjal yang bertujuan untuk
melakukan pengamatan histopatologi terhadap ginjal yang sudah rusak
(Price dan Wilson, 2005). Pemeriksaan ini sangat penting karena dapat
memberikan gambaran detail secara mikroskopis dan bertujuan untuk
mengetahui etiologi, menetapkan terapi, prognosis, dan mengevaluasi
hasil terapi (Suwitra, 2009).
Berdasarkan uraian tersebut, peneliti ingin mengetahui efek
pemberian ekstrak kulit manggis dalam mencegah kerusakan
histopatologi ginjal tikus putih (Rattus norvegicus) yang diinduksi
gentamisin sebagai suatu obat kimia yang dapat menyebabkan
nefrotoksik.
B.

Perumusan Masalah
Adakah pengaruh pemberian ekstrak kulit manggis (Garcinia
mangostana L.) dalam mencegah kerusakan histopatologi ginjal tikus
putih (Rattus norvegicus) yang diinduksi gentamisin.

C.


Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian
ekstrak kulit manggis (Garcinia mangostana L.) dalam mencegah

5

kerusakan histopatologi ginjal tikus putih (Rattus norvergicus) yang
diinduksi gentamisin.
D.

Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini dapat memberikan informasi ilmiah tentang
pengaruh pemberian ekstrak kulit manggis (Garcinia mangostana
L.) dalam mencegah kerusakan histopatologi ginjal tikus putih
(Rattus norvegicus) yang diinduksi gentamisin.
2. Manfaat Aplikatif
Penelitian ini dapat dijadikan dasar bagi tahap penelitian lebih
lanjut untuk mengembangkan manfaat dari ekstrak kulit manggis

(Garcinia mangostana L.) sebagai terapi herbal untuk memberikan
perlindungan terhadap ginjal sebagai organ vital manusia yang
kerap terpapar zat racun, salah satunya dari obat-obatan.

Dokumen yang terkait

Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol Kulit Manggis (Garcinia mangostana L) terhadap Perubahan Kadar Enzim AST, ALT serta Perubahan Makroskopik dan Histopatologi Hati Mencit Jantan (Mus musculus L) strain DDW setelah diberi Monosodium Glutamate (MSG) diban

1 68 118

Pengaruh Penambahan Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia X Mangostana L.) Terhadap Nilai Spf Krim Tabir Surya Kombinasi Avobenson Dan Oktil Metoksisinamat

4 100 106

Pengaruh Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia mangostana L.) terhadap Gambaran Histopatologis Lambung Tikus (Rattus norvegicus L.) Jantan yang Dipapari Kebisingan

2 103 56

Pengaruh Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia mangostana L.) terhadap Hitung Leukosit dan diferensiasi Leukosit Tikus (Rattus noevegicus L.) Jantan Setelah Dipapari Kebisingan

0 58 58

Pengaruh Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia mangostana L.) Terhadap Fungsi Hati, Jumlah Eritrosit dan Kadar Hemoglobin Tikus (Rattus norvegicus) yang Dipapari dengan Karbon Tetraklorida (CCl4)

3 53 59

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL 40% KULIT MANGGIS (Garcinia Mangostana L.) TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI HEPAR DAN GINJAL TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) JANTAN GALUR Sprague Dawley YANG DIINDUKSI ISONIAZID

3 44 72

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL 40% KULIT MANGGIS (Garcinia mangostana L.) TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI GINJAL TIKUS PUTIH JANTAN YANG DIINDUKSI RIFAMPISIN

2 30 64

EFEKTIVITAS EKSTRAK KULIT MANGGIS (Garcinia mangostana) TERHADAP KADAR LDL TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) YANG DIINDUKSI ALLOXAN

0 3 68

pengaruh ekstrak kulit manggis (Garcinia mangostana Linn.) dalam mencegah peningkatan kdar kreatinin darah pada tikus putih (Rattus Norvegicus) galur wistar yang diinduksi gentamisin.

0 0 3

PENGARUH EKSTRAK KULIT MANGGIS (Garcinia mangostana Linn.) DALAM MENCEGAH PENINGKATAN KADAR BLOOD UREA NITROGEN PADA TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) GALUR WISTAR YANG DIINDUKSI GENTAMISIN.

0 0 10