PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MATEMATIKA BERKARAKTER PADA MATERI PERSEGI PANJANG DAN PERSEGI DALAM UPAYA MENINGKATAN KEMAMPUAN KONEKSI DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA SMP.

(1)

(2)

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MATEMATIKA BERKARAKTER PADA MATERI PERSEGI PANJANG DAN PERSEGI DALAM UPAYA

MENINGKATAN KEMAMPUAN KONEKSI DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA SMP

Oleh Irfan Mufti Afrizal

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

© Irfan Mufti Afrizal 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Juli 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

IRFAN MUFTI AFRIZAL

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MATEMATIKA BERKARAKTER PADA MATERI PERSEGI PANJANG DAN PERSEGI DALAM UPAYA

MENINGKATAN KEMAMPUAN KONEKSI DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA SMP

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:

Pembimbing I,

Dr. Jarnawi Afgani Dahlan, M.Kes. NIP. 196805111991011001

Pembimbing II,

Drs. Endang Dedy, M.Si. NIP. 195805151984031001

Diketahui oleh

Ketua Jurusan Pendidikan Matematika,

Drs. Turmudi, M. Ed., M. Sc., Ph. D. NIP. 196101121987031003


(4)

i ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui desain model bahan ajar matematika berkarakter dalam upaya meningkatan kemampuan koneksi dan disposisi matematis

siswa SMP melalui studi eksperimen. Desain yang digunakan adalah kuasi

eksperimen dengan jenis kelompok kontrol non-ekuivalen. Penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu tahap pertama yang mengkaji kendala siswa dalam pembelajaran mengenai konsep persegi panjang dan persegi untuk memperoleh desain bahan ajar yang sesuai, selain itu adanya internalisasi nilai-nilai karakter yang diharapkan muncul pada siswa dalam desain bahan ajar ini. Tahap kedua yaitu ekperimen terhadap efektivitas dan efisiensi desain bahan ajar matematika berkarakter terhadap peningkatan kemampuan koneksi dan disposisi matematis siswa SMP. Hasil yang diperoleh yaitu bahwa hambatan siswa yang teridentifikasi berupa hambatan epistimologi. Peningkatan kemampuan koneksi siswa yang menggunakan bahan ajar matematika berkarakter lebih baik daripada siswa yang menggunakan model konvensional dalam pembelajarannya, selain itu disposisi matematis siswa yang menggunakan bahan ajar matematika berkarakter juga lebih baik daripada siswa siswa yang menggunakan model konvensional dalam pembelajarannya.

Kata kunci : Bahan ajar matematika berkarakter, kemampuan koneksi matematis, disposisi matematis


(5)

ii ABSTRACT

This research aims to determine the design of mathematical models of teaching materials characterized to improve mathematical conection ability and mathematical disposition on students’ of junior high school through experimental studies. Design used was quasi-experimental with non equivalent control group types. This study consisted of two phases, the first phase was identify learning obstacle about square and rectangle concepts to obtain the appropriate design o teaching materials, beside that ther are internalization of the values or characters expected to appear on students in the teaching materials. Second phase was experiments on the effectiveness and efficiency of mathematical models of teaching materials characterized to incrase mathematical connection abilty and mathematical disposition on students of junior high school. The result obtained are 1) identified learning obstacle was catogoried epistimologhy obstacle. 2) Enhancment mathematical connection abilty and mathematical disposition of students who used mathematical teaching materials characterized was better than students who used conventional teaching.

Keywords : mathematical teaching materials characterized, mathematical connection abilty, mathematical disposition


(6)

iv

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Definisi Operasional ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Koneksi Matematis ... 7

B. Disposisi Matematis ... 10

C. Pendidikan Karakter ... 12

D. Bahan Ajar Berkarakter ... 17

E. Hipotesis Penelitian ... 19

BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian ... 21


(7)

C. Bahan Ajar ... 22

D. Instrumen Penelitian ... 23

E. Uji Coba Instrumen ... 24

F. Prosedur Penelitian ... 29

G. Teknik Analisis Data ... 30

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Analisis Tahap 1 A. Hambatan Siswa dalam Menjawab Soal ... 40

B. Pengembangan Bahan Ajar Matematika Berkarakter ... 46

Hasil Analisis Tahap 2 Pengolahan Data Kemampuan Koneksi Matematis Siswa A. Analisis Data Hasil Pretes ... 59

B. Analisis Data Gain Ternormalisasi ... 63

Pengolahan Data Skala Disposisi Matematis Siswa ... 66

Analisis Data Hasil Observasi ... 69

Pembahasan ... 71

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 74

B. Saran ... 74

DAFTAR PUSTAKA ... 76


(8)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Matematika merupakan disiplin ilmu yang sangat penting dalam perkembangan teknologi informasi dan komunikasi saat ini, matematika berperan penting dalam berbagai disiplin ilmu lain bahkan matematika disebut sebagai ratu nya ilmu pengetahuan, selain itu matematika juga dapat mengembangkan daya berpikir manusia. Bahkan ada yang menjadikan matematika sebagai suatu tolak ukur kecerdasan suatu individu dalam strata pendidikan. Begitu pentingnya matematika sehingga pembelajaran matematika dilakukan pada hampir semua jenjang pendidikan, mulai dari sekolah dasar, sekolah menengah bahkan samapai perguruan tinggi.

Pada dasarnya tujuan pembelajaran terutama dalam proses pembelajaran matematika adalah untuk meningkatkan kompetensi matematika siswa. Kompetensi matematika yang harus dimiliki selama proses dan sesudah pembelajaran meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Maka dari itu harus ada upaya yang baik dalam proses pembelajaran matematika untuk mencapai semua kompetensi matematika tersebut.

Berkaitan dengan upaya untuk meningkatkan pembelajaran matematika di sekolah, dewasa ini berbagai hal untuk meningkatkan pembelajaran matematika banyak dilakukan terutama oleh pemerintah dan pakar pendidikan matematika. Salah satu realisasi yang dilakukan pemerintah yaitu penyempurnaan pada kurikulum matematika sekolah. Kebijakan pemerintah mengenai sistem dan penyelengaraan pendidikan termasuk pengembangan dan pelaksanaan kurikulum yaitu diberlakukannya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Dalam Undang-undang tersebut disebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Dan salah satu tujuan pendidikan nasional yaitu membentuk manusia yang berkarakter


(9)

sesuai dengan tujuan pendidikan itu sendiri. Berdasarkan hal tersebut dewasa ini muncul istilah pendidikan katakter. Dengan adanya pendidikan karakter ini maka proses pembelajaran matematika dituntut untuk tidak hanya meningkatkan kemampuan siswa dalam ranah kognitif saja tetapi juga harus dapat mengembangkan karakter siswa.

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan mata pelajaran matematika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut :

1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau logaritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah.

2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.

3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematiaka, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh.

4. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.

5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

Dari tujuan-tujuan pembelajaran matematika tersebut terdapat beberapa nilai-nilai atau karakter yang dapat dikembangkan, diantaranya disiplin, jujur, kerja keras, kreatif, rasa ingin tahu, mandiri, komunikatif dan tanggung jawab.

Pendidikan karakter ternyata memberikan dampak yang positif terhadap peningkatan akademik siswa, beberapa penelitian mengenai pendidikan karakter telah dilakukan, diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Berkowitz (Suyanto, 2009) dari University of Missouri- St. Louis yang diterbitkan dalam buletin dengan judul Character Educator yang diterbitkan oleh Character Education


(10)

3

Partneship. Dari hasil penelitian tersebut diketahui bahwa terdapat peningkatan

motivasi siswa sekolah dalam meraih prestasi akademik pada sekolah-sekolah yang menerapkan pendidikan karakter. Sebuah buku yang berjudul Emotional

Intelligence and School Success (Suyanto, 2009) dalam buku itu dijelaskan

berbagai penelitian yang mengatakan bahwa sederet faktor risiko penyebab kegagalan anak di sekolah bukan terletak pada kecerdasan otak, tetapi pada karakter, yaitu rasa percaya diri, kemampuan bekerja sama, kemampuan bergaul, kemampuan berkonsentrasi, rasa empati, dan kemampuan berkomunikasi.

Dalam pembelajaran matematika terdapat beberapa kompetensi yang muncul baik dalam ranah kognitif maupun ranah afektif. Kemampuan koneksi matematis merupakan salah satu kemampuan yang muncul dalam proses pembelajaran matematika dalam ranah kognitif. Kemampuan koneksi matematika adalah kemampuan seseorang dalam mengkaitkan hubungan internal dan eksternal matematika yang meliputi keterkaitan/koneksi antar konsep-konsep matematika, keterkaitan dengan disiplin ilmu lain, dan keterkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Kemampuan koneksi ini sangatlah penting untuk dimiliki siswa karena matematika merupukun disiplin ilmu yang terdiri dari berbagai konsep dan prosedur yang saling berkaitan, bahkan konsep dalam matematika membangun konsep yang lain. Artinya materi matematika berhubungan dengan materi yang dipelajari sebelumnya.

Menurut Sumarmo (2005) dalam belajar matematika siswa dituntut memahami koneksi antara ide-ide matematika dan antar matematika dan bidang studi lainnya. Jika siswa belum bisa mengkoneksikan konsep-konsep dalam matematika, maka siswa tersebut akan mengalami kesulitan dalam memahami matematika itu sendiri dan pada akhirnya akan muncul kesulitan belajar (Learning

obstacle). Sebaliknya, jika siswa sudah melakukan koneksi antara beberapa ide

matematika, maka siswa akan memahami setiap materi matematika dengan lebih dalam dan baik. Selain itu melalui kemampuan koneksi matematika siswa akan memandang matematika sebagai ilmu dasar yang banyak memiliki relevansi dan manfaat dengan bidang lain, baik disekolah maupun diluar sekolah.


(11)

Namun saat ini kemampuan koneksi matematis pada siswa masih tergolong rendah. Salah satu indikasi rendahnya kemampuan koneksi matematis siswa yaitu berdasarkan beberapa hasil penelitian. Kusuma (Yuniawatika, 2011) menyatakan tingkat kemampuan siswa SMP kelas IX dalam melakukan koneksi matematis masih rendah. Penelitian lain yang dilakukan oleh Ruspiani (Yuniawatika, 2011) menyatakan bahwa nilai rata-rata nilai kemampuan koneksi matematis siswa sekolah menengah masih tergolong rendah, yaitu kurang dari 60 pada skor 100. Sekitar 22, 2 % untuk koneksi matematika pada pokok bahasan lain, 44 % untuk koneksi pada bidang studi lain, dan 67,3 % untuk koneksi matematika pada kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan National Council of Teachers of Mathematics (1989), kompetensi yang muncul dalam ranah afektif disebut disposisi matematis. Menurut Sumarmo (Kesumawati, 2012) disposisi matematis diartikan sebagai keinginan, kesadaran, dan dedikasi yang kuat pada diri siswa untuk belajar matematika dan melaksanakan berbagai kegiatan matematika. Berdasarkan pengertian tersebut, ternyata disposisi matematis sejalan dengan tujuan pendidikan karakter. Dengan adanya disposisi matematis diharapkan siswa dapat lebih berhasil dalam proses pembelajaran matematika yang pada akhirnya tujuan pembelajaran matematika bisa dicapai dengan baik.

Dari beberapa penelitian yang mengkaji kemampuan koneksi matematis, timbul pertanyaan, mengapa kemampuan koneksi matematis siswa tergolong rendah? apakah minat siswa terhadap pelajaran matematika rendah atau kemampuan dasar matematika yang rendah. berdasarkan penelitian Erlita (Wahidin, 2012), banyak siswa yang mencontoh hasil kerja siswa lainnya dalam mengerjakan soal latihan matematika, tanpa memiliki rasa ingin tahu yang tinggi terhadap matematika. Hal ini mengindikasikan bahwa disposisi matematis siswa saat ini masih rendah.

Berdasarkan uraian-uraian di atas maka harus ada proses pembelajaran yang disusun sebagi rancangan pembelajaran (pengembangan bahan ajar) matematika melalui internalisasi nilai-nilai atau karakter yang bertujuan tidak hanya untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam ranah kognitif yaitu


(12)

5

kemampuan koneksi matematis, tetapi juga dalam ranah afektif yaitu disposisi matematis sehingga tujuan pembelajaran matematika dapat dicapai dengan baik oleh siswa.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah disamapikan diatas, yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana model bahan ajar matematika berkarakter pada materi persegi panjang dan persegi di SMP ?

2. Apakah peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa pada kelas yang diberikan bahan ajar matematika berkarakter lebih baik daripada siswa pada kelas konvensional ?

3. Apakah disposisi matematis siswa pada kelas yang diberikan bahan ajar matematika berkarakter lebih baik daripada siswa pada kelas konvensional ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan yang telah dikemukakan, tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui bagaimana model bahan ajar matematika berkarakter pada materi persegi panjang dan persegi di SMP.

2. Untuk mengetahui apakah peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa pada kelas yang diberikan bahan ajar matematika berkarakter lebih baik daripada siswa pada kelas konvensional.

3. Untuk mengetahui apakah disposisi matematis siswa pada kelas yang diberikan bahan ajar matematika berkarakter lebih baik daripada siswa pada kelas konvensional.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi guru dalam mengembangkan teori pembelajaran matematika dan metode yang digunakan


(13)

dalam pembelajaran matematika dalam kaitanya dengan matematika berkarakter khususnya mengenai materi persegi panjang dan persegi.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi banyak pihak untuk bisa dikembangkan secara lebih luas.

3. Definisi Operasional

1. Bahan ajar matematika berkarakter adalah bahan ajar yang digunakan dalam pembelajaran matematika yang dapat mengembangkan kemampuan kognitif dan nilai-nilai atau karakter pada peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran yang optimal.

2. Kemampuan koneksi matematis adalah kemampuan seseorang dalam mengkaitkan hubungan internal dan eksternal matematika yang meliputi keterkaitan/koneksi antar konsep-konsep matematika, keterkaitan dengan disiplin ilmu lain, dan keterkaitan antara kehidupan sehari-hari.

3. Disposisi matematis adalah sikap, keinginan, kesadaran dan apresiasi positif peserta didik dalam semua proses pembelajaran matematika.


(14)

21

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengembangan bahan ajar matematika berkarakter yang dapat meningkatkan kemampuan koneksi dan disposisi matematis. Tahap pertama dalam penelitian ini adalah studi pendahuluan untuk mengidentifikasi kendala pembelajaran pada siswa yang bertujuan untuk menyusun bahan ajar yang sesuai. Tahap kedua merupakan implementasi, yaitu melakukan uji coba bahan ajar. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode kuasi eksperimen, yang bertujuan untuk menyelidiki hubungan sebab akibat. Perlakuan yang dilakukan terhadap variabel bebas dapat dilihat hasilnya pada variabel terikat.

Desain penelitian yang digunakan adalah desain kelompok kontrol non-ekivalen (Ruseffendi, 2005 : 52), sebagai berikut.

Kelas Eksperimen : O X O Kelas Kontrol : O O Keterangan:

O : Pretes dan Postes

X : Pembelajaran menggunakan bahan ajar matematika berkarakter

B. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMP di Bandung. Namun karena terbatasnya dana, tenaga dan waktu maka tidak semua siswa diteliti sebagai objek penelitian, sehingga populasi penelitian ini menjadi siswa SMP Negeri 15 Bandung kelas VII.

Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling atau pengambilan sampel yang didasarkan pada pertimbangan. Pertimbangan tersebut yaitu peneliti hanya memilih sampel yang direkomendasikan oleh guru dan kepala sekolah. Sampel penelitian ini terdiri dari kelas VII A dan kelas VII B yang


(15)

nantinya akan disebut sebagai kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas eksperimen merupakan kelas yang mendapatkan pembelajaran menggunakan bahan ajara matematika berkarakter, sedangkan kelas kontrol merupakan kelas yang menggunakan pembelajaran konvensional. Kelas eksperimen pada penelitian ini adalah kelas VII A , sedangkan yang menjadi kelas kontrol adalah kelas VII B.

C. Bahan Ajar

Materi yang akan diajarkan pada penelitian ini adalah persegi panjang dan persegi. Adapun bahan ajar yang akan digunakan antara lain.

1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Rencana pelaksanaan pembelajaran yang disusun pada penelitian ini ada dua, diantaranya rencana pelaksanaan pembelajaran pada kelas eksperimen yaitu rencana pelaksanaan pembelajaran matematika menggunakan bahan ajar berkarakter dengan metode diskusi kelompok dan rencana pelaksanaan pembelajaran pada kelas kontrol yaitu rencana pelaksanaan pembelajaran matematika menggunakan model konvensional. Rencana pelaksanaan pembelajaran yang dibuat pada kelas kelas eksperimen dan kontrol masing-masing terdiri dari dua pertemuan.

2. Lembar Kerja Siswa (LKS)

Lembar Kegiatan Siswa (LKS) digunakan sebagai panduan pembelajaran bagi siswa secara berkelompok. Dalam LKS ini disusun sesuai dengan hambatan siswa yang teridentifikasi, kurikulum dan standar kompetensi yang akan dicapai oleh siswa dan adanaya internalisasi nilai- nilai atau karakter.


(16)

23

D. Instrumen Penelitian 1. Instrumen Tes

Tes tertulis yang digunakan berupa uraian, karena soal uraian amat baik untuk menarik hubungan antara pengetahuan atau fakta-fakta yang telah mengendap dalam struktur kognitif siswa dengan pengertian materi yang sedang dipikirkannya (Suherman, 1990 : 94). Tes tulis yang dibuat diberikan di awal dan di akhir pembelajaran matematika, yang disebut dengan pretes untuk tes awal dan postes untuk tes akhir. Soal yang dibuat ditujukan untuk mengetahui kemampuan koneksi matematika siswa.

Pedoman pemberian skor tes kemampuan koneksi matematis diadaptasi dari Holistic Scoring Rubrics yang dikemukakan Cai, Lane dan Jakabesin (Nurfauziyah, 2012) sebagai berikut :

Tabel 3.1

Pedoman Pemberian Skor Kemampuan Koneksi Matematis

Deskripsi Jawaban Skor

Tidak ada jawaban, kalaupun ada hanya memperlihatkan

ketidakpahaman tentang konsep 0

Hanya sedikit dari penjelasan yang benar 1 Penjelasan secara matematis masuk akal, namun hanya

sebagian lengkap dan benar 2

Penjelasan secara matematis masuk akal dan benar, meskipun tidak tersusun secara logis atau terdapat sedikit kesalahan bahasa

3

Penjelasan secara matematis masuk akal dan jelas serta

tersusun secara logis dan sistematis 4

2. Angket

Angket adalah lembar pernyataan yang dimaksudkan untuk mengetahui atau menilai responden berkenaan dengan aspek afektif atau sikap terhadap pembelajaran matematika. Angket yang dibuat adalah


(17)

angket disposisi matematis yang disusun untuk mengetahui sikap positif siswa terhadap pembelajaran matematika.

3. Lembar Observasi

Instrumen ini digunakan untuk mengetahui keterlaksanaan pembelajaran dengan menggunakan bahan ajar matematika berkarakter yang telah disusun dengan mengobservasi aktivitas guru dan aktivitas siswa.

E. Uji Coba Instrumen

Dilakukan pengujian soal sebelum diteskan hal ini bertujuan agar soal yang diberikan memiliki kualitas yang baik. Berikut ini pengujian yang dilakukan diantaranya.

1) Validitas soal

Validitas soal diketahui dari berapa koefisien validitas soal tersebut. Pada penelitian ini digunakan korelasi produk moment memakai angka kasar (raw score) dalam menentukan koefisien validitas soal.

Rumus yang digunakan untuk menghitung validitas butir soal adalah angka kasar (raw score) yaitu

dengan: n = banyak testi

xy

r

= koefisien korelasi antara variabel X dengan variabel Y. X = skor siswa pada setiap butir soal

Y = skor total dari seluruh siswa.

Menurut J.P. Guilford (Suherman, 2008: 113), koefisien validitas

xy

r dibagi ke dalam kriteria seperti berikut ini.

2 2 2 2

( )( )

( ( ) )( ( ) )

xy

n XY X Y

r

n X X n Y Y

∑ ∑

=


(18)

25

Tabel 3.2

Kriteria Interpretasi Koefisien Validitas Koefisien Validitas Interpretasi

0.90≤ rxy≤1.00 Validitas sangat tinggi (sangat baik) 0.70≤rxy<0.90 Validitas tinggi (baik) 0.40≤ rxy < 0.70 Validitas sedang (cukup)

0.20≤ rxy<0.40 Validitas rendah (kurang) 0.00≤rxy<0.20 Validitas sangat rendah

0.00

xy

r < Tidak valid

Dengan menggunakan AnatesV4 maka validitas tiap butir soal tes kemampuan koneksi matematis yang diperoleh adalah sebagai berikut.

Tabel 3.3

Hasil Uji Validitas Butir soal

No Soal Validitas Interpretasi

1 0.763 Validitas tinggi

2 0.541 Validitas sedang

3 0.819 Validitas tinggi

4 0.741 Validitas tinggi

5 0.550 Validitas sedang

2) Reliabilitas soal

Reliabilitas suatu alat ukur atau alat evaluasi dimaksudkan sebagai suatu alat yang memberikan hasil yang tetap sama (konsisten, ajeg). Koefisien reliabilitas soal tipe uraian dihitung dengan menggunakan rumus Cronbach Alpha, yaitu: 11

2 1 2 1 i t s n r n s ∑ = − −          

dengan: r11 = koefisien reliabilitas,

n

= banyak butir soal, 2

i

s

∑ = jumlah varians skor setiap item, 2

t


(19)

Tolak ukur untuk menginterpretasikan derajat reliabilitas alat evaluasi dapat digunakan tolak ukur yang dibuat oleh J.P. Guilford (Suherman, 2003: 139) sebagai berikut.

Tabel 3.4

Kriteria Interpretasi Koefisien Reliabilitas Koefisien Reliabilitas Interpretasi

11

0.90 ≤r ≤1.00 Derajat reliabilitas sangat tinggi 11

0.70 ≤r <0.90 Derajat reliabilitas tinggi 11

0.40≤ r < 0.70 Derajat reliabilitas sedang

11

0.20 ≤ r < 0.40 Derajat reliabilitas rendah

11 0.20

r < Derajat reliabilitas sangat rendah

Dengan menggunakan AnatesV4 maka reliabilitas butir soal yang diperoleh adalah 0.62 dengan interpretasi reliabilitas sedang.

3) Daya Pembeda soal

Daya pembeda sebuah butir soal adalah kemampuan butir soal tersebut untuk membedakan antara siswa yang pandai dengan siswa yang kurang pandai. Dalam pengujian daya pembeda ini dilakukan pada soal tipe uraian.

Rumus untuk menentukan daya pembeda soal tipe uraian adalah

A B

X

X

DP

SMI

=

dengan: XA = Rata-rata skor kelompok atas

B

X = Rata-rata skor kelompok bawah

SMI

= Skor maksimal ideal

Klasifikasi interpretasi untuk daya pembeda yang banyak digunakan (Suherman, 1990: 202) adalah:


(20)

27

Tabel 3.5

Kriteria Interpretasi Daya Pembeda Daya Pembeda Interpretasi

0.70< DP ≤1.00 Daya pembeda sangat tinggi 0.40 < DP≤ 0.70 Daya pembeda tinggi 0.20 < DP≤ 0.40 Daya pembeda sedang 0.00 < DP≤ 0.20 Daya pembedajelek

0.00

DP≤ Daya pembedasangat jelek

Dengan menggunakan AnatesV4 maka daya pembeda tiap butir soal yang diperoleh adalah sebagai berikut.

Tabel 3.6

Hasil Uji Daya Pembeda Butir soal

No Soal Validitas Interpretasi

1 0.475 Tinggi

2 0.537 Tinggi

3 0.627 Tinggi

4 0.570 Tinggi

5 0.614 Tinggi

4) Derajat/Indeks Kesukaran soal

Indeks Kesukaran adalah suatu bilangan yang menyatakan derajat kesukaran suatu butir soal. Pengujian indeks kesukaran ini dilakukan pada tipe soal uraian. Rumus untuk menentukan indeks kesukaran butir soal, yaitu

X IK

SMI = dengan: IK = Indeks kesukaran

X = Rata-rata skor tiap soal SMI = Skor maksimal ideal

Interpretasi indeks kesukaran yang paling banyak digunakan (dalam Suherman, 1990: 213) adalah


(21)

Tabel 3.7

Kriteria Interpretasi Indeks Kesukaran Indeks Kesukaran Interpretasi

1.00

IK = Soal terlalu mudah

0.70< IK ≤1.00 Soal mudah 0.30< IK ≤ 0.70 Soal sedang 0.00 < IK ≤0.30 Soal sukar

0.00

IK = Soal terlalu sukar

Dengan menggunakan AnatesV4 maka indeks kesukaran tiap butir soal yang diperoleh adalah sebagai berikut.

Tabel 3.8

Hasil Uji Indeks Kesukaran Butir soal

No Soal Validitas Interpretasi

1 0.709 Soal Mudah

2 0.300 Soal Sukar

3 0.508 Soal Sedang

4 0.623 Soal Sedang

5 0.492 Soal Sedang

Berikut ini adalah rekapitulasi data hasil uji instrumen yang meliputi validitas butir soal, reliabilitas, daya pembeda dan indeks kesukaran.

Tabel 3.9

Data Hasil Uji Instrumen No

Soal Validitas

Daya Pembeda

Indeks

Kesukaran keterangan

1 0.763

(Tinggi)

0.475

(Tinggi) Soal Mudah Digunakan

2 0.541

(Sedang)

0.537

(Tinggi) Soal Sukar Digunakan

3 0.819

(Tinggi)

0.627

(Tinggi) Soal Sedang Digunakan

4 0.741

(Tinggi)

0.570

(Tinggi) Soal Sedang Digunakan

5 0.550

(Sedang)

0.614


(22)

29

F. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian ini meliputi beberapa tahap diantaranya: 1. Tahap Persiapan

Pada tahap ini dilakukan beberapa kegiatan seperti menyusun rancangan proposal penelitian, mengkaji teori pendukung, penentuan strategi dan desain penelitian, membuat instrumen penelitian, melakukan pengujian instrumen dan analisis hambatan siswa dalam belajar.

2. Tahap Pelaksanaan

Pada tahap ini dilakukan pengajaran berbeda pada dua kelas, satu kelas mendapatkan pembelajaran matematika menggunakan bahan ajar berkarakter dengan model diskusi kelompok dan kelas lain menggunakan model pembelajaran konvensional. Dilakukan pengujian dengan tes tulis, yakni pretes dan postes soal koneksi matematis serta pretses dan postes disposisi matematis, pengisian lembar observasi oleh observer dan pengisian jurnal harian siswa setelah pembelajaran matematika menggunakan bahan ajar berkarakter setiap harinya dan terakhir siswa diberikan angket hasil pembelajaran sebagai bahan evaluasi pembelajaran matematika bahan ajar berkarakter.

3. Tahap Analisis Data

Tahap analisis data yang dilaksanakan pada penelitian ini yakni mengumpulkan hasil data kualitatif dan kuantitatif, membandingkan hasil tes pada kelas eksperimen dan kelas kontrol, melakukan analisis data


(23)

kuantitatif terhadap pretes dan postes, dan melakukan analisis data kualitatif yaitu angket disposisi matematis siswa, lembar observsasi. 4. Tahap Penyusunan Laporan

Pada tahap ini, semua data yang didapat dari pelaksanaan penelitian diolah dan dianalisis dengan strategi yang telah ditentukan sebelumnya untuk kemudian diuji, sehingga diketahui hasil dari penelitian ini.

G. Teknik Analisis Data 1. Analisis Data Pretes

Dalam menguji data hasil pretes dilakukan langkah sebagai berikut: a. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data yang digunakan merupakan data yang berdistribusi normal atau tidak pada data hasil pretes kelas yang menggunakan bahan ajar matematika berkarakter dan kelas konvensional. Dalam hal ini pengujian dilakukan dengan menggunakan software IBM SPSS 20.0

for Windows. Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini

adalah uji Kolmogorov Smirnov dengan taraf signifikansi 5%. Perumusan hipotesis yang digunakan pada uji normalitas data pretes adalah sebagai berikut:

H0 : Data pretes kelas yang menggunakan bahan ajar berkarakter dan kelas konvensional berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

H1 : Data pretes kelas yang menggunakan bahan ajar berkarakter dan kelas tradisional berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal.

Dengan menggunakan taraf signifikansi 0.05 maka kriteria pengujiannya (Uyanto, 2009: 40) adalah:

1) Jika nilai signifikansi pengujiannya lebih besar atau sama dengan 0.05 maka H0 diterima.


(24)

31

2) Jika nilai signifikansi pengujiannya lebih kecil dari 0.05 maka H0 ditolak.

Jika data berdistribusi normal maka dilanjutkan dengan uji homogenitas. Namun Jika data tidak berdistribusi normal maka dilanjutkan dengan uji non parametrik Mann-Whitney.

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas kesamaan dua varians dilakukan untuk mengetahui apakah kedua kelompok yaitu kelas yang menggunakan bahan ajar berkarakter dan kelas konvensional memiliki varians yang homogen atau tidak. Dalam hal ini pengujian dilakukan dengan menggunakan software IBM SPSS 20.0 for Windows. Uji homogenitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Levene dengan taraf signifikansi 5%. Perumusan hipotesis yang digunakan pada uji homogenitas data pretes adalah sebagai berikut:

H0 : Tidak terdapat perbedaan varians antara kelas yang menggunakan bahan ajar berkarakter dan kelas konvensional dengan kelas tradisional.

H1 : Terdapat perbedaan varians antara kelas yang menggunakan bahan ajar berkarakter dan kelas konvensional

Dengan menggunakan taraf signifikansi 0.05 maka kriteria pengujiannya adalah:

1) Jika nilai signifikansi pengujiannya lebih besar atau sama dengan 0.05 maka H0 diterima.

2) Jika nilai signifikansi pengujiannya lebih kecil dari 0.05 maka H0 ditolak.

Pada uji homogenitas ini, data homogen atau tidak homogen akan sama-sama dilanjutkan pada uji perbedaan dua rata-rata.

c. Uji Perbedaan Dua Rata-rata

Uji perbedaan dua rata-rata ini digunakan untuk mengetahui apakah kemampuan awal koneneksi matematis kelas yang menggunakan bahan ajar matematika berkarakter dan kelas


(25)

konvensional sama atau tidak. Untuk data yang berasal dari populasi yang berdistribusi normal dan homogen maka dilakukan pengujian dengan menggunakan uji t. Sedangkan untuk data yang berasal dari populasi yang berdistribusi normal tetapi tidak homogen dilakukan pengujian dengan menggunakan uji t’. Untuk data yang berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal maka dilakukan pengujian menggunakan uji non-parametrik Mann-Whitney.

Perumusan hipotesis yang digunakan pada uji perbedaan dua rata-rata data pretes adalah sebagai berikut:

H0 : Tidak terdapat perbedaan rata-rata kemampuan awal yang signifikan antara kelas yang menggunakan bahan ajar berkarakter dan kelas konvensional.

H1 : Terdapat perbedaan rata-rata kemampuan awal yang signifikan antara kelas kelas yang menggunakan bahan ajar berkarakter dan kelas konvensional.

Dengan menggunakan taraf signifikansi 0.05 maka kriteria pengujiannya (Uyanto, 2009: 138) adalah:

1) Jika nilai signifikansi pengujiannya lebih besar atau sama dengan 0.05 maka H0 diterima.

2) Jika nilai signifikansi pengujiannya lebih kecil dari 0.05 maka H0 ditolak.

2. Analisis Data Hasil Postes

Dalam menguji data hasil postes dilakukan langkah sebagai berikut: a. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data yang digunakan merupakan data yang berdistribusi normal atau tidak pada data hasil postes kelas yang menggunakan bahan ajar matematika berkarakter dan kelas konvensional. Dalam hal ini pengujian dilakukan dengan menggunakan software IBM SPSS 20.0


(26)

33

adalah uji Kolmogorov Smirnov dengan taraf signifikansi 5%. Perumusan hipotesis yang digunakan pada uji normalitas data pretes adalah sebagai berikut:

H0 : Data postes kelas yang menggunakan bahan ajar berkarakter dan kelas konvensional berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

H1 : Data postes kelas yang menggunakan bahan ajar berkarakter dan kelas tradisional berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal.

Dengan menggunakan taraf signifikansi 0.05 maka kriteria pengujiannya (Uyanto, 2009: 40) adalah:

1) Jika nilai signifikansi pengujiannya lebih besar atau sama dengan 0.05 maka H0 diterima.

2) Jika nilai signifikansi pengujiannya lebih kecil dari 0.05 maka H0 ditolak.

Jika data berdistribusi normal maka dilanjutkan dengan uji homogenitas. Namun Jika data tidak berdistribusi normal maka dilanjutkan dengan uji non parametrik Mann-Whitney.

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas kesamaan dua varians dilakukan untuk mengetahui apakah kedua kelompok yaitu kelas yang menggunakan bahan ajar berkarakter dan kelas konvensional memiliki varians yang homogen atau tidak. Dalam hal ini pengujian dilakukan dengan menggunakan software IBM SPSS 20.0 for Windows. Uji homogenitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Levene dengan taraf signifikansi 5%. Perumusan hipotesis yang digunakan pada uji homogenitas data pretes adalah sebagai berikut:

H0 : Tidak terdapat perbedaan varians antara kelas yang menggunakan bahan ajar berkarakter dan kelas konvensional dengan kelas tradisional.


(27)

H1 : Terdapat perbedaan varians antara kelas yang menggunakan bahan ajar berkarakter dan kelas konvensional

Dengan menggunakan taraf signifikansi 0.05 maka kriteria pengujiannya adalah:

1) Jika nilai signifikansi pengujiannya lebih besar atau sama dengan 0.05 maka H0 diterima.

2) Jika nilai signifikansi pengujiannya lebih kecil dari 0.05 maka H0 ditolak.

Pada uji homogenitas ini, data homogen atau tidak homogen akan sama-sama dilanjutkan pada uji perbedaan dua rata-rata.

c. Uji Perbedaan Dua Rata-rata

Uji perbedaan dua rata-rata ini digunakan untuk mengetahui perbandingan pencapaian kemampuan koneksi matematis kelas yang menggunakan bahan ajar matematika berkarakter dan kelas konvensional. Untuk data yang berasal dari populasi yang berdistribusi normal dan homogen maka dilakukan pengujian dengan menggunakan uji t. Sedangkan untuk data yang berasal dari populasi yang berdistribusi normal tetapi tidak homogen dilakukan pengujian dengan menggunakan uji t’. Untuk data yang berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal maka dilakukan pengujian menggunakan uji non-parametrik Mann-Whitney.

Perumusan hipotesis yang digunakan pada uji perbedaan dua rata-rata data pretes adalah sebagai berikut:

H0 : Tidak ada perbedaan rata-rata kemampuan koneksi matematis pada kelas yang menggunakan bahan ajar berkarakter dan kelas konvensional.

H1 : Rata-rata kemampuan koneksi matematis pada kelas yang menggunakan bahan ajar berkarakter lebih baik dari kelas konvensional.

Dengan menggunakan taraf signifikansi 0.05 maka kriteria pengujiannya (Uyanto, 2009: 145) adalah:


(28)

35

1) Jika nilai signifikansi pengujiannya lebih besar atau sama dengan 0.05 maka H0 diterima.

2) Jika nilai signifikansi pengujiannya lebih kecil dari 0.05 maka H0 ditolak.

3. Analisis Data Indeks Gain

Jika data pretes kelas yang menggunakan bahan ajar berkarakter dan kelas konvensional sama maka data yang diambil adalah data postes. Sedangkan jika data pretes kelas yang menggunakan bahan ajar berkarakter dan kelas konvensional tidak sama, maka data yang diambil adalah data pretes dan data postes dengan menggunakan Indeks Gain.

Indeks gain adalah gain ternormalisasi yang dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Indeks gain = Skor postes - Skor pretes Skor maksimum - Skor pretes

Dimana indeks gain digunakan untuk mengetahui kualitas peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa setelah mendapat pembelajaran matematika menggunakan bahan ajar matematika berkarakter. Kriteria Indeks gains menurut Hake (Martiani, 2012:47) adalah sebagai berikut

Tabel 3.10 Kriteria Indeks Gains Indeks gains Kriteria

G ≥ 0,70 Tinggi 0,30 ≤ G < 0,7 Sedang G < 0,30 Rendah

Sama halnya dengan data pretes dan data postes, data indek gain ini juga harus diuji, dimana pengujiannya meliputi:

a. Uji Normalitas

Uji normalitas data hasil indeks gains kelas kelas yang menggunakan bahan ajar berkarakter dan kelas konvensional


(29)

digunakan untuk mengetahui apakah data yang digunakan merupakan data yang berdistribusi normal atau tidak. Dalam hal ini pengujian dilakukan dengan menggunakan software IBM SPSS 20.0

for Windows. Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini

adalah uji Kolmogorov Smirnov dengan taraf signifikansi 5%. Perumusan hipotesis yang digunakan pada uji normalitas data indeks Gain adalah sebagai berikut:

H0 : Data Indeks Gain kelas yang menggunakan bahan ajar berkarakter dan kelas konvensional berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

H1 : Data Indeks Gain kelas yang menggunakan bahan ajar berkarakter dan kelas konvensional berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal.

Dengan menggunakan taraf signifikansi 0.05 maka kriteria pengujiannya (Uyanto, 2009: 40) adalah:

1) Jika nilai signifikansi pengujiannya lebih besar atau sama dengan 0.05 maka H0 diterima.

2) Jika nilai signifikansi pengujiannya lebih kecil dari 0.05 maka H0 ditolak.

Jika data berdistribusi normal maka dilanjutkan dengan uji homogenitas. Jika data tidak berdistribusi normal maka dilanjutkan dengan uji non parametrik.

b. Uji Homogenitas

Uji kesamaan dua varians dimaksudkan untuk mengetahui apakah kedua kelompok yaitu kelas yang menggunakan bahan ajar berkarakter dan kelas konvensional memiliki varians yang sama atau tidak. Dalam hal ini pengujian dilakukan dengan menggunakan

software IBM SPSS 20.0 for Windows. Uji homogenitas yang

digunakan dalam penelitian ini adalah uji Levene dengan taraf signifikansi 5%. Perumusan hipotesis yang digunakan pada uji homogenitas data pretes adalah sebagai berikut:


(30)

37

H0 : Tidak terdapat perbedaan varians antara kelas kelas yang menggunakan bahan ajar berkarakter dan kelas konvensional. H1 : Terdapat perbedaan varians antara kelas yang menggunakan

bahan ajar berkarakter dan kelas konvensional.

Dengan menggunakan taraf signifikansi 0.05 maka kriteria pengujiannya adalah:

1) Jika nilai signifikansi pengujiannya lebih besar atau sama dengan 0.05 maka H0 diterima.

2) Jika nilai signifikansi pengujiannya lebih kecil dari 0.05 maka H0 ditolak.

Pada uji homogenitas ini, data homogen atau tidak homogen akan sama-sama dilanjutkan pada uji perbedaan dua rata-rata.

c. Uji Perbedaan Dua Rata-rata

Uji perbedaan dua rata-rata pada data indeks gain bertujuan untuk membandingkan kualitas peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa pada kelas yang menggunakan bahan ajar matematika berkarakter dan kelas konvensional. Jika datanya homogen maka dilakukan uji perbedaan dua rata-rata dengan menggunakan uji t. Sedangkan jika data tidak homogen maka dilakukan uji perbedaan dua rata-rata dengan menggunakan uji t’.

Perumusan hipotesis yang digunakan pada uji perbedaan dua rata-rata data indeks Gain adalah sebagai berikut:

H0 : Tidak ada perbedaan rata-rata peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa pada kelas yang menggunakan bahan ajar berkarakter dan kelas konvensional.

H1 : Rata-rata Peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa pada kelas yang menggunakan bahan ajar berkarakter lebih baik dari kelas konvensional.

Dengan menggunakan taraf signifikansi 0.05 maka kriteria pengujiannya (Uyanto, 2009: 145) adalah:


(31)

1) Jika setengah dari nilai signifikansi pengujiannya lebih besar atau sama dengan 0.05 maka H0 diterima.

2) Jika setengah dari nilai signifikansi pengujiannya lebih kecil dari 0.05 maka H0 ditolak.

4. Analisis Data Angket

Data angket akan ditulis dalam tabel dengan data yang diubah menjadi data kuantitatif dengan menggunakan skala likert.

Adapun menurut Suherman (1990, 236) pembobotan yang paling sering dipakai dalam mentransfer skala kualitatif ke dalam skala kuantitatif adalah

Tabel 3.11

Bobot untuk Pernyataan Favorable (Positif)

Pernyataan Bobot

Sangat Setuju 5

Setuju 4

Netral 3

Tidak setuju 2

Sangat Tidak Setuju 1

Selain pembobotan dilakukan pada pernyataan favorable (positif), pembobotan juga dilakukan pada pernyataan unfavorable (negatif)

Tabel 3.12

Bobot untuk Pernyataan Unfavorable (Negatif)

Pernyataan Bobot

Sangat Setuju 1

Setuju 2

Netral 3

Tidak setuju 4

Sangat Tidak Setuju 5

Untuk pengolahan skor dan penafsirannya yaitu dengan menghitung rerata skor tersebut untuk setiap siswa pada setiap aspek dan rerata setiap aspek. Adapun kriteria penilaian menurut Suherman (1990, 237) adalah jika rerata diatas tiga kriterianya positif dan jika rerata dibawah tiga kriterianya negatif.


(32)

39

Selain itu untuk menguji perbedaan rata-rata disposisi matematis siswa yang menggunakan bahan ajar matematika berkarakter dengan siswa yang menggunakan metode konvensional dilakukan uji statistika Mann Whitney.

Perumusan hipotesis yang digunakan pada uji perbedaan dua rata-rata data disposisi matematis siswa adalah sebagai berikut:

H0 : Tidak ada perbedaan disposisi matematis siswa pada kelas yang menggunakan bahan ajar berkarakter dan kelas konvensional. H1 : Disposisi matematis siswa pada kelas yang menggunakan bahan ajar

berkarakter lebih baik daripada kelas konvensional.

Dengan menggunakan taraf signifikansi 0.05 maka kriteria pengujiannya (Uyanto, 2009: 145) adalah:

1) Jika setengah dari nilai signifikansi pengujiannya lebih besar atau sama dengan 0.05 maka H0 diterima.

2) Jika setengah dari nilai signifikansi pengujiannya lebih kecil dari 0.05 maka H0 ditolak.

5. Analisis Data Lembar Observasi

Kriteria untuk penilaian hasil observasi hanya dilihat dari terpenuhi atau tidaknya hal-hal yang harus terlaksana selama pembelajaran matematika menggunakan bahan ajar berkarakter dengan metode diskusi kelompok. Dilakukan rekapitulasi data keterlakasanaan setiap tahapan pembelajaran pada setiap pertemuan. Kemudia dijelaskan secara deskriptif.


(33)

74

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat diperoleh beberpa kesimpulan sebagai berikut :

1. Bentuk bahan ajar yang dikembangkan berdasrkan pada beberapa aspek,

yaitu hambatan siswa yang berkenaan dengan konsep persegi panjang dan persegi, dan menginternalisasikan nilai-nilai atau karakter pada bahan ajar seperti kerja keras, kritis, teliti, kreatif dan berpikir logis.

2. Peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa yang menggunakan bahan

ajar matematika berkarakter dalam pembelajarannya lebih baik daripada siswa yang menggunakan model konvensional dalam pembelajarannya.

3. Disposisi matematis siswa yang menggunakan bahan ajar matematika

berkarakter lebih baik daripada siswa yang menggunakan model konvensional dalam pembelajarannya.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, terdapat beberapa saran dalam rangka perbaikan proses pembelajaran selanjutnya, yakni sebagai berikut:

1. Guru pelajaran matematika disarankan untuk menganalisis kesulitan

pembelajaran yang dialami siswa, untuk merancang bahan ajar yang dapat meminimalisasi kesulitan siwa tersebut.


(34)

75

2. Dalam penyusunan bahan ajar disarankan tidak hanya memperhatikan pada

aspek kognitif saja, tetapi aspek apektif juga harus diperhatikan, seperti internalisasi nilai-nilai atau karakter pada bahan ajar.

3. Dalam proses pembelajaran dianjurkan untuk menggunakan metode

pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centre).

4. Penggunaan bahan ajar matematika berkarakter ini dapat dijadikan salah satu

media pembelajaran matematika yang tidak hanya menitikberatkan pada pengembangan aspek kognitif saja tetapi juga apektif siswa.


(35)

76

DAFTAR PUSTAKA

Aguswuryanto. (2011). Panduan Guru : Pendidikan karakter terintegrasi dalam

pembelajaran matematika. [Online]. Tersedia :

http://aguswuryanto.wordpress.com/2011/12/22/2449/ [20 Desember 2012].

Anwar, Vita Nova. (2012). Pengaruh Pembelajaran Eksploratif terhadap

Peningkatan Kemampuan Penalaran, Kemampuan Komunikasi, dan Karakter Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama. Tesis program Magister Pendidikan Matematika SPS UPI Bandung : Tidak diterbitkan.

Ardiansyah, M Asrori.(2011). Sistem Nilai dalam Budaya Organisasi Sekolah.

[Online]. Tersedia :

http://www.majalahpendidikan.com/2011/04/sistem-nilai-dalam-budaya-organisasi.html. [20 Desember 2012].

Bandono. (2009). Pengembangan Bahan Ajar KTSP. [Online]. Tersedia :

http://bandono.web.id/2009/04/02/pengembangan-bahan-ajar.php. [14 Juli 2013]

Herdiana.(2010). Kemampuan koneksi matematika. [Online]. Tersedia :

http://herdy07.wordpress.com/2010/05/27/kemampuan-koneksi-matematik-siswa/. [08 April 2012]

Isum, Lala. (2012). Pembelajaran matematka dengan Model CORE untuk

Meningkatkan Kemampuan Penalaran dan Koneksi Matematis Siswa di Sekolah Menengah Kejuruan. Tesis program Magister Pendidikan Matematika SPS UPI Bandung : Tidak diterbitkan.

Kesumawati, Nila (2012).______________. Artikel Jurusan Pendidikan Matematika,

FKIP Universitas PGRI Palembang: Tidak diterbitkan.

Kusuma, Dianne Amor. ( ___ ). Meningkatkan kemampuan koneksi matematika

dengan menggunakan pendekatan kontruktivisme. [Online]. Tersedia : http://pustaka.unpad.ac.id/archives/19033/. [08 April 2012].

Mulyana, Endang. (2009). Pengaruh Model Pembelajaran Matematika Knisley

terhadap Peningkatan Pemahaman dan Disposisi Matematis Siswa Sekolah Menengah Atas Program Ilmu Pengetahuan Alam. Artikel jurnal Sekolah Pasca Sarjana UPI Bandung : Tidak diterbitkan.

Martiani, Susneti. (2012). Pengaruh Implementasi Model Pembelajaran Generatif

dengan Strategi PQ4R terhadap Peningkatan Kemampuan Ekspolrasi Matematika Siswa SMP. Skripsi program Sarjana Pendidikan Matematika FPMIPA UPI Bandung : Tidak diterbitkan.


(36)

77

Noorfazrin dkk .(2012). Matematika dan Karakter Bangsa. [Online]. Tersedia :

http://nobonnizar.blogspot.com/2012/12/matematika-dan-karakter-bangsa.html#more [24 Desember 2012].

NCTM. (1989). Curriculum and Evaluation Standars for School Mathematics.

Reston, VA : NCTM.

Nurfauziyah, Puji. (2012). Peningkatan Kemampuan Koneksi Matematis dan

Self-Efficacy Siswa SMP melalui Pembelajaran Matematika Model Core. Tesis program Magister Pendidikan Matematika SPS UPI Bandung : Tidak diterbitkan. Ruseffendi. (2005). Dasar-dasar Penelitian Pendidikan dan Non-Eksakta Lainnya.

Bandung: Tarsito Bandung.

Ruspiani. (2000). Kemampuan Siswa dalam Melakukan Koneksi Matematik. Tesis

Program Pascasarjana UPI. Tidak diterbitkan

Sabandar, Jozua. (2011). Pelajaran Matematika Tulang Punggung Pendidikan

Karakter. [Online]. Tersdia : http://fkip.bunghatta.ac.id/berita-59-pelajaran-matematika-tulang-punggung-pendidikan-karakter.html. [20 Desember 2012]

Setiawan, Budi. (2011). Pelajaran Matematika Tulang Punggung Pendidikan

Karakter. [Online]. Tersdia : http://fkip.bunghatta.ac.id/berita-59-pelajaran-matematika-tulang-punggung-pendidikan-karakter.html. [20 Desember 2012] Suherman, E. (2003). Evaluasi Pembelajaran Matematika. Bandung: JICA

Suherman, E. (2008). Instrumen Evaluasi Berdasarkan Kompetensi Matematika. Hand-Out Perkuliahan

Suherman, Erman. (2010). Hands-out Perkuliahan Belajar dan Pembelajaran

Matematika. Bandung : Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA UPI.

Sumarmo, Utari. (2005). Pengembangan Berpikir Matematika Tingkat Tinggi siswa

SLTP dan SMU Serta Mahasiswa Strata Satu Melalui Berbagai Pendekatan Pembelajaran. Laporan Hibah Penelitian Pascasarjana-HTPT Tahun Ketiga

Sumaryati, Enung. 2012. Kemampuan Pemahaman, Berpikir Kritis, Dan Disposisi

Matematis Siswa SMA Melalui Strategi Pembelajaran Think-Pair-Share Dengan Pendekatan Induktif-Deduktif. Disertasi Program Doktor Pendidikan Matematika SPS UPI Bandung : Tidak diterbitkan.


(37)

Suryadi, D. (2010), “Metapedadidaktik dan Didactical Design Research (DDR):

Sintesis Hasil Pemikiran Berdasarkan Lesson Study”, dalam Teori, Paradigma,

Prinsip, dan Pendekatan Pembelajaran MIPA dalam Konteks Indonesia. Bandung: FPMIPA UPI.

Suyanto. (2009). Urgensi Pendidikan Karakter [Online]. Tersedia :

http://www.pendidikankarakter.org/articles_004.html. [20 Desember 2012]. Tim Pengembangan Pendidikan Berkarakter Dinas Pendidikan Provinsi Banten

. (2012).Pedoman Pengembangan Bahan Ajara Pendidikan Berkarakter. Artikel:

Tidak diterbitkan.

Uyanto, S S. (2009). Pedoman Analisis Data dengan SPSS. Yogyakarta : Graha Ilmu

Wahidin, Nanang. (2012). Pengaruh Penggunaan Strategi Reciprocal Teaching

terhadap Kemampuan Berpikir Kritis dan Disposisi Matematis Siswa SMP. Tesis program Magister Pendidikan Matematika SPS UPI Bandung : Tidak diterbitkan.

Yuniawatika. (2011). Penerapan Pembelajaran Matematika dengan Strategi REACT

untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi dan Representasi Matematik Siswa Sekolah Dasar. Ringkasan Tesis program Magister Pendidikan Matematika SPS UPI Bandung : Tidak diterbitkan.


(1)

39

Selain itu untuk menguji perbedaan rata-rata disposisi matematis siswa yang menggunakan bahan ajar matematika berkarakter dengan siswa yang menggunakan metode konvensional dilakukan uji statistika Mann Whitney.

Perumusan hipotesis yang digunakan pada uji perbedaan dua rata-rata data disposisi matematis siswa adalah sebagai berikut:

H0 : Tidak ada perbedaan disposisi matematis siswa pada kelas yang menggunakan bahan ajar berkarakter dan kelas konvensional. H1 : Disposisi matematis siswa pada kelas yang menggunakan bahan ajar

berkarakter lebih baik daripada kelas konvensional.

Dengan menggunakan taraf signifikansi 0.05 maka kriteria pengujiannya (Uyanto, 2009: 145) adalah:

1) Jika setengah dari nilai signifikansi pengujiannya lebih besar atau sama dengan 0.05 maka H0 diterima.

2) Jika setengah dari nilai signifikansi pengujiannya lebih kecil dari 0.05 maka H0 ditolak.

5. Analisis Data Lembar Observasi

Kriteria untuk penilaian hasil observasi hanya dilihat dari terpenuhi atau tidaknya hal-hal yang harus terlaksana selama pembelajaran matematika menggunakan bahan ajar berkarakter dengan metode diskusi kelompok. Dilakukan rekapitulasi data keterlakasanaan setiap tahapan pembelajaran pada setiap pertemuan. Kemudia dijelaskan secara deskriptif.


(2)

74

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat diperoleh beberpa kesimpulan sebagai berikut :

1. Bentuk bahan ajar yang dikembangkan berdasrkan pada beberapa aspek, yaitu hambatan siswa yang berkenaan dengan konsep persegi panjang dan persegi, dan menginternalisasikan nilai-nilai atau karakter pada bahan ajar seperti kerja keras, kritis, teliti, kreatif dan berpikir logis.

2. Peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa yang menggunakan bahan

ajar matematika berkarakter dalam pembelajarannya lebih baik daripada siswa yang menggunakan model konvensional dalam pembelajarannya. 3. Disposisi matematis siswa yang menggunakan bahan ajar matematika

berkarakter lebih baik daripada siswa yang menggunakan model konvensional dalam pembelajarannya.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, terdapat beberapa saran dalam rangka perbaikan proses pembelajaran selanjutnya, yakni sebagai berikut:

1. Guru pelajaran matematika disarankan untuk menganalisis kesulitan pembelajaran yang dialami siswa, untuk merancang bahan ajar yang dapat meminimalisasi kesulitan siwa tersebut.


(3)

75

2. Dalam penyusunan bahan ajar disarankan tidak hanya memperhatikan pada aspek kognitif saja, tetapi aspek apektif juga harus diperhatikan, seperti internalisasi nilai-nilai atau karakter pada bahan ajar.

3. Dalam proses pembelajaran dianjurkan untuk menggunakan metode

pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centre).

4. Penggunaan bahan ajar matematika berkarakter ini dapat dijadikan salah satu media pembelajaran matematika yang tidak hanya menitikberatkan pada pengembangan aspek kognitif saja tetapi juga apektif siswa.


(4)

76

DAFTAR PUSTAKA

Aguswuryanto. (2011). Panduan Guru : Pendidikan karakter terintegrasi dalam

pembelajaran matematika. [Online]. Tersedia :

http://aguswuryanto.wordpress.com/2011/12/22/2449/ [20 Desember 2012].

Anwar, Vita Nova. (2012). Pengaruh Pembelajaran Eksploratif terhadap

Peningkatan Kemampuan Penalaran, Kemampuan Komunikasi, dan Karakter

Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama. Tesis program Magister Pendidikan Matematika SPS UPI Bandung : Tidak diterbitkan.

Ardiansyah, M Asrori.(2011). Sistem Nilai dalam Budaya Organisasi Sekolah. [Online]. Tersedia : http://www.majalahpendidikan.com/2011/04/sistem-nilai-dalam-budaya-organisasi.html. [20 Desember 2012].

Bandono. (2009). Pengembangan Bahan Ajar KTSP. [Online]. Tersedia :

http://bandono.web.id/2009/04/02/pengembangan-bahan-ajar.php. [14 Juli 2013]

Herdiana.(2010). Kemampuan koneksi matematika. [Online]. Tersedia :

http://herdy07.wordpress.com/2010/05/27/kemampuan-koneksi-matematik-siswa/. [08 April 2012]

Isum, Lala. (2012). Pembelajaran matematka dengan Model CORE untuk

Meningkatkan Kemampuan Penalaran dan Koneksi Matematis Siswa di Sekolah Menengah Kejuruan. Tesis program Magister Pendidikan Matematika SPS UPI Bandung : Tidak diterbitkan.

Kesumawati, Nila (2012).______________. Artikel Jurusan Pendidikan Matematika, FKIP Universitas PGRI Palembang: Tidak diterbitkan.

Kusuma, Dianne Amor. ( ___ ). Meningkatkan kemampuan koneksi matematika dengan menggunakan pendekatan kontruktivisme. [Online]. Tersedia : http://pustaka.unpad.ac.id/archives/19033/. [08 April 2012].

Mulyana, Endang. (2009). Pengaruh Model Pembelajaran Matematika Knisley terhadap Peningkatan Pemahaman dan Disposisi Matematis Siswa Sekolah Menengah Atas Program Ilmu Pengetahuan Alam. Artikel jurnal Sekolah Pasca Sarjana UPI Bandung : Tidak diterbitkan.

Martiani, Susneti. (2012). Pengaruh Implementasi Model Pembelajaran Generatif dengan Strategi PQ4R terhadap Peningkatan Kemampuan Ekspolrasi Matematika Siswa SMP. Skripsi program Sarjana Pendidikan Matematika FPMIPA UPI Bandung : Tidak diterbitkan.


(5)

77

Noorfazrin dkk .(2012). Matematika dan Karakter Bangsa. [Online]. Tersedia :

http://nobonnizar.blogspot.com/2012/12/matematika-dan-karakter-bangsa.html#more [24 Desember 2012].

NCTM. (1989). Curriculum and Evaluation Standars for School Mathematics. Reston, VA : NCTM.

Nurfauziyah, Puji. (2012). Peningkatan Kemampuan Koneksi Matematis dan Self-Efficacy Siswa SMP melalui Pembelajaran Matematika Model Core. Tesis program Magister Pendidikan Matematika SPS UPI Bandung : Tidak diterbitkan. Ruseffendi. (2005). Dasar-dasar Penelitian Pendidikan dan Non-Eksakta Lainnya.

Bandung: Tarsito Bandung.

Ruspiani. (2000). Kemampuan Siswa dalam Melakukan Koneksi Matematik. Tesis Program Pascasarjana UPI. Tidak diterbitkan

Sabandar, Jozua. (2011). Pelajaran Matematika Tulang Punggung Pendidikan Karakter. [Online]. Tersdia : http://fkip.bunghatta.ac.id/berita-59-pelajaran-matematika-tulang-punggung-pendidikan-karakter.html. [20 Desember 2012] Setiawan, Budi. (2011). Pelajaran Matematika Tulang Punggung Pendidikan

Karakter. [Online]. Tersdia : http://fkip.bunghatta.ac.id/berita-59-pelajaran-matematika-tulang-punggung-pendidikan-karakter.html. [20 Desember 2012] Suherman, E. (2003). Evaluasi Pembelajaran Matematika. Bandung: JICA

Suherman, E. (2008). Instrumen Evaluasi Berdasarkan Kompetensi Matematika. Hand-Out Perkuliahan

Suherman, Erman. (2010). Hands-out Perkuliahan Belajar dan Pembelajaran Matematika. Bandung : Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA UPI.

Sumarmo, Utari. (2005). Pengembangan Berpikir Matematika Tingkat Tinggi siswa SLTP dan SMU Serta Mahasiswa Strata Satu Melalui Berbagai Pendekatan Pembelajaran. Laporan Hibah Penelitian Pascasarjana-HTPT Tahun Ketiga

Sumaryati, Enung. 2012. Kemampuan Pemahaman, Berpikir Kritis, Dan Disposisi Matematis Siswa SMA Melalui Strategi Pembelajaran Think-Pair-Share Dengan Pendekatan Induktif-Deduktif. Disertasi Program Doktor Pendidikan Matematika SPS UPI Bandung : Tidak diterbitkan.


(6)

Suryadi, D. (2010), “Metapedadidaktik dan Didactical Design Research (DDR): Sintesis Hasil Pemikiran Berdasarkan Lesson Study”, dalam Teori, Paradigma, Prinsip, dan Pendekatan Pembelajaran MIPA dalam Konteks Indonesia. Bandung: FPMIPA UPI.

Suyanto. (2009). Urgensi Pendidikan Karakter [Online]. Tersedia :

http://www.pendidikankarakter.org/articles_004.html. [20 Desember 2012]. Tim Pengembangan Pendidikan Berkarakter Dinas Pendidikan Provinsi Banten . (2012).Pedoman Pengembangan Bahan Ajara Pendidikan Berkarakter. Artikel:

Tidak diterbitkan.

Uyanto, S S. (2009). Pedoman Analisis Data dengan SPSS. Yogyakarta : Graha Ilmu Wahidin, Nanang. (2012). Pengaruh Penggunaan Strategi Reciprocal Teaching

terhadap Kemampuan Berpikir Kritis dan Disposisi Matematis Siswa SMP. Tesis program Magister Pendidikan Matematika SPS UPI Bandung : Tidak diterbitkan. Yuniawatika. (2011). Penerapan Pembelajaran Matematika dengan Strategi REACT

untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi dan Representasi Matematik Siswa Sekolah Dasar. Ringkasan Tesis program Magister Pendidikan Matematika SPS UPI Bandung : Tidak diterbitkan.


Dokumen yang terkait

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGHITUNG LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG MELALUI PENGGUNAAN MEDIA PETAK PERSEGI SATUAN DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA SISWA KELAS III SEKOLAH DASAR

10 54 79

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MATERI MENGHITUNG LUAS PERSEGI DAN Peningkatan Motivasi Belajar Dalam Pembelajaran Matematika Materi Menghitung Luas Persegi Dan Persegi Panjang Dengan Menggunakan Permainan Kartu Pada Siswa Kela

0 2 17

PENINGKATAN KEAKTIFAN DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MATERI KELILING PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG MELALUI Peningkatan Keaktifan Dalam Pembelajaran Matematika Materi Keliling Persegi Dan Persegi Panjang Melalui Metode Problem Based Learning (PBL) Pada Sisw

0 2 15

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA LUAS DAN KELILING PERSEGI DAN PERSEGI PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA LUAS DAN KELILING PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG MELALUI PENDEKATAN STUDENT FA

0 1 17

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS KONEKSI MATEMATIS SISWA SMP DALAM MATERI LINGKARAN MELALUI PENELITIAN DESAIN.

1 7 29

PENGARUH BAHAN AJAR MATEMATIKA BERKARAKTER PADA MATERI LIMAS UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS DAN DISPOSISI SISWA SMP.

0 0 39

PENGARUH BAHAN AJAR MATEMATIKA BERKARAKTER PADA MATERI DIMENSI TIGA TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA SMA.

1 5 81

PENGARUH BAHAN AJAR MATEMATIKA BERKARAKTER PADA MATERI PRISMA TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA SMP.

0 0 35

PENGGUNAAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) DALAM MENGEMBANGKAN BAHAN AJAR MATERI PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG.

0 1 11

KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS SISWA DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF PADA MATERI PERSEGI PANJANG DI SMP ARTIKEL PENELITIAN

1 7 10