PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK TERHADAP KEMAMPUAN DASAR BEKERJA ILMIAH SISWA SMA PADA KONSEP PENCEMARAN.
PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK TERHADAP KEMAMPUAN DASAR BEKERJA ILMIAH SISWA SMA PADA KONSEP PENCEMARAN
SKRIPSI
diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Biologi
oleh
GINAR RANITAPURI SALIM 0807584
JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
(2)
Ilmiah Siswa SMA pada Konsep
Pencemaran
Oleh
Ginar Ranitapuri Salim
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
© Ginar Ranitapuri Salim 2014 Universitas Pendidikan Indonesia
Juli 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.
(3)
GINAR RANITAPURI SALIM
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK TERHADAP KEMAMPUAN DASAR BEKERJA ILMIAH SISWA SMA PADA KONSEP
PENCEMARAN
disetujui dan disahkan oleh pembimbing :
Pembimbing I
Prof., Dr. H. Suroso Adi Yudianto, M.Pd NIP. 195305221980021001
Pembimbing II
Kusnadi, S.Pd, M.Si NIP. 196805091994031001
Diketahui oleh,
Ketua Jurusan Pendidikan Biologi
Dr. H. Riandi, M.Si. NIP. 196305011988031002
(4)
DAFTAR ISI
PERNYATAAN ... i
ABSTRAK ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Penelitian ... 1
B. Rumusan Masalah Penelitian ... 5
C. Batasan Masalah ... 5
D. Tujuan Penelitian ... 5
E. Manfaat Penelitian ... 6
BAB II Model Pembelajaran Berbasis Proyek dan Kemampuan Dasar Bekerja Ilmiah Siswa Pada Konsep Pencemaran ... 8
A. Pembelajaran Berbasis Proyek ... 8
B. Kemampuan Dasar Bekerja Ilmiah ... 17
C. Konsep Pencemaran ... 22
D. Kerangka Pemikiran ... 32
E. Hipotesis ... 33
BAB III METODE PENELITIAN ... 34
A. Lokasi Penelitian ... 34
B. Populasi dan Sampel... 34
C. Desain Penelitian ... 34
D. Metode Penelitian ... 35
E. Definisi Operasional ... 36
F. Instrumen Penelitian ... 37
G. Proses Pengembangan Instrumen ... 41
(5)
vi
I. Analisis Data ... 54
J. Prosedur Penelitian ... 58
K. Alur Penelitian ... 61
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 62
A. Hasil Penelitian ... 62
1. Kemampuan Dasar Bekerja Ilmiah ... 63
2. Penguasaan Konsep ... 72
3. Tanggapan Siswa ... 74
B. Pembahasan ... 78
1. Peningkatan Kemampuan Dasar Bekerja Ilmiah pada Konsep Pencemaran ... 78
2. Hasil Penguasaan Konsep Siswa pada Konsep Pencemaran ... 87
3. Tanggapan Siswa Terhadap Model Pembelajaran Berbasis Proyek ... 89
BAB V SIMPULAN DAN SARAN... 92
A. Simpulan ... 92
B. Saran ... 92
DAFTAR PUSTAKA ... 94
(6)
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Hasil Penelitian yang Relevan ... 4
Tabel 2.1 Indikator Kecerdasan Intelektual ... 19
Tabel 2.2 Indikator Kecerdasan Emosional ... 21
Tabel 2.3 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Materi Pencemaran ... 23
Tabel 3.1 Kisi-Kisi Instrumen Tes Tulis Kecerdasan Intelektual ... 38
Tabel 3.2 Kisi-Kisi Angket Kecerdasan Emosional ... 39
Tabel 3.3 Kisi-Kisi Soal Penguasaan Konsep ... 40
Tabel 3.4 Kisi-Kisi Kuesioner Tanggapan Siswa ... 41
Tabel 3.5 Kriteria Validitas Butir Soal ... 42
Tabel 3.6 Distribusi Butir Soal Berdasarkan Tingkat Validitas ... 43
Tabel 3.7 Kriteria Reliabilitas Soal ... 43
Tabel 3.8 Klasifikasi Indeks Diskriminasi ... 45
Tabel 3.9 Distribusi Butir Soal Berdasarkan Daya Pembeda ... 45
Tabel 3.10 Klasifikasi Tingkat Kesukaran ... 46
Tabel 3.11 Distribusi Butir Soal Berdasarkan Tingkat Kesukaran ... 47
Tabel 3.12 Kriteria Kualitas Pengecoh Tiap Butir Soal ... 48
Tabel 3.13 Rekapitulasi Hasil Analisis Butir Soal Kecerdasan Intelektual ... 49
Tabel 3.14 Distribusi Butir Soal Berdasarkan Tingkat Validitas ... 50
Tabel 3.15 Distribusi Butir Soal Berdasarkan Daya Pembeda ... 51
Tabel 3.16 Distribusi Butir Soal Berdasarkan Taraf Kesukaran ... 51
Tabel 3.17 Kriteria Kualitas Pengecoh Tiap Butir Soal ... 52
Tabel 3.18 Rekapitulasi Hasil Analisis Butir Soal Penguasaan Konsep ... 53
Tabel 3.19 Kriteria Indeks Gain ... 57
(7)
viii
Tabel 3.21 Perbandingan Pelaksanaan Model Pembelajaran Berbasis Proyek
dan Metode Pembelajaran Konvensional ... 60
Tabel 4.1 Rekapitulasi Statistik Hasil Tes Tulis Kecerdasan Intelektual Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 64
Tabel 4.2 Hasil Perhitungan N-gain Kecerdasan Intelektual Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 66
Tabel 4.3 Perbandingan Rata-Rata N-gain Kecerdasan Intelektual Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol pada Setiap Rumpun KDBI ... 66
Tabel 4.4 Tabel Perbandingan Peningkatan N-gain Kecerdasan Intelektual Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 67
Tabel 4.5 Rekapitulasi Statistik Hasil Kuesioner Kecerdasan Emosional Kelas Eksperimen dan Kelas kontrol ... 68
Tabel 4.6 Perbandingan Hasil Kuesioner Kecerdasan Emosional Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 70
Tabel 4.7 Perbandingan Peningkatan Kategori N-gain Kecerdasan Emosional Antara Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 71
Tabel 4.8 Rekapitulasi Hasil Statistik Tes Penguasaan Konsep Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 72
Tabel 4.9 Perhitungan Nilai N-gain Penguasaan Konsep Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 74
Tabel 4.10 Hasil Kuesioner Tanggapan Siswa Kelas Eksperimen ... 75
Tabel 4.11 Rekapitulasi Hasil Kuesioner Tanggapan Siswa ... 77
(8)
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Rumus Menentukan Validitas Soal ... 42
Gambar 3.2 Rumus Indeks Diskriminasi ... 44
Gambar 3.3 Klasifikasi Indeks Diskriminasi ... 45
Gambar 3.4 Rumus Indeks Kesukaran ... 46
Gambar 3.5 Rentang Indeks Kesukaran ... 46
Gambar 3.6 Rumus Menentukan Skor Siswa ... 54
Gambar 3.7 Rumus Indeks Gain ... 57
Gambar 3.8 Alur Penelitian... 61
Gambar 4.1 Grafik Perbandingan Rata-rata N-gain Kecerdasan Intelektual Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol pada Setiap Rumpun KDBI ... 67
Gambar 4.1 Grafik Perbandingan Hasil Kuesioner Kecerdasan Emosional Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol pada Setiap Rumpun KDBI ... 71
(9)
x
DAFTAR LAMPIRAN
A. INSTRUMEN PEMBELAJARAN
1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas eksperimen ... 97
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas kontrol ... 105
3. Lembar Kerja Siswa (LKS) Kelas eksperimen ... 111
4. Lembar Kerja Siswa (LKS) Kelas kontrol ... 118
B. INSTRUMEN PENELITIAN 1. Kisi-Kisi Soal Tes Tulis Kecerdasan intelektual ... 123
2. Kisi-Kisi Kuesioner Kecerdasan Emosional ... 134
3. Kisi-kisi Soal Penguasaan Konsep ... 136
4. Kisi-Kisi Soal Esai Penguasaan Konsep ... 142
5. Kuesioner Tanggapan Siswa ... 144
6. Rubrik Penilaian Produk ... 146
C. ANALISIS BUTIR SOAL 1. Analisis Butir Soal Kecerdasan Intelektual ... 148
2. Analisis Butir Soal Penguasaan Konsep ... 156
D. ANALISIS STATISTIK 1. Uji Statistik Tes Kecerdasan Intelektual ... 163
2. Uji Statistik Kecerdasan Emosional ... 166
3. Uji Statistik Penguasaan Konsep ... 172
E. DATA PENELITIAN 1. Rekapitulasi Hasil Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosional, dan Penguasaan Konsep Kelas Eksperimen ... 175
2. Rekapitulasi Hasil Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosional, dan Penguasaan Konsep Penilaian Kelas Kontrol ... 177
3. Rekapitulasi Hasil Kuesioner Tanggapan Siswa ... 179
F. SURAT PERIZINAN PENELITIAN 1. Surat Permohonan Izin Penelitian dan Uji Instrumen ... 188
2. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ... 189
G. DOKUMENTASI PENELITIAN 1. Dokumentasi Kegiatan Pembelajaran Kelas Kontrol ... 190
2. Hasil Produk Daur Ulang Kertas Kelas Kontrol ... 191
3. Dokumentasi Kegiatan Pembelajaran Kelas Eksperimen ... 192
(10)
ii
Penerapan Pembelajaran Berbasis Proyek Terhadap Kemampuan Dasar Bekerja Ilmiah Siswa SMA pada Konsep Pencemaran
Ginar Ranitapuri Salim 0807584
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh penerapan model pembelajaran berbasis proyek terhadap kemampuan dasar bekerja ilmiah siswa pada materi pencemaran. Metode yang digunakan adalah Quasi Experimental Design dengan desain nonequievalent control group design. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMA tahun ajaran 2012/2013. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling digunakan untuk memilih sampel sebanyak dua kelas yang dibagi menjadi kelas eksperimen dan kelas kontrol. Data hasil kemampuan dasar bekerja ilmiah aspek kecerdasan intelektual diperoleh melalui soal pilihan ganda (20 soal), sedangkan apek kecerdasan emosional siswa diperoleh melalui hasil kuesioner kecerdasan emosional (27 pertanyaan). Selain itu, diberikan tes penguasaan konsep, penugasan pembuatan produk dan poster, serta kuesioner tanggapan siswa sebagai data pendukung tambahan. Tes kecerdasan intelektual menunjukkan peningkatan N-gain yang tergolong rendah pada kedua kelas. Sedangkan hasil kuesioner kecerdasan emosional siswa dengan Independent Sample T-Test menunjukkan terdapat perbedaan rata-rata hasil kuesioner kecerdasan emosional siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol secara signifikan (=0,05). Hasil tes penguasaan konsep menunjukkan bahwa peningkatan N-gain kedua kelas tergolong rendah. Tanggapan siswa yang diperoleh melalui kuesioner tanggapan siswa menunjukkan respon yang positif terhadap pembelajaran berbasis proyek. Kesimpulan hasil penelitian ini yaitu bahwa melalui penerapan model pembelajaran berbasis proyek pada konsep pencemaran memberikan hasil peningkatan kecerdasan emosional siswa yang lebih baik dibandingkan kecerdasan intelektual.
Kata kunci : Kemampuan dasar bekerja ilmiah, pembelajaran berbasis proyek, konsep pencemaran.
(11)
Implementation of Project Based Learning Toward Basic Ability of Scientific Work of High School Students In Pollution Concept
Ginar Ranitapuri Salim 0807584
ABSTRACT
This study aims to identify project-based learning model implementation effect of toward students scientific work ability in pollution course. This research use Quasi Experimental Design, the exaclty design is nonequievalent control group design. The subjects of the research is senior high school students in one of Bandung, which is in X grade at 2012/2013. Purposive sampling is used to choose the sample of two classes are divided into the experimental class and the control class. The aspect of intelectual intelligence data obtained through multiple choice test, then emotional intellegence obtained through questionnaire. Beisde that student also given the concept mastery test, product and poster assignment, and student responses questionnaire as supporting data. The result shows that intelectual intelligence increase in N-gain, which is the score is low both the classes. After that according toindependent sample T-test shows that student emotional intelligence of experiment and control class has different averages both classes significant (=0,05) with low N-gain score. The result of concept mastery also shows the low N-gain score, but the students responses result shows a positive result. The difference result with rheoretical research influenced by several factors, both internal and external. The conclusion is this research shows that through the implementation of project based learning model for pollution concept increase the student emotional intelligence is better than intelectual intelligence.
Keywords: basic ability of scientific work, project-based learning, the concept of pollution.
(12)
1 Ginar Ranitapuri Salim, 2014
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Data Badan Pusat Statistik Pusat menunjukkan pada bulan Agustus 2013 diketahui sebanyak 1.681.945 orang lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA) menganggur tanpa pekerjaan dari total pengangguran terbuka sebanyak 7.388.737. Hal ini menunjukkan bahwa lulusan SMA belum siap untuk memasuki dunia kerja. Menurut Emma (2013), tingginya pengangguran di tingkat pendidikan SMA dapat disebabkan oleh minimnya permintaan dan ketidaksesuaian keterampilan. Sehingga pekerjaan yang tersedia tak sesuai dengan keterampilan angkatan kerja lulusan sekolah menengah atas.
Survei yang dilakukan Tempo (Khanafi, 2007) pada Januari 2007 menunjukkan bahwa kriteria pekerja super yang diinginkan dunia kerja yaitu mau bekerja keras (9,03%), kepercayaan diri tinggi (8,75%), mempunyai visi ke depan (8,37%), bisa bekerja dalam tim (8,07%), memiliki perencanaan yang matang (7,91%), mampu berpikir analitis (7,82%), mudah beradaptasi (7,12%), mampu bekerja dalam tekanan (5,91%), mampu mengorganisasi pekerjaan (5,26%), dan sebagainya. Nilai-nilai karakter yang menunjang karir seseorang dapat dikelompokkan dalam nilai-nilai dasar yang umum, seperti jujur, berterima kasih, konsisten, tanggung jawab, loyal atau memenuhi janji serta nilai-nilai teknis dalam bekerja seperti kreatif, pebelajar, inisiatif, mampu bekerja dalam tim, berpikir fleksibel, atau pemecah masalah (Siswono, 2013).
Hasil survei tersebut menunjukkan bahwa bukan hanya kemampuan akademik (intelektual) yang menentukan keberhasilan seseorang di dunia kerja, namun banyak faktor lainnya, diantaranya keterampilan dan kematangan emosi. Selaras dengan pendapat Achir (Muljatiningrum et al., 2008) kecerdasan intelektual tinggi masih dianggap kurang, disarankan agar diperkaya dengan kecerdasan emosional. Menurut berbagai penelitian intelligences questions (IQ)
(13)
2
hanya berperan dalam kehidupan manusia dengan besaran maksimum 20%, bahkan rata-ratanya hanya 6% (Stein dan Book, 2002). Oleh sebab itu sekolah sebagai sebuah lembaga pendidikan diharapkan dapat menghasilkan lulusan calon tenaga kerja yang profesional. Sesuai dengan salah satu indikator tercapainya visi pendidikan di SMA yaitu siswa memiliki daya saing dalam memasuki lapangan pekerjaan (Muhamimin et al., 2008).
Salah satu cara untuk mempersiapkan peserta didik memiliki kesiapan dalam menghadapi tantangan global adalah membekali siswa dengan kemampuan dasar bekerja ilmiah (KDBI). Kemampuan dasar bekerja ilmiah ini terdiri dari kecerdasan emosional dan kecerdasan intelektual (Rustaman, 2007). Menurut Rustaman (2010) kerja ilmiah perlu untuk dibekalkan kepada siswa sebagai bekal bertahan hidup selain bekal melanjutkan studi dan bekal bekerja.
Namun pembelajaran di sekolah selama ini lebih mengedepankan pengembangan kecerdasan intelektual sehingga kecerdasan emosional kurang dikembangkan (Rustaman, 2010). Padahal berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa kecerdasan emosional mampu membuat anak-anak bersemangat tinggi dalam belajar, disukai teman-temannya, serta akan membantu saat memasuki dunia kerja dan berkeluarga (Aunurrahman, 2012). Kenyataannya proses pembelajaran di sekolah masih terbatas pada aspek pengetahuan, ingatan, dan kemampuan berpikir logis atau berpikir konvergen, yaitu kemampuan menemukan satu jawaban paling tepat terhadap masalah yang diberikan berdasarkan informasi yang tersedia. Sehingga bila siswa dihadapkan pada suatu masalah siswa mengalami kesulitan untuk memecahkan masalah atau memberikan beberapa alternatif pemecahan masalah (Munandar, 1999).
Apabila kondisi ini dibiarkan dikhawatirkan lulusan pendidikan tidak memiliki bekal kecerdasan emosional yang dapat membantunya untuk menghadapi tantangan saat memasuki dunia pekerjaan. Perlunya melatih kemampuan dasar bekerja ilmiah dalam pelajaran sains karena sains dianggap menduduki posisi penting dalam pembangunan karakter masyarakat dan bangsa karena kemajuannya yang pesat, dapat ditransfer pada bidang lain, serta muatan nilai dan sikap di dalamnya (Rustaman, 2010). Terlebih karena kemampuan dasar
(14)
bekerja ilmiah merupakan perluasan metode ilmiah, yang diartikan sebagai
scientific inquiry yang diterapkan dalam tindakan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) maupun dalam kehidupan (Rustaman, 2007).
Salah satu konsep biologi yang sering menjadi permasalahan global adalah konsep pencemaran lingkungan. Permasalahan lingkungan dewasa ini telah semakin meningkat dan meluas. Konsep pencemaran lingkungan merupakan salah satu konsep yang diberikan di kelas X semester genap. Konsep pencemaran merupakan salah satu materi yang kontekstual dan selalu berkembang karena didukung oleh media informasi yang beragam, sehingga konsep-konsep pencemaran tidak hanya diperoleh siswa di sekolah tetapi dapat juga dari media informasi yang lain seperti koran, televisi, dan internet. Pencemaran adalah salah satu konsep biologi yang pembelajarannya dapat dilakukan dengan berbagai pengalaman belajar dan dapat memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar.
Melihat fenomena tersebut dibutuhkan suatu model pembelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan dasar bekerja ilmiah dan membangun sikap kemandirian siswa melalui konsep pencemaran lingkungan. Model project based learning (pembelajaran berbasis proyek) merupakan model pembelajaran yang menggunakan proyek atau kegiatan sebagai media (Rasto, 2013). Peserta didik diarahkan untuk melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi, sintesis dan informasi untuk menghasilkan berbagai bentuk hasil belajar. Model pembelajaran ini menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan pengalamannya dalam beraktivitas secara nyata (Rasto, 2013). Maka dari itu model pembelajaran berbasis proyek merupakan model pembelajaran yang sesuai untuk menyongsong abad ke-21 (Bell, 2010).
Pembelajaran berbasis proyek dapat berperan sebagai model pembelajaran yang dapat membantu meningkatkan potensi siswa. Hal ini terlihat dari beberapa penelitian mengenai penerapan pembelajaran berbasis proyek sebelumnya yang menunjukkan bahwa pembelajaran berbasis proyek cukup membantu dalam
(15)
4
proses belajar siswa. Adapun beberapan hasil penelitian yang relevan disajikan pada Tabel 1.1
Tabel 1.1 Hasil Penelitian yang Relevan dengan Penelitian
No Nama Tahun Judul Kesimpulan
1 Siska Hariyani
2013 Penerapan Model
project based learning
untuk meningkatkan penalaran logis siswa
pada konsep
pertumbuhan dan
perkembangan
Model project based learning pada konsep
pertumbuhan dan
perkembangan dapat
meningkatkan
kemampuan penalaran logis siswa SMP dengan kategori rendah.
2 Eva
Susanti dan
Zaenuddin Muchtar
2010 Pendekatan project based learning untuk Pembelajaran Kimia Koloid di SMA.
1. Project Based
Learning berpengaruh signifikan terhadap peningkatan hasil belajar kimia siswa pada poko bahasan kimia koloid
2. Pembelajaran melalui pendekatan project based learning pada pembelajaran kimia
koloid di SMA
memotivasi siswa lebih tinggi.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penelitian dilakukan dengan tujuan dapat membekali peserta didik dengan kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional untuk menyiapkan diri peserta didik memasuki dunia kerja melalui
(16)
model pembelajaran berbasis proyek. Oleh karena itu, penelitian ini mengambil judul “Penerapan Pembelajaran Berbasis Proyek Terhadap Kemampuan Dasar Bekerja Ilmiah Siswa SMA pada Konsep Pencemaran”. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan pelaksanaan pembelajaran biologi selanjutnya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka rumusan masalah penelitian ini adalah “Bagaimana penerapan modelpembelajaran berbasis proyek terhadap peningkatan kemampuan dasar bekerja ilmiah siswa SMA pada konsep pencemaran?”
Adapun yang menjadi fokus pertanyaan peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana peningkatan kemampuan dasar bekerja ilmiah siswa melalui penerapan model pembelajaran berbasis proyek?
2. Bagaimana hasil penguasaan konsep siswa melalui penerapan pembelajaran berbasis proyek pada konsep pencemaran?
3. Bagaimana tanggapan siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran berbasis proyek pada konsep pencemaran?
C. Batasan Masalah
Untuk menghindari meluasnya pembahasan, maka penelitian ini dibatasi pada hal-hal berikut:
1. Penelitian dilakukan di salah satu sekolah SMA Negeri yaitu SMAN X Bandung Kelas XI semester genap tahun ajaran 2012/2013 di kelas X-6. 2. Kemampuan dasar bekerja ilmiah yang dimaksud meliputi kecerdasan
intelektual dan kecerdasan emosional siswa.
3. Kecerdasan emosional diukur berdasarkan self assessment (evaluasi diri). 4. Model pembelajaran berbasis proyek menghasilkan produk bernilai
ekonomi dengan memanfaatkan sampah organik sesuai peminatan siswa.
(17)
6
Sesuai dengan pertanyaan penelitian yang telah dikemukakan, adapun tujuan penelitian ini diantaranya:
1. Memperoleh informasi hasil peningkatan kemampuan dasar bekerja ilmiah siswa SMA melalui pembelajaran berbasis proyek pada konsep pencemaran.
2. Memperoleh informasi hasil penguasaan konsep siswa SMA melalui pembelajaran berbasis proyek pada konsep pencemaran.
3. Memperoleh informasi mengenai tanggapan siswa terhadap pelaksanaan model pembelajaran berbasis proyek pada konsep pencemaran.
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi dunia pendidikan yaitu:
1. Bagi Peneliti
Bagi peneliti, penelitian ini bermanfaat sebagai sarana untuk mempraktikkan teori-teori yang diperoleh selama di bangku kuliah dengan kenyataan di sekolah dan sebagai bekal peneliti dalam mempersiapkan diri sebagai pengajar.
2. Bagi sekolah
Bagi sekolah, penelitian ini dapat memberikan sumbangan yang baik bagi sekolah dalam rangka perbaikan proses pembelajaran guna peningkatan kualitas pembelajaran biologi. Selain itu juga memotivasi kepada guru-guru agar menerapkan model pembelajaran berbasis proyek dalam kegiatan belajar mengajar.
3. Bagi guru
Manfaat penelitian ini terhadap guru diantaranya:
a. Membantu guru dalam pemilihan model pembelajaran yang sesuai sehingga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran yang lebih menarik minat dan motivasi siswa.
b. Menjadi referensi dalam pemilihan model pembelajaran yang dimaksudkan untuk meningkatkan keterampilan siswa.
(18)
c. Dapat lebih menciptakan suasana kelas yang menerapkan nilai-nilai ilmiah serta meningkatkan kemampuan guru tersebut.
4. Bagi siswa
Manfaat Penelitian ini bagi siswa diantaranya: a. Meningkatkan minat dan motivasi belajar.
b. Mendorong siswa untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran. c. Memberikan bekal keterampilan menciptakan produk kepada siswa. 5. Bagi peneliti lain
Bagi peneliti lain penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi penelitian selanjutnya.
(19)
34
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di salah satu SMA Negeri di Kota Bandung. Pemilihan lokasi penelitian ini didasarkan pada karakteristik sekolah yang merupakan sekolah berwawasan lingkungan yang sesuai dengan tujuan penelitian.
B. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk diperlajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2014). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X di salah satu SMA Negeri di Kota Bandung Tahun Ajaran 2012/2013.
Mengingat populasi yang cukup besar untuk memudahkan penelitian ini maka diambil dua kelas sebagai sampel. Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2014). Sampel ditentukan dengan teknik pengambilan sampel purposive sampling, dengan pertimbangan kedua kelas yang dipilih memiliki kesamaan karakter dan level kognitif yang sama. Sebagaimana dinyatakan oleh Sugiyono (2014) bahwa
purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sebagai sumber data dengan pertimbangan tertentu. Sampel dalam penelitian ini sebanyak dua kelas yang merupakan siswa kelas X-6 dan X-7 di salah satu SMAN di Kota Bandung Tahun Ajaran 2012/2013
C. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu “nonequivalent
control group design”. Pemilihan desain ini karena pada penelitian ini kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol tidak dipilih secara random (Sugiyono, 2014).
(20)
Ginar Ranitapuri Salim, 2014
Desain penelitian “nonequivalent control group design” menurut Sugiyono (2014) dirancang sebagai berikut.
Pola :
Kelompok Pretest Perlakuan Postest
Eksperimen 0І X 0Ї
Kontrol 0Ј 0Љ
Keterangan :
E = kelompok eksperimen K = kelompok kontrol
OІ = tes awal kelompok eksperimen OЇ = tes akhir kelompok eksperimen OЈ = tes awal kelompok kontrol OЉ = tes akhir kelompok kontrol
X = pembelajaran pada kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran berbasis proyek. Produk yang dibuat disesuaikan dengan peminatan siswa.
Y = pembelajaran pada kelas kontrol menggunakan model pembelajaran konvensional menggunakan metode ceramah, tanya jawab, dan penugasan
D. Metode Penelitian
Metode Quasi Experimental Design merupakan pengembangan dari true experimental design. Desain ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang memengaruhi pelaksanaan eksperimen (Sugiyono, 2014). Atas dasar sulitnya mengendalikan variabel-variabel lain yang memengaruhi penelitian maka metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Quasi Experimental Design. Eksperimen ini belum memenuhi persyaratan seperti cara eksperimen yang dapat dikatakan ilmiah mengikuti peraturan-peraturan tertentu (Arikunto, 2010) namun desain ini lebih baik dari pre-experimental design (Sugiyono, 2014).
(21)
36
Ginar Ranitapuri Salim, 2014
Metode penelitian ini melibatkan berbagai variabel. Variabel adalah segala sesuatu apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2014). Berdasarkan hubungan antar variabel maka macam-macam variabel dapat dibedakan diantaranya menjadi variabel bebas dan variabel terikat.
Variabel bebas adalah variabel yang memengaruhi atau yang menjadi sebab berubahnya atau timbulnya variabel terikat (Sugiyono, 2014). Variabel bebas pada penelitian ini adalah model pembelajaran yang digunakan, yaitu model pembelajaran berbasis proyek pada kelas eksperimen dan metode belajar konvensional (ceramah, tanya jawab, dan penugasan) pada kelas kontrol. sedangkan variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat adanya variabel bebas (Sugiyono, 2014). Variabel terikatnya adalah kemampuan dasar bekerja ilmiah.
E. Definisi Operasional
Untuk menghindari berbagai penafsiran terhadap definisi operasional yang digunakan dalam penelitian ini, maka penjelasan dari masing-masing definisi diantaranya:
1. Pembelajaran Berbasis Proyek
Pembelajaran berbasis proyek yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah model pembelajaran yang menekankan pemecahan masalah melalui tahapan kegiatan proyek sehingga akhirnya siswa dapat menghasilkan produk sebagai solusi terhadap pemecahan masalah yang dihadapi. Ciri khas utama model pembelajaran berbasis proyek pada penelitian ini yaitu dihasilkannya produk yang diharapkan memiliki nilai ekonomis sebagai solusi pemecahan masalah yang dihadapi siswa. Produk yang dibuat disesuaikan dengan peminatan siswa.
2. Kemampuan Dasar Bekerja Ilmiah
Kemampuan dasar bekerja ilmiah merupakan perluasan metode ilmiah dan yang terdiri dari kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional.
(22)
Ginar Ranitapuri Salim, 2014
Kecerdasan intelektual dalam penelitian ini adalah tingkat kemampuan siswa dalam menyelesaikan tes tulis kecerdasan intelektual yang diukur berdasarkan perolehan skor, sedangkan kecerdasan emosional adalah tingkat kecerdasan emosional siswa yang diukur melalui hasil rekapitulasi skor pada kuesioner evaluasi diri siswa. Ciri khas utama kemampuan dasar bekerja ilmiah yang membedakannya dengan keterampilan proses sains yaitu adanya penekanan pada pengembangan kecerdasan emosional, yang berperan dalam mengontrol emosi siswa dalam melakukan setiap tindakannya.
3. Konsep Pencemaran
Konsep pencemaran di tingkat SMA diberikan di kelas X (sepuluh) pada semester genap. Berdasarkan panduan penyusunan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) jenjang pendidikan dasar dan menengah (BSNP, 2006) materi ini berada dalam standar kompetensi menganalisis hubungan antara komponen ekosistem, perubahan materi dan energi serta peranan manusia dalam keseimbangan ekosistem, sedangkan kompetensi dasar yang harus dicapai yaitu :
a. Menjelaskan keterkaiatan antara kegiatan manusia dengan masalah perusakan/pencemaran lingkungan dan pelestarian lingkungan
b. Menganalisis jenis-jenis limbah dan daur ulang limbah c. Membuat produk daur ulang limbah.
F. Instrumen Penelitian
1. Tes Tulis Kecerdasan Intelektual
Tes tulis kecerdasan intelektual digunakan untuk mengukur tingkat kecerdasan intelektual siswa. Soal tes tulis kecerdasan intelektual berbentuk pilihan ganda yang terdiri dari 20 soal. Sebelum digunakan dalam penelitian, instrumen telah di judgement oleh tiga dosen kemudian direvisi dan diujicobakan pada siswa kelas XI IPA 3. Hasil ujicoba direvisi kemudian diujicobakan kembali kepada siswa kelas XI IPA 3. Tes tulis kecerdasan intelektual ini mewakili indikator-indikator pada rumpun kemampuan dasar
(23)
38
Ginar Ranitapuri Salim, 2014
bekerja ilmiah. Kisi-kisi instrumen tes tulis kecerdasan intelektual ditunjukkan pada Tabel 3.1
Tabel 3.1 Kisi-Kisi Instrumen Tes Tulis Kecerdasan Intelektual
No Indikator No
Soal
1 Observasi dan bertanya : mengumpulkan fakta relevan 1
2 Observasi dan bertanya : bertanya apa, mengapa, dan bagaimana 2 3 Observasi dan bertanya : bertanya berlatar belakang hipotesis 3 4 Observasi dan bertanya : mengajukan pertanyaan produktif 4 5 Merencanakan percobaan/penyelidikan : mengendalikan variabel 5 6 Merencanakan percobaan/penyelidikan : mengidentifikasi
variabel
6, 12
7 Merencanakan percobaan/penyelidikan : berhipotesis 7
8 Merencanakan percobaan/penyelidikan : menentukan tujuan, alat/ bahan, dan prosedur
8, 9, 10,
9 Merencanakan percobaan/penyelidikan : membuat desain 11
10 Merencanakan percobaan/penyelidikan : mengalokasikan waktu 17 11 Melaksanakan percobaan/penyelidikan : mengelompokkan
(klasifikasi)
18
12 Melaksanakan percobaan/penyelidikan : interpretasi (termasuk menyimpulkan)
19
13 Mengomunikasikan : membaca grafik/tabel/bagan 13
14 Melaksanakan percobaan/penyelidikan : meramalkan (prediksi) 14
15 Mengomunikasikan : membuat grafik/tabel/bagan 16
16 Menerapkan : menerapkan pada situasi baru 15
17 Menerapkan : menjelaskan peristiwa dengan konsep 20
2. Kuesioner Kecerdasan Emosional
Kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden
(24)
Ginar Ranitapuri Salim, 2014
untuk dijawab (Sugiyono, 2014). Kuesioner diberikan dalam bentuk self assessment (penilaian diri) mengenai kemampuan kecerdasan emosionalnya dengan skala penilaian Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Penilaian diri adalah suatu teknik penilaian yang dilakukan oleh siswa sendiri, berkaitan dengan status, proses, dan tingkat pencapaian kompetensi yang dipelajarinya dalam mata pelajaran tertentu didasarkan atas kriteria atau acuan yang telah disiapkan (Arikunto, 2012). Pertanyaan yang diajukan sesuai dengan indikator pada rumpun kemampuan dasar bekerja ilmiah. Kisi-kisi kuesioner kecerdasan emosional disajikan pada Tabel 3.2
Tabel 3.2 Kisi-kisi Kuesioner Kecerdasan Emosional.
No Indikator No. Soal
1 Observasi dan bertanya : Akurat 1
2 Observasi dan bertanya : Jujur 2
3 Observasi dan bertanya : Objektif 3
4 Observasi dan bertanya :Berani menanggung risiko 4
5 Merencanakan percobaan/penyelidikan: Teliti 5,6
6 Merencanakan percobaan/penyelidikan: Memiliki alternatif 7
7 Merencanakan percobaan/penyelidikan : Kritis 8
8 Melaksanakan percobaan /penyelidikan: Teliti 9,10
9 Melaksanakan percobaan /penyelidikan: Tekun 11,12,13
10 Melaksanakan percobaan /penyelidikan: Akurat 15
11 Melaksanakan percobaan /penyelidikan: Tidak mudah menyerah
16
12 Melaksanakan percobaan /penyelidikan: Berdasarkan data 14
13 Mengomunikasikan: kooperatif 17,18,19,20
14 Mengomunikasikan: Tidak memaksakan kehendak 22,23
(25)
40
Ginar Ranitapuri Salim, 2014
16 Mengomunikasikan: Teliti 24, 25
17 Menerapkan: Berdaya guna 26
18 Menerapkan: Tepat guna 27
3. Tes Penguasaan Konsep
Tes penguasaan konsep digunakan untuk mengukur pemahaman konsep siswa. Soal terdiri dari 10 butir soal pilihan ganda dan tiga soal uraian. Kisi-kisi soal penguasaan konsep disajikan pada Tabel 3.3
Tabel 3.3 Kisi-Kisi Soal Penguasaan Konsep
No Indikator No. Soal
1 Menghubungkan masalah pencemaran lingkungan
dengan usaha pelestarian lingkungan
1, 2, 3, 4, 1B, 2B
2 Membedakan jenis-jenis limbah 5, 6, 7, 8
3 Menjelaskan jenis-jenis daur ulang limbah 9
4 Membuat produk daur ulang limbah 10, 3B
4. Lembar Kerja Siswa
LKS digunakan untuk menuntun pelaksanaan proyek siswa pada kelas eksperimen, LKS yang diberikan pada kelas eksperimen ini terdiri dari Tujuan, Pendahuluan, Pertanyaan, Tugas, Kegiatan I yang terdiri dari Membuat Time Line, menuliskan Alat dan Bahan, Cara Kerja, Desain Produk, Perkiraan Nilai Ekonomi Produk, Keuntungan dan Kelemahan Produk, Catatan, dan petunjuk Sistematika Penulisan Poster. Sedangkan pada kelas kontrol LKS digunakan untuk menuntun siswa dalam melaksanakan praktikum terdiri dari Tujuan, Pendahuluan, Pertanyaan, Praktikum, dan Petunjuk Praktikum yang mencakup Tujuan Praktikum, Alat dan Bahan, serta Langkah Kerja.
(26)
Ginar Ranitapuri Salim, 2014
Kuesioner tanggapan siswa digunakan untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap pembelajaran yang dilakukan. Kuesioner terdiri dari 11 pertanyaan mengenai pelaksanaan pembelajaran berbasis proyek. Kisi-kisi kuesioner tanggapan siswa kelas eksperimen disajikan pada Tabel 3.4.
Tabel 3.4 Kisi-Kisi Kuesioner Tanggapan Siswa
No Indikator Pertanyaan
1 Mengetahui pembelajaran yang biasa dilakukan 1
2 Mengetahui perasaan/kesan siswa dalam pelaksanaan pembelajaran berbasis proyek
2,3,7
3 Mengetahui manfaat pembelajaran berbasis proyek 4,8
4 Mengetahui tahapan pembelajaran berbasis proyek yang paling disukai siswa
5
5 Mengetahui tahapan pembelajaran berbasis proyek yang paling sulit bagi siswa
6
6 Kendala yang dihadapi selama pelaksanaan pembelajaran berbasis proyek
9
7 Saran dalam pelaksanaan pembelajaran berbasis proyek
10
8 Mengetahui waktu yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan proyek
11
G. Proses Pengembangan Instrumen
Sebelum digunakan dalam pembelajaran, instrumen dijudgement oleh tiga dosen ahli kemudian diuji instrumen kepada siswa kelas XI. Instrumen kemudian direvisi berdasarkan hasil uji instrumen hingga selanjutnya diuji kembali di kelas yang sama.
1. Tes Tulis Kecerdasan Intelektual a. Uji Validitas Soal (Kesahihan)
(27)
42
Ginar Ranitapuri Salim, 2014
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah. (Arikunto, 2010)
Sebuah Instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat (Arikunto, 2010). Validitas soal dapat ditentukan melalui rumus yang ditunjukkan pada Gambar 3.1
Gambar 3.1 Rumus Menentukan Validitas Soal Keterangan :
rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y, dua variabel yang dikorelasikan ( x = X – X dan y = Y - Ȳ).
xy = jumlah perkalian x dengan y x² = kuadrat dari x
y² = kuadrat dari y
Hasil perhitungan data tersebut selanjutnya diinterpretasi dengan kriteria yang ditunjukkan pada Tabel 3.5.
Tabel 3.5 Kriteria Validitas Butir Soal
Nilai Arti
0,80 – 1,00 Sangat Tinggi
0,60 – 0,80 Tinggi
0,40 – 0,60 Cukup
0,20 – 0,40 Rendah
0,00 – 0,20 Sangat Rendah
(28)
Ginar Ranitapuri Salim, 2014
Proses uji validitas soal ini dibantu dengan menggunakan software
ANATES 4.0.9. Butir soal terpilih yang digunakan sebagai instrumen dalam pengambilan data memiliki sebaran validitas dari tinggi sampai rendah. Adapun distribusi sebaran validitas butir soal tercantum dalam Tabel 3.6.
Tabel 3.6 Distribusi Butir Soal Tes Tulis Kecerdasan Intelektual Berdasarkan Tingkat Validitas
Kategori Validitas Nomor Soal Banyak Soal Persentase
Tinggi 1,8 2 10%
Cukup 2,3,6,7,11,12,13,16,18,20 10 50%
Rendah 4,5,9,10,14,15,17,19 8 40%
Jumlah Soal 20 100%
b. Uji Reliabilitas Soal (Keajegan)
Reliabilitas suatu instrumen menunjukkan keajegan (konsistensi) hasil pengukuran instrumen seandainya instrumen tersebut digunakan oleh orang yang sama dalam waktu berlainan atau digunakan oleh orang yang berlainan di waktu yang sama (Arikunto, 2009). Lebih lanjut Arikunto menyatakan bahwa reliabilitas secara implisit juga mengandung obyektivitas karena hasil pengukurannya tidak terpengaruh oleh siapa pengukurnya.
Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui tingkat keajegan atau ketetapan hasil pengukuran soal (Arikunto, 2009). Proses uji reliabilitas ini dibantu dengan menggunakan software ANATES 4.0.9. Hasil pengolahan data reliabilitas soal selanjutnya diinterpretasikan menggunakan kriteria seperti yang tercantum pada Tabel 3.7.
Tabel 3.7 Kriteria Reliabilitas Soal
(29)
44
Ginar Ranitapuri Salim, 2014
0,80-1,00 Sangat Tinggi
0,60-0,80 Tinggi
0,40-0,60 Cukup
0,20-0,40 Rendah
0,00-0,20 Sangat rendah
(Arikunto,2009)
Dari perhitungan reliabilitas instrumen pilihan ganda kecerdasan intelektual yang telah diuji coba diperoleh nilai reliabilitas sebesar 0,67 hal ini menunjukkan bahwa instrumen tersebut reliabel dan termasuk pada kategori tinggi.
c. Daya Pembeda (Indeks Diskriminasi)
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai dengan siswa yang kurang pandai (Arikunto, 2012). Indeks diskriminasi soal dapat ditentukan melalui rumus yang ditunjukkan pada Gambar 3.2
Gambar 3.2 Rumus Indeks Diskriminasi Keterangan :
D = indeks diskriminasi J = jumlah peserta tes
JA = banyaknya peserta kelompok atas JB = banyaknya peserta kelompok bawah
BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar
(30)
Ginar Ranitapuri Salim, 2014
BB = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benar
PA = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar PB = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar
Hasil perhitungan indeks diskriminasi menggunakan rumus yang ditunjukkan pada Gambar 3.2 dapat diinterpretasikan sebagaimana ditunjukkan oleh Gambar 3.3 dan Tabel 3.8
Gambar 3.3 Klasifikasi Indeks Diskriminasi
Tabel 3.8 Klasifikasi Indeks Diskriminasi
Nilai Arti
<0,00 Sangat Jelek
0,00 – 0,20 Jelek
0,21 – 0,40 Cukup
0,41 – 0,70 Baik
0,71 – 1,00 Baik Sekali
(Arikunto, 2009)
Proses perhitungan indeks diskriminasi soal ini dibantu dengan menggunakan software ANATES 4.0.9. Berdasarkan hasil interpretasi diketahui bahwa butir soal terpilih yang digunakan dalam pengambilan data memiliki sebaran daya pembeda dari baik sekali sampai jelek sebagaimana tercantum dalam Tabel 3.9
Tabel 3.9 Distribusi Butir Soal Tes Tulis Kecerdasan Intelektual Berdasarkan Daya Pembeda
(31)
46
Ginar Ranitapuri Salim, 2014 Kategori Daya
Pembeda
Nomor Soal Banyak
Soal
Persentase
Baik Sekali 1 1 5%
Baik 4,6,7,8,9,11,12,13,15,16,18,19,20 13 65%
Cukup 2,3,10,14,17 5 25%
Jelek 5 1 5%
Jumlah Soal 20 100%
d. Taraf Kesukaran (Indeks Kesukaran)
Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar (Arikunto, 2009). Indeks kesukaran dapat ditentukan melalui rumus yang ditunjukkan pada Gambar 3.4
Gambar 3.4 Rumus Indeks Kesukaran Keterangan :
P = indeks kesukaran
B = banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan betul JS = jumlah seluruh siswa peserta tes
Besarnya indeks kesukaran antara 0,00 sampai dengan 1,0 dengan klasifikasi dari sukar hingga mudah sebagaimana terlihat pada Gambar 3.5.
(32)
Ginar Ranitapuri Salim, 2014
Nilai tingkat kesukaran yang telah diketahui kemudian diinterpretasi berdasarkan kriteria klasifikasi tingkat kesukaran yang ditunjukkan pada Tabel 3.10
Tabel 3.10 Klasifikasi Tingkat Kesukaran
Nilai Arti
0,00 – 0,30 Sukar
0,31 – 0,70 Sedang
0,71 – 1,00 Mudah
(Arikunto, 2009)
Hasil perhitungan ini diolah menggunakan software ANATES 4.0.9.Tingkat kesukaran butir soal terpilih yang digunakan tersebar mulai dari kriteria sukar sampai mudah. Distribusi tingkat kesukaran tiap butir soal tercantum dalam Tabel 3.11
Tabel 3.11 Distribusi Butir Soal Tes Tulis Kecerdasan Intelektual Berdasarkan Tingkat Kesukaran
Kategori Tingkat Kesukaran
Nomor Soal Banyak
Soal
Persentase
Sukar 5,12 2 10%
Sedang 1,6,7,8,9,11,15,16,17,19,20 11 55%
Mudah 2,3,4,10,13,14,18 7 35%
Jumlah Soal 20 100%
e. Kualitas Pengecoh
Kualitas pengecoh yang baik dapat diketahui dari pola jawaban siswa. Pola jawaban siswa adalah distibusi testee dalam hal menentukan pilihan jawaban pada soal bentuk pilihan ganda. Dari pola jawaban siswa dapat ditentukan apakah pengecoh berfungsi sebagai pengecoh dengan baik atau tidak. Pengecoh yang tidak dipilih sama sekali oleh testee
(33)
48
Ginar Ranitapuri Salim, 2014
berarti bahwa pengecoh itu jelek. Sebaliknya sebuah pengecoh dapat dikatakan berfungsi dengan baik apabila pengecoh tersebut mempunyai daya tari yang besar bagi pengikut-pengikut tes yang kurang memahami konsep atau kurang menguasai bahan (Arikunto, 2012).
Pengolahan kualitas pengecoh tiap butir soal dilakukan dengan menggunakan software ANATES versi 4.0.9. Data kualitas pengecoh yang muncul dalam output ANATES versI 4.0.9 diinterpretasikan pada kriteria yang terdapat dalam software ANATES versi 4.0.9.
Kriteria kualitas pengecoh tiap butir soal yang telah diolah menggunakan software ANATES 4.0.9 berbeda-beda pada setiap butir soal dan tersebar dari kriteria sangat buruk hingga sangat baik. Distribusi kualitas pengecoh tiap butir soal tercantum pada Tabel 3.12.
Tabel 3.12 Kriteria Kualitas Pengecoh Tiap Butir Soal
No Butir Asli
No Butir Baru
Kualitas Pengecoh
A B C D
1 1 Sangat
Buruk
Baik Kurang
3 2 Kurang Sangat
Buruk
Kurang
4 3 Buruk Baik Buruk
5 4 Buruk Sangat
Baik
Buruk
6 5 Buruk Sangat
Baik
Buruk
7 6 Baik Sangat
Baik
Sangat Baik
9 7 Sangat
Baik
Sangat Buruk
Buruk
22 8 Kurang Baik Sangat Baik
16 9 Baik Sangat
Baik
Baik
17 10 Sangat
Baik
Baik Buruk
19 11 Kurang Buruk Sangat
Baik
(34)
Ginar Ranitapuri Salim, 2014
20 12 Buruk Sangat
Buruk
Sangat Baik
12 13 Sangat
Buruk
Kurang Kurang
13 14 Buruk Kurang Sangat Buruk
15 15 Baik Sangat
Baik
Baik
14 16 Sangat
Buruk
Buruk Baik
21 17 Kurang Baik Sangat Buruk
24 18 Buruk Kurang Sangat Baik
11 19 Baik Kurang Kurang
25 20 Kurang Kurang Sangat Baik
Ket : = Kunci Jawaban
Hasil uji instrumen digunakan untuk menyeleksi soal yang akan digunakan sebagai evaluasi kecerdasan intelektual siswa. Dari 25 soal yang diujicoba dipilih 14 soal yang memenuhi kriteria berdasarkan
software ANATES 4.0.9 dan enam soal yang digunakan dengan revisi karena pertimbangan perlunya menilai indikator soal tersebut. Rekapitulasi keseluruhan hasil analisis setiap butir soal tes kecerdasan intelektual disajikan pada Tabel 3.13.
Tabel 3.13 Rekapitulasi Hasil Analisis Butir Soal Kecerdasan Intelektual
No. Butir Asli No Butir Baru
Reliabilitas Daya Pembeda Tingkat
Kesukaran Validitas Item Kes.
r11 Arti D Arti P Arti rxy Arti
1 1
0,67 Tinggi
83,33 Baik sekali
53,49 Sedang 0,648 Tinggi Digunakan
3 2 33,33 Cukup 81,4 Mudah 0,441 Cukup Digunakan
4 3 33,33 Cukup 90,7 Mudah 0,424 Cukup Digunakan
5 4 41,67 Baik 72,09 Mudah 0,325 Rendah Digunakan*
6 5 25 Jelek 20,93 Sukar 0,211 Rendah Digunakan*
(35)
50
Ginar Ranitapuri Salim, 2014
9 7 66,67 Baik 55,81 Sedang 0,522 Cukup Digunakan
22 8 66,67 Baik 51,16 Sedang 0,602 Tinggi Digunakan
16 9 41,67 Baik 48,84 Sedang 0,362 Rendah Digunakan*
17 10 33,33 Cukup 72,09 Mudah 0,299 Rendah Digunakan*
19 11 50 Baik 34,88 Sedang 0,424 Cukup Digunakan
20 12 58,33 Baik 25,58 Sukar 0,43 Cukup Digunakan
12 13 41,67 Baik 83,72 Mudah 0,448 Cukup Digunakan
13 14 25 Cukup 74,42 Mudah 0,332 Rendah Digunakan*
15 15 50 Baik 48,84 Sedang 0,408 Rendah Digunakan
14 16 58,33 Baik 62,79 Sedang 0,449 Cukup Digunakan
21 17 33,33 Cukup 46,51 Sedang 0,387 Rendah Digunakan
24 18 66,67 Baik 74,42 Mudah 0,556 Cukup Digunakan
11 19 50 Baik 53,49 Sedang 0,36 Rendah Digunakan*
25 20 50 Baik 46,51 Sedang 0,468 Cukup Digunakan
Keterangan:
* digunakan dengan revisi 2. Tes Penguasaan Konsep
a. Uji Validitas Soal (Kesahihan)
Sebagaimana tes kecerdasan intelektual, tes penguasaan konsep pun diuji validitas menggunakan software ANATES 4.0.9 untuk mengetahui keajegan setiap butir soal. Sebaran kualifikasi uji validitas pada setiap butir soal tersebar dari kriteria tinggi hingga rendah. Adapun sebaran uji validitas tercantum pada Tabel 3.14.
Tabel 3.14 Distribusi Butir Soal Penguasaan Konsep Berdasarkan Tingkat Validitas
Kategori Validitas
Nomor Soal Banyak
Soal
Persentase
Tinggi 3,10 2 20%
Cukup 1,2,4,5,6,8,9 7 70%
(36)
Ginar Ranitapuri Salim, 2014
Jumlah Soal 10 100%
b. Uji Reliabilitas
Perhitungan uji reliabilitas soal penguasaan konsep dihitung dengan menggunakan software ANATES 4.0,9. Hasil perhitungan reliabilitas instrumen pilihan ganda soal penguasaan konsep yang telah diujicobakan pada siswa kelas XI diperoleh nilai reliabilitas sebesar 0,72. Hal ini menunjukkan bahwa instrumen penguasaan konsep tersebut reliabel dan termasuk pada kategori tinggi.
c. Daya Pembeda (Indeks Diskriminasi)
Perhitungan daya pembeda tes penguasaan konsep dibantu software
ANATES 4.0,9. Sebaran klasifikasi daya pembeda pada tes penguasaan konsep tersebar dari kriteria baik sekali hingga kriteria cukup. Distribusi daya pembeda setiap butir soal tercantum dalam Tabel 3.15
Tabel 3.15 Distribusi Butir Soal Penguasaan Konsep Berdasarkan Daya Pembeda Kategori Daya
Pembeda
Nomor Soal Banyak
Soal
Persentase
Baik Sekali 10 1 10%
Baik 1,2,3,4,5,6,8,9 8 80%
Cukup 7 1 10%
Jumlah Soal 10 100%
d. Taraf Kesukaran (Indeks Kesukaran)
Perhitungan taraf kesukaran dihitung menggunakan software
ANATES 4.0,9. Sebaran tingkat kesukaran pada soal tes penguasaan konsep mulai dari kriteria sukar hingga mudah. Adapun distribusi soal berdasarkan taraf kesukaran tercantum dalam Tabel 3.16.
(37)
52
Ginar Ranitapuri Salim, 2014
Tabel 3.16 Distribusi Butir Soal Penguasaan Konsep Berdasarkan Taraf Kesukaran
Kategori Tingkat Kesukaran
Nomor Soal Banyak
Soal
Persentase
Sukar 1 1 10%
Sedang 2,3,4,5,6,7,10 7 70%
Mudah 8,9 2 20%
Jumlah Soal 10 100%
e. Kualitas Pengecoh
Kualitas pengecoh dihitung menggunakan software ANATES 4.0,9. Sebaran kualitas pengecoh pada tiap butir soal tersebar dari kriteria sangat buruk hingga kriteria sangat baik. Adapun sebaran kualifikasi kualitas pengecoh tercantum dalam Tabel 3.17
Tabel 3.17 Kriteria Kualitas Pengecoh Tiap Butir Soal Penguasaan Konsep
No Butir Asli No Butir Baru Kualitas Pengecoh
A B C D E
2 1 Kurang
Baik Kurang Baik Kurang Baik Kurang Baik
3 2 Baik Buruk Sangat
Baik
Buruk
5 3 Sangat
Baik
Sangat Baik
Buruk Buruk
6 4 Kurang
Baik
Baik Baik Sangat
Baik
12 5 Baik Baik Baik Sangat
Baik
23¹ 6 Buruk Sangat
Baik
Buruk -
11 7 Baik Sangat
Baik
Sangat Baik
Baik
13 8 Buruk Sangat
Buruk
Sangat Baik
Kurang Baik
14 9 Buruk Sangat
Baik
Kurang Baik
Kurang Baik
15 10 Buruk Buruk Sangat
Baik
Sangat Buruk
(38)
Ginar Ranitapuri Salim, 2014
Keterangan : ¹ Di uji cobakan pada kategori soal tes kecerdasan intelektual atas pertimbangan hasil judgment dipindahkan pada kategori penguasaan konsep karena mengandung unsur konsep
Hasil uji instrumen tersebut digunakan untuk memilih butir-butir soal yang akan digunakan sebagai evaluasi pengetahuan siswa dalam penelitian. Lima belas soal telah diujicoba kemudian dipilih delapan soal yang memenuhi kriteria signifikan berdasarkan software ANATES 4.0.9 dan dua soal yang digunakan dengan revisi karena pertimbangan perlunya menilai indikator soal tersebut dan berdasarkan hasil perhitungan paling mendekati kriteria signifikan. Rekapitulasi hasil keseluruhan analisis butir soal tes penguasaan konsep yang meliputi validitas, reliabilitas, daya pembeda, tingkat kesukaran, serta kesimpulan hasil seleksi item soal disajikan pada Tabel 3.18
(39)
54
Ginar Ranitapuri Salim, 2014
Tabel 3.18 Rekapitulasi Hasil Analisis Butir Soal Penguasaan Konsep
No. Butir Asli No Butir Baru
Reliabilitas Daya Pembeda Tingkat Kesukaran
Validitas Item
Kes.
r11 Arti D Arti P Arti Rxy Arti
2 1 0,72 Tinggi 58,33 Baik 27, 91 Sukar 0,424 Cukup Digunakan²
3 2 0,72 Tinggi 66,67 Baik 58,14 Sedang 0,521 Cukup Digunakan
5 3 0,72 Tinggi 66,67 Baik 67,44 Sedang 0,621 Tinggi Digunakan
6 4 0,72 Tinggi 66,67 Baik 62,79 Sedang 0,508 Cukup Digunakan
12 5 0,72 Tinggi 66,67 Baik 65,12 Sedang 0,597 Cukup Digunakan
23¹ 6 0,71 Tinggi 58,33 Baik 69,77 Sedang 0,456 Cukup Digunakan 11 7 0,72 Tinggi 25,00 Cukup 65,12 Sedang 0,325 Rendah Digunakan²
13 8 0,72 Tinggi 50,00 Baik 76,74 Mudah 0,519 Cukup Digunakan
14 9 0,72 Tinggi 41,67 Baik 76,74 Mudah 0,519 Cukup Digunakan
15 10
0,72 Tinggi 83,33 Baik Sekali
55,81 Sedang 0,619 Tinggi Digunakan
Keterangan :
¹ Di uji cobakan pada kategori soal tes kecerdasan intelektual atas pertimbangan hasil judgment dipindahkan pada kategori penguasaan konsep
² digunakan dengan revisi
H. Teknik Pengumpulan Data
Tahapan pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Memberikan soal pretest kecerdasan intelektual dan pretest penguasaan konsep pada siswa untuk mengetahui kemampuan awal siswa sebelum dilakukan kegiatan pembelajaran
2. Memberikan kuesioner awal kecerdasan emosional siswa kepada kedua kelas untuk mengetahui penilaian diri kedua kelas sebelum dilakukan kegiatan pembelajaran.
3. Memberikan pembelajaran menggunakan model pembelajaran berbasis proyek pada kelas eksperimen dan metode pembelajaran konvensional pada kelas kontrol
(40)
Ginar Ranitapuri Salim, 2014
4. Memberikan postest kecerdasan intelektual dan postest penguasaan konsep pada siswa untuk mengetahui kemampuan siswa setelah kegiatan pembelajaran.
5. Memberikan kuesioner akhir kecerdasan emosional setelah kegiatan pembelajaran untuk mengetahui penilaian diri siswa setelah kegiatan pembelajaran.
6. Memberikan kuesioner tanggapan siswa untuk mengetahui kesan, manfaat, dan kendala yang dirasakan selama pembelajaran dan saran untuk perbaikan pada kegiatan pembelajaran selanjutnya.
I. Analisis Data
Data yang diolah pada penelitian ini adalah data kemampuan dasar bekerja ilmiah, penguasaan konsep, serta tanggapan siswa terhadap model pembelajaran berbasis proyek.
1. Pengolahan data pretest dan postest
Mengolah data pretest dan postest tes kecerdasan intelektual dan penguasaan konsep dilakukan dengan beberapa langkah sebagai berikut:
a. Pemberian skor untuk pretest dan postest pada setiap butir soal b. Menghitung skor total untuk pretest dan postest dari seluruh butir
soal pada setiap siswa
c. Mengubah skor menjadi nilai dengan menggunakan rumus yang ditunjukkan Gambar 3.6
Gambar 3.6 Rumus Menentukan Skor Siswa
d. Data peningkatan kecerdasn intelektual dan penguasaan konsep siswa dapat diperoleh dari indeks N-gain.
(41)
56
Ginar Ranitapuri Salim, 2014
e. Setelah mendapatkan nilai normalisasi N-gain, maka data tersebut ditafsirkan ke dalam beberapa kriteria menurut Meltzer dan Hake (1999) yang ditunjukkan pada Tabel 3.19.
f. Mengolah data pretest, postest, dan N-gain menggunakan software
SPSS versi 16.00
2. Pengolahan Data Statistik
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan uji statistik terhadap hasil data pretes dan postest kecerdasan intelektual, penguasaan konsep, serta hasil kuesioner kecerdasan emosional siswa pada kelas kontrol dan kelas eksperimen menggunakan software SPSS versi 16.00. Langkah-langkah pengolahan data tersebut akan dijabarkan sebagai berikut:
a. Uji Prasyarat
Uji prasyarat merupakan pengujian awal untuk menentukan apakah pengujian hipotesis dilakukan dengan uji parametrik atau non parametrik. Uji prasyarat ini dilakukan dengan menggunakan software SPSS versi 16.00. Uji prasyarat ini meliputi uji normalitas dan uji homogenitas.
1) Uji Normalitas
Uji normalitas merupakan uji untuk menentukan apakah data berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas yang digunakan dalam SPSS versi 16.00 adalah uji
Saphiro-Wilk. Uji Saphiro-Wilk (Saphiro Wilk Test) menurut USEPA (Humaira, 2012) merupakan uji normalitas yang sangat direkomendasikan untuk jumlah sampel kecil (n<50).
Hasil uji normalitas pada nilai pretest kecerdasan intelektual kelas eksperimen dan kelas kontrol menunjukkan nilai signifikansi berturut-turut yaitu 0,097 dan 0,066 yang berarti bahwa kecerdasan intelektual awal kedua kelas berdistribusi normal.
(42)
Ginar Ranitapuri Salim, 2014
Pada hasil kuesioner kecerdasan emosional, uji normalitas kuesioner awal kelas eksperimen 0,819 dan kelas kontrol 0,598 yang berarti data kedua kelas berdistribusi normal. Sama halnya pada hasil akhir kuesioner kecerdasan emosional kelas eksperimen sebesar 0,541 dan kelas kontrol 0,814 yang berarti bahwa data kedua kelas berdistribusi normal.
Pada tes penguasaan konsep, uji normalitas pretest kelas eksperimen 0,662 yang berarti data berdistribusi normal sedangkan pada kelas kontrol menunjukkan hasil 0,003 yang berarti bahwa data tidak berdistribusi normal. Karena data kelas kontrol tidak berdistribusi normal maka pengujian hipotesis dilakukan
2) Uji Homogenitas
Uji homogenitas dimaksudkan untuk mengetahui asumsi varians yang homogen atau tidak. Jenis homogenitas yang digunakan dalam
software SPSS versi 16.00 adalah Levene Test.
Uji homogenitas kecerdasan intelektual menunjukkan hasil yaitu data pretest bernilai 0,237. Artinya data pretest kecerdasan intelektual kedua kelas menunjukkan bahwa data homogen.
Uji homogenitas terhadap hasil kuesioner kecerdasan emosional siswa di kelas eksperimen dan kelas kontrol menunjukkan bahwa hasil kuesioner awal bernilai 0,426 dan kuesioner akhir 0,805. Artinya bahwa data awal dan akhir kuesioner homogen.
Uji homogenitas penguasaan konsep kedua kelas memperoleh hasil data pretest sebesar 0,636. Hasil tersebut menunjukkan bahwa data homogen.
b. Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis pada hasil pretest kecerdasan intelektual dan kuesioner kecerdasan emosional dilakukan dengan independent t-test
(43)
58
Ginar Ranitapuri Salim, 2014
(α=0,05) karena semua data tes kecerdasan intelektual dan kuesioner kecerdasan emosional menunjukkan hasil bahwa semua data berdistribusi normal dan homogen. Sedangkan pada hasil pretest penguasaan konsep karena semua data kelas kontrol menunjukkan hasil bahwa data tidak berdistribusi normal maka pengujian hipotesis dilakukan dengan uji nonparametrik (Sugiyono, 2013) U Mann Whitney.
3. Pengolahan Data Kriteria Peningkatan Tes Kemampuan Dasar Bekerja Ilmiah dan Penguasaan Konsep
Kesimpulan hasil tes tulis kecerdasan intelektual dan penguasaan konsep diperoleh melalui perbandingan N-gain antara kelas eksperimen dan kelas kontrol karena hasil pretest kedua kelas menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan rata-rata nilai pretest antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kriteria hasil peningkatan nilai siswa pada tes tulis kecerdasan intelektual, tes penguasaan konsep, dan kecerdasan emosional siswa dihitung menggunakan rumus indeks gain (Hake, 1999) yang tercantum pada Gambar 3.6:
Gambar 3.7 Rumus Indeks Gain Keterangan:
g : Gain ternormalisasi (N-gain) T2 : Nilai posttest
T1 : Nilai pretest
Is : Skor Maksimal
Hasil perhitungan indeks gain tersebut kemudian diinterpretasikan berdasarkan kriteria yang dikemukakkan Hake (1999). Adapun kriteria Indeks gain tercantum pada Tabel 3.19
(44)
Ginar Ranitapuri Salim, 2014
Rentang Kriteria
g > 0,70 Tinggi
0,30 g 0,70 Sedang
g < 0,30 Rendah
(Hake, 1999) 4. Pengolahan Hasil Kuesioner
Analisis kuesioner mengenai kecerdasan emosional siswa dilakukan dengan memberikan skor sesuai dengan pilihan jawaban siswa. Skor tersebut kemudian dipresentasekan dengan jawaban seluruh siswa pada pertanyaan yang diberikan. Adapun kriteria persentase hasil kuesioner siswa tercantum dalam Tabel 3.20
Tabel 3.20 Kriteria Persentase Hasil Kuesioner
Persentase Interpretasi
0% Tidak ada
1-25% Sebagian Kecil
26-49% Hampir Separuhnya
50 Separuhnya
51-75 Sebagian Besar
76-99 Hampir Seluruhnya
100 Seluruhya
(Koentjaraningrat dalam Humaira, 2012)
J. Prosedur Penelitian
1. Tahap Persiapan
a. Studi literatur, mengumpulkan informasi mengenai pembelajaran berbasis proyek dan kemampuan dasar bekerja ilmiah.
b. Penyusunan proposal penelitian.
c. Melakukan bimbingan proposal penelitian.
(45)
60
Ginar Ranitapuri Salim, 2014
e. Memperbaiki proposal penelitian dari hasil seminar proposal penelitian dengan arahan dan bimbingan dosen pembimbing.
f. Penyusunan intrumen penelitian meliputi tes tulis kecerdasan intelektual, kuesioner kecerdasan emosional, LKS, rubrik penilaian produk, tes penguasaan konsep, dan kuesioner tanggapan siswa. g. Judgement instrumen penelitian.
h. Uji coba instrumen penelitian untuk mengetahui tingkat kesukaran, daya pembeda, validitas soal, reliabilitas soal, dan kualitas pengecoh. i. Analisis hasil uji coba instrumen.
j. Perbaikan instrumen berdasarkan hasil analisis uji coba instrumen.
2. Tahap Pelaksanaan
a. Memberikan pretest penguasaan konsep, tes tulis kecerdasan intelektual, dan kuesioner awal kecerdasan emosional kepada kelas kontrol dan kelas eksperimen.
b. Pelaksanaan proses pembelajaran di kelas kontrol dan kelas eksperimen. Pada kelas kontrol menggunakan metode pembelajaran konvensional dengan metode ceramah, tanya jawab, dan penugasan, sedangkan pada kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran berbasis proyek. Perbedaan perlakuan di kelas eksperimen dan kelas kontrol terlihat pada Tabel 3.21.
c. Memberikan postest penguasaan konsep, tes tulis kecerdasan intelektual kepada siswa baik di kelas eksperimen maupun di kelas kontrol.
d. Memberikan kuesioner kecerdasan emosional kepada siswa di kelas eksperimen dan kelas kontrol.
e. Memberikan kuesioner tanggapan siswa setelah kegiatan pembelajaran berbasis proyek diberikan di kelas eksperimen dan metode konvensional diberikan di kelas kontrol
(46)
Ginar Ranitapuri Salim, 2014
3. Tahap Penarikan Kesimpulan atau Tahap Tindak Lanjut
a. Pengolahan dan analisis data menggunakan uji statistik mengenai uji perbedaan dua rata-rata.
b. Pembahasan hasil analisis data berdasarkan tujuan penelitian. c. Penarikan kesimpulan hasil penelitian.
(47)
62
Ginar Ranitapuri Salim, 2014
Tabel 3.21 Perbandingan Pelaksanaan Model Pembelajaran Berbasis Proyek dan Metode Pembelajaran Konvensional
No Kelas Kontrol
(Pembelajaran melalui penugasan)
Kelas Eksperimen (Pembelajaran berbasis proyek) 1 Guru mengelompokkan siswa
menjadi 5 kelompok, setiap kelompok terdiri dari 6-8 orang siswa
Guru mengelompokkan siswa menjadi 8 kelompok, setiap kelompok terdiri dari 5-6 orang siswa
2 Guru membagikan LKS dan menugaskan siswa untuk membuat daur ulang kertas sesuai dengan langkah kerja yang diberikan. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya
Guru membagikan LKS dan
memberikan kesempatan kepada siswa untuk memahami permasalahan dan menentukan proyek yang akan
dilaksanakan serta memberikan waktu kepada siswa untuk bertanya
3 Guru memberikan ceramah mengenai materi pembelajaran dilanjutkan tanya jawab berdasarkan pertanyaan yang tercantum di LKS.
Siswa merancang produk yang akan dibuat sesuai dengan proyek yang telah dipilih dan mengonsultasikannya dengan guru. Waktu pengerjaan selama satu minggu.
4 Setiap kelompok siswa membuat produk daur ulang kertas di luar jam belajar sesuai dengan rancangan percobaan yang telah dibuat.
Setiap kelompok siswa melaksanakan percobaan sesuai dengan rancangan proyek dan dilanjutkan dengan pengujiaan produk yang telah dibuat dengan waktu selama 1 (satu) kali tatap muka. Pengujian produk dapat
dilanjutkan di luar jam belajar.
5 - Guru mengevaluasi pelaksanaan proyek
dan produk yang dibuat oleh siswa 6 Setiap kelompok siswa
mempresentasikan hasil percobaanya di dalam diskusi kelas sebanyak satu kali tatap muka
Setiap kelompok siswa
mempresentasikan produk yang telah dibuat dan pengalaman yang dirasakan. Kemudian memberi kesempatan
kelompok lain untuk bertanya dan memberi masukan terhadap produk tersebut. Waktu pelaksanaan sebanyak satu kali tatap muka
7 - Siswa memperbaiki produk sesuai
dengan hasil masukan siswa lain dan guru pada diskusi kelas
8 Guru melakukan penguatan konsep
Setiap kelompok siswa mengumpulkan laporan ilmah hasil proyek dalam bentuk poster
(48)
(49)
64
Ginar Ranitapuri Salim, 2014
K. Alur Penelitian
Kecerdasan Intelektual & Kecerdasan Emosional
Uji hipotesis
Tes Penguasaan Konsep
Uji hipotesis (Non Parametrik)
Tes Penguasaan Konsep
Perhitungan Indeks Gain
Pelaksanaan Model Pembelajaran Berbasis Proyek di kelas
eksperimen Pelaksanaan Metode Pembelajaran
Konvensional di kelas kontrol
Pelaksanaan Penelitian
Pelaksanaan Postest
Revivi Instrumen Pelaksanaan Pretest
Uji Coba Instrumen
Judgement Instrumen
Revisi Proposal Studi Kepustakaan
Penyusunan Proposal
Seminar Proposal
Penyusunan Instrumen
Kecerdasan Intelektual & Kecerdasan Emosional
N-Gain & Uji hipotesis
Penjaringan Data dari Kuesioner dan Produk
Pengolahan dan Analisis Data Kesimpulan Penyusunan Laporan
(50)
Ginar Ranitapuri Salim, 2014
(51)
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Kemampuan Dasar Bekerja Ilmiah terdiri dari kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional. Analisis data dan pembahasan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran berbasis proyek pada konsep pencemaran meningkatkan kemampuan dasar bekerja ilmiah siswa SMA pada kategori rendah. Sama halnya pada kelas kontrol yang mengalami peningkatan kemampuan dasar bekerja ilmiah pada kategori rendah.
Hasil perhitungan N-gain tes tulis kecerdasan intelektual kedua kelas menunjukkan peningkatan kecerdasan intelektual yang tergolong rendah. Di sisi lain hasil uji hipotesis kuesioner kecerdasan emosional menggunakan Independent Sample T-Test menunjukkan adanya perbedaan signifikan kecerdasan emosional antara kelas eksperimen dan kelas kontrol pada konsep pencemaran.
Hasil perhitungan N-gain tes penguasaan konsep menunjukkan kriteria peningkatan N-gain yangtergolong rendah pada kedua kelas, yang berarti bahwa tidak terdapat perbedaan peningkatan N-gain penguasaan konsep siswa SMA pada konsep pencemaran antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Hasil kuesioner tanggapan siswa menunjukkan secara umum siswa menanggapi penggunaan pembelajaran berbasis proyek secara positif. Pembelajaran berbasis proyek memberikan keuntungan kepada siswa yaitu siswa lebih kreatif dalam menciptakan karya atau produk. Model pembelajaran berbasis proyek juga memberikan siswa motivasi yang tinggi dalam belajar. Kendala.pada penelitian ini yaitu pada keterbatasan waktu dan siswa yang belum terbiasa melakukan praktik maupun penelitian ilmiah sehingga tidak mengenal istilah-istilah dalam penerapan metode ilmiah.
(52)
Ginar Ranitapuri Salim, 2014
Berdasarkan hasil penelitian, terdapat beberapa rekomendasi yang ingin peneliti sampaikan kepada beberapa pihak, yaitu:
1. Kepada Peneliti Selanjutnya
a. Untuk menjaring hasil kecerdasan emosional yang lebih akurat diperlukan penilaian dari orang lain baik berupa lembar observasi maupun peer assesment.
b. Untuk menunjang pengetahuan konsep siswa sebaiknya siswa diberikan tugas merangkum atau peta konsep sebelum pembelajaran dimulai sebagai bekal siswa dalam memahami materi pelajaran. c. Supaya siswa dapat lebih mengembangkan kreativitasnya sebaiknya
proyek tidak diberi batasan tema yang terlalu mengikat ide kreatif siswa.
d. Supaya pembelajaran berbasis proyek terlaksana secara optimal alokasikan waktu dengan cukup dan persiapkan waktu tambahan sebagai cadangan.
2. Kepada Pihak Sekolah dan Guru
a. Menyiapkan guru dengan memberikan pembekalan dan membiasakan menggunakan pembelajaran berbasis proyek
b. Bagi guru sebaiknya dapat menerapkan pembelajaran berbasis proyek di sekolah dengan menempatkan konsep yang akan diajarkan pada awal atau pertengahan semester sehingga guru masih bisa menagih proyek bila proyek belum selesai tepat waktu dan masih ada waktu tambahan apabila diperlukan.
3. Kepada Pemerintah
Untuk dapat tercapainya kemampuan dasar bekerja ilmiah siswa, pemerintah sebaiknya menyesuaikan kembali kurikulum dengan alokasi waktu yang tersedia.
(53)
94
DAFTAR PUSTAKA
Agustian, A.G. (2003). Rahasia Sukses Membangkitkan ESQ Power Sebuah Inner Journey melalui Al-Ihsan. Jakarta: Arga.
Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta: Rineka Cipta.
. (2012). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta Aryulina, D., Muslim, C., Manaf, S., dan Winarni, E.W. (2007). Biologi 1 SMA
dan MA untuk Kelas X. Jakarta: Esis.
Aunurrahman. (2012). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Aziz, A., Setiya A., Suprihatin N., dan Kursiah. (2008). Dan Alampun Bertasbih Merasakan Kebesaran Allah via Biologi. Jakarta: Balai Pustaka.
Badan Pusat Statistik. (2013). Jumlah Penggangguran Tahun 2013. [online]. Tersedia: http://www.bps.go.id. [7 Mei 2013]
Bell, S. (2010).”Project Based Learning For The 21st Century : Skills For The Future”.Journal The Clearing House. 83, 39-43.
Boss, S. (2011). Project Based Learning: A Short History. [Online] Tersedia:
http://www.edutopia.org/project-based-learning-history. [7 Agutus 2013]. BSNP. (2006). Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. BSNP: Tidak diterbitakan. Campbell, N.A., Reece, J.B., dan Mitchell, L.G.. (2004). Biologi Edisi Kelima
Jilid III. Jakarta: Erlangga.
Departemen Pendidikan Nasional. (2005). Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka
Dahar, R.W. (1996). Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga
. (2011). Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Erlangga Djamarah, S.B. (2011). Psikologi Belajar Edisi Revisi 2011. Jakarta: Rineka Cipta
Emma. (2013). Pengangguran Tahun 2012 Didominasi Angkatan Muda. [online]. Tersedia:
(54)
http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt515d9280e060b/pengangguran-tahun-2012-didominasi-angkatan-muda. [7 Mei 2013]
Goleman, D. (2001). Working With Emotional Intelligence.[Online]. Tersedia: http;//www.bizsum.com. [1 Februari 2014].
Hake, R. R. (1999). Analyzing Change/Gain Scores. [Online]. Tersedia: www.physics.indiana.edu [8 Mei 2014]
Hariyani, S. (2013). Penerapan Model Project Based Learning untuk Meningkatkan Penalaran Logis Siswa pada Konsep Pertumbuhan Dan Perkembangan. Skripsi UPI: Tidak diterbitkan.
Humaira, M. (2012). Pengaruh pembelajaran Guided Inquiry melalui discovery learning terhadap kemampuan scientific inquiry literacy siswa SMA pada meteri pencemaran lingkungan. Skripsi UPI : Tidak diterbitkan.
Johnson, E.B. (2007). Contextual Teaching and Learning: Menjadikan Kegiatan Belajar Mengajar dan Bermakna. MLC: Bandung
Khanafi, I.(2007) Mau Diterima kerja di perusahaan bergengsi ? Tidak Cukup IPK !. [online]. Tersedia: http://www.belajaringgris.net/mau-diterima-kerja-di-perusahaan-bergengsi-tidak-cukup-ipk-2984.html. [11 Februari 2014] Kwan, L.P dan Lam, E.Y.K. (2012). G.C.E. ‘O’ Level Biology Matters.
Singapore: Marshall Cavendish International
Larmer, J dan Mergendoller, J.R. (2012). 8 Essentials for Project Based Learning.
Buck Institute for Education.
Muhaimin, Sutiah, dan Prabowo S.L. (2008). Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada Sekolah dan Madrasah. Jakarta: RajaGrafindo Persada
Muljatiningrum, A., Rustaman, N.Y., dan Rahmat, A. (2008). Pembelajaran Inkuiri untuk Mengembangkan Kemampuan Dasar Bekerja Ilmiah (KDBI) dan Berpikir Kreatif pada Konsep Bioteknologi. Proceeding
Munandar, S.C.U. (1999). Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah. Jakarta: Gramedia.
Nurohman, S. (2009). Pendekatan Project Based Learning Sebagai Upaya Internalisasi Scientific Method bagi Mahasiswa Calon Guru Fisika. Jurnal FPMIPA UNY: Tidak diterbitkan
(1)
92
Ginar Ranitapuri Salim, 2014
Penerapan Pembelajaran Berbasis Proyek Terhadap Kemampuan Dasar Bekerja Ilmiah Siswa SMA pada Konsep Pencemaran
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Kemampuan Dasar Bekerja Ilmiah terdiri dari kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional. Analisis data dan pembahasan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran berbasis proyek pada konsep pencemaran meningkatkan kemampuan dasar bekerja ilmiah siswa SMA pada kategori rendah. Sama halnya pada kelas kontrol yang mengalami peningkatan kemampuan dasar bekerja ilmiah pada kategori rendah.
Hasil perhitungan N-gain tes tulis kecerdasan intelektual kedua kelas menunjukkan peningkatan kecerdasan intelektual yang tergolong rendah. Di sisi lain hasil uji hipotesis kuesioner kecerdasan emosional menggunakan Independent
Sample T-Test menunjukkan adanya perbedaan signifikan kecerdasan emosional
antara kelas eksperimen dan kelas kontrol pada konsep pencemaran.
Hasil perhitungan N-gain tes penguasaan konsep menunjukkan kriteria peningkatan N-gain yangtergolong rendah pada kedua kelas, yang berarti bahwa tidak terdapat perbedaan peningkatan N-gain penguasaan konsep siswa SMA pada konsep pencemaran antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Hasil kuesioner tanggapan siswa menunjukkan secara umum siswa menanggapi penggunaan pembelajaran berbasis proyek secara positif. Pembelajaran berbasis proyek memberikan keuntungan kepada siswa yaitu siswa lebih kreatif dalam menciptakan karya atau produk. Model pembelajaran berbasis proyek juga memberikan siswa motivasi yang tinggi dalam belajar. Kendala.pada penelitian ini yaitu pada keterbatasan waktu dan siswa yang belum terbiasa melakukan praktik maupun penelitian ilmiah sehingga tidak mengenal istilah-istilah dalam penerapan metode ilmiah.
(2)
93
Berdasarkan hasil penelitian, terdapat beberapa rekomendasi yang ingin peneliti sampaikan kepada beberapa pihak, yaitu:
1. Kepada Peneliti Selanjutnya
a. Untuk menjaring hasil kecerdasan emosional yang lebih akurat diperlukan penilaian dari orang lain baik berupa lembar observasi maupun peer assesment.
b. Untuk menunjang pengetahuan konsep siswa sebaiknya siswa diberikan tugas merangkum atau peta konsep sebelum pembelajaran dimulai sebagai bekal siswa dalam memahami materi pelajaran. c. Supaya siswa dapat lebih mengembangkan kreativitasnya sebaiknya
proyek tidak diberi batasan tema yang terlalu mengikat ide kreatif siswa.
d. Supaya pembelajaran berbasis proyek terlaksana secara optimal alokasikan waktu dengan cukup dan persiapkan waktu tambahan sebagai cadangan.
2. Kepada Pihak Sekolah dan Guru
a. Menyiapkan guru dengan memberikan pembekalan dan membiasakan menggunakan pembelajaran berbasis proyek
b. Bagi guru sebaiknya dapat menerapkan pembelajaran berbasis proyek di sekolah dengan menempatkan konsep yang akan diajarkan pada awal atau pertengahan semester sehingga guru masih bisa menagih proyek bila proyek belum selesai tepat waktu dan masih ada waktu tambahan apabila diperlukan.
3. Kepada Pemerintah
Untuk dapat tercapainya kemampuan dasar bekerja ilmiah siswa, pemerintah sebaiknya menyesuaikan kembali kurikulum dengan alokasi waktu yang tersedia.
(3)
94
Ginar Ranitapuri Salim, 2014
Penerapan Pembelajaran Berbasis Proyek Terhadap Kemampuan Dasar Bekerja Ilmiah Siswa SMA pada Konsep Pencemaran
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA
Agustian, A.G. (2003). Rahasia Sukses Membangkitkan ESQ Power Sebuah Inner
Journey melalui Al-Ihsan. Jakarta: Arga.
Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta: Rineka Cipta.
. (2012). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta
Aryulina, D., Muslim, C., Manaf, S., dan Winarni, E.W. (2007). Biologi 1 SMA
dan MA untuk Kelas X. Jakarta: Esis.
Aunurrahman. (2012). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Aziz, A., Setiya A., Suprihatin N., dan Kursiah. (2008). Dan Alampun Bertasbih
Merasakan Kebesaran Allah via Biologi. Jakarta: Balai Pustaka.
Badan Pusat Statistik. (2013). Jumlah Penggangguran Tahun 2013. [online]. Tersedia: http://www.bps.go.id. [7 Mei 2013]
Bell, S. (2010).”Project Based Learning For The 21st Century : Skills For The
Future”.Journal The Clearing House. 83, 39-43.
Boss, S. (2011). Project Based Learning: A Short History. [Online] Tersedia:
http://www.edutopia.org/project-based-learning-history. [7 Agutus 2013].
BSNP. (2006). Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. BSNP: Tidak diterbitakan.
Campbell, N.A., Reece, J.B., dan Mitchell, L.G.. (2004). Biologi Edisi Kelima
Jilid III. Jakarta: Erlangga.
Departemen Pendidikan Nasional. (2005). Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi
Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka
Dahar, R.W. (1996). Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga
. (2011). Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Erlangga
Djamarah, S.B. (2011). Psikologi Belajar Edisi Revisi 2011. Jakarta: Rineka Cipta
Emma. (2013). Pengangguran Tahun 2012 Didominasi Angkatan Muda. [online]. Tersedia:
(4)
95
http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt515d9280e060b/pengangguran-tahun-2012-didominasi-angkatan-muda. [7 Mei 2013]
Goleman, D. (2001). Working With Emotional Intelligence.[Online]. Tersedia: http;//www.bizsum.com. [1 Februari 2014].
Hake, R. R. (1999). Analyzing Change/Gain Scores. [Online]. Tersedia: www.physics.indiana.edu [8 Mei 2014]
Hariyani, S. (2013). Penerapan Model Project Based Learning untuk Meningkatkan Penalaran Logis Siswa pada Konsep Pertumbuhan Dan
Perkembangan. Skripsi UPI: Tidak diterbitkan.
Humaira, M. (2012). Pengaruh pembelajaran Guided Inquiry melalui discovery learning terhadap kemampuan scientific inquiry literacy siswa SMA pada
meteri pencemaran lingkungan. Skripsi UPI : Tidak diterbitkan.
Johnson, E.B. (2007). Contextual Teaching and Learning: Menjadikan Kegiatan
Belajar Mengajar dan Bermakna. MLC: Bandung
Khanafi, I.(2007) Mau Diterima kerja di perusahaan bergengsi ? Tidak Cukup
IPK !. [online]. Tersedia:
http://www.belajaringgris.net/mau-diterima-kerja-di-perusahaan-bergengsi-tidak-cukup-ipk-2984.html. [11 Februari 2014]
Kwan, L.P dan Lam, E.Y.K. (2012). G.C.E. ‘O’ Level Biology Matters. Singapore: Marshall Cavendish International
Larmer, J dan Mergendoller, J.R. (2012). 8 Essentials for Project Based Learning.
Buck Institute for Education.
Muhaimin, Sutiah, dan Prabowo S.L. (2008). Pengembangan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP) pada Sekolah dan Madrasah. Jakarta:
RajaGrafindo Persada
Muljatiningrum, A., Rustaman, N.Y., dan Rahmat, A. (2008). Pembelajaran Inkuiri untuk Mengembangkan Kemampuan Dasar Bekerja Ilmiah (KDBI) dan Berpikir Kreatif pada Konsep Bioteknologi. Proceeding
Munandar, S.C.U. (1999). Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah. Jakarta: Gramedia.
Nurohman, S. (2009). Pendekatan Project Based Learning Sebagai Upaya
Internalisasi Scientific Method bagi Mahasiswa Calon Guru Fisika. Jurnal
(5)
Ginar Ranitapuri Salim, 2014
Penerapan Pembelajaran Berbasis Proyek Terhadap Kemampuan Dasar Bekerja Ilmiah Siswa SMA pada Konsep Pencemaran
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Rasto. (2013). Pembelajaran Berbasis Proyek. [online]. Tersedia: : http://pembelajaranku.com/penilaian-pembelajaran-berbasis-proyek/. [25 Maret 2014].
Rustaman, N.Y dan Rustaman, A. (2003). Kemampuan Dasar Bekerja Ilmiah dalam IPA. Disampaikan pada Seminar dan Lokakarya Pendidikan yang diikuti oleh Guru-guru Biologi dan Mahasiswa FKIP MIPA UNPAS. 13 Maret 2003. Bandung
Rustaman, N.Y. (2007). Kemampuan Dasar Bekerja Ilmiah dalam Pendidikan Sains dan Asesmennya. Makalah disajikan dalam The First International Seminar of Science Education on Education Facing Against the Challenges of the 21st Century. SPS UPI. 27 Oktober 2007. Bandung.
Rustaman, N.Y., Dirdjosoemarto, S., Yudianto S.A., Achmad Y., Subekti R., Rochintaniawati D., dan Nurjhani M. (2003). Strategi Belajar Mengajar. Universitas Negeri Malang: Tidak diterbitkan.
Siswono, T. Y. E. (2013). Nilai-Nilai Karakter yang Mendukung Karir Masa Depan. Siampaikan pada seminar Nasional Mahasiswa FPMIPA UNESA. Universitas Negeri Surabaya. 25 Juni 201.
Stein, S.J. dan Book, H.E. (2002). Ledakan EQ 15 Prinsip Dasar Kecerdasan
Emosional Meraih Sukses. Bandung: Kaifa.
Sufyani, S.N. (2012). Pembelajaran Berbasis Proyek untuk Mengembangkan Kemampuan Dasar Bekerja Ilmiah dan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa
SMA pada Konsep Pencemaran. Tesis, Sekolah Pascasajana, Universitas
Pendidikan Indonesia.
Sugiyono. (2013). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
.(2014). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Suyono dan Hariyanto. (2012). Belajar dan Pembelajaran Teori dan Konsep Dasar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Susanti, E dan Muchtar, Z. (2008) Pendekatan Project Based Learning untuk Pembelajaran Kimia Koloid di SMA. Jurnal Pendidikan Matematika dan
Sains. 3(2) :1907-7157. 106-112)
Syah, M. (2008). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
(6)
97
Wena, M. (2013). Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer Suatu Tinjauan